Latar Belakang GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (HIV/AIDS) PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG.

Mitha Pradipa Madawati, 2015 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUSACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME HIVAIDS PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

HIV Human Immunodeficiency Virus virus ini adalah virus yang diketahui sebagai penyebab AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome. HIV merusak sistem ketahanan tubuh, sehingga orang-orang yang menderita penyakit ini kemampuan untuk mempertahankan dirinya dari serangan penyakit menjadi berkurang. Seseorang yang positif mengidap HIV belum tentu mengidap AIDS. Namun, HIV yang ada pada tubuh seseorang akan terus merusak sistem imun. Akibatnya, virus, jamur dan bakteri yang biasanya tidak berbahaya menjadi sangat berbahaya karena rusaknya sistem imun tubuh Sopiah, 2009. HIV akan menyerang sel-sel darah putih jika HIV masuk ke dalam peredaran darah seseorang. Sel darah putih akan mengalami kerusakan yang berdampak pada melemahnya kekebalan tubuh seseorang. HIVAIDS kemudian akan menimbulkan terjadinya infeksi opportunistic lesi fundamental pada AIDS ialah infeksi limfosit T helper CD4+ oleh HIV yang mengakibatkan berkurangnya sel CD4+ dengan konsekuensi kegagalan fungsi imunitas Smeltzer, 2001. Penyakit menular ini sangat menarik perhatian dunia sehingga badan dunia UN United Nations bekerjasama dengan WHO World Health Organization menyatakan bahwa, penyakit menular ini dipengaruhi oleh perkembangan kesehatan tubuh seseorang yang dimana ada beberapa faktor antara lain faktor keturunan, faktor kesehatan, faktor lingkungan, dan faktor perilaku Kurniawan, 2011. Menurut WHO dalam Laporan Kemajuan 2011, pada akhir tahun 2010, diperkirakan 34 juta orang 31.600.000-35.200.000 hidup dengan HIV di seluruh dunia Sianturi, 2012. Epidemi HIV di Asia masih banyak terkonsentrasi pada Injecting Drug users IDU. Laki-laki yang berhubungan seks dengan sesamanya dan Mitha Pradipa Madawati, 2015 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUSACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME HIVAIDS PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu penjaja seks heteroseksual maupun homoseksual beserta pelanggan maupun pasangan seks tetapnya UNAIDS, 2010. Penularan yang penting termasuk penetrasi tanpa kondom antara laki-laki, pengguna narkoba suntik, suntikan yang tidak aman dan transfusi darah WHO, 2007. Jumlah kasus HIVAIDS dari tahun ke tahun di seluruh bagian dunia terus meningkat meskipun berbagai upaya preventif terus dilaksanakan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, 2006. Estimasi penduduk dunia yang menderita HIV pada tahun 2008 menurut United Nation Programme on HIVAIDS UNAIDS adalah sekitar 33,4 juta orang dengan angka kematian sekitar 2 juta orang. Benua Afrika adalah benua dengan penderita HIVAIDS terbanyak 25,5 juta kasus dimana Afrika Utara sebagai negara dengan HIVAIDS terbanyak sekitar lima juta kasus Depkes RI, 2007. Asia Tenggara menunjukkan negara dengan kasus HIVAIDS terbanyak diikuti oleh Thailand, Myanmar, Indonesia, dan Nepal UNAIDS, 2010. Fenomena gunung es dalam kasus HIV dan AIDS di Indonesia menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian. Pada tahun 2007, perkembangan epidemi HIV menunjukkan peningkatan yang sangat tajam. Jumlah kasus HIV dan AIDS meningkat terus, dan dilaporkan pada akhir tahun 2007 terdapat 11.141 pasien AIDS dan 6.066 orang HIV positif. Jumlah ini diperkirakan hanya dari 10 persen dari seluruh orang yang terinfeksi HIV di Indonesia Sudikno, Simanungkalit, Siswanto, 2011. Penyakit tersebut di Indonesia ditemukan pertama kali di Provinsi Bali. Sejak 1987 sampai dengan September 2014, HIVAIDS tersebar di 386 78 dari 498 kabupatenkota di seluruh provinsi di Indonesia Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2014. Jumlah kumulatif infeksi HIV tertinggi di Indonesia yaitu DKI Jakarta 32.782, diikuti Jawa Timur 19.249, Papua 16.051, Jawa Barat 13.507, dan Bali 9.637 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2014. Dari semua orang yang terinfeksi HIV, sebagian berkembang menjadi AIDS pada tiga tahun pertama, 50 menjadi AIDS sesudah 10 tahun, dan hampir 100 pasien HIV menunjukkan gejala AIDS setelah 13 tahun Sopiah, 2009. Dari prevalensi AIDS menurut kelompok umur yang paling banyak adalah kelompok umur 20-29 tahun, dengan masa inkubasi 10 tahun maka Mitha Pradipa Madawati, 2015 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUSACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME HIVAIDS PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu awal terkena HIV berkisar pada umur 10-19 tahun yang merupakan fase remaja. Dari bulan Juli sampai September 2014 jumlah infeksi HIV dilaporkan sebanyak 7.335 orang. Persentase HIV tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 25-49 tahun 69,1, diikuti kelompok umur 20-24 tahun 17,2 dan kelompok umur 50 tahun 5,5. Resiko HIV antara laki-laki dan perempuan adalah 1:1. Persentase faktor resiko HIV tertinggi adalah hubungan seks beresiko pada heteroseksual 57. LSL Lelaki Seks Lelaki 15 dan penggunaan jarum suntik tidak steril pada penasun 4 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2014. Pada AIDS sendiri dari bulan Juli sampai September 2014 jumlah yang dilaporkan sebanyak 176 orang. Persentase AIDS tertinggi pada kelompok umur 30-39 tahun 42, diikuti kelompok umur 20-29 tahun 36,9 dan kelompok umur 40-49 tahun 13,1. Resiko AIDS antara laik- laki dan perempuan adalah 2:1. Persentase faktor resiko AIDS tertinggi adalah hubungan seks beresiko pada heteroseksual 67. LSL 6 , penggunaan jarum suntik tidak steril pada penasun 6, dan dari ibu postitf HIV ke anak 4 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2014. Pendataan yang dilakukan oleh World Health Organization WHO selama beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa kelompok remaja dan dewasa produktif usia 15-24 tahun, merupakan salah satu kelompok yang paling rentan terhadap HIVAIDS. Kelompok remaja pada umumnya tidak memiliki akses untuk mendapatkan informasi dan pelayanan yang memadai Hermawan Guntur, 2006. Pada anak remaja sesuai tahap tumbuh kembang secara psikososial selalu berkeinginan untuk mencoba sesuatu yang baru, mencari identitas diri dan uji nyali. Jika dianalisis, maka potensi anak remaja untuk melakukanmencoba sesuatu dapat menjadi meningkat, jika tidak ada pendampingan dari orang terdekat. Dengan demikian, potensi tertular Mitha Pradipa Madawati, 2015 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUSACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME HIVAIDS PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu HIVAIDS makin tinggi karena kurangnya pengetahuan Nurachmah Mustikasari, 2009. Remaja menjadi salah satu kelompok rentan dalam epidemi HIVAIDS. Usia remaja adalah usia yang mulai mengeksplorasi rasa ingin tahu dari masalah pergaulan sampai masalah hubungan seks dengan orang misalnya pacar dan pekerja seks. Perkembangan seksualitas merupakan masa kritis bagi remaja. Saat remaja mengalami masa pubertas yang ditunjukan dengan terjadinya aktifitas hormonal yang sangat aktif. Hal tersebut menyebabkan rasa keingintahuan remaja tentang seks dan kesehatan reproduksi meningkat Sopiah, 2009. Jika permasalahan yang dihadapi remaja tersebut tidak segera ditanggulangi, maka akan berdampak pada makin tingginya angka HIVAIDS dan hilangnya masa produktif dari penderita sehingga pada akhirnya berdampak pada kehilangan usia produktif di Indonesia Nurachmah Mustikasari, 2009. Oleh karena itu, yang perlu dilakukan adalah mengkaji perilaku yang mengarah pada penularan HIVAIDS sejak usia sekolah. Harapannya, apabila teridentifikasi perilaku berisiko tertular HIVAIDS, maka penanganan selanjutnya menjadi lebih fokus dan tuntas. Sampai saat ini masih sedikit penelitian yang mengidentifikasi faktor pencegahan terkait perilaku berisiko tertular sehingga suatu model intervensi kegiatan pencegahan dini belum dapat dikembangkan Nurachmah Mustikasari, 2009. Berkaitan dengan upaya mengatasi HIVAIDS dikalangan remaja dan dewasa muda, sangat penting bagi kita untuk mengerti apa yang mereka ketahui tentang HIVAIDS. Data dari Survei Nasional Remaja tentang HIVAIDS tahun 2000, menunjukkan bahwa remaja Amerika tahu beberapa informasi dasar tentang HIVAIDS tapi ingin tahu lebih banyak. Lebih dari 90 remaja tahu bahwa berbagi jarum dan 92 melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan kondom merupakan faktor risiko penularan HIV. Namun, Mitha Pradipa Madawati, 2015 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUSACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME HIVAIDS PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu hanya 69 tahu bahwa seks oral tanpa kondom juga merupakan faktor risiko Noviana, 2013. Jawa Barat termasuk pemberi kontribusi yang besar untuk kasus HIV di Indonesia. Menduduki peringkat 5 teratas menjadikan hal tersebut perlu perhatian lebih . Apalagi dengan jumlah kasus mencapai 13.507 kasus. Kota Bandung termasuk yang berkontribusi tinggi dengan jumlah 820 kasus. Kemenkes RI, 2014. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 31 Maret 2015 di SMA Pasundan 8 Kota Bandung, belum pernah diadakan penelitian yang meneliti pengetahuan remaja tentang HIVAIDS pada siswa kelas X SMA Pasundan Kota Bandung. Dari studi pendahuluan tersebut yang dilakukan dengan instrumen wawancara, didapatkan 4 dari 10 orang siswa yang belum terlalu mengetahui apa itu HIVAIDS. Faktor pengetahuan para remaja mempengaruhi tingginya kasus HIVAIDS di usia remaja. Oleh karena itu diperlukan komunikasi dan informasi bagi masyarakat khususnya bagi para remaja agar terhindar dari masalah HIVAIDS tersebut. Remaja juga perlu mengetahui bagaimana tingkat dari pengetahuan, cara memperoleh pengetahuan, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengetahuan, dan cara mengukur pengetahuan agar remaja bisa memahami masalah yang sedang terjadi saat ini di usianya sekarang. Peneliti mengambil siswa kelas X dengan alasan pencegahan tentang HIVAIDS harus diberikan sejak awal remaja karena pada masa remaja awal tersebut rasa ingin tahu dan ingin mencoba yang sangat tinggi. Adapun lokasi penelitian diambil di SMA Pasundan 8 Kota Bandung dengan alasan tampak di SMA Pasundan 8 Kota Bandung mempunyai banyak fasilitas yang memungkinkan para siswa mendapatkan informasi yang cukup mengenai berbagai bidang ilmu, khususnya tentang kesehatan baik melalui buku, majalah, surat kabar, internet maupun media lainnya, serta lokasi sekolah Mitha Pradipa Madawati, 2015 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUSACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME HIVAIDS PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu yang berada ditengah kota dengan pegaulan remaja zaman sekarang yang mudah bergaul dengan siapa saja. Berdasarkan uraian- uraian diatas, penelitian yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang HIVAIDS Pada Siswa Kelas X SMA Pasundan 8 Kota Bandung” sangat penting untuk diteliti.

B. Rumusan Masalah