Mekanisme terjadinya luka: Penyembuhan luka

sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya. d. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya kerusakan yang luas. 3. Berdasarkan waktu penyembuhan luka a. Luka akut: luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati. Kriteria luka akut adalah luka baru, mendadak dan penyembuhannya sesuai dengan waktu yang diperkirakan, contoh: luka sayat, luka bakar, luka tusuk. b. Luka kronis: luka yang mengalami kegagalan dalam penyembuhan, dapat terjadi karena faktor endogen dan eksogen. Pada luka kronik gagal sembuh pada waktu yang diperkirakan, tidak berespon baik terhadap terapi dan punya tendensi timbul kembali, contoh: ulkus dekubitus, ulkus diabetik, ulkus venous dan lain-lain Prabakti, 2005.

2.6.2 Mekanisme terjadinya luka:

1. Luka insisi Incised wounds, terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misalnya yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih aseptik biasanya tertutup oleh sutura setelah seluruh pembuluh darah yang luka diikat. 2. Luka memar Contusion Wound, terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak. 3. Luka lecet Abraded Wound, terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam. 4. Luka tusuk Punctured Wound, terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil. 5. Luka gores Lacerated Wound, terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat. 6. Luka tembus Penetrating Wound, yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya luka akan melebar. 7. Luka Bakar Combustio. 8. Luka gigitan hewan, disebabkan karena adanya gigitan dari hewan liar atau hewan piaraan. Hewan liar yang biasanya mengigit adalah hewan yang ganas dan pemakan daging, yaitu dalam usaha untuk membela diri. Luka gigitan dapat hanya berupa luka tusuk kecil atau luka compang camping luas yang berat Jasmi, 2011.

2.6.3 Penyembuhan luka

Penyembuhan luka dipengaruhi oleh berbagai faktor, dan infeksi adalah sebab yang paling penting dari penghambatan penyembuhan luka, karena infeksi mengakibatkan inflamasi dan dapat menyebabkan cidera jaringan. Rangsangan eksogen dan endogen dapat menimbulkan kerusakan sel selanjutnya memicu reaksi vaskuler kompleks pada jaringan ikat yang ada pembuluh darahnya. Reaksi inflamasi berguna sebagai proteksi terhadap jaringan yang mengalami kerusakan untuk tidak mengalami infeksi meluas tak terkendali. Proses inflamasi sangat berhubungan erat dengan penyembuhan luka dan tanpa adanya inflamasi tidak akan terjadi proses penyembuhan luka, luka akan tetap menjadi sumber nyeri sehingga proses inflamasi dan penyembuhan luka akan cenderung menimbulkan nyeri Anonim, 2010. 1. Prinsip Penyembuhan Luka Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka yaitu: 1 Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh luasnya kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang, 2 Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga, 3 Respon tubuh secara sistemik pada trauma,4 Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka, 5 Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis pertama untuk mempertahankan diri dari mikroorganisme, dan 6 Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing tubuh termasuk bakteri Ismail, 2005. 2. Fase Penyembuhan Luka Fase yang terjadi pada saat terjadinya luka dibagi tiga: a. Fase inflamasi Fase ini berlangsung sejak terjadinya luka sampai hari kelima. Pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan perdarahan dan tubuh akan menghentikannya dengan vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh darah yang terputus, dan reaksi hemostasis Syamsuhidayat dan Jong, 1997. Gambar 2.2 Fase inflamasi b. Fase proliferasi Fase proliferasi disebut fase fibroplasia karena yang terjadi adalah proses proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung sampai minggu ketiga. Pada fase proliferasi luka dipenuhi sel radang, fibroplasia dan kolagen membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan berbenjol halus yang disebut granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasar dan mengisi permukaan luka, tempatnya diisi sel baru dari proses mitosis, proses migrasi terjadi kearah yang lebih rendah atau datar. Proses fibroplasia akan berhenti dan mulailah proses pematangan Syamsuhidayat dan jong, 1997. Gambar 2.3 Fase proliferasi c. Fase Penyudahan Remodelling Fase penyudahan disebut fase maturasi. Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan karena gaya gravitasi, dan berakhir dengan terbentuk jaringan yang baru. Fase ini berakhir bila semua tanda radang sudah hilang. Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis, dan mudah digerakkan dari dasar, udem dan sel radang diserap, sel muda menjadi matang, kapiler baru menutup dan diserap kembali, kolagen yang berlebih diserap dan sisanya mengerut. Pada akhir fase, luka kulit mampu menahan regangan 80 dari kulit normal. Fase ini berlangsung 3–6 bulan Syamsuhidayat dan jong, 1997. Gambar 2.4 Fase remodelling Penyembuhan luka merupakan suatu proses pergantian jaringan yang mati atau rusak dengan jaringan baru oleh tubuh dengan jalan regenerasi. Luka dikatakan sembuh apabila permukaannya dapat bersatu kembali dan didaptkan kekuatan jaringan yang mencapai normal. Setiap kejadian luka, mekanisme tubuh akan berupaya mengembalikan komponen-komponen jaringan yang rusak tersebut dengan membentuk struktur baru,dan fungsional sama dengan sebelumnya. Proses penyembuhan tidak terbatas pada proses regenerasi yang bersifat lokal tetapi sangat dipengaruhi oleh faktor endogen seperti umur, nutrisi, imunologi, dan kondisi metabolik.

2.7 Kloramfenikol