Pengaruh Model Cooperative learning Teknik Numbered Heads Together Terhadap Hasil Belajar

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING
TEKNIKNUMBERED HEADS TOGETHER
TERHADAP HASIL BELAJAR

lllll • • lllllllilillra

Ulll
セッN@

OLEH:

Elllei-l1t,.
darJ

.. セN@ · -· ...............,,..,,. -

'Jg!.

: セᄋZゥp@

lnd111< ;


....is1·11kasi
...

.

NヲゥZ{ᄋPQセ@

セ@

_____

............................

..····G. .

···········'-•··•·•·• .....
a?....
-.
1........


.............................................. .

ABDUL RAHMAN
NIM: 104016200426

PROGRAM STUD! PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING
TEKNIKNUMBERED HEADS TOGETHER
TERHADAP HASIL BELAJAR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan


1111111

lllillll 1111 111111111111.

Ulll
OLEH:
ABDUL RAHMAN
NIM: 104016200426

PROGRAM STUD! PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M

ABSTRAK

Abdul Rahman
Peugaruh Model Cooperative Learning Teknik Numbered Heads Together

Terhadap Hasil Belajar
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Model Cooperative Learning
Teknik Numbered Heads Together Terhadap Basil Belajar. Penelitian ini
dilakukan di Madrasah Aliyah Jam'iyah Islamiyah, Pondok Aren, Tangerang,
Banten pada bulan Februari hingga bulan Maret 2009. Metode penelitian yang
digunakan adalah quasi eksperimen, sampel diambil secara purposive sampling
dari 58 siswa dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instnnnen tes
hasil belajar. Basil belajar siswa kelompok eksperimen lebih tinggi (mean = 60
dan SD= 17,21) daripada kelompok kontrol (mean= 50,8 dan SD= 12,83) dan
dari hasil perhitungan uji "t" diperoleh nilai t hitung sebesar 2,318 sedangkan t
tabel pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 2,000 atau thitung > tiabel· Maka dapat
disimpulhn menolak Ho yang menyatakan ada pengaruh antara pembelajaran
model cooperative learning teknik numbered heads together terhadap hasil
belajar diterima atau disetujui. Hal ini menunjuk:kan bahwa penggunaan
pembelajaran model cooperative learning teknik numbered headas together
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. Pada
penelitian ini dilakukan juga integrasi nilai-nilai sains dalam konsep redoks.
Didapatkan melalui angket dengan perolehan nilai-nilai sains siswa, yaitu nilai
religius 75,2% atau kriteria baik, nilai intelektual 72,59% atau kriteria baik, nilai

sosial 82,3% atau kriteria sangat baik, dan nilai praktis 79,07% atau kriteria baik.

Kata kunci:

Pembelajaran Model Cooperative Learning. Teknik Numbered
Heads Together. Hasil Belajar. Konsep Reduksi-Oksidasi. Nilainilai sains.

ABSTRACT

Abdul Rahman
The Effect of Cooperative Learning Model Numbered Heads Together
Technique on Students Learning Achievement
This research aims to know Effect of Cooperative Learning Model with Numbered
Heads Together Technique on Students Learning Achievement. This research was
conducted at Madrasah Aliyah Jam 'iyah Islamyyah, Pondok Aren, Tangerang,
Banten on February until March 2009. The method used in the research is quasy
experiment, using pwposive sampling technique and there are 58 students divided
two groups, experiment group and control group. The research instrument is
students learning achievement. Students learning achievement of experiment
group is higher (means =60 and SD =17.21) than control group (means =50.8

and SD =12.83). From "t" test was obtained tcow.r 2.318 while t1oble at level of
significant 0. 05 is 2. 000 so tcount > tiable- It can be concluded that refased Ho which
told that cooperative learning model with numbered heads together technique has
effect on students learning achievement has been accepted In this research
students also gc. ve about values of science integmted in reduction-oxidation
concepts, it was obtained from the questionnaire which has been tested. There are
three aspect from values of science such as religious values is 75.2% or good
criteria, intellectual values is 72.59% or good criteria, social values is 82,3% or
excellent criteria, and practical values is 79. 07% or good criteria.

Key word: Cooperative Learning Model. Numbered Heads Together Technique.
Students Learning Achievement. Reduction-Oxidation Concepts
Values ofscience

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis mempunyai
kekuatan dan ketabahan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Salawat dan
salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga

dan para sahabatnya.
Penulis menyadari skripsi ini yang berjudul: "Pengaruh Model

Cooperative Learning Teknik Numbered Heads Together Terhadap Hasil
Belajar'', tidaklah mungkin dapat diselesaikan tanpa adanya dukungan dan
dorongan baik moral, material, dan spiritual dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
beserta staf dan jajarannya.
2. Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA beserta staf dan
jajarannya.
3. Ir. Mahmud M. Siregar, M.Si., Dosen pembimbing !, atas motivasi dan
pembelajarannya untuk menjadi guru dan peneliti yang baik.
4. Dedi lrwandi, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Kimia, sekaligus
sebagai dosen pembimbing II alas segala dukungan dan sambutan yang baik.
5. Baharudin, S.Ag., Kepala Sekolah MA. Jam'iyah lslamiyah, atas kesempatan
yang telah diberikan untuk melakukan penelitian.
6.

lslahul Karim, S.Pd., Guru Bidang Studi Kimia MA. Jam'iyah lslamiyyah,

Alas saran dan bantuannya terhadap penulis dalam melakukan penelitian.

7. Dosen Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan llmu Pengetahuan
Alam yang tclah membelajarkan kami dengan penuh semangat dan keihlasan.
8.

Segenap keluarga tercinta, yaitu bapak, ibu, kakak, dan adikku tercinta yang
dengan penuh keikhlasan mengiringi kehidupan ini menjadi lebih baik.

9.

Seluruh Mahasiswa di Program Studi Pendidikan-Kimia, Biologi, dan Fisika
angkatan 2004, khususnya temanku lkhwanudin Al-Fatakh (kimia) dan

Akhmad Busthomi (Biologi), serta semua pihak yang telah memberikan
sumbangan

kritik,

saran,


dan

kebersamaan

kepada

penulis

dalam

melaksanakan dan menyelesaikan skripsi ini.
Hanya doa dan harapan yang dapat penulis sampaikan. Semoga semua
pihak yang telah bekerja sama dan membantu penyelesaian skripsi ini
mendapatkan pahala dan kesejahteraan dari Allah SWT. Aamiin
Akhirnya, besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca yang budiman.

Jakarta, 2009


Penulis

DAFTARISI

ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii
DAFTARISI ................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ ix

BAB I

PENDAHULUAN ........................................................................... l
A. Latar Belakang Masalah ........................ ..... ............................ l
B. lrlentilikasi Masalah ..................................... ....... ................... 6
C. Pembatasan Masalah ............................................................... 6
D. Rumusan Masalah .................................................................. 7
E. Tujuan Penelitian .................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian .................................................................. 7


BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA PIKIR
DAN PERUMUSAN HIPOTESIS .................................................. 8
A. Kajian Teoretis .... .............. ................................ ............. ........ 8
1. Model Cooperative Learning .. .. ......... ..... ....... ............. ... ..... 8

a. Pengertian Cooperative Learning .. ..... .......................... 8
b. Unsur-unsur Dasar Cooperative Learning .................. l 0
c. Peranan Guru dalam Cooperative Learning ............... 12
d. Cooperative Leaming Teknik
Numbered Heads Together {NHT) .............................. 14

2. Pentingnya Nilai dalam Pembelajaran Sains ................... 17
a. Konsep Nilai dalam Pembelajaran Sains ................... 17
b. Tahapan Proses Pembentukkan Nilai ........................ 22
c. Prinsip-prinsip Pembelajaran Nilai dalam Sains ...... 23
d. Macam-macam Nilai dalam Pembelajaran Sains ....... 24

e. Integrasi Nilai-nilai Sains yang terkandnng
dalam konsep Reaksi Reduksi Oksidasi............... ....... 28
3. Has ii Belajar Siswa .. ............ ................ .......... ............ ....... 36
a. Konsep Belajar ............................................................. 36
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar .............. 38
c. Konsep Hasil Belajar ................................................... 40
d. Pengukuran Hasil Belajar ........................................... 41
4. Hubungan Model Cooperative Learning
Teknik Numbered Head Together (NHT)
dengan Hasil Belajar ....................................................... 42
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................ 44
C. Kerangka Berpikir ................................................................. 46
D. Perumusan Hipotesis ............................................................... 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 48
A. Waktn dan Tempat Penelitian ............................................. 48
B. Metode dan Desain Penelitian ......... ............................ ..... ..... 48
C. Populasi dan Sampel ............................................................. 49
D. Prosedur Penelitian ............................................................... 49
E. Variabel Penelitian ..•............................................................ 50
F. Instrumen Penelitian ............................................................. 56
G. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 57
H. Teknik Analis!s Data ............................................................. 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 62
A. Has ii Penelitian ... ... ....................... ..... .... ....... ....... ............. ...... 62
l. Data Hasil Belajar

a. Pre test Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol .......... ......................... ..... .. .. .... ... ... 62
b. Post test Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ...................................................... 63

c. Perbandingan Mean Pretest dan Posttest ................... 63
B. Pengnjian Prasyarat Analisis ... .................. ....... ......... .... ........ 64

1. Hasil Uji Normalitas ......................................................... 64
a. Pre test Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ........ ...................................... ........ 64
b. Post test Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ...................... .... ...................... ...... 65
2. Uji Homogenitas ................... ............................. ......... ...... 66

a. Pre test Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ... .. ..... ............................................ 66
b. Post test Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ...................................................... 67
C. Pengnjian Hiplitesis ......... ............. ....................... ................... 68

1. Pre Test Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol ............................................................ 68
2. Post Test Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ............................................................ 69
D. Hasil Analisis Angket Integrasi Nilai-nilai Sains .................. 70
E. Pembahasan ............................................................................ 72
1. Pengetahuan Siswa Terhadap Konsep Reaksi

Reduksi-Oksidasi .............................................................. 72
2. Pengetahuan Siswa Terhadap Nilai-nilai Sains
dalam Konsep Reaksi Reduksi-Oksidasi ......................... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 75

A. Kesimpulan ............................................................................. 75
B. Saran ....................................................................................... 76

DAFTARPUSTAKA ................................................................................. 77
LAMPIRAN ................................................................................................ 81

DAFTAR TABEL

1. Langkah-langkah Cooperative Learning ........................ .... ..... .......... 14
2. Kisi-kisi Hasil Belajar Siswa............................................................. 52
3. Kriteria Reliabilitas ...... ............. ........................................................ 54
4. Deskripsi Data Mean Skor Pre Test ................................................... 62
5. Deskripsi Data Mean Skor Post Test................................................. 63
6. Deskripsi Data Mean Pre Test dan Post Test..................................... 63
7. Hasil Uji Normalitas Data Skor Pre Test........................................... 64
8. Hasil Uji Normalitas Data Skor Post Test.......................................... 65
9. Hasil Uji Homogenitas Skor Pre Test ................................................ 66
10. Hasil Uji Homogenitas Skor Post Test............................................... 67
11. Hasil Uji t Hasil Belajar Skor Pre Test.............................................. 69
12. Hasil Uji t Hasil Belajar Skor Post Test ............................................. 70
13. Hasil Perolehan Nilai-nilai Sains Siswa............................................. 71

DAFTAR LAMPIRAN

I. Uji Validitas lnstrumen Tes Hasil Belajar ......................................... 82
2. Uji Reliabilitas Instrumen Tes Hasil Belajar ...................................... 86
3. Pengujian Tingkat Kesukaran Instrumen ........................................... 91
4. Pengujian Daya Pembeda Soal .......................................................... 97
5. Distribusi Frekuensi Hasil Relajar Kelompok Eksperimen ................ 99
6. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kelompok Kontrol ..................... 104
7. Uji Normalitas Data Skor Pre Test.................................................. 109
8. Uji Normalitas Data Skor Post Test................................................. 111
9. Uji Homogenitas Data Skor Pre Test............................................... 113
10. Uji Homogenitas Data Skor Post Test............................................. 114
11 J>enguj ian Hipotesis Data Skor Pre Test ................ .... ....... .. ..... ........ 115
12. Pengujian Hipotesis Data Skor Post Test ......................................... 118
13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Eksperimen............................. 120
14. Modul dan LKS Pembelajaran......................................................... 138
15. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kontrol ................................... 149
16. Kisi-Kisi lnstrumen Tes Hasil Belajar ............................................. 158
17. Soal Uj icoba In strum en Tes Penelitian ........... ............ .... .. .... ........... 167
18. Instrumen Tes Hasil Belajar ............................................................ 173
19. Kisi-kisi Angket Integrasi Nilai-nilai Sains ..................................... 178
20. Angket Integrasi Nilai-nilai Sains.................................................... I 79
21. Hasil Perolehan Angket lntegrasi Nilai-nilai Sains .......................... 182

BABI
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan ha! yang esensial dan penting dalam kehidupan
seseorang, serta merupakan wahana untuk pembentukkan diri seseorang secara
keseluruhan. Dalam konteks demikian, pendidikan terkait dengan tujuan
umum pendidikan, yaitu membentuk kemampuan akademik dan kemampuan
berpikir yang lebih tinggi seperti kemampuan dalam memecahkan masalah.
serta mengembangkan aspek pribadi dan sosial yang memungkinkan orang
bekerja dan hidup dalam kelompok secara kreatif, inisiatif, empati dan
memiliki keterampilan interpersonal yang memadai. 1
ll.•1tuk

mewujudkan

tujuan umum pendidikan di

atas,

maka

diselenggarakan serangkaian kependidikan, di antaranya yaitu pendidikan
formal

seperti sekolah yang diterapkan dalam bentuk pembelajaran.

Pembelajaran yang berlangsung di sekolah, seyogyanya menyediakan suatu
wadah terjadinya proses transformasi nilai dan norma-nonna sebagai bagian
dari pembentukan kepribadian siswa secara seutuhnya, yaitu manusia yang
tidak hanya pandai secara akademik, sehingga menjadi orang yang
mempunyai keahlian, keterampilan dan kemampuan intelektual, tetapi juga
mempunyai integritas moral yang baik.
Pendidikan yang diterapkan dalam pembelajaran dirasakan belum
terwujud secara optimal, karena model pembelajaran yang diterapkan
cenderung kurangnya melibatkan siswa untuk aktif mengalami pembelajaran
dengan guru sebagai satu-satunya sumber belajar siswa. Selain itu,
pengembangan pembelajaran yang digunakan juga kurang mengkaitkan
adanya hubungan

antara

konsep

pembelajaran dengan aplikasi

dan

pengalaman yang terintegrasi dengan nilai-nilai.
1

Wayan Koster, Keefektifan Seka/ah: Survai di SLTP Negeri Jakarta, Parameter, No. 6
Januari tahun XVIII, 2000, h. 70

2

Pendidikan yang bennuatan nilai dalam pembelajaran, bukan hanya
menjadi tugas dalam pola-pola pembelajaran yang terintegrasi dalam
pendidikan

agama,

sejarah,

bahasa

Indonesia

dan

pendidikan

kewarganegaraan (PKn), melainkan menjadi bagian dari semua usaha
pendidikan dalam berbagai macam mata pelajaran, misalnya mata pelajaran
IPA/sains.
UNESCO (2005) sebagaimana dikutip Ratcliffe menyatakan babwa
pembelajaran sains seharusnya diasosiasikan dengan nilai-nilai dalam
membangun intelektual yang didasari sikap jujur, tepat dan akurat,
keterbukaan pemikiran, dan sikap kritis.2 Penjelasan demikian, menegaskan
bahwa pola pembelajaran sains mengandung sikap ilmiah yang harus
dibangun dan didasari dengan sikap keilmiahan yang positif, sehingga
pembelajaran sains yang diasosiasikan dengan nilai tersebut memberikan
suatu

ー・ュ。ィセᄋョ@

dan penghayatan bagi siswa mengenai kandungan nilai-

nilai yang terdapat di dalam sains dan dapat menerapkan hasil pembelajaran
sains yang bertujuan untuk menata kehidupan menjadi lebih baik dengan
menghargai dan bersikap toleransi terhadap lingkungan secara positif.
Pemberian mata pelajaran IPA atau pendidikan IPA di sekolah hams
bertujuan dan memiliki orientasi agar siswa memahami/menguasai
konsep-konsep IPA dan saling keterkaitannya, serta mampu
menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalab-masalah
yang dihadapinya, sehingga lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan
PenciptaNya. 3
Pemberian yang memfokuskan tentang makna mendalam kandungan
nilai dalam mata pelajaran IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan ini akan
memberikan, meningkatkan kesadaran dan membangun pemahaman siswa
untuk menghargai lingkungan alam sekitar secara lebih bijak, humanis, dan
jiwa religius yang tinggi. Sehingga proses pemecahan suatu masalah dapat
ditanggapi dengan cara atau metode yang tepat dan bertanggung jawab.
2

Mary Ratcliffe, Values in The Classroom-The 'Enacted' Curric1,/un1, Available at:
http://www.fremtidensnaturfag.dk/web2006/artikler/MR Values chap nov 05.pdf. Accessed on
Nov 12, 2008, 1.30 pm, p. 2
3
Sumaji, dkk., Pendidikan Sains yang Humanistis, (Yogyakarta: Kanisius, 2003), h. 35

3

Salab satu mata pelajaran IPA adalab pembelajaran kimia. Kimia
merupakan mata pelajaran yang memiliki konsep yang sulit dan bersifat
abstrak sebingga memerlukan kemampuan, ketelitian dan kecermatan berpikir
siswa yang tinggi. Selain itu, yang terpenting dalam pembelajaran kimia
adalab adanya suatu keterkaitan konsep pembelajaran yang banyak
menyentub nilai-nilai kemanusiaan dalam kebidupan sebari-bari.
Pembelajaran kimia yang memiliki konsep yang abstrak dan
memerlukan kecermatan dan pemabaman konsep secara mendalam serta
banyak memiliki keterkaitan dengan nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan
sebari-bari, misalnya adalab konsep reaksi reduksi-oksidasi yang menjelaskan
tentang konsep reaksi yang dibubungan dengan oksigen, serab terima elektron
dan perubaban bilangan oksidasi, yaitu seperti reaksi fotosintesis, sistem
respirasi, reaksi pembakaran, perkaratan dan penyepuban logam, pembusukan
sampab, pembuata". HCI, H2S04 , HN0 3 sebagai baban dasar industri, aplikasi
konsep dalam baterai dan sel accumulator dan sebagainya. Sebingga bagi
siswa yang memiliki kecermatan, ketelitian dan kemampuan berpikir yang
rendab akan mendapatkan kesulitan belajar yang kemudian pencapaian basil
belajar siswa yang rendah.
Bertitik tolak dari ha! tersebut, maka penerapan suatu strategi dan
metode dalam proses pembelajaran kimia merupakan ha! yang sangat penting
dalam upaya mengatasi kesulitan belajar siswa sehingga didapatkan peroleban
basil

belajar siswa yang baik adalah

dengan menggunakan model

pembelajaran yang membimbing kemampuan siswa secara konstruktif, yaitu
pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif dan
mendominasi pembelajaran. Dengan pembelajaran ini biasanya siswa akan
merasakan suasana yang lebih menyenangkan dan memiliki keleluasaan
menemukan sumber belajar sehingga basil belajar dapat dimaksimalkan.
Hal tersebut ditegaskan oleh Chikering dan Zhelda sebagaimana
dikutip Ashtiani, et. al yang menyatakan bahwa siswa di dalam pembelajaran
tidak hanya duduk dan mendengarkan penjelasan yang diberikan guru,
menghafal dan mengerjakan tugas, tetapi siswa diberikan kesempatan untuk

4

bertanya dan menjawab apa, bagaimana dan kenapa mereka belajar, apa yang
mereka tulis dan menghubungkan pengalaman belajar mereka terdahulu
dengan situasi yang baru, kemudian mereka dapat mengaplikasikannya di
dalam kehidupan sehari-hari.

4

Pembelajaran yang dibangun secara konstruktif ini, siswa tidak hanya
mendapatkan informasi yang bersumber dari guru saja, melainkan mereka
dapat mengembangkan pengetahuannya melalui berbagai sumber informasi
seperti media cetak (koran, majalah, buku), media elektronik (televisi, radio,
internet), dan melalui observasi atau pengamatan langsung. Kemudian, mereka
dapat bertukar pikiran (share) dan sating melengkapi pengetahuan melalui
kerja sama yang baik dengan teman sebayanya. Proses pembelajaran ini akan
sangat membantu peserta didik untuk bekerja secara baik dalam penguasaan
konsep dalam bentuk hasil belajar secara kognitif, psikomotor, dan afektif
yang maksimal dan

21.
ッーエゥセ@

Salah satu altematifmodel pembelajaran yang dapat memberikan peran
aktif pada siswa untuk belajar dan membangun kandungan nilai-nilai dalam
pembelajaran kimia konsep reaksi reduksi-oksidasi adalah model cooperative
learning.

Model

ini

memberikan

kesempatan

kepada

siswa

untuk

berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya untuk mencapai
tujuan pembelajaran, sementara guru bertindak sebagai motivator dan
fasilitator aktivitas siswa.
Menurut Johnson, Johnson dan Smith sebagaimana dikutip Messier
menunjukkan

bahwa

suatu

pembelajaran

yang

menggunakan

model

cooperative learning dapat memberikan proses pembelajaran yang efisien dan

efektif, meningkatkan prestasi, hubungan yang hannonis dan positif di antara
siswa serta menyebabkan terjadinya pertukaran informasi yang efektif. 5

4

Ali Fathi-Ashtiani, et.al, A Cotnparison of Cooperative Learning Model and Traditional
Learning Model on Achademic Acievement. Journal of Applied Sciences 7 (1): 137-140, 2007,
ISSN
1812-5654. Asian Network
for Scientific lnfonnation. Available at:
http://www.ansiiournals.com/jas/2007/137- l 40.pdf. Accessed on Nov 16, 2008, 09.19 pm, p. 137
5
William P. Messier, The Influence of Cooperative learning on the Academic
of
Chinese
Middle
School
Students,
available
at:
Achievement

5

Penerapan model cooperative learning dalam pembelajaran, selain
dapat meningkatkan prestasi dan efektivitas proses pembelajaran yang
kondusif juga memberikan pemahaman tentang nilai-nilai, yaitu komunikasi
siswa dalam berdiskusi, memberikan penghargaan terhadap pendapat solusi
anggota kelompok dan rasa kebersamaan atau integritas dalam membantu
anggota kelompok membangun kemajuan kelompok dalam mendapatkan basil
belajar yang baik. Dalam konteks demikian, cooperative learning ini padat
dengan nilai dan memiliki tujuan pembelajaran yang membentuk kemampuan
akademik dan kemampuan berpikir yang lebih tinggi seperti kemampuan
dalam memecahkan masalah secara terstruktur dan aktif mengikut sertakan
peserta didik mengalami pembelajaran. Selain itu, cooperative learning juga
mengembangkan aspek pribadi dan sosial yang memungkinkan orang bekerja
dan hidup dalam Iingkungan sekitar secara kreatif, inisiatif, empati dan
memiliki keterampilan interpersonal secara memadai.
Senada dengan hal tersebut, Rivera dalam Yumetti menyatakan bahwa

cooperative learning dapat meredam kompetisi tidak sehat dan pengucilan
individual. cooperative learning juga dapat menghindari kesulitan dalam
pembelajaran dan kesulitan dalam interaksi sosial serta dapat meningkatkan
kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan.

6

Dalam cooperative learning terdapat beberapa variasi teknik yang
dapat diterapkan, salah satunya adalah teknik numbered heads together
(NHT). Teknik ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (I 992) yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan
pertimbangan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini mendorong
siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Teknik ini bisa
digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak
didik.

http://W\vw.netwebelitesolutions.com/Whitepapers/netwebcoopchinese.pdf. Accessed on Nov 16,

2008, 09.19 pm, p. l
6
Yurnetti, "Pembelajaran Kooperatif Sebagai Model Alternatif dalan1 Pe1nhelajaran
Fisika", dalam Jurnal Fisika Himpunan Fisika Indonesia, Volume BS tahun 2002, 0561, h.2.
Tersedia: http://hfi.fisika.net

6

Model cooperative learning teknik numbered heads together dalam
proses pembelajaran dapat mengetahui aktivitas total siswa dalam memahami
pembelajaran,

sehingga

siswa

menjadi

siap

untuk

aktif mengikuti

pembelajaran guna mendapatkan hasil belajar yang optimal.
Berdasarkan latar belakang tersebut diharapkan penggunaan model
cooperative learning teknik numbered heads together dapat mempengaruhi
hasil belajar siswa secara lebih optimal.

Il. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang
masalah di atas dapat diidentifikasi, antara lain:
1. Model pembelajaran yang digunakan kurang melibatkan siswa untuk aktif
mengalami pembelajaran.
2. Pengembangan pembelajaran K""ang mengaitkan adanya hubungan antara
konsep pembelajaran dengan aplikasi dan pengalaman dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Penerapan pembelajaran sains belum diintegrasikan dengan nilai-nilai
secara optimal.
4. Kesulitan belajar siswa memahami pembelajaran kimia konsep reaksi
reduksi-oksidasi menyebabkan hasil belajar siswa rendah.

C. Pembatasan Masalah
Agar masalah ini dapat dibahas dengan jelas dan tidak meluas, maka
masalah dalam penelitian ini hams dibatasi. Dalam penelitian ini model
pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran cooperative
learning teknik numbered heads together. Sedangkan hasil belajar siswa
dalam penelitian ini dibatasi pada aspek kognitif (pengetahuan siswa pada
konsep redoks). Nilai-nilai sains yang dikembangkan adalah nilai religius,
nilai intelektual, nilai sosial, dan nilai praktis.

7

D. Rumusan Masalah
Masalah

dalam

penelitian

ini

dirumuskan

sebagai

berikut:

"Bagaimanakah pengaruh model cooperative learning teknik Numbered
Heads Together terbadap basil belajar?"

E. Tujuau Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetabui pengarub model cooperative
learning teknik numbered heads together terbadap basil belajar.

F. Manfaat Penelitiail
Manfaat Penelitian ini diharapkan:
I. Meningkatkan kompetensi pedagogik guru IPA dalam melakukan aktivitas
belajar-mengajar yang lebib efektif dan efisien.
2. Membantu guru IPA dalam melaki1kan perbaikan metode belajar yang
digunakan sebagai alternatif pembelajaran yang bermutu dan bermakna
3. Memberikan informasi tentang penerapan pembelajaran konstruktivisme
model cooperative learning untuk meningkatkan basil belajar siswa.
4. Melalui pembelajaran sains/kimia yang mengandung nilai-nilai sains
diharapkan terjadi transfer dan transmisi sistem nilai yang memungkinkan
peserta didik mengalami perubahan sikap, dan perilaku secara lebih
positif.

BABII
KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR,
DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Kajian Teoretis

1. Model Cooperative Learning
a. Pengertian Cooperative Learning
Menurut Ali Fathi-Ashtiani, et.al, cooperative learning adalah
model pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil supaya mereka
bekerja sama dan berbagi untuk mencapai tujuan. Dalam kelompok

cooperative learning, siswa memberikan dua tanggung jawab, yaitu belajar
memberikan bahan, ide atau gagasan dan pendapatnya, lalu membantu dan
memastikan semua anggota kelompok dapat memahami dan menjawab
permasalahan. 1
Menurut Killen (1998), cooperative learning merupakan suatu
teknik

instruksional

dan

filosofi

pembelajaran

yang

berusaha

meningkatkan kemampnan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok
kecil guna memaksimalkan kemampuan belajarnya, dan belajar dari
temannya, serta memimpin dirinya. 2
Sependapat dengan ha! tersebut, Effandi dan Iksan menyatakan
bahwa

cooperative

learning

adalah

model

pembelajaran

yang

menempatkan kelompok kecil, dimana peserta didik dapat berbagi ide dan
bekerja secara bersama-sama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. 3

1

Ali Fathi-Ashtiani, et.al, A Co1nparison of Cooperative Learning Model and Traditional
learning Model on Academic Achievement, in Journal of Applied Sciences 7 (1): 137-140, 2007,
1812-5654. Asian Network
for Scientific Information. Available at:'
ISSN
http://www.ansiioumals.com/jas/2007/137-140.pdf. Accessed on Nov 16, 2008, 09.19 pm, p. 137
2
Yurni Suasti, dkk, "Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa SMU Pembangunan UNP
Melalui Modifikasi Cooperative Leaming Model Jigsaw", dalam Jurnal Pembe/ajaran, volume
26, Nomor 04, Desember 2003, Universitas Negeri Padang, h. 326
3
Effandi Zakaria dan Zanaton Iksan, Prornoting Cooperative Learning in Science and
Mathematics Education : A Malaysian Perspective, in Eurasia Journal of Mathematics, Science &
Technology Education, Vol. 3, No. I, 2007, ISSN: 1305-8223. Available at:

9

Dalam model pembelajaran ini terdapat adanya unsur-unsur
interaksi sosial siswa dalam proses pembelajarannya, sehingga siswa akan
belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu
satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5
orang siswa, dengan kemampuan heterogen yang terdiri dari campuran
kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku. Hal ini bermanfaat untuk
melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman
yang berbeda latar belakangnya.
Dari uraian di atas dapat diartikan bahwa cooperative learning
adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk belajar dan
bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 - 6 orang
dalam upaya memahami dan mengerjakan tugas-tugas belajar yang
terstruktur guna memaksimalkan kemampuan belajarnya.
Keberhasilan

belajar dari

model

r!'operative

learning ini

tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok baik secara
individual maupun secara kelompok serta membutuhkan kemampuan
kooperatif sosial yang efektif dan kemampuan komunikasi yang tepat
dalam

menyelesaikan

tugas.

Hal

ini

menegaskan

bahwa dalam

pembelajaran kooperatif diperlukan adanya patisipasi dari setiap anggota
untuk saling bekerja sama dan memberikan keuntungan bagi kesuksesan
kelompok, penghargaan terhadap setiap anggota kelompok, mengetahui
bahwa hasil yang ditampilkan adalah hasil kesepakatan bersama atau
adanya saling ketergantungan yang positif, merasa bangga dan rasa suka
cita ketika ada anggota kelompok yang mendapatkan penghargaan atau
prestasi. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki kontribusi yang sama
untuk sating membantu membangun kelompok dalam meraih hasil yang
maksimal seeara bersama-sama.
Selain

itu,

dalam

cooperative

learning memerlukan

pula

keterlibatan guru sebagai fasilitator yang menyediakan wadah kepada

http://www.ejmste.com/v3n l/EJMSTEv3nl Zakaria&lksan.pdf. Accessed on Nov 16, 2008, 09.19
pm, p. 37

IO

peserta didik dengan rnentransfer ilrnu pengetahuan, pengorganisasian
pernbelajaran, dan aplikasi sehingga peserta didik tidak hanya rnernpelajari
rnateri saja, tetapi juga harus rnernpelajari keterarnpilan-keterarnpilan
khusus yang disebut keterarnpilan kooperatif. Keterarnpilan kooperatif ini
berfungsi untuk rnelancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan
kerja dapat dibangun dengan rnernbangun tugas anggota kelornpok selarna
kegiatan.

b. Unsur-unsur Dasar Cooperative Learning
Cooperative

learning dikenal

sebagai

pernbelajaran

secara

berkelornpok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelornpok
atau kerja kelornpok, karena dalarn cooperative learning ada struktur
dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga rnernungkinkan
terjadinya

interaksi

secara

terbuka

dan

hubuP gan

yang

bersifat

interdepedensi efektif di antara anggota kelornpok. Oleh karena itu untuk
rnencapai keberhasilan yang rnaksirnal dalarn pernbelajaran kooperatif
harus diterapkan lirna unsur dasar model pernbelajaran kooperatif, yaitu: 4
I.

Saling ketergantungan positif (positive interdepedence)
Saling ketergantungan positif rnernberikan anggota kelornpok
kepercayaan bahwa keberhasilan kelornpok tergantung pada usaha
setiap anggotanya. Anggota kelompok rnerniliki kontribusi yang sarna
untuk bersarna-sarna rnernbangun kelornpok.

2.

Tatap rnuka (face-to-face promotive interaction)
Tatap rnuka atau interaksi dengan sesarna anggota kelornpok
memungkinkan

adanya

diskusi

yang

rnenguntungkan

untuk

rnernecahkan masalah secara bersarna-sarna dengan saling membantu
rnernberikan dukungan atau ide terhadap rnasalah yang ingin
dipecahkan, rnelibatkan inforrnasi dari seluruh anggota kelornpok, dan
rnernberikan sarnbutan atau penghargaan terhadap usulan yang

4

Effandi Zakarian dan Zanaton lksan, op. cit, p. 36

11

disampaikan dalam diskusi tatap muka dan menentukan kesimpulan
yang tepat berdasarkan kesepakatan bersama.
3.

Tanggungjawab perseorangan (individual accountability)
Pertanggung

jawaban

perseorangan

diperlukan

dalam

menentukan hasil keputusan solusi penyelesaian masalah kelompok
dengan tepat dan efisien. Dalam pertanggung jawaban ini dapat
memberikan umpan balik bagi anggota dan kelompok untuk saling
membantu, memberikan dukungan dan me!ibatkan semua anggota
daiam pembelajaran, sehingga dalam unsur ini dapat menghilangkan
adanya efek free rides, yaitu anggota kelompok yang memiliki
kemampuan tinggi mendominasi pembelajaran dengan mengerjakan
semua atau sebagian tugas terhadap anggota kelompok yang
berkemampuan lemah. 5
4.

Komunikasi antar anggota (interpersonal and small ァセBGp@

skills)

Dalam unsur ini menghendaki agar para peserta didik dibekali
dengan berbagai keterampilan berkomunikasi atau keterampilan sosial.
Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para
anggotanya untuk saling mendengarkan, menghargai dan kemampuan
mereka dalam mengutarakan pendapat. Komunikasi antar anggota ini
memerlukan adanya jiwa kepemimpinan yang baik dari masingmasing anggota, kemampuan untuk membuat keputusan, rasa
kepercayaan yang tinggi untuk mendapatkan kesimpulan yang tepat
berdasarkan hasil kesepakatan yang diperoleh dalam membangun
kelompok ke arah hasil kesuksesan yangh maksimal.
5.

Evaluasi proses kelompok (group processing)
Evaluasi proses kelompok dibutuhkan untuk menganalisa,
melihat dan mempertimbangkan informasi yang diperoleh dalam
diskusi harus diteruskan atau diganti untuk mendapatkan hasil yang
efektif bagi kelompok.

5

Mary Ransdell dan Deborah A. Moberly, A Journey into Cooperative Learning with
Teacher Education Students, available at: http://www.usca.edu/essays/vol62003/ransdall.pdf
Accessed on Nov 16, 2008, 09.19 pm, p. 3

12

c. Peranan Guru dalam Cooperative Learning
Menciptakan lingkungan yang optimal baik secara fisik maupun
mental, dengan cara menciptakan suasana kelas yang nyaman, suasana hati
yang gembira tanpa tekanan dapat memudahkan siswa dalam memahami
materi pelajaran. Pengaturan kelas yang baik merupakan langkah pertama
yang efektif untuk mengatur pengalaman pengalaman belajar siswa secara
keseluruhan.
Pelaksanaan cooperative learning dibutuhkan kemauan, keaktifan
dan kemampuan serta kreativitas guru dalam mengelola lingkungan kelas,
yaitu saat menyusun rencana pembelajaran secara matang, pengaturan
kelas saat pelaksanaan, dan membuat tugas untuk dikerjakan siswa
bersama dengan kelompoknya.
Peranan guru dalam pembelajaran kooperatif memiliki kedudukan
yang strategis, dikarenakan guru selain berfungsi untuk

ュ・ョエイセヲ@

ilmu

pengetahuan juga memandu dan membimbing peserta didik untuk
menemukan solusi penyelesaian masalah, sehingga diperlukan adanya
komunikasi dan penerimaan kedua belah pihak, yaitu guru dan peserta
didik dalam proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien.
Menurut National Commission for Cooperative Education (2003)
menjelaskan bahwa komunikasi yang cocok, sesuai dan langsung antara
guru dan peserta didik dapat meningkatkan kepuasan dan memberikan rasa
persahabatan (partnership) kepada guru dan peserta didik dalam proses
pembelajaran, sehingga dapat memberikan dan meningkatkan kemampuan
kognitif, sosial, dan emosional. 6
Selain itu, Pembelajaran kooperatif juga menyediakan kesempatan
kepada guru untuk merefleksikan dan membahas hasil kegiatan yang telah
dilakukan

oleh

individu

dan

kelompok,

mengevaluasi

dinamika

pembelajaran di dalam kelas, memberikan rencana instruksi pembelajaran
6

William P. Messier, The Influence of Cooperative Learning on the Academic
Achievement
of
Chinese
Middle
School
Students,
available
at:
http://www.netwebelitesolutions.com/Whitepapers/netwebcoopchinese.pdf. Accessed on Nov 16,
2008, 09.19pm, p. I

13

yang sesuai untuk mencapai pengalaman belajar yang baik untuk semua
peserta didik dalam pembelajaran.
Peran guru dalam pelaksanaan cooperative learning adalah sebagai
fasilitator, mediator, director-motivator, dan evaluator. 7 Sebagai fasilitator,
seorang guru harus memiliki sikap-sikap sebagi berikut: I) mampu
menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan, 2) membantu
dan mendorong siswa untuk menggungkapkan dan menjelaskan keinginan
dan pembicaraannya baik secara individual maupun kelompok, 3)
membantu kegiatan-kegiatan dan menyediakan sumber atau peralatan serta
membantu kelancaran mereka, 4) membina siswa agar setiap orang
merupakan sumber yang bermanfaat bagi yang lainnya, dan 5) menjelaskan
tujuan kegiatan pada kelompok dan mengatur penyebaran dalam bertukar
pendapat.
Sebagai mediator, guru berperan sebagai penghubung 1hlam
mertjembatanimengaitkan materi pelajaran yang sedang dibahas dengan
permasalahan yang nyata ditemukan dilapangan. Di samping itu, guru juga
berperan dalam rnenyediakan saran pembelajaran, agar suasana kelas tidak
monoton dan membosankan. Dengan kretifitasnya, guru dapat mengatasi
keterbatasan sarana sehingga tidak menghambat suasana pembelajaran di
kelas.
Sebagai director-motivator, guru berperan dalam membimbing
serta mengarahkan jalannya diskusi, membantu kelancaran diskusi tapi
tidak memberikan jawaban. Lalu, sebagai motivator, guru berperan
memberikan semangat pada siswa untuk aktif berpartisipasi. Sebagai
evaluator, guru berperan dalam menilai kegiatan belajar-mengajar yang
sedang berlangsung. Penilaian ni tidak hanya pada basil, tetapi lebih
ditekankan pada proses pembelajaran. Penilaian dilakukan baik secara
perorangan maupun secara berkelompok. Alat yang digunakan dalam
evaluasi selain berbentuk tes sebagai alat pengumpul data juga berbentuk
catatan observasi guru untuk melihat kegiatan siswa di kelas.
7

lsjoni, op. cit, h.62-64

\

14

d. Cooperative Learning Teknik Numbered Heads Together (NHT)
Upaya yang dilakukan oleh seorang guru dalam memudahkan
siswa untuk memahami pembelajaran adalah dengan menciptakan
lingkungan pembelajaran yang optimal, yaitu dengan cara menciptakan
suasana kelas yang nyaman, gembira dan tanpa tekanan.
Oleh karena itu, dalam pelaksanaan pembelajaran cooperative
dibutuhkan kemampuan dan kreativitas seorang guru dalam mengatur dan
mengelola Jingkungan kelas. Sehingga dengan menggunakan model
pembelajaran ini guru menjadi Jebih aktif dalam mempersiapkan dan
menyediakan pembelajaran yang baik kepada siswa untuk memahami
pembelajaran secara keseluruhan dengan suasana hati gembira.

8

Penerapan model cooperative learning dalam proses pembelajaran
memiliki prosedur pembelajaran yang membangun pengetahuan antara
guru dan siswa menjadi Jebih produktif dan interaksi siswa dengan siswa.
mertjadi Jebih dinamis dengan suasana diskusi.
Ibrahim (2000: 10) sebagaimana dikutip Latif menyebutkan bahwa
terdapat enam Jangkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif, yaitu: 9

セ@

Tabel 1. Langkah-langkah Cooperative Learning

FASE
Fase I
Menyampaikan tujuan dan memotivasi
siswa
Fase II
Menyajikan informasi
Fase III
Mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok-kelompok belajar
·-·-

I
TINGKAH LAKU GURU
Guru menyampaikan semua tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa belajar
Guru menyajikan informasi kcpada
siswa dengan jalan demonstrasi atau
lewat bahan bacaan
Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi
secara efisien

' ibid.. h. 61
"Nurwahyuni Latif, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT,
pendidikanrnaternatika.files.wordpress.corn Diakses: 6 Agustus 2009, jam 16.00 WIB

Tersedia:

15

Fase IV
Membimbing kelompok bekerja dan
bel

Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Penerapan model cooperative learning teknik numbered heads together untuk meningkatkan hasil belajar akutansi siswa ( penelitian tindakan kelas di MAN 11 jakarta )

0 6 319

Pengaruh Strategi Pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Mathaul Huda

0 5 173

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Efektifitas pembelajaran kooperatif metode numbered heads together (NHT) terhadap hasil belajar pendidikan Agama Islam di SMP Islam al-Fajar Kedaung Pamulang

0 10 20

The Effectiveness of Numbered Heads Together Technique (NHT) Toward Students’ Reading Ability on Descriptive Text A Quasi Experimental Study at the Second Grade of SMPN 2 Tangerang Selatan in Academic Year 2013/2014

1 9 128

Pengaruh metode Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang

0 4 177

Effect of Method Numbered Head Together (NHT) to the Student Results on Subjects of Fiqh at Al-Zahra Indonesian Junior Pamulang.

0 25 177

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap Hasil Belajar Fiqih dalam pokok bahasan Riba, Bank, dan Asuransi. (Kuasi Eksperimen di MA Annida Al Islamy, Jakarata Barat)

0 13 150

1 PENGARUH MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR IPA DI SD

2 2 8