Interaksi Obat Reaksi Orde Satu

untuk waktu mencapai keadaan mantap steady state atau t ss waktu untuk menghilangkan obat dari tubuh sama besar dengan t ss dan untuk memperkirakan interval dosis atau T Setiawati, 2007. Bersihan total clearance ClT adalah volume darahplasma yang dibersihkan dari obat per satuan waktu mlmenit. Untuk obat dengan kinetika first order, Cl merupakan bilangan konstan. Laju eliminasi meningkat dengan meningkatnya kadar. Jadi, bersihan total yang merupakan ukuran kemampuan tubuh untuk mengeliminasi obat, tergantung tidak hanya dari t ½ tetapi juga dari Vd. Bersihan obat total merupakan hasil penjumlahan bersihan obat berbagai organ dan jaringan tubuh, terutama ginjal dan hati Setiawati, 2007. AUC area under the curve atau luas area di bawah kurva yaitu konsentrasi obat dalam plasma, darah atau serum yang terintegrasi dengan waktu dari AUC sampai AUC 0-1 setelah dosis tunggal atau selama waktu interval dosis pada keadaan tunak Joenoes, 1998. Parameter yang berhubungan dengan proses absorbsi meliputi konstanta obat area dibawah kurva dan fraksi obat terabsorpsi. Proses distribusi meliputi volume distribusi. Sedangkan proses eliminasi meliputi klirens, konstanta obat tereliminasi dan waktu paruh.

6. Interaksi Obat

Secara umum suatu interaksi obat dapat digambarkan sebagai interaksi antar suatu obat dan unsur lain yang dapat mengubah kerja salah satu atau keduanya, menyebabkan efek samping tak terduga. Pada prinsipnya interaksi obat dapat menyebabkan dua hal penting. Pertama, interaksi obat dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan khasiat obat. Kedua, interaksi obat dapat menyebabkan gangguan atau masalah kesehatan yang serius, karena meningkatnya efek samping dari obat-oabat tertentu. Risiko kesehatan dari interaksi obat ini sangat bervariasi, bisa hanya sedikit menurunkan khasiat obat namun bisa pula fatal. Interaksi Obat yang merugikan menyebabkan ribuan orang harus dirawat di rumah sakit setiap tahun. Interaksi yang terjadi telah menimbulkan gangguan serius sehingga kadang-kadang menyebabkan kematian. Untunglah jumlah interaksi yang menimbulkan kematian ini hanya sebagian kecil dari jumlah interaksi obat seluruhnya yang terjadi. Yang lebih sering terjadi adalah interaksi yang meningkatkan toksisitas atau turunnya efek terapi pengobatan sehingga pasien tidak merasa sehat kembali atau tidak cepat sembuh sebagaimana seharusnya Harkness, 1984. Obat dapat berinteraksi dengan makanan dan zat kimia yang masuk dari lingkungan atau obat lain. Interaksi ini dapat mempercepat atau memperlambat metabolisme obat. Obat-obat yang larut baik dalam lemak dan lama berinteraksi dengan hati, mampu menginduksi peningkatan pembentukan enzim-enzim yang terlibat dalam biotransformasi, kadar obat dalam plasma dapat menurun sampai dibawah angka normal Mutschler, 1986. Pada pemberian obat-obat tertentu bersamaan dengan makanan obat dapat terjadi interaksi yang berakibat : 1. Makanan dapat merubah aktivitas obat yang mengakibatkan respon terhadap obat berkurang sebaliknya respons terhadap obat justru meningkat. 2. Sebaliknya obat dapat pula memberikan efek negatif terhadap makanan.misalnya berkurangnya nutrisi makanan tersebut. Pada interaksi obat makanan yang paling sering terjadi ialah tergantung absorpsi obat dari saluran cerna. Alasan utama yang mungkin terjadi interaksi obat- makanan ialah karena sebagian obat diberikan secara oral. Sebagaimana halnya pada interaksi absorpsi obat-obat, interaksi obat-makanan dapat mengakibatkan kecepatan absorpsi obat terganggu atau mungkin juga jumlah sebuah obat yang diabsorpsi berkurang dengan pembedaan lain bioavaibilitas obat obat berkurang. Dengan demikian waktu yang sebaiknya bagi penderita untuk meminum obat parasetamol adalah 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan Joenoes, 1998. Interaksi farmakokinetik dapat terjadi selama fase farmakokinetik obat menyeluruh, juga pada absorpsi, distribusi, biotransformasi dan eliminasi. Interaksi pada proses absorpsi dapat terjadi akibat penurunan pH obat pertama. Selanjutnya pengaruh absorpsi suatu obat kedua mungkin terjadi akibat perpanjangan atau pengurangan waktu huni dalam saluran cerna atau akibat pembentukan kompleks. Pengetahuan mengenai pengaruh makanan terhadap kerja obat masih sangat kurang, karena itu pada banyak obat masih belum jelas bagaimana pengaruh pemberiaan makanan pada saat yang sama terhadap kinetika obat. Pada jumlah senyawa makanan menyebabkan penundaan absorpsi karena perubahan harga pH dalam lambung serta perubahan motilitas usus Mutschler, 1986. Obat dapat menghambat aktivitas enzim mikrosomal dengan beberapa cara yaitu persaingan langsung merebut tempat pengikatan substrat, perubahan konformasi enzim sehingga terjadi perubahan ikatan substrat secara tidak langsung, terlepasnya hubungan antara NaDPH dan oksidasi obat, penundaan penetrasi substrat melintasi membrane mikrosomal dan perubahan proporsi berbagai macam bentuk sitokrom P-450. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi interaksi farmakokinetik yaitu saluran cerna, pengikatan protein dan tempat pengikatan pada jaringan, aneka enzim biotransformasi, ekskresi empedu, sirkulasi enterohepatik dan ekskresi ginjal Donatus, 2005

7. Parasetamol