Distribusi sumber mata pencaharian yang ditekuni petani sampel diluar usahatani kopi Arabika sebagai mata pencaharian primadona atau sumber pendapatan utama
keluarga petani sampel dapat diamati pada tabel 15 berikut ini,
Tabel 15. Distribusi Sumber Pendapatan Petani Sampel di Desa Tanjung Beringin, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi, Tahun 2011.
No. Jenis
Mata Pencaharian Jumlah Prosentase
Jiwa 1.
Hanya Mengusahakan Usahatani Kopi Arabika Tanpa Sampingan
3 7,14
2. Usahatani Non-Kopi Arabika
39 92,86
a. Usahatani Cabai Hijau
22 52,38
b. Usahatani Cabai Rawit
16 38,09
c. Usahatani Jagung
6 14,28
d. Usahatani Sawi Putih
12 28,57
e. Usahatani Tembakau
6 14,28
f. Usahatani Tomat
10 23,81
g. Usahatani Ubi Jalar
4 9,52
h. Usahatani Ubi Kayu
8 19,05
3. Kegiatan Produktif Diluar Usahatani
18 42,86
a. Buruh Tani
4 9,52
b. Beternak
7 16,67
c. Berdagang
4 9,52
d. Usaha Jasa
4 9,52
Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 10. Melalui tabel 15 dapat dilihat bahwa dari 42 petani sampel pada penelitian ini
ternyata hanya 3 petani saja sekitar 7,14 dari seluruh petani sampel yang tidak memiliki mata pencaharian tambahan disamping usahatani kopi Arabika sebagai
mata pencaharian utama. Artinya ketiga petani tersebut hanya menggantungkan hidup keluarganya dari hasil usahatani kopi Arabika yang mereka miliki.
Sementara itu, 39 petani sampel lainnya sekitar 92,86 dari seluruh petani sampel memiliki mata pencaharaian tambahan disamping usahatani kopi Arabika
sebagai mata pencaharian utama. Mata pencaharian tambahan tersebut dibagi kedalam dua kategori, yakni, usahatani nonkopi Arabika dan kegiatan produktif
lain diluar usahatani.
Dari usahatani nonkopi Arabika terdapat 8 jenis usahatani yang dimiliki oleh petani sampel dimana sebanyak 22 petani memiliki usahatani cabai hijau sekitar
52,38, 16 petani memiliki usahatani cabai rawit sekitar 38,09, 6 petani memiliki usahatani jagung sekitar 14,28, 12 petani memiliki usahatani sawi
putih sekitar 28,57, 6 petani memiliki usahatani tembakau sekitar 14,28, 10 petani memiliki usahatani tomat sekitar 23,81, 4 petani memiliki usahatani
ubi jalar sekitar 9,52, 8 petani memiliki usahatani ubi kayu sekitar 19,05. Dari kedelapan usahatani tersebut ternyata ada 2 usahatani yang paling banyak
diusahakan oleh petani sampel, yakni, cabai hijau dan cabai rawit. Hal ini dikarenakan petani sampel di daerah penelitian memiliki pola tanam tumpang sari
antara tanaman kopi Arabika, baik dengan tanaman cabai hijau maupun cabai rawit. Ini bertujuan untuk mengurangi biaya produksi petani sampel, terutama
dalam hal pembeliaan pupuk untuk tanaman kopi Arabika, karena tanaman kopi Arabika mereka sudah mendapatkan asupan pupuk yang cukup dari pemberian
pupuk terhadap tanaman cabai hijau maupun cabai rawit sehingga petani sampel tidak perlu lagi membeli pupuk tambahan untuk tanaman kopi Arabika mereka.
Sementara itu, kegiatan produktif lain diluar usahatani yang digeluti oleh petani
sampel juga cukup beragam dimana 4 petani bekerja sebagai buruh tani sekitar 9,52, 7 petani memiliki usahaternak sekitar 16,67, 4 petani melakukan
kegiatan berdagang sekitar 9,52, 4 petani memiliki usaha jasa sekitar 9,52. Selanjutnya untuk lebih memahami keragaman sumber-sumber pendapatan petani
diluar usahatani kopi Arabika maka perlu diamati bagaimana distribusi mata pencaharian tambahan petani sampel diluar usahatani kopi Arabika.
Tabel 16. Distribusi Sumber Pendapatan Tambahan Petani Sampel Diluar Usahatani Kopi Arabika di Desa Tanjung Beringin, Kecamatan Sumbul,
Kabupaten Dairi, Tahun 2011.
No. Jumlah Cabang Usaha
Tambahan Jumlah Prosentase
Jiwa
1. 3
7,14 Hanya Mengusahakan Usahatani Kopi Arabika
2. 1
3 7,14
3. 2
14 33,33
4. 3
17 40,48
5. 4
4 9,53
6. 5
1 2,38
Jumlah 42
100,00
Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 13. Dari tabel 16 diketahui bahwa petani yang tidak memiliki mata pencaharian
tambahan diluar usahatani kopi Arabikanya ada sebanyak 3 petani atau sekitar 7,14 dari seluruh petani sampel. Jumlah petani ini sama dengan jumlah petani
yang hanya memiliki 1 mata pencaharian tambahan diluar usahatani kopi Arabika mereka. Jumlah cabang mata pencaharian tambahan terbanyak yang dimiliki
petani sampel ialah 5 cabang usaha tambahan, namun petani yang memiliki jumlah cabang usaha tambahan tersebut hanya ada 1 petani atau sekitar 2,38
dari seluruh petani sampel. Jumlah petani sampel yang memiliki 3 cabang mata pencaharian tambahan
merupakan jumlah petani sampel terbanyak, yakni, 17 petani atau sekitar 40,48 dari seluruh petani sampel. Sementara itu, jumlah petani sampel yang memiliki 2
cabang mata pencaharian tambahan dan 4 cabang mata pencaharian tambahan masing-masing sebanyak 14 petani sekitar 33,33 dan 4 petani sekitar 9,53.
Dengan demikian, hipotesis pertama yang menyatakan bahwa sumber-sumber pendapatan petani kopi Arabika diluar usahatani kopi Arabika didaerah penelitian
cukup beragam dapat diterima.
V.2. Analisis Pendapatan Usahatani Kopi Arabika Dan Kontribusinya
Terhadap Total Pendapatan Keluarga Petani Kopi Arabika
Pendapatan dari usahatani kopi Arabika maupun dari usaha lain diluar usahatani kopi Arabika pada penelitian ini diperoleh berdasarkan data-data primer dari 42
petani sampel melalui hasil wawancara langsung dengan daftar kuesioner. Pendapatan ini merupakan pendapatan yang diperoleh petani sampel selama tahun
2011, dimulai dari proses prapanen hingga pascapanen. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan dari usahatani kopi Arabika ialah besarnya penerimaan
dari usahatani kopi Arabika yang dilihat dari hasil produksi kopi Arabika dikali dengan harga jual kopi Arabika, kemudian dikurangi dengan total biaya selama
proses produksi kopi Arabika.
V.2.1. Penerimaan Usahatani Kopi Arabika
Penerimaan petani sampel dari usahatani kopi Arabika sangat dipengaruhi oleh harga jual kopi Arabika yang diterima oleh petani sampel dimana penerimaan
petani sampel diperoleh dengan mengalikan hasil produksi kopi Arabika dalam bentuk kg dengan harga jual kopi Arabika per-kg sehingga hasil dari perhitungan
tersebut dinamakan penerimaan. Harga jual kopi Arabika didaerah penelitian mengalami kenaikan yang cukup drastis dimulai dari tahun 2002 dimana harga
jual untuk biji merah sebesar Rp.7000kg dan harga jual untuk biji putih sebesar Rp.21.000kg. Sebelum tahun 2002, harga jual untuk biji merah sebesar
Rp.3000kg dan untuk biji putih sebesar Rp.11.000kg – Rp.13.000kg. Didaerah penelitian, petani sampel hanya bertindak sebagai price taker karena harga jual
kopi Arabika ditentukan oleh agen pengumpul maupun perusahaan yang membeli biji kopi Arabika dalam bentuk biji merah.
Petani sampel didaerah penelitian menjual hasil produksi kopi Arabikanya dalam bentuk biji putih maupun biji merah. Dari 42 petani sampel, ada 13 petani yang
menjual hasil produksinya dalam bentuk biji merah. Sedangkan 29 petani lainnya menjual dalam bentuk biji putih. Perbedaan bentuk penjualan ini dikarenakan oleh
beberapa faktor, seperti, umur tanaman, pengurangan biaya produksi hingga pemudahan proses produksi. Petani sampel yang menjual hasil produksinya dalam
bentuk biji merah hanya menjualnya kepada sebuah perusahaan swasta yang bergerak dibidang pengolahan dan ekspor biji kopi. Perusahaan tersebutlah yang
menentukan harga jual biji merah kepada petani sampel sebesar Rp.7000kg. Petani sampel yang menjual hasil produksinya dalam bentuk biji putih mengelola
biji merah mereka dengan menggunakan mesin penggiling kemudian petani menjemur hasil penggilingan tersebut diatas plastik terpal panjang yang
diletakkan di areal terbuka agar mendapat cahaya matahari yang cukup. Apabila kualitas biji merahnya bagus maka 100 kg biji merah dapat menghasilkan 40 kg
biji putih, sedangkan untuk kualitas yang kurang bagus maka 100 kg merah hanya dapat menghasilkan 30 kg biji putih. Untuk lebih jelas lagi mengenai rata-rata
penerimaan yang diterima oleh petani sampel dapat dilihat pada tabel 17 berikut,
Tabel 17. Rata-Rata Penerimaan dan Produksi Kopi Arabika Petani Sampel Per-Petani dan Per-Rante Selama Tahun 2011 di Desa Tanjung Beringin,
Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi.
No. Bentuk
Produksi Kategori
Rata-Rata Produksi
Rata-Rata Penerimaan
Kg Rp.
1. Biji Merah
Per-Petani 2.107,69 Rp.14.753.846,15
Per-Rante 123,15
Rp.921.973,23 2.
Biji Putih Per-Petani
1.445,07 Rp.30.346.448,28 Per-Rante
78,11 Rp.1.825.017,75
Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 3.
Dari tabel 17 dapat disimpulkan bahwa untuk kategori per-petani, rata-rata produksi biji merah selama tahun 2011 ialah 2.107,69 kg dengan rata-rata
penerimaan sebesar Rp.14.753.846,15tahun atau sekitar Rp.1.229.487,18bulan. Sedangkan rata-rata produksi biji putih selama tahun 2011 ialah 1.445,07 kg
dengan rata-rata penerimaan sebesar Rp.30.346.448,28tahun atau sekitar Rp.2.528.870,69bulan. Untuk kategori per-rante, rata-rata produksi biji merah
selama tahun 2011 ialah 123,15 kg dengan rata-rata penerimaan sebesar Rp.862.022,47tahun atau sekitar Rp.71.835,21bulan. Sedangkan rata-rata
produksi biji putih selama tahun 2011 ialah 78,11 kg dengan rata-rata penerimaan sebesar Rp.1.640.348,56tahun atau sekitar Rp.136.695,71bulan.
V.2.2. Total Biaya Produksi Usahatani Kopi Arabika
Total biaya produksi usahatani kopi Arabika merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani sampel selama proses produksi tanaman kopi Arabika yang mencakup
biaya penyusutan peralatan pertanian, biaya penggunaan sarana produksi berupa pupuk dan herbisida, upah tenaga kerja, dan biaya PBB. Biaya penyusutan yang
diperhitungkan ialah biaya penyusutan seluruh alat-alat pertanian yang digunakan petani sampel dalam proses produksi tanaman kopi Arabikanya selama tahun
2011. Penyusutan alat-alat pertanian ini dihitung dengan menggunakan rumus straight-line method. Sedangkan untuk biaya sarana produksi yang diperhitungkan
disini merupakan biaya yang dikeluarkan petani sampel untuk pembelian pupuk dan herbisida selama tahun 2011. Adapun jenis pupuk yang digunakan petani
sampel untuk meningkatkan hasil produksinya, antara lain, Kompos, Poska, Urea, RZ, TSP, SP-36. Sedangkan untuk herbisida, petani sampel hanya menggunakan
satu jenis herbisida, yakni, Gromoxon dengan dosis 10–15 ml untuk 1 rante lahan.
Untuk upah tenaga kerja, peneliti hanya menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan petani sampel terhadap tenaga kerja diluar keluarga TKLK selama
tahun 2011, sedangkan untuk tenaga kerja didalam keluarga TKDK tidak ada perhitungan biaya. Besarnya upah tenaga kerja tergantung pada jenis pekerjaan
yang dilakukan. Untuk kegiatan pemupukan, petani sampel memberikan upah Rp.30.000–Rp.40.000orang dalam sekali kegiatan. Untuk kegiatan pemeliharaan,
petani sampel memberikan upah sekitar Rp.20.000–Rp.32.000orang dalam sekali pekerjaan. Untuk kegiatan panen, petani sampel memberikan upah sekitar
Rp.25.000–Rp.40.000orang dalam sekali kegiatan panen. Besarnya biaya PBB yang dikeluarkan petani sampel tergantung pada luas lahan
dan lokasi lahan yang dimiliki. Semakin dekat lokasi suatu lahan dengan jalan lintas sumatera maka biaya PBB-nya akan semakin mahal pula. Biaya PBB yang
dikeluarkan petani sampel berkisar antara Rp.500–Rp.900rante dalam satu tahun. Total biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani sampel dapat dilihat pada
lampiran 8. Sedangkan rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan petani sampel selama tahun 2011 dapat diamati pada tabel 18 berikut ini,
Tabel 18. Rata-Rata Total Biaya Produksi Kopi Arabika Petani Sampel Selama Tahun 2011 di Desa Tanjung Beringin, Kecamatan Sumbul,
Kabupaten Dairi.
No. Jenis Biaya Rata-Rata Biaya Produksi
Per-Petani Prosentase
Per-Rante Prosentase
Rp. Rp.
1. Penyusutan
Rp.399.723,81 6,68
Rp34.047,96 10,57
2. Saprodi
Rp.4.862.719,76 81,32
Rp241.309,09 74,94
a. Pupuk
Rp4.712.029,28 78,80
Rp233.707,94 72,58
b. Herbisida
Rp150.690,48 2,52
Rp7.601,15 2,36
3. Tenaga Kerja
Rp.704.333,34 11,78
Rp45.943,48 14,27
4. PBB
Rp.12.958,69 0,22
Rp693,45 0,22
Jumlah Rp.5.979.735,60
100,00 Rp.321.993,98 100,00
Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 8.
Dari tabel 17 dapat disimpulkan bahwa untuk kategori per-petani, rata-rata biaya produksi petani sampel terbesar selama tahun 2011 ialah biaya untuk penggunaan
sarana produksi saprodi yang terbagi atas 2 jenis pengeluaran, yakni, pupuk sebesar Rp.4.712.029,28 dan herbisida sebesar Rp.150.690,48. Biaya ini diikuti
oleh biaya tenaga kerja sebesar Rp.704.333,34, biaya penyusutan peralatan pertanian sebesar Rp.399.723,81 dan biaya PBB sebesar Rp.12.958,69.
Sama halnya dengan kategori per-petani, rata-rata biaya produksi petani sampel
terbesar untuk kategori per-rante ialah biaya untuk penggunaan sarana produksi yang juga terbagi atas 2 jenis pengeluaran, yakni, pupuk sebesar Rp.260.744,71
dan herbisida sebesar Rp.8.338,60. Biaya ini diikuti oleh biaya tenaga kerja sebesar Rp.38.974,97, biaya penyusutan peralatan pertanian sebesar Rp.22.119,10
dan biaya PBB sebesar Rp.717,08.
V.2.3. Pendapatan Usahatani Kopi Arabika
Pendapatan usahatani merupakan selisih dari total penerimaan yang diperoleh petani dengan jumlah biaya produksi selama proses produksi berlangsung. Seperti
diketahui bahwa sebagian dari total penerimaan yang diperoleh petani sampel dari usahatani kopi Arabikanya merupakan pengembalian atas biaya yang dikorbankan
petani sampel dalam penggunaan faktor-faktor produksi dan sisanya merupakan pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani kopi Arabikanya. Harapan petani
ialah total penerimaan tersebut paling tidak sama dengan biaya produksi yang telah dikeluarkan sehingga usahatani kopi Arabikanya tidak merugi. Pada tabel 19
berikut ini diperlihatkan rata-rata pendapatan petani sampel dari usahatani kopi Arabika didaerah penelitian.
Tabel 19. Rata-rata Pendapatan Petani Sampel dari Usahatani Kopi Arabika Selama Tahun 2011 di Desa Tanjung Beringin, Kecamatan Sumbul,
Kabupaten Dairi.
No. Bentuk
Produksi Kategori
Pendapatan Rata-Rata
Pendapatan Rp.
1. Biji Merah
Per-Petani Rp.10.623.851,92
Per-Rante Rp.689.878,30
2. Biji Putih
Per-Petani Rp.23.537.518,28
Per-Rante Rp.1.462.724,19
Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 9.
Dari tabel 19 dapat disimpulkan bahwa untuk kategori pendapatan per-petani, rata-rata pendapatan petani sampel yang memproduksi biji merah selama tahun
2011 ialah Rp.10.623.851,92tahun atau sekitar Rp.885.321,00bulan. Sedangkan rata-rata pendapatan petani sampel yang memproduksi biji putih selama tahun
2011 ialah Rp.23.537.518,28tahun atau sekitar Rp.1.961.459,86bulan. Untuk kategori pendapatan per-rante, rata-rata pendapatan petani sampel yang
memproduksi biji merah selama tahun 2011 ialah Rp.620.719,44tahun atau sekitar Rp.51.726,62bulan. Sedangkan rata-rata pendapatan petani sampel yang
memproduksi biji putih selama tahun 2011 ialah Rp.1.272.298,29tahun atau sekitar Rp.106.024,86bulan. Sebagai perbandingan dapat pula kita amati rata-rata
keseluruhan pendapatan petani sampel dari usahatani kopi Arabikanya tanpa melihat bentuk produksi kopi Arabika pada tabel 20 berikut ini,
Tabel 20. Rata-Rata Keseluruhan Pendapatan Petani Sampel dari Usahatani Kopi Arabika Selama Tahun 2011 di Desa Tanjung Beringin, Kecamatan
Sumbul, Kabupaten Dairi.
No. Kategori
Pendapatan Rata-Rata
Pendapatan Tahun Rata-Rata
Pendapatan Bulan Rp.
Rp.
1. Per-Petani
Rp.19.540.431,07 Rp.1.628.369,26
2. Per-Rante
Rp.1.223.509,99 Rp.101.959,17
Total Pendapatan 42 Petani Sampel Rp.820.698.105,00
Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 8.
Dari tabel 20 dapat disimpulkan bahwa untuk kategori pendapatan per-petani, rata-rata keseluruhan pendapatan petani sampel dari usahatani kopi Arabika dalam
1 tahun ialah Rp.19.540.431,07 atau sekitar Rp.1.628.369,26bulan. Sedangkan, untuk kategori pendapatan per-rante, rata-rata keseluruhan pendapatan petani
sampel dari usahatani kopi Arabika dalam 1 tahun ialah Rp.1.081.288,68 atau sekitar Rp.90.107,39bulan.
V.2.4. Kontribusi Pendapatan Usahatani Kopi Arabika Terhadap Total
Pendapatan Keluarga Petani Kopi Arabika
Dari hasil penelitian terhadap 42 petani sampel diperoleh informasi bahwa selain mengusahakan usahatani kopi Arabika, petani sampel juga mengusakan usahatani
nonkopi Arabika, seperti, usahatani cabai hijau, cabai rawit, jagung, sawi putih, tembakau, tomat, ubi jalar, ubi kayu. Disamping itu, petani sampel juga menekuni
bidang pekerjaan lain diluar kegiatan berusahatani, seperti, buruh tani, beternak, berdagang serta memiliki suatu usaha jasa. Hal ini disebabkan oleh tuntutan hidup
keluarga petani sampel dalam memenuhi kebutuhan keluarga yang semakin kompleks sehingga petani sampel dapat meningkatkan taraf hidup keluarganya.
Adapun rata-rata total pendapatan petani sampel dari usahatani kopi Arabika,
usahatani nonkopi Arabika, serta dari kegiatan produktif lain diluar usahatani selama tahun 2011 ialah Rp.29.748.581,07tahun dengan range pendapatan antara
Rp.6.213.740,00tahun hingga Rp.89.232.975,00tahun. Pendapatan inilah yang digunakan petani sampel untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya serta
sebagai modal untuk melanjutkan berbagai bidang pekerjaan yang ditekuni oleh petani sampel. Untuk lebih jelas lagi mengenai kontribusi masing-masing sumber
pendapatan petani dapat kita amati pada tabel 21 berikut ini,
Tabel 21. Kontribusi Masing-Masing Sumber Pendapatan Petani Sampel Terhadap Total Pendapatan Petani Sampel Selama Tahun 2011 di Desa
Tanjung Beringin, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi.
No. Jenis
Mata Pencaharian Rata-Rata Pendapatan Prosentase
Rp. 1.
Usahatani Kopi Arabika Rp.19.540.431,07
65,68 2.
Usahatani Non-Kopi Arabika Rp.7.704.383,33
25,90
a. Usahatani Cabai Hijau
Rp.3.389.083,33 11,40
b. Usahatani Cabai Rawit
Rp.1.368.595,24 4,60
c. Usahatani Jagung
Rp.195.238,10 0,65
d. Usahatani Sawi Putih
Rp.533.380,95 1,80
e. Usahatani Tembakau
Rp.1.426.190,48 4,80
f. Usahatani Tomat
Rp.346.452,38 1,16
g. Usahatani Ubi Jalar
Rp.102.619,05 0,34
h. Usahatani Ubi Kayu
Rp.342.823,81 1,15
3. Kegiatan Produktif Diluar Usahatani