Pengaruh Pengetahuan dan Kepatuhan Pasien terhadap Keberhasilan Terapi Hipertensi di Puskesmas di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Sumatera Utara Tahun 2015
50
Lampiran 1. Surat Permohonan Pengambilan Data dan Izin Melakukan Penelitian
(2)
51
Lampiran 2. Surat Izin Pengambilan Data dan Izin Penelitian
(3)
(4)
(5)
54
Lampiran 3. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK
PENELITIAN
Assalamualaikum Wr Wb/Salam Sejahtera Denga Hormat,
Nama Saya Ekanitha Sahara., sedang menjalani pendidikan Farmasi di Program S1 Ekstensi Farmasi USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul
“Evaluasi Pengetahuan dan Kepatuhan Pasien Terhadap Keberhasilan Terapi Hipertensi di Puskesmas di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara
Sumatera Utara Tahun 2015”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengetahuan dan kepatuhan pasien di puskesmas di Kecamatan Tanjung Tiram. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan kajian bagi Pemerintah Daerah, khususnya professional kesehatan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat serta dapat memberikan informasi terkait pengetahuan untuk mengontrol tekanan darah dan pentingnya kepatuhan dalam menggunakan obat antihipertensi, di puskesmas di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Sumatera Utara.
Kami akan melakukan wawancara terstruktur kepada bapak/ibu/sdra/sdri mengenai: a. Data demografi seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, sumber
informasi mengenai hipertensi.
b. Data klinis seperti tekanan darah, obat/terapi hipertensi yang digunakan, riwayat penyakit, penggunaan obat lain, dan efek samping yangpernah diderita.
c. Data penilaian tingkat pengetahuan dan kepatuhan dalam menjalankan terapi hipertensi, seperti kepatuhan dalam mengkonsumsi obat antihipertensi.
Wawancara akan kami lakukan sekitar 20 menit. Petugas pewawancara adalah peneliti yaitu saya sendiri. Dan wawancara yang dilakukan tidak menimbulkan potensi efek samping bagi responden.
Partisipasi Bapak/Ibu/Sdra/Sdri bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan penelitian. Untuk penelitian ini Bapak/Ibu/Sdra/Sdri tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila Bapak/Ibu/Sdra/Sdri membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi Saya:
Nama : Ekanitha Sahara
Alamat : Jln. Merdeka no 84, Kec. Tanjung tiram Kab. Batubara No. HP : 08116211169
(6)
55
Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak/Ibu/Sdra/Sdri yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan Bapak/Ibu/Sdra/Sdri dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.
Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan Bapak/Ibu/Sdra/Sdri bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami persiapkan.
Medan, Mei 2015 Peneliti
(EkanithaSahara )
(7)
56
Lampiran 4. Lembar Persetujuan menjadi Responden
(8)
57
Lampiran 5. Data Demografi
Data Demografi
1. umur : tahun
2. jenis kelamin: Laki-laki Perempuan 3. pendidikan: SD SMP
SMA Perguruan tinggi 4. Pekerjaan: pegawai negeri Wiraswasta
Pegawai swasta pensiunan Lain lain
5. Riwayat hipertensi: Diri sendiri orang tua Tidak ada
6. mendapat informasi tentang hipertensi: Keluarga
Pelayanan kesehatan Media massa/tv Lain-lain Tidak pernah
(9)
58
Lampiran 6. Data Klinis Pasien
DATA KLINIS
Obat yang digunakan: (terapi hipertensi)
Tekanan Darah
Riwayat Penyakit Sudah berapa lama:
Komplikasi penyakit lainnya:
Penggunaan Obat lain
Efek Samping yang pernah diderita
(10)
59
Lampiran 7. Kuesioner Pengetahuan mengenai Hipertensi
No Pernyataan Ya Tidak Tidak
tahu
1 Hipertensi dapat dideteksi dari pengukuran tekanan darah
2 Hipertensi merupakan penyakit keturunan 3 Hipertensi dapat disebabkan oleh ilmu hitam
(sihir)
4 Hipertensi disebabkan stress dan rasa takut yang berlebih
5 Hipertensi hanya terjadi pada lansia
6 Gejala yang ditemui pada penderita hipertensi adalah sakit kepala dan rasa berat ditengkuk 7 Gejala yang ditemui pada penderita hipertensi
adalah mual dan muntah
8 Merokok dapat meningkatkan resiko hipertensi
9 Makanan yang asin dapat menyebabkan hipertensi
10 Makanan yang tinggi lemak dapat meningkatkan resiko hipertensi
11 Hipertensi dapat menyebabkan kematian 12 Hipertensi dapat menyebabkan penyakit
jantung seperti serangan jantung 13 Hipertensi dapat menyebabkan stroke 14 Hipertensi dapat menyebabkan gagal ginjal 15 Hipertensi dapat menyebabkan kanker 16 Penyakit hipertensi dapat disembuhkan sama
sekali
17 Pasien hipertensi harus mengambil obat-obatan antihipertensi seumur hidup 18 Pasien hipertensi hanya mengambil
obat-obatan antihipertensi hanya ketika mereka sakit
19 Pasien hipertensi harus mengkonsumsi obat-obatan antihipertensi setiap hari
20 Mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran dapat menolong mencegah hipertensi
(11)
60
Lampiran 8. Kuesioner Kepatuhan Morisky Kuesioner Kepatuhan
Pertanyaan Jawaban pasien
1. Pernahkan anda lupa minum obat? ya tidak 2. Selain lupa, mungkin anda tidak minum
obat karena alasan lain. Dalam 2 minggu terakhir, apakah anda pernah tidak minum obat? Mengapa?
3. Pernahkah anda mengurangi atau berhenti minum obat tanpa sepengetahuan dokter karena anda merasa obat yang diberikan membuat keadaan anda menjadi lebih buruk?
4. Pernah anda membawa obat ketika beperian?
5. Apakah anda masih meminum obat anda kemarin?
6. Apakah anda berhenti minum obat ketika anda merasa gejala yang dialami telah teratasi?
7. Meminum obat setiap hari merupakan sesuatu ketidaknyamanan untuk beberapa orang. Apakah anda merasa terganngu harus minum obat setiap hari?
8. Berapa sering anda lupa minum obat? a. Tidak pernah
b. Sesekali c. Kadang-kadang d. Biasanya e. Selalu Ket:
Selalu : 7 kali dalam seminggu Biasanya : 4-6 kali seminggu Kadang-kadang: 2-3 kali dalam seminggu Sesekali : 1 kali dalam seminggu Tidak pernah : Tidak pernah lupa
A=0 B-E=1
Total skor
(12)
61
Lampiran 9. Ethical Clearence
(13)
62
Lampiran 10. Uji Reabilitas
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 waktu 1 28,4000 20 4,47684 1,00105 waktu 2 28,7000 20 4,21900 ,94340
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig. Pair 1 waktu 1 & waktu 2 20 ,954 ,000
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig.
(2-tailed)
Mean Std.
Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
Pair 1 waktu 1 - waktu 2
-,30000 1,34164 ,30000 -,92791 ,32791 -1,000 19 ,330
(14)
63
Lampiran 11. Uji Normalitas
Uji normalitas kolmogorov-Smirnov
Karakteristik demografi dengan pengetahuan
Tests of Normality
umur Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pengetahuan pasien
26-35 ,385 3 . ,750 3 ,000
36-45 ,215 4 . ,946 4 ,689
46-55 ,163 40 ,009 ,949 40 ,069
56-65 ,132 33 ,154 ,968 33 ,437
diatas 65 ,196 20 ,042 ,945 20 ,294
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality
jenis kelamin Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. pengetahuan
pasien
laki-laki ,141 42 ,034 ,961 42 ,156
perempuan ,159 58 ,001 ,952 58 ,022
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality
Pendidikan pasien Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. pengetahuan
pasien
SD ,163 71 ,000 ,958 71 ,018
SMP ,124 26 ,200* ,956 26 ,325
SMA ,219 3 . ,987 3 ,780
*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
(15)
64
Tests of Normalityc
Pekerjaan pasien Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pengetahuan pasien
Pegawai swasta ,292 3 . ,923 3 ,463
wiraswasta ,132 43 ,057 ,967 43 ,241
nelayan ,197 5 ,200* ,943 5 ,685
petani ,163 9 ,200* ,970 9 ,895
ibu rumah tangga ,203 35 ,001 ,931 35 ,031
tidak bekerja ,162 4 . ,989 4 ,952
*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
c. pengetahuan pasien is constant when Pekerjaan pasien = lain-lain. It has been omitted.
Tests of Normality Riwayat
keluarga
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. pengetahuan
pasien
ya ,181 26 ,029 ,934 26 ,098
tidak ,131 74 ,003 ,967 74 ,053
a. Lilliefors Significance Correction
Karakteristik demografi dengan kepatuhan
Tests of Normality
umur Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.
kepatuhan pasien
26-35 ,314 3 . ,893 3 ,363
36-45 ,329 4 . ,895 4 ,406
46-55 ,165 40 ,008 ,948 40 ,066
56-65 ,162 33 ,028 ,937 33 ,055
diatas 65 ,178 20 ,097 ,931 20 ,161
a. Lilliefors Significance Correction
(16)
65
Tests of Normality
jenis kelamin Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. kepatuhan
pasien
laki-laki ,202 42 ,000 ,908 42 ,003
perempuan ,160 58 ,001 ,949 58 ,016
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality Pendidikan
pasien
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. kepatuhan
pasien
SD ,153 71 ,000 ,937 71 ,001
SMP ,227 26 ,001 ,897 26 ,013
SMA ,253 3 . ,964 3 ,637
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normalityc Pekerjaan
pasien
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.
kepatuhan pasien
Pegawai swasta
,385 3 . ,750 3 ,000
wiraswasta ,158 43 ,009 ,928 43 ,010
nelayan ,241 5 ,200* ,821 5 ,119
petani ,300 9 ,019 ,886 9 ,180
ibu rumah tangga
,165 35 ,017 ,947 35 ,092
tidak bekerja ,260 4 . ,827 4 ,161
*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
c. kepatuhan pasien is constant when Pekerjaan pasien = lain-lain. It has been omitted.
(17)
66
Tests of Normality Riwayat
keluarga
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. kepatuhan
pasien
ya ,199 26 ,010 ,923 26 ,052
tidak ,163 74 ,000 ,927 74 ,000
a. Lilliefors Significance Correction Pengetahuan dengan kepatuhan
Tests of Normality pengetahua
n2
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig. kepatuhan
pasien
rendah ,199 36 ,001 ,926 36 ,019
sedang ,167 56 ,000 ,934 56 ,004
tinggi ,161 8 ,200* ,967 8 ,876
*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
(18)
67
Lampiran 12. Uji Statistik
Umur dengan Pengetahuan
Chi-Square Tests Valu
e
df Asy mp. Sig. (2-side
d)
Monte Carlo Sig. (2-sided) Monte Carlo Sig. (1-sided) Sig. 90% Confidence
Interval
Sig. 90% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Pearson Chi-Square 5,55 3a
8 ,697 ,770b ,701 ,839 Likelihood
Ratio
5,21 8
8 ,734 ,840b ,780 ,900 Fisher's
Exact Test
6,20 7
,620b ,540 ,700
Linear-by-Linear Association
,346c 1 ,556 ,630b ,551 ,709 ,350b ,272 ,428
N of Valid Cases
100
a. 9 cells (60,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,24. b. Based on 100 sampled tables with starting seed 242632866.
c. The standardized statistic is -,588.
(19)
68 Jenis kelamin dengan Pengetahuan
Chi-Square Tests Valu
e
df Asym p. Sig.
(2-sided)
Monte Carlo Sig. (2-sided)
Monte Carlo Sig. (1-sided)
Sig. 90% Confidence Interval
Sig. 90% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Pearson Chi-Square 1,54 3a
2 ,462 ,480b ,398 ,562 Likelihood
Ratio
1,60 1
2 ,449 ,410b ,329 ,491 Fisher's
Exact Test
1,44 3
,490b ,408 ,572
Linear-by-Linear Association
,006 c
1 ,936 1,000b ,977 1,000 ,520b ,438 ,602
N of Valid Cases
100
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,36. b. Based on 100 sampled tables with starting seed 242632866.
c. The standardized statistic is ,080.
(20)
69 Pendidikan dengan Pengetahuan
Chi-Square Tests Valu
e
df Asymp. Sig.
(2-sided)
Monte Carlo Sig. (2-sided)
Monte Carlo Sig. (1-sided) Sig. 90% Confidence
Interval
Sig. 90% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Pearson Chi-Square 2,48 3a
4 ,648 ,640b ,561 ,719 Likelihood
Ratio
2,64 7
4 ,619 ,640b ,561 ,719 Fisher's Exact
Test
2,53 2
,630b ,551 ,709
Linear-by-Linear Association
,000c 1 ,990 1,00 0b
,977 1,000 ,650b ,572 ,728
N of Valid Cases
100
a. 4 cells (44,4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,24. b. Based on 100 sampled tables with starting seed 242632866.
c. The standardized statistic is -,013.
(21)
70 Pekerjaan dengan Pengetahuan
Chi-Square Tests Valu
e
df Asymp. Sig.
(2-sided)
Monte Carlo Sig. (2-sided)
Monte Carlo Sig. (1-sided) Sig. 90% Confidence
Interval
Sig. 90% Confidence Interval Lower
Bound
Upper Bound
Lower Bound
Upper Bound Pearson
Chi-Square
5,19 4a
12 ,951 ,940b ,901 ,979 Likelihood
Ratio
5,67 7
12 ,931 ,970b ,942 ,998 Fisher's Exact
Test
6,89 0
,910b ,863 ,957
Linear-by-Linear Association
,018c 1 ,894 ,950b ,914 ,986 ,560b ,478 ,642
N of Valid Cases
100
a. 16 cells (76,2%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,08. b. Based on 100 sampled tables with starting seed 92208573.
c. The standardized statistic is -,133.
(22)
71 Riwayat keluarga dengan Pengetahuan
Chi-Square Tests Valu
e
df Asymp. Sig.
(2-sided)
Monte Carlo Sig. (2-sided)
Monte Carlo Sig. (1-sided) Sig. 90% Confidence
Interval
Sig. 90% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Pearson Chi-Square 4,39 3a
2 ,111 ,080 b
,035 ,125 Likelihood
Ratio
4,68 5
2 ,096 ,110 b
,059 ,161 Fisher's Exact Test 4,63 8 ,070 b
,028 ,112
Linear-by-Linear Association
3,96 7c
1 ,046 ,060 b
,021 ,099 ,030 b
,002 ,058
N of Valid Cases
100
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,08. b. Based on 100 sampled tables with starting seed 242632866.
c. The standardized statistic is -1,992.
(23)
72 Umur dengan Kepatuhan
Chi-Square Tests Valu
e
df Asymp. Sig.
(2-sided)
Monte Carlo Sig. (2-sided)
Monte Carlo Sig. (1-sided) Sig. 90% Confidence
Interval
Sig. 90% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Pearson Chi-Square 6,45 6a
8 ,596 ,470b ,388 ,552 Likelihood
Ratio
7,45 5
8 ,488 ,500b ,418 ,582 Fisher's Exact
Test
6,36 8
,530b ,448 ,612
Linear-by-Linear Association
1,97 9c
1 ,160 ,130b ,075 ,185 ,100b ,051 ,149
N of Valid Cases
100
a. 9 cells (60,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,15. b. Based on 100 sampled tables with starting seed 733723584.
c. The standardized statistic is -1,407.
(24)
73 Jenis kelamin dengan Kepatuhan
Chi-Square Tests Valu
e
df Asymp. Sig.
(2-sided)
Monte Carlo Sig. (2-sided)
Monte Carlo Sig. (1-sided) Sig. 90% Confidence
Interval
Sig. 90% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Pearson Chi-Square 1,37 0a
2 ,504 ,590b ,509 ,671 Likelihood
Ratio
1,46 5
2 ,481 ,590b ,509 ,671 Fisher's Exact
Test
1,22 5
,610b ,530 ,690
Linear-by-Linear Association
1,19 7c
1 ,274 ,360b ,281 ,439 ,210b ,143 ,277
N of Valid Cases
100
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,10. b. Based on 100 sampled tables with starting seed 733723584.
c. The standardized statistic is 1,094.
(25)
74 Pendidikan dengan Kepatuhan
Chi-Square Tests Valu
e
df Asymp. Sig.
(2-sided)
Monte Carlo Sig. (2-sided)
Monte Carlo Sig. (1-sided) Sig. 90% Confidence
Interval
Sig. 90% Confidence Interval Lower
Bound
Upper Bound
Lower Bound
Upper Bound Pearson
Chi-Square
9,13 0a
4 ,058 ,060b ,021 ,099 Likelihood
Ratio
8,17 4
4 ,085 ,050b ,014 ,086 Fisher's Exact
Test
8,31 8
,030b ,002 ,058
Linear-by-Linear Association
,664c 1 ,415 ,560b ,478 ,642 ,320b ,243 ,397
N of Valid Cases
100
a. 5 cells (55,6%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,15. b. Based on 100 sampled tables with starting seed 733723584.
c. The standardized statistic is ,815.
(26)
75 Pekerjaan dengan Kepatuhan
Chi-Square Tests Valu
e
df Asymp. Sig.
(2-sided)
Monte Carlo Sig. (2-sided)
Monte Carlo Sig. (1-sided) Sig. 90% Confidence
Interval
Sig. 90% Confidence Interval Lower
Bound
Upper Bound
Lower Bound
Upper Bound Pearson
Chi-Square
6,95 8a
12 ,860 ,820b ,757 ,883 Likelihood
Ratio
7,61 3
12 ,815 ,850b ,791 ,909 Fisher's Exact
Test
8,70 5
,820b ,757 ,883
Linear-by-Linear Association
,255c 1 ,614 ,570b ,489 ,651 ,270b ,197 ,343
N of Valid Cases
100
a. 16 cells (76,2%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,05. b. Based on 100 sampled tables with starting seed 733723584.
c. The standardized statistic is -,505.
(27)
76 Riwayat keluarga dengan Kepatuhan
Chi-Square Tests Valu
e
df Asymp. Sig.
(2-sided)
Monte Carlo Sig. (2-sided)
Monte Carlo Sig. (1-sided) Sig. 90% Confidence
Interval
Sig. 90% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Pearson Chi-Square 4,16 1a
2 ,125 ,100b ,051 ,149 Likelihood
Ratio
4,62 4
2 ,099 ,080b ,035 ,125 Fisher's Exact
Test
4,15 5
,090b ,043 ,137
Linear-by-Linear Association
2,96 0c
1 ,085 ,120b ,067 ,173 ,080b ,035 ,125
N of Valid Cases
100
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,30. b. Based on 100 sampled tables with starting seed 733723584.
c. The standardized statistic is 1,721.
(28)
77 Pengetahuan dengan Kepatuhan
Chi-Square Tests Valu
e
df Asymp. Sig.
(2-sided)
Monte Carlo Sig. (2-sided)
Monte Carlo Sig. (1-sided) Sig. 90% Confidence
Interval
Sig. 90% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Pearson Chi-Square 2,90 8a
4 ,573 ,530b ,448 ,612 Likelihood
Ratio
2,73 6
4 ,603 ,580b ,499 ,661 Fisher's Exact
Test
3,37 9
,470b ,388 ,552
Linear-by-Linear Association
2,13 8c
1 ,144 ,090b ,043 ,137 ,050b ,014 ,086
N of Valid Cases
100
a. 4 cells (44,4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,40. b. Based on 100 sampled tables with starting seed 2000000.
c. The standardized statistic is 1,462.
(29)
78 Pengetahuan dengan Keberhasilan Terapi
Chi-Square Tests Valu
e
df Asymp. Sig.
(2-sided)
Monte Carlo Sig. (2-sided)
Monte Carlo Sig. (1-sided) Sig. 90% Confidence
Interval
Sig. 90% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Pearson Chi-Square 4,17 9a
2 ,124 ,190b ,125 ,255 Likelihood
Ratio
4,26 6
2 ,119 ,190b ,125 ,255 Fisher's Exact
Test
4,27 2
,130b ,075 ,185
Linear-by-Linear Association
4,12 9c
1 ,042 ,050b ,014 ,086 ,030b ,002 ,058
N of Valid Cases
100
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,48. b. Based on 100 sampled tables with starting seed 624387341.
c. The standardized statistic is -2,032.
(30)
79 Kepatuhan dengan Keberhasilan Terapi
Chi-Square Tests Valu
e
df Asymp. Sig.
(2-sided)
Monte Carlo Sig. (2-sided)
Monte Carlo Sig. (1-sided) Sig. 90% Confidence
Interval
Sig. 90% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Pearson Chi-Square 33,7 80a
2 ,000 ,000b ,000 ,023 Likelihood
Ratio
33,2 84
2 ,000 ,000b ,000 ,023 Fisher's Exact
Test
32,5 62
,000b ,000 ,023
Linear-by-Linear Association
30,8 50c
1 ,000 ,000b ,000 ,023 ,000b ,000 ,023
N of Valid Cases
100
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,55. b. Based on 100 sampled tables with starting seed 957002199.
c. The standardized statistic is -5,554.
(31)
47
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2014). www.hipertensi pada wanita lebih berbahaya. nationalgeographic.co.id. Diakses 20 November 2015.
Anonim. (2014). www.obatalamidarahtinggi94.wordpress.com. Diakses 27 September 2015.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman: 67. Awotidebe, T.O., Adedoyin, R.A., Rasaq, Adeyeye, W.A., Mbada, V.O., Akinola,
C.E., Otwombe, O.T. (2013). Knowledge, Attitude and Practice of Exercise For Blood Pressure Control: A Cross-sectional Survey. Journal of Exercise Science and Physiotherapy. 10(1): 8.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: DepKes RI. Halaman: 88.
Badan POM RI. (2006). Kepatuhan Pasien: Faktor Penting Dalam Keberhasilan Terapi. Info POM. Badan POM RI. 5(7): 11.
Brigitte, R.M., Juliana, T., Debora, G., Reynaldo, M.G., Boni Y., Cicera, C.V.A. (2010). Blood Pressure Levels and Adherence to Treatment of Hypertensive patient, User of a School Pharmacy. Brazillian journal of pharmaceutical sciences. Municipal University. 46(3): 421.
Chobanial, A.V, Bakris, G.L., Black, H.R. (2003). The seventh Report of The Joint National Committe on Prevantion, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. JAMA. 42(6): 1206-1252.
Departemen Kesehatan RI. (2006). Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi. Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Depkes RI.
Gultom, Y.T., Lestari, S. (2012). Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus Tentang Manajemen Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta Pusat. Skripsi. Jakarta: FIK UI. Halaman: 38. Diakses 28 Agustus 2015.
Harijanto, W., Rudijanto, A., Arief, A.N. (2014). Pengaruh Konseling Motivational Interviewing terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita Hipertensi. Jurnal Kedokteran Brawijaya. FK Universitas Brawijaya. 28(4): 353-354.
Hayens, R.B., Leenen, F.H.H., Soetrisno, E. (2003). Buku Pintar Menaklukan Hipertensi. Jakarta: Penerbit Ladang Pustaka & Intimedia. Halaman: 121. Hart, J.T., Tom, F., Wendy, S. (2009). Tanya Jawab Seputar Tekanan Darah
Tinggi. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Arcan. Halaman: 13-14.
(32)
48
Harimurti G.M. (2003). Hypertension, Vascular Disease: Management and Prevention from Dream to Reality. Jakarta: FK UI. Halaman: 105.
Krapek, K. (2004). Medication Adherence and Assosiated HbA1c in type 2 Diabetes. The Annals of Pharmacotherapy. 38(9): 1357.
Lailatushifah, S.N.F. (2012). Kepatuhan Pasien yang Menderita Penyakit Kronis dalam Mengkonsumsi Obat Harian. Yogyakarta. Fakultas Psikologi. Halaman: 1-9. Diakses 2 September 2015.
Lemeshow, S., Hosmer, D.W., Klar, J., dan Lwangsa, S.K. (1997). Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman: 54.
Lubis, H.R. (2008). Hipertensi dan Ginjal. Medan: USU Press. Halaman: 21. Mulyati, L., Yetti, K., Sukmarini, L. (2013). Analisis Faktor yang mempengaruhi
self Management Behaviour pada Pasien Hipertensi. Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad. 1(2): 53.
Morgado, M., Sandra, R. (2011). Pharmacist Intervention Program to Enhance Hypertension Control: A Randomised Controlled Trial. International Journal of Clinical Pharmacy. Int J Clin Pharm. 33(1): 132.
Mycek, M.J., Richard, A.H., Pamela, C.C. (2001). Farmakologi Ulasan Bergambar. Jakarta: Widya Medika. Halaman: 181-192.
Norman, K.F., Retnosari, A. (2012). Pengaruh Ceramah Kesehatan Terhadap Kepatuhan dan Tekanan Darah Pasien Hipertensi di Puskesmas Kecamatan Beji Kota Depok Tahun 2012. Skripsi. Jakarta: Fakultas MIPA UI. Halaman: 1- 43. Diakses tanggal 25 Agustus 2015.
Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Halaman: 50.
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Halaman: 139-140.
Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Halaman: 70-71.
Nugraha, S., Setyawati, B., Ginova, N. (2005). Kebisingan dan Hipertensi pada Karyawan Laki-laki Di Plant 34 PT “I”. Majalah Kedokteran Indonesia: 55(12): 714.
Osterberg, L., Terrence, B., (2005). Adherence to Medication. N Eng J Med. 353(5):487-491.
(33)
49
Price, S.A.,Wilson, L.M. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6 Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman: 583.
Rahajeng, E., Tuminah, S. (2009). Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia. 59(12): 581.
Rantucci, M. (2009). Komunikasi Apoteker-PasienPanduan Konseling Pasien. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman: 57.
Ruhyanudin, F. (2006). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Malang: UMM Press. Halaman: 138.
Shaikh, M.A., Yakta, D., Sadia, Kumar, R. (2012). Hypertension Knowledge, Attitude and Practice in Adult Hypertensive Patients at LUMHS.Liaquat University of Medical and Health Sciences. Jamshoro: LUMHS. 11(02): 113.
Suriassumatri, Jujun, S. (2005). Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Tan, H.J., Kirana, R. (2010). Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek Sampingnya. Edisi keenam. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo Gramedia. Halaman: 538-562.
World Health Organization. (2001). Pengembangan Hipertensi Laporan Komisi Pakar WHO. Bandung: Penerbit ITB. Halaman: 62.
(34)
21
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional, yang didukung oleh data primer yaitu data yang diperoleh langsung melalui pengisian kuesioner dan data sekunder yang diperoleh dari rekam medis pasien.
3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2005). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien hipertensi di puskesmas di Kecamatan Tanjung tiram Kabupaten Batubara Sumatera Utara Tahun 2015.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010). Sampel harus memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus sampel minimal (Lameshow, 1997):
n =
keterangan: n = jumlah sampel minimal Z1-α/2 = derajat kemaknaan
p = proporsi konsumen
d = tingkat presisi/deviasi
dengan persen kepercayaan yang diinginkan 90%; Z1-α/2= 1,645; p = 0,5; dan d =
0,1 maka diperoleh besar sampel minimal:
(35)
22 n =
= 67,65 orang = 70 orang Adapun kriteria inklusi dari subjek penelitian adalah: a. seluruh pasien berusia 18 tahun keatas.
b. pasien yang didiagnosis hipertensi.
c. pasien yang menggunakan obat-obat antihipertensi.
Kriteria ekslusi merupakan keadaan yang menyebabkan subjek tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian. Adapun kriteria ekslusi yang dimaksud adalah: a. pasien yang tidak mengikuti penelitian hingga selesai
b. pasien yang tidak dapat berkomunikasi dengan baik c. pasien yang data rekam medisnya tidak lengkap.
3.3 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei sampai Juni tahun 2015.
3.4Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Sumatera Utara. Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena belum pernah dilakukan penelitian tentang evaluasi pengetahuan dan kepatuhan pasien terhadap keberhasilan terapi hipertensi di daerah tersebut. Selain itu ditinjau dari segi jumlah pasien penderita hipertensi yang cukup banyak sehingga memungkinkan untuk dilakukan penelitian. Alasan lain adalah lokasi Kecamatan Tanjung Tiram yang dekat dengan pantai sehingga diperkirakan konsumsi garam (yang merupakan salah satu penyebab hipertensi) pada masyarakat tersebut cukup tinggi.
(36)
23
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diambil langsung dari responden dengan cara membagikan kuesioner kepada pasien yang berobat di Puskesmas Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Sumatera Utara. Kuesioner terdiri dari 3 bagian yaitu:
a. data demografi pasien berupa biodata pasien yang terdiri dari 6 poin, yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, riwayat keluarga yang mengalami hipertensi.
b. pengetahuan pasien terdiri dari 20 poin pertanyaan yang meliputi pengetahuan umum mengenai hipertensi, gejala, faktor resiko, komplikasi, penatalaksanaan dan pencegahan hipertensi.
c. tingkat kepatuhan pasien. Kuesioner ini terdiri atas 8 pertanyaan terkait perilaku pasien terhadap pengobatannya.
Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung, yaitu data yang diambil dari data yang sudah ada ditempat penelitian dengan menggunakan rekam medis. Adapun catatan medis pasien terdiri dari 5 bagian yaitu obat antihipertensi yang digunakan, tekanan darah, riwayat penyakit, penggunaan obat lain, dan efek samping yang pernah diderita.
3.5.1 Kuesioner Pengetahuan
Kuesioner ini menggunakan instrumen penelitian oleh Iyalomhe dan Iyalomhe (2010) yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia kemudian dilakukan
(37)
24
pengujian reabilitas. Untuk pengujian reabilitas dilakukan dengan pengujian test retest.
3.5.2 Kuesioner Kepatuhan
Kuesioner kepatuhan yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari MMAS (Morisky Medication Adherence Scale). Kuesioner MMAS adalah alat penilaian dari WHO yang sudah divalidasi (Krapek, 2004), dan diperoleh hasil yang valid sehingga tidak perlu lagi dilakukan pengujian validitas.
3.5.3 Pengujian Reabilitas
Pada penelitian ini pengujian reabilitas untuk kuesioner pengetahuan dilakukan dengan metode test retest (test ulang). Jumlah sampel yang dipakai sebanyak 20 orang. Sampel yang digunakan dalam pengujian ini adalah pasien hipertensi di puskesmas Tanjung Tiram dengan interval waktu pemberian test pertama dan test kedua yaitu ± 10 hari. Dari hasil uji reabilitas didapatkan nilai pvalue > 0,05 yang berarti seluruh pertanyaan dinyatakan reliabel. Hasil dapat dilihat pada Lampiran 10.
3.6Penilaian Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan 3.6.1 Penilaian Tingkat Pengetahuan
Sebelum menentukan kategori baik, cukup, dan kurang terlebih dahulu menetukan kriteria tolak ukur yang dijadikan penentuan skor pada setiap jawaban. Setiap jawaban yang benar diberi nilai 1 dan untuk jawaban yang salah atau tidak tahu diberi nilai 0.
Menurut Arikunto yang dikutip oleh Samsuryanti (2013), Skala pengukuran untuk pengetahuan dapat dikategorikan:
a. baik, bila menjawab pertanyaan dengan benar 16-20 soal (76-100%).
(38)
25
b. cukup, bila menjawab pertanyaan dengan benar 12-15 soal (56-75%) c. kurang, bila menjawab pertanyaan dengan benar <12 (<56%).
3.6.2 Penilaian Tingkat Kepatuhan
Kuesioner ini terdiri atas 8 pertanyaan terkait perilaku pasien terhadap pengobatannya, dengan jawaban iya atau tidak pada nomor 1 sampai 7. Pada pertanyaan nomor 1, 2, 3, 6, dan 7 untuk setiap jawaban “ya” diberi nilai 1 dan untuk jawaban “tidak” diberi nilai 0. Pada pertanyaan nomor 4, dan 5 untuk jawaban “tidak” beri nilai 1 dan untuk jawaban “ya” diberi nilai 0. Pada nomor 8, jawaban berupa spektrum dengan jawaban selalu hingga tidak pernah. Untuk jawaban “tidak pernah” diberi nilai 0, dan untuk jawaban “sesekali” hingga “selalu” diberi nilai 1.
Skor penilaian MMAS dibagi menjadi 3 kategori, yaitu kepatuhan rendah, dengan nilai lebih dari 2, kepatuhan sedang dengan nilai 1-2, kepatuhan tinggi dengan nilai 0.
3.7Teknik Pengolahan dan Analisis Data 3.7.1 Pengolahan Data
a. Editing, yaitu data yang sudah terkumpul diperiksa kembali untuk memastikan kelengkapan, kesesuaian, dan kejelasan.
b. Coding (pengkodean data), setelah dilakukan pengeditan, kemudian dilakukan pengkodean. Data yang diedit kemudian diubah dalam bentuk angka yaitu dengan cara memberikan kode 1 pada tingkat pengetahuan dan kepatuhan rendah, kode 2 pada tingkat pengetahuan dan kepatuhan sedang, dan kode 3 pada tingkat pengetahuan dan kepatuhan tinggi.
(39)
26
c. Input data, kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam program IBM SPSS Statiscs 21.0.
d. Cleaning data, setelah data dimasukkan kemudian diperiksa kembali untuk memastikan apakah data bersih dari kesalahan dan siap untuk dianalisis. proses pembersihan data dilakukan dengan pengecekan kembali data yang sudah di entry. Pengecekan ini untuk melihat apakah ada data yang hilang (missing) dengan melakukan list, koreksi kembali apakah data yang sudah di entry benar atau salah dengan melihat variasi data atau kode yang digunakan.
3.7.2 Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif dan inferensial. Data kuantitatif akan disajikan dalam bentuk tabel sedangkan data kualitatif akan disajikan dalam bentuk uraian. Data dianalisa menggunakan program SPSS. Awalnya data dilakukan uji normalitas untuk mengetahui uji yang dilakukan. Uji statistik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah chi-square (p < 0,05) untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara karakteristik demografi pasien terhadap tingkat pengetahuan dan tingkat kepatuhan serta mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara tingkat pengetahuan dan kepatuhan terhadap keberhasilan terapi hipertensi.
3.8 Langkah Penelitian
a. Meminta rekomendasi Wakil Dekan I Fakultas Farmasi USU untuk dapat melakukan penelitian di Puskesmas Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Sumatera Utara.
(40)
27
b. Menghubungi pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Batubara Sumatera Utara untuk mendapat izin melakukan penelitian, dengan membawa surat rekomendasi dari Fakultas.
c. Menghubungi pihak Puskesmas Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Sumatera Utara untuk mendapat izin melakukan penelitian, dengan membawa surat rekomendasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Batubara .
d. Mengurus ethical clearence sebagai syarat penelitian.
e. Visite ke puskesmas Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Sumatera Utara.
f. Menjumpai pasien dan meminta kesediaannya menjadi responden, mengambil data klinis pasien dari rekam medis lalu meminta pasien mengisi kuesioner tingkat pengetahuan.
g. Setelah ± 2 minggu kemudian, pasien yang telah menggunakan obat antihipertensi kembali datang ke puskesmas untuk memeriksa tekanan darahnya, diambil data klinisnya yang baru dari rekam medis lalu meminta pasien mengisi kuesioner tingkat kepatuhan.
h. Menganalisis data dan informasi yang diperoleh, hingga diperoleh suatu kesimpulan.
(41)
28
3.9 Defenisi Operasional
Defenisi operasional yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Defenisi operasional dari karakteristik pasien hipertensi
Variabel Defenisi operasional
Cara ukur
Alat ukur parameter
Umur total lama waktu hidup subjek
Observasi Lembar kuesioner
a. 26-35 tahun b. 36-45 tahun c. 46-55 tahun d. 56-65 tahun e. diatas 65 tahun Jenis
kelamin
Gender dari subjek
Observasi Lembar kuesioner
a. Laki-laki b. perempuan Pendidikan
terakhir
Jenjang
pendidikan dari subjek
Observasi Lembar kuesioner
a. SD b. SMP c. SMA
d. perguruan tinggi Jenis
pekerjaan
Aktifitas mata pencarian subjek
Observasi Lembar kuesioner
a. pegawai swasta b. wiraswasta c. nelayan d. petani e. ibu rumah tangga f. lain-lain g. tidak bekerja Riwayat
keluarga
Riwayat
keluarga dengan penyakit
hipertensi
Observasi Lembar kuesioner
a. ya b. tidak
Kategori keberhasilan terapi Perubahan tekanan darah selama 2 minggu
Observasi Lembar kuesioner
a. berhasil b. tidak berhasil
Tingkat pengetahuan
Pengetahuan pasien mengenai hipertensi
Observasi Lembar kuesioner
a. baik > 76- 100% b. cukup 56-75% c. kurang <56% Tingkat
kepatuhan
Perilaku dalam mengkonsumsi obat
Observasi Lembar kuesioner
a. tinggi 0 b. sedang 1-2 c. rendah >2
(42)
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan hasil penelitian tentang hubungan antara karakteristik dari pasien (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, riwayat hipertensi dari keluarga) dengan tingkat pengetahuan dan kepatuhan, serta melihat hubungan antara tingkat pengetahuan dan tingkat kepatuhan pasien hipertensi dengan keberhasilan terapi.
4.1 Data Demografi
Data demografi pasien terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan riwayat hipertensi pada keluarga. Berikut ini gambaran distribusi frekuensi dari karakteristik pasien hipertensi.
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi pasien hipertensi berdasarkan karakterisasi pasien Demografi pasien Jumlah (pasien) Persentase (%) Usia
a. 26 – 35 tahun b. 36 - 45 tahun c. 46 - 55 tahun d. 56 – 65 tahun e. > 65 tahun
3 4 40 33 20 3 4 40 33 20
Total 100 100
Jenis kelamin a. laki-laki b. perempuan
42 58
42 58
Total 100 100
Pendidikan a. SD b. SMP c. SMA
71 26 3 71 26 3
Total 100 100
(43)
30
Data demografi Jumlah (pasien) Persentase (%) Pekerjaan
a. pegawai swasta b. wiraswasta c. nelayan d. petani
e. ibu rumah tangga f. lain-lain
g. tidak bekerja
3 43
5 9 35
1 4
3 43
5 9 35
1 4
Total 100 100
Riwayat Keluarga a. ya
b. tidak
26 74
26 74
Total 100 100
Tabel 4.1 menunjukkan frekuensi pasien hipertensi berdasarkan usia, paling banyak diderita pada kelompok umur 46 – 55 tahun yaitu sebanyak 40 pasien (40%). Berdasarkan hal ini dapat diketahui bahwa umur diatas 45 tahun lebih cenderung untuk diserang penyakit hipertensi karena pada usia tersebut organ-organ vital seperti jantung, ginjal, serta pembuluh darah telah mengalami penurunan fungsi atau kerusakan yang dapat berpengaruh terhadap meningkatnya tekanan darah. Usia diatas 40 tahun akan meningkatkan resiko hipertensi (Nugraha, ddk., 2005).
Berdasarkan jenis kelamin, pasien hipertensi yang terbanyak adalah perempuan sebanyak 58 pasien (58%), sedangkan pada laki-laki sebanyak 42 (42%). Namun menunjukkan jumlah selisih yang tidak jauh berbeda. Hal ini serupa dengan penelitian Norman (2011) yaitu populasi hipertensi pada perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki yaitu sebanyak 73,9%. Berdasarkan riset wake forest baptist medical center yang dipublikasikan dalam Therapeutic Advances in Cardiovascular Disease tahun 2013 menyebutkan penyakit pembuluh darah 30-40% lebih banyak ditemukan pada wanita dibanding
(44)
31
pria. Ada perbedaan fisiologis signifikan antara sistem kardiovaskular wanita dan pria, termasuk tipe dan banyaknya hormon yang berperan dalam pengaturan tekanan darah.
Berdasarkan tingkat pendidikan, yang paling banyak adalah pasien dengan pendidikan terakhir SD sebanyak 71 pasien (71%). Berdasarkan pekerjaan, yang paling banyak adalah pasien dengan pekerjaan wiraswasta, yaitu sebanyak 43 pasien (43%). Berdasarkan keadaan sosioekonomi, aras tekanan darah dan prevalensi hipertensi yang lebih tinggi terdapat pada golongan sosioekonomi rendah. Hubungan itu ternyata berkaitan dengan tingkat pendidikan, penghasilan, dan pekerjaan (WHO, 2001).
Berdasarkan riwayat hipertensi yang ada pada keluarga, mayoritas pasien adalah pasien yang tidak memiliki riwayat hipertensi pada keluarganya yaitu sebanyak 74 pasien (74%).
4.2 Data Klinis 4.2.1 Tekanan Darah
Data klinis yang diperoleh dari rekam medis pasien yang didapat dari puskesmas adalah tekanan darah. Pencatatan tekanan darah dilakukan 2 kali. Tekanan darah I diambil saat pertemuan pertama dengan pasien, tekanan darah II diambil dengan interval waktu ±2 minggu saat pasien kembali mengunjungi puskesmas untuk mengontrol tekanan darahnya. Kategori tekanan darah dibagi atas 2 kelompok, yaitu positif yang artinya terjadi penurunan tekanan darah pada pasien setelah dilakukan pengurangan antara tekanan darah II dan tekanan darah I, dan negatif yang artinya terjadi kenaikan tekanan darah.
(45)
32
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, pasien terbanyak mengalami penurunan tekanan darah setelah dilakukan pengukuran 2 minggu kemudian yaitu sebanyak 89 pasien (89%). Namun sebagian besar dari penurunan tekanan darah tersebut belum mencapai target terapi. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Distribusi pasien hipertensi berdasarkan kategori perubahan tekanan darah (n=100)
No Kategori perubahan tekanan darah Jumlah (pasien) Persentase (%) 1
2
Positif Negatif
89 11
89 11
Total 100 100%
Selain dilakukan pengelompokan berdasarkan perubahan tekanan darah, dilakukan juga pengelompokan berdasarkan keberhasilan terapi hipertensi. Kategori berdasarkan keberhasilan terapi hipertensi dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu berhasil artinya pasien yang memiliki tekanan darah <140/90 mmHg pada pengukuran kedua dan tidak berhasil yaitu pasien pasien yang memiliki tekanan darah >140/90 mmHg pada pengukuran kedua.
Tabel 4.3 Distribusi pasien hipertensi berdasarkan kategori keberhasilan terapi hipertensi (n=100)
No Kategori keberhasilan terapi Jumlah (pasien) Persentase (%) 1
2
Berhasil Tidak berhasil
31 69
31 69
Total 100 100%
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa 69 pasien (69%) belum mencapai target terapi dan sekitar 31 pasien (31%) dapat mencapai target terapi. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas pasien hipertensi gagal mencapai target terapi.
(46)
33
4.2.2 Penggunaan Obat Antihipertensi
Selain tekanan darah, data klinis lain yang diperoleh dari rekam medis adalah obat antihipertensi yang digunakan pasien.
Tabel 4.4 Distribusi pasien berdasarkan penggunaan jenis antihipertensi No Jenis Obat Antihipertensi Jumlah pasien Persentase (%)
1 2 3 4
Kaptopril Amlodipin Nipedipin furosemid
72 22 17 15
57,14 17,46 13,49 11,91
Total 126 100%
Tabel 4.4 menunjukkan antihipertensi yang paling banyak diberikan pada pasien di puskesmas di Kecamatan Tanjung Tiram yaitu kaptopril sebanyak 72 pasien (57,14%). Kaptopril adalah obat golongan Angiotensin-converting enzym (ACE) Inhibitor yang digunakan untuk penanganan hipertensi (Nugroho, 2012). Obat yang diberikan pada pasien tidak hanya terdiri dari terapi tunggal tetapi juga terdiri dari kombinasi antihipertensi.
4.3 Tingkat Pengetahuan Mengenai Hipertensi
Untuk pengujian tingkat pengetahuan, dibuat beberapa pertanyaan seputar pengetahuan yang terdiri dari pengetahuan umum mengenai hipertensi, faktor resiko, komplikasi, penatalaksanaan dan pencegahan hipertensi. Hasil ini berguna sebagai informasi untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien tentang mengontrol penyakit hipertensi. Mayoritas informasi mereka peroleh dari tenaga kesehatan khususnya dokter dan perawat.
(47)
34
Tabel 4.5 Distribusi pasien hipertensi berdasarkan tingkat pengetahuan (n=100) No Tingkat pengetahuan Jumlah (pasien) Persentase (%)
1 2 3 Kurang Cukup Baik 36 56 8 36 56 8
Total 100 100%
Berdasarkan analisis data yang dilakukan, mayoritas pasien terdapat pada kategori tingkat pengetahuan cukup sebanyak 56 pasien (56%). Kategori tingkat pengetahuan kurang 36 pasien (36%) , dan baik 8 pasien (8%). Hasil tersebut menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan pasien hipertensi di puskesmas di Kecamatan Tanjung Tiram tergolong cukup, tetapi masih perlu ditingkatkan dengan cara memberikan edukasi dan konseling pada pasien. Awotidebe, dkk., (2013), menyatakan bahwa upaya bersama diperlukan dalam meningkatkan pengetahuan untuk memaksimalkan pencegahan dan pengontrolan hipertensi.
Tabel 4.6 Pengetahuan umum pasien hipertensi mengenai hipertensi (n=100)
Pertanyaan Ya Tidak Tidak tahu
hipertensi dapat dideteksi dari pengukuran tekanan darah
96 (96%) 0 (0%) 4 (4%) Hipertensi merupakan penyakit
keturunan 26 (26%) 42 (42%) 32 (32%) Hipertensi dapat disebabkan oleh
ilmu hitam (sihir)
1 (1%) 98 (98%) 1 (1%) Hipertensi disebabkan stress dan rasa
takut yang berlebih
93 (93%) 3 (3%) 4 (4%) Hipertensi hanya terjadi pada lansia 14
(14%)
66 (66%)
20 (20%)
Statistik deskriptif untuk kajian mengenai variabel pengetahuan umum mengenai hipertensi ditunjukkan pada Tabel 4.6. Sekitar 96% dari pasien hipertensi di puskesmas di kecamatan tanjung tiram mengetahui bahwa hipertensi
(48)
35
dapat dideteksi dari pengukuran tekanan darah. Sekitar 93% pasien mengatakan bahwa hipertensi dapat disebabkan stress dan rasa takut yang berlebihan, tapi hanya sekitar 26% pasien yang mengetahui bahwa hipertensi merupakan penyakit keturunan.
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa sekitar 96% pasien hipertensi mengetahui bahwa gejala yang ditemui pada penderita hipertensi adalah sakit kepala dan rasa berat ditengkuk.
Tabel 4.7 Pengetahuan pasien hipertensi mengenai gejala hipertensi (n=100)
Pertanyaan Ya Tidak Tidak tahu
Gejala yang ditemui pada penderita hipertensi adalah sakit kepala dan rasa berat ditengkuk
96 (96%)
4 (4%)
0 (0%) Gejala yang ditemui pada penderita
hipertensi adalah mual dan muntah
24 (24%)
71 (71%)
5 (5%)
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa pengetahuan pasien mengenai faktor resiko hipertensi yang disebabkan oleh makanan yang asin sekitar 98%. Namun hanya sekitar 25% pasien yang mengetahui bahwa merokok dapat meningkatkan resiko hipertensi. Pengetahuan pasien relatif tinggi mengenai makanan yang asin sebagai faktor resiko hipertensi karena adanya informasi dari pihak puskesmas baik itu dokter maupun perawat. Namun tidak ada informasi dari tenaga medis di puskesmas bahwa merokok dapat meningkatkan resiko hipertensi. Faktor lingkungan yang mempengaruhi tekanan darah antara lain obesitas, stress, peningkatan asupan natrium, konsumsi alkohol yang berlebihan dan lain-lain (Lubis, 2008).
(49)
36
Tabel 4.8 Pengetahuan pasien hipertensi mengenai faktor resiko hipertensi (n=100)
Pertanyann Ya Tidak Tidak tahu
Merokok dapat meningkatkan resiko hipertensi 25 (25%) 20 (20%) 55 (55%) Makanan yang asin dapat
menyebabkan hipertensi 98 (98%) 2 (2%) 0 (0%) Makanan yang tinggi lemak dapat
menyebabkab resiko hipertensi
66 (66%) 11 (11%) 23 (23%)
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa pasien hipertensi memiliki pengetahuan yang cukup mengenai komplikasi yang terjadi disebabkan hipertensi. Sebanyak lebih dari 90% pasien hipertensi mengetahui bahwa hipertensi dapat menyebabkan kematian dan stroke. sebanyak 76% pasien mengetahui hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung. Namun hanya 26% pasien yang mengetahui hipertensi dapat menyebabkan gangguan ginjal.
Tabel 4.9 Pengetahuan pasien hipertensi mengenai komplikasi hipertensi (n=100)
Pertanyaan Ya Tidak Tidak tahu
Hipertensi dapat menyebabkan kematian 98 (98%) 0 (0%) 2 (2%) Hipertensi dapat menyebabkan
penyakit jantung seperti serangan jantung 76 (76%) 10 (10%) 14 (14%) Hipertensi dapat menyebabkan stroke 93
(93%)
6 (6%)
1 (1%) Hipertensi dapat menyebabkan
gangguan ginjal 26 (26%) 22 (22%) 52 (52%) Hipertensi dapat menyebabkan kanker 4
(4%)
42 (42%)
54 (54%)
Tabel 4.10 Pengetahuan pasien hipertensi mengenai Penatalaksanaan dan pencegahan hipertensi (n=100)
Pertanyaan Ya Tidak Tidak tahu
Penyakit hipertensi dapat disembuhkan sama sekali
28 (28%) 52 (52%) 20 (20%) pasien harus mengambil
obat-obatan antihipertensi seumur hidup 43 (43%) 26 (26%) 31 (31%)
(50)
37 Pasien hipertensi hanya mengambil obat-obatan antihipertensi hanya ketika mereka sakit
64 (64%)
34 (34%)
2 (2%)
Pasien hipertensi harus mengkonsumsi obat-obatan antihipertensi setiap hari
44 (44%)
22 (22%)
34 (34%) Mengkonsumsi buah-buahan dan
sayur-sayuran dapat menolong mencegah hipertensi
96 (96%)
1 (1%)
3 (3%)
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa pengetahuan pasien hipertensi mengenai hal-hal yang dapat mencegah terjadinya peningkatan tekanan darah yaitu dengan mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran. Dalam penatalaksanaan hipertensi hanya kurang dari 50% pasien yang mengetahui bahwa pasien hipertensi harus mengambil obat-obatan antihipertensi seumur hidup dan pasien hipertensi harus mengkonsumsi obat-obatan antihipertensi setiap hari. 64% pasien hipertensi mengatakan pasien hipertensi hanya mengambil obat-obatan antihipertensi hanya ketika mereka sakit. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa pengetahuan pasien hipertensi mengenai penatalaksanaan hipertensi relatif rendah.
4.4 Tingkat Kepatuhan
Salah satu alat pendeteksi kepatuhan dalam minum obat adalah MMAS (Morisky Medication Adherence Scale). Kuesioner ini terdiri atas 8 pertanyaan terkait perilaku pasien terhadap pengobatannya, dengan jawaban iya atau tidak pada nomor 1 sampai 7. pada nomor 8, jawaban berupa spektrum dengan jawaban selalu hingga tidak pernah.
Skor penilaian MMAS dibagi menjadi 3 kategori, yaitu kepatuhan rendah dengan nilai lebih dari 2, kepatuhan sedang dengan nilai 1-2, dan kepatuhan tinggi dengan nilai 0.
(51)
38
Tabel 4.11 Distribusi pasien Hipertensi berdasarkan tingkat kepatuhan (n=100) No Tingkat kepatuhan Jumlah (pasien) Persentase (%) 1
2 3
Rendah Sedang Tinggi
69 26 5
69 26 5
Total 100 100%
Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa tingkat kepatuhan pasien di Kecamatan Tanjung Tiram terhadap hipertensi tergolong masih rendah. Hal-hal yang menyebabkan pasien tidak patuh dalam mengkonsumsi obat antara lain karena merasa gejala sudah teratasi sebanyak 82%, kelupaan sebanyak 56%, terlambat kontrol sebanyak 47%, dan timbulnya efek samping sebanyak 5%. Penyebab ketidakpatuhan terendah adalah malas sebanyak 3%. Harijanto, dkk., (2014), mengatakan penyebab ketidakpatuhan pada hasil survei terutama karena keterlambatan kontrol, kelupaan, dan merasa tekanan darahnya sudah terkontrol sehingga tidak perlu meminum obat.
4.5 Hubungan Karakteristik pasien hipertensi dengan tingkat pengetahuan
Hasil analisis ini menunjukkan ada tidaknya hubungan antara setiap karakteristik pasien hipertensi dengan tingkat pengetahuan mengenai hipertensi. Pada analisis ini, dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji statistik non parametik.
(52)
39
Tabel 4.12 Hasil analisis hubungan karakteristik pasien hipertensi dengan tingkat pengetahuan (n=100)
Variabel
Tingkat pengetahuan
P Value
Kurang Cukup Baik
Umur
a. 26-35 tahun b. 36-45 tahun c. 46-55 tahun d. 56-65 tahun e. > 65 tahun
2 (33,3%) 1 (32,8%) 11 (43,3%) 13 (39,4%) 9 (45%) 1 (44,4%) 2 (60,7%) 26 (50%) 18 (54,5%) 9 (45%) 0 (22,2%) 1 (6,6%) 3 (6,7%) 2 (6,1%) 2 (10%) 0,840 Jenis kelamin a. laki-laki b. perempuan
14 (33,3%) 22 (37,9%) 26 (61,9%) 30 (51,7%) 2 (4,8%) 6 (10,3%) 0,410 Pendidikan a. SD b. SMP c. SMA
27 (38,0%) 7 (26,9%) 2 (66,7%) 38 (53,5%) 17 (65,4%) 1 (33,3%) 6 (8,5%) 2 (7,7%) 0 (0,0%) 0,640 Pekerjaan
a. pegawai swasta b. wiraswasta c. nelayan d. petani
e. ibu rumah tangga f. lain-lain
g. tidak bekerja
2 (66,7%) 15 (34,9%) 1 (20,0%) 3 (33,3%) 12 (34,3%) 1 (100%) 2 (50%) 1 (33,3%) 25 (58,1%) 3 (60,0%) 5 (55,6%) 20 (57,1%) 0 (0%) 2 (50%) 0 (0,0%) 3 (7,0%) 1 (20,0%) 1 (11,1%) 3 (8,6%) 0 (0%) 0 (0%) 0,970 Riwayat keluarga a. ya
b. tidak
5 (19,2%) 31 (41,9%) 18 (69,2%) 38 (51,4%) 3 (11,5%) 5 (6,8%) 0,110
(53)
40
Tabel 4.12 berdasarkan kategori umur, diperoleh nilai signifikansi adalah 0,840. Berdasarkan kategori jenis kelamin, diperoleh nilai signifikansi adalah 0,410. Berdasarkan kategori pendidikan terakhir dan pekerjaan, diperoleh nilai signifikansi masing masing adalah 0,640 dan 0,970, dan berdasarkan kategori riwayat keluarga, diperoleh nilai signifikansi 0,110. Nilai (p > 0,05) tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik pasien dengan tingkat pengetahuan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa karakteristik pasien (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan riwayat keluarga) tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan.
4.6 Hubungan Karakteristik pasien hipertensi dengan tingkat kepatuhan
Hasil analisis ini menunjukkan ada tidaknya hubungan antara setiap karakteristik pasien hipertensi dengan tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi obat antihipertensi. Pada analisis ini, dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji statistik non parametik.
Tabel 4.13 Hasil analisis hubungan karakteristik pasien hipertensi dengan tingkat kepatuhan (n=100)
Variabel
Tingkat Kepatuhan
P value Rendah Sedang Tinggi
Umur
a. 26-35 tahun b. 36-45 tahun c. 46-55 tahun d. 56-65 tahun e. > 65 tahun
2 (66,7%) 3 (75,0%) 23 (57,5%) 26 (78,8%) 15 (75,0%) 1 (33,3%) 1 (25,0%) 13 (32,5%) 6 (18,2%) 5 (25,0%) 0 (0,0%) 0 (0,0%) 4 (10,0%) 1 (3,0%) 0 (0%) 0,500
(54)
41 Jenis kelamin
a. laki-laki b. perempuan
31 (73,8%) 38 (65,5%) 10 (23,8%) 16 (27,6%) 1 (2,4%) 4 (6,9%) 0,590 Pendidikan a. SD b. SMP c. SMA
49 (69,0%) 18 (69,2%) 2 (66,7%) 21 (29,6%) 4 (15,4%) 1 (33,3%) 1 (1,4%) 4 (15,4%) 0 (0,0%) 0,050 Pekerjaan
a. pegawai swasta b. wiraswasta c. nelayan d. petani
e. ibu rumah tangga f. lain-lain
g. tidak bekerja
2 (66,7%) 30 (69,9%) 3 (60,0%) 4 (44,4%) 26 (74,3%) 1 (100,0%) 3 (75,0%) 1 (33,3%) 10 (23,3%) 2 (40,0%) 5 (55,6%) 7 (20,0%) 0 (0,0%) 1 (25,0%) 0 (0,0%) 3 (7,0%) 0 (0,0%) 0 (0,0%) 2 (5,7%) 0 (0,0%) 0 (0,0%) 0,850 Riwayat keluarga a. ya
b. tidak
22 (84,6%) 47 (63,5%) 3 (11,5%) 23 (31,1%) 1 (3,8%) 4 (5,4%) 0,080
Tabel 4.13 berdasarkan kategori umur, diperoleh nilai signifikansi adalah 0,500. Berdasarkan kategori jenis kelamin, diperoleh nilai signifikansi adalah 0,590. Berdasarkan kategori pendidikan terakhir diperoleh nilai signifikansi adalah 0,050. Berdasarkan kategori pekerjaan diperoleh nilai signifikansi adalah 0,850, dan berdasarkan kategori riwayat keluarga diperoleh nilai signifikansi adalah 0,080. Nilai (p > 0,05) tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik pasien dengan tingkat kepatuhan.
(55)
42
Sehingga dapat disimpulkan bahwa karakteristik pasien (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan riwayat keluarga) tidak mempengaruhi tingkat kepatuhan.
4.7 Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Tingkat Kepatuhan Pasien
Hasil analisis ini menunjukkan ada tidaknya hubungan antara tingkat pengetahuan pasien hipertensi dengan tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi obat antihipertensi. Pada analisis ini, dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji statistik non parametik.
Tabel 4.14 Hasil analisis hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat kepatuhan (n=100)
Tingkat Kepatuhan
Tingkat Pengetahuan
P Value
Kurang Cukup Baik
Rendah 28
(40,6%)
36 (52,2%)
5 (7,2%)
Sedang 7
(26,9%)
17 (65,4%)
2 (7,7%)
0,580
Tinggi 1
(20,0%)
3 (60,0%)
1 (20,0%)
Berdasarkan uji chi-squarediperoleh nilai p adalah 0,580. Nilai (p > 0,05) tersebut menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kepatuhan pasien. Sehingga dapat ditarik kesimpulan pengetahuan pasien mengenai hipertensi tidak mempengaruhi kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat antihipertensi. Walaupun hasil ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan Notoatmodjo (2003), bahwa pengetahuan dan persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit erat hubungannya dengan pencarian pengobatan. Faktor-faktor yang menyebabkan tidak terdapatnya hubungan antara pengetahuan dan kepatuhan karena pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan yang
(56)
43
sebagian besar terkait penatalaksanaan non farmakologi termasuk (gejala, faktor resiko, dan komplikasi), serta hanya sebagian kecil pengetahuan yang terkait tentang penatalaksanaan farmakologi (perilaku minum obat) pada pasien hipertensi, sedangkan kepatuhan yang dimaksud adalah kepatuhan yang terkait tentang penatalaksanaan farmakologi (perilaku minum obat) pada pasien hipertensi.
4.8 Hubungan tingkat pengetahuan dengan keberhasilan terapi hipertensi
Keberhasilan terapi pada pasien hipertensi dilakukan dengan pengukuran tekanan darah sebanyak 2 kali pada interval waktu ± 2 minggu. Kemudian dilakukan pengkategorian antara pasien yang mempunyai tekanan darah <140/90 mmHg dan ≥ 140 mmHg.
Tabel 4.15 Hasil analisis hubungan tingkat pengetahuan dengan keberhasilan terapi Hipertensi (n=100)
Kategori tingkat pengetahuan
Jumlah
Nilai signifikansi Berhasil Tidak berhasil
Kurang Cukup Baik
7 (19,4%)
19 (33,9%)
4 (50%)
29 (80,6%)
37 (66,1%)
4 (50%)
0,190
Tabel 4.15 dapat diketahui bahwa pada kategori tingkat pengetahuan kurang, persentase pasien yang mengalami keberhasilan terapi sebanyak 19,4% dan yang mengalami ketidakberhasilan terapi sebanyak 80,6%. Sedangkan pada kategori tingkat pengetahuan cukup persentase pasien yang mengalami keberhasilan terapi sebanyak 33,9% dan yang mengalami ketidakberhasilan terapi sebanyak 66,1%. Kategori tingkat pengetahuan baik persentase pasien yang
(57)
44
mengalami keberhasilan terapi sebanyak 50% dan yang mengalami ketidakberhasilan terapi sebanyak 50%. Berdasarkan hasil tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan pasien mengenai hipertensi maka semakin tinggi pula persentase pasien yang mengalami keberhasilan terapi. Namun dari nilai signifikansi yaitu 0,190 menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan keberhasilan terapi hipertensi. Sehingga dapat ditarik kesimpulan pengetahuan pasien mengenai hipertensi tidak mempengaruhi keberhasilan terapi hipertensi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Mulyati (2013), yang menyatakan bahwa pengetahuan pasien tidak mempengaruhi perilaku pasien untuk mengontrol tekanan darah.
4.9 Hubungan tingkat kepatuhan dengan keberhasilan terapi Hipertensi
Hasil analisis ini menunjukkan ada tidaknya hubungan antara tingkat kepatuhan pasien dengan keberhasilan terapi hipertensi. Untuk mengetahuinya dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square.
Tabel 4.16 Hasil analisis hubungan tingkat kepatuhan dengan keberhasilan terapi Hipertensi (n=100)
Kategori kepatuhan
Jumlah Nilai
signifikansi Berhasil Tidak berhasil
Rendah Sedang Tinggi
9 (13,0%)
18 (69,2%)
4 (80%)
60 (87,0%)
8 (30,8%)
1 (20%)
0,000
Tabel 4.16 pada kategori tingkat kepatuhan rendah, persentase pasien yang mengalami keberhasilan terapi sebanyak 13,0% dan yang mengalami
(58)
45
ketidakberhasilan terapi sebanyak 87,0%. Sedangkan pada kategori tingkat kepatuhan sedang persentase pasien yang mengalami keberhasilan terapi sebanyak 69,2% dan yang mengalami ketidakberhasilan terapi sebanyak 30,8%. Kategori tingkat kepatuhan tinggi persentase pasien yang mengalami keberhasilan terapi sebanyak 80% dan yang mengalami ketidakberhasilan terapi sebanyak 20%. Berdasarkan hasil tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa semakin tinggi tingkat kepatuhan pasien hipertensi dalam mengkonsumsi obat antihipertensi maka semakin tinggi pula persentase pasien yang mengalami keberhasilan terapi. Pernyataan tersebut diperkuat dengan nilai signifikansi yaitu 0,000 yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara kepatuhan pasien dengan keberhasilan terapi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepatuhan mengkonsumsi antihipertensi mempengaruhi keberhasilan terapi hipertensi. Hasil ini serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Morgado, dkk., (2011), bahwa kepatuhan dapat menurunkan tekanan darah hingga mencapai tekanan darah terkontrol. Kepatuhan terhadap pengobatan farmakologis untuk hipertensi dianggap sebagai faktor kunci dalam menjamin hasil terapi yang sukses (Brigitte, 2010).
(59)
46
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
a. karekteristik pasien (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan riwayat keluarga) tidak mempengaruhi pengetahuan pasien hipertensi (p > 0,05). b. karakteristik pasien (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan riwayat
keluarga) tidak mempengaruhi kepatuhan pasien hipertensi (p > 0,05).
c. tingkat pengetahuan pasien mengenai hipertensi tidak mempengaruhi kepatuhan pasien (p > 0,05).
d. tingkat pengetahuan yang tinggi sebanyak 8 pasien (8%), pengetahuan sedang 56 pasien (56%), pengetahuan rendah sebanyak 36 pasien (36%). Tingkat pengetahuan pasien mengenai hipertensi tidak mempengaruhi keberhasilan terapi hipertensi (p > 0,05).
e. tingkat kepatuhan yang tinggi sebanyak 5 pasien (5%) , kepatuhan sedang sebanyak 26 pasien (26%) , kepatuhan rendah sebanyak 69 pasien (69%). Tingkat kepatuhan pasien mempengaruhi keberhasilan terapi hipertensi (p<0,05).
5.2 Saran
Diharapkan tenaga kesehatan dapat memberikan edukasi atau penyuluhan kepada pasien, keluarga pasien (sebagai perawat pasien dirumah), dan masyarakat mengenai pentingnya kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat harian antihipertensi dalam mengontrol tekanan darah pasien.
(60)
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi dan Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu kelainan, suatu gejala dari gangguan pada mekanisme regulasi tekanan darah. Menurut The Seventh Report of The Joint National Committe on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun 2003, hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan diastolik ≥90 mmHg.
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC VII
Klasifikasi Sistolit (mmHg) Diastolit (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stage I 140-159 90-99
Hipertensi stage II >160 >100
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah (Hart, dkk., 2009), antara lain:
a. Kecepatan: jantung anda memompa darah ke dalam arteri dengan kecepatan yang bervariasi, bergantung pada apa yang dilakukan dan apa yang dipikirkan. b. Diameter: arteri yang lebih kecil mempunyai diameter yang bervariasi
bergantung pada tekanan pada benang-benang otot yang mengelilinginya. Tekanan ini bergantung terutama pada sinyal dari otak dan berbagai bahan kimia dalam peredaran darah (hormon) yang dilepaskan oleh organ-organ lain dalam tubuh.
c. Gesekan: gesekan sepanjang dinding-dinding arteri meningkat sewaktu arteri menjadi makin tua dan makin dipenuhi oleh plak seperti lilin yang terbuat dari bekuan darah dan kolesterol. Proses tersebut menaikkan tekanan darah dengan
(61)
7
cara menaikkan ketahanan terhadap aliran darah, sementara aliran akan dipercepat dengan tekanan yang meningkat, jadi terbentuk proses berantai. d. Viskositas dan Volume: baik viskositas maupun volume darah bervariasi,
bergantung terutama pada asupan garam, efisiensi ginjal dan ukuran serta bentuk sel darah merah, yang dapat diubah oleh kadar zat besi yang rendah dalam darah atau kadar alkohol darah yang tinggi.
Mekanisme yang berkaitan dengan pemelihara tekanan darah sangat kompleks. Tekanan darah terutama dikontrol oleh otak , sistem saraf otonom, ginjal, beberapa kelenjar endokrin, arteri dan jantung. Otak adalah pusat pengontrol tekanan darah didalam tubuh. Organ ini juga langsung mengatur berbagai organ lain dalam menanggapi permintaan dan keperluan tubuh. Ginjal adalah organ yang berfungsi mengatur fluida (campuran cairan gas) didalam tubuh. Ginjal juga memproduksi hormon yang disebut renin. Renin dari ginjal merangsang pembentukan angiotensin. Angiotensin menyebabkan pembuluh darah mengerut sehingga tekanan darah meningkat. Hormon dari beberapa organ juga dapat mempengaruhi darah. Pada bagian atas ginjal terdapat sebuah kelenjar kecil yang disebut kelenjar adrenal. Kelenjar ini mensekresikan beberapa hormon yang dapat meningkatkan tekanan darah, termasuk kortison, adrenalin dan aldosteron (Hayens, 2003).
2.2 Penyebab Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi hipertensi primer dan hipertensi sekunder (Ruhyanudin, 2006):
a. Hipertensi primer atau hipertensi esensial adalah hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi. Hipertensi
(62)
8
primer kemungkinan disebabkan oleh beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
b. Hipertensi sekunder adalah jika penyebabnya diketahui. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi penyebabnya adalah penyakit ginjal.
2.3 Diagnosis Hipertensi
Hipertensi dapat didiagnosis melalui gejala klinik dan pemeriksaan tekanan darah.
2.3.1 Gejala Klinik
Hipertensi tidak memberikan gejala khas, baru setelah beberapa tahun adakalanya pasien merasakan nyeri kepala pagi hari sebelum bangun tidur. Nyeri ini biasanya hilang setelah bangun. Gangguan hanya dapat dikenali dengan pengukuran tensi dan adakalanya melalui pemeriksaan tambahan terhadap ginjal dan pembuluh darah (Tan dan Kirana, 2010).
2.3.2 Pemeriksaan Tekanan Darah
Dikatakan seseorang memiliki tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan distolik mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Tetapi diagnosis tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan satu kali pengukuran (Ruhyanudin, 2006).
Jika pada pengukuran pertama memberikan hasil yang tinggi, maka tekanan darah diukur kembali dan kemudian diukur sebanyak 2 kali pada 2 hari berikutnya untuk meyakinkan adanya hipertensi. Hasil pengukuran bukan hanya menentukan
(63)
9
adanya tekanan darah tinggi, tetapi juga digunakan untuk menggolongkan beratnya hipertensi (Ruhyanudin, 2006).
2.4. Penatalaksanaan Hipertensi
Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah penurunan mortalitas dan morbiditas. Tujuan tersebut berhubugan dengan kerusakan organ target dan terjadi penurunan kejadian resiko penyakit kardiovaskular, serebrovaskular, dan penyakit ginjal (Depkes, RI., 2006).
Tatalaksana terapi hipertensi berdasarkan pedoman teknis penemuan dan tatalaksana penyakit hipertensi tahun 2006, yaitu:
a. Seseorang didiagnosis menderita hipertensi maka yang pertama dilakukan adalah mencari faktor resiko. Setelah ditemukan faktor resiko, dapat dilakukan terapi awal yaitu terapi non farmakologi dengan modifikasi gaya hidup. Bila penurunan tekanan darah tidak tercapai maka terapi non farmakologi dilakukan bersamaan dengan terapi farmakologi.
b. Terapi farmakologi disesuaikan dengan tingkat hipertensi, adatidaknya komplikasi penyakit atau keadaan khusus seperti diabetes melitus dan kehamilan.
c. Terapi farmakologi pilihan pertama yang digunakan adalah golongan tiazid, kedua golongan ACE Inhibitor, kemudian diikuti golongan antagonis kalsium. d. Bila terapi tunggal tidak berhasil, maka diberikan terapi kombinasi
e. Bila tekanan darah target tidak dapat dicapai baik melalui modifikasi gaya hidup dan terapi kombinasi dilakukan sistem rujukan spesialis.
2.4.1 Non Farmakologi
(64)
10
Penatalaksanaan nonfarmakologi diartikan sebagai penatalaksanaan tanpa obat. Terapi nonfarmakologi terdiri dari beberapa modifikasi gaya hidup seperti:
a. Menguruskan Badan
Berat badan berlebihan (kegemukan) menyebabkan bertambahnya volume-darah dan perluasan sistem sirkulasi. Bila bobot ekstra dihilangkan tekanan volume-darah dapat turun kurang lebih 0,7/0,5 mmHg setiap kg penurunan. Di anjurkan BMI antara 18,5-24,9 kg/m2 (Tan dan Kirana, 2010).
b. Mengurangi Konsumsi Garam
Bila kadar Na di filtrat glomeruli rendah, maka lebih banyak air akan dikeluarkan untuk menormalisasi kadar garam dalam darah. Akibat pengeluaran ekstra air tersebut, tekanan darah akan turun. Pengurangan setiap gram garam sehari dapat berefek penurunan tensi 1 mmHg. Maka untuk mencapai penurunan tekanan darah yang nyata, konsumsi garam harus dibatasi sampai <6 g sehari (Tan dan Kirana, 2010).
c. Adaptasi Pengaturan Pola Makan Berdasarkan DASH
Konsumsi makanan yang mengandung banyak buah dan sayur serta mengurangi asupan lemak atau yang mengandung lemak diperkirakan dapat menurunkan tekanan diastolik 8-14 mmHg (Chobanial, dkk., 2003).
d. Aktivitas Fisik
Aktifitas olahraga aerobik (jogging sekitar 30 menit setiap hari, atau lebih dari sekali dalam seminggu diperkirakan dapat menurunkan tekanan diastolik 4-9 mmHg (Chobanial, dkk., 2003).
(65)
11
e. Pengurangan Konsumsi Alkohol dan Berhenti Merokok
Tembakau mengandung nikotin yang memperkuat kerja jantung dan menciutkan arteri kecil hingga sirkulasi darah berkurang dan tekanan darah meningkat (Tan dan Kirana, 2010). Konsumsi alkohol tidak lebih dari dua jenis minuman beralkohol atau bahkan penghentian penggunaan alkohol diperkirakan dapat menurunkan tekanan diastolik 2-4 mmHg (Chobanial, dkk., 2003).
2.4.2 Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi hipertensi terdiri dari tujuh kelompok antihipertensi antara lain:
2.4.2.1Diuretika
Diuretika meningkatkan pengeluaran garam dan air oleh ginjal hingga volume darah dan tekanan darah menurun. Disamping itu, diperkirakan berpengaruh langsung terhadap dinding pembuluh, yakni penurunan kadar Na membuat dinding lebih kebal terhadap nor-adrenalin, hingga daya tahannya berkurang. Efek hipotensifnya relatif ringan. Diuretik thiazida dianggap sebagai obat hipertensi pilihan utama dan umumnya digunakan sebagai terapi awal bagi kebanyakan penderita tekanan darah tinggi, sebagai obat tunggal atau kombinasi (Tan dan Kirana, 2010).
2.4.2.2Alfa-blockers
Zat-zat ini memblok reseptor-alfa adrenergik, yang terdapat di otot polos pembuluh (dinding), khususnya di pembuluh kulit dan mukosa. Dapat dibedakan 2 jenis reseptor: α1 dan α2, yang berada di post-synaptis, dan α2 juga pre-synaptis.
Alfa-blockers melawan antara lain vasokonstriksi tersebut akibat aktivasi dan dapat dibagi menjadi 3 kelompok (Tan dan Kirana, 2010), yaitu:
(66)
12
a. alfa-blockers tak selektif: fentolamin (Regitine), yang hanya digunakan i.v. pada krisis hipertensi tertentu.
b. alfa-1- blockers selektif: memblok hanya reseptor-α1-adrenergik secara selektif, antara lain prazosin, terazosin, dan alfuzosin.
c. alfa-2-blockers selektif: yohimbin.
2.4.2.3. Obat-obat Penyekat β-adrenoseptor
Penyekat β menurunkan tekanan darah terutama mengurangi isi sekuncup jantung. Obat ini juga menurunkan aliran simpatik dari SSP dan menghambat pelepasan renin dari ginjal, karena itu mengurangi pembentukan angiotensin II dan sekresi aldosteron. Prototipe penyekat-β adalah propanolol, yang bekerja pada reseptor β1 dan β2. Obat-obat yang lebih baru seperti atenolol dan metoprolol selektif untuk β1. Obat-obat ini sering digunakan untuk penyakit-penyakit seperti asma, dan propanolol memiliki kontraindikasi karena mempunyai efek bronkokonstriksi yang diperantarai β2 (Mycek, dkk., 2001).
2.4.2.4ACE Inhibitor
ACE inhibitor menurunkan tekanan darah dengan mengurangi resistensi vaskular perifer tanpa meningkatkan curah jantung, kecepatan ataupun kontraktilitas. Obat-obat ini menghambat enzim pengkonversi angiotensin yang mengubah angiotensin I membentuk vasokonstriksi poten angiotensin II. Dengan menurunkan kadar angiotensin II yang beredar, ACE inhibitor juga menurunkan sekresi aldosteron, sehingga mengurangi retensi natrium dan air. Contoh obat: kaptopril (Mycek, dkk., 2001).
(67)
13
2.4.2.5Antagonis Angiotensin II
Zat ini memblok reseptor AT II dengan efek vasodilatasi. Contoh obat: Losartan, Valsartan (Tan dan Kirana, 2010).
2.4.2.6Penyekat Kanal Kalsium
Konsentrasi kalsium intraseluler mempunyai peranan penting dalam mempertahankan tonus otot polos dan kontraksi miokard. Kalsium masuk sel-sel otot melalui kanal khusus kalsium yang sensitif voltase. Ini merangsang pelepasan kalsium dari retikulum sarkoplasma dan mitokondria, yang selanjutnya meningkatkan kadar kalsium sitosol. Obat antagonis kanal kalsium menghambat gerakan pemasukan kalsium dengan cara terikat pada kanal kalsium tipe L di jantung dan otot polos koroner dan vaskular perifer. Ini menyebabkan otot polos vaskular beristirahat, mendilatasi terutama arteriol. Contoh obat: amlodipin, nifedipin, nikardipin (Mycek, dkk., 2001).
2.3.2.7. Vasodilator
Vasodilator bekerja dengan cara merelaksasi otot polos vaskular, yang menurunkan resistensi dan karena itu mengurangi tekanan darah. Obat-obat ini menyebabkan stimulasi refleks jantung, menyebabkan gejala berpacu dari kontraksi miokard yang meningkat, nadi dan konsumsi oksigen. Vasodilator juga meningkatkan konsentrasi renin plasma, menyebabkan resistensi natrium dan air. Contoh obat: Hidralazin (Mycek, dkk., 2001).
2.5 Pengetahuan
pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
(68)
14
sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2010), yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan.
b. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
c. Aplikasi
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
d. Analisis
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila
(1)
Terapi ... 16
2.5.3 Cara Mengukur Pengetahuan ... 17
2.6 Kepatuhan ... 17
2.6.1 Faktor-faktor yang Berkaitan dengan Kepatuhan ... 17
2.6.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan . 18
2.6.3 Metode Pengukuran Tingkat Kepatuhan ... 19
2.6.4 Pengaruh Kepatuhan terhadap Keberhasilan Terapi Hipertensi ... 20
BAB III METODE PENELITIAN ... 21
3.1 Jenis Penelitian ... 21
3.2 Populasi dan Sampel ... 21
3.2.1 Populasi ... 21
3.2.2 Sampel ... 21
3.3 Waktu Penelitian ... 22
3.4 Lokasi Penelitian ... 22
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 23
3.5.1 Kuesioner Pengetahuan ... 23
3.5.2 Kuesioner Kepatuhan ... 24
(2)
xi
3.6 Penilaian Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan ... 24
3.6.1 Penilaian Tingkat Pengetahuan ... 24
3.6.2 Penilaian Tingkat Kepatuhan ... 25
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 25
3.7.1 Pengolahan Data ... 25
3.7.2 Analisis Data ... 26
3.8 Langkah Penelitian ... 26
3.9 Definisi Operasional ... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29
4.1 Data Demografi ... 29
4.2 Data Klinis ... 31
4.2.1 Tekanan Darah ... 31
4.2.2 Penggunaan Obat Antihipertensi ... 33
4.3 Tingkat Pengetahuan Mengenai Hipertensi ... 33
4.4 Tingkat Kepatuhan ... 37
4.5 Hubungan Karakteristik Pasien Hipertensi dengan Tingkat pengetahuan ... 38
4.6 Hubungan Karakteristik pasien hipertensi dengan tingkat kepatuhan ... 40
4.7 Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Tingkat Kepatuhan Pasien ... 42
(3)
4.8 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Keberhasilan
Terapi Hipertensi ... 43
4.9 Hubungan Tingkat Kepatuhan dengan Keberhasilan Terapi Hipertensi ... 44
BAB V KESIMPULAN dan SARAN ... 46
5.1 Kesimpulan ... 46
5.2 Saran ... 46
(4)
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
2.1 Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC VII ... 6
3.1 Defenisi operasional dari karakteristik pasien hipertensi ... 28
4.1 Distribusi frekuensi pasien hipertensi berdasarkan karakterisasi pasien ... 29
4.2 Distribusi pasien hipertensi berdasarkan kategori perubahan tekanan darah ... 32
4.3 Distribusi pasien hipertensi berdasarkan kategori keberhasilan terapi hipertensi ... 32
4.4 Distribusi pasien berdasarkan penggunaan jenis antihipertensi .. 33
4.5 Distribusi pasien hipertensi berdasarkan tingkat pengetahuan ... 34
4.6 Pengetahuan umum pasien hipertensi mengenai hipertensi ... 34
4.7 Pengetahuan pasien hipertensi mengenai gejala hipertensi ... 35
4.8 Pengetahuan pasien mengenai faktor resiko hipertensi ... 36
4.9 Pengetahuan pasien hipertensi mengenai komplikasi hipertensi ... 36
4.10 Pengetahuan pasien hipertensi mengenai penatalaksanaan dan pencegahan hipertensi ... 36
4.11 Distribusi pasien hipertensi berdasarkan tingkat kepatuhan ... 38
4.12 Hasil analisis hubungan karakteristik pasien hipertensi dengan tingkat pengetahuan ... 39
4.13 Hasil analisis hubungan karakteristik pasien hipertensi dengan tingkat kepatuhan ... 40
4.14 Hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat kepatuhan pasien 42
4.15 Hasil analisis hubungan tingkat pengetahuan dengan keberhasilan terapi Hipertensi ... 43
4.16 Hasil analisis hubungan tingkat kepatuha dengan keberhasilan terapi Hipertensi ... 44
(5)
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman 1.1 Skema kerangka pikir penelitian ... 3
(6)
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1 Surat permohonan data dan izin melakukan penelitian ... 50
2 Surat izin pengambilan data dan izin penelitian ... 51
3 Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian ... 54
4 Lembar persetujuan menjadi responden ... 56
5 Data demografi pasien ... 57
6 Data klinis pasien ... 58
7 Kuesioner pengetahuan ... 59
8 Kuesioner kepatuhan Morisky ... 60
9 Ethical Clearence ... 61
10 Uji Reabilitas ... 62
11 Uji normalitas ... 63
12 Uji statistik ... 67