Uraian Teoritis. Prosedur Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

C. Uraian Teoritis.

Menurut UU No.8 tahun 1983 yang telah diubah terakhir dengan UU No. 42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai PPN, meskipun telah terjadi perubahan dibeberapa pasal dan ayat baru, mulai 1 April 2010 berlaku UU PPN 1984.Sukardji,2010:18 1. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai. Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak yang dikenakan terhadap pertambahan nilai yang timbul akibat dipakainya faktor- faktor produksi di setiap jalur perusahaan dalam menghasilkan, menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada konsumen. Selain itu, menurut Untung Sukardji dalam bukunya Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Pertambahan Nilai mempunyai karakteristik sebagai berikut: a. Pajak Tidak langsung. Karakter ini memberikan suatu konsekuensi yuridis bahwa antara pemikul beban pajak destinataris pajak dengan penanggung jawab pajak atas pembayaran pajak ke kas negara berada pada pihak yang berbeda. b. Pajak Objektif. Merupakan suatu jenis pajak yang saat timbulnya kewajiban pajak ditentukan faktor objektif. c. Multi Stage Tax. Universitas Sumatera Utara Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai yang dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur distribusi. d. Indirect Subtraction Method Credit Method. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut tidak langsung disetorkan ke kas negara, Pajak Pertambahan Nilai yang disetor ke kas negara merupakan hasil perhitunganPajak Masukan dan Pajak keluaran. Pajak Masukan yang diperhitungkan untuk memperoleh jumlah Pajak Pertambahan Nilai yang harus dibayar ke Kas Negara merupakan kredit pajak. Untuk mengetahui kebenaran jumlah Pajak Masukan dan Pajak Keluaran, Pengusaha Kena Pajak diwajibkan membuat Faktur Pajak. e. Pajak atas konsumsi dalam negeri. Pajak Pertambahan Nilai hanya dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak Jasa Kena Pajak di dalam negeri. f. Pajak Pertambahan Nilai bersifat netral. Pajak Pertambahan Nilai bersifat netral karena Pajak Pertambahan Nilai yang dikenakan atas konsumsi barang dan jasa dan pemungutannya menganut prinsip tempat tujuan. g. Tidak menimbulkan dampak pengenaan pajak berganda. Universitas Sumatera Utara Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas nilai tambah dan Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar dapat diperhitungkan dengan Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut. h. PPN yang diterapkan di Indonesia adalah PPN tipe Konsumsi. Artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk perolehan barang modal dapat dikurangi dari dasar pengenaan pajak Sukardji, 2010:1. 2. Objek Pajak Pertambahan Nilai. Objek Pajak Pertambahan Nilai diatur dalam Pasal 4, Pasal 16C dan Pasal 16D UU PPN 1984, yaitu: a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha. b. Impor Barang Kena Pajak. c. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha. d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujjud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean. e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean. f. Ekspor Barang Kena Pajak berwujud yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak. Universitas Sumatera Utara g. Ekspor Barang Kena Pajak tidak berwujud yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak. h. Ekspor jasa kena pajak yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak. i. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan orang pribadi atau badan. j. Penyerahan barang kena pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak, kecuali atas penyerahan aktiva yang pajak masukkannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat 8 huruf b dan huruf c. 3. Subjek Pajak Pertambahan Nilai. Subjek Pajak Pertambahan Nilai adalah orang pribadi atau badan yang menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan seperti barang yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan tetapi kemudian diperjualbelikan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean. Subjek Pajak yang mendaftarkan diri sebagai pengusaha kena pajak disebut Pengusaha Kena Pajak. 4. Tarif Pajak Pertambahan Nilai. Universitas Sumatera Utara Tarif Pajak Pertambahan Nilai diatur dalam Pasal 7 UU PPN 1984 sebagai berikut: 1. Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10. 2. Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0 diterapkan atas : a. ekspor BKP Berwujud, b. ekspor BKP Tidak Berwujud, c. ekspor JKP. Dengan Peraturan Pemerintah, tarif sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 ayat 2 dapat diubah menjadi serendah – rendahnya 5 dan setinggi – tingginya 15. 5. Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai PPN. Untuk menghitung besarnya pajak yang terutang, diperlukan adanya dasar pengenaan pajak pertambahan nilai. Pajak yang dihitung dengan cara mengalikan tarif dasar pengenaan pajak DPP. Menurut pasal 1 angka 17 UU PPN1984 merumuskan: “Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau Nilai Lain yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.” Adapun yang dimaksud dengan harga jual, penggantian, nilai impor, nilai ekspor, menurut Untung Sukardji Sukardji, 2010:138 : a. Harga Jual. Dalam Pasal 1 angka 18 UU PPN 1984 dirumuskan: “ Harga Jual adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta Universitas Sumatera Utara oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut berdasarkan undang – undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.” b. Penggantian. Pasal 1 angka 19 UU PPN 1984 dirumuskan : “Penggantian adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena Pajak, tidak termasuk pajak yang dipungut berdasarkan undang – undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.” c. Nilai Impor. Pasal 1 angka 20 UU PPN 1984: “Nilai Impor adalahnilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan perundang – undangan pebean untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Niali yang dipungut menurut undang – undang ini.” d. Nilai Ekspor. Pasal 1 angka 26 UU PPN 1984 merumuskan: “Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau yang seharusnya diminta oleh eksportir. Universitas Sumatera Utara e. Nilai Lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak. Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 567 KMK. 04 2000 jo No.251 KMK.032002 dalam buku Untung Sukardji Nilai Lain yang dikenakan sebagai Dasar Pengenaan Pajak adalah: Sukardji,2010:139 1. Untuk pemakaian sendiri atau pemberian cuma – cuma barang kena pajak. 2. Rekaman suara atau rekaman suara dan gambar. 3. Film cerita. 4. Persediaan Barang Kena Pajak yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan. 5. Aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan yang masih ada pada saat pembubaran perusahaan sepanjang PPN yang dibayar atas perolehannya dapat dikreditkan. 6. Kendaraan bermotor bekas. 7. Jasa Biro Perjalanan atau Jasa Biro Pariwisata. 8. Jasa pengiriman paket. 9. Jasa anjak piutang. 10. Penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang dan sebaliknya dan antar cabang. 11. Penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang perantara. Universitas Sumatera Utara

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri PKLM.