Valuasi Ekonomi Potensi Tumbuhan Obat Di Hutan Kemasyarakatan (HKm) Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Toba Samosir Unit XIV

DAFTAR PUSTAKA

Bahruni. 1999. Diktat Penilaian Sumberdaya Hutan dan Lingkungan. Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI.2004. Informasi Temu-lawak
Indonesia. 36 hal.
rd

Davis, L.S dan Johnson K.N. 1987. Forest Management 3
Hill Book Company. New York.

Edition. Mc Graw-

Gittiner, J.P., 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Edisi Ke-dua.
Universitas Indonesia. Jakarta. 579 hal.
Karmawati, E., D.S. Effendi dan P.Wahid. 1996. Potensi, peluang dan kendala
pengembangan agroindustri tanaman obat. Dalam : Prosiding Forum
Konsultasi Strategi dan Koordinasi Pengembangan Agroindustri Tanaman
Obat. Bogor, 28-29 Nopember 1996. Hlm : 23-37.
Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. 2007. Tanaman Obat. Jakarta.
Jakarta. http://www.dephut.go.id [01 April 2015].

Kusuma, I., 1996. Pengembangan per-tanian terpadu berwawasan lingkungan
disekitar Danau Singkarak. Proposal Kerja-sama penelitian dan pengembangan antara Balittro dengan PT. Gebu Minang Nusantara. Jakarta. 35hal
Latifah, S. 2005. Analisis Vegetasi Hutan Alam. E-USU Repository. Medan.
Munasinghe, M. 1993. Environmental Economics and Sustainable Development.
The World Bank. Washington DC.
Prana, M.S., 1985. Beberapa aspek bio-logi temulawak (Curcuma xanthor-rhiza
Roxb.). Prosiding Simposium Nasional Temulawak. Bandung 17 – 18
September 1985, hal. 42 – 48.
Pearce, D, Warford, J.J. 1993. World Without End : Economics, Environment,
and Sustainable Development. Oxford University Press. New York.
Sampurno. 2007. Jamu dan obat tradisional cina dala perspektif medik dan bisnis.
Makalah pada Seminar Nasional Jamu dan Obat Tradisional Cina dalam
Realitas Medik dan Prospek Bisnis, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
Farmasi UGM, Yogyakarta.
Sitepu, D & P. Sutigno. 2001. Peranan Tanaman Obat dalam Pengembangan
Hutan Tanaman. Buletin Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 2 (2):
61-77. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Situmorang, S. 2014. Valuasi Ekonomi Keberadaan Pohon Kehutanan di
Arboretum Kampus Kuala Bekala Universitas Sumatera Utara Kabupaten
Deli Serdang. Skripsi Fakultas Kehutanan. Universitas Sumatera Utara.


Universitas Sumatera Utara

Sofowora. 1982. Medical Plant and
http://www.mapbd.com/wmp.htm

Traditional

Medicine

in

Africa.

Syakir, M., 2006. Rencana Strategis Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro). Bogor.
Tukiman. 2004. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA) untuk
Kesehatan Keluarga. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. USU. http:
tumbuhan obat.co.id [akses: 3 April 2015]. Medan.

Utomo, B. 2012. Analisis Vegetasi Hutan Pegunungan: Panduan Praktik
Pengenalan Ekosistem Hutan. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Zuhud, E, A, M. 2008. Potensi Hutan Tropika Indonesia Sebagai Penyangga
Bahan Obat Alam Untuk Kesehatan Bangsa. Fakultas Kehutanan IPB.
Bogor.
Zuhud, E, A, M. 2009. Pengembangan ethno-forest-pharmacy (etno-wanafarma)
di Indonesia. Agro Indonesia Vol VI, No 254.

Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Hutan Kemasyarakatan (HKm) KPHL Toba
Samosir Unit XIV seluas 610 Ha, Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April –Mei
2015. Pelaksanaan penelitian yang diawali dengan survey pendahuluan pada

September 2014 sampai dengan selesai dan dilanjutkan dengan pengolahan data
dan analisis data primer dan sekunder yang diperoleh dari lapangan.


Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian di Hutan Kemasyarakatan

Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Position System
(GPS), parang, pita meteran, kamera digital, kalkulator, tali rafia, sarung tangan,
dan alat tulis.

14
Universitas Sumatera Utara

Bahan yang digunakan adalah Peta Administrasi KPHL Tobasa , tally
sheet, buku identifikasi tanaman obat, kantung plastik/stoples, kantung plastik
besar/keranjang, dan label identifikasi, dan alat tulis.
Prosedur Penelitian
Pengambilan contoh pada semua bentuk unit contoh ini dilakukan dengan
metode systematic random sampling with random start, dimana penentuan petak
ukur yang pertama dilakukan secara random (acak), kemudian penentuan titik
pusat berikutnya dengan sistematik dengan jarak antar unit contoh sebesar 50
meter. Unit contoh lingkaran yang digunakan memiliki jari-jari 17.68 meter.
Diinventarisasi tumbuhan obat yang ada pada petak yang dibuat.


r = 17,68

Gambar 3. Metode petak berbentuk lingkaran

Analisis Data
Data vegetasi yang terkumpul dianalisis untuk mengetahui kerapatan,
kerapatan relative, dominansi, dominansi relative, frekuensi dan frekuensi relative
serta Indeks Nilai Penting (INP) dengan menggunakan rumus Mueller-Dombois
dan Ellenberg (1974) dalam Utomo (2012) sebagai berikut:

15
Universitas Sumatera Utara

a. Kerapatan suatu jenis (K)
K =

∑ individu suatu jenis
Luas petak contoh


b. Kerapatan relatif suatu jenis (KR)
KR =
c. Frekuensi suatu jenis (F)
F=

K Suatu jenis
x 100%
∑ K Seluruh jenis

∑ Sub − petak ditemukan suatu jenis
∑ Seluruh sub − petak

d. Frekuensi relative suatu jenis (FR)
FR =
e. Indeks Nilai Penting (INP)

F Suatu jenis
x 100%
∑ F Seluruh jenis


INP digunakan untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis
lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan ekologis
suatu jenis dalam komunitas (Latifah, 2005).
INP = KR + FR + DR (untuk tingkat tiang dan pohon)
INP = KR + FR (untuk tingkat semai dan pancang)
f. Indeks Shannon-Wiener
Keanekaragaman jenis suatu kawasan hutan dapat digambarkan dengan
Indeks Shannon (Ludwig and Reynold, 1988 dalam Utomo, 2012) :
H’ = -∑ (pi) Ln (pi)
Keterangan:
H’
= Indeks Keragaman Jenis
pi
= ni/N
ni
= Nilai Penting Jenis ke-i
N
= Jumlah Nilai Penting Semua Jenis
Dimana:


16
Universitas Sumatera Utara

a. H’ < 1, keanekaragaman tergolong rendah
b. H’ 1-3, keanekaragaman tergolong sedang
c. H’> 3, keanekaragaman tergolong tinggi
Identifikasi Jenis
Metode identifikasi jenis diawali dengan pengamatan langsung di
lapangan. Tumbuhan obat diidentifikasi dengan menggunakan nama lokal supaya
memudahkan identifikasi selanjutnya. Proses identifikasi jenis tumbuhan obat dari
lapangan sampai pengklasifikasian adalah sebagai berikut:
1.

Identifikasi jenis dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan.

2.

Menanyakan identitas tumbuhan kepada masyarakat sekitar.

3.


Mencocokkan gambar-gambar hasil dokumentasi maupun jenis yang di
herbariumkan dengan website yang menyediakan deskripsi tumbuhan yang
ditemukan.

4.

Setiap jenis yang ditemukan dicocokkan dengan penelitian yang dilakukan
sebelumnya.

5.

Hasil identifikasi dimasukkan kedalam tabel.

Tabel 2. Identifikasi tumbuhan obat
No
1.
2.
3.
4.

5.

Nama Lokal

Nama Latin

Bagian yang digunakan

Manfaat

17
Universitas Sumatera Utara

Valuasi (Penilaian) Ekonomi
Tabel 3. Hasil Perhitungan Barang Yang Dimanfaatkan Masyarakat Desa Sekitar hutan
No

Jenis barang hasil
hutan


Nama Latin

Harga hasil hutan
(Rp/unit)

Nilai hasil
hutan (Rp/
tahun)

1.
2.
3.
4.
..
n
Jumlah
Rata-rata

Dari hasil perhitungan nilai hasil hutan tumbuhan obat ini akan dapat
dihitung total nilai hasil hutan per jenis per tahun dan total nilai hasil hutan
seluruh jenis yang dimanfaatkan masyarakat. Selanjutnya dari perhitungan
tersebut akan dapat dihitung kontribusi nilai masing-masing jenis terhadap total
nilai, kontribusi nilai untuk tiap desa sekitar hutan, dan kontribusi nilai untuk
seluruh wilayah sekitarnya.
Metode nilai pasar menghitung nilai ekonomi hasil hutan non-marketable
dari hasil perkalian jumlah volume hasil hutan yang diambil dengan rata-rata
harga pasar barang tersebut. Sedangkan nilai relatif dihitung dari hasil perkalian
jumlah volume hasil hutan tertentu dengan harga relatifnya (harga relatif barang
tersebut terhadap harga barang lain yang sudah diketahui harga pasarnya).

18
Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi Tumbuhan Obat
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh 40 jenis tumbuhan
obat yang tersebar di Hutan Kemasyarakatan, Desa Motung, Kecamatan Ajibata,
Kabupaten Toba Samosir. Data jenis tumbuhan obat dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jenis Tumbuhan Obat di Hutan Kemasyarakatan, Kecamatan Ajibata
No

Jenis

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

Akar wangi
Andaliman
Bandotan
Bangun-bangun
Bawang batak
Buncis
Bunga paet-paet
Cepen-cepen
Widelia tribolata
dulpak
Jahe
Jeruk nipis
Kacinduduk
Kantong semar
Kunyit
Lamtama
Lancing
Lenga-lenga
Nenas
Pandan hutan
Pegaga
Piper adancum
Pirdot
Pisang
Pultak-pultak
Pulutan
Putri malu
Rias
Rimbang
Sabi kabang
Senduduk

Jumlah
Plot

Jlh
Individu

28
6
21
4
12
8
15
5
4
23
29
4
7
1
4
3
7
13
3
5
15
2
2
2
2
12
14
22
10
18
12

165
22
92
17
60
117
215
53
18
149
240
10
109
9
9
20
45
191
5
15
102
5
12
7
7
52
276
173
152
114
230

K

KR

F

FR

INP

H'

10,78
1,438
6,013
1,111
3,922
7,647
14,05
3,464
1,176
9,739
15,69
0,654
7,124
0,588
0,588
1,307
2,941
12,48
0,327
0,98
6,667
0,327
0,784
0,458
0,458
3,399
18,04
11,31
9,935
7,451
15,03

4,737
0,632
2,641
0,488
1,723
3,359
6,173
1,522
0,517
4,278
6,891
0,287
3,129
0,258
0,258
0,574
1,292
5,484
0,144
0,431
2,929
0,144
0,345
0,201
0,201
1,493
7,924
4,967
4,364
3,273
6,604

0,183
0,039
0,137
0,026
0,078
0,052
0,098
0,033
0,026
0,15
0,19
0,026
0,046
0,007
0,026
0,02
0,046
0,085
0,02
0,033
0,098
0,013
0,013
0,013
0,013
0,078
0,092
0,144
0,065
0,118
0,078

7,053
1,511
5,29
1,008
3,023
2,015
3,778
1,259
1,008
5,793
7,305
1,008
1,763
0,252
1,008
0,756
1,763
3,275
0,756
1,259
3,778
0,504
0,504
0,504
0,504
3,023
3,526
5,542
2,519
4,534
3,023

11,79
2,143
7,9311
1,4956
4,7453
5,3743
9,9512
2,7811
1,5244
10,071
14,195
1,2947
4,8927
0,5103
1,266
1,3299
3,0552
8,7583
0,8992
1,6901
6,7068
0,6473
0,8483
0,7048
0,7048
4,5156
11,451
10,509
6,8829
7,807
9,6262

0,167
0,049
0,128
0,037
0,089
0,097
0,149
0,059
0,037
0,15
0,188
0,033
0,091
0,015
0,032
0,033
0,064
0,137
0,024
0,04
0,114
0,019
0,023
0,02
0,02
0,086
0,164
0,155
0,116
0,127
0,146

19
Universitas Sumatera Utara

Lanjutan....

32
33
34
35
36
37
38
39
40

Senduduk buluh
Serai
Sibagore
Singkut
Sirih
Talas
Tempuh wiyang
Temulawak
Terong belanda
Total

31
3
17
14
2
3
8
2
4
397

421
27
103
163
11
14
38
5
10
3483

27,52
1,765
6,732
10,65
0,719
0,915
2,484
0,327
0,654
227,6

12,09
0,775
2,957
4,68
0,316
0,402
1,091
0,144
0,287
100

0,203
0,02
0,111
0,092
0,013
0,02
0,052
0,013
0,026
2,595

7,809
0,756
4,282
3,526
0,504
0,756
2,015
0,504
1,008
100

19,896
1,5309
7,2393
8,2063
0,8196
1,1576
3,1061
0,6473
1,2947
200

0,23
0,037
0,12
0,131
0,023
0,03
0,065
0,019
0,033
3,294

Penelitian Marbun (2014) mengenai tumbuhan obat di Kecamatan
Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara ditemukan 43 jenis tumbuhan obat.
Apabila dibandingkan dengan jenis – jenis tumbuhan obat yang diperoleh di
kawasan Hutan kemasyarakatan, Kecamatan Motung, terdapat 14 jenis tumbuhan
obat yang sama, yaitu Bandotan (Ageratum conyzoides L), bangun-bangun
(Coleus amboinicus), Kantong semar (Nephentes sp), Kunyit (Curcuma
domestica), Nenas (Ananas comocus), Rias (Etlingera elatior), talas (Colacasia
esculenta), Tempuh wiyang (Emilia sonchifolia), Rimbang (Solanum ferrogium),
Pirdot (Saurauia bracteosa), Senduduk (Melastoma malabathricum), Senduduk
buluh (Clidemia hirta), Sungkit (Curculigo sp), Pulutan (Urena lobata).
Penelitian Harahap (2007) mengenai pemanfaatan tumbuhan obat oleh
masyarakat sekitar Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) ditemukan 47 jenis
tumbuhan obat. Apabila dibandingkan dengan jenis- jenis tumbuhan yang
diperoleh di Hutan Kemasyarakatan, Kecamatan Motung, terdapat 5 jenis
tumbuhan obat yang sama yaitu Kantong semar (Nephentes sp), Kunyit (Curcuma
domestica), talas (Colacasia esculenta), Senduduk (Melastoma malabathricum),
Senduduk buluh (Clidemia hirta )

20
Universitas Sumatera Utara

Adanya jenis tumbuhan obat yang sama, yang ditemukan di Hutan
Kemasyarakatan, Kecamatan Motung dan kedua lokasi penelitian tersebut
disebabkan karena jenis tersebut tersebar di beberapa daerah yang memiliki
kondisi yang sesuai dengan pertumbuhannya. Menurut Iskandar (2009), faktorfaktor yang berpengaruh terhadap persebaran flora adalah iklim, tanah, dan biotik
(pengaruh tumbuhan lain dan hewan). Peta hasil sumber tumbuhan obat di Hutan
Kemasyarakatan dapat dilihat pada Gambar 3 (terlampir).
Komposisi tumbuhan obat yang paling banyak dijumpai sebanyak 3483
dan jenis paling banyak ditemukan adalah Senduduk buluh (Clidemia hirta)
sebanyak 421 individu yang ditemukan di lapangan yaitu tumbuh menyebar. Jenis
yang paling sedikit ditemukan adalah Temulawak sebanyak 5 individu.
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat
Berdasarkan hasil inventarisasi, diperoleh kerapatan (K) tumbuhan obat di
Hutan Kemasyarakatan, Kecamatan Ajibata yang tertinggi ialah Senduduk buluh
(Clidemia hirta) dengan nilai 27,52 dan terendah adalah Temulawak dengan
kerapatan 0,327 dan kerapatan relatif masing masing sebesar 12,1 dan 0,144 .
Jenis tumbuhan yang sering ditemui (frekuensi) tertinggi ada pada tumbuhan
senduduk buluh 0,203 dan terendah ialah kantong semar dengan nilai 0,007.
Frekuensi relatif pada masing-masing jenis tersebut bernilai 7,809 dan 0,252. Hal
ini dikarenakan syarat tumbuh jenis tumbuhan berbeda antar jenis.
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh bahwa keanekaragaman jenis
tumbuhan obat di Hutan Kemasyarakatan tergolong tinggi yaitu 3,2.
Keanekaragaman jenis tumbuhan obat di Hutan Kemasyarakatan dikategorikan
tinggi karena jumlah jenis tumbuhan obat yang ditemukan banyak. Hal ini sesuai

21
Universitas Sumatera Utara

dengan pernyataan Abdiyani (2008) yakni H’ > 3 menunjukkan keanekaragaman
jenis yang tinggi pada suatu kawasan. Semakin tinggi nilai keanekaragaman suatu
kawasan menunjukkan semakin stabil komunitas di kawasan tersebut. Stabilitas
komunitas yaitu kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil
meskipun ada gangguan terhadap komponen-komponennya.
Pengetahuan Tumbuhan Obat
Hasil wawancara dan kuisioner dengan masyarakat dapat diketahui bahwa
masyarakat tersebut mengetahui jenis tumbuhan obat yang digunakan untuk
mengobati penyakit secara umum. Pengetahuan masyarakat tentang jenis
tumbuhan obat yang digunakan diperoleh secara turun temurun, dimana tumbuhan
obat tersebut dapat dicari di dalam kawasan hutan maupun di kebun atau
pekarangan. Namun, untuk memperoleh tumbuhan obat dari hutan agak sulit,
dimana jarak yang ditempuh untuk mencapai hutan cukup jauh. Tetapi menurut
masyarakat di sekitar hutan kemasyarakatan, potensi tumbuhan obat di hutan
cukup banyak.
Pemanfaatan Tumbuhan Obat
Tumbuhan obat dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar hutan
kemasyarakatan untuk pengobatan dan pemeliharan kesehatan. Masyarakat
merasa bahwa penggunaan tumbuhan dari hutan cukup mudah dan tidak perlu
biaya mahal. Namun, masyarakat juga tidak terlepas dengan obat-obatan dari
medis yang penggunaannya lebih praktis.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, tidak semua jenis tumbuhan
obat yang diinventarisasi di Hutan Kemasyarakatan dimanfaatkan oleh
masyarakat. Namun, hal ini berbanding terbalik dengan masyarakat di daerah karo

22
Universitas Sumatera Utara

yang memanfaatkan hampir semua jenis tumbuhan yang diinventarisasi. Hal ini
didapat dari hasil survei dengan masyarakat di daerah karo. Dari ke-40 jenis
tumbuhan obat tersebut, hanya 20 jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan
masyarakat dan 20 jenis tumbuhan tidak dimanfaatkan. Jenis tumbuhan obat
tersebut tidak dimanfaatkan karena masyarakat kurang mengetahui khasiat dari
ke-20 tumbuhan obat tersebut. Jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh
masyarakat dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jenis Tumbuhan Obat yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat
No

Nama Lokal

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Bangun-bangun
Bunga Paet
Jahe
Jeruk nipis
Kantong semar
Kunyit
Nenas
Pirdot
Pisang
Pulutan
Putri malu
Temulawak
Rimbang
Senduduk
Senduduk buluh
Sibagure
Serai
Singkut
Sirih
Talas

Nama Ilmiah
Coleus amboinicus
Eupatorium perfoliatum
Zingiber officinale
Citrus aurantifolia
Nephentes sp
Curcuma domestica
Ananas comocus
Saurauia bracteosa
Musa paradisiaca
Urena lobata
Mimosa pudica

Curcuma xanthorrhiza
Solanum ferrogium
Melastoma malabathricum
Clidemia hirta
Sida rhombifolia

Andropogon nardus
Curculigo sp
Piper betle
Colacasia esculenta

Kegunaan
Penambah asi dan obat sakit
perut
obat maag dan luka
obat batuk
obat batuk
obat maag
Obat asam lambung
obat sakit kepala
obat rematik
obat terkilir
obat campak
obat radang kulit
Asma, ginjal, hepatitis
obat asam urat
obat angin duduk
obat sakit peruut
obat demam
Obat antiradang
obat campak
obat sakit gigi
obat diabetes

Penggunaan tumbuhan obat sebagai pengobatan ada beberapa cara yaitu
dikonsumsi secara langsung dan secara tidak langsung dengan perlakuan tertentu
sebelum digunakan. Dari hasil wawancara jenis yang sering digunakan sebagai
obat ialah jenis kunyit dan jahe.

23
Universitas Sumatera Utara

Bagian Tumbuhan Obat yang Digunakan
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat di sekitar hutan
kemasyarakatan, bagian tumbuhan yang dimanfaatkan antara lain daun, akar,
batang, umbi, buah, bunga, dan pucuk. Bagian tersebut ada yang dapat langsung
digunakan sebagai obat dan ada pula yang harus melalui proses pengolahan.
Proporsi penggunaan tumbuhan yang digunakan untuk dijadikan sebagai obat
dapat dilihat pada Gambar 4.
Rimpang; 7,5
Daun +
Buah/Bunga/Tan
dan; 7,5

Akar; 5

Buah;
12,5
Seluruh
bagian; 25
Daun; 42,5

Gambar 4. Proporsi bagian tumbuhan yang digunakan

Berdasarkan gambar 4 diketahui bahwa bagian tumbuhan yang paling
banyak digunakan adalah daun yaitu sebesar 42,5% dan bagian yang paling
sedikit adalah bagian akar sebesar 5%. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Harbourne (1987) dalam Sari (2012), menyatakan bahwa daun paling banyak
digunakan karena pada daun banyak terakumulasi senyawa metabolit sekunder
yang paling penting sebagai bahan obat berupa tanin, alkaloid, minyak atsiri, dan
senyawa organik lainnya yang tersimpan di dalam vakuola maupun jaringan
tumbuhan pada daun seperti trikoma. Dari segi keutuhan dan eksistensinya jumlah
daun lebih banyak dibanding bagian organ lainnya sehingga apabila diambil
dalam jumlah tertentu tidak terlalu berpengaruh terhadap tumbuhan tersebut.

24
Universitas Sumatera Utara

Daun juga merupakan bahan yang mudah diracik dan diolah untuk dijadikan
sebagai bahan obat dari segi efesiesi dan kepraktisannya.
Deskripsi Jenis Tumbuhan
1. Bangun-bangun (Coleus amboinicus LOUR)
Coleus amboinicus ialah tumbuhan obat
yang memiliki tinggi 60 cm, batang bulat,
berdiameter 0,9-1,5 cm, tegak, memiliki
permukaan berbulu halus, warna coklat,
Gambar 5. Bangun-bangun

daun tunggal, bulat, letak berhadapan,

panjang 3,5-5 cm x lebar 2,2 -3 cm, ujung tumpul, pangkal membulat, pertulangan
menyirip, permukaan atas dan bawah berbulu halus, tangkai daun 1,2-1,8 cm,
warna atas hijau berbercak kuning, warna bawah putih.
Menurut Dalimartha (2008), bangun- bangun memiliki rasa agak pedas,
agak asam, getir, dan membuat rasa tebal di lidah, serta berbau harum. Daun
jinten berkhasiat meningkatkan keluarnya ASI (laktagogo), menghilangkan nyeri
(analgesik) , pereda demam, dan antiseptik, penambah darah khususnya untuk
orang yang baru melahirkan.
2. Putri malu (Mimosa pudica L.)
Mimosa pudica merupakan tumbuhan
obat yang memiliki tinggi 9-10 cm,
batang bulat berduri, permukaan licin,
menjalar, warna hijau, daun majemuk,
Gambar 6. Putri Malu

menyirip, bunga bongkol, letak aksilar

dan terminal, warna pink, memiliki bintil akar. Jenis tumbuhan ini memiliki
kandungan kimia seperti tanin, dan asam pipekolinat (Kusumaet al., 2005).

25
Universitas Sumatera Utara

Tumbuhan ini berkhasiat sebagai obat luka, insomnis, batuk dan rematik. Bagian
yang digunakan seluruh permukaan tumbuhan. Namun, penggunaan akar putri
malu dalam dosis tinggi dapat menyebabkan keracunan dan muntah-muntah.
3. Lenga-lenga (Eupatorium odoratum L.)
Eupatorium odoratum merupakan jenis
tumbuhan obat memiliki tinggi 60-75 cm;
batang

bulat,

diameter

0,75cm,

permukaan licin, tegak, warna hijau; daun
majemuk, memanjang, letak berhadapan
Gambar 7. Lenga-lenga

dan berselang-seling, panjang 9-10 cm x

lebar 2-3 cm,ujung runcing, pangkal runcing, tepi bergerigi, pertulangan menyirip,
warna hijau, permukaan licin,tangkai daun 1-3 cm, daging tipis lunak;bunga
majemuk, panjang 0,7-1 cm, letak terminal, warna putih. Tumbuhan ini memiliki
khasiat obat luka, koagulan, dan sebagai antiseptik karena mengandung tanin,
fenol, saponin dengan cara daun diremas dan ditempelkan pada luka.
4. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
Curcuma xanthorrhiza merupakan jenis
tumbuhan obat yang memiliki tinggi 50-70
cm, batang semu bulat, diameter 2-3 cm,
panjang pelepah 8-10 cm, permukaan licin,
tegak, warna hijau, daun tunggal, lanset
Gambar 8. Temulawak

sampai memanjang, letak berselang-seling

ujung runcing, pangkal tumpul, tepirata, permukaan licin, warna rhizome kuning
sampai orange. Tumbuhan ini berkhasiat sebagai obat hepatitis, asma, dan sakit

26
Universitas Sumatera Utara

ginjal. Kandungan kimia yang ada pada tumbuhan tersebut seperti zat pati,
curcumin, minyak atsiri,dan xanthoriza (Maryani et al., 2003).
5. Tempuh wiyang (Emilia sonchifolia)
Emilia

sonchifolia

tumbuhan

obat.

merupakan
Tempuh

jenis
wiyang

ditemukan tumbuh liar pada tempattempat
Gambar 9. Tempuh wiyang

yang cukup menerima

sinar

matahari atau agak teduh dengan tanah

yang tidak begitu basah, seperti di pinggir jalan, tepi selokan, tebing kebun, atau
padang rumput. Tanaman ini bisa tumbuh dari dataran rendah sampai sekitar 1750
mdpl.
Emilia sonchifolia memiliki tinggi 10-40 cm dan dapat mencapai 1,2 m
sering bercabang mulai dari pangkalnya. Tumbuhan ini memiliki rasa herba pahit
dan bersifat sejuk. Berkhasiat menurunkan panas (antipiretik), meluruhkan urine
(diuretik), menghilangkan racun (antitoksik), menghilangkan bengkak dan
antibakteri.
6. Kunyit (Curcuma domestica)
Kunyit tumbuh liar dihutan, tetapi
sekarang sudah dibudidayakan atau
ditanam di pekarangan sebagai tanaman
penyedap, pewarna serta sebagai bahan
Gambar 10. Kunyit

obat tradisional. Terna perenial, tinggi

sekitar 70 cm, batang pendek dan merupakan batang semu yang dibentuk pelepahpelepah daun. Setiap tanaman berdaun 3-8 helai. Daun tunggal, bertangkai
panjang, berbentuk lanset lebar, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, pertulangan

27
Universitas Sumatera Utara

menyirip, panjang 20-40 cm, lebar 8-12,5 cm, berwarna hijau pucat. Perbungaan
majemuk, letak terminal, tangkai berambut, bersisik, panjang tangkai 16-40 cm,
warna bunga putih atau kuning muda. Kunyit membentuk rimpang yang berwarna
kuning tua sampai jingga, dengan panjang 2-6 cm, lebar 0,5-3 cm, tebal 0,3-1 cm,
dan berbau aromatik. Rimpang terdiri atas rimpang induk dan anak rimpang.
Rimpang induk berbentuk bulat telur, disebut empu atau kunir lelaki. Letak anak
rimpang lateral dan berbentuk seperti jari (tabung). Kadang, pada rimpang
terdapat pangkal upih daun dan pangkal akar.
Rasa rimpang agak pahit, sedikit pedas, bersifat hangat, tidak beracun,
astringen, dan berbau khas aromatik. Berkhasiat melancarkan darah dan energi
vital (qi), menghilangkan sumbatan, antioksidan, meluruhkan haid (emenagog),
antiradang,

antibakteri,

meningkatkan

produksi

empedu

(koleretik)

dan

mempercepat penyembuhan luka.
Rimpang mengandung minyak menguap (volatile oil) sebesar 3-5 %.
Terdiri

atas

turmerone,

zingiberene,

arturmerone,

sedikit

mengandung

phellandrene, sesquiterpen alkohol, dan borneol. Selain itu mengandung curcumin
0,3-4,8% (pigmen kuning), desmethoxycurcumin, bidesmethoxykurkumin, pati,
tanin, dan damar. Bagian yang digunakan rimpang, dikukus, kulit dibuang. Dan
dipotong tipis. Bisa juga rimpang segar dipotong tipis, lalu dijemur.

28
Universitas Sumatera Utara

7. Serai (Andropogon nardus)
Serai tumbuh liar di tepi sungai, tepi rawa
dan tempat-tempat lain yang dekat dengan
air. Tanaman ini biasanya ditanam di
pekarangan sebagai tanaman bambu atau
tanaman

obat.

Herba

menahun

dan

Gambar 11. Serai

berumpun

banyak

yang

mengumpul

menjadi gerombolan besar. Daun tunggal dan berjumbai. Helaian daun bergaris,
tepi kasar dan tajam, tulang daun sejajar, permukaan atas dan bawah berambut,
panjang mencapai 1 m, lebar 15 mm, berwarna hijau muda , dan jika diremas
berbau harum (aromatik). Minyak asiri sereh banyak digunakan dalam pembuatan
sabun dan detergen. Perbanyakan dengan pemisahan. Berkhasiat antiradang,
penghilang nyeri (analgesik) , dan melancarkan sirkulasi meridian dan darah.
Kandungan kimia yang terdapat pada sereh seperti minyak asiri dengan komponen
citronellal, citral, geraniol, methylheptenone, eugenol-methyleter, dipenten,
eugenol, kadinen, kadinol, dan limonen.
8. Pirdot (Saurauia bracteosa DC)
Saurauia bracteosa Dc adalah jenis tumbuhan
obat berupa pohon yang merupakan anggota dari
suku

Actinidiaceae.

Tinggi

tumbuhan

ini

mencapai 13 meter. Daun tunggal, permukaan
berbulu halus. Letak bunga terminal. Manfaat
tumbuhan ini sebagai obat sakit perut, malaria,
Gambar 12. Pirdot

dan rematik. Bagian yang digunakan adalah

29
Universitas Sumatera Utara

bagian pucuk yang terdiri dari daun, bunga, dan biji. Cara meramu yaitu dengan
merebus bagian daun, bunga, dan biji, lalu air hasil rebusan diminum.
Malaria, bagian pucuk diblender, kemudian disaring. Lalu hasil saringan
ditambah air dan garam, kemudian dimasak hingga mendidih, lalu diminum
setelah didinginkan.
9. Bunga paet-paet (semak) (Tithonia diversifolia)
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan
perdu yang tegak dengan tinggi lebih
kurang ± 5 m. Batang tegak bulat,
berkayu hijau. Daunya tunggal, berseling,
panjang 26 – 32 cm, lebar 15-25 cm,
Gambar 13. Bunga Paet-paet

ujung dan pangkal runcing, pertulangan
menyirip, hijau. Tumbuh dengan mudah ditempat berketinggian 5-1500 m diatas
permukaan laut. Manfaat tumbuhan ini sebagai obat sakit maag dan obat luka.
Bagian tumbuhan yang digunakan adalah bagian daun dan bunga. Cara
meramunya yaitu untuk obat sakit maag, daun dan bunga direbus kemudian airnya
diminum. Sedangkan untuk obat luka, daun diremas hingga airnya keluar, lalu
airnya dioleskan ke luka.
10.

Sibagure (Sida rhombifolia)
Jenis tumbuhan obat berupa semak yang
merupakan

anggota

dari

suku

Malvaceae. Memiliki tinggi mencapai 1
m, dengan batang bulat bercabang kecil
berambut rapat. Daun tunggal, lanset
berukuran kecil, letak berseling. Bunga
Gambar 14. Sibagure

30
Universitas Sumatera Utara

tunggal berwarna kuning cerah, keluar dari ketiak daun. Manfaat sebagai obat
untuk sakit demam. Bagian yang digunakan adalah bagian kulit akarnya. Cara
meramunya yaitu dengan menumbuk bagian kulit akar ditambah dengan air, beras
dan kemiri, lalu diperas. Kemudian air hasil perasan diminum.
11.

Nenas (Ananas comocus)
Jenis tumbuhan obat berupa herba.
Banyak ditemukan tumbuh liar di hutan.
Tinggi 80 cm, batang beruas. Daun
memanjang, tepi bergerigi tajam. Buah
Gambar 15. Nenas

muda berwana hijau, apabila sudah

matang berwarna kuning, letak terminal. Manfaat obat sakit kepala. Bagian yang
digunakan pelepah daun yang masih muda yang berwarna putih kekuningan,
terletak pada bagian dalam dekat dengan batang. Cara meramunya bagian pelepah
daun yang masih muda langsung dimakan.
12.

Talas ( Colacasia esculenta)
Jenis tumbuhan obat berupa herba dengan
tinggi 80 cm-100 cm. Daun berbentuk jantung,
tunggal, ujung runcing, dan permukaan halus.
Manfaat

sebagai

obat

untuk

mengobati

diabetes. Cara meramunya dengan merebus
umbinya, lalu dimakan.
Gambar 16. Talas

31
Universitas Sumatera Utara

13.

Kantong semar (Nephentes sp.)
Nephentes

sp.

adalah

suatu

jenis

tumbuhan oba berupa herba dikenal
dengan sebutan tahul-tahul. Tinggi batang
mencapai

60

cm.

Daun

tunggal,

memanjang 10-30 cm. Memiliki kantong
Gambar 17. Kantong semar

yang terdapat pada ujung daun. Manfaat
sebagai ramuan obat untuk orang yang susah mempunyai keturunan. Bagian yang
digunakan adalah semua bagian dari Nephentes sp.
14.

Rias (Etlingera elator)
Jenis tumbuhan obat berupa herba. Tumbuh
hingga tinggi 2,5 m. Daun 15-30 helai
tersusun dalam dua baris, daun saling
berselang-seling. Bunga berbentuk gasing,
berwarna

merah

jambu

hingga

merah.

Manfaat obat demam, bagian yang digunakan
Gambar 18. Rias

adalah batangnya. Cara meramunya dengan

merebus batang , lalu rebusannya dimandikan
15.

Bandotan (Ageratum conyzoides L.)
Jenis

tumbuhan

obat

berupa

herba.

Memiliki tinggi 15-35 cm. permukaan
batang memiliki bulu halus, daun tunggal,
tepi bergerigi, ujung meruncing. Bunga
Gambar 19. Bandotan

berwarna putih, letak terminal. Menurut
Hariana (2008), daun dan batang muda

bandotan berpotensi sebagai obat penurun panas, bengkak, bisul, borok, luka,

32
Universitas Sumatera Utara

radang telinga, sakit tenggorokan dan radang selapu lendir pada batang
tenggorokan.
16.

Sukkit (Curculigo sp)
Jenis tumbuhan obat berupa perdu dengan
tinggi 80 cm. daun memiliki pertulangan
sejajar, warna hijau, permukaan kecil.
Manfaat sebagai obat sakit perut dan obat
campak untuk anak-anak. Bagian yang
Gambar 20. Sukkit

digunakan adalah daun. Untuk obat sakit
perut, cara meramunya yaitu daun direbus, lalu airnya diminum. Sedangkan untuk
obat campak cara meramunya yaitu daun segar dicuci terlebuh dahulu hingga
bersih, lalu dioleskan ke badan anak-anak yang terkena campak.
17. Senduduk (Melastoma malabathricum)
Jenis tumbuhan obat berupa perdu
dengan tinggi bisa mencapai 2,3 m.
Batang

berkayu,

daun

tunggal,

pertulangan sejajar dan berbentuk elips.
Bunga berwarna ungu. Manfaat sebagai
Gambar 21. Senduduk

obat maag. Bagian yang digunakan
adalah kulit akar, baik yang segar maupun yang sudah dikeringkan. Cara
meramunya yaitu dengan menumbuk kulit akar ditambah beras dan kemiri, lalu
direbus. Kemudian hasil rebusan diminum.

33
Universitas Sumatera Utara

18.

Senduduk buluh (Clidemia hirta)
Jenis tumbuhan obat berupa perdu yang
merupakan

anggota

dari

suku

Melastomaceae. Tumbuhan ini memiliki
tinggi mencapai 2,5 m. Batang berkayu,
permukaan berbulu halus. Daun majemuk,
ujung meruncing, permukaan atas dan
bawah terdapat bulu halus. Manfaat
Gambar 22. Senduduk buluh

sebagai obat menghentikan pendarahan pada luka lecet atau tersayat dangkal.
Bagian yang digunakan adalah daunnya.
19.

Dulpak (Endospermum diadenum)
Tumbuhan ini digunakan masyarakat
sebagai obat bisul dan kudis. Bagian daun
dari tanaman ini diambil dan ditumbuk
halus dan dioleskan di sekeliling bisul dan
kudis. Kandungan kimia yang terkandung
dalam tumbuhan ini adalah golongan
Gambar 23. Dulpak

Alkaloid dan Saponin Tata daun alternate, daun tunggal, bangun daun delta
(deltoideus), pangkal daun rompang (truncatus), tepi daun rata (entire), ujung
daun meruncing (acuminatus) permukaan daun licin (laevis), pertulangan daun
menyirip(penninervis). Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi. Biji tidak
ditemukan saat diidentifikasi. Berdasarkan tipe daun dan tipe akar maka jenis
bijinya merupakan biji berkeping dua/dikotil. Tipe perakaran tumbuhan ini adalah
tipe perakaran tunggang.

34
Universitas Sumatera Utara

20.

Pegaga (Centella asiatica)
Pegagan

merupakan

tanaman

herba

tahunan, batang berupa stolon yang
menjalar di atas permukaan tanah,
panjang 10- 80 cm. Daun tinggal
tersusun dari 2-10 daun. Helaian daun
Gambar 24. Pegaga

berbentuk ginjal, lebar dan bundar, tepi

daun beringgit sampai bergerigi, terutama ke arah pangkal daun. Pegagan tumbuh
liar dan dapat tumbuh mulai di dataran rendah hingga ketinggian 2500 mdpl baik
daerah terbuka maupun naungan. Pegagan secara tradisional digunakan untuk
penyakit kulit, sakit perut, batuk. Hal ini disebabkan pegagan memiliki kandungan
triterpenoid.
21.

Sirih (Piper betle)

Sirih merupakan tanaman menjalar dan
merambat

pada

batang

pohon

disekelilingnya dengan daunnuya yang
berbentuk

jantung,

berujung

runcing,

tumbuh berselang-seling , tekstur agak
Gambar 25. Sirih

kasar dan mengeluarkan bau bila diremas.
Tumbuhan ini dapat tumbuh dengan ketinggian 300-1000 mdpl. Secara
tradisional, daun sirih telah digunakan untuk menyembuhkan mata merah tidak
hanya itu daun sirih juga dapat menghentikan pendarahan akibat mimisan.

35
Universitas Sumatera Utara

22.

Jeruk nipis (Citrus aurantifolia)
Pohon jeruk nipis memiliki batang yang
berduri tajam dengan cabang-cabang
kecil yang banyak. Daunnya berbentuk
bulat telur berwarna hijau tua agak kaku
dengan bagian tepi agak berlekuk ke atas.
Gambar 26. Jeruk nipis

Tumbuhan

ini

berkhasiat

mengobati

amandel yang bengkak, obat anemia, obat flu, obat penurun demam, dan obat
polip.
23.

Rimbang (Solanum ferrogium)
Tanaman ini termasuk tanaman perdu
yang tumbuh tegak dengan tinggi sekitar
3 m. Batang bulat , berkayu, bercabang,
dan berduri. Daunnya tunggal, berwarna
Gambar 27. Rimbang

hijau, ujung meruncing dengan panjang

sekitar 27-30 cm dan lebar 20-24 cm. Bunga majemuk, bentuk bintang. Ekstrak
dari tumbuhan ini berguna sebagai pengobatan penyakit kulit. Buahnya juga
bermanfaat sebagai obat mata.
24.

Sabih kabang (Crassocephalum crepidioides)
Sabih kabang ialah sejenis tumbuhan
anggota Asteraceae. Terna ini umumnya
ditemukan liar sebagai gulma di tepi
jalan, kebun-kebun. Tumbuhan ini dapat
Gambar 28. Sabih kabang

hidup

pada

ketinggian

200

mdpl.

Tumbuhan ini memiliki batang yang tegak, sedikit berair dan memiliki tinggi
mencapai 100-180 cm. Helaian daun berbentuk elips hingga lonjong dengan

36
Universitas Sumatera Utara

panjang 6-18 cm dan lebar 2,5-5 cm. Tumbuhan ini memiliki manfaat sebagai
tumbuhan yang mampu mengeringkan luka sayatan.
25.

Lamtama (Lamtama camara)
Tumbuhan

ini

merupakan

herba

menahun, batang semak berkayu. Daun
berhadapan, warna hijau, bundar telur,
pinggir daun bergerigi dan berbulu halus.
Tumbuhan ini ditemukan di daerah tropis
pada lahan terbuka sebagai tumbuhan

Gambar 29. Lantama

liar. Tumbuhan ini mampu hidup di dataran rendah hingga 1700 mdpl. Tumbuhan
ini digunakan untuk menyebuhkan penyakit sesak napas, kencing nanah serta
dapat digunakan untuk obat luka.
26.

Lancing (Solanum mauritianum)
Tumbuhan semak yang mapu hidup
hingga tiga puluh tahun dan memiliki
daun

oval

berwana

kehijauan.

Tumbuhan ini dapat tumbuh pada
berbagai jenis tanah. Tanaman ini
Gambar 30. Lancing

termasuk suku Solanaceae. Tanaman ini
mengandung senyawa glykoalkaloid yang berkhasiat sebagai obat terkilir.
27.

Pulutan (Urena lobata)
Pulutan termasuk jenis tanaman berserat dari suku
kapas-kapasan yang tumbuh di daerah beriklim
tropik termasuk Indonesia. Umumnya, tumbuh
liar di halaman, ladang, tanah terlantar, dan
Gambar 31. Pulutan

37
Universitas Sumatera Utara

tempat-tempat yang banyak sinar matahari dan ditemukan sampai ketinggian 1800
mdpl. Perdu tegak, tinggi mencapai 1 m, perbanyakan banyak, seluruh bagian
ditumbuhi rambut halus, batang dan tangkainya liat, dan sukar dipatahkan. Daun
tunggal, letak berseling, helaian daun berbentuk bulat telur, ujung runcing,
pangkal membulat , tepi bergerigi, berlekuk menjari 3,5 atau 7, panjang 3-8 cm,
lebar 1-6 cm, warna daun bagian atas hijau tua, bagian bawah hijau muda. Bunga
berwarna ungu, keluar dari ketiak daun. Buahnya bulat, berkumpul 3-4, diameter
sekitar 5 mm, berambut seperti sikat, beruang 5, tiap ruang berisi 1 biji.
Perbanyakan dengan biji.
28.

Jahe (Zinger officianale)
Jahe merupakan tanaman obat berupa
tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe
termasuk

dalam

(Zingiberaceae).

suku
Terna

temu-temuan
ini

berbatang

semu, tinggi 30 cm, sampai 1 m, rimpang
Gambar 32. Jahe

bila dipotong berwarna kuning, jingga.
Daun sempit, panjang 15-23 mm, lebar 8-15 mm ; tangkai daun berbulu. Rimpang
jahe dapat dimanfaatkan sebagai anti muntah, pereda kejang, dan anti pengerasan
pembuluh darah, peluruh keringat. Tanaman ini dapat tumbuh baik dengan
ketinggian 0-2000 mdpl.

38
Universitas Sumatera Utara

29.

Terong Belanda (Solanum betaceum)
Solanum

betaceum

merupakan

jenis

tumbuhan anggota keluarga Solanaceae
yang dapat tumbuh pada ketinggian 4501700
Gambar 33. Terong belanda

mdpl.

Terung

belanda

ini

mengandung provitamin A yang baik

untuk kesehatan mata, tumbuhan ini juga mengandung antioksidan yang termasuk
dalam golongan flavonoid yang merupakan salah satu jenis antioksidan
bermanfaat mencegah kanker dan sembelit.
30. Andaliman (Zanthoxylum acanthapodium)
Andaliman merupakan semak atau pohon
kecil bercabang rendah dan tegak. Batang
dan cabangnya berwarna merah, kasar
beralur, berbulu halus dan berduri. Daun
Gambar 34. Andaliman

tersebar, bertangkai ,majemuk menyirip

beranak daun gasal, panjang 5-20 cm, dan lebar 3-15 cm. Permukaan atas daun
hijau berkilat dan permukaan bawah hijau muda atau pucat. Tumbuhan ini
berkhasiat sebagai obat sakit perut serta penambah nafsu makan.
31. Pultak-pultak (Physalis angulata)
Tumbuhan

ini

merupakan

tumbuhan

herba dengan tinggi 0,1-1 m. Daunnya
tunggal,

bertangkai,

bagian

bawah

tersebar, dia atas berpasangan, helaian
Gambar 35. Pultak-pultak

berbentuk bulat telur-bulat memanjang.

Buah ciplukan berbentuk telur, panjangnya sampai 14 mm, hijau sampai kuning
jika masak. Tumbuhan ini bisa tumbuh di daerah dengan ketinggian antara 1-1550

39
Universitas Sumatera Utara

mdpl. Akar tumbuhan umumnya digunakan sebagai obat cacing dan penurun
demam. Daunnya digunakan untuk penyembuhan patah tulang, bisul, penguat
jantung, keseleo. Buahnya untuk mengobati sakit kuning dan epilepsi. Tumbuhan
ini mengandung saponin, flavonoid, polifenol, dan fisalin
32. Cepen cepen (Saurauia madrensis)
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan
semak

yang

memiliki

tata

daun

alternate, daun tunggal, pangkal daun
membulat, serta pertulangan menyirip.
Tumbuhan ini bermanfaat sebagai obat
Gambar 36. Cepen-cepen

luka. Tumbuhan memiliki kandungan

kimia tergolong terpen dan alkaloid.
33. Kacinduduk (Homalonema propinqua)
Tumbuhan ini merupakan perdu dengan
tinggi tumbuhan 50 sampai 80 cm,
memiliki baatang berwarna hijau dan
beralur. Daun berbentuk jantung dengan
Gambar 37. Kacinduduk

ujung

runcing

dan

tepi

daun rata.

Tumbuhan ini memiliki manfaat sebagai obat luka, bagian yang digunakan ialah
batang. Tumbuhan ini mengandung alkaloid, flavonoid, tanin, dan terpenoid.
34. Pandan hutan (Pandanus sp)
Tumbuhan ini berkhasiat sebagai obat
hipertensi yang digunakan ialah pada
bagian akarnya.

Gambar 37. Pandan hutan

40
Universitas Sumatera Utara

35. Piper adancum
Tumbuhan ini merupakan liana memiliki
panjang daun 10-14 cm, lebar 5-6 cm,
pertulangan mendaun menjari, pangkal
membulat.
Gambar 39. Piper adancum

Tumbuhan

ini

berkhasiat

sebagai obat mata merah dan bagian yang

digunakan ialah batangnya. Daun mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol.
36. Buncis (phaseolus vulgaris)
Tumbuhan ini termasuk semak menjalar
dengan panjang 2-3 m memiliki batang
tegak, lunak, membelit, hijau, lonjong,
pertulangan menyirip serta memiliki akar
Gambar 40. Buncis

tunggang.

Buah

dari

tumbuhan

ini

berkhasiat sebagai peluruh air seni dan daun mudanya berfungsi untuk menambah
zat besi. Tumbuhan ini mengandung saponin dan polifenol serta flavonoid pada
daunnya.
37. Akar wangi (Vetiveria zizamodes)
Tumbuhan ini umumnya ditemukan di
pinggir jalan, tanah terbuka. Tumbuhan
herba semusim, tinggi mencapai 50 cm.
Batang tegak silinder, bercabang banyak,
Gambar 41. Akar wangi

berbuku-buku dan berkelenjar rambut.

Daun tunggal, berseling, tidak rontok. Helai daun berbentuk lanset dengan ukuran
panjang 5-20 mm dan lebar 1-4 mm, dengan ujung daun runcing, berwarna hijau
cerah. Bunga kecil berwarna putih, inseksual, interminal dan axilaris, terletak di
ujung berbentuk tandan. Buah kapsul, lonjong, diameter 2 mm, berlekuk puncak.

41
Universitas Sumatera Utara

Akarnya mengeluarkan aroma seperti menthol. Akar dimanfaatkan sebagai obat
mengatasi rematik di punggung. Daunnya dihaluskan untuk mengobati luka luar.
38.

Bawang batak (Allium fistulosum)
Tumbuhan

ini

merupakan

herba

memiliki tinggi 60-70 cm. Batang
semu, beralur, tidak bercabang, hijau
muda. Daun tunggal, berupa roset
akar, lanset, tepi rata, ujung runcing,

Gambar 42. Bawang batak

panjang ± 30 cm, lebar ± 5 mm, pertulangan sejajar, daging daun tipis, rata, hijau.
Bunga majemuk, berkelamin dua, putih. Menurut Widyaningrum et al. (2011),
daun dan akar tumbuhan bawang batak (Allium fistulosum) mengandung saponin,
tanin, dan minyak atsiri. Khasiatnya adalah sebagai obat perut kembung dan
peluruh angin perut.
39.

Pisang hutan (Musa paradisiaca)
Pisang termasuk dalam famili Musaceae.
Tanaman pisang dapat tumbuh dengan baik
pada berbagai macam topografi tanah baik
datar

Gambar 43. Pisang hutan

ataupun

tanah

miring.

Pisang

mempunyai bunga majemuk, yang tiap

kuncup bunga dibungkus oleh seludang berwarna merah kecokelatan. Bagian
yang

digunakan

untuk

tumbuhan

obat

ialah

bagian

seludang

merah

kecokelatannya atau bunganya yang berfungsi sebagai obat terkilir dengan cara
dioleskan bunganya dicampur dengan minyak .

42
Universitas Sumatera Utara

40.

Wedilia trilobata
Tumbuhan

merupakan

family

Asteraceae dan berupa terna memiliki
tinggi 30-50 cm, bunga majemuk
bentuk bongkol, keluar dari ujung
Gambar 44. Wedilia trilobata

tangkai berwarna kuning. Bagian yang

digunkan ialah rimpangnya. Tumbuhan ini memiliki kandungan saponin,
flavonoid, serta minyak atsiri. Tumbuhan ini berkhasiat sebagai anti radang dan
pereda demam dan obat hepatitis
Penilaian Ekonomi (Valuasi Ekonomi)

Hasil perhitungan potensi tumbuhan obat di Hutan Kemasyarakatan,
Kecamatan Ajibata senilai Rp 8.449.000,-. Nilai ekonomi potensi tumbuhan obat
ini dihitung dengan menggunakan pendekatan harga pasar seluruh jenis tumbuhan
obat yang ada di Hutan Kemasyarakatan.

43
Universitas Sumatera Utara

dulpak
Jahe
Jeruk nipis
Kantong semar
Kunyit
Lamtama
Jenis Tumbuhan Obat

Gambar 45. Valuasi Ekonomi Tumbuhan Obat

Kacinduduk

Lancing
Lenga-lenga
Nenas
Pandan hutan
Pegaga
Piper adancum
Pirdot
Pisang
Pultak-pultak
Pulutan
Putri malu
Rias
Rimbang
Sabi kabang
Senduduk

Senduduk buluh
Serai
Singkut
Sirih
Talas
Tempuh wiyang
Temulawak
Terong belanda

44

Universitas Sumatera Utara

Sibagore

900

Widelia…

800

Cepen-cepen

700

Bunga paet-paet

600

Buncis

500

Bawang batak

400

Bangun-bangun

300

Bandotan

200

Andaliman

100

0
Akar wangi

1000

Harga (Rp)

Berdasarkan gambar 45. Menunjukkan bahwa jenis andaliman dan senduduk
buluh memiliki nilai yang tinggi. Hal ini disebabkan karena andaliman memiliki
nilai pasar yang tinggi yang termasuk tumbuhan khas di daerah batak sedangkan
senduduk buluh keberadaannya yang paling mendominasi pada Hutan
Kemasyarakatan
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pedagang tumbuhan obat,
tumbuhan obat memiliki harga yang relatif murah dikarenakan produk yang
digunakan secara langsung, namun bila produk tumbuhan obat tersebut dibeli
dalam ekstraksi maka akan meningkatkan nilai tambah pada tumbuhan obat.
Tumbuhan obat juga tidak dapat berdiri sendiri dalam mengobati suatu penyakit
dikarenakan dalam satu tumbuhan obat memiliki kandungan zat yang saling
bergantung antar satu tumbuhan obat dengan yang lainnya atau dengan kata lain
berkhasiat bila penggunaannya digabung.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan harga pasar di pancur batu lebih
murah per jenisnya dibandingkan harga pasar di kabanjahe. Hal ini dikarenkan
semakin dekat jarak pengambilan tumbuhan obat dengan pasar maka semakin
murah harga yang ditawarkan untuk jenis tumbuhan obat. Menurut Bahruni
(1999) menyatakan belum tersedianya informasi nilai (harga) mutlak dari hasil
hutan non kayu khususnya tumbuhan obat disebabkan karena produk barang/jasa
hutan tidak seragam/tidak standar, karena merupakan hasil alam, sehingga sulit
dibuat harga standar yang berlaku umum.
Berdasarkan jenis yang telah diinventarisasi, jenis tumbuhan yang
memiliki nilai ekonomi yang sudah dikenal ialah jahe, kunyit dan temulawak.
Menurut analisis data (2009) tentang sub sektor tanaman rempah dan obat-obatan

Universitas Sumatera Utara

di Kecamatan Poncokusumo, tumbuhan jahe merupakan produk yang termasuk
dalam

komodoti

unggulan

namun

demikian

kualitas,

kuantitas

dan

kontinyuitasnya masih memprihatinkan. Oleh karena itu sangat memerlukan
perhatian dan pembinaan dalam semua aspek, mengingat potensi jenisnya relatif
tinggi.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1.

Diperoleh 40 jenis tumbuhan obat di Hutan Kemasyarakatan, Desa Motung,
Spesies tumbuhan obat yang paling banyak ditemukan ialah senduduk buluh
(Clidermia hirta) yaitu sebanyak 421 jenis dengan nilai kerapatan tertinggi
27,52 dan terendah

2.

Hutan kemasyarakatan untuk potensi tumbuhan obat memiliki nilai ekonomi
sebasar Rp 8.449.000,-

Saran
Nilai ekonomi potensi tumbuhan obat di Hutan Kemasyarakatan yang
didapat dari penelitian ini bukanlah nilai keseluruhan masih banyak potensi yang
dimiliki Hutan Kemasyarakatan bila yang diniliai ekstraksi dari tumbuhan obat
tersebut. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui nilai
ekonomi potensi tumbuhan obat dalam ekstraksi.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan Tumbuhan Obat
Masyarakat Indonesia sudah mengenal obat dari jaman dahulu, khususnya
obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Seiring meningkatnya pengetahuan
jenis penyakit, semakin meningkat juga pengetahuan tentang pemanfaatan
tumbuhan untuk obat-obatan. Namun demikian, sering terjadi pemanfaatan ini
dilakukan secara berlebihan sehingga populasinya di alam semakin menurun.
Tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercayai
mempunyai khasiat obat (Zuhud, 2009).
Tumbuhan tersebut dikelompokkan menjadi : 1) tumbuhan obat
tradisional, 2) tumbuhan obat modern, dan 3) tumbuhan obat potensial. Tumbuhan
obat tradisional adalah spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercayai
masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat
tradisional. Tumbuhan modern adalah spesies tumbuhan obat yang secara ilmiah
telah dibuktikan mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan
penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis. Tumbuhan obat
potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga mengandung senyawa/bahan
bioaktif yang berkhasiat obat tetapi belum dibuktikan secara ilmiah medis atau
penggunaannya sebagai bahan obat tradisional sulit ditelusuri (Zuhud et al.,1991).
Laju permintaan produk berbasis tanaman obat terkait erat dengan tingkat
penggunaan oleh masyarakat. Peningkatan penggunaan obat herbal mempunyai
dua dimensi korelatif, yaitu aspek medik terkait dengan penggunaannya yang
sangat luas di seluruh dunia, dan aspek ekonomi yang terkait dengan nilai tambah
dan peningkatan perekonomian masyarakat (Sampurno, 2007).
4
Universitas Sumatera Utara

Pada sisi pasokan, sebagian besar bahan baku obat yang berasal dari
tumbuhan dipanen secara langsung dari alam, hanya sebagian kecil yang telah
dibudidayakan. Kendala yang dihadapi untuk tanaman obat yang telah
dibudidayakan adalah fluktuasi produksi disebabkan belum diterapkannya
budidaya yang baik, mutu produk yang bervariasi, serta skala usaha yang kecil
dan terpencar-pencar. Sedangkan pemanenan tanaman obat langsung dari habitat
alaminya

telah

mengancam

kelestarian

beberapa

jenis

tanaman

obat

(Karmawati et al, 1996).
Tumbuhan Obat
Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang mengandung bahan yang dapat
digunakan sebagai pengobatan dan bahan aktifnya dapat digunakan sebagai bahan
obat sintetik. Diperkirakan dari 30.000 jenis tumbuhan di Indonesia, 2500 jenis
diantaranya merupakan tumbuhan obat, namun baru sekitar 300 jenis yang telah
digunakan untuk berbagai keperluan industri obat tradisional (Syakir, 2006).
Produk simplisia tumbuhan obat berdasarkan bagian-bagiannya yang
diperlukan untuk pembuatan obat adalah :
1. Daun-daunnya (Simplisia daun/Folium)
2. Akar dan akar tingalnya saja (Simplisia Akar/Radix)
3. Kulit (Simplisia Kulit/Cortex)
4. Batang tanamannya (Simplisia Batang/Folium)
5. Bunga (Simplisia Bunga/Flos)
6. Buah (Simplisia Buah/Fructus)
7. Biji-bijian (Simplisia Biji/semen)
(WHO dalam Sofowora, 1982).

5
Universitas Sumatera Utara

KPHL Model Tobasa Unit XIV
Berdasarkan data yang diperoleh dari website KPH, KPHL Model Toba
Samosir Unit XIV, terletak pada 98054’25’’- 99040’33’’ Bujur Timur dan antara
2039’04’’ – 200’14’’ Lintang Utara. Penetapan KPHL Model Toba Samosir Unit
XIV yang terletak di Kabupaten Toba Samosir sesuai keputusan Menteri
Kehutanan Nomor SK. 867/Menhut-II/2013 tanggal 5 Desember 2013 seluas
87.247 Ha, yang terdiri dari hutan lindung (HL) seluas 75.762 Ha, hutan produksi
terbatas (HPT) seluas

6.294 Ha, dan hutan Produksi (HP) seluas 5.191 Ha

Namun, pada tanggal 24 Juni 2014, Menteri Kehutanan RI mengeluarkan SK
Nomor : SK/579/Menhut-II/2014 mengenai Kawasan Hutan di Sumatera Utara
dengan demikian, maka luas KPHL Model Toba Samosir Unit XIV menjadi
seluas kurang lebih 56.621,84 Ha (Kementerian Kehutanan, 2013).
Hutan Kemasyarakatan (HKm)
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan perkebunan No.
677/Kpts-II/1998, hutan kemasyarakatan adalah hutan negara yang dicadangkan
atau ditetapkan oleh menteri untuk dikelola oleh masyarakat yang tinggal di
dalam dan di sekitar hutan dengan tujuan pemanfaatan hutan secara lestari sesuai
dengan fungsinya dan menitikberatkan kepentingan mensejahterakan masyarakat.
Pemahaman

masyarakat

tentang

program

Hutan

Kemasyarakatan

dimaknai sebagai kesempatan untuk mendapatkan hak penguasaan lahan di dalam
kawasan hutan sebagai sumber ekonomi keluarga. Akibatnya masyarakat
cenderung berprilaku eksploitatif untuk memaksimalkan manfaat ekonomi lahan.
Pemahaman tersebut diwujudkan melalui pola tanam dengan memilih jenis-jenis
tanaman yang dapat berproduksi jangka pendek dan kontinyu (jenis tanaman

6
Universitas Sumatera Utara

musiman) dan tanaman yang berproduksi secara kontinyu dan bernilai ekonomi
tinggi (jenis tanaman tahunan) ( Mukhtar, 2010).
Peranan Tumbuhan Obat
Peran tumbuhan bagi kehidupan manusia sangatlah penting, maka
pengetahuan mengenai aktifitas biologis yang ditimbulkan oleh senyawa
metabolit sekunder yang berasal d