Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Menjalankan Pengobatan pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batubara

(1)

Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan

Menjalankan Pengobatan pada Pasien Hipertensi

di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara

SKRIPSI

Oleh

Miranti Lubis

091101015

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

(3)

Judul : Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Menjalankan Pengobatan pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara

Nama Mahasiswa : Miranti Lubis

NIM : 091101015

Jurusan : S1 Keperawatan Tahun Akademik : 2013

Abstrak

Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh pasien hipertensi dalam mengatasi masalah-masalah mereka yang terjadi selama pengobatan jangka panjang. Kepatuhan pasien hipertensi menentukan keberhasilan program pengobatan. Desain penelitian ini adalah deskriptif asosiatif yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Februari 2013 – 2 April 2013 terhadap 41 pasien hipertensi. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Hasil analisa data menunjukkan bahwa sebagian besar pasien hipertensi memiliki dukungan keluarga yang baik sebanyak 19 orang (46,3%), dan patuh menjalankan pengobatan sebanyak 31 orang (75,6%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel dukungan keluarga memiliki nilai significancy (p) yaitu 0,012 (p<0,05) dan nilai r sebesar 0,388 yang berarti ada pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien hipertensi. dengan arah korelasi positif dan kekuatan korelasi yang lemah. Disarankan kepada perawat dan khususnya keluarga agar memotivasi dan mendukung pasien hipertensi untuk mematuhi program pengobatan.


(4)

Title : The Influence of Family Support on Compliance of Hypertension Patients in Being under Treatment at Indrapura Puskesmas, Batu Bara District

Name : Miranti Lubis Std. ID Number : 091101015 Study Program : Nursing Academic Year : 2013

Abstract

Family support is highly needed by hypertension patients in coping with their problems during the long term treatment. Compliance of hypertension patients determines the success of the treatment program. The design of the study was descriptive associative which was aimed to analyze the influence of family support on the compliance of hypertension patients being under treatment at Indrapura Puskesmas, Batu Bara District. The study was conducted from February 7 to April 2, 2013.The samples consisted of 41 hypertension patients, using purposive sampling technique. The result of the data analysis showed that 19 hypertension patients (46.3%) had good family support, and 31 of them (75.6%) complied with being under treatment. The result of the study showed that the variable of family support had the significance value (p) of 0.012 (p = 0.05) and r value of 0.388 which indicated that there was the influence of family support on the compliance in being under treatment with positive correlation and weak correlation power. It is recommended that nurses, particularly families, motivate and support hypertension patients to comply with treatment program.


(5)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Menjalankan Pengobatan pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batubara”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 2. Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing

skripsi yang telah menyediakan waktu serta memberikan arahan dan masukan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Lufthiani, S.Kep, Ns, M.Kes selaku dosen penguji I dan Bapak Mula Tarigan, SKp, M.Kes selaku dosen penguji II yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses


(6)

perkuliahan dan staf nonakademik yang membantu memfasilitasi secara administratif.

5. Kepala Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara, dr. Isneri dan seluruh staf yang telah memberikan izin penelitian dan memperlakukan penulis dengan baik selama penelitian.

6. Para responden yang telah bersedia berpartisipasi selama proses penelitian berlangsung.

7. Teristimewa kepada kedua orang tuaku ayahanda Sabri Lubis dan Ibunda Nurasiah Margolang, kepada abangku Muhammad Zulmi Lubis, dan adik-adikku Indra Respati Lubis dan Abdul Rais Effendi Lubis.

8. Anak-anak kos Gang Sarmin No. 15 tercinta, Kak Riza, Kak Dita, Ilda, Nurhalimah, Yuhana, dan Rina yang merupakan kawan SMA, kawan kuliah bahkan kawan sekamar.

9. Teman-teman F.Kep stambuk 2009 tersayang. Kalian mengajarkan banyak hal tentang pertemanan.

10.Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu penulis baik dalam penyelesaian skripsi ini maupun dalam menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Keperawatan USU.

Semoga Allah SWT melimpahkan berkah dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis semoga skripsi ini


(7)

dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan, terkhusus ilmu keperawatan.

Medan, Juli 2013


(8)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ………. i

Halaman Persetujuan ……….………... ii

Abstrak ……… iii

Abstract ………... iv

Prakata ……...……….. v

Daftar Isi ……….. viii

Daftar Skema ………... x

Daftar Tabel ……… xi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Tujuan Penelitian ... 4

3. Pertanyaan Penelitian ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ……….. 6

1. Konsep Hipertensi ……… 6

1.1 Pengertian Hipertensi ... 6

1.2 Klasifikasi Hipertensi ……….………...….... 7

1.3 Etiologi Hipertensi ………...……. 7

1.4 Patofisiologi Hipertensi ………...………...………... 8

1.5 Tanda dan Gejala Hipertensi... ………..……….... 9

1.6 Komplikasi Hipertensi ………..…...…………. 9

1.7 Penatalaksanaan Hipertensi ………...…………. 11

2. Konsep Keluarga ……….……….… 16

2.1 Defenisi Keluarga ….……….……….... 16

2.2 Struktur Keluarga ………..……...……. 17

2.3 Peran Keluarga ………..……… 19

2.4 Fungsi Keluarga ………….……….……….. 21

2.5 Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan ……… 22

3. Konsep Dukungan Keluarga ………..…...…………... 23

3.1 Definisi Dukungan Keluarga ………... 23

3.2 Jenis Dukungan Keluarga ………...…………... 24

3.3 Bentuk Dukungan Keluarga ……….………... 24

4. Konsep Kepatuhan ………...……… 26

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN ………. 28

1. Kerangka Penelitian ………... 28

2. Defenisi Operasional ... 28

3. Hipotesis Penelitian ………..……… 30

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN ………. 31

1. Desain Penelitian ... 31


(9)

2.1 Populasi Penelitian... 31

2.2 Sampel Penelitian ... 31

2.3 Teknik Sampling ………. 32

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

4. Pertimbangan Etik Penelitian ... 33

5. Instrumen Penelitian ... 33

6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen……... 36

6.1 Uji Validitas Instrumen ………... 36

6.2 Uji Reliabilitas Instrumen ………... 36

7. Metode Pengumpulan Data ... 37

8. Analisa Data ……….. 38

9. Uji Normalitas Data ……….. 40

BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 41

1. Hasil Penelitian ……….. 41

2. Pembahasan ………... 45

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ……… 56

1. Kesimpulan ………... 56

2. Saran ………. 56

Daftar Pustaka...……….…... 58 Lampiran

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Instrumen Penelitian

3. Anggaran Dana Penelitian 4. Jadwal Penelitian

5. Surat Survey Awal 6. Surat Pengambilan Data 7. Surat Izin Pengambilan Data 8. Lembar Persetujuan Uji Validitas 9. Uji Reliabilitas Instrumen

10. Tabel Data Dukungan Keluarga dan Kepatuhan

11. Tabel Distribusi Frekuensi Data Demografi Pasien Hipertensi 12. Tabel Distribusi Frekuensi Variabel

13. Tabel Distribusi Frekuensi dan Presentase Jawaban Responden tentang Dukungan Keluarga

14. Tabel Uji Normalitas Data 15. Tabel Korelasi Spearman rho


(10)

DAFTAR SKEMA

Skema 1 Kerangka Penelitian tentang Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Pasien Hipertensi dalam Menjalankan Pengobatan di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batubara ……….... 28


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII ………...………… 7 Tabel 2 Modifikasi Gaya Hidup untuk Mencegah dan Mengontrol Hipertensi

Berdasarkan JNC VII ………... 14 Tabel 3 Defenisi operasional variabel penelitian ……….…...… 28 Tabel 4 Panduan Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan Kekuatan

Korelasi, Nilai p, dan Arah Korelasi ……….. 39 Tabel 5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Data Demografi

Responden di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batubara (n=41)

……… 42

Tabel 6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pasien Hipertensi Berdasarkan Dukungan Keluarga kepada Pasien Hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batubara (n=41) ……… 44 Tabel 7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pasien Hipertensi Berdasarkan

Kepatuhan Menjalankan Pengobatan di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batubara (n=41) ……… 44 Tabel 8 Hasil Analisa Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan

Menjalankan Pengobatan pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batubara (n=41) ……… 45


(12)

Judul : Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Menjalankan Pengobatan pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara

Nama Mahasiswa : Miranti Lubis

NIM : 091101015

Jurusan : S1 Keperawatan Tahun Akademik : 2013

Abstrak

Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh pasien hipertensi dalam mengatasi masalah-masalah mereka yang terjadi selama pengobatan jangka panjang. Kepatuhan pasien hipertensi menentukan keberhasilan program pengobatan. Desain penelitian ini adalah deskriptif asosiatif yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Februari 2013 – 2 April 2013 terhadap 41 pasien hipertensi. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Hasil analisa data menunjukkan bahwa sebagian besar pasien hipertensi memiliki dukungan keluarga yang baik sebanyak 19 orang (46,3%), dan patuh menjalankan pengobatan sebanyak 31 orang (75,6%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel dukungan keluarga memiliki nilai significancy (p) yaitu 0,012 (p<0,05) dan nilai r sebesar 0,388 yang berarti ada pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien hipertensi. dengan arah korelasi positif dan kekuatan korelasi yang lemah. Disarankan kepada perawat dan khususnya keluarga agar memotivasi dan mendukung pasien hipertensi untuk mematuhi program pengobatan.


(13)

Title : The Influence of Family Support on Compliance of Hypertension Patients in Being under Treatment at Indrapura Puskesmas, Batu Bara District

Name : Miranti Lubis Std. ID Number : 091101015 Study Program : Nursing Academic Year : 2013

Abstract

Family support is highly needed by hypertension patients in coping with their problems during the long term treatment. Compliance of hypertension patients determines the success of the treatment program. The design of the study was descriptive associative which was aimed to analyze the influence of family support on the compliance of hypertension patients being under treatment at Indrapura Puskesmas, Batu Bara District. The study was conducted from February 7 to April 2, 2013.The samples consisted of 41 hypertension patients, using purposive sampling technique. The result of the data analysis showed that 19 hypertension patients (46.3%) had good family support, and 31 of them (75.6%) complied with being under treatment. The result of the study showed that the variable of family support had the significance value (p) of 0.012 (p = 0.05) and r value of 0.388 which indicated that there was the influence of family support on the compliance in being under treatment with positive correlation and weak correlation power. It is recommended that nurses, particularly families, motivate and support hypertension patients to comply with treatment program.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan, khususnya perawatan pada anggota keluarga yang menderita penyakit, salah satunya penyakit hipertensi. Hipertensi adalah kondisi penting di antara orang dewasa, yang mempengaruhi hampir satu miliar orang di seluruh dunia dan menyebabkan sekitar 7,1 juta kematian per tahun (Osamor & Owumi, 2011). Studi penelitian Framingham Heart melaporkan risiko hipertensi menjadi sekitar 90% untuk pria dan wanita yang nonhipertensif pada usia 55 atau 65 tahun dan selamat sampai usia 80-85 (Chobanian, et al, 2004). Menurut WHO, 20–50% dari keseluruhan kematian pada penyakit kardiovaskuler disebabkan komplikasi hipertensi. Laporan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Indonesia didapatkan angka kejadian hipertensi pada golongan usia 45–54 tahun adalah 19,5% yang meningkat menjadi 30,6% di atas umur 55 tahun (Suprianto, dkk, 2009).

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar Balitbangkes tahun 2007 menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% (Kemenkes, 2010).

Penyakit hipertensi jarang menimbulkan gejala sehingga banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya terkena tekanan darah tinggi. Ini disebut


(15)

hipertensi esensial yang terjadi pada sebagian besar kasus tekanan darah tinggi (95%) dimana penyebabnya tidak diketahui secara pasti. Oleh karena itu, tekanan darah tinggi sering disebut silent killer (Palmer, 2007).

Di antara penyakit-penyakit kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah), penyakit hipertensilah yang paling dapat dikendalikan. Dua cara utama untuk mengendalikan penyakit ini adalah mengubah pola hidup dan menjalani pengobatan (Sheps, 2005).

Keberhasilan suatu program pengobatan tidak hanya ditentukan oleh diagnosis dan pemilihan obat yang tepat, tetapi juga oleh kepatuhan (compliance) pasien dalam melaksanakan pengobatan tersebut. Pengobatan hipertensi umumnya dilakukan seumur hidup atau pengobatan jangka panjang sehingga kebanyakan pasien tidak meminum obat antihipertensi sesuai dengan yang diresepkan dan menghentikannya setelah 1 tahun (Manurung, 2011).

Hasil penelitian di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa pengobatan jangka panjang selalu menjadi masalah dalam setiap kondisi penyakit kronis, termasuk hipertensi. Banyak pasien yang bersikap negatif terhadap minum obat, terutama jika mereka merasa baik (Osamor & Owumi, 2011). Dari sekitar 15 juta penderita hipertensi di Indonesia, hanya 4% hipertensi yang terkendali (Bustan, 2007).

Salah satu strategi untuk mengatasi ketidakpatuhan adalah dengan memanfaatkan keluarga. Keluarga merupakan sistem pendukung utama terhadap masalah-masalah yang terjadi pada anggota keluarganya. Secara umum orang-orang yang merasa menerima penghiburan, perhatian dan pertolongan yang


(16)

mereka butuhkan dari seseorang atau sekelompok orang biasanya cenderung lebih mudah mengikuti nasehat medis dari pada mereka yang kurang merasa mendapat dukungan (Suprianto, dkk, 2009).

Menurut Friedman (1998), keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan perilaku dari anggota keluarganya yang sakit. Keluarga juga bersifat instrumental dalam memutuskan dimana penanganan harus diberikan.

Penelitian yang dilakukan oleh Adriansyah (2010), yang meneliti tentang analisis faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan pasien penderita hipertensi pada pasien rawat jalan di RSU H. Adam Malik Medan, didapatkan hasil bahwa faktor utama yang mempengaruhi ketidakpatuhan adalah kurang mendapatkan informasi tentang penyakitnya. Faktor lainnya adalah lamanya telah menderita penyakit, tingkat kesembuhan yang lama, jarang melaksanakan pemeriksaan ulang (check up), adanya pengobatan lain, usia, pendidikan, adanya reaksi obat yang merugikan, dan mahalnya biaya pengobatan.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Suprianto, dkk (2009) yang meneliti tentang hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepatuhan menjalankan program pengobatan pasien hipertensi di URJ Jantung RSU Dr. Soetomo Surabaya menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan dan bersifat positif antara dukungan sosial keluarga dengan kepatuhan menjalankan program pengobatan. Keluarga sebagai orang yang terdekat dengan pasien dapat memberikan dukungan agar penderita dapat patuh menjalani pengobatan yang lama.


(17)

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien hipertensi.

2. Tujuan Penelitian

2.1 Mengidentifikasi dukungan keluarga terhadap pasien hipertensi

2.2 Mengidentifikasi kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien hipertensi

2.3 Menganalisis pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien hipertensi

3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka pertanyaan penelitian yang timbul adalah :

3.1 Bagaimana dukungan keluarga terhadap pasien hipertensi?

3.2 Bagaimana kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien hipertensi? 3.3 Apakah ada pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalankan

pengobatan pada pasien hipertensi?

4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak.

4.1 Bagi peneliti

Hasil penelitian dapat menambah pengetahuan dalam memberikan intervensi keperawatan keluarga pada penderita hipertensi.


(18)

4.2 Bagi instansi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumber informasi untuk pengembangan keperawatan khususnya keperawatan keluarga dan sebagai sumber data untuk penelitian berikutnya yang berkaitan dengan dukungan keluarga dan hipertensi.

4.3 Bagi instansi kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan dalam menangani pasien hipertensi.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Hipertensi 1.1 Pengertian Hipertensi

Tekanan darah secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah tinggi menjadi masalah bila tekanan darah tersebut persisten (Palmer, 2007). Artinya, tekanan darah bertahan terus menerus secara konsisten pada level tinggi. Hipertensi dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi yang terjadi dalam jangka waktu lama dan terus menerus bisa memicu stroke, serangan jantung, gagal jantung dan merupakan penyebab utama gagal ginjal kronik (Agrina, dkk, 2011). Oleh karena itu, setiap orang harus waspada dengan rutin memeriksakan tekanan darahnya.

Sekitar seperempat jumlah penduduk dewasa Amerika Serikat menderita hipertensi sehingga hipertensi menjadi salah satu penyebab utama kematian di negara tersebut. Penderita hipertensi tidak hanya berisiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah. Makin tinggi tekanan darah, makin besar risikonya. Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg (Price & Wilson, 2006). Tekanan darah diukur dengan sphygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran manset menutupi lengan) setelah pasien beristirahat


(20)

nyaman, posisi duduk punggung tegak atau terlentang paling sedikit selama 5 menit sampai 30 menit setelah merokok atau minum kopi (Anggraini, dkk, 2009).

1.2 Klasifikasi Hipertensi

The Joint National Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) mengklasifikasikan tekanan darah untuk dewasa usia 18 tahun atau lebih menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat I, dan hipertensi derajat II (Chobanian, et al, 2004).

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII

Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal < 120 dan < 80

Prehipertensi 120 – 139 atau 80 – 89

Hipertensi Derajat I 140 – 159 atau 90 – 99

Hipertensi Derajat II ≥ 160 atau ≥ 100

Sumber: Chobanian, et al, (2004)

1.3 Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua yaitu hipertensi primer atau hipertensi esensial dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui dengan pasti. Sekitar 95% kasus tekanan darah tinggi digolongkan hipertensi primer (Palmer, 2007). Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan (Anggraini, dkk, 2009). Faktor risiko yang menyebabkan seseorang lebih mudah terkena hipertensi dibagi menjadi faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah. Faktor-faktor yang tidak dapat diubah antara lain riwayat keluarga, usia, ras, dan jenis kelamin. Sedangkan


(21)

faktor-faktor yang dapat diubah antara lain obesitas, kurang gerak, merokok, sensitivitas natrium, kalium rendah, minum minuman berakohol secara berlebihan, dan stres (Sheps, 2005).

Sementara, hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui. Hipertensi sekunder lebih jarang terjadi, hanya sekitar 5% dari seluruh kasus tekanan darah tinggi. Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, reaksi terhadap obat-obatan tertentu misalnya pil KB, hipertiroid, hiperaldosteronisme, dan lain sebagainya (Palmer, 2007; Rusdi, 2009).

1.4 Patofisiologi Hipertensi

Hal yang mempengaruhi pengaturan tekanan darah adalah curah jantung , tahanan vaskular perifer, dan refleks baroreseptor. Curah jantung ditentukan oleh volume sekuncup dan frekuensi jantung. Tahanan perifer ditentukan oleh diameter arteriol. Bila diameternya mengecil (vasokonstriksi), maka tahanan perifer meningkat dan bila diameternya membesar (vasodilatasi), maka tahanan perifer akan menurun.

Selain itu, peningkatan tekanan darah juga dipengaruhi oleh faktor ginjal. Jika tekanan dan volume darah menurun, maka ginjal akan melepaskan renin dan eritropoetin. Renin akan mengakibatkan terbentuknya angiotensin I, yang akan berubah menjadi angiotensi II. Angiotensin II akan meningkatkan curah jantung dan tahanan perifer. Sedangkan eritropoetin yang dilepaskan akan meningkatkan pembentukan sel darah merah. Manifestasi dari ginjal ini secara keseluruhan akan menyebabkan peningkatan volume darah dan tekanan darah (Muttaqin, 2009).


(22)

1.5 Tanda dan Gejala Hipertensi

Hipertensi jarang menimbulkan gejala yang khas dan satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah dengan mengukur tekanan darah. British Hypertension Society merekomendasikan untuk mengukur tekanan darah setidaknya sekali dalam lima tahun bahkan lebih sering jika memungkinkan (Palmer, 2007).

Tanda dan gejala yang khas tidak akan timbul sampai pada taraf hipertensi yang sudah lanjut dan membahayakan nyawa penderita, tetapi banyak orang dengan tekanan darah yang sangat tnggi sekalipun tidak menunjukkan tanda atau gejala. Tanda dan gejala yang sering dihubungkan dengan hipertensi seperti keringat berlebihan, kejang otot, sering berkemih, denyut jantung yang cepat atau tak beraturan (palpitasi), dan umumnya disebabkan oleh masalah lain yang kemudian dapat menjadi hipertensi (Sheps, 2005).

1.6 Komplikasi Hipertensi

Beberapa penyakit yang bisa ditimbulkan akibat menderita hipertensi antara lain stroke, serangan jantung dan gagal jantung, penyakit ginjal, dan mata. Stroke lazim disebut dengan “serangan otak” yang terjadi karena terputusnya aliran darah yang mengalir ke otak (Rusdi, 2009). Hipertensi mengakibatkan munculnya perdarahan di otak yang disebabkan pecahnya pembuluh darah. Hal ini disebut dengan stroke hemoragik. Dan ada juga yang diakibatkan oleh thrombosis (pembekuan darah pada pembuluh darah) serta emboli (benda asing yang terbawa aliran darah di dalam pembuluh darah) yang bisa menyumbat bagian distal


(23)

pembuluh. Sumbatan ini dapat menyebabkan sel-sel otah tidak tersuplai oksigen. Hal ini disebut dengan stroke iskemik (Ridwan, 2002).

Serangan jantung merupakan kematian jaringan otot jantung yang diakibatkan oleh penyumbatan pada arteri koroner dalam jangka waktu lama. Penyumbatan ini dapat diakibatkan oleh gumpalan darah atau thrombus (Ridwan, 2009). Gagal jantung adalah lemahnya gerak jantung memompa darah sehingga keperluan tubuh yang terus-menerus akan oksigen dan zat nutrisi tidak terpenuhi. Penyebab utama gagal jantung adalah adanya penyempitan atau penyumbatan pada arteri koroner oleh plak di dinding arteri yang disebut aterosklerosis (Rusdi, 2009). Hipertensi dapat menyebabkan penumpukan lemak di dalam dan di bawah lapisan dinding arteri. Untuk mengatasi kekurangan darah pada organ-organ dan jaringan tubuh karena menyempitnya pembuluh darah maka tubuh menaikkan tekanan darah. Hal ini dapat memperparah kerusakan pembuluh darah (Sheps, 2005).

Hipertensi merupakan penyebab utama gagal ginjal. Jika tekanan darah terlalu tinggi, maka aliran darah ke nefron akan menurun sehingga ginjal tidak dapat membuang produk sisa dari dalam darah. Lama-kelamaan produk sisa akan menumpuk dalam darah, ginjal akan mengecil dan berhenti berfungsi (Sheps, 2005).

Hipertensi juga mempercepat penuaan pembuluh darah halus dalam mata serta menyebabkan pembuluh darah halus dalam retina robek, berdarah dan cairan merembes ke jaringan sekitarnya. Pada keadaan berat, saraf yang membawa


(24)

sinyal-sinyal dari mata ke otak (saraf optik) akan mulai membengkak dan bisa menyebabkan kebutaan (Sheps, 2005).

1.7 Penatalaksanaan Hipertensi

Tujuan program penanganan bagi setiap pasien hipertensi adalah mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Pengobatan hipertensi dapat dibagi menjadi dua bagian, pengobatan nonfarmakologis (modifikasi gaya hidup) dan pengobatan farmakologis (Chobanian, et al, 2004).

Pengobatan nonfarmakologis (modifikasi gaya hidup) meliputi penurunan berat badan pada pasien dengan overweight atau obesitas, perencanaan diet berdasarkan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) yaitu kaya buah-buahan, sayuran, dan produk susu rendah kolesterol dan lemak jenuh dan total, mengonsumsi makanan yang tinggi kalium dan kalsium, rendah natrium, olahraga, membatasi asupan alkohol, dan berhenti rokok. Perubahan gaya hidup selain menurunkan tekanan darah juga meningkatkan efektivitas obat antihipertensi dan menurunkan risiko kardiovaskular (Chobanian, et al 2004).

Penurunan kelebihan berat badan yang dapat dilakukan dengan menerapkan gaya hidup sehat dengan olahraga dan pola makan seimbang. Penurunan berat badan sebesar 4,5 kg dapat menurunkan tekanan darah. Cara menentukan berat badan sehat adalah dengan mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT) dan mengukur lingkar pinggang. Menentukan IMT yaitu membagi angka berat badan (dalam kg) dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). IMT 18,5–22,9 dinyatakan sehat, 23– 24,9 menyatakan kondisi berat badan lebih dan 25 atau lebih menyatakan


(25)

obesitas. Cara mengukur lingkar pinggang yaitu dengan melingkari perut tepat di atas titik tertinggi pada kedua tulang pinggul. Pengukuran sebesar lebih dari 102 cm pada pria dan 88 cm pada wanita menunjukkan peningkatan risiko terhadap kesehatan (Sheps, 2005).

Meningkatkan konsumsi buah-buahan dan sayuran juga dapat menurunkan tekanan darah. Dianjurkan makan lima porsi atau lebih buah dan sayuran sehari (Palmer, 2007). Tekanan darah, kolesterol, dan risiko penyakit kardiovaskular dapat diturunkan dengan mengganti lemak jenuh dengan lemak tak jenuh tunggal (misalnya minyak zaitun) dan lemak tak jenuh ganda (misalnya lemak omega-3 dalam minyak ikan) (Palmer, 2007). Para ahli gizi menyarankan konsumsi ikan sedikitnya dua kali seminggu, tetapi hindari makan ikan besar karena ikan besar dapat mengandung metilmerkuri yang berbahaya bagi tubuh (Sheps, 2005).

Dalam mengurangi asupan garam, British Hypertension Society

menganjurkan asupan garam dibatasi sampai kurang dari 2,4 g sehari atau setara dengan 6 g garam atau sekitar satu sendok teh per hari. Cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi asupan garam seperti jangan menambah garam meja pada makanan, jangan menambah garam saat memasak, gunakan bumbu lain untuk menambah rasa makanan, perhatikan berapa banyak garam yang terkandung dalam saus dan makanan yang diproses, dan hindari makan yang berkadar natrium tinggi (Palmer, 2007).

Ketentuan mengonsumsi garam natrium bagi penderita hipertensi antara lain bagi yang menjalani diet ringan diperbolehkan mengonsumsi garam tidak lebih dari 3,75 – 7,5 g per hari, bagi yang menjalani diet menengah diperbolehkan


(26)

mengonsumsi garam tidak lebih dari 1,25 – 3,75 g per hari, sedangkan bagi yang menjalani diet berat diperbolehkan mengonsumsi garam tidak lebih dari 1,25 g per hari (Rusdi, 2009).

Pengobatan nonfarmakologis berikutnya dapat dilakukan dengan berolahraga atau mengaktivitaskan fisik. Olahraga mampu menyusutkan hormon noradrenalin dan hormon-hormon lainnya yang menjadi penyebab menciutnya pembuluh darah sehigga mengakibatkan naiknya tekanan darah (Rusdi, 2009). Olahraga sebaiknya dilakukan teratur dan bersifat aerobik karena kedua sifat ini dapat menurunkan tekanan darah serta sebaiknya dilakukan 30 menit sehari dan usahakan setiap hari. Latihan aerobik misalnya bersepeda, berenang, berlari dan berjalan cepat (Palmer, 2007). Aktivitas fisik yang teratur dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 5-10 mmHg (Sheps, 2005).

Hal yang penting dalam mengobati hipertensi adalah menghindari rokok dan batasi konsumsi alkohol dan kafein. Mengonsumsi rokok, alkohol, dan kafein secara berlebihan akan merangsang otak mengeluarkan hormon yang membuat pembuluh darah menyempit sehingga memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi serta menyebabkan penumpukan lebih banyak natrium dan air. Hal ini menyebabkan kenaikan tekanan darah.

Merokok dua batang saja maka baik tekanan sistolik maupun diastolik akan meningkat 10 mmHg. Meminum alkohol dapat mempengaruhi efektivitas beberapa obat hipertensi dan memperparah efek sampingnya. Mengurangi alkohol dapat menurunkan tekanan sistolik 5 mmHg dan diastolik 3 mmHg. Kafein dalam dua sampai tiga cangkir kopi juga dapat meningkatkan tekanan sistolik 3-14


(27)

mmHg dan diastolik 4-13 mmHg pada orang yang tidak mempunyai hipertensi (Sheps, 2005). Oleh karena itu, menghindari konsumsi rokok, alkohol, dan kafein akan lebih baik untuk menurunkan tekanan darah. Bila tidak mampu, berhentilah secara bertahap.

Hal lain yang perlu dilakukan untuk menurunkan tekanan darah adalah mengendalikan stres. Orang yang stres, pembuluh darahnya akan mengkerut dan menyempit sehingga mengakibatkan naiknya tekanan darah (Ridwan, 2009). Oleh karena itu, orang yang terkena hipertensi sebaiknya dapat mengendalikan stresnya.

Tabel 2. Modifikasi Gaya Hidup untuk Mencegah dan Mengontrol Hipertensi Berdasarkan JNC VII *

Modifikasi Rekomendasi

Perkiraan penurunan Tekanan Darah Sistolik (Skala)† Menurunkan berat badan

Menjaga berat badan normal (indeks massa tubuh 18,5 – 24,9 kg/m2)

5-20 mmHg/ 10 kg penurunan berat

badan Melakukan pola diet

berdasarkan DASH

Mengkonsumsi makanan yang kaya dengan buah-buahan, sayuran, dan produk makanan yang rendah lemak total, dengan kadar lemak total dan saturasi yang rendah

8-14 mmHg

Diet rendah natrium Mengurangi asupan natrium tidak lebih dari 100 mmol per hari (2,4 g natrium klorida atau 6 g sodium).

2-8 mmHg

Aktivitas fisik Melakukan aktivitas aerobik fisik secara teratur seperti jalan cepat (setidaknya 30 menit per hari, hampir setiap hari dalam seminggu)

4-9 mmHg


(28)

penggunaan alkohol tidak lebih dari 2 gelas (misalnya, 24 oz bir, 10 oz anggur, atau 3 oz 80 whiski) per hari pada sebagian besar laki-laki, dan tidak lebih dari 1 gelas per hari pada wanita dan laki-laki dengan bobot yang lebih ringan

Keterangan:

DASH : Dietary Approaches to Stop Hypertension (pendekatan diet untuk menghentikan hipertensi)

* Untuk semua penurunan resiko kardiovaskuler, berhenti merokok

† Efek implementasi dari modifikasi di atas bergantung pada dosis dan waktu, dan lebih baik pada beberapa orang

Sumber :Chobanian, et al, (2004)

Selain pengobatan nonfarmakologis, ada juga pengobatan farmakologis. Terdapat beberapa obat antihipertensi yang sering digunakan yaitu angiotensin converting enzim inhibitor (ACEI), angiotensin receptor blocker (ARB), beta-blocker (BB), calsium canal blocker (CCB), dan diuretik (Chobanian, et al, 2004).

Pengobatan dimulai dengan modifikasi gaya hidup, dan jika tekanan darah yang dikehendaki tidak tercapai, obat diuretik jenis tiazide harus digunakan sebagai pengobatan awal pada semua pasien dengan hipertensi, baik penggunaan secara tunggal maupun secara kombinasi dengan satu kelas antihipertensi lainnya yang memperlihatkan manfaatnya untuk mengurangi satu atau lebih komplikasi hipertensi pada hasil percobaan random terkontrol (Chobanian, et al, 2004).

Saat obat antihipertensi telah diberikan, pasien diharuskan kembali untuk

follow up paling tidak dalam interval sebulan sekali sampai tekanan darah target tercapai. Kunjungan yang lebih sering dibutuhkan untuk pasien dengan kategori hipertensi derajat 2 atau jika disertai dengan komplikasi penyakit penyerta. Pemeriksaan kadar serum kalium dan kreatinin harus dilakukan paling tidak


(29)

sebanyak 1-2 kali per tahun. Setelah tekanan darah mencapai target dan stabil,

follow up dan kunjungan harus dilakukan dalam interval 3-6 bulan sekali. Penyakit penyerta seperti gagal jantung, dan diabetes dapat mempengaruhi frekuensi jumlah kunjungan. Faktor resiko penyakit kardiovaskuler lainnya harus diobati untuk mendapatkan nilai tekanan darah target, dan penghindaran merokok harus dilakukan. Penggunaan aspirin dosis rendah dilakukan hanya ketika tekanan darah terkontrol, oleh karena resiko stroke hemoragik yang meningkat pada pasien dengan hipertensi tidak terkontrol (Chobanian, et al, 2004).

Ada beberapa keadaan di mana seseorang akan langsung diberi obat antihipertensi, misalnya, tekanan darah lebih dari 180/110 mmHg, tekanan darah lebih dari 160/100 mmHg yang menetap selama kurun waktu tertentu, tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg dengan disertai salah satu atau lebih keadaan seperti diabetes, kerusakan organ target (misalnya penyakit jantung, ginjal, atau stroke), risiko penyakit kardiovaskular dalam 10 tahun lebih dari 20%. Namun, jika tekanan darah hanya sedikit meningkat (kurang dari 140/90), seseorang akan diberi obat antihipertensi bila perubahan gaya hidup tidak cukup menurunkan tekanan darah (Palmer, 2007).

2. Konsep Keluarga 2.1 Definisi Keluarga

Keluarga didefinisikan berbeda-beda tergantung kepada orientasi teoritis “pendefinisi” yaitu dengan menggunakan penjelasan yang penulis cari untuk menghubungkan keluarga (Friedman, 1998).


(30)

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga. Dari definisi ini juga termasuk keluarga besar yang hidup dalam satu atau dua rumah tangga, pasangan yang hidup bersama sebagai pasangan suami istri, keluarga-keluarga tanpa anak, keluarga lesbian dan homoseks, dan keluarga-keluarga dengan orang tua tunggal (Friedman, 1998).

Keluarga menurut Duvall adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota. WHO (1969) mendefinisikan keluarga yaitu anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Sedangkan menurut Departemen kesehatan RI (1988), keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Mubarak, 2009).

Indonesia merupakan salah satu negara yang menjunjung tinggi adat ketimuran yang menekankan bahwa keluarga harus dibentuk atas dasar perkawinan, seperti yang tertulis dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 tahun 1994 bahwa keluarga dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah (Suprajitno, 2004).

2.2 Struktur Keluarga

Parad dan Caplan (1965) yang diadopsi oleh Friedman mengatakan ada empat elemen struktur keluarga, yaitu:


(31)

2.2.1 Struktur peran keluarga

Peran menunjukkan serangkaian perilaku yang kurang lebih bersifat homogen, yang didefinisikan dan diharapkan secara normatif dari seorang yang memegang suatu posisi dalam situasi sosial tertentu (Friedman, 1998).

Struktur peran menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat atau peran formal dan informal (Suprajitno, 2004).

2.2.2 Nilai atau norma keluarga

Nilai-nilai keluarga merupakan suatu sistem ide, sikap, dan kepercayaan tentang nilai suatu keseluruhan atau konsep yang secara sadar maupun tidak sadar mengikat secara bersama-sama seluruh anggota keluarga dalam suatu budaya lazim (Friedman, 1998).

2.2.3 Pola komunikasi keluarga

Komunikasi adalah proses tukar-menukar perasaan, keinginan, kebutuhan-kebutuhan, opini-opini yang berfungsi penting untuk mengikat subsistem-subsistem secara bersama-sama dalam rangka membentuk ikatan (kohesif) menyeluruh dan memelihara seluruh sistem.

Pola-pola komunikasi dalam sistem keluarga mempunyai suatu pengaruh besar terhadap anggota individu. Individualisasi, belajar tentang orang lain, dan


(32)

mampu membuat pilihan, semuanya tergantung kepada informasi yang masuk melewati para anggota keluarga.

Komunikasi dalam keluarga yang sehat merupakan proses dua arah yang sangat dinamis. Pengirim pesan sebaiknya menyatakan dengan tegas masalahnya, menjelaskan dan mengubah apa yang dikatakan pada saat yang sama, meminta dan menerima umpan balik. Sedangkan penerima pesan sebaiknya menjadi pendengar yang aktif, memberikan umpan balik, dan melakukan validasi (Friedman, 1998).

2.2.4 Struktur kekuatan keluarga

Kekuatan keluarga menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk memengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan (Suprajitno, 2004). Komponen utama dari kekuatan keluarga adalah pengaruh dan pengambilan keputusan. Pengaruh didefinisikan sebagai tingkat penggunaan tekanan formal maupun informal oleh seorang anggota keluarga terhadap orang lain dan berhasil dalam memaksakan pandangan orang tersebut, walaupun pada awalnya menjadi lawan. Pembuatan keputusan yaitu proses pencapaian persetujuan dan komitmen anggota keluarga untuk melakukan serangkaian tindakan atau merupakan alat untuk menyelesaikan segala sesuatu (Friedman, 1998). Struktur kekuatan berupa hak (legitimate power), ditiru (referent power), keahlian (expert power), hadiah (reward power), paksa (coercive power), dan afektif (affektif power) (Mubarak, 2009).


(33)

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat (Setiadi, 2008).

2.3.1 Peran formal keluarga

Peran formal dalam keluarga adalah peran-peran yang terkait, yaitu sejumlah perilaku yang kurang lebih bersifat homogen. Keluarga membagi peran secara merata kepada para anggotanya seperti cara masyarakat membagi peran-perannya menurut pentingnya pelaksanaan peran bagi berfungsinya suatu sistem. Ada peran yang membutuhkan keterampilan dan kemampuan tertentu, ada juga peran yang tidak terlalu kompleks sehingga dapat didelegasikan kepada mereka yang kurang terampil atau kepada mereka yang kurang memiliki kekuasaan.

Peran formal yang standar terdapat dalam keluarga seperti pencari nafkah, ibu rumah tangga, tukang perbaiki rumah, sopir, pengasuh anak, manajer keuangan, dan tukang masak. Jika dalam keluarga hanya terdapat sedikit orang yang memenuhi peran ini, maka akan lebih banyak tuntutan dan kesempatan bagi anggota keluarga untuk memerankan beberapa peran pada waktu yang berbeda (Mubarak, 2009).

2.3.2 Peran informal keluarga

Peran-peran formal bersifat implisit, biasanya tidak tampak, dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu dan/atau untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga. Peran informal mempunyai tuntutan yang


(34)

berbeda, tidak terlalu didasarkan pada usia, ataupun jenis kelamin, melainkan didasarkan pada atribut-atribut personalitas atau kepribadian anggota keluarga individual. Beberapa contoh peran informal adaptif seperti pendorong, pengharmonis, inisiator-kontributor, pendamai, perawatan keluarga, penghubung keluarga, pionir keluarga, sahabat, penghibur, koordinator, pengikut, dan saksi. Contoh peran informal yang merusak seperti penghalang, dominator, penyalah, martir, keras hati, kambing hitam keluarga, dan distraktor (Mubarak, 2009).

2.4 Fungsi Keluarga

Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman (1998 dalam Setiadi 2008) adalah sebagai berikut:

2.4.1 Fungsi afektif

Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

2.4.2 Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

2.4.3 Fungsi reproduksi

Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.


(35)

Fungsi ekonomi yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

2.4.5 Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan

Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

2.5 Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Freeman (1981 dalam Suprajitno, 2004) meliput i:

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga walaupun perubahan tersebut sedikit. Perubahan keluarga perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi , dan sebesar apa perubahannya.


(36)

Keluarga mempunyai tugas utama untuk mengupayakan pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa di antara anggota keluarga yang mempunyai kemampuan untuk memutuskan atau menentukan tindakan keluarga. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di sekitar lingkungan tempat tinggal keluarga.

3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan

Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui keluarga sendiri. Oleh karena itu, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah jika keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.

4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga. 5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.

3. Konsep Dukungan Keluarga 3.1 Definisi Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diadakan untuk keluarga. Kane mendefinisikan dukungan sosial keluarga sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosialnya (Friedman, 1998).


(37)

Dukungan keluarga merupakan proses yang terjadi sepanjang hidup dan sifat serta jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahap siklus kehidupan. Misalnya, jenis dan kuantitas dukungan sosial dalam fase perkawinan (sebelum mendapat anak) sangat berbeda dengan banyaknya dan jenis dukungan sosial dalam siklus kehidupan terakhir. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal yang mengakibatkan meningkatnya kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 1998).

3.2 Jenis Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga menurut Friedman (1998) dapat dibagi menjadi empat jenis antara lain dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental, dan dukungan emosional.

Dukungan informasional yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Dukungan penilaian yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas keluarga. Dukungan instrumental yaitu keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit. Dukungan emosional yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.

3.3 Bentuk Dukungan Keluarga

Ciri-ciri bentuk dukungan sosial keluarga menurut House (Setiadi, 2008) antara lain:


(38)

3.3.1 Informatif

Bantuan informasi yang disediakan dapat digunakan seseorang untuk menanggulangi persolan-persoalan yang dihadapi, meliputi pemberian nasihat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan dan dapat disampaikan kembali kepada orang lain yang mungkin menghadapi persoalan yang sama atau hampir sama. Informasi mengenai pengobatan hipertensi dapat diterima seorang penderita hipertensi dari keluarganya.

3.3.2 Perhatian emosional

Setiap orang membutuhkan bantuan afeksi dari orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empati, cinta, kepercayaan, dan penghargaan. Dengan demikian, seorang penderita hipertensi merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya, bersimpati dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya, dan mau membantu memecahkan masalah yang dihadapinya, yang ini semua dapat dilakukan oleh keluarga sebagai orang terdekat.

3.3.3 Bantuan instrumental

Bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi, misalnya dengan menyediakan peralatan lengkap dan memadai bagi penderita, menyediakan obat-obatan hipertensi yang dibutuhkan dan lain-lain.


(39)

Bantuan penilaian yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian yang diberikan keluarga kepada penderita hipertensi akan sangat membatu jika penilaian tersebut adalah penilaian yang positif, misalnya keluarga menilai bahwa penderita hipertensi jarang mengalami kekambuhan semenjak mematuhi pengobatan.

4. Konsep Kepatuhan

Kepatuhan adalah perilaku positif yang diperlihatkan klien saat mengarah ke tujuan terapeutik yang ditentukan bersama (DeGreest, et al., 1998). Kepatuhan menuntut adanya perubahan perilaku yang dipengaruhi positif oleh rasa percaya yang terbentuk sejak awal dan berkelanjutan terhadap tenaga kesehatan professional, penguatan dari orang terdekat, persepsi tentang kerentanan diri terhadap penyakit, persepsi bahwa penyakit yang diderita serius, bukti bahwa kepatuhan mampu mengontrol munculnya gejala atau penyakit, efek samping yang bisa ditoleransi, tidak terlalu mengganggu aktivitas kesehariaan individu atau orang terdekat lainnya, rasa positif terhadap diri sendiri.

Sedangkan kepatuhan dihambat oleh penjelasan yang tidak adekuat, perbedaan pendapat antara klien dengan tenaga kesehatan, terapi jangka panjang, tingginya komplekitas atau biaya pengobatan (Carpenito, 2009).

Kepatuhan menurut Sackett (1976 dalam Niven, 2000) adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan.


(40)

Usaha bersama antara pasien dan dokter yang menanganinya menentukan keberhasilan dalam mengendalikan tekanan darah tinggi. Kepatuhan seorang pasien yang menderita hipertensi tidak hanya dilihat berdasarkan kepatuhan dalam meminum obat antihipertensi tetapi juga dituntut peran aktif pasien dan kesediaannya untuk memeriksakan kesehatannya ke dokter sesuai dengan jadwal yang ditentukan serta perubahan gaya hidup sehat yang dianjurkan (Burnier, 2001 dalam Manurung, 2011). Perubahan gaya hidup pada pasien hipertensi dilakukan dengan kepatuhan menjalankan diit, menurunkan kegemukan, rajin olahraga, mengurangi konsumsi garam, diit rendah lemak, rendah kolesterol, tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, kurangi makan yang mengandung kalium tinggi, batasi kafein, hindari stres, dan kontrol tekanan darah secara teratur (Tarney, 2002 dalam Nainggolan, dkk, 2012).

Faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan menurut Brunner & Suddarth (2002) adalah:

1. Faktor demografi seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa, status sosio ekonomi dan pendidikan.

2. Faktor penyakit seperti keparahan penyakit dan hilangnya gejala akibat terapi. 3. Faktor program terapeutik seperti kompleksitas program dan efek samping

obat yang tidak menyenangkan.

4. Faktor psikososial seperti intelegensia, sikap terhadap tenaga kesehatan, penerimaan, atau penyangkalan terhadap penyakit, keyakinan agama atau budaya dan biaya financial dan lainnya yang termasuk dalam menjalankan program pengobatan.


(41)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka hubungan antar variabel dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan:

= Variabel yang diteliti

Skema 1. Kerangka Penelitian tentang Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Menjalankan Pengobatan pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara

Dukungan keluarga:

− Dukungan instrumental − Dukungan penilaian − Dukungan informasional − Dukungan emosional

Kepatuhan menjalankan pengobatan: − Terapi farmakologis


(42)

2. Defenisi Operasional

Tabel 3. Defenisi operasional variabel penelitian

No Variabel Defenisi

Operasional

Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Pengukuran Variabel 1. Variabel

Independen: Dukungan keluarga Bantuan yang diberikan keluarga kepada anggota keluarga yang mengalami hipertensi. Komponen dukungan keluarga mencakup: a. Dukungan Instrumental seperti mengusahakan dana, memperhatikan makanannya, menganjurkan minum obat secara teratur, mengusahakan untuk menyediakan obat-obatan hipertensi, dan menemani berobat. b.Dukungan penilaian seperti memberikan pujian, membantu memecahkan masalah, mengingatkan untuk mematuhi anjuran dokter dan perawat, dan tanggap terhadap Dengan menggunakan kuesioner Dukungan Keluarga sebanyak 20 pernyataan. Menggunakan skala likert yaitu: Selalu (skor 4), Sering (skor 3), Kadang-kadang (skor 2), Tidak pernah (skor 1) Dukungan keluarga: Kurang:20– 40 Cukup: 41 – 60 Baik: 61 – 80

Skala ordinal


(43)

masalah pasien. c. Dukungan informasional seperti memberikan nasihat, pengarahan, penjelasan, ide-ide atau informasi tentang penyakitnya. d.Dukungan emosional seperti memberikan perhatian, cinta, motivasi, semangat, dan mendengarkan keluh kesah.

2. Variabel Dependen: Kepatuhan menjalankan pengobatan

Perilaku pasien hipertensi rawat jalan Puskesmas Indrapura yang menaati program pengobatan yang dianjurkan dokter/perawat/petu-gas kesehatan. Dengan menggunakan kuesioner Kepatuhan Menjalankan Pengobatan sebanyak 12 pernyataan. Menggunakan skala likert yaitu: Selalu (skor 4), Sering (skor 3), Kadang-kadang (skor 2), Kepatuhan: Tidak patuh: 12 – 30

Patuh: 31 – 48

Skala nominal


(44)

Tidak pernah (skor 1)

3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif (Ha) yaitu terdapat pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara. Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah Hipotesis alternatif diterima (Ha diterima).

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian (Hidayat, 2007). Penelitian ini menggunakan desain deskriptif asosiatif yang bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara.


(45)

2.1 Populasi penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien hipertensi yang melakukan rawat jalan dari bulan Januari sampai Oktober 2012 di Puskesmas Indrapura, Kabupaten Batu Bara. Berdasarkan survey awal, diperoleh data jumlah pasien hipertensi rawat jalan dari bulan Januari sampai Oktober 2012 sekitar 276 pasien.

2.2 Sampel penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Menurut Arikunto (2006), jika jumlah populasi lebih besar dari 100 maka dapat diambil antara 10-15% atau 20–25% dari total populasi. Berdasarkan hal diatas, peneliti mengambil sampel sebesar 15% dari populasi yaitu sebanyak 41 orang responden. Besarnya pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan peneliti terkait waktu, dana, dan tenaga.

Kriteria sampel dalam penelitian meliputi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria ini diperlukan dalam upaya mengendalikan variabel penelitian yang tidak diteliti tetapi memiliki pengaruh terhadap variabel independen. Kriteria inklusi merupakan karakteristik yang dimiliki oleh subjek penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. Kriteria eksklusi merupakan karakteristik dari subjek penelitian yang tidak memenuhi syarat sebagai sampel (Hidayat, 2009). Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu pasien hipertensi yang sedang menjalani rawat jalan di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara, bersedia untuk menjadi responden penelitian dengan memberikan persetujuan menjadi responden baik


(46)

secara lisan maupun tulisan dengan menandatangani informed consent, dan belum mengalami komplikasi.

2.3 Teknik sampling

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara

nonprobability sampling yaitu dengan purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang peneliti kehendaki yaitu sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi (Setiadi, 2007).

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara. Alasan peneliti memilih lokasi puskesmas karena lokasi yang strategis dan memiliki jumlah pasien hipertensi lumayan banyak. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 7 Februari 2013 sampai dengan 2 April 2013.

4. Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian dilakukan setelah proposal disetujui oleh Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin pengumpulan data diperoleh dari puskesmas. Karena penelitian berhubungan langsung dengan manusia sebagai subjek penelitian, maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Prinsip-prinsip dalam pertimbangan etik yaitu memberikan lembar persetujuan (informed consent)

menjadi responden sebelum penelitian dilakukan agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian. Jika responden bersedia untuk diteliti maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan Jika responden tidak bersedia untuk diteliti


(47)

maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya. Peneliti akan menjaga kerahasiaan responden dengan cara tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner). Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007).

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data adalah kuesioner. Jenis kuesioner yang digunakan adalah jenis kuesioner tertutup, yaitu yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden hanya tinggal membubuhkan tanda check-list () pada kolom yang tersedia.

Kuesioner ini terdiri atas tiga bagian yaitu kuesioner data demografi pasien hipertensi, kuesioner pernyataan untuk dukungan keluarga dan kuesioner pernyataan untuk kepatuhan menjalankan pengobatan. Bagian pertama berupa kuesioner data demografi pasien hipertensi meliputi umur, jenis kelamin, suku, pendidikan, pekerjaan, penghasilan perbulan, tekanan darah pasien, lama berobat, merokok/menyirih atau tidak, dan meminum alkohol atau tidak.

Bagian kedua berupa kuesioner untuk dukungan keluarga terdiri dari 20 pernyataan. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini diadopsi dari penelitian Lilis Suryani Nainggolan (2008) dengan judul penelitian hubungan dukungan sosial keluarga terhadap kepatuhan diet pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan. Hasil uji reliabilitas pada kuesioner dukungan sosial keluarga adalah 0,865. Kuesioner ini peneliti modifikasi sesuai dengan kebutuhan penelitian yang konsepnya mengacu


(48)

dari Friedman (1998) dan House (dalam Setiadi, 2008). Pernyataan dalam kuesioner meliputi 4 komponen dukungan keluarga yang diterima oleh pasien hipertensi, berupa dukungan instrumental (1-5), dukungan penilaian (6-10), dukungan informasional (11-15), dan dukungan emosional (16-20). Semua pernyataan dalam kuesioner disusun dalam bentuk pernyataan positif dan menggunakan skala likert dengan 4 pilihan jawaban yang terdiri dari selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KD), tidak pernah (TP). Skor nilai yang diberikan dari 1 sampai 4, dimana jawaban selalu (SL) bernilai 4, sering (SR) bernilai 3, kadang-kadang (KD) bernilai 2, tidak pernah (TP) bernilai 1. Dengan total skor 20-80. Semakin tinggi jumlah skor maka dukungan keluarga semakin baik.

Berdasarkan rumus statistika untuk mencari panjang kelas yaitu p = rentang/banyak kelas, dimana p merupakan panjang kelas, rentang didapat dengan mengurangkan nilai tertinggi dan nilai terendah sehingga didapat 60 dan banyak kelas dibagi atas 3 kategori kelas untuk dukungan keluarga, maka akan diperoleh panjang kelas sebesar 20. Dengan p = 20 dan nilai terendah 20 sebagai batas bawah kelas interval pertama, maka dukungan keluarga dikategorikan atas kelas interval sebagai berikut: 20-40 adalah dukungan keluarga kurang, 41-60 adalah dukungan keluarga cukup, 61-80 adalah dukungan keluarga baik.

Bagian ketiga berupa kuesioner untuk kepatuhan menjalankan pengobatan yang terdiri dari 12 pernyataan. Kuesioner ini diadopsi dari skripsi Betty Manurung (2011) dengan judul penelitian hubungan pengetahuan pasien hipertensi dengan kepatuhan pasien dalam pelaksanaan program terapi hipertensi di Poliklinik Rawat Jalan RSUP Haji Adam Malik Medan. Hasil uji reliabilitas


(49)

pada kuesioner kepatuhan pasien hipertensi adalah 0,896. Kuesioner tersebut peneliti modifikasi sesuai kebutuhan dan mengacu pada tinjauan pustaka dengan mengurangi dua item pernyataan dan mengubah beberapa kalimat item pernyataan yang lain. Semua pernyataan dalam kuesioner disusun dalam bentuk pernyataan positif dan menggunakan skala likert, dengan 4 pilihan jawaban yang terdiri dari selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KD), tidak pernah (TP). Skor nilai yang diberikan dari 1 sampai 4, dimana jawaban selalu (SL) bernilai 4, sering (SR) bernilai 3, kadang-kadang (KD) bernilai 2, tidak pernah (TP) bernilai 1. Dengan total skor 12-48.

Rentang yang didapatkan dari hasil pengurangan nilai tertinggi dan nilai terendah adalah 36, sedangkan kepatuhan pasien hipertensi dalam menjalankan pengobatan dibagi atas 2 kategori kelas, maka akan diperoleh panjang kelas sebesar 18. Dengan p = 18 dan nilai terendah 12 sebagai batas bawah kelas interval pertama, maka dukungan keluarga dikategorikan atas kelas interval sebagai berikut: 12-30 adalah tidak patuh, 31-48 adalah patuh.

6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 6.1 Uji Validitas Instrumen

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2004). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2006). Uji validitas yang digunakan dalam instrumen ini adalah menggunakan validitas internal rasional yaitu content validity (validitas isi) yang disusun mengacu pada isi yang


(50)

dikehendaki atau berdasarkan tinjauan pustaka (Setiadi, 2007). Uji validitas instrumen telah dilakukan oleh dosen keperawatan keluarga Fakultas Keperawatan USU dan diperoleh hasil bahwa instrumen tersebut valid.

6.2 Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, yaitu dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah (Azwar, 2004). Menurut Notoatmodjo (2002), reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan sebelum pengumpulan data terhadap 10 orang responden yang memenuhi kriteria inklusi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara. Sepuluh orang responden ini tidak diikutsertakan lagi sebagai sampel penelitian dalam pengumpulan data.

Uji reliabilitas untuk kuesioner dukungan keluarga dan kepatuhan menjalankan pengobatan yang skornya merupakan rentangan antara beberapa nilai adalah dengan menggunakan uji Cronbach Alpha. Suatu variabel dianggap reliabel jika nilai reliabilitas lebih besar dari 0,7 (Polit & Hungler (1996). Nilai koefisien Cronbach Alpha kuesioner dukungan keluarga adalah 0,887 dan untuk kuesioner kepatuhan menjalankan pengobatan adalah 0,751. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel.

7. Metode Pengumpulan Data

Pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera


(51)

Utara, kemudian setelah permohonan izin telah diperoleh, peneliti mengajukan surat permohonan penelitian ke kepala Puskesmas Indrapura, Kabupaten Batu Bara. Setelah mendapat izin penelitian maka peneliti melaksanakan pengumpulan data. Pada saat pengumpulan data, peneliti menentukan calon responden sesuai dengan kriteria yang telah dibuat sebelumnya. Apabila peneliti telah menemukan calon responden yang telah memenuhi kriteria maka calon responden diambil menjadi subyek penelitian. Selanjutnya, peneliti menjelaskan tentang tujuan, manfaat dan prosedur pengisian kuesioner. Responden yang bersedia diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Kemudian responden diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan kuesioner yang diberikan oleh peneliti dengan menggunakan metode wawancara. Metode wawancara dipilih karena beberapa hal, antara lain waktu mengantre yang singkat, responden yang sudah lanjut usia dan mengalami masalah penglihatan, responden sedang kurang sehat, responden malas membaca dan mengisi kuesioner secara langsung, dan keinginan responden untuk cepat pulang. Kuesioner yang telah selesai dijawab diperiksa kelengkapannya sehingga data yang diperoleh terpenuhi untuk dianalisa.

8. Analisa Data

Peneliti melakukan pengolahan data setelah semua data pada kuesioner terkumpul. Proses pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahap. Pertama

editing, yaitu memeriksa kembali kebenaran data yang dikumpulkan. Kuesioner data demografi pasien, dukungan keluarga, dan kepatuhan menjalankan pengobatan segera diperiksa kembali setelah selesai pengisian. Kedua coding,


(52)

yaitu memberikan kode berupa angka terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Ketiga entri data, yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer (Hidayat, 2007). Langkah selanjutnya adalah pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan teknik komputerisasi yaitu dengan menggunakan uji korelasi Spearman rho.

Pengolahan data dilakukan dengan cara univariat dan bivariat. Pada penelitian ini analisa data dengan metode statistik univariat digunakan untuk menganalisa data demografi, variabel independen (dukungan keluarga), dan variabel dependen (kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien hipertensi). Data demografi disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Data dukungan keluarga disajikan dalam bentuk skala ordinal yaitu jenis data kategorik (dukungan keluarga baik, cukup, dan kurang) dan data kepatuhan menjalankan pengobatan disajikan dalam bentuk skala nominal yaitu jenis data kategorik (patuh dan tidak patuh) yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.

Analisis bivariat dengan menggunakan uji Spearman rho karena data tidak berdistribusi normal. Adanya korelasi antar variabel dilihat dari koefisien korelasi (r). Nilai r berkisar antara -1 sampai +1 untuk menunjukkan derajat hubungan antara kedua variabel tersebut, dan untuk menentukan apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel dengan melakukan pengamatan terhadap nilai significancy (p) pada hasil analisa. Jika nilai significancy (p) < 0,05 maka terdapat hubungan bermakna antar variabel yang diuji dan jika nilai significancy


(53)

(p) > 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang bermakna antara variabel yang diuji (Dahlan, 2012).

Tabel 4. Panduan Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan Kekuatan Korelasi, Nilai p, dan Arah Korelasi menurut Dahlan (2012)

No. Parameter Nilai Interpretasi

1. Kekuatan Korelasi (r) 0,0 - <0,2 0,2 - <0,4 0,4 - <0,6 0,6 - <0,8 0,8 - 1

Sangat lemah Lemah Sedang Kuat Sangat kuat

2. Nilai p P < 0,05

P > 0,05

Terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji.

Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji.

3. Arah Korelasi + (positif)

- (negatif)

Searah, semakin besar nilai satu variabel semakin besar pula nilai variabel lainnya. Berlawanan arah, semakin besar nilai satu variabel semakin kecil nilai variabel lainnya.

9. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dapat diketahui dengan melihat nilai significancy atau nilai kemaknaan (p) harus lebih besar dari 0,05 pada uji Shapiro-Wilk (untuk sampel ≤ 50 orang) (Dahlan, 2012). Hasil uji normalitas data pada penelitian ini menunjukkan bahwa variabel dukungan keluarga memliki nilai significancy (p)


(54)

sebesar 0,000 (p<0,05) dan variabel kepatuhan memiliki nilai significancy (p) sebesar 0,000 (p<0,05) yang berarti distribusi data tidak normal.

Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa uji korelasi yang digunakan adalah uji Spearman rho karena kedua variabel tidak berdistribusi normal.

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara.

1. Hasil Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 7 Februari 2013 sampai dengan 2 April 2013 di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara, dan diperoleh responden sebanyak 41 orang pasien hipertensi yang melakukan rawat jalan atau


(55)

kontrol. Penyajian data hasil penelitian meliputi hasil analisis univariat yang mencakup distribusi data demografi pasien, distribusi dukungan keluarga dan kepatuhan menjalankan pengobatan, dan analisis bivariat yaitu pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien hipertensi.

1.1 Data Demografi Pasien Hipertensi

Deskripsi data demografi 41 pasien hipertensi yang mencakup umur, jenis kelamin, suku, pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga perbulan, tekanan darah, lama berobat, perokok/penyirih, pengonsumsi alkohol. Hasil analisa data menunjukkan bahwa sebagian besar usia pasien hipertensi berada pada masa dewasa pertengahan (middle age/ 45-59 tahun) yaitu sebanyak 19 orang (46,3%), sebagian besar jenis kelamin adalah laki-laki yaitu sebanyak 21 orang (51,2%). Suku yang paling banyak adalah suku Jawa sebanyak 13 orang (31,7%), sebagian besar tingkat pendidikan berada pada SMA sebanyak 12 orang (29,3%), jenis pekerjaan yang terbanyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 11 orang (26,8%), penghasilan keluarga per bulan >Rp 1.305.000 sebanyak 22 orang (53,7%), tekanan darah pasien hipertensi terbanyak berada pada grade I (140-159/90-99 mmHg) sebanyak 26 orang (63,4%), dengan lama berobat ≥ 1 tahun sebanyak 27 orang (65,9%). Sebagian besar pasien hipertensi tidak merokok/menyirih yaitu sebanyak 29 orang (70,7%), serta semua pasien hipertensi (100%) tidak mengonsumsi alkohol.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Data Demografi Responden di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara (n=41). No. Karakteristik Data Demografi Responden Frekuensi

(responden)

Persentase (%)


(56)

1. Umur

Dewasa muda (elderly adulthood/17-44 tahun)

Dewasa pertengahan (middle age/45-59 tahun)

Lanjut usia (elderly/60-74 tahun) Lanjut usia tua(old/75-90 tahun)

3 19 16 3 7,3 46,3 39,1 7,3 2. Jenis kelamin

Laki-laki Perempuan 21 20 51,2 48,8 3. Suku

Mandailing Jawa Melayu Batak Lain-lain 3 13 9 12 4 7,3 31,7 22,0 29,3 9,7 4. Pendidikan

SD SMP SMA Diploma Sarjana Tidak Sekolah 11 10 12 3 3 2 26,8 24,4 29,3 7,3 7,3 4,9 No. Karakteristik Data Demografi

Responden

Frekuensi (responden)

Persentase (%) 5. Pekerjaan

Ibu rumah tangga Pegawai negeri Pegawai swasta Wiraswasta Petani Lain-lain 11 5 1 9 6 9 26,8 12,2 2,4 22,0 14,6 22,0 6. Penghasilan keluarga

< Rp 1.305.000 > Rp 1.305.000

19 22

46,3 53,7


(57)

7. Tekanan darah

Grade I (140-159/90-99 mmHg) Grade II (≥160/≥100 mmHg)

26 15

63,4 36,6 8. Lama berobat

< 1 tahun

≥ 1 tahun

14 27

34,1 65,9 9. Perokok/penyirih

Ya Tidak 12 29 29,3 70,7 10. Pengonsumsi alkohol

Tidak 41 100,0

1.2 Dukungan Keluarga kepada Pasien Hipertensi

Hasil penelitian tentang variabel dukungan keluarga kepada pasien hipertensi dapat dilihat pada tabel 7 yaitu pasien hipertensi yang memiliki dukungan keluarga baik sebanyak 19 orang (46,3%), dukungan keluarga cukup sebanyak 16 orang (39,1%), dan dukungan keluarga kurang sebanyak 6 (14,6%).

Tabel 7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pasien Hipertensi Berdasarkan Dukungan Keluarga kepada Pasien Hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara (n=41).

No. Dukungan Keluarga Frekuensi

(Responden)

Persentase (%)

1. Baik (61-80) 19 46,3

2. Cukup (41-60) 16 39,1

3. Kurang (20-40) 6 14,6

Jumlah 41 100,0


(58)

Hasil penelitian tentang kepatuhan menjalankan pengobatan pasien hipertensi dapat dilihat pada tabel 8 yaitu pasien hipertensi patuh sebanyak 31 orang (75,6%) dan pasien hipertensi tidak patuh sebanyak 10 orang (24,4%). Tabel 8. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pasien Hipertensi

Berdasarkan Kepatuhan Menjalankan Pengobatan di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara (n=41).

No. Kepatuhan Pasien Frekuensi

(Responden)

Persentase (%)

1. Tidak patuh (12-30) 10 24,4

2. Patuh (31-48) 31 75,6

Jumlah 41 100,0

1.4 Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Menjalankan Pengobatan pada Pasien Hipertensi

Hasil penelitian pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan pasien menjalankan pengobatan dapat dilihat pada tabel 9. Hasil analisa data menunjukkan bahwa nilai p sebesar 0.012 lebih kecil dari nilai significancy (p) yaitu 0,05 (p<0,05) maka Ha diterima. Hipotesa kerja (Ha) yang berbunyi “Ada pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara” diterima. Nilai koefisien korelasi Spearman atau r sebesar 0,388. Berdasarkan tabel panduan interpretasi hasil uji hipotesis menurut Dahlan (2012) menunjukkan bahwa pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalankan pengobatan memiliki arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang lemah.

Tabel 9. Hasil Analisa Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Menjalankan Pengobatan pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara (n=41)


(59)

Dukungan keluarga

Kepatuhan menjalankan

pengobatan

0,388 0,012

Arah korelasi positif dengan

kekuatan korelasi yang

lemah

2. Pembahasan

2.1 Dukungan Keluarga kepada Pasien Hipertensi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara mendapatkan dukungan keluarga yang baik yaitu sebanyak 19 orang (46,3%), dukungan keluarga yang cukup sebanyak 16 orang (39,1%), dan dukungan keluarga kurang sebanyak 6 orang (14,6%). Hal ini berarti sebagian besar keluarga memberikan dukungan yang baik dalam merawat pasien hipertensi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Pasaribu (2012) yang meneliti tentang hubungan dukungan keluarga dan karakteristik penderita TB Paru dengan kesembuhan pada pengobatan TB paru di wilayah kerja Puskesmas Polonia Medan, yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kesembuhan pengobatan dan dukungan keluarga merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan tingkat kesembuhan pengobatan.

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit (Friedman, 2010, dalam Nainggolan, dkk, 2012). Dukungan keluarga merupakan bagian dari pasien yang paling dekat dan tidak dapat dipisahkan. Pasien akan merasa senang dan tentram apabila mendapat


(60)

perhatian dan dukungan dari keluarganya, karena dengan dukungan tersebut akan menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau mengelola penyakitnya dengan lebih baik (Nainggolan, dkk, 2012).

Dukungan sosial keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial (Friedman, 1998, dalam Setiadi, 2008). Hasil penelitian Ginting (2010) menyebutkan bahwa pengetahuan dan upaya pencegahan yang dilakukan lansia mengenai hipertensi sudah baik dikarenakan adanya dukungan dari keluarga dan lingkungan.

Keluarga merupakan jaringan yang mempunyai hubungan erat dan bersifat mandiri, dimana masalah-masalah seorang individu “menyusup” dan mempengaruhi anggota keluarga yang lain dan seluruh sistem. Keluarga merupakan sistem pendukung yang vital bagi individu-indidu (Setyowati & Murwani, 2008).

Keluarga berfungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarganya agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Dengan berbicara tentang kekhawatiran dan keprihatinan, anggota keluarga lebih bisa mendukung dan membantu orang yang memiliki tekanan darah tinggi (National Kidney Foundation, 2013).

Keluarga yang peduli akan kesehatan anggota keluarganya yang menderita hipertensi, maka ia akan memperhatikan pemberian makanan, ataupun pengobatan demi meningkatkan kesehatan anggota keluarganya (Setiawati & Dermawan, 2008). Berdasarkan hasil penelitian Hutapea (2006), menunjukkan bahwa perhatian atas kemajuan pengobatan yang diberikan keluarga memiliki pengaruh


(61)

yang paling besar terhadap peningkatan kepatuhan minum obat anti tuberculosis (OAT) pada penderita TB paru.

Keluarga mempunyai hubungan yang kuat dengan status kesehatan anggota keluarganya dan merupakan sumber pendukung utama bagi anggota keluarganya yang menderita hipertensi. Dukungan yang diberikan menunjukkan perhatian dan kepedulian keluarga sehingga pasien hipertensi akan termotivasi untuk menjalankan pengobatan dengan baik dan benar.

2.2 Kepatuhan Menjalankan Pengobatan Pasien Hipertensi

Hasil analisa data penelitan tentang kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien hipertensi menunjukkan bahwa sebagian besar pasien patuh dalam menjalankan pengobatan yaitu sebanyak 31 orang (75,6%), dan pasien tidak patuh sebanyak 10 orang (24,4%).

Kepatuhan didefinisikan sebagai seberapa baik perilaku seseorang dalam menggunakan obat, mengikut i diet atau mengubah gaya hidup sesuai dengan tata laksana terapi (WHO, 2003 dalam Norman, 2012). Kepatuhan seorang pasien yang menderita hipertensi dilihat berdasarkan kepatuhan dalam meminum obat antihipertensi, adanya peran aktif pasien dan kesediaannya untuk memeriksakan kesehatannya ke dokter sesuai dengan jadwal yang ditentukan serta perubahan gaya hidup sehat yang dianjurkan (Burnier, 2001 dalam Manurung, 2011).

Hasil penelitian Adriansyah (2010) menjelaskan tentang faktor yang berpengaruh terhadap ketidakpatuhan pasien dalam dalam melaksanakan terapi obat adalah usia, pendidikan, lamanya menderita hipertensi, tingkat kesembuhan yang telah dicapai pasien, rutinnya pasien melakukan check up, adanya reaksi


(62)

obat merugikan yang dirasakan oleh pasien, pasien menjalani pengobatan lain serta mahalnya biaya pengobatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 12 orang (29,3%) pasien hipertensi dengan tingkat pendidikan SMA, tingkat SMP sebanyak 10 orang (24,4%), tingkat SD sebanyak 11 orang (26,8%), tingkat Diploma sebanyak 3 orang (7,3%), dan tingkat Sarjana sebanyak 3 orang (7,3%), serta tidak sekolah sebanyak 2 orang (4,9%). Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kepatuhan seseorang, semakin rendah tingkat pendidikan maka semakin tidak patuh penderita untuk berobat karena rendahnya pendidikan seseorang sangat mempengaruhi daya serap seseorang dalam menerima informasi. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin besar kemampuan menyerap, menerima atau mengadopsi informasi (Budiman, dkk, 2013). Sedangkan menurut Adriansyah (2010) bahwa pasien yang hanya mengenyam pendidikan sampai sebatas tingkat dasar (SD-SMP) umumnya patuh terhadap instruksi yang diberikan oleh dokter yang menanganinya, adanya rasa takut akan semakin parahnya penyakitnya jika tidak diobati secara intensif juga mendasari mereka untuk tetap patuh terhadap terapi yang sedang mereka jalankan.

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pekerjaan yang paling banyak adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 11 orang (26,8%) dengan penghasilan paling banyak sebesar > Rp 1.305.000 yaitu sebanyak 22 orang (53,7%). Menurut Health Care Compliance Program (HCCP, 2007 dalam Manurung, 2011), menyebutkan bahwa dengan financial yang baik dapat menambah kepatuhan penderita hipertensi dalam pengontrolan tekanan darah.


(63)

Tingkat penghasilan yang tinggi akan lebih memudahkan orang dalam melakukan tindakan pencegahan hipertensi karena penghasilan yang tinggi dapat memudahkan membeli dan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan sayuran serta buah-buahan yang baik untuk kesehatan.

Pada penelitian ini juga terdapat pasien hipertensi yang tidak patuh yaitu sebanyak 10 orang (24,4%). Berdasarkan hasil wawancara singkat dengan pasien hipertensi, didapatkan bahwa pasien hipertensi sering mengonsumsi ikan asin karena harganya murah dan jarang mengonsumsi buah-buahan, mereka mengakui sering menambahkan sendiri garam pada makanannya agar terasa lebih enak dan tidak hambar. Hal lainnya yang juga menyebabkan ketidakpatuhan adalah masih banyak pasien hipertensi yang merokok yaitu sebanyak 29 orang (70,7%).

Menurut Bustan (2007) bahwasanya kepatuhan terkait dengan berbagai faktor penyebabnya, mungkin karena: 1) Jenuh, harus tiap hari makan obat dan terus menerus, 2) Kesulitan makan obat banyak sekali (misalnya 3 kali sehari) dan banyak setiap hari (dipecahkan dengan memberikan obat long lasting drug, cukup makan sekali sehari), 3) Alasaan efek samping (hiccup/ batuk), 4) Alasan kesulitan membawa obat keluar rumah atau dalam perjalanan, 5) Biaya, ketidakmampuan menebus obat. Menurut hasil penelitian Norman (2012), disebutkan bahwa pasien tidak patuh dikarenakan dalam dua minggu terakhir pasien pernah tidak meminum obat antihipertensi secara rutin. Hal lain disebutkan bahwa ketika pasien ingin mengambil obat puskesmas sedang tidak beroperasi sedangkan untuk membeli obat ke apotek pasien tidak memiliki biaya sehingga obat baru dapat pasien minum setelah kembali ke puskesmas.


(1)

Lampiran 13

Distribusi Frekuensi dan Presentase Jawaban Responden tentang

Dukungan Keluarga (n=41)

No. Pernyataan

Frekuensi (responden) Persentase (%)

TP KD SR SL TP KD SR SL

1. Mengusahakan dana 7 9 16 9 17,0 22,0 39,0 22,0 2. Memperhatikan jenis makanan 6 4 19 12 14,6 9,8 46,3 29,3 3. Menganjurkan minum obat 3 7 11 20 7,3 17,1 26,8 48,8

4.

Mengusahakan menyediakan obat-obatan

8 10 14 9 19,5 24,4 34,1 22,0

5. Menemani berobat/kontrol 8 9 10 14 19,5 22,0 24,4 34,1 6. Memberikan pujian 8 11 18 4 19,5 26,8 43,9 9,8

7.

Membantu memecahkan masalah

1 11 14 15 2,4 26,9 34,1 36,6

8.

Membandingkan dengan orang lain

10 20 9 2 24,4 48,8 22,0 4,9

9.

Mengingatkan anjuran petugas kesehatan

3 5 19 14 7,3 12,2 46,4 34,1

10.

Tanggap terhadap setiap masalah

3 8 15 15 7,3 19,5 36,6 36,6

11. Memberi informasi 11 6 17 7 26,8 14,6 41,5 17,1

12.

Mengingatkan membatasi


(2)

13.

Mengingatkan membatasi kafein

8 5 4 24 19,5 12,2 9,8 58,5

14.

Mengingatkan tidak

mengonsumsi tinggi kolesterol

7 8 11 15 17,1 19,5 26,8 36,6

15.

Melarang mengonsumsi makanan berlemak

6 7 11 17 14,6 17,1 26,8 41,5

16.

Perhatian dan dukungan dari keluarga

1 9 21 10 2,4 22,0 51,2 24,4

17.

Kedekatan dan kehangatan dalam keluarga

1 11 20 9 2,4 26,8 48,8 22,0

18. Mendengarkan keluh kesah 2 6 17 16 4,9 14,6 41,5 39,0

19.

Memberikan semangat dan dukungan

3 7 18 13 7,3 17,1 43,9 31,7

20.

Memberikan nasihat dan peringatan


(3)

Lampiran 14

Uji Normalitas Data

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Dukungan Keluarga 41 100.0% 0 .0% 41 100.0%

Kepatuhan 41 100.0% 0 .0% 41 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Dukungan Keluarga Mean 2.32 .113

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 2.09

Upper Bound 2.55

5% Trimmed Mean 2.35

Median 2.00

Variance .522

Std. Deviation .722

Minimum 1

Maximum 3

Range 2

Interquartile Range 1

Skewness -.569 .369

Kurtosis -.856 .724

Kepatuhan Mean 1.76 .068

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 1.62

Upper Bound 1.89


(4)

Median 2.00

Variance .189

Std. Deviation .435

Minimum 1

Maximum 2

Range 1

Interquartile Range 0

Skewness -1.238 .369

Kurtosis -.493 .724

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

Dukungan Keluarga .291 41 .000 .772 41 .000

Kepatuhan .469 41 .000 .534 41 .000


(5)

Lampiran 15

Table Korelasi

Spearman rho

Nonparametric Correlations

Correlations

Dukungan

Keluarga Kepatuhan

Spearman's rho Dukungan Keluarga Correlation Coefficient 1.000 .388*

Sig. (2-tailed) . .012

N 41 41

Kepatuhan Correlation Coefficient .388* 1.000

Sig. (2-tailed) .012 .

N 41 41


(6)

Lampiran 16

CURICULUM VITAE

Nama : Miranti Lubis

NIM : 091101015

Tempat/ Tanggal Lahir : Tanjung Gading/ 22 Juni 1991

Agama : Islam

Anak ke : 2 dari 4 bersaudara

Alamat : Tanjung Gading, Jl. Salak, S-33-06, Komp. Perum. PT. Inalum

Riwayat Pendidikan :

1. 1997 – 2003 : SD N 018450 Tanjung Gading 2. 2003 – 2006 : SLTP N 1 Sei Suka

3. 2006 – 2009 : SMA N 1 Tebing Tinggi


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengetahuan dan Kepatuhan Pasien terhadap Keberhasilan Terapi Hipertensi di Puskesmas di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Sumatera Utara Tahun 2015

2 36 96

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN PASIEN DALAM MENJALANKAN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON (Studi di Puskesmas Kendalsari Kota Malang)

3 24 29

Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Menjalankan Program Terapi Pada Pasien Terapi Rumatan Metadon Di Puskesmas Bogor Timur Kota Bogor

0 30 138

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG HIPERTENSI DENGAN SIKAP KEPATUHAN DALAM MENJALANKAN DIIT HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS ANDONG KABUPATEN BOYOLALI

0 3 7

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG HIPERTENSI DENGAN SIKAP KEPATUHAN DALAM MENJALANKAN DIIT HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS ANDONG KABUPATEN BOYOLALI.

0 1 8

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN PASIEN TBC DALAM MENJALANI PENGOBATAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS DI TIGA PUSKESMAS, KABUPATEN SUMEDANG ipi139522

0 0 16

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN MOTIVASI PASIEN HIPERTENSI TERHADAP KEPATUHAN DALAM MENJALANI PENGOBATAN DI PUSKESMAS TALANG KABUPATEN SOLOK TAHUN 2014

0 1 11

DUKUNGAN KELUARGA MEMENGARUHI KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI

0 1 8

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GALUR 1 KULON PROGO NASKAH PUBLIKASI - Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet pada Pasien Hipertensi di Wilayah Puskesmas Galur 1 Kulonpro

0 0 11

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN PENGOBATAN PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI DUSUN PUNDUNG CAMBAHAN NOGOTIRTO SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Pengobatan pada Lansia Penderita Hipertensi Di Dus

0 2 16