Analisis pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage ratio terhadap praktik perataan laba.

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN,

PROFITABILITAS DAN

LEVERAGE RATIO

TERHADAP

PRAKTIK PERATAAN LABA

Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia

Padam Prahara

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2012

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris pengaruh

faktor ukuran

perusahaan, profitabilitas yang diukur dengan

Return on Equity

(ROE) dan

Net Profit Margin

(NPM),

leverage ratio

yang diukur dengan

Debt to

Total Assets

(DTA) dan

Debt to Equity Ratio

(DER) terhadap praktik perataan

laba. Sampel penelitian dibagi dalam dua kelompok: perusahaan perataan laba dan

bukan perusahaan perataan laba berdasarkan model Jones yang dimodifikasi oleh

Kothari. 39 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

2006-2009 dipilih sebagai sampel.

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan metode regresi

logistic,

maka dapat dibuat kesimpulan bahwa Ukuran

perusahaan, profitabilitas

yang diukur dengan

Return on Equity

(ROE) dan

Net Profit Margin

(NPM),

leverage ratio

yang diukur dengan

Debt to Total Assets

(DTA) dan

Debt to Equity

Ratio

(DER) secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap

praktik perataan laba. Pengujian secara parsial, hanya

Debt to Total Assets

(DTA)

yang berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba. Sedangkan ukuran

perusahaan,

Return on Equity

(ROE),

Net Profit Margin

(NPM), dan

Debt to

Equity Ratio

(DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba.

Kata kunci: Perataan laba, Ukuran

perusahaan,

Return on Equity

(ROE),

Net

Profit Margin

(NPM),

Debt to Total Assets

(DTA), dan

Debt to

Equity Ratio

(DER)


(2)

ABSTRACT

AN ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF FIRM’S SIZE,

PROFITABILITY DAN LEVERAGE RATIO TO INCOME

SMOOTHING PRACTICE

An Empirical Study at Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock

Exchange

Padam Prahara

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2012

The purpose of this study was to obtain empirical evidence of the

influence of firm’s size, profitability as measured by return on equity (ROE) and

net profit margin (NPM), leverage ratio measured by debt to total assets (DTA)

and debt to equity ratio (DER) to income smoothing practice. The research sample

was divided into two groups: income smoothing companies and non income

smoothing companies based on Jones’ model that was modified by Kothari.

Amounting to 39 manufacturing companies listed on the Indonesia Stock

Exchange in 2006-2009 were chosen as sample.

Based on the results of data analysis by logistic regression method, it was

revealed that firm’s size, profitability as measured by return on equity (ROE) and

net profit margin (NPM), leverage ratio measured by debt to total assets (DTA)

and debt to equity ratio (DER) together (simultaneously) had significant influence

to income smoothing practice. Partially, only debt to total assets (DTA) that had

significant influence on income smoothing. However, firm’s size, return on equity

(ROE), net profit margin (NPM), and debt to equity ratio (DER) had no

significant influence on income smoothing practice.

Keyword:

Income smoothing, Firm’s size, Return on Equity (ROE), Net

Profit Margin (NPM), Debt to Total Assets (DTA), and Debt to

Equity Ratio (DER)


(3)

ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN,

PROFITABILITAS DAN

LEVERAGE RATIO

TERHADAP

PRAKTIK PERATAAN LABA

Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

 

 

Oleh:

Padam Prahara

NIM : 062114026

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN,

PROFITABILITAS DAN

LEVERAGE RATIO

TERHADAP

PRAKTIK PERATAAN LABA

Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

 

 

Oleh:

Padam Prahara

NIM : 062114026

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Saya persembahkan karyaku untuk:

Tuhan Yesus, Bapa dan Sahabatku

Terima kasih untuk setiap pertolonganMu

Bapakku, Katijan

Ibukku, Ngadinah

Terima kasih untuk setiap doa dan dukungannya

Adekku, Chalis Angkoro

Adekku, Mela Gayung Asmoro

Adekku, Lensa Ndarupita

Terima kasih untuk kasih sayang kalian

Sahabat-sahabatku semua

Terima kasih untuk bantuan kalian semua


(8)

(9)

 


(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan

arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang

tak terhingga kepada:

1.

Tuhan Yesus Kristus Yang selalu menuntun, membimbing dan memberi

penghiburan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2.

Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J. selaku Rektor Universitas Sanata

Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan

mengembangkan kepribadian kepada penulis.

3.

Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan teladan, semangat, bantuan dan bimbingan kepada penulis

dengan sabar.

4.

Ibu Maria Tutik Haryanti selaku karyawan pojok BEI Universitas Sanata

Dharma yang telah banyak membantu dalam mencarikan data yang

dibutuhkan.

5.

Bapakku Katijan dan ibukku Ngadinah yang sangat kuhormati dan sayangi,

untuk doa, perhatian, teladan serta kasih sayangnya sampai saat ini.

6.

Adek-adekku: Chalis Angkoro, Mela Gayung Asmoro dan Lensa Ndarupita,

untuk dukungan yang kalian berikan.

7.

Tanteku Widi, untuk motivasi dan semangat kerjasamanya dalam proses

pembuatan skripsi ini.


(11)

8.

Teman-teman akuntansi angkatan 2006, untuk setiap kebersamaan dan kerja

sama kalian.

9.

Teman-teman kost: Aan, Andre, Catur, Herka, Jurid, Kelik, Mustofa, Riadi,

Ruskandar, Teguh, Yera, Yuda dan Yoga, untuk setiap kebersamaan dan rasa

kekeluargaan ini.

10.

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaaat bagi pembaca.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...

ii

HALAMAN PENGESAHAN ...

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...

iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ...

v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...

vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ...

vii

HALAMAN DAFTAR ISI ...

ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ...

xi

ABSTRAK .. ...

xii

ABSTRACT. ... xiii

BAB I

PENDAHULUAN ...

1

A.

Latar Belakang Masalah ...

1

B.

Rumusan Masalah ...

3

C.

Batasan Masalah ...

5

D.

Tujuan Penelitian ...

5

E.

Manfaat Penelitian ...

6

F.

Sistematika Penulisan ...

7

BAB II

LANDASAN TEORI ...

8

A.

Teori Keagenan ... 8

B.

Laporan Keuangan ...

10

1.

Pengertian Laporan Keuangan ...

10

2.

Laporan Laba Rugi ...

11

C.

Laba ...

13

1.

Pengertian Laba ...

13

2.

Manajemen laba ...

14

3.

Perataan Laba ...

16

4.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan

Laba ...

21

D.

Penelitian Terdahulu ...

25

E.

Hipotesis Penelitian ...

27

BAB III METODE PENELITIAN ...

31

A.

Jenis Penelitian ...

31

B.

Populasi dan Sampel Penelitian ...

31

C.

Jenis Data ...

32

D.

Teknik Pengumpulan Data ...

32

E.

Teknik Analisis Data ...

32

1.

Mengklasifikasikan Sampel ...

32


(13)

4.

Melakukan Analisis Statistik Deskriptif ...

35

5.

Pengujian

Multivariate

...

35

BAB IV ANALISI DATA DAN PEMBAHASAN ...

41

A.

Mengklasifikasikan Sampel ...

41

B.

Pengukuran Variabel Penelitian ...

44

1.

Variabel Dependen ...

44

2.

Variabel Independen ...

71

C.

Analisis Statistik Deskriptif Data Perataan Laba...

82

D.

Pengujian

Multivariate

...

84

1.

Analisis

multivariate

secara serentak (simultan) ...

85

2.

Analisis

multivariate

secara terpisah (parsial) ...

86

E.

Pembahasan ...

88

1.

Pengaruh Ukuran Perusahaan,

Return On Equity,

Net Profit Margin, Debt to Total Assets

, dan

Debt

to Equity Ratio

...

89

2.

Pengaruh ukuran perusahaan terhadap praktik

perataan laba ...

90

3.

Pengaruh

Return on Equity

terhadap praktik

perataan laba ...

92

4.

Pengaruh

Net Profit Margin

terhadap praktik

perataan laba ...

93

5.

Pengaruh

Debt to Total Assets

terhadap praktik

perataan laba ...

95

6.

Pengaruh

Debt to Equity Ratio

terhadap praktik

perataan laba ...

96

BAB V PENUTUP ...

99

A.

Kesimpulan ...

99

B.

Keterbatasan Penelitian ...

100

C.

Saran ...

100

DAFTAR PUSTAKA ...

101

LAMPIRAN

A.

Lampiran 1...

103

B.

Lampiran 2 ...

111

C.

Lampiran 3 ...

116

D.

Lampiran 4 ...

121


(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Tahap-tahap Pemilihan Sampel Penelitian ...

42

Tabel 2 Tabel Perusahaan Sampel ...

43

Tabel 3

Discretionary Accrual Proxy

(DAP) ...

45

Tabel 4

Pre Discretionary Income

(PDI) ...

52

Tabel 5 Hasil Perhitungan

Δ

DAP ...

61

Tabel 6 Hasil Perhitungan

Δ

PDI ...

65

Tabel 7 Tabel Klasifikasi Status Perusahaan ...

71

Tabel 8 Hasil Pengukuran (

size

) Ukuran Perusahaan ...

72

Tabel 9 Perhitungan Variabel

Debt to Total Assets

...

77

Tabel 10 Hasil Analisis Statistik Diskriptif ...

82

Tabel 11 Konstata dan Koefisien Persamaan Regresi ...

85


(15)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN,

PROFITABILITAS DAN

LEVERAGE RATIO

TERHADAP

PRAKTIK PERATAAN LABA

Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia

Padam Prahara

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2012

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris pengaruh

faktor ukuran

perusahaan, profitabilitas yang diukur dengan

Return on Equity

(ROE) dan

Net Profit Margin

(NPM),

leverage ratio

yang diukur dengan

Debt to

Total Assets

(DTA) dan

Debt to Equity Ratio

(DER) terhadap praktik perataan

laba. Sampel penelitian dibagi dalam dua kelompok: perusahaan perataan laba dan

bukan perusahaan perataan laba berdasarkan model Jones yang dimodifikasi oleh

Kothari. 39 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

2006-2009 dipilih sebagai sampel.

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan metode regresi

logistic,

maka dapat dibuat kesimpulan bahwa Ukuran

perusahaan, profitabilitas

yang diukur dengan

Return on Equity

(ROE) dan

Net Profit Margin

(NPM),

leverage ratio

yang diukur dengan

Debt to Total Assets

(DTA) dan

Debt to Equity

Ratio

(DER) secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap

praktik perataan laba. Pengujian secara parsial, hanya

Debt to Total Assets

(DTA)

yang berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba. Sedangkan ukuran

perusahaan,

Return on Equity

(ROE),

Net Profit Margin

(NPM), dan

Debt to

Equity Ratio

(DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba.

Kata kunci: Perataan laba, Ukuran

perusahaan,

Return on Equity

(ROE),

Net

Profit Margin

(NPM),

Debt to Total Assets

(DTA), dan

Debt to

Equity Ratio

(DER)


(16)

ABSTRACT

AN ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF FIRM’S SIZE,

PROFITABILITY DAN LEVERAGE RATIO TO INCOME

SMOOTHING PRACTICE

An Empirical Study at Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock

Exchange

Padam Prahara

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2012

The purpose of this study was to obtain empirical evidence of the

influence of firm’s size, profitability as measured by return on equity (ROE) and

net profit margin (NPM), leverage ratio measured by debt to total assets (DTA)

and debt to equity ratio (DER) to income smoothing practice. The research sample

was divided into two groups: income smoothing companies and non income

smoothing companies based on Jones’ model that was modified by Kothari.

Amounting to 39 manufacturing companies listed on the Indonesia Stock

Exchange in 2006-2009 were chosen as sample.

Based on the results of data analysis by logistic regression method, it was

revealed that firm’s size, profitability as measured by return on equity (ROE) and

net profit margin (NPM), leverage ratio measured by debt to total assets (DTA)

and debt to equity ratio (DER) together (simultaneously) had significant influence

to income smoothing practice. Partially, only debt to total assets (DTA) that had

significant influence on income smoothing. However, firm’s size, return on equity

(ROE), net profit margin (NPM), and debt to equity ratio (DER) had no

significant influence on income smoothing practice.

Keyword:

Income smoothing, Firm’s size, Return on Equity (ROE), Net

Profit Margin (NPM), Debt to Total Assets (DTA), and Debt to

Equity Ratio (DER)


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan merupakan suatu pencerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena di dalam laporan keuangan terdapat informasi-informasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Pemakai laporan keuangan dapat dibedakan menjadi beberapa pihak yaitu: manajemen, pemegang saham, kreditor, pemerintah, karyawan perusahaan, pemasok, konsumen dan masyarakat umum lainnya yang pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu pihak internal dan eksternal. Melalui laporan keuangan ini, pengguna laporan keuangan dapat menilai kinerja manajemen yang tercermin dalam kinerja perusahaan. Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan dapat digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan investasi maupun keputusan keuangan lainnya.

Salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen adalah laba. Berdasarkan kenyataan yang ada, seringkali perhatian pemakai laporan keuangan hanya ditujukan pada informasi laba, tanpa memperhatikan bagaimana laba tersebut diperoleh. Sebagaimana disebutkan dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.1 bahwa informasi laba pada umumnya merupakan perhatian utama dalam menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen dan informasi laba membantu pemilik atau pihak lain melakukan penaksiran atas earning power perusahaan


(18)

di masa yang akan datang. Hal tersebut mendorong manajer untuk melakukan manajemen laba (earnings management) atau manipulasi laba (earnings manipulations).

Manajemen laba dapat dijelaskan menggunakan pendekatan teori keagenan (agency theory) yang menyatakan manajemen melakukan manajemen laba (earning management) karena laba merupakan salah satu informasi dalam laporan keuangan yang sering digunakan sebagai dasar dalam penentuan kompensasi manajemen dan merupakan sumber informasi yang penting untuk melakukan praktik perataan laba. Perataan laba merupakan usaha manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba perusahaan sehingga laba yang disajikan dalam laporan keuangan tampak relatif stabil antar periode laporan keuangan. Perataan laba merupakan penggunaan teknik-teknik tertentu untuk memperkecil atau memperbesar jumlah laba suatu periode sama dengan jumlah laba periode sebelumnya. Pengurangan fluktuasi laba juga memperhatikan tingkat perkembangan perusahaan yang normal. Praktik perataan laba merupakan fenomena yang umum dan dilakukan di banyak Negara. Namun demikian, praktik perataan laba ini, jika dilakukan dengan sengaja dan dibuat-buat dapat menyebabkan pengungkapan laba yang tidak memadai atau menyesatkan.

Perataan laba dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Beberapa penelitian empiris terdahulu yang telah menguji faktor-faktor tersebut. Penelitian mengenai perataan laba dilakukan oleh Jin dan Machfoedz (1998) menguji pengaruh faktor-faktor ukuran perusahaan, profitabilitas, sektor


(19)

industri, dan leverage operasi terhadap praktik perataan laba. Hasil yang diperoleh adalah bahwa hanya leverage operasi yang berpengaruh secara signifikan terhadap perataan laba. Salno dan Baridwan (2000) meneliti pengaruh faktor besaran usaha, Net Profit Margin, dan kelompok usaha terhadap praktik perataan laba. Penelitian tersebut tidak dapat membuktikan bahwa faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap perataan laba. Juniarti dan Corolina (2005), meneliti faktor-faktor yang berpengaruh terhadap praktik perataan laba perusahaan go public. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa profitabilitas perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba sedangkan variabel total aktiva dan sektor industri tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Suwito dan Herawati (2005), meneliti pengaruh jenis usaha, ukuran perusahaan, rasio profitabilitas, rasio leverage operasi dan Net

Profit Margin terhadap praktik perataan laba. Hasil dari penelitian ini adalah

semua faktor yang disampaikan tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Hasil tersebut berbeda dengan penelitian Kustiani dan Ekawati (2006). Dalam penelitiannya memperoleh bukti empiris bahwa ukuran perusahaan, Net Profit Margin, leverage, dan kelompok usaha merupakan faktor yang mendorong terjadinya perataan laba.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ukuran perusahaan, profitabilitas yang diukur dengan Return on


(20)

dengan Debt to Total Assets (DTA) dan Debt to Equity Ratio (DER) secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

3. Apakah profitabilitas perusahaan yang diukur dengan return on equity

(ROE) perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

4. Apakah profitabilitas perusahaan yang diukur dengan net profit margin

(NPM) perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

5. Apakah leverage ratio perusahaan yang diukur dengan debt to total assets

(DTA) perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

6. Apakah leverage ratio perusahaan yang diukur dengan debt to equity ratio

(DER) berpengaruh terhadap praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?


(21)

C. Batasan Masalah

Perataan laba dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: ukuran perusahaan, jenis usaha, sektor industri, harga saham, profitabilitas yang dapat diukur dengan Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Operating

Return on Assets, Return on Assets, Return on Equity, Operating ratio,

leverage ratio yang dapat diukur dengan Debt Ratio, Debt to Equity Ratio,

Long-term Debt to Equity Ratio, Long-term Debt to Capitalization Ratio, Time Interest Earned, Cash Flow Interest Coverage, Cash Flow to Net Income, Cash

Return on Sales. Penelitian ini hanya menganalisis pengaruh faktor ukuran

perusahaan yang diukur dengan logaritma total aktiva, profitabilitas yang diukur dengan Return on Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM),

leverage ratio yang diukur dengan Debt to Total Assets (DTA) dan Debt to

Equity Ratio (DER). Penelitian ini menggunakan ROE dan NPM sebagai

ukuran profitabilitas. DTA dan DER sebagai ukuran leverage ratio perusahaan. D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh ukuran perusahaan yang diukur dengan logaritma total aktiva, profitabilitas yang diukur dengan return on equity (ROE) dan net profit margin (NPM),

leverage ratio yang diukur dengan debt to total assets (DTA) dan debt to

equity ratio (DER) terhadap praktik perataan laba oleh perusahaan yang


(22)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca skripsi ini. Manfaat yang diharapkan tercapai adalah:

1. Bagi Pemakai Laporan Keuangan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi dan keputusan keuangan lainnya.

2. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan kemampuan penulis dalam menerapkan teori-teori yang diperoleh selama proses kuliah.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah koleksi bacaan dan dapat menjadi referensi skripsi dengan topik perataan laba.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dalam pentusunan skripsi dan memberikan masukan dalam teknik pengolahan data bagi peneliti selanjutnya.


(23)

F. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Dalam bab ini dibahas mengenai hal-hal yang menjadi latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Dalam bab ini diuraikan mengenai teori-teori yang menjadi dasar penelitian ini dilakukan.

Bab III Metode Penelitian

Dalam bab ini dijelaskan mengenai jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi dan sampel, subjek dan objek penelitian, jenis data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisi data.

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Bab ini berisi mengenai analisi penelitian berdasarkan landasan teori, jawaban atas rumusan masalah, dan perhitungan-perhitungan yang diperlukan.

Bab V Penutup

Bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan, keterbatasan dari peneliyian ini, dan saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya.


(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Keagenan

Teori keagenan merupakan teori yang menjelaskan hubungan antara pihak agent dan pihak principal. Pihak agent merupakan pihak yang menerima delegasi wewenang dari pihak principal. Agent menerima wewenang untuk melaksanakan tugas tertentu. Dalam pelaksanaan tugas tersebut pihak agent bertindak atas nama sendiri dan memberikan tanggung jawab atas pelaksanaan tugas tersebut kepada pihak principal. Menurut Mursalim, (2005) dalam Christanti, (2007) wewenang dan tanggung jawab yang diterima agent dari principal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama.

Dalam teori keagenan, muncul konflik antara agent dan principal

dimana masing-masing pihak bertujuan untuk memaksimalkan utility dengan informasi yang dimiliki. Dalam teori ini, pihak agent memiliki lebih banyak informasi (full information) dibanding dengan principal sehingga menimbulkan adanya asimetry information. Informasi yang lebih banyak dimiliki oleh agent dapat menjadi pendorong dalam melakukan tindakan-tindakan yang sesuai dengan keinginan dan kepentingan untuk memaksimalkan utility-nya. Sedangkan bagi principal, akan sulit mengontro secara efektif tindakan yang dilakukan oleh agent karena hanya memiliki sedikit informasi.


(25)

Hubungan antara manajemen perusahaan dan stakeholder-nya merupakan bentuk hubungan berdasarkan teori keagenan. Dalam hal ini, manajemen perusahaan senagai agent dan stakeholders sebagai principal.

Manajemen sebagai agent menjalankan tugas sebagai pengelola perusahaan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan perusahaan kepada stakeholders

khususnya investor, kreditor dan pemerintah melalui laporan keuangan. Manajemen dan pemegang saham maupun stakeholders masing-masing berusaha untuk memaksimalkan utilitas dan kepentingannya. Dengan alasan ini, maka muncul konflik kepentingan antara manajemen dan stakeholder -nya.

Contoh konflik kepentingan yang terjadi antara manajemen dan stakeholders antara lain konflik kepentingan manajemen dengan pemegang saham. Manajemen berkepentingan mendapatkan gaji, bonus, dan fasilitas yang layak, sedangkan pemegang saham mendapat laba yang maksimal dari investasi yang telah dilakukannya. Contoh lain adalah konflik kepentingan antara manajemen dengan kreditor mengenai kontrak kredit. Manajemen menginginkan mendapat kredit sebagai sumber dana eksternal, sedangkan kreditor hanya mau memberikan kredit sesuai dengan kemampuan perusahaan saja. Konflik lain yang timbul yaitu konflik kepentingan antara manajemen dengan pemerintah mengenai pajak terutang. Manajemen berkeinginan membayar pajak serendah mungkin dari laba yang diperolehnya, sedangkan pemerintah menuntut pajak dibayar sesuai dengan tarif yang diatur dengan undang-undang atas laba perusahaan.


(26)

Laporan keuangan merupakan alat komunikasi antara manajemen dengan pemegang saham dan stakeholders lainnya. Laporan keuangan merupakan jawaban atas asimetri informasi maupun konflik kepentingan antara manajemen dan stakeholders. Dengan laporan keuangan, stakeholders

dapat mengetahui kondisi perusahaan melalui informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Konflik kepentingan juga dapat diatasi melalui informasi laba perusahaan untuk menentukan bonus bagi manajemen dan pengambilan atas investasi bagi pemegang saham.

B. Laporan Keuangan

1. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama pihak luar perusahaan, mengenai posisi keuangan perusahaan dan hasil usaha perusahaan (Soemarso, 2005: 34). Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses pelaporan keuangan yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada pihak eksternal mengenai posisi keuangan perusahaan maupun kinerja keuangan perusahaan. Informasi ini kemudian akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi. Menurut Statement of Financial

Accounting Concept (SFAC) No.1, laporan keuangan merupakan laporan

yang berisi informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi, serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas


(27)

penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan menyajikan informasi yang meliputi aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, serta arus kas. Laporan keuangan yang lengkap terdiri atas komponen-komponen antara lain: laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.

Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.1 menganjurkan

manajemen untuk menyajikan telaah keuangan dan laporan tambahan untuk melengkapi laporan keuangan. Telaah keuangan berisi karakteristik utama yang mempengaruhi kinerja keuangan, posisi keuangan perusahaan dan kondisi ketidakpastian. Sedangkan laporan tambahan berupa laporan mengenai lingkungan hidup dan nilai tambah (value added statement).

2. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. Laporan laba rugi mempunyai dua unsur, yaitu:

a. Penghasilan (Income) adalah kenaikan ekonomi dalam bentuk pemasukan atau peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban perusahaan selama periode tertentu.

Penghasilan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

1) Pendapatan (Revenue), yaitu arus masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau pelunasan kewajiban selama suatu


(28)

periode dari aktivitas-aktivitas yang merupakan operasi utama perusahaan.

2) Keuntungan (Gains), yaitu kenaikan ekuitas perusahaan yang ditimbulkan oleh transaksi insidental yang mempengaruhi perusahaan selama satu periode selain dari pendapatan atau investasi pemilik.

b. Beban (Expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi dalam bentuk arus keluar, penurunan aktiva, atau kewajiban perusahaan selama periode tertentu.

Beban dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

1) Beban (Expenses), yaitu arus keluar atau penurunan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau terjadinya selama suatu periode dari aktivitas-aktivitas yang merupakan operasi utama perusahaan.

2) Kerugian (Losses), yaitu penurunan ekuitas perusahaan yang ditimbulkan oleh transaksi insidental yang mempengaruhi perusahaan selama satu periode selain yang berasal dari beban atau distribusi kepada pemilik.

Laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen terhadap tindakan pengelolaan sumber daya perusahaan. Dalam laporan keuangan, kinerja manajemen dapat diukur melalui informasi laba yang terdapat dalam laporan laba rugi. Prastowo, (2005) dalam Christanti, (2007) menyatakan bahwa laporan laba rugi merupakan bagian dari laporan keuangan yang


(29)

menyajikan informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu.

C. Laba

1. Pengertian Laba

Keuntungan (laba) adalah perubahan ekuitas perusahaan yang menggambarkan peningkatan aktiva bersih atau kekayaan kecuali perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham seperti setoran modal selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan (PSAK No.1). Laba merupakan selisih antara total penghasilan (revenue) dan beban (expenses).

Pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah laba akuntansi yang merupakan selisih pengukuran pendapatan dan biaya. Laba hanya merupakan angka artikulsi dan tidak didefinisikan tersendiri secara ekonomik seperti halnya aktiva atau utang. Laba akuntansi (accounting

income) secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara

pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi selama satu periode dengan biaya yang berkaitkan dengan pendapatan tersebut (Chariri, 2001: 213-214).

Laba merupakan tambahan kemampuan ekonomik yang ditandai dengan kenaikan kapital dalam suatu periode dari kegiatan produktif yang dapat dikonsumsi atau ditarik oleh entitas penguasa atau pemilik kapital tanpa mengurangi kapital mula-mula (Suwardjono, 2005: 467).


(30)

Tujuan pelaporan laba adalah untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan. Informasi tentang laba perusahaan dapat digunakan sebagai indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dengan tingkat kembalian, pengukur prestasi manajemen, dasar penentuan besarnya pengenaan pajak, alat pengendalian sumber daya ekonomi suatu negara, dasar kompensasi dan pembagian bonus, alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan, dasar untuk kenaikan kemakmuran dan dasar pembagian dividen (Chariri, 2001: 216).

2. Manajemen Laba

Manajemen laba marupakan pemilihan metode akuntansi dari standar kauntansi yang berlaku oleh manajemen untuk memaksimumkan utilitasnya. Pengertian ini berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Scott, (1997) dalam Halim et al, (2005) sebagai berikut:

“Given that managers can choose accounting policies from a set (for example, GAAP) it is natural to expect that they will choose policies so as maximize their own utility and/or the market value of the firm”.

Cara memahami manajemen laba menurut Scott tersebut dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, manajemen laba dipandang sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak hutang dan political cost. Kedua, manajemen memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri dan


(31)

perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terkait kontrak.

Alasan manajemen melakukan manajemen laba menururt Gumanti, (2000) antara lain adalah laba merupakan target dalam penilaian prestasi manajemen yang tercermin dalam prestasi perusahaan. Laba dapat digunakan sebagai dasar kontrak kompensasi dan pemberian bonus. Laba merupakan informasi yang digunakan oleh pemakai laporan keuangan sebagai dasar pembuatan keputusan.

Watts dan Zimmerman, (1986) dalam Halim et al, (2005) menjelaskan tiga hipotesis berdasarkan Positive Accounting Theory (PAT) yang dapat menjelaskan manajemen laba sebagai berikut:

a. The Bonus Plan Hypothesis

Saat perusahaan memiliki rencana bonus, maka manajer akan menggeser laba masa depan ke laba masa kini sehingga laba masa kini menjadi naik dan manajer memperoleh bonus tersebut. Manajer lebih menyukai pemberian upah yang lebih tinggi untuk masa kini, sehingga perlakuan penggeseran laba tersebut dapat dijelaskan. Dalam kontrak bonus dikenal dua istilah yaitu bogey (tingkat laba terendah untuk mendapatkan bonus) dan cap (tingkat laba tertinggi untuk mendapatkan bonus). Jika laba berada di bawah bogey maka manajer tidak akan mendapatkan bonus. Apabila laba di atas cap maka manajer tidak akan mendapatkan tambahan bonus.


(32)

b. The Debt to Equity Hypothesis

Perusahaan yang memiliki rasio debt to equty tinggi, manajer perusahaan cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan atau laba. Perusahaan dengan debt to equity

mengalami kesulitan dalam mendapatkan tambahan dana dari kreditor, bahkan perusahaan teracam melanggar perjanjian hutang.

c. Political Cost Hypothesis

Perusahaan yang besar memiliki biaya politik yang tinggi. Manajer perusahaan seperti ini akan cenderung memilih metode akuntansi yang menangguhkan laba yang dilaporkan periode sekarang ke periode yang akan datang sehingga memperkecil laba yang dilaporkan sekarang. Biaya politik yang tinggi karena perusahaan besar memiliki laba yang tinggi dapat menarik perhatian media dan konsumen.

3. Perataan Laba

a. Pengertian Perataan Laba

Menurut Koch, (1981) dalam Suwito dan Herawati, (2005) perataan laba dapat didefinisikan sebagai cara yang digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai target yang diinginkan, baik secara artifisial malalui metode akuntansi maupun secara riil melalui transaksi. Tujuan perataan laba malalui definisi ini adalah untuk mengurangi variabilitas atau perbedaan laba setiap tahunnya melalui penggeseran pendapatan dan biaya periode yang menghasilkan laba baik ke periode yang menghasilkan laba buruk.


(33)

Zuhroh, (1996) dalam Erina, (2007) mendefinisikan perataan laba sebagai cara yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi perubahan laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan. Definisi ini memiliki makna yang sama dengan definisi yang diungkapkan oleh Koch, (1981) dalam Suwito dan Herawati, (2005).

Fundenberg dan Tirole, (1995) dalam Berryllian, (2007) mendefinisikan perataan laba sebagai proses manipulasi waktu terjadinya laba atau laporan laba agar laba yang dilaporkan terlihat stabil. Definisi ini lebih sempit dalam mendefinisikan perataan laba. Definisi ini mengambil sudut pandang perataan laba dari sisi pengaturan waktu pengakuan laba.

b. Tipe dan Jenis Perataan Laba

Menurut Atmini, (2000) dalam Suwito dan Herawati, (2005) tindakan perataan laba mempunyai dua tipe yaitu perataan laba yang dilakukan secara sengaja oleh manajemen dan perataan laba yang terjadi secara alami. Perataan laba secara alami terjadi sebagai akibat menghasilkan suatu aliran secara merata, sementara perataan laba secara sengaja dapat terjadi akibat teknik perataan laba riil dan teknik perataan laba artifisial.

Perataan laba riil adalah perataan laba yang terjadi akibat manajemen mengambil tindakan untuk menyusun kejadian-kejadian ekonomi sehingga menghasilkan aliran laba yang merata, sedangkan perataan laba artifisial adalah perataan laba yang terjadi akibat


(34)

manajemen memanipulasi saat pencatatan akuntansi untuk menghasilkan aliran laba yang merata.

Menurut Bernea et al, (1976) dalam Murtanto, (2004) perataan laba dibedakan menjadi tiga jenis. Pertama, perataan laba melalui waktu terjadinya transaksi atau pengakuan transaksi. Dalam hal ini manajemen dapat menentukan atau mengendalikan waktu transaksi melalui kebijakan manajemen sendiri (accruals). Sebagai contoh untuk kasus ini adalah penjualan kredit dapat menignkatkan jumlah piutang dan penjualan pada bulan terakhir kuartal, sehingga laba dapat terlihat stabil pada periode tertentu. Kedua, perataan melalui alokasi dari waktu ke waktu. Dalam hal ini manajemen memiliki kewenangan untuk mengalokasikan pendapatan dan beban untuk periode tertentu. Sebagai contoh misalnya penjualan meningkat, maka manajemen dapat membebankan biaya riset dan

development serta alokasi goodwill pada periode tersebut untuk

menstabilkan laba. Ketiga, perataan melalui klasifikasi. Dalam hal ini manajemen memiliki kebijakan sendiri untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan pos-pos rugi laba dalam ketegori yang berbeda. Sebagai contoh untuk kasus ini misalnya jika pendapatan non-operasi sulit untuk didefinisikan, maka manajer dapat mengklasifikasikan pos tersebut pada pendapatan operasi atau pendapatan non-operasi. Cara ini dapat digunakan untuk meratakan laba, melihat kondisi pendapatan periode tertentu.


(35)

c. Tujuan Perataan Laba

Tujuan dari perataan laba adalah (Suwito, 2005):

1) Memperbaiki citra perusahaan di mata pihak luar bahwa perusahaan tersebut memiliki risiko yang rendah.

2) Memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba di masa yang akan datang.

3) Meningkatkan kepuasan relasi bisnis.

4) Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan manajmen.

d. Motivasi Perataan Laba

Motivasi manajer ntuk melakukan perataan laba adalah untuk (Salno, 2000):

1) Mengurangi total pajak terutang.

2) Meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan karena penghasilan yang stabil mendukung kebijakan dividen.

3) Meningkatkan hubungan antara manajer dan karyawan karena pelaporan penghasilan yang meningkat tajam memberi kemungkinan munculnya tuntutan kenaika gaji dan upah.

Menurut Gordon, (1964) yang dikutip dari Chariri dan Ghozali, (2001: 231) teori yang dapat memberikan motivasi dilakukannya perataan laba adalah:


(36)

1) Kriteria yang digunakan manajemen perusahaan dalam memilih metode akuntansi adalah untuk memaksimumkan kepuasan atau kemakmurannya.

2) Kepuasan merupakan fungsi dari keamanan pekerjaan, peringkat dan pertumbuhan gaji serta peringkat dan tingkat pertumbuhan ukuran perusahaan.

3) Kepuasan pemegang saham terhadap kinerja perusahaan dapat meningkatkan status dan penghargaan bagi para manajer.

4) Kepuasan yang sama tergantung pada tingkat pertumbuhan dan stabilitas dari laba perusahaan.

e. Dimensi Perataan Laba

Menurut Barnes, (1976) yang dikutip oleh Chariri dan Ghozali (2001: 232), perataan laba dapat dibedakan menjadi tiga dimensi, yaitu:

1) Perataan laba riil (real smoothing)

Perataan laba yang terjadi apabila manajemen dapat menentukan waktu terjadinya transaksi aktual sehingga pengaruh transaksi tersebut terhadap laba yang dilaporkan cenderung rata sepanjang waktu. 2) Perataan laba artifisial (artificial smoothing)

Atas dasar terjadi dan diakuinya peristiwa tertentu, manajemen memiliki media tertentu dalam penentuan laba pada periode yang terpengaruh oleh kuantifikasi peristiwa tersebut.


(37)

Jika angka-angka dalam laporan laba rugi selain laba bersih merupakan obyek dari perataan laba, maka manajemen dapat dengan mudah mengklasifikasikan elemen-elemen dalam laporan laba rugi sehingga dapat mengurangi variasi laba setiap periodenya.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba a. Ukuran Perusahaan

Menurut Afianto, (2003) ukuran perusahaan adalah skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara antara lain total aset, total penjualan, nilai pasar dari ekuitas yang dimiliki perusahaan. Machfoedz, (1994) dalam Suwito dan Herawati, (2005) membagi ukuran perusahaan menjadi tiga kategori berdasarkan pada total aset perusahaan yaitu perusahaan besar (large firm),

perusahaan menengah (medium firm) dan perusahaan kecil (small firm).

Perusahaan besar memiliki motivasi melakukan perataan laba yang lebih kuat dibanding dengan perusahaan kecil. Perusahaan besar menjadi sorotan media dan publik, karena perusahaan besar menghasilkan laba yang relatif besar. Dengan demikian perusahaan akan cenderung melakukan perataan laba untuk mengatur laba yang dilaporkan dan mempertahankan image perusahaan.

b. Profitabilitas

Bambang Riyanto (1998) dalam Prastiyani (2007) menyatakan bahwa profitabilitas ekonomi atau ering disebut sebagai rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri


(38)

dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam bentuk persentase. Oleh karena itu pengertian profitabilitas (rentabilitas) sering mengukur efisiensi penggunaan modal di dalam suatu perusahaan, maka rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba.

Rasio profitabilitas menggambarkan hasil bersih yang diperoleh perusahaan dari serangkaian kebijakan dan pengelolaan aktiva yang dimilikinya. Profitabilitas di anggap sebagai alat yang valid dalam mengukur hasil pelaksanaan operasi perusahaan karena profitabilitas merupakan ukuran penting untuk menilai sehat atau tidaknya suatu perusahaan yang akan mempengaruhi pembuatan keputusan oleh investor. Menurut Robbert Ang (1997) rasio profitabilitas dikelompokkan menjadi 6 (enam) rasio yaitu gross profit margin (GPM),

net profit margin (NPM), operating return on assets (OPROA), return on

assets (ROA), return on equity (ROE), dan operating ratio (OPR). Dari

keenam rasio tersebut dalam penelitian ini digunakan rasio ROE dan NPM.

1) Return On Equity (ROE)

Return On Equity (ROE) yaitu rasio antara laba setelah pajak

(NIAT) terhadap total modal sendiri (equity) yang berasal dari setoran modal pemilik, laba ditahan dan cadangan lain yang dikumpulkan perusahaan. Semakin besar ROE menunjukkan semakin efisien


(39)

perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba/kentungan bersih. Dalam praktiknya dengan ROE perusahaan dapat melakukan berbagai kebijakan berhubungan dengan perataan laba untuk kepentingan eksternal perusahaan yang bekaitan dengan investor atau pihak luar perusahaan.

2) Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin adalah suatu rasio yang mengukur rupiah

laba yang dihasilkan oleh setiap Rp 1,00 penjualan. Rasio ini memberikan gambaran tentang laba untuk para pemegang saham sebagai persentase dari penjualan (Prastowo, 2005: 97).

Net Profit Margin mencerminkan kinerja manajemen

perusahaan. Net Profit Margin tinggi mencerminkan bahwa kinerja manajemen baik. Kinerja yang baik akan meningkatkan kepuasan pihak eksternal terhadap manajemen. Hal tersebut akan meningkatkan penilaian pihak eksternal terhadap manajemen. Apabila Net Profit

Margin rendah, maka kinerja manajemen akan dinilai buruk oleh

pihak eksternal. Perataan laba cenderung akan dilakukan manajemen apabila perusahaan memiliki tingkat Net Profit Margin rendah. Manajemen melakukan perataan laba untuk memperbaiki penilaian pihak eksternal terhadap manajemen.

c. Leverage Operasi

Leverage operasi mengukur perbandingan dana yang


(40)

kreditur. Leverage sering disebut dengan solvabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya baik jangka panjang maupun jangka pendek ketika perusahaan tersebut dilikuidasi (Riyanto, 1995: 32). Perbandingan hutang dengan kekayaan yang dimiliki perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan rasio leverage (Riyanto, 1995: 32).

Robbert Ang (1997) mengelompokkan rasio leverage dalam delapan jenis yaitu debt ratio, debt to equity ratio, long-term debt to equity ratio, long-term debt to capitalization ratio, time interest earned, cash flow interest coverage, cash flow to net income, cash

return on sales. Dalam penelitian ini menggunakan debt ratio dan

debt to equity ratio.

1) Debt to Total Assets (DTA)

Debt to total assets merupakan rasio yang mengukur tingkat

leverage atau penggunaan hutang terhadap total asset yang dimiliki oleh perusahaan. Debt ratio mempunyai dampak buruk terhadap kinerja perusahaan, karena tingkat penggunaan hutang yang tinggi mengakibatkan beban bunga akan semakin besar yang berarti mengurangi keuntungan (Prastiyani, 2007).

2) Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio (DER) digunakan untuk mengukur tingkat

leverage (penggunaan hutang) terhadap shareholders equity (Robert


(41)

rendah akan mempunyai risiko yang lebih kecil dan sebaliknya perusahaan dengan DER yang tinggi akan mempunyai risiko yang lebih besar. Kreditor jangka panjang pada umumnya lebih menyukai angka Debt to Equity Ratio yang kecil. Makin kecil angka rasio ini, berarti makin besar jumlah aktiva yang didanai oleh pemilik perusahaan, dan makin besar penyangga risiko kreditor (Prastowo dan Juliaty, 2005 dalam Prastiyani, 2007)

D. Penelitian Terdahulu 1. Sari, (2008)

Penelitian ini mengenai pengaruh karakteristik perusahaan terhadap praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di BEI. Dalam penelitian ini, indeks perataan laba yang digunakan adalah Indeks Eckel. Penelitian ini memiliki variabel independen berupa ukuran perusahaan, Return On Invesment (ROI), Net

Profit Margin (NPM), dan Leverage Operasi. Penelitian ini memperoleh

bukti empiris bahwa ukuran perusahaan, Return On Invesment (ROI), Net

Profit Margin (NPM), dan Leverage Operasi secara simultan berpengaruh

terhadap praktik perataan laba. Sedangkan secara parsial hanya Net Profit

Margin (NPM) yang tidak berpengaruh tehadap praktik perataan laba.

Ukuran perusahaan, Return On Invesment (ROI), dan Leverage Operasi berpengaruh terhadap praktik perataan laba.


(42)

Penelitian ini mengenai pengaruh faktor size perusahaan, harga saham, kelompok usaha dan risiko bisnis tehadap praktik perataan laba. Dalam penelitian ini, indeks perataan laba yang digunakan adalah model Jones yang dimodifikasi oleh Kothari. Penelitian ini memperoleh bukti empiris bahwa size perusahaan, harga saham, kelompok usaha dan risiko bisnis secara simultan berpengaruh signifikan tehadap pratik perataan laba. Sedangkan secara parsial hanya kelompok usaha yang berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba. Size perusahaan, harga saham, risiko bisnis tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba. 3. Juniarti dan Carolina, (2005)

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba, dimana populasi dan sampel penelitian ini mengambil perusahaan go public. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, dan sektor industri. Hasil uji unvariate menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara ukuran perusahaan dan sektor industri perusahaan yang termasuk smoothing dan non-smoothing. Hasil uji unvariate tersebut tidak didukung oleh hasil pengujian multivariate yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas, dan sektor industri tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba.

4. Suwito dan Herawati, (2005)

Penelitian ini mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan perataan laba yang dilakukan perusahaan yang terdaftar di BEI.


(43)

Dalam penelitian ini, indeks perataan laba yang digunakan adalah Ideks

Eckel. Penelitian ini mempunyai variabel independen berupa jenis

perusahaan, ukuran perusahaan, rasio leverage operasi, dan Net Profit

Margin. Ukuran variabel independen untuk ukuran perusahaan

menggunakan rasio total asset, sedangkan jenis usaha merupakan variabel

dummy yang membedakan kelompok usaha manufaktur dan

non-manufaktur.

Hipotesis dalam penelitian ini di uji dengan menggunakan binary

logistic regression. Hasil dari penelitian ini adalah jenis usaha, ukuran

perusahaan, rasio leverage operasi dan Net Profit Margin tidak mempengaruhi tindakan perataan laba. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat indikasi dilakukannya praktik perataan laba.

E. Hipotesis Penelitian

Ukuran perusahaan merupakan faktor pendorong praktik perataan laba karena semakin besar perusahaan berarti semakin menjadi perhatian publik. Perataan laba bagi perusahaan besar bertujuan untuk mempertahankan image perusahaan itu sendiri. Perusahaan besar cenderung memiliki laba operasi yang besar. Perusahaan besar juga menghadapi lingkungan ekonomi yang berubah-ubah. Dengan demikian perusahaan besar memiliki kemungkinan mengalami kerugian yang besar pula. Fluktuasi laba yang sangat besar akan memperburuk image perusahaan di mata publik. Dari kajian di atas dapat disimpilkan bahwa ukuran perusahaan dan praktik perataan laba memiliki hubungan positif,


(44)

semakin besar ukuran perusahaan semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut melakukan praktik perataan laba.

ROE menunjukkan efektivitas dan efisiensi investasi dalam menghasilkan laba. Praktik perataan laba dilakukan untuk memberi kesan positif kepada pihak eksternal mengenai kinerja perusahaan tersebut. Semakin besar ROE menunjukkan semakin efisien perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba/kentungan bersih. Dalam praktiknya dengan ROE perusahaan dapat melakukan berbagai kebijakan berhubungan dengan perataan laba untuk kepentingan eksternal perusahaan yang bekaitan dengan investor atau pihak luar perusahaan.

Menurut Archibald, (1967) yang dikutip oleh Jatiningrum (2000) proporsi tertinggi perusahaan melakukan praktik perataan laba terjadi pada saat profitabilitas perusahaan rendah. Praktik perataan laba dilakukan untuk memberi kesan positif kepada pihak eksternal mengenai kinerja perusahaan tersebut, karena perusahaan dengan tingkat profitabilits rendah akan sulit menarik investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Dari kajian tersebut dapat dikatakan bahwa ROE dan perataan laba mempunyai hubungan positif.

Net Profit Margin mencerminkan kinerja manajemen perusahaan. Net

Profit Margin tinggi mencerminkan bahwa kinerja manajemen baik. Kinerja

yang baik akan meningkatkan kepuasan pihak eksternal terhadap manajemen. Hal tersebut akan meningkatkan penilaian pihak eksternal terhadap manajemen. Apabila Net Profit Margin rendah, maka kinerja manajemen akan


(45)

dinilai buruk oleh pihak eksternal. Perataan laba cenderung akan dilakukan manajemen apabila perusahaan memiliki tingkat Net Profit Margin rendah. Manajemen melakukan perataan laba untuk memperbaiki penilaian pihak eksternal terhadap manajemen. Sehingga, Net Profit Margin dan perataan laba dapat dikatakan mempunyai hubungan positif.

Debt to Total Assets merupakan rasioantara total hutang terhadap total

aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi rasio DTA menunjukkan semakin besar aktiva yang digunakan oleh perusahaan yang dibiayai oleh pinjaman (hutang dari pihak luar). Dengan semakin besarnya hutang untuk membiayai aktiva, maka laba yang akan menjadi kecil sehubungan dengan besarnya utang untuk membiayai aktiva tersebut. Dengan kajian tersebut, maka dapat dikatakan DTA dan perataan laba mempunyai hubungan positif.

Debt to Equity Ratio mencerminkan besarnya proporsi antara total

debt (total hutang) dengan total shareholder’s equity (total modal sendiri).

Total debt merupakan total liabilities (baik utang jangka pendek maupun jangka panjang): sedangkan total shaareholder’s equity merupakan total modal sendiri (total modal saham yang di setor dan laba yang ditahan) yang dimiliki perusahaan. Debt to Equity Ratio (DER)termasuk alat untuk mengukur tingkat leverage perusahaan. Perusahaan dengan DER yang rendah akan mempunyai risiko yang lebih kecil dan sebaliknya perusahaan dengan DER yang tinggi akan mempunyai risiko yang lebih besar. Semakin besar nilai DER suatu perusahaan berarti laba usaha perusahaan semakin besar terserap untuk melunasi kewajiban. Dari hal tersebut kemungkinan besar perusahaan akan


(46)

melakukan praktik perataan laba sehubungan dengan image perusahaan di mata publik agar terkesan positif. Oleh karena itu, DER dan praktik perataan laba dapat dikatakan mempunyai hubungan positif.

Dengan melihat Uraian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba di atas, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut: H1 : Ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan yang diukur dengan ROE

dan NPM, leverage ratio perusahaan yang diukur dengan DTA dan DER berpengaruh secara simultan terhadap praktik perataan laba.

H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba.

H3 : Profitabilitas perusahaan yang diukur dengan Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap praktik perataan laba.

H4 : Profitabilitas perusahaan yang diukur dengan Net Profit Margin (NPM) berpengaruh terhadap praktik pertaan laba.

H5 : Leverage ratio perusahaan yang diukur dengan Debt to Total Assets

(DTA) berpengaruh terhadap praktik perataan laba.

H6 : Leverage ratio perusahaan yang diukur dengan Debt to Equity Ratio

(DER) berpengaruh terhadap praktik perataan laba.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan berupa studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama periode 2006 sampai dengan periode 2009.

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive

sampling yaitu sampel dipilih sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu,

yaitu:

1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

selama tahun 2006 sampai 2009.

2) Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan

selama tahun 2006 sampai 2009.

3) Perusahaan manufaktur yang mengalami laba selama tahun

2006 sampai 2009.

4) Perusahaan manufaktur yang memiliki data keuangan yang


(48)

C. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber data lain dan bukan diusahakan oleh peneliti dalam pengumpulannya. Data sekunder ini

diperoleh dari database Pojok Bursa Efek Indonesia di Universitas Sanata

Dharma dan universitas lain di Yogyakarta. D. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang dipakai dalam pengumpulan data ini adalah dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan data dari Pojok Bursa Efek Indonesia, studi pustaka dan jurnal-jurnal keuangan.

E. Teknik Analisis Data

1. Mengklasifikasikan Sampel

Sampel penelitian yang telah memenuhi kriteria, diklasifikasikan dalam kelompok perusahaan perataan laba dengan perusahaan bukan perataan laba. Pengklasifikasian ini menggunakan

korelasi antara perubahan discretionary accrual proxy (ΔDAP) dan

perubahan prediscretionary income (ΔPDI): Corr (ΔDAP, ΔPDI)

dengan menggunakan observasi tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Perusahaan perata laba memiliki hubungan negatif dalam korelasi tersebut, sedangkan perusahaan bukan perata laba memiliki hubungan positif dalam korelasi tersebut.


(49)

2. Mengukur Variabel Dependen

Ukuran perataan laba ini menggunakan ukuran Jones yang dimodifikasi oleh Kathori (Tucer dan Zarowin 2006). Rumus

discretionary accrual proxy adalah:

Accrualst= a (1/Assetst-1)+ bΔSalest+ cPPEt+ dROAt + μt

Keterangan:

Accrualst = total akrual = Net Income – Arus Kas Operasi

Assetst-1 = total asset tahun lalu

ΔSalest = perubahan penjualan

PPEt = tanah, bangunan, dan peralatan (gross) berbanding total asset

awal tahun

ROA = return on assets = ROA =

Rumus untuk menghitung Pre-discretionary income adalah:

PDI = NI - DAP

Keterangan:

PDI = Pre-discretionary income

NI = Net Income

DAP = Accrualst

Rumus menghitung Perubahan discretionary accrual proxy

(ΔDAP) dan perubahan Pre-discretionary income (ΔPDI) adalah

sebagai berikut:

ΔDAP = Accrualst – Accrualst-1


(50)

ΔDAP = Perubahan discretionary accrual proxy

Accrualt= Total akrual tahun observasi

Accrualt-1= total akrual tahun lalu

ΔPDI = PDIt PDIt-i

Keterangan:

ΔPDI = Perubahan Pre-discretionary income

PDIt= Pre-discretionary income tahun observasi

PDIt-1 = Pre-discretionary income tahun lalu

Untuk menentukan status perusahaan perata laba dan bukan

perata laba yaitu dengan mengkorelasikan ΔDAP dan ΔPDI melalui

program SPSS. Hasil korelasi ΔDAP dan ΔPDI melalui program SPSS

menyajikan informasi mengenai koefisien korelasi perusahaan yang signifikan maupun yang tidak signifikan. Status perusahaan dikatakan menjadi perusahaan perataan laba berdasarkan koefisien korelasi yang signifikan, sedangkan status perusahaan dikatakan bukan perataan laba berdasarkan koefisien korelasi yang tidak signifikan.

3. Mengukur Variabel Independen

a. Ukuran Perusahaan

Skala pengukuran yang digunakan adalah logaritma dari total aktiva.

b. Profitabilitas yang diukur dengan:

1) Return on Equity


(51)

2) Net Profit Margin

Skala pengukuran yang digunakan:

c. Leverage ratio yang diukur dengan:

1) Debt to Total Assets

Skala pengukuran yang digunakan:

2) Debt to Equity Ratio

Skala pengukuran yang digunakan:

4. Melakukan Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian

ini antara lain mean dan deviasi standar. Analisis ini berguna untuk

mengetahui karakteristik dari perusahaan yang dijadikan sampel penelitian. Analisis statistik deskriptif juga bertujuan untuk memperoleh gambaran umum mengenai variabel-varabel yang diukur pada sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini.

5. Pengujian Multivariate

Penelitian ini menggunakan pengujian regresi logistic untuk


(52)

variabel dependen. Dalam pengujian multivariate yang menggunakan model regresi logit tidak memerlukan uji normalitas atas variabel bebas yang digunakan dalam model. Artinya, variabel penjelas tidak harus memiliki distribusi normal, linier maupun memiliki varian yang

sama dalam setiap group (Mudrajad Kuncoro, 2001 dalam Syahriana

2006).

Dalam penelitian ini menggunakan analisa regresi logistic

untuk melihat faktor-faktor yang berkaitan dengan perataan laba dianggap tepat karena variabel dependennya diukur secara nominal dan interval. Model logit yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Status = Status perusahaan perata laba atau bukan perata laba. 1

untuk perusahaan perata laba dan 0 untuk perusahaan bukan perata laba.

X1 = Ukuran Perusahaan

X2 = Return on Equity

X3 = Net Profit Margin

X4 = Debt to Total Assets

X5 = Debt to Equity Ratio

Tahap-tahap dalam melakukan analisis multivariate secara simultan


(53)

a. Menentukan hipotesa untuk pengujian multivariate terhadap variabel independen. Hipotesa nol dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho1 = Ukuran perusahaan, profitabilitas yang diukur dengan

ROE, profitabilitas yang diukur dengan NPM, leverage ratio yang

diukur dengan DTA dan leverage ratio yang diukur dengan DER

tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba.

Sedangkan hipotesa alternatif untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha1 = Ukuran perusahaan, profitabilitas yang diukur dengan

ROE, profitabilitas yang diukur dengan NPM, leverage ratio yang

diukur dengan DTA dan leverage ratio yang diukur dengan DER

berpengaruh terhadap praktik perataan laba.

b. Menentukan tingkat siginifikansi (α), yaitu sebesar 5% (0,05).

c. Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan Ho

Kriteria penerimaan dan penolakan Ho dalam penelitian ini adalah

berdasarkan nilai probabilitas (ρ value) atau Asymp.sig (nilai

signifikansinya). Jika ρ value (Asymp.sig) ≤ α (0,05) maka Ho

ditolak. Sebaliknya jika ρ value (Asymp.sig) > α (0,05) maka Ho

tidak dapat ditolak (Ho diterima). Analisis logit dilakukan dengan menggunakan program SPSS dan kesimpulannya akan ditentukan dari nilai yang muncul. Pengujian hipotesis dilakukan dengan


(54)

mengamati signifikansi nilai ρ (prob.value) dengan tingkat keyakinan 95% (tingkat siginifikansi 5%).

d. Menentukan kesimpulan penelitian

1) Apabila ρ value (Asymp.sig) ≤α (0,05) maka Ho ditolak artinya

Ukuran perusahaan, profitabilitas yang diukur dengan ROE,

profitabilitas yang diukur dengan NPM, leverage ratio yang

diukur dengan DTA dan leverage ratio yang diukur dengan

DER berpengaruh terhadap praktik perataan laba.

2) Apabila ρ value (Asymp.sig) > α (0,05) maka Ho tidak dapat

ditolak (Ho diterima) artinya Ukuran perusahaan, profitabilitas yang diukur dengan ROE, profitabilitas yang diukur dengan

NPM, leverage ratio yang diukur dengan DTA dan leverage

ratio yang diukur dengan DER tidak berpengaruh terhadap

praktik perataan laba.

Sedangkan tahap-tahap dalam melakukan analisis multivariate secara

parsial (terpisah) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Menentukan hipotesa untuk pengujian multivariate terhadap

setiap variabel independen. Hipotesa nol dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho2 = Ukuran perusahaan tidak berpengeruh terhadap praktik perataan laba.


(55)

Ho4 = profitabilitas yang diukur dengan NPM tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba.

Ho5 = leverage operasi yang diukur dengan DTA tidak

berpengaruh terhadap praktik perataan laba.

Ho6 = leverage operasi yang diukur dengan DER tidak

berpengaruh terhadap praktik perataan laba.

Sedangkan hipotesa alternatif untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha2 = Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba.

Ha3 = profitabilitas yang diukur dengan ROE berpengaruh terhadap praktik perataan laba.

Ha4 = profitabilitas yang diukur dengan NPM berpengaruh terhadap praktik perataan laba.

Ha5 = leverage operasi yang diukur dengan DTA berpengaruh

terhadap praktik perataan laba.

Ha6 = leverage operasi yang diukur dengan DER berpengaruh

terhadap praktik perataan laba.

b. Menentukan tingkat siginifikansi (α), yaitu sebesar 5% (0,05)

c. Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan Ho

Kriteria penerimaan dan penolakan Ho dalam penelitian ini

adalah berdasarkan nilai probabilitas ρ value atau Asymp.sig


(56)

Ho ditolak. Sebaliknya jika ρ value (Asymp.sig) > α (0,05) maka Ho tidak dapat ditolak (Ho diterima). Analisis logit dilakukan dengan menggunakan program SPSS dan kesimpulannya akan ditentukan dari nilai yang muncul. Pengujian hipotesis dilakukan

dengan mengamati signifikansi nilai ρ (prob.value) dengan

tingkat keyakinan 95% (tingkat siginifikansi 5%).

d. Menentukan kesimpulan penelitian

1) Apabila ρ value (Asymp.sig) ≤ α (0,05) maka Ho ditolak

artinya ukuran perusahaan, profitabilitas yang diukur dengan

ROE, profitabilitas yang diukur dengan NPM, leverage

operasi yang diukur dengan DTA dan leverage operasi yang

diukur dengan DER secara parsial berpengaruh terhadap praktik perataan laba.

2) Apabila ρ value (Asymp.sig) > α (0,05) maka Ho tidak dapat

ditolak (Ho diterima) artinya ukuran perusahaan, profitabilitas yang diukur dengan ROE, profitabilitas yang

diukur dengan NPM, leverage operasi yang diukur dengan

DTA dan leverage operasi yang diukur dengan DER secara


(57)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Mengklasifikasikan Sampel

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yaitu ukuran

perusahaan, profitabilitas yang diukur dengan Return on Equity (ROE) dan Net

Profit Margin (NPM), leverage ratio yang diukur dengan Debt to Total Assets

(DTA) dan Debt to Equity Ratio (DER) yang secara signifikan mempengaruhi

praktik perataan laba. Pengujian objek yang diteliti dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16. Objek yang diteliti merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan beberapa kriteria yang telah disebutkan dalam bab III sehingga diperoleh sampel akhir penelitian sebanyak 39 perusahaan. Jumlah sampel penelitian merepresentasikan 26,53% dari populasi. Penelitian ini menggunakan sampel besar (n > 30) dengan jumlah anggota sampel 195 tahun peusahaan.

Sampel perusahaan manufaktur yang digunakan dalam penelitian ini diseleksi berdasarkan kebutuhan data penelitian. Oleh karena itu pengambilan

sampel penelitian menggunakan teknik purposive sampling seperti yang telah

disebutkan dalam bab III pada sub judul populasi dan sampel penelitian. Sampel yang lolos seleksi sebanyak 39 perusahaan selama tahun 2006 sampai 2009. Penelitian ini menggunakan variabel perubahan untuk menentukan status perusahaan sampel, sehingga data perusahaan tahun 2005 digunakan dalam penelitian ini sebagai tahun dasar untuk periode penelitian 2006. Sebagian besar


(58)

mengalami rugi di tahun penelitian yaitu tahun 2006 sampai 2009, alasan lain gugurnya sampel penelitian adalah tidak lengkapnya informasi yang terkandung dalam sampel.

Berikut ini merupakan cara pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, yaitu sebagai berkut:

Tabel 1. Tahap-tahap pemilihan sampel penelitian

Keterangan Total

Jumlah Populasi 147 perusahaan 147 perusahaan

Tidak memenuhi kriteria 1: Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2006 sampai tahun 2009

(0) perusahaan 147 perusahaan

Tidak memenuhi kriteria 2: Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan selama tahun 2006 sampai tahun 2009

(0) perusahaan 147 perusahaan

Tidak memenuhi kriteria 3: Perusahaan manufaktur yang mengalami laba selama tahun 2006 sampai tahun 2009 berturut-turut

(106) perusahaan 41 perusahaan

Tidak memenuhi kriteria 4: Perusahaan manufaktur yang memiliki data yang diperlukan untuk

mendukung penelitian

(2) perusahaan 39 perusahaan

Jumlah sampel akhir 39 perusahaan

Dalam tabel di atas terdapat informasi sebagai berikut: jumlah sampel awal sebesar 147 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Dari 147 perusahaan tersebut semuanya terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan menerbitkan laporan keuangan selama tahun 2006-2009. Terdapat 106 perusahaan manufaktur


(59)

yang mengalami rugi di tahun 2006-2009, sehingga perusahaan tersebut tidak termasuk dalam sampel penelitian. Jumlah total sampel penelitian sebanyak 41 perusahaan yang tidak memenuhi kriteria ketiga. Tetapi terdapat 2 perusahaan manufaktur yang tidak memenuhi kriteria keempat, sehingga hanya terdapat 39 perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel penelitian. Daftar 39 perusahaan sampel adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Tabel perusahaan sampel

No Nama Perusahaan

1 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk

2 Alumindo Light Metal Industry Tbk

3 Aqua Golden Mississippi Tbk

4 Arwana Citramulia Tbk

5 Astra International Tbk

6 Astra Otoparts Tbk

7 Sepatu Bata Tbk

8 Betonjaya Manunggal Tbk

9 Budi Acid Jaya Tbk

10 Colorpak Indonesia Tbk 11 Delta Djakarta Tbk

12 Darya-Varia Laboratoria Tbk

13 Ekadharma International Tbk

14 Fajar Surya Wisesa Tbk 15 Gudang Garam Tbk 16 Kageo Igar Jaya Tbk 17 Sumi Indo Kabel Tbk

18 Indofarma Tbk

19 Indofood Sukses Makmur Tbk 20 Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 21 Jaya Pari Steel Tbk

22 Kimia Farma (Persero) Tbk 23 Kalbe Farma Tbk

24 Lion Metal Works Tbk


(60)

Tabel 2. Tabel perusahaan sampel (lanjutan)

No Nama Perusahaan

26 Merck Tbk

27 Multi Bintang Indonesia Tbk 28 Mustika Ratu Tbk

29 Mayora Indah Tbk 30 Roda Vivatex Tbk

31 Semen Gresik (Persero) Tbk

32 Selamat Sempurna Tbk.

33 Sorini Agro Asia Corporindo Tbk

34 Siantar Top Tbk

35 Mandom Indonesia Tbk 36 Surya Toto Indonesia Tbk 37 Tempo Scan Pacific Tbk

38 Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk

39 Unilever Indonesia Tbk

B. Pengukuran Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini merupakan variabel kualitatif atau variabel nominal. Variabel tersebut adalah status perusahaan yang dibedakan menjadi perusahaan perataan laba dan bukan perataan laba. Dari sampel penelitian yang berjumlah 39 perusahaan tersebut kemudian dibedakan menjadi kelompok perusahaan yang melakukan perataan laba dan perusahaan yang bukan perataan laba. Perusahan perataan laba dengan kode 1 sedangkan perusahaan bukan perataan laba dengan kode 0. Pembedaan status perusahaan ini menggunakan model Jones yang dimodifikasi oleh Khatori. Perusahaan yang melakukan perataan laba akan terlihat dari nilai korelasi negatif antara


(61)

Pre-discretionary income (ΔPDI). Semakin besar korelasi negatif antara ΔDAP

dengan ΔPDI berarti semakin besar pula tingkat perataan laba yang dilakukan

perusahaan manufaktur. Berikut merupakan tahapan-tahapan untuk menentukan status perusahaan.

a. Menghitung nilai discretionary accrual proxy (DAP)

DAP dalam penelitian ini adalah nilai residual (ε) yang berada pada

data view program SPSS. Dalam perhitungan DAP, nilai setiap variabel

diseimbangkan dengan membagi variabel tersebut dengan asset perusahaan tahun lalu. Dengan demikian konstanta persamaan telah memuat nilai asset perusahaan tahun lalu sebagai pembagi. Nilai DAP secara lengkap dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 3. Discretionary Accrual Proxy (DAP)

No Nama Perusahaan Tahun Discretionary Accrual Proxy

1 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 2005 0,07977

2006 0,01390

2007 -0,05229

2008 0,04512

2009 0,01653

2 Alumindo Light Metal Industry Tbk 2005 -0,16267

2006 0,26323

2007 0,06131

2008 -0,23146

2009 -0,06653

3 Aqua Golden Mississippi Tbk 2005 -0,04853

2006 -0,00506

2007 -0,06809

2008 -0,05611


(62)

Tabel 3. Discretionary Accrual Proxy (DAP) (lanjutan)

No Nama Perusahaan Tahun Discretionary Accrual Proxy

4 Arwana Citramulia Tbk 2005 -0,02510

2006 0,04255

2007 -0,01057

2008 -0,01299

2009 0,02607

5 Astra International Tbk 2005 0,06595

2006 -0,09492

2007 -0,11167

2008 -0,03837

2009 -0,00935

6 Astra Otoparts Tbk 2005 0,02531

2006 0,01787

2007 0,04925

2008 0,00418

2009 0,04340

7 Sepatu Bata Tbk 2005 -0,09680

2006 -0,21522

2007 -0,16111

2008 0,61399

2009 -0,05780

8 Betonjaya Manunggal Tbk 2005 0,00462

2006 0,05855

2007 0,04968

2008 -0,07687

2009 0,00550

9 Budi Acid Jaya Tbk 2005 -0,03291

2006 -0,10868

2007 0,09096

2008 0,00419

2009 -0,01910

10 Colorpak Indonesia Tbk 2005 0,23587

2006 0,15180

2007 0,00650

2008 0,43298


(63)

Tabel 3. Discretionary Accrual Proxy (DAP) (lanjutan)

No Nama Perusahaan Tahun Discretionary Accrual Proxy

11 Delta Djakarta Tbk 2005 0,03477

2006 0,05222

2007 -0,11536

2008 -0,11318

2009 -0,06790

12 Darya-Varia Laboratoria Tbk 2005 -0,01658

2006 -0,01793

2007 -0,06967

2008 -0,08037

2009 0,07893

13 Ekadharma International Tbk 2005 -0,09225

2006 0,08980

2007 -0,03310

2008 0,69067

2009 0,17499

14 Fajar Surya Wisesa Tbk 2005 0,03128

2006 0,07794

2007 0,04957

2008 0,06139

2009 0,16348

15 Gudang Garam Tbk 2005 0,02870

2006 -0,03596

2007 0,00242

2008 -0,01467

2009 0,20457

16 Kageo Igar Jaya Tbk 2005 -0,07747

2006 -0,05532

2007 -0,01284

2008 -0,10814

2009 -0,02716

17 Sumi Indo Kabel Tbk 2005 -0,02789

2006 -0,06140

2007 0,02191

2008 0,02905


(64)

Tabel 3. Discretionary Accrual Proxy (DAP) (lanjutan)

No Nama Perusahaan Tahun Discretionary Accrual Proxy

18 Indofarma Tbk 2005 0,11828

2006 -0,16033

2007 -0,14111

2008 0,16099

2009 -0,03159

19 Indofood Sukses Makmur Tbk 2005 -0,03128

2006 -0,04724

2007 -0,08891

2008 -0,13400

2009 0,04224

20 Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 2005 -0,00755

2006 -0,00716

2007 0,01220

2008 0,05658

2009 0,01346

21 Jaya Pari Steel Tbk 2005 -0,12482

2006 0,36619

2007 0,15843

2008 -0,33604

2009 0,07613

22 Kimia Farma (persero) Tbk 2005 0,03801

2006 -0,08989

2007 -0,00257

2008 0,04645

2009 -0,04134

23 Kalbe Farma Tbk 2005 -0,00178

2006 0,00838

2007 0,06906

2008 -0,02349

2009 -0,08318

24 Lion Metal Works Tbk 2005 0,00696

2006 -0,05158

2007 0,04032

2008 0,01812


(1)

Lampiran 5

Hasil Uji Logistic Regression

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent Selected Cases Included in Analysis 156 100.0

Missing Cases 0 .0 Total 156 100.0 Unselected Cases 0 .0

Total 156 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value bukan perataan laba 0 perataan laba 1

Block 0: Beginning Block

Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients Constant

Step 0 1 216.159 .051

2 216.159 .051

a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 216,159


(2)

Classification Tablea,b

Observed

Predicted Status_perusahaan

Percentage Correct bukan perataan laba perataan laba

Step 0 Status_perusahaan bukan perataan laba 0 76 .0 perataan laba 0 80 100.0 Overall Percentage 51.3 a. Constant is included in the model.

b. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 0 Constant .051 .160 .103 1 .749 1.053

Variables not in the Equation

Score df Sig. Step 0 Variables Size_perusahaan .000 1 .994

ROE 2.538 1 .111 NPM .272 1 .602 DTA 6.417 1 .011 DER 1.476 1 .224 Overall Statistics 12.146 5 .033

Block 1: Method = Enter

Iteration Historya,b,c,d

Iteration

-2 Log likelihood

Coefficients


(3)

Step 1 1 203.472 .304 -.116 -.013 -.125 2.891 -.027 2 203.065 .153 -.098 -.017 -.136 3.237 -.084 3 203.018 .056 -.085 -.019 -.139 3.345 -.116 4 203.017 .046 -.084 -.019 -.139 3.356 -.119 5 203.017 .046 -.084 -.019 -.139 3.356 -.119 a. Method: Enter

b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 216,159

d. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.

Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig. Step 1 Step 13.142 5 .022

Block 13.142 5 .022 Model 13.142 5 .022

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square 1 203.017a .081 .108 a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.

Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig. 1 8.976 8 .344

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test Status_perusahaan = bukan perataan

laba Status_perusahaan = perataan laba

Total Observed Expected Observed Expected


(4)

Step 1 1 10 11.412 6 4.588 16

2 9 10.330 7 5.670 16

3 9 9.528 7 6.472 16

4 13 8.774 3 7.226 16

5 9 7.921 7 8.079 16

6 9 7.396 7 8.604 16

7 4 6.900 12 9.100 16

8 6 5.963 10 10.037 16

9 4 4.864 12 11.136 16

10 3 2.912 9 9.088 12

Classification Tablea

Observed

Predicted Status_perusahaan

Percentage Correct bukan perataan laba perataan laba

Step 1 Status_perusahaan bukan perataan laba 45 31 59.2 perataan laba 25 55 68.8 Overall Percentage 64.1 a. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95,0% C.I.for EXP(B) Lower Upper Step 1a Size_perusahaan -.084 .255 .108 1 .742 .920 .558 1.515

ROE -.019 .012 2.591 1 .107 .981 .958 1.004 NPM -.139 .153 .830 1 .362 .870 .645 1.173 DTA 3.356 1.600 4.398 1 .036 28.669 1.246 659.827 DER -.119 .328 .131 1 .717 .888 .467 1.689 Constant .046 2.257 .000 1 .984 1.047


(5)

Correlation Matrix

Constant Size_perusahaan ROE NPM DTA DER Step 1 Constant 1.000 -.978 .123 -.004 -.135 .234

Size_perusahaan -.978 1.000 -.196 -.006 -.019 -.158 ROE .123 -.196 1.000 .068 -.096 .088 NPM -.004 -.006 .068 1.000 -.134 .087 DTA -.135 -.019 -.096 -.134 1.000 -.782 DER .234 -.158 .088 .087 -.782 1.000


(6)

Step number: 1

Observed Groups and Predicted Probabilities

16 ┼ ┼

│ │

│ │

F │ │

R 12 ┼ ┼

E │ │

Q │ p │

U │ p │

E 8 ┼ p p ┼

N │ p p p p │

C │ p p pp p p │

Y │ p p p p p pb ppp │

4 ┼ b p b bpbp p b pb pbpp p p ┼

│ b p b bpbp b bbp bbppbpp p ppp b p │

│ bbbpp b bbbpbbbpbbbpbbbpbbppp b pppbpppppb ppp │

│b bbbpbbb b bbbbbbbbbbbbbbbbbbpbppb bpbbppbppbpbbbp pp p │

Predicted ─────────┼─────────┼─────────┼─────────┼─────────┼─────────┼─────────┼─────────┼─────────┼──────────

Prob: 0 ,1 ,2 ,3 ,4 ,5 ,6 ,7 ,8 ,9 1 Group: bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbpppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp

Predicted Probability is of Membership for perataan laba The Cut Value is ,50

Symbols: b - bukan perataan laba p - perataan laba

Each Symbol Represents 1 Case.

 


Dokumen yang terkait

Pengaruh Stable Shareholding, Profitabilitas, Financial Leverage, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba

1 12 105

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, NILAI PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, DAN FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP Pengaruh Ukuran Perusahaan, Nilai Perusahaan, Profitabilitas, Dan financial leverage Terhadap Praktik perataan laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Ya

0 7 15

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, NILAI PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, DAN FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP Pengaruh Ukuran Perusahaan, Nilai Perusahaan, Profitabilitas, Dan financial leverage Terhadap Praktik perataan laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Ya

0 3 17

PENGARUH PROFITABILITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN DAN ASURANSI DI BURSA Pengaruh Profitabilitas Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Perbankan Dan Asuransi Di Bursa Efek

0 1 14

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Leverage terhadap Perataan Laba pada Sektor Industri Perbankan

0 0 15

View of PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PERATAAN LABA

0 0 7

UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, FINANCIAL LEVERAGE, DIVIDEND PAYOUT RATIO DAN KECENDERUNGAN PERATAAN LABA

0 0 9

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Kompensasi Bonus, Profitabilitas Terhadap Perataan Laba Perusahaan Manufaktur

0 1 20

PENGARUH PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, OPERATING PROFIT MARGIN (OPM) DAN FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA

0 1 18

PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KUALITAS LABA (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MISCELLANEOUS INDUSTRY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

4 7 58