Penerapan model cooperative learning teknik numbered heads together untuk meningkatkan hasil belajar akutansi siswa ( penelitian tindakan kelas di MAN 11 jakarta )
HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA
(Penelitian Tindakan Kelas di MAN 11 Jakarta)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh:
NURHALIMAH NIM. 107015000643
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M./1432 H.
(2)
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK
NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR AKUNTANSI SISWA (Penelitian Tindakan Kelas di MAN 11 Jakarta)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh:
Nurhalimah NIM. 107015000643
Menyetujui, Pembimbing
Dr. Iwan Purwanto, M. Pd NIP. 197 304 24 200801 1 012
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M./1432 H.
(3)
Bahwasanya dengan ini menerangkan skripsi yang berjudul “PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK NUMBERED HEADS
TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI
SISWA (Penelitian Tindakan Kelas di Man 11 Jakarta)”. Yang disusun oleh: Nama : Nurhalimah
NIM : 107015000643
Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diajukan pada sidang munaqasyah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Jakarta, 09 Agustus 2011 Yang menyatakan, Pembimbing Skripsi
Dr. Iwan Purwanto, M. Pd NIP: 197 304 24 200801 1 012
(4)
Numbered Heads Together Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Akuntansi Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di MAN 11 Jakarta)” disusun oleh Nurhalimah, NIM: 107015000643, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 09 September 2011 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Jakarta, 12 September 2011
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Sidang (Ketua Jurusan Pendidikan IPS) Tanggal Tanda Tangan
Drs. H. Nurochim, MM
NIP. 195907151984031003
Sekretaris Sidang
Dr. Iwan Purwanto, M.Pd NIP. 197304242008011012
Penguji I
Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA NIP. 194701141965101001
Penguji II
Drs. H. Nurochim, MM NIP. 195907151984031003
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP. 195710051987031003
(5)
Yang bertandatangan di bawah ini Nama : Nurhalimah
NIM : 107015000643
Jurusan : Pendidikan IPS/ Ekonomi Angkatan Tahun : 2007
Alamat : JL. Bungan Teratai No. 397 RT. 08 RW. 03 Desa Sangkanerang Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan Cirebon Propinsi Jawa Barat
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul “PENERAPAN MODEL COOPERATIVE
LEARNING TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA (Penelitian Tindakan Kelas di MAN 11 Jakarta)” adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
Nama : Dr.Iwan Purwanto, M. Pd NIP : 197 304 24 200801 1 012 Dosen Jurusan : Pendidikan IPS
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.
Jakarta, 09 Agustus 2011 Yang Menyatakan
(6)
i
NURHALIMAH, 106015000643: “Penerapan Model Cooperative Learning
Teknik Numbered Heads Together Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Akuntansi Siswa”. Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Bidang studi IPS Akuntansi merupakan satu dari 6 mata pelajaran yang ditetapkan pemerintah sebagai tolak ukur kelulusan siswa mulai tingkat menengah atas. Dalam pengamatan awal peneliti di sekolah MAN 11 Jakarta, menemukan bahwa permasalahan yang dihadapi guru diantaranya adalah rendahnya hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran akuntansi. Indikator pencapaian hasil yang ditetapkan sesuai standar Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang cukup (70) dengan berbagai pertimbangan. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk membantu meningkatkan hasil belajar siswa terhadap akuntansi dengan “Model Cooperative Learning Teknik Numbered Heads Together”. Teori yang digunakan peneliti adalah teori model pembelajaran Cooperative Learning, Numbered Heads Together, belajar dan hasil belajar.
Metode yang digunakan peneliti adalah penelitian tindakan kelas (PTK), bertujuan untuk memberikan solusi permasalahan yang dihadapi guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Penelitian ini dilakukan di MAN 11 Jakarta pada kelas XI IPS 2 dengan jumlah siswa laki-laki 16, sedangkan jumlah siswa perempuan 13, sehingga jumlah keseluruhan 29 siswa.
Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa penerapan model
Cooperative Learning teknik Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi siswa kelas XI IPS 2 MAN 11 Jakarta. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan rata-rata N-Gain siklus I yaitu 0,52 meningkat pada siklus II menjadi 0,73.
Kata Kunci : Cooperative Learning, Numbered Heads Together, Hasil Belajar Akuntansi Siswa
(7)
ii
NURHALIMAH, 106015000643: “The Application of Cooperative Learning Technique by Using Numbered Heads Together to Enhance Students Learning
Accounting.” Social Education, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University, 2011.
IPS Accountancy lesson is one of the 6 subjects set by the government as a measure of students' graduation in the senior high school. In the beginning observations of this research in MAN 11 Jakarta, found that the problem that teacher face is the low learning outcomes among students of accounting subjects. Meanwhile, an indicator of achievement of the result set according to standard minimal mastery level criterion (KKM) is sufficient (70) with a variety of considerations. Based on that problem, the researcher is interested to help improve student-learning outcomes of accounting with the “Cooperative Learning Techniques by Using Numbered Heads Together". The researcher used the theory of Learning Cooperative learning models, Numbered Heads Together, learning and learning outcomes. The method used was a classroom action research class (CAR), aims to provide a solution faced by teacher and students in the learning process in class. The research was conducted in MAN 11 Jakarta on class XI IPS 2. This class contains 16 male students, 13 female students, bringing the total to 29 students.
Conclusion of the classroom action research that the application of cooperative learning technique by using numbered heads together could enhance learning outcomes of accounting students' class XI IPS 2 MAN 11 Jakarta. This research can proved by the increase in the average N-Gain cycle I is 0 .52 increase in cycle II to be 0.73.
Key words : Cooperative Learning, Numbered Heads Together, Learning Outcomes of Accounting
(8)
iii
Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Cooperative Learning Teknik Numbered Heads Together
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Akuntansi Siswa” dengan baik dan lancar. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah pada baginda alam, Rasulullah dan junjungan Nabi besar Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya.
Dalam penyelesaian skripsi ini tentunya penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang tanpa lelah memberikan dorongan baik moril maupun materil. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua dan keluarga besar. Terbaik dari yang terbaik. Perjuangan, pengorbanan, kesabaran, dan pengertian yang kalian berikan sampai saat ini takkan sanggup penulis balas dengan apapun. Semoga Allah meridhoi dan membalas dengan kebaikan dan pahala yang berlipat.
2. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak. Drs. H. Nurochim, MM. Ketua Jurusan Pendidikan IPS, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bersamamu selalu ada jalan dan kemudahan dalam setiap problema. Sungguh beruntung PIPS memiliki kajur seperti bapak. Semoga Allah Swt senantiasa memberikan kemudahan bagi bapak Nurochim. 4. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd sebagai the best in lecture PIPS dan dosen
pembimbing yang telah membimbing penulis dalam mengerjakan skripsi dalam keadaan sibuk maupun santai dan memberikan inspirasi bagi penulis untuk meraih mimpi dan cita-cita serta kesabaran yang sangat tinggi dalam memberikan pelajaran. Semoga Allah senantiasa memberi perlindungan dan kemudahan serta keberhasilan bagi bapak.
5. Ibu Dra. Ulfah Fajarini, M.Si sebagai dosen penasehat akademik yang begitu baik dan selalu mengerti kesulitan mahasiswa yang mencari dosen namun begitu bertemu dengan ibu, ibu sangat mudah memberi kita ACC.
(9)
iv
7. Bpk. Drs. Maryanto selaku guru Akuntansi dan Drs. Rojali, M.Pd selaku Kepala MAN 11 Jakarta. Terima kasih untuk bantuan dan kerjasamanya selama penelitian.
8. Sahabat-sahabat PIPS angkatan 2007, Pitria Ningtias, Dina Fadiah, Imas Permata, Ai, Lia, Mimi, selaku Watie’s Family. Nova, Jamilah, Irma, Neneng Nuraini, Euis Karyo, Azma, Fitri Ceremen dan Esti selaku Ceker’s Family (untuk keceriaan dan kebersamaan, bersama kalian tersenyum dan tertawa seperti sebuah keharusan, bumbu dalam setiap perkumpulan), Dinto (untuk pengalaman dan pengetahuannya serta kebersamaan dalam kosan), Nida Aulia (untuk masukkan dan support nya), Ka Jabenk dan A Jojo yang selalu memotivasi, kumpulan anak-anak kuningan IPPMK (teruslah berkreasi dan berekspresi), Anak-anak Racana Pramuka UIN, anak-anak KMSGD serta semua teman-teman yang tak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Penulis juga mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu per satu, yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Ungkapan kata memang takkan cukup untuk kebaikan kalian semua. Semoga Allah membalasnya dengan segala kebaikan dan pahala yang berlipat.
Penulis mengakui dan menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh pada kesempurnaan, baik dari segi isi, sususnan kalimat dan sistematika penulisannya. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan selanjutnya agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang terdahulu. Segala kesempurnaan, penulis kembalikan kepada Allah SWT, mudah-mudahan Allah senantiasa memberkahi segala amal usaha kita.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang sekiranya jauh dari sempurna ini dapat memberikan sepercik manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Semoga kita semua senantiasa dipelihara dalam jalan lurus ridho Allah Swt dan di akhirat kelak mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya. Amin.
Jakarta, 09 Agustus 2011
(10)
v
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR GRAFIK ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifkasi Masalah ... 10
C. Pembatasan Masalah ... 11
D. Rumusan Masalah ... 11
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11
1. Tujuan Penelitian ... 11
2. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II Kajian Teoritis, Kerangka Berpikir, dan Perumusan Hipotesis .. 14
A. Kajian Teoritis ... 14
1. Model Cooperative Learning ... 14
a. Pengertian Model Pembelajaran ... 14
b. Pengertian Model Cooperative Learning ... 16
c. Unsur-unsur Dasar Model Cooperative Learning ... 18
d. Tujuan Model Cooperative Learning ... 19
(11)
vi
3. Hasil Belajar ... 28
a. Konsep Belajar ... 28
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 31
c. Konsep Hasil Belajar ... 32
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 34
e. Pengukuran Hasil Belajar ... 36
4. Hubungan Model Cooperative Learning Teknik Numbered Heads Together dengan Hasil Belajar ... 38
5. Konsep IPS Akuntansi ... 38
6. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 42
B. Kerangka Berpikir ... 43
C. Perumusan Hipotesis ... 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 46
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 46
B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan atau Rancangan Siklus Penelitian ... 47
C. Subjek atau Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian ... 50
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 50
E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 50
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 52
G. Data dan Sumber Data ... 52
H. Instrumen-instrumen Pengumpul Data Yang Digunakan ... 52
I. Teknik Pengumpulan Data ... 53
J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan Studi ... 54
(12)
vii
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 59
A. Gambaran Umum Sekolah ... 59
B. Deskripsi Data Hasil Pengamatan Efek/Hasil Intervensi Tindakan ... 70
C. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 75
D. Analisis Data ... 76
1. Hasil Belajar Siswa ... 76
2. Hasil Wawancara Dengan Siswa Setelah Tindakan ... 81
3. Hasil Observasi Aktivitas Siswa, Aktivitas Guru dan Proses Pembelajaran ... 85
4. Hasil Angket Siswa ... 93
E. Interpretasi Hasil analisis ... 106
F. Pembahasan Hasil Temuan Penelitian ... 119
BAB V PENUTUP ... 124
A. Kesimpulan ... 124
B. Saran ... 125
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR UJI REFERENSI LAMPIRAN-LAMPIRAN
(13)
viii
Halaman
Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Cooperative Learning ... 22
Tabel 2.2 Langkah-langkah Teknik Numbered Heads Together ... 26
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Kisi-kisi Soal ... 46
Tabel 3.2 Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ... 51
Tabel 4.1 Tenaga Pengajar ... 63
Tabel 4.2 Tata Usaha ... 63
Tabel 4.3 Jenjang Kepangkatan Personil ... 64
Tabel 4.4 Personil Dilihat Dari Jenjang Kepangkatan ... 64
Tabel 4.5 Jumlah Siswa 8 Tahun Terakhir ... 65
Tabel 4.6 Jumlah Ruang Kelas dan Rombongan Belajar 8 Tahun Terakhir ... 65
Tabel 4.7 Program Studi Kelas XI dalam 8 Tahun Terakhir... 65
Tabel 4.8 Program Studi Kelas XII dalam 8 Tahun Terakhir ... 66
Tabel 4.9 Jumlah Perolehan Rata-rata Nilai UN Jurusan IPA 7 Tahun Terakhir ... 66
Tabel 4.10 Jumlah Perolehan Rata-rata Nilai UN Jurusan IPS 7 Tahun Terakhir ... 67
Tabel 4.11 Keberadaan Lulusan MAN 11 7 Tahun Terakhir ... 67
Tabel 4.12 Asal Siswa Kelas X MAN 11 Jakarta ... 67
Tabel 4.13 Sarana dan Prasarana Pendidikan MAN 11 Jakarta ... 68
Tabel 4.14 Prestasi Siswa di Bidang Akademik dan Non Akademik ... 69
Tabel 4.15 Sarana Fasilitas Belajar ... 69
Tabel 4.16 Hasil Belajar Siklus I ... 76
Tabel 4.17 Hasil Belajar Siklus II ... 78
Tabel 4.18 Rekapitulasi dan Perbandingan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II ... 80
Tabel 4.19 Wawancara Responden Siswa ... 82
(14)
ix
Tabel 4.24 Aktivitas Guru Siklus II ... 90
Tabel 4.25 Aktivitas Pembelajaran Siklus II ... 92
Tabel 4.26 Ketertarikan Siswa Pada Model ... 93
Tabel 4.27 Kesesuaian Model ... 94
Tabel 4.28 Kondisi Kesulitan Siswa ... 94
Tabel 4.29 Antusiasme Siswa ... 95
Tabel 4.30 Keaktifan Siswa ... 95
Tabel 4.31 Kejenuhan Siswa ... 96
Tabel 4.32 Keefektifan Model ... 96
Tabel 4.33 Kefektifan Model ... 97
Tabel 4.34 Kefektifan Model Terhadap Hasil Belajar ... 97
Tabel 4.35 Kefektifan Model Terhadap Minat dan Perhatian ... 98
Tabel 4.36 Keefektifan Model terhadap Mata Pelajaran ... 98
Tabel 4.37 Ketertarikan Siswa Terhadap Mata Pelajaran ... 99
Tabel 4.38 Ketertarikan Siswa Terhadap Model ... 99
Tabel 4.39 Kefektifan Model Terhadap Pemahaman Siswa ... 100
Tabel 4.40 Kefektifan Model Terhadap Semangat dan Antusiasme Siswa .... 100
Tabel 4.41 Kefektifan Model dalam Proses Pembelajaran ... 101
Tabel 4.42 Kefektifan Model Terhadap Materi Pelajaran ... 101
Tabel 4.43 Kefektifan Model Terhadap Waktu Pembelajaran ... 102
Tabel 4.44 Kefektifan Model Terhadap Penyelesaian Materi ... 102
Tabel 4.45 Harapan Siswa Terhadap Proses Pembelajaran ... 103
Tabel 4.46 Ketertarikan Siswa Terhadap Mata Pelajaran ... 103
Tabel 4.47 Kefektifan Mata Pelajaran ... 104
Tabel 4.48 Harapan Siswa Terhadap Guru Mata Pelajaran ... 104
Tabel 4.49 Respon Siswa Terhadap Model Konvensional ... 105
Tabel 4.50 Harapan Siswa Terhadap Guru Mata Pelajaran ... 105
(15)
x
Tabel 4.55 Aktivitas Guru Siklus II ... 115 Tabel 4.56 Aktivitas Pembelajaran Siklus II... 116
(16)
xi
Halaman
Gambar 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar ... 35 Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 45 Gambar 3.1 Tahapan Penelitian Tindakan Kelas ... 49
(17)
xii
Halaman
Grafik 4.1 Hasil Belajar Siklus I ... 77 Grafik 4.2 Hasil Belajar Siklus II ... 79
(18)
xiii
LAMPIRAN 1 Lembar Observasi Pra-Penelitian (Hasil Wawancara dan Hasil Ulangan Harian)
LAMPIRAN 2 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus I LAMPIRAN 3 Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus I LAMPIRAN 4 Kunci Jawaban Instrumen Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus I LAMPIRAN 5 Validitas Instrumen Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus I LAMPIRAN 6 Reliabilitas Instrumen Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus I LAMPIRAN 7 Tingkat Kesukaran Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus I LAMPIRAN 8 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus II LAMPIRAN 9 Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus II LAMPIRAN 10 Kunci Jawaban Instrumen Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus II LAMPIRAN 11 Validitas Instrumen Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus II LAMPIRAN 12 Reliabilitas Instrumen Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus II LAMPIRAN 13 Tingkat Kesukaran Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus II LAMPIRAN 14 RPP Pertemuan 1
LAMPIRAN 15 RPP Pertemuan 2 LAMPIRAN 16 RPP Pertemuan 3 LAMPIRAN 17 RPP Pertemuan 4 LAMPIRAN 18 RPP Pertemuan 5
LAMPIRAN 19 Materi Pembelajaran Siklus I LAMPIRAN 20 Materi Pembelajaran Siklus II
LAMPIRAN 21 Instrumen Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus I
LAMPIRAN 22 Kunci Jawaban Instrumen Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus I LAMPIRAN 23 N-Gain Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus I
LAMPIRAN 24 Instrumen Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus II
LAMPIRAN 25 Kunci Jawaban Instrumen Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus II LAMPIRAN 26 N-Gain Tes Hasil Belajar Akuntansi Siklus II
LAMPIRAN 27 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan 1 LAMPIRAN 28 Lembar Observasi Aktivitas Guru Pertemuan 1
(19)
xiv
LAMPIRAN 32 Lembar Observasi Aktivitas Guru Pertemuan 2 LAMPIRAN 33 Lembar Observasi Proses Pembelajaran Pertemuan 2 LAMPIRAN 34 Catatan Lapangan Pertemuan 2
LAMPIRAN 35 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan 3 LAMPIRAN 36 Lembar Observasi Aktivitas Guru Pertemuan 3 LAMPIRAN 37 Lembar Observasi Proses Pembelajaran Pertemuan 3 LAMPIRAN 38 Catatan Lapangan Pertemuan 3
LAMPIRAN 39 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan 4 LAMPIRAN 40 Lembar Observasi Aktivitas Guru Pertemuan 4 LAMPIRAN 41 Lembar Observasi Proses Pembelajaran Pertemuan 4 LAMPIRAN 42 Catatan Lapangan Pertemuan 4
LAMPIRAN 43 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan 5 LAMPIRAN 44 Lembar Observasi Aktivitas Guru Pertemuan 5 LAMPIRAN 45 Lembar Observasi Proses Pembelajaran Pertemuan 5 LAMPIRAN 46 Catatan Lapangan Pertemuan 5
LAMPIRAN 47 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan 6 LAMPIRAN 48 Lembar Observasi Aktivitas Guru Pertemuan 6 LAMPIRAN 49 Lembar Observasi Proses Pembelajaran Pertemuan 6 LAMPIRAN 50 Catatan Lapangan Pertemuan 6
LAMPIRAN 51 Hasil Wawancara dengan Siswa Setelah Penelitian LAMPIRAN 52 Hasil Wawancara dengan Guru Setelah Penelitian LAMPIRAN 53 Kisi-kisi Angket Siswa
LAMPIRAN 54 Angket Siswa
LAMPIRAN 55 Nama-nama Kelompok LAMPIRAN 56 Tabel Rank-Spearman LAMPIRAN 57 Foto-foto Proses PTK
LAMPIRAN 58 Lembar Pengesahan Proposal Skripsi LAMPIRAN 59 Surat Bimbingan Skripsi
(20)
xv LAMPIRAN 63 Riwayat Hidup Penulis
(21)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu bagian yang penting bagi kehidupan manusia dalam mengembangkan kepribadian dan kemampuannya yang berlangsung seumur hidup. Melalui pendidikan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan wawasan manusia akan terus berkembang, guna memperoleh ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya yang berjudul Kurikulum dan Pembelajaran mengungkapkan “Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adekwat dalam kehidupan masyarakat”.1
Hal ini berarti bahwa pendidikan merupakan suatu usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup yang mengarah kepada tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian pendidikan menjadi tanggung jawab semua yang meliputi orang tua, masyarakat dan pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa
1
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Cet. V, h. 3
(22)
pemerintah harus memberikan perhatian yang sangat besar terhadap penyelenggaraan pendidikan, karena melalui pendidikanlah akan terbentuk pengetahuan seseorang yang dapat digunakan untuk mencapai kesejahteraan hidup dan dapat membantu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berguna untuk merubah keadaan suatu bangsa menjadi lebih baik dan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.
Selanjutnya, menurut Poerbakawatja dan Harahap dalam buku Psikologi Pendidikan karangan Muhibbin Syah mengungkapkan:
Pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya dengan meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya, orang dewasa itu adalah orang tua si anak atau orang tua yang atas dasar tugas dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik misalnya guru sekolah, pendeta atau kiai dalam lingkungan keagamaan, kepala-kepala asrama dan sebagainya.2
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa peserta didik memerlukan bimbingan dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran baik oleh orang tua maupun guru di sekolah. Dalam hal ini orang tua membimbing anak menuju ke kedewasaan dalam arti orang tua yang atas dasar tugas dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik misalnya guru sekolah, pendeta atau kiai dalam lingkungan keagamaan, kepala-kepala asrama dan sebagainya. Kegiatan dan pembelajaran di sekolah pun harus disesuaikan dengan keadaan peserta didik agar berjalan dengan efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pendidikan. Salah satu tujuan pendidikan adalah menjadikan manusia yang berilmu, beriman dan bertaqwa. Sebagaimana kita ketahui bahwa orang-orang yang berilmu, beriman, dan bertaqwa akan mendapatkan derajat yang mulia di sisi Allah SWT, sebagaimana diterangkan dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Mujaadilah ayat 11 yaitu:
2
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. XV, h. 11
(23)
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu diminta bergeser dalam suatu majelis, bergeserlah. Tuhan akan memberi kelapangan kepadamu. Kalau kamu diminta meninggalkan tempat, tinggalkanlah, nanti Allah akan mengangkat kamu orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu beberapa tingkatan. Tuhan tahu apa yang kamu kerjakan itu”.3
Berkenaan dengan ayat tersebut di atas orang-orang yang berilmu, beriman, dan bertaqwa akan mendapatkan derajat yang mulia di sisi Allah SWT. Sebagaimana kita ketahui bahwa ilmu terdiri dari ilmu alam dan sosial yang berhubungan dengan dimensi manusia dengan segala peristiwa yang ada dalam kehidupannya. Maka dalam hal ini, manusia dihadapkan kepada beberapa disiplin ilmu sosial, maka lahirlah relasi, relevansi dan fungsi yang cukup signifikan. Dimensi ruang dengan segala bentuk fenomenanya sangat besar relevansinya untuk dijadikan objek kajian Geografi. Dimensi manusia sebagai makhluk individu atau sosial sangat besar relevansinya untuk dijadikan objek kajian Sosiologi. Dimensi waktu dan peristiwa lainya yang dialami manusia sangat besar relevansinya untuk dijadikan objek kajian Ilmu Sejarah dan dimensi kebutuhan manusia dengan segala karakteristiknya sangat tepat untuk dijadikan objek kajian Ilmu Ekonomi.
Begitu pula dengan mata pelajaran-mata pelajaran dipastikan telah memiliki karakteristik tersendiri dan berbeda walau tak dapat dipisahkan satu sama lain. Ilmu pengetahuan sosial yang merupakan salah satu mata pelajaran senantiasa berkenaan dengan berbagai fenomena: Sosial, Budaya dan Ekonomi yang menjadi salah satu bagian dalam hidup dan kehidupan manusia
3
M. Said, Tarjamah Al-Qur’an Al-Karim, (Bandung: PT Al Ma’Arif, 1987), Cet. II, h. 490.
(24)
atau masyarakat dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat baik dalam kelompok kecil maupun dalam kelompok yang lebih besar, sebagaimana diterangkan dalam firman Allah SWT dalm surat Al-Alaq ayat 1-5 yaitu:
1. Bacalah atas nama Tuhanmu yang menjadikan 2. Yang menjadikan manusia dari segumpal darah 3. Bacalah, Tuhanmu itu Maha Pemurah,
4. Yang telah mengajarkan dengan pena
5. Mengajarkan pengetahuan yang belum manusia ketahui4
Jelas berdasarkan ayat di atas bahwa Allah mengajar manusia dengan perantara tulis baca. Sehingga dalam hal ini manusia dituntut untuk belajar mengenai pengetahuan agar mereka lebih mengetahui apa yang belum mereka ketahui. Dalam arti bahwa, kita sebagai manusia harus menyadari betapa pentingnya ilmu pengetahuan yang akan mengangkat derajat kita, baik ilmu alam maupun sosial, ilmu dunia maupun ilmu akhirat dari jenjang awal sampai akhir.
Pada jenjang SD/MI dan SMP/MTS mata pelajaran IPS diberikan secara terpadu, namun pelajaran IPS pada jenjang SMA/MAN telah mengalami spesifikasi seperti Ekonomi, Akuntansi, Geografi, Sosiologi dan Sejarah. Namun saat ini, Ekonomi dan Akuntansi dipadukan dalam satu kesatuan pelajaran Ekonomi dalam arti bahwa sebagaian semester siswa mempelajari Ekonomi dan sebagaian semester lagi siswa belajar Akuntansi.
Sumarso dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Suatu Pengantar mengutip pendapat dari American Accounting Association mendifinisikan Akuntansi sebagai “...proses mengidentifikasi, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut”.5
4
M. Said, Tarjamah Al-Qur’an Al-Karim..., h. 537.
5
(25)
Sehingga akuntansi sangat berguna bagi para Ekonom yang menggeluti dunia bisnis karena sebagai alat mengidentifikasi, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas sehingga perusahaan mereka menjadi go public dalam arti laporan keuangan bisa dibaca oleh semua pihak sehingga adanya kepercayaan bahwa perusahaan tersebut memiliki kapabilitas yang tinggi.
Pendapat lain disampaikan oleh Al- Harjono Jusuf dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Akuntansi merumuskan definisi Akuntansi sebagai berikut:
Ditinjau dari sudut pemakainya akuntansi dapat didefinisikan sebagai suatu disiplin yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan suatu organisasi. Ditinjau dari sudut kegiatannya akuntansi dapat definisikan sebagai proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan dan penganalisisan data keuangan suatu organisasi.6
Sehingga dalam hal ini akuntansi sangat berguna baik bagi orang yang menggunakannya maupun sebagai kontrol dalam kegiatan keuangan dalam suatu organisasi karena sebagai alat pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan dan penganalisisan data keuangan baik dalam bidang ekonomi maupun sosial.
Dalam era globalisasi ini siswa dituntut untuk memiliki kemampuan dalam melakukan pembukuan akuntansi karena pasar bebas sudah mulai berkembang. Kompetensi dasar yang harus dimiliki adalah melakukan pembukuan pada perusahaan jasa dan perusahaan dagang. Dalam siklus akuntansi perusahaan secara umum, siswa mengalami kesulitan dan kebingungan dalam tahap pengikhtisaran karena dibutuhkan ketelitian dan kesabaran, sehingga hasil belajar akuntansi menjadi rendah, didukung dengan adanya kurang percaya diri dalam bertanya.
Dalam hal ini dibutuhkan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam bertanya mengenai kesulitan mempelajari materi dan membuat siswa menjadi percaya diri dalam memecahkan soal yang
6
Al-Haryono Jusuf, Dasar-dasar Akuntansi, (Yogyakarta: STIE YKPN, 2003), Cet. II, h. 4-5
(26)
dirasakan sulit karena melalui tahap diskusi dengan kelompok yang nantinya akan dipresentasikan oleh masing-masing anggota kelompok secara keseluruhan akan membuat kelas menjadi hidup dan menggembirakan karena setiap siswa berkewajiban mempresentasikan hasil diskusi kelompok.
Kegiatan pembelajaran di sekolah akan berjalan efektif dan menyenangkan dengan adanya kreatifitas dari guru dan peserta didik sehingga membuat siswa tertarik dengan topik pembelajaran yang akan disampaikan, misalnya dengan cara “menanyakan kepada siswa apakah mereka merasa terhanyut dalam suatu kegiatan sehingga mereka lupa waktu”.7 Dengan demikian kita sebagai guru mengetahui keadaan siswa dalam proses pembelajaran, apakah siswa merasa bosan atau menyenangkan mengikuti pembelajaran yang kita terapkan di dalam kelas. Sedangkan yang diungkapkan oleh Linda Champbel, dkk dalam bukunya yang berjudul Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligencesyaitu dengan “mendorong siswa
bertanya, memberikan kesempatan-kesempatan pada siswa untuk membangkitkan pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri”.8 Hal ini bertujuan untuk mengetahui hambatan ataupun kesulitan belajar siswa dalam mempelajari materi pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi di kelas XI IPS 2 MAN 11 Jakarta, siswa menganggap bahwa Akuntansi merupakan pelajaran yang sangat sulit dan membingungkan sehingga mereka merasa acuh dan menunjukkan sikap-sikap yang acuh pula seperti tidur di kelas saat pembelajaran berlangsung, siswa mengobrol, ribut bahkan memakai headset mendengarkan musik di
handphone sehingga hanya beberapa orang yang aktif dalam pembelajaran di kelas dan dampak yang lebih pentingnya yaitu hasil belajar Akuntansi siswa yang rendah.
Hal ini disebabkan, masih banyak guru yang mengajarkan mata pelajaran Akuntansi dengan menggunakan paradigma lama yaitu
7
Pat Hollingsworth dan Gina Lewis, Pembelajaran Aktif, (Jakarta: PT Indeks, 2008), Cet. I, h. 4.
8
Linda Champbel, dkk, Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, (Depok: I. Intuisi Press, 2004), Cet. I, h.54
(27)
memindahkan informasi dan ilmu pengetahuan kepada siswa hanya melalui dimensi pendengaran, konsep-konsep yang diperoleh para siswa tidak melalui proses kerja maupun penerapan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Guru kurang membangkitkan motivasi belajar siswa dan kurang memusatkan perhatian belajar siswa. Kemungkinan lain yang terjadi adalah kurangnya penggunaan media pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses pemindahan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman yang tidak dapat diajarkan hanya dengan metode ceramah saja. Maka dari itu dalam pembelajaran harus adanya variasi kegiatan seperti menggunakan model pembelajaran yang nyaman dan menggembirakan bagi peserta didik agar dapat mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan yang telah ditetapkan.
Model dan strategi pembelajaran merupakan salah satu aspek dalam pembelajaran yang mengalami perubahan dan pengembangan yang sangat cepat dan produktif, sehingga guru harus mengontrol stimulus agar siswa bisa berubah sesuai dengan model dan desain yang telah dirancang. Oleh sebab itu, kini dikembangkan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning).
Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak bekerjasama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Model pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia. 9
Sehingga cooperative learning dapat mempertebal rasa percaya pada diri sendiri dan kesetiakawanan sosial diantara peserta didik sehingga harus menggunakan model pembelajaran yang dapat menimbulkan adanya rasa percaya pada diri sendiri dan kerjasama antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya serta mengaktifkan siswa sehingga dapat mengoptimalkan potensi pada masing-masing siswa. Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok
9
(28)
itu. Prosedur cooperative learning didesain untuk mengaktifkan siswa melalui inkuiri dan diskusi dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-6 orang. Sehingga siswa dapat saling berbagi pengetahuan antara satu siswa dengan siswa lain mengenai cara atau solusi atas persoalan yang diberikan oleh guru.
Dalam setiap kelompok biasanya saling menunjuk antara anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok lainnya dalam mempresentasikan hasil diskusi dalam kelompoknya, ataupun ketika guru memberikan pertanyaan maka siswa rebutan untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan mengacungkan tangan sehingga keadaan kelas menjadi ribut dan gaduh. Maka dalam hal ini guru harus menggunakan teknik pembelajaran agar semua anggota kelompok bisa aktif dan berkewajiban mempresentasikan hasil diskusi dalam kelompoknya dengan terarah dan terstruktur, sehingga dipilihlah model cooperative learning teknik numbered heads together.
“Number head together adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas.”10
Maka dalam hal ini, model cooperative learning teknik
numbered heads together merupakan suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas. Dalam model cooperative learning teknik numbered heads together setiap siswa memiliki kewajiban dalam mempresentasikan hasil diskusi dengan kelompok, sehingga semua siswa akan memiliki pengalaman belajar yang sama dengan siswa lainnya. Dengan melaksanakan model
cooperative learning teknik numbered heads together akan membuat siswa percaya diri, kerjasama yang baik dan saling membantu memecahkan persoalan dari yang mudah sampai yang sulit sehingga membantu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar setiap siswa.
10
Iqbal Ali, “Number Head Together”, dari www.NumberHeadsTogether.com, 06 Maret 2009.
(29)
Hal ini terbukti dengan adanya beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa model cooperative learning teknik numbered heads together dapat memberikan pengaruh dan peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa yaitu Ubaidilah, 2009 dalam skripsinya yang berjudul ”Pengaruh Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dengan teknik Kepala Bernomor (Numbered Heads Together) terhadap Hasil Belajar Siswa” dengan t hitung sebesar 4,33 dan t tabel 2,02 sehingga -2,02<4,33>2,02 dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan atau terdapat peningkatan pemahaman pada kelas eksperimen daripada kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dengan teknik kepala bernomor (numbered heads together) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa.11
Hasil penelitian juga diungkapkan oleh Ika Nurhikmawati dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Metode
Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Penguasaan Konsep Energi dan Daya Listrik” berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di MTs Nurul Hidayah Kronjo maka dapat disimpulkan bahwa, terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif metode Numbered Heads Together (NHT) terhadap penguasaan konsep energi dan daya listrik dengan thit>ttab yaitu 14,7>2,00.12
Hasil penelitian lain juga diungkapkan oleh Heri Damhudi dalam skripsinya yang berujudul “Pengaruh Metode Numbered Head Together
Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Ekosistem” hasil penelitian yang dilakukan di MTs Islamiyah Ciputat menunjukkan bahwa, rata-rata hasil belajar biologi siswa yang diberikan metode numbered head together sebesar 77,550 dibanding lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar Biologi yang
11 Ubaidilah, “
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dengan teknik Kepala Bernomor (Number Heads Together) terhadap Hasil Belajar Siswa”, Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.
12 Ika Nurhikmawati ““Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Metode
Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Penguasaan Konsep Energi dan Daya Listrik”, Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
(30)
tidak diberikan metode numbered head together sebesar 67,486 dan thit>ttab yaitu 3,202>1,667.13
Atas dasar latar belakang dan pemikiran di atas serta beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa model cooperative learning teknik
numbered heads together dapat memberikan pengaruh dan peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa, penulis tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul: “Penerapan Model Cooperative Learning Teknik Numbered Heads Together Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Akuntansi Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di MAN 11 Jakarta)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah di atas maka masalah yang dapat diidentifikasi antara lain:
1. Guru yang mengajarkan mata pelajaran akuntansi dengan menggunakan paradigma lama yaitu hanya memindahkan informasi dan ilmu pengetahuan kepada siswa hanya melalui dimensi pendengaran, selain itu guru kurang memberikan motivasi dan kurang memusatkan perhatian siswa terhadap proses pembeajaran
2. Respon siswa yang acuh menyebabkan kondisi kelas tidak kondusif dalam proses pembelajaran
3. Model pembelajaran yang digunakan kurang melibatkan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran
4. Pengembangan pembelajaran kurang mengaitkan konsep pembelajaran dengan aplikasi pengalaman dalam kehidupan sehari-hari
5. Kesulitan belajar siswa memahami pembelajaran akuntansi menyebabkan hasil belajar akuntansi siswa rendah
13
Heri Damhudi “Pengaruh Metode Numbered Head Together Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Ekosistem”, Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
(31)
C. Pembatasan Masalah
Agar masalah ini dapat dibahas dengan jelas dan tidak meluas, maka masalah dalam penelitian ini harus dibatasi. Dalam penelitian ini model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran cooperative learning teknik numbered heads together, sedangkan hasil belajar dalam penelitian ini merupakan penguasaan materi akuntansi pada konsep buku besar penutup dan neraca saldo penutup serta jurnal pembalik di kelas XI IPS 2 MAN 11 Jakarta.
D. Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
Apakah model cooperative learning teknik numbered heads together
dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi pada konsep buku besar penutup dan neraca saldo penutup serta jurnal pembalik di kelas XI IPS 2 MAN 11 Jakarta?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui apakah model cooperative learning teknik numbered heads together dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi pada konsep buku besar penutup dan neraca saldo penutup serta jurnal pembalik di kelas XI IPS 2 MAN 11 Jakarta.
2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis
1) Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pengembangan ilmu pengetahuan dan pada dunia pendidikan khususnya.
2) Mendukung teori yang telah ada dan memberikan sumbangsih pengetahuan tentang model cooperative learning teknik numbered
(32)
heads together sebagai referensi dan sumber acuan untuk peneliti-peneliti yang akan datang
3) Memberikan informasi bagi pihak terkait tentang model
cooperative learning teknik numbered heads together untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran guna meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi bagi para siswa
b. Manfaat Praktis 1) Bagi Siswa
a) Memberikan konstruktivisme model cooperative learning
teknik numbered heads together untuk meningkatkan hasil belajar siswa
b) Memberikan solusi alternatif siswa untuk mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran akuntansi
c) Melalui cooperative learning numbered heads together
diharapkan terjadi transfer dan transmisi sistem nilai yang memungkinkan peserta didik mengalami perubahan sikap dan perilaku serta kerjasama secara lebih efektif.
2) Bagi Guru
a) Meningkatkan kompetensi pedagogik guru IPS dalam melakukan aktivitas belajar mengajar yang lebih efektif dan efisien.
b) Membantu guru IPS dalam melakukan perbaikan metode mengajar yang digunakan sebagai alternatif pembelajaran yang bermutu dan bermakna.
c) Memberikan solusi alternatif siswa untuk mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran Akuntansi.
3) Bagi Sekolah
a) Memberikan masukan terkait dalam mengambil kebijakan, terutama kebijakan pembelajaran
(33)
b) Membantu sekolah dalam meningkatkan profesionalitas para guru
c) Memberikan sumbangsih pada sekolah dalam menghasilkan guru-guru yang kreatif
4) Bagi Universitas
a) Memberikan masukan dalam penyusunan program penelitian di perguruan tinggi
b) Memberikan motivasi pada mahasiswa lain agar melakukan penelitian dengan metode yang lebih baik
c) Memberikan kontribusi hasil penelitian yang relevan terhadap mahasiswa-mahasiswa lain yang akan melakuan penelitian
(34)
14
BAB II
Kajian Teoritis, Kerangka Berpikir, dan Perumusan Hipotesis
A. Kajian Teoritis
1. Model Cooperative Learning
a. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan bagian dalam proses pembelajaran sebagai pedoman guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas.
Menurut Agus Suprijono dalam bukunya Cooperative Learning
mengungkapkan pengertian model pembelajaran seperti di bawah ini: Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas. Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.1
Sehingga dalam hal ini guru memilki pedoman dalam melaksanakan pembelajaran dan dapat dikembangkan dalam kelas. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik
1
Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. I, h. 45-46
(35)
mendapatkan informasi, ide, keterampilan berpikir, cara berpikir, dan mengekspresikan ide.
Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Menurut Soekamto, dkk dalam buku Paikem Gembrot karangan Iif Khoiru Ahmadi dan Sofan Amri, mengemukakan maksud dari “Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam merencananakan aktivitas belajar mengajar.”2 Dengan demikian model pembelajaran sangat diperlukan oleh para pengajar agar kegiatan pembelajaran lebih terstruktur dan efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran serta sebagai pedoman bagi para pengajar dalam merencananakan aktivitas pembelajaran di kelas.
Sedangkan menurut Trianto dalam bukunya yang berjudul model pembelajaran terpadu mengungkapkan bahwa:
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas atau mengatur tutorial, dan untuk menentukan material/perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film-film, tipe-tipe, program media komputer, dan kurikulum (sebagai kursus untuk belajar).3
Berdasarkan uraian tersebut, model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran.
Terdapat pendapat lain yaiu Anderson dalam buku Model-model Mengajar CBSA karangan Nana Sudjana dan Wari Suwariyah
2
Iif Khoiru Ahmadi dan Sofan Amri, Paikem Gembrot, (Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya, 2011), Cet. I, h. 8.
3
(36)
bahwa Anderson membagi “dua pendekatan mengajar yakni (a) model yang berpusat pada guru atau teacher centered dan (b) model yang berorientasi pada siswa atau student centered”.4
Berdasarkan pengertian model pembelajaran menurut beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam merencananakan aktivitas belajar mengajar. Sehingga setiap model memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang berbeda, karena setiap pendekatan memberikan peran yang berbeda kepada siswa, ruangan kelas, dan sistem sosial kelas serta tujuan yang akan dicapai meliputi aspek kognitif, apektif dan psikomotor
b. Pengertian Model Cooperative Learning
Cooperative learning atau biasa kita sebut dengan pembelajaran kooperatif, Isjoni dalam bukunya yang berjudul Cooperative Learning
mengungkapkan “cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim”.5 Dalam hal ini, seluruh anggota dalam kelompok diharapkan saling membantu satu sama lain sehingga permasalahan setiap anggota dalam kelompok dapat diatasi.
Menurut Slavin dalam buku Cooperative Learning karangan Etin Solihatin dan Raharjo mengungkapkan, “cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari
4
Nana Sudjana dan Wari Suwariyah, Model-model Mengajar CBSA, (Bandung: Sinar Baru, 1991), h. 51
5
(37)
4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen”.6 Sehingga dalam hal ini, anggota dalam kelompok mengerjakan tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok untuk mencapai keberhasilan baik secara individual maupun kelompok.
Sedangkan menurut Isjoni dalam bukunya Cooperative Learning
mengungkapkan pengertian cooperative learning sebagai berikut:
Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak bekerjasama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Model pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia.7
Dalam hal ini siswa belajar dalam kelompok dengan sistem saling membantu sehingga setiap siswa dapat menjadi tutor sebaya dan akhirnya semua anggota dalam kelompok dapat memahami konsep dalam pelajaran yang telah dipelajari, dengan demikian model cooperative learning
merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student oriented) namun tidak terlepas dari bimbingan dan arahan guru, karena walau bagaimanapun guru yang memberikan tugas dan penilaian di akhir pembelajaran.
Dalam buku Cooperative Learning karangan Isjoni, Anita Lie mengungkapakan bahwa:
Cooperative learning disebut dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan, cooperative learning hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumya terdiri atas 4-6 orang saja.8
6
Etin Solihatin, Cooperative Learning, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 4
7
Isjoni, Cooperative Learning..., h. 16.
8
(38)
Berdasarkan pengertian di atas bahwa dalam cooperative learning
kegiatan mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.
Sedangkan Agus Suprijono dalam bukunya Cooperative Learning
mengungkapkan bahwa :
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru, secara umum pembelajaran dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud, guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.9
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen, dalam hal ini guru memegang peranan penting yaitu sebagai pengarah dan pemberi tugas serta penilaian terhadap tugas yang diberikan di akhir pembelajaran, karena siswa dalam belajar kelompok memerlukan bimbingan dan arahan agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif.
c. Unsur-unsur Dasar Model Cooperative Learning
Cooperative learning dikenal sebagai pembelajaran secara berkelompok, namun belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam cooperative learning ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadi interaksi secara terbuka dalam hubungan yang bersifat interdependensi yang efektif diantara anggota kelompok.
9
(39)
Roger dan David Johnson dalam buku Cooperative Learning karangan Agus Suprijono, mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif (cooperative learning),
untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Dalam hal ini terdapat beberapa unsur dasar
cooperative learning yaitu sebagai berikut:
1) Positive Interdependence (Saling Ketergantungan Positif) 2) Personal Responsibility (Tanggungjawab Perseorangan) 3) Face to Face Promotive Interaction (Interaksi Promotif) 4) Interpersonal Skill(Komunikasi Antar Anggota)
5) Group Processing (Pemrosesan Kelompok) 10
Saling ketergantungan merupakan unsur yang pertama dalam hal ini ada dua pertanggungjawaban yaitu mempelajari bahan yang ditugaskan dalam kelompok dan menjamin semua anggota kelompok mempelajari bahan tersebut. Tanggungjawab perseorangan yaitu tiap individu harus mengalami keberhasilan dalam kelompok sehingga di akhir pembelajaran membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Interaksi promotif yaitu saling percaya, memberi informasi, mengingatkan, membantu, dan memotivasi antar anggota kelompok. Komunikasi antar anggota merupakan keterampilan anggota kelompok dalam berkomunikasi secara akurat serta menyelesaikan konflik secara konstruktif. Yang terkahir pemrosesan kelompok merupakan penilaian terhadap kelompok dalam proses pembelajaran.
d. Tujuan Model Cooperative Learning
Tujuan utama dalam penerapan model cooperative learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.
10
(40)
Menurut Stahl dalam buku Cooperative Learning karangan Isjoni mengungkapkan tujuan cooperative learning yaitu sebagai berikut:
Dengan melaksanakan model pembelajaran cooperative learning,
siswa memungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam belajar, disamping itu juga bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir (thinking skill) maupun keterampilan sosial (social skill), seperti keterampilan mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelas. 11
Sehingga dalam hal ini siswa mendapat keterampilan yang lebih dalam arti siswa memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir (thinking skill) maupun keterampilan sosial (social skill), seperti keterampilan mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelas.
Sedangkan menurut Isjoni dalam bukunya yang berjudul
Cooperative Learning mengungkapkan bahwa:
Cooperative learning dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong-menolong dalam beberapa perilaku sosial, tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar
cooperative learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.12
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan model cooperative learning adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas 2) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
3) Memperbaiki sikap terhadap IPS dan sekolah
4) Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar 5) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
11
Isjoni, Cooperative Learning..., h. 23.
12
(41)
6) Konflik antar pribadi menjadi berkurang 7) Sikap apatis berkurang
8) Saling mempercayai dan menghargai antar sesama anggota kelompok 9) Meningkatkan keterampilan mengemukakan pendapat
10)Menerima saran dan masukan dari orang lain
11)Meningkatkan kerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelas.
12)Agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat
13)Memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok
e. Langkah-langkah Model Cooperative Learning
Upaya yang dilakukan guru memudahkan siswa memahami pembelajaran adalah dengan menciptakan lingkungan pembelajaran yang optimal dengan kelas nyaman dan tanpa paksaan. Oleh karena itu dalam pembelajaran cooperative learning dibutuhkan kemampuan dan kreatifitas seorang guru dalam mengatur dan mengelola lingkungan kelas. Sehingga dengan menggunakan model pembelajaran ini guru menjadi lebih efektif dalam mempersiapkan dan menyediakan pembelajaran secara keseluruhan dengan suasan hati gembira tanpa tekanan. Penerapan model cooperative learning dalam proses pembelajaran memiliki prosedur yang membangun pengetahuan antara guru dan siswa menjadi lebih produktif dan interaksi siswa dengan siswa menjadi lebih dinamis dengan suasana diskusi. Suprijono dalam bukunya Cooperative Learning menyebutkan bahwa terdapat enam langkah utama atau tahapan atau fase dalam pembelajaran yang menggunakan model cooperative learning yaitu sebagai berikut:
(42)
Tabel 2.1
Langkah-langkah Model Cooperative Learning13
Fase Perilaku Guru
Fase 1: Present Goal and Set
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik
Menjelaskan tujuan
pembelajaran dan
mempersiapkan peserta didik siap belajar
Fase2: Present Information Menyajikan informasi
Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal
Fase 3: Organize Students Into Learning Teams
Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar
Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien
Fase 4: Assist Team Work and Study
Membantu kerja tim dan belajar
Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya
Fase 5: Test on the Materials Mengevaluasi
Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok–kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6: Provide recognition
Memberikan pengakuan atau penghargaan
Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestai individu maupun kelompok
f. Peranan Guru dalam Model Cooperative Learning
Dalam proses pembelajaran peranan guru sangatlah penting karena dalam hal ini guru sebagai penggerak dan pencipta lingkungan yang kondusif baik secara fisik maupun mental dengan cara menciptakan suasana kelas yang nyaman dan suasana hati yang gembira tanpa tekanan.
Pengaturan kelas yang baik dan efektif untuk mengatur pengalaman belajar siswa secara keseluruhan serta kemauan, keaktifan dan kemampuan kreatifitas guru dalam mengelola lingkungan kelas. Menyusun RPP dan
13
(43)
tugas untuk siswa agar terjadi pengalaman belajar serta mentransfer ilmu pengetahuan dan merefleksikannya dengan membahas hasil kegiatan yang telah dilakukan oleh individu dan kelompok.
Isjoni dalam bukunya Cooperative Learning mengungkapkan “Peran guru dalam pelaksanaan cooperative learning adalah sebagai fasilitator, mediator, director-motivator, dan evaluator”.14 Guru dalam hal ini sebagai fasilitator harus memiliki sikap-sikap sebagai berikut:
1) Menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan 2) Membantu dan mendorong siswa untuk mengungkapkan dan
menjelaskan keinginan dan pembicaraannya baik secara individu maupun kelompok
3) Membantu kegiatan-kegiatan dan menyediakan sumber atau peralatan serta membantu kelancaran mereka
4) Membina siswa agar menyadari bahwa setiap orang merupakan sumber yang bermanfaat bagi yang lainnya
5) Menjelaskan tujuan kegiatan pada kelompok dan mengatur penyebaran dalam bertukar pendapat15
Dapat disimpulkan guru sebagai fasilitator adalah memberikan seluruh kemampuan yang dimiliki kepada siswa agar dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan cooperative learning.
Selain itu guru sebagai mediator yaitu “Guru berperan sebagai penghubung dalam menjembatani atau mengaitkan materi pelajaran yang sedang dibahas dengan permasalahan yang nyata ditemukan di lapangan. Disamping itu guru menyediakan sarana pembelajaran agar suasana kelas tidak monoton dan membosankan.”16 Dalam hal ini guru dengan kreatifitasnya guru mengatasi keterbatasan sarana agar tidak menghambat suasana pembelajaran di kelas.
Sedangkan guru sebagai director-motivator yaitu “Guru berperan dalam membimbing serta mengarahkan jalannya diskusi, membantu
14
Isjoni, Cooperative Learning…, Cet.I, h. 62.
15
Isjoni, Cooperative Learning…, Cet.I, h. 62.
16
(44)
kelancaran diskusi tapi tidak memberi jawaban.”17 Dalam hal ini guru hanya memberikan semangat pada siswa untuk ikut berpartisipasi.
“Sebagai evaluator guru berperan dalam menilai kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung. tidak hanya pada hasil tapi lebih ditekankan pada proses pembelajaran.”18 Penilaian dilakukan baik secara perorangan maupun kelompok. Alat yang digunakan dalam evaluasi selain berbentuk tes sebagai alat pengumpul data juga berbentuk catatan observasi guru serta angket dan wawancara untuk melihat kegiatan siswa di kelas.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dalam hal ini peran guru dalam pelaksanaan cooperative learning adalah sebagai fasilitator, mediator, director-motivator, dan evaluator, selain itu sebagai penggerak dan pencipta lingkungan yang kondusif baik secara fisik maupun mental dengan cara menciptakan suasana kelas yang nyaman dan suasana hati yang gembira tanpa tekanan.
2. Model Cooperative Learning Teknik Numbered Heads Together
“NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk padan tahun 1993. Model NHT adalah bagian dari model pembelajaaran kooperatif struktural yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa”.19 Pengertian NHT menurut pendapat lain. “Number head together adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas.”20 Dalam hal ini numbered heads together merupakan teknik pembelajaran yang secara khusus membantu peninjauan konsep-konsep yang diajarkan dan bertujuan untuk memproses informasi, komunikasi,
17
Isjoni, Cooperative Learning…, Cet.I, h. 63.
18
Isjoni, Cooperative Learning…, Cet.I, h. 63.
19
http://Alt.Red/clnerwork/numbered.htm, diakses 5 Desember 2007
20Iqbal Ali, “Number Head Together”
, dari www.Number Heads Together.com, 06 Maret 2009.
(45)
mengembangkan pemikiran, tinjauan ulang dari materi dan pengetahuan pemerikasaan.
Numbered heads together melibatkan kelas yang utuh untuk memperhatikan dan mempertimbangkan suatu permasalahan untuk meningkatkan tanggungjawab individu dan kelompok belajar serta meningkatkan semangat dan kepuasan kelompok.
Menurut Tryana dalam free articel Mengungkapkan :
Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti.21
Dalam hal ini NHT sangat efektif dalam pembelajaran di kelas karena pertanyaan dari guru yang dijawab siswa sangat terstruktur dengan adanya penomoran sehingga tidak terjadi kegaduhan dan keributan karena rebutan menjawab, pembelajaran di kelaspun menjadi efektif, efisien dan kondusif serta menyenangkan. NHT melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.
Menurut Kagan dalam free articel “Model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.”22 Sehingga salah satu metode pembelajaran kooperatif yang cukup banyak diterapkan di sekolah-sekolah adalah numbered head together atau disingkat NHT, tidak hanya itu saja, NHT juga banyak sekali digunkan sebagai bahan penelitian tindakan
21
FREE Article - 1st of 5 Free Items, dari www.NumberHeadsTogether.com, 06 Maret 2009.
22
(46)
kelas (PTK) karena NHT lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas sehingga dapat melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.
NHT memiliki langkah-langkah yang terstruktur, dalam hal ini Kagan berpendapat dalam Nurhadi yang dikutip oleh Ubaidilah dalam skripsinya yang berjudul ”Pengaruh Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dengan teknik Kepala Bernomor (Numbered Heads Together) terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”, terdapat empat langkah yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran dengan menerapkan cooperative learning teknik
numbered heads together adalah berikut ini:
Tabel 2.2
Langkah-langkah Teknik Numbered Heads Together23
No. Langkah-langkah Aktifitas Siswa
1. Penomoran (Numbered)
Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3-5 orang dan memberi nomor sehingga tiap siswa dalam tim memiliki nomor yang berbeda
2. Pengajuan Pertanyaan (Questioning)
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa dan pertanyaan ini bervariasi mulai dari yang spesifik sampai ke hal-hal yang bersifat umum
3. Berfikir Bersama (Heads Together)
Menggambarkan dan meyakinkan bahwa setiap anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut
4. Pemberian Jawaban (Answering)
Guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas
23Ubaidilah, ”Pengaruh Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dengan teknik Kepala Bernomor (Number Heads Together) terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa” Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. h.16
(47)
Kelebihan dan Kekurangan Cooperative Learning Teknik Numbered Heads Together
Kelebihan-kelebihan cooperative learning teknik numbered heads together:
1) Memberikan motivasi, yaitu mendorong siswa untuk berkreatifitas dalam kegiatatan belajarnya
2) Menambah rasa percaya diri, karena dalam pembelajaran numbered heads together ada metode pemanggilan nomor dan siswa yang dipanggil nomornya akan menjawab pertanyaan hasil diskusi sehingga dalam diri siswa timbul rasa percaya diri
3) Siswa menjadi lebih aktif, karena dengan teknik numbered heads together akan menambah keaktifan siswa dalam belajar, karena setiap siswa memiliki kesempatan untuk memberi dan menukar pendapat
Adapun kelemahan-kelemahan cooperative learning teknik numbered heads together:
1) Efisiensi waktu, belajar dengan teknik numbered heads together
membutuhkan waktu yang cukup panjang agar siswa dapat memahami materi yang diajarkan
2) Membuat panik siswa, pembelajaran dengan teknik numbered heads together tidak hanya membuat siswa percaya diri namun dapat membuat siswa grogi atau panik
3) Membuat repot guru, teknik numbered heads together membutuhkan kartu bernomor sehingga guru harus menyediakan nomor.24
Sehingga berdasarkan pengertian di atas bahwa NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas sehingga dapat melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran. Model dan teknik pembelajaran apapun pasti terdapat kelemahan dan kelebihan di dalamnya sehingga pintar-pintarlah kita dalam menetralisir kelemahan dan meningkatkan kelebihan dari model dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran di kelas.
24Ubaidilah, ”
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dengan teknik Kepala Bernomor (Number Heads Together) terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”..., h.17
(1)
Proposal skripsi berjudul
“
Penerapan Model
Cooperatif Learning
Teknik
Numbered Heads Together
Untuk Peningkatan Hasil Belajar Ekonomi
Siswa
”.
Disusun oleh
Nurhalimah,
Nomor Induk Mahasiswa
107015000643
Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Yang Menyetujui,
Dosen Penguji 1
Dosen Penguji II
Drs. H. Nurochim, MM
Abd. Rozak, M.Si
(2)
KEMENTERIAN AGAMA
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-081
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FITK No. Revisi: : 02
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI
Nomor : Un.01/F.1/KM.01.3/ 4037/2011 Jakarta, 07 April 2011 Lamp. : 1 (satu) Berkas Proposal Skripsi
Hal : Bimbingan Skripsi
Kepada Yth.
Dr. Iwan Purwanto, M. Pd Pembimbing Skripsi
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Assalamu’alaikum wr.wb.
Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing I/II (materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa:
Nama : Nurhalimah
NIM : 107015000643
Jurusan : Pendidikan IPS/Ekonomi Semester : VIII (Delapan)
Judul Skripsi : Penerapan Model Cooperative Learning Teknik Numbered Heads
Together Untuk Peningkatan Hasil Belajar Akuntansi Siswa
Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 05 April 2011, abstraksi/outline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi Jurusan terlebih dahulu.
Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum wr.wb.
a.n. Dekan
Kajur Pendidikan IPS
Drs. Nurochim, MM
NIP. 19590715 198403 1 003 Tembusan:
1. Dekan FITK
(3)
Hal : 1/1
SURAT PERMOHONAN IZIN OBSERVASI
Nomor : Un.01/Ft./KM.01.3/ 5017/2011 Jakarta, 11 April 2011 Lamp. : Outline
Hal : Permohonan Izin Observasi
Kepada Yth.
Kepala Sekolah MAN 11 Jakarta Selatan Di Tempat
Assalamu’alaikum wr.wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa: Nama : Nurhalimah
NIM : 107015000643
Jurusan /Prodi : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial/Ekonomi Semester : VIII (delapan)
adalah benar mahasiswa pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang menyususn skripsi dengan judul ”Penerapan Model Cooperative Learning Teknik Number Heads Together Untuk Peningkatan Hasil Belajar Akuntansi Siswa”, mahasiswa tersebut memerlukan observasi dengan pihak terkait. Oleh karena itu, kami mohon kesediaan Saudara untuk menerima mahasiswa tersebut dan memberikan bantuannya.
Demikianlah, atas perhatian dan bantuan Saudara kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
a.n. Dekan
Kabag. Tata Usaha
Drs. H. Ali Nurdin, M.Pd.
NIP. 19550601 198103 1 005
Tembusan:
(4)
KEMENTERIAN AGAMA
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-082
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FITK No. Revisi: : 02
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
Nomor : Un.01/F.1/KM.01.3/ 309/2011 Jakarta, 14 April 2011 Lamp. : Outline/Proposal
Hal : Permohonan Izin Penelitian
Kepada Yth.
Kepala Sekolah MAN 11 Jakarta Di Tempat
Assalamu’alaikum wr.wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa, Nama : Nurhalimah
NIM : 107015000643
Jurusan : Pendidikan IPS/Ekonomi Semester : VIII (Delapan)
Judul Skripsi : Penerapan Model Cooperative Learning Teknik Numbered Heads
Together Untuk Peningkatan Hasil Belajar Akuntansi Siswa
adalah benar mahasiswa/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang sedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di instansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.
Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebut melaksanakan penelitian dimaksud.
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum wr.wb.
a.n. Dekan
Kajur Pendidikan IPS
Drs. Nurochim, MM
NIP. 19590715 198403 1 003 Tembusan:
1. Dekan FITK
2. Pembantu Dekan Bidang Akademik
(5)
(6)