superfisial sub mukosa,serta penebalan pada sub-epitheliallympho-histiocytic dan degenerasi lapisan sel basal “liquefaction degeneration”.Pada area degenerasi
terdapat keratinosit yang terdiri dari civatte, hyaline, cytoid sel sitoplasmik dan peningkatan jumlah sel granulasi di dasar membran.
20,25
Sel inflamasi terlihat lebih padat pada sub epitel, lebih sedikit di jaringan konektif dan akan meningkat saat
terjadi inflamasi yang lebih parah.
1,4,2
2.2.5 Diagnosa dan Diagnosa Banding
Diagnosa likenoid oral dapat dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan klinis serta pemeriksaan penunjang. Anamnesis dilakukan dengan meninjau riwayat
pemakaian obat pasien serta lokasi lesi. Pasien likenoid biasanya mengeluhkan rasa sensitif saat makan panas, pedas dan asam, rasa sakit disertai luka pada mukosa,
bercak merah atau putih di mukosa oral, serta kemerahan pada gusi dan ulserasi pada mukosa.
4,20
Diagnosa melalui anamnesis akan lebih mudah diketahui apabila pasien menderita lesi likenoid setelah baru memulai mengonsumsi obat-obatan.
24
Pada pemeriksaan klinis likenoid oral dapat didiagnosa melalui distribusi lesinya yang unilateral, garis-garis putih wickham’s striae dan lokasi terjadinya.
23
Lesi likenoid oral tipe retikular, erosif, ulseratif dapat terjadi pada mukosa bukal dan mukosa bibir, sedangkan tipe plak sering muncul pada dorsum lidah.
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan biopsi, pemeriksaan histologis dan immunofluorescent. Biopsi dilakukan untuk memperoleh diagnosa
melalui gambaran histologis yang dapat digunakan untuk membedakan lesi likenoid oral dengan lesi lain sehingga diagnosa dapat dipastikan.
27
Pemeriksaan
Universitas Sumatera Utara
immunofluorescent terdiri dari direct dan indirect. Pemeriksaan secara direct digunakan untuk mendeteksi autoantibodi yang membatasi jaringan dan indirect
digunakan untuk mendeteksi sirkulasi antibodi didalam darah, namun kedua teknik pemeriksaan ini tidak dapat digunakan secara tunggal dalam menegakkan diagnosa.
8,9
Diagnosa dapat dilakukan dengan membandingkan beberapa penyakit lain yang mirip dengan lesi likenoid oral diantaranya adalah graft versus host disease,
epithelial dysplasia, lupus erythematosus, pemfigus vulgaris, dan hepatitis C infection chronic hepatic disease. Diagnosa ini didukung dengan riwayat penyakit,
kemunculan dan distribusi lesi serta gambaran klinisnya.
20,25,28
2.2.6 Transformasi Keganasan
Beberapa studi klinis menyebutkan bahwa lesi likenoid oral dapat berkembang ke arah keganasan, meskipun masih diperdebatkan. Pada beberapa kasus
ditemui bahwa lesi ini dapat mengarah pada Squamous cell carcinoma SCC.
8,25
Likenoid dihubungkan dengan perubahan lesi yang berkembang menjadi kanker oral, disebutkan pada salah satu literatur bahwa sebanyak 5,3 kasus likenoid berubah
kearah ganas dengan tipe atropik dan erosif sebagai frekuensi terbanyak.Resiko keganasan akan semakin meningkat bila pasien merokok dan mengonsumsi alkohol.
4
Proses terjadinya keganasan pada lesi likenoid oral yaitu ketika lesi tidak terdeteksi dan berada dalam rongga mulut pada waktu yang lama sehingga
menyebabkan perubahan sel epitel menjadi epithelial dysplasia.
8
Perubahan ini dapat dideteksi melalui biopsi dengan melihat gambaran histopatologis dan
immunofluoresecent.
25
Biopsi penting dilakukan untuk memperoleh diagnosa yang
Universitas Sumatera Utara
tepat dan melihat gambaran histologis sel displasia yang dapat berkembang ke arah keganasan.
8,17
2.2.7 Perawatan