BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Analisis Produktivitas Dan Umur Tanaman Terhadap Pendapatan Petani Kopi Arabika ( Studi Kasus: Desa Tanjung Beringin Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka 2. 1. Tinjauan Agronomis Secara umum terdapat dua jenis biji kopi, yaitu Arabika dan Robusta. Sejarah

  mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan be yang lalu. Kopi kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi salah satu minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat. Indonesia sendiri telah mampu memproduksi lebih dari 400 ribu ton kopi peri samping rasa dan aromanya yang menarik, kopi juga dapat menurunkan risiko terkena penyakitAAK, 2009 ).

  Tumbuhan kopi (Coffea Sp.) termasuk familia Rubiaceae yang dikenal mempunyai 500 jenis dengan tidak kurang dari 600 spesies. Genus Coffea merupakan salah satu genus penting dengan salah satu diantara spesiesnya yang mempunyai nilai ekonomi dan dikembangkan secara komersial yaitu kopi arabika dengan nama latin Coffea

  

Arabica L. Jenis kopi ini merupakan jenis tertua yang dikenal dan dibudidayakan

  dunia Beberapa sifat penting kopi Arabika adalah:

  1) Menghendaki daerah dengan ketinggian antara 700-1700 m dpl, dan suhu 16-20º C.

  2) Menghendaki daerah yang mempunyai iklim kering atau bulan kering 3 bulan/tahun secara berturut-turut, yang sesekali mendapat hujan kiriman.

  3) Umumnya peka terhadap serangan penyakit Hemeleia vastatrix, terutama bila ditanam di dataran rendah atau kurang dari 500 dpl.

  4) Rata-rata produksi sedang sekitar 4,5-5 kw/ha/tahun, tetapi mempunyai kualitas dan harga yang relatif lebih tinggi dari kopi lainnya. Dan bila dikelola secara intensif produksinya bisa mencapai 15-20 kw/ha/tahun.

5) Umumnya panen raya terjadi dalam setahun.

  (Nadjiyati, 2004).

  Jika dibandingkan dengan varietas biji kopi yang lain misalnya kopi Robusta, kopi Arabika memiliki kualitas yang lebih tinggi karena biji kopi ini mempunyai sekitar setengah dari kafein yang ditemukan dalam biji Robusta. Biji kopi Arabika yang dapat tumbuh di dataran tinggi melakukan proses panen yang sangat halus karena perawatan yang terus-menerus dalam fase pertumbuhan, maka kualitas yang dihasilkan yaitu tingkat keasaman yang seimbang dan cita rasa yang ringan. Kualitas kopi yang baik diperoleh dari buah kopi yang telah matang dan proses pengolahan yang tepat. Pemanenan buah kopi yang matang mempengaruhi 50% kualitas kopi. Sementara itu pengolahan pasca panen yang tepat mempegaruhi 50% kualitas kopi. Sehingga penanganan pada masing-masing proses tersebut harus dikerjakan secara tepat dan selalu diawasi kualitasnya (Panggabean, 2011).

  Untuk memperoleh hasil bermutu tinggi buah kopi dipetik setelah matang, Tanaman kopi umumnya akan mulai berbunga setelah berumur ± 2 tahun. Keluarnya bunga tidak terjadi secara serempak. Oleh karena itu buah kopi dipetik secara bertahap. Panen raya bisa berlangsung selama 4-5 bulan dengan giliran pemetikan pertanaman 10-14 hari. Setiap pohon kopi bisa menghasilkan 0.5-5 kg biji kopi, tergantung dari umur tanaman dan bagaimana cuaca pada tahun tersebut, misal curah hujannya cukup atau tidak dan sebagainya. Buah kopi biasanya dipasarkan dalam bentuk kopi beras, yaitu kopi kering yang sudah terlepas dari daging buah dan kulit arinya. Kadar air kopi beras optimum adalah 10-13%. Bila kadar air kopi beras lebih dari 13% biasanya akan mudah terserang cendawan, sedangkan bila kurang dari 10% akan mudah pecah (Tim Tani Karya Mandiri, 2010).

  Pemupukan yang dilakukan umumnya 2 kali dalam setahun yaitu pada saat awal musim hujan dan di akhir musim hujan dengan tujuan untuk meningkatkan produksi tanaman. Pada tahun pertama setiap tanaman dipupuk dengan urea sebanyak 50g, SP- 36 25g, dan KCL 20g, semakin tinggi umur tanaman maka semakin banyak dosis pupuk yang diberikan agar mengahasilkan masa kemasakan buah yang bagus dan kualitas yang bagus pula. Penanaman pohon pelindung sangat diperlukan dalam membangun sebuah perkebunan kopi khususnya untuk tanaman kopi Arabika jumlah pohon pelindung lebih sedikit dibandingkan dengan perkebunan kopi Robusta. Pohon pelindung berfungsi sebagai pupuk hijau. Untuk pemangkasan dilakukan pada awal atau akhir musim hujan setelah pemupukan ini dilakukan agar tanaman tidak mudah terserang penyakit serta kuantitas buah yang dihasilkan tidak sedikit (Anggara, 2011).

  Di Indonesia tanaman kopi, dibudidayakan oleh rakyat dan perkebunan besar di beberapa tempat, antara lain DI Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Timor Leste. Dari keseluruhan sentra produksi tersebut produksi kopinya mencapai 88,37% dari total produksi Indonesia. Tanaman kopi yang dirawat dengan baik biasanya sudah mulai berproduksi pada umur 3-4 tahun, tergantung pada iklim dan jenisnya. Kopi Arabika dapat berproduksi hingga 12 tahun. Namun demikian tingkat produksi kopi sangat dipengaruhi oleh pemeliharaannya seperti pemupukan, pemberantasan terhadap hama penyakit juga pada pemilihan bibit (Retnandari dan Tjokrowinoto, 1991).

  Walaupun kopi terutama diperuntukkan hanya untuk minuman tapi ternyata kopi sumber citarasa kopi dapat digunakan untuk macam macam makanan, pernak-pernik kerajinan tangan, maupun berbagai manfaat lain yang dapat diperoleh dari: 1)

  Biji kopi secara alami mengandung cukup banyak senyawa calon pembentuk citarasa dan aroma khas kopi antara lain asam amino dan gula. Membentuk senyawa melancidin yang memberikan warna cokelat yang dapat disuling dan menghasilkan minyak biji kopi dan dapat dipergunakan untuk campuran dalam pembuatan sabun, campuran minyak cat, bahkan industri plastik memanfaatkannya untuk pembuatan jenis plastik cavelite.

  2) Daging buah dapat dimanfaatkan untuk bahan baku yang diproses untuk campuran pakan ternak.dan kulit buah dapat dijadikan bahan pembuatan pupuk kompos.

  3) Kayu pohon kopi dapat dipergunakan untuk pembuatan barang barang kerajinan, patung, dan kipas yang serba menarik.

  Untuk mendapatkan hasil produksi kopi yang optimal maka sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang mendukung proses produksi kopi tersebut. Faktor produksi tersebut adalah lahan, modal, tenaga kerja, dan faktor lingkungan. Masing masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain.

  Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak akan berjalan dengan baik, Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi proses produksi seperti iklim, kondisi lingkungan, kondisi tanah (Daniel, 2002).

  Sebagai salah satu hasil komoditi pertanian, kopi nampaknya masih akan mempunyai kemampuan yang besar dalam menyerap tenaga kerja. Sampai saat ini di Indonesia sektor pertanianlah yang mempunyai peluang besar dalam menyerap tenaga kerja. Hubungan antara petani kopi dan kebun kopi sangat fluktuatif seiring dengan fluktuatif harga kopi di pasar, dan pada gilirannya hal ini berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Tetapi pada saat harga rendah petani hampir tidak berhubungan dengan kopinya. Dengan demikian tenaga kerja yang diperlukan juga tidak banyak (Retnandari dan Tjokrowinoto, 1991).

  Peningkatan pendapatan petani atau pengusaha pertanian ditentukan oleh jumlah produksi yang dapat dihasilkan oleh satu orang petani atau perusahaan pertanian, harga penjualan produksi dan biaya produksi atau usahatani atau perusahaan pertanian. Jumlah produksi dari satu usahatani atau satu perusahaan pertanian, atau perusahaan pertanian. Besarnya skala usahatani dapat ditentukan oleh besarnya jumlah penduduk yang hidup atau berusaha dalam sektor pertanian.

  Harga penjualan yang dapat diperoleh petani atau pengusaha pertanian ditentukan oleh berbagai faktor yaitu mutu hasil, pengolahan hasil, dan sistem pemasaran yang baik, sementara biaya produksi lebih mudah dikendalikan oleh petani dan salah satu faktor yang paling menentukan adalah produktivitas petani. Faktor faktor lain yang mempengaruhi biaya produksi adalah ketersediaan dan harga input, produktivitas tenaga kerja dan kemampuan pengelolaan usahatani untuk meningkatkan efisiensi (Simanjuntak, 2004).

  Analisis ekonomi dilakukan untuk menghitung sejauh mana usaha yang telah dijalankan dapat memberikan keuntungan. Pendapatan usahatani tersebut baru dapat diperoleh apabila semua biaya yang telah dikeluarkan dapat ditutupi oleh hasil

2.3. Landasan Teori

  Dalam pembicaran sehari-hari kita sering menamakan usahatani yang bagus sebagai usahatani yang efisien. Usahatani yang efisien adalah di dalam melakukan usahatani seorang pengusaha atau seorang petani akan selalu berfikir bagaimana ia mengalokasikan faktor produksi seefisien mungkin untuk dapat memperoleh hasil yang maksimal. Dengan luas lahan sebagai salah satu faktor produksi yang dibuat produktif maka produktifitasnya yang dihasilkan tinggi, kalau dua buah usahatani mempunyai produktivitas sama, maka usahatani yang lebih dekat dengan pasar mempunyai nilai yang lebih tinggi karena produktivitas ekonomisnya lebih besar Intensifikasi dimaksudkan penggunaan lebih banyak faktor produksi tenaga kerja dan modal atas sebidang tanah tertentu untuk mencapai hasil produksi yang lebih besar.

  Sebaliknya ekstensifikasi sebagai perluasan lahan. Kalau dalam pengerjaan tanah yang semakin intensif petani terus menerus menambah tenaga modal atas tanah yang sudah ada maka dalam pengerjaan tanah yang ekstensif penggunaan tenaga dan modal dikurangi untuk dipindahkan ke pertanian lainnya (Mubyarto, 1991).

  Perkembangan areal tanaman kopi rakyat yang cukup pesat di Indonesia, perlu didukung dengan kesiapan sarana dan metoda pengolahan yang cocok untuk kondisi petani sehingga mereka mampu menghasilkan biji kopi dengan mutu seperti yang dipersyaratkan oleh Standar Nasional Indonesia. Adanya jaminan mutu yang pasti, waktu serta berkelanjutan merupakan beberapa prasyarat yang dibutuhkan agar biji

  c

  kopi rakyat dapat dipasarkan pada tingkat harga yang menguntungkan (Anonimous , 2009 ).

  Umur tanaman yang menunjukkan hasil dari produktivitas tanaman tersebut. Jumlah produksi buah kopi yang akan di panen pertama dalam interval umur 2.5 - 4 tahun relatif masih sedikit dan semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya umur tanaman sampai mencapai umur tanaman produktif yaitu sekitar pada umur 5 – 7 tahun. Di setiap umur tanaman terjadi panen raya dua bulan dalam setahun yaitu bulan September dan Oktober di dalam panen raya tersebut dihasilkan jumlah produksi yang lebih banyak dari biasanya. Tetapi jika jumlah produksi semakin banyak dan mudah untuk didapatkan belum tentu berhubungan positif ke pendapatan karena semakin langka di dapat maka semakin mahal harga jualnya. Setelah umur tanaman sudah berada diatas umur ekonomis produksi maka tanaman kopi menjadi tanaman tidak menghasilkan sehingga tidak terjadi produksi dan harus dilakukan replanting tanaman

  d (Anonimous , 2011 ).

  Harga jual kopi Arabika merupakan salah satu faktor yang sulit dikendalikan. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah mengenai harga jual kopi Arabika, tetapi sampai saat ini tetap saja harga jual merupakan masalah bagi petani produsen. Karena walaupun komoditi kopi merupakan salah satu komoditi yang sudah berkembang namun dalam berusahatani kopi ada beberapa kendala yang dihadapi petani dalam berusahatani kopi yaitu pedagang merupakan penentu harga sedangkan petani tidak mempunyai posisi tawar yang memadai.

  Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut:

  

TR = Y x Py

  Dimana: TR = Total Penerimaan Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py = Harga Y

  Struktur biaya yang mempengaruhi suatu proses produksi dapat berupa biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa atau bunga tanah yang berupa uang dan akumulasi penyusutan peralatan. Sementara biaya tidak tetap atau biaya lain-lainnya adalah biaya karena besar kecilnya berhubungan langsung dengan besar produksinya, misalnya pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, biaya persiapan, dan pengolahan tanah. Total biaya diperoleh dari penjumlahan biaya tetap dan biaya tidak tetap sehingga dapat diketahui berapa besar penerimaan dan pendapatan suatu usaha tani yang dijalankan.

  

TC = FC + VC

  Dimana: TC = Total Biaya FC = Biaya Tetap

  VC= Biaya Tidak tetap Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan satuan biaya, jadi:

  

π = TR – TC

  Dimana: Π = Pendapatan Usahatani

  TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya (Soekartawi (a) ,1995).

2.4. Kerangka Pemikiran

  Usahatani kopi Arabika merupakan suatu kegiatan yang mengusahakan tanaman kopi Arabika yang dilakukan oleh petani. Petani kopi Arabika dapat bertindak sebagai pelaku dan pembuatan keputusan didalam usahatani kopi arabika. Petani sebagai pelaku melakukan kegiatan usahataninya pada suatu areal baik sebagai pemilik murni maupun sebagai penyewa, petani juga berusaha membuat keputusan yang efektif dan efisien yang diharapkan dapat memperoleh hasil yang maksimal dengan cara memaksimumkan keuntungan bagi usahataninya, untuk itu dalam usahatani diperlukan perencanaan yang baik agar dapat menentukan tata caranya para petani dapat lebih maju dan berkembang paling tidak bertahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

  Faktor ekonomi dari usahatani kopi Arabika membantu dan berhubungan dengan cara berfikir petani dalam adopsi inovasi yang akan berhubungan dengan pemakaian input produksi seperti luas lahan untuk melihat efisiensi usaha dengan kapasitas tanah yaitu jika lahan yang dimiliki petani semakin luas maka akan semakin besar peluang petani untuk mengembangkan usahataninya. Kegiatan perluasan adalah menanam tanaman kopi di areal baru yang lingkungannya sesuai dengan persyaratan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi. Peningkatan produksi kopi dapat dilakukan melalui intensifikasi pengelolaan lahan yang sudah ada, ekstensifikasi lahan seperti konversi dari komoditas lain menjadi kopi, serta pengembangan kopi di lahan baru.yang memberikan hasil produktivitas semakin tinggi.

  Dalam mengembangkan suatu usahatani umur tanaman menjadi faktor alami dalam menentukan produksi kopi Arabika. Interval umur tanaman yang berada pada kategori muda 2-4 tahun yaitu awal dari masa produksi dengan jumlah produksi yang masih sedikit sekitar 2kg per pohon dalam arti produktivitas yang dihasilkan masih rendah, sedangkan pada kategori sedang 5-7 tahun produksi kopi bisa mencapai 5 kg per pohon sehingga produktivitas yang dihasilkan juga semakin tinggi. Dengan kategori umur tanaman muda dan sedang, sebagian besar petani di daerah penelitian menjual produksi dalam bentuk kopi beras sedangkan pada umur tanaman kategori tua yang berkisar 9-10 tahun produksi yang dijual yaitu dalam bentuk buah merah (cherry red).

  Jika kualitas suatu buah atau mutu yang dihasilkan semakin bagus maka dapat membantu perbaikan harga kopi di tingkat petani. Namun sebaliknya jika mutu yang dihasilkan buruk maka akan berdampak negatif bagi petani kopi Arabika yang berakhir sehingga jika produksi dengan kualitas (mutu) yang dihasilkan sesuai dengan Standart Nasional Indonesia yaitu dengan kadar air maksimum 12.5% dan tingkat keasaman yang seimbang maka akan berpengaruh terhadap penerimaan yang diperoleh petani sampel, Sebaliknya kelebihan jumlah produksi pada gilirannya akan menurunkan harga kopi fluktuasi harga biji kopi Arabika dikarenakan hal ini cenderung dipengaruhi oleh posisi tawar petani yang relatif lemah terhadap para pedagang pengumpul.. Penerimaan petani merupakan hasil perkalian antara produksi kopi Arabika dengan harga jual kopi arabika, setelah penerimaan usahatani diperoleh maka untuk diperoleh pendapatan bersih maka penerimaan usahatani tersebut dikurangi dengan total biaya produksi yang dikeluarkan selama proses produksi. Peneliti menyusun skema kerangka pemikiran agar lebih mempermudah dan dapat mengarahkan penelitian seperti yang tertera sebagai berikut:

  Keterangan: : Menyatakan pengaruh : Menyatakan cakupan

  Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Tua Produktivitas Sedang

  Faktor ekonomi petani: Umur Tanaman Muda

  Petani Usahatani Kopi Arabika Produksi

  Penerimaan Harga Jual Pendapatan Kopi Beras Buah Merah

  Kualitas Kuantitas

2.5. Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

  1. Terdapat hubungan luas lahan terhadap produktivitas usahatani kopi Arabika di daerah penelitian.

  2. Terdapat pengaruh umur tanaman terhadap produktivitas usahatani kopi Arabika di daerah penelitian.

  3. Terdapat pengaruh umur tanaman terhadap pendapatan bersih usahatani kopi Arabika.

Dokumen yang terkait

Analisis Produktivitas Dan Umur Tanaman Terhadap Pendapatan Petani Kopi Arabika ( Studi Kasus: Desa Tanjung Beringin Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi)

16 75 101

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Analisis Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Pendapatan Petani Kubis Di Kecamatan Simpang Empat(Studi Kasus: Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

0 1 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN - Analisis Finansial Dan Pemasaran Stroberi Di Desa Tongkoh, Kecamatan Dolat Rayat, Kabupaten Karo

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN - Strategi Pengembangan Kud Di Kabupaten Deli Serdang

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN - Analisis Tataniaga Ayam Ras Pedaging Di Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Kopi Arabika Di Sumatera Utara

0 1 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Pengaruh Skala Usaha Terhadap Pendapatan Usahatani Pengolahan Ikan Asin ( Studi Kasus : Desa Hajoran, Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah)

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Akses Pangan Rumah Tangga Petani Padi Sawah Studi Kasus Di Desa Sempung Polding Kecamatan Lae Parira Kabupaten Dairi

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Analisis Perbandingan Harga Pembelian Dan Kelangkaan Pupuk Bersubsidi Di Kabupaten Karo

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN - Analisis Jaringan Agribisnis Kopi Arabika Di Desa Tanjung Beringin Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi

0 1 14