BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, peneliti menguraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh aromaterapi lavender terhadap kualitas tidur anak usia sekolah yang dirawat
inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan, dengan jumlah responden sebanyak 31 orang.
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Analisa Univariat
Analisa univariat untuk mengetahui data demografi mengenai responden yang mendapat pemberian aromaterapi lavender yang sedang dirawat inap di RSUD Dr.
Pirngadi Medan. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan mulai dari April 2014 sampai
Mei 2014 di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan. Hasil penelitian ini menguraikan karakteristik demografi responden, kualitas tidur anak usia sekolah yang
dirawat inap sebelum dan sesudah intervensi pemberian aromaterapi lavender. a Karekteristik demografi responden
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia antara 6-8 tahun, yaitu sebanyak 13 59,1. Jenis kelamin mayoritas laki-laki yaitu sebanyak
15 68,2. Mayoritas responden bersuku Batak yaitu sebanyak 13 59,1. Mayoritas beragama Islam yaitu sebanyak 13 59,1. Mayoritas tidak pernah
dirawat sebelumnya yaitu sebanyak 13 59,1. Mayoritas lama rawat inap di rumah sakit 3 hari yaitu sebanyak 15 responden 68,2. Dapat dilihat pada tabel 5.1
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan data demografi anak usia sekolah di RSUD dr.
Pirngadi Medan n=22 Karakteristik
Frekuensi Persentase
Usia Responden Anak : • 6-8 tahun
• 9-10 tahun • 11-12 tahun
13 2
7 59,1
9,1 31,8
Jenis Kelamin : • Laki-laki
• Perempuan
15 7
68,2 31,8
Suku : • Batak
• Jawa • Melayu
• Lain-lain 13
5 3
1 59,1
22,7 13,6
4,5 Agama :
• Islam • Kristen
13 9
59,1 40,9
Pengalaman dirawat : • Pernah
• Tidak Pernah 9
13 40,9
59,1 Lama Rawat :
• 3 hari • 4 hari
• 5 hari 15
5 2
68,2 22,7
9,1 b Kualitas tidur anak sebelum diberikan aromaterapi lavender
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian sebelum diberikan aromaterapi lavender diperoleh frekuensi kualitas tidur buruk sebanyak 21 orang 95,5 dan kualitas tidur
baik sebanyak 1 orang 4,5. Dapat dilihat pada tabel 5.2 Tabel 5.2
Distribusi responden berdasarkan kualitas tidur anak usia sekolah yang dirawat inap sebelum diberikan aromaterapi lavender Di RSUD Dr. Pirngadi Medan 2014
Variabel Frekuensi
Persentase
Kualitas tidur buruk Kualitas tidur baik
21 1
95,5 4,5
c Kualitas tidur anak sesudah diberikan aromaterapi lavender Berdasarkan hasil penelitian sesudah diberikan aromaterapi lavender
diperoleh frekuensi kualitas tidur buruk sebanyak 2 orang 9,1 dan kualitas tidur baik sebanyak 20 orang 90,9. Dapat dilihat pada tabel 5.3
Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan kualitas tidur anak usia sekolah yang dirawat inap
sesudah diberikan aromaterapi lavender Di RSUD Dr. Pirngadi Medan 2014.
Variabel Frekuensi
Persentase
Kualitas tidur buruk Kualitas tidur baik
2 20
9,1 90,9
Universitas Sumatera Utara
5.1.2 Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk menguji pengaruh aromaterapi lavender terhadap kualitas tidur anak usia sekolah yang dirawat inap di RSUD dr. Pirngadi
Medan. Dalam menganalisa data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik wilcoxon yaitu menguji pengaruh aromaterapi lavender
terhadap kualitas tidur anak usia sekolah yang mengalami rawat inap. a
Pengaruh aromaterapi lavender terhadap kualitas tidur anak usia sekolah yang di rawat inap di RSUD dr. Pirngadi Medan
Pengaruh aromaterapi lavender terhadap kualitas tidur anak usia sekolah yang dirawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan dianalisa dengan uji statistik
wilcoxon dengan tingkat kepercayaan 95 α= 0,05. Dari hasil analisa diperoleh
negative ranks 11,00, positive ranks 220,00. Oleh karena jumlah rangking negatif lebih kecil dibandingkan rangking positif maka nilai T yang digunakan adalah
rangking negatif 11,00. Berdasarkan hasil uji ini, didapatkan nilai p value adalah 0,000 dengan demikian p value α 0,0000,05 dan skor Z sebesar -4,146, maka
hipotesa alternatif Ha diterima. Dari analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pemberian aromaterapi lavender terhadap kualitas
tidur anak usia sekolah yang dirawat inap di RSUD dr. Pirngadi Medan. Dapat dilihat pada tabel 5.4.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.4 Pengaruh aromaterapi lavender terhadap kualitas tidur anak usia sekolah yang dirawat
inap Di RSUD Dr. Pirngadi Medan bulan April sampai dengan Mei 2014 n=22 Variabel
Positive Ranks
Negative Ranks
T Z
Nilai P
Kualitas tidur pre-test Kualitas tidur post-test
220,00 11,00
11,00 -4,146
0.000
5.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 6-8 tahun sebanyak 13 orang 59,1. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Wong 2008, yang menyatakan periode usia pertengahan disebut dengan usia sekolah atau masa sekolah dengan rentang usia 6-12. Periode ini dimulai dengan
masuknya anak kelingkungan sekolah, yang memiliki dampak signifikan dalam perkembangan dan hubungan anak dengan orang lain. Dimana pada anak usia sekolah
secara umum aktivitas fisik semakin tinggi, sehingga anak sangat rentan untuk terkena penyakit yang bisa mengganggu proses pertumbuhan dan perkembangannya.
Apabila anak dalam kondisi sakit, maka orang tua akan segera membawanya ke pelayanan kesehatan dan seringkali anak harus dirawat inap untuk proses
penyembuhannya. Hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin responden menunjukkan sebagian
besar berjenis kelamin laki-laki sebanyak 15 orang 68,2. Hal ini dikarenakan jumlah pasien anak usia sekolah yang menjalani rawat inap di ruang RSUD Pirngadi
Universitas Sumatera Utara
lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki. Wong 2008 menyatakan anak perempuan pada umumnya lebih adaptif terhadap stresor dibandingkan dengan anak
laki-laki sehingga anak laki-laki lebih banyak yang dirawat di rumah sakit dibandingkan dengan anak perempuan. Hurlock 2004 menyatakan jenis kelamin
anak akan mempengaruhi aktivitas bermain anak. Anak laki-laki lebih banyak melakukan permainan yang menghabiskan energi dibandingkan anak perempuan,
sehingga anak laki-laki lebih berisiko terkena penyakit atau cidera. Hasil penelitian berdasarkan riwayat pernah dirawat inap di rumah sakit
menunjukkan sebagian besar responden belum pernah dirawat di rumah sakit yaitu 13 orang 59,1. Berdasarkan pernyataan Supartini 2004, menyatakan reaksi anak
terhadap hospitalisasi berbeda-beda, sesuai dengan tahapan usia perkembangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem pendukung yang tersedia dan
kemampuan koping yang dimilikinya dan tidak ada hubungan antara pengalaman pernah dirawat dengan kualitas tidur anak.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebagian besar lama rawat inap responden 3 hari yaitu sebanyak 15 orang 68,2. Hal ini dikarenakan anak
belum mengenal lingkungan dan prosedur pengobatan yang akan dijalani. Pada anak yang baru masuk ke rumah sakit. Pada awalnya sangat sulit berinteraksi dengan orang
lain bahkan dengan orang asing. Respon yang muncul, anak cenderung menangis atau marah ketika didekati, bahkan tidak segan-segan ia merajuk pada orangtuanya. Atas
bantuan dari orangtua pasien yang selalu ada disamping klien, semua hambatan dapat teratasi dengan baik. Sebagian anak yang telah 4-5 hari dirawat cenderung bisa
Universitas Sumatera Utara
berinteraksi dengan baik, bahkan ia merespon ketika kita berinteraksi dengannya Wong,2008.
a Kualitas tidur responden sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi lavender. Kualitas tidur merupakan suatu keadaan yang dapat dilihat dari kemampuan
individu dalam mempertahankan tidur dan mendapat kebutuhan tidur yang cukup dari tidur REM dan NREM Kozier Erb, 1987. Kualitas tidur dapat diidentifikasikan
dari beberapa parameter tidur dan dalam penelitian ini meliputi lama waktu tidur, waktu yang dibutuhkan untuk tidur, frekuensi terbangun, perasaan saat bangun,
kedalaman tidur dan kepuasan tidur. Berdasarkan hasil penelitian sebelum diberikan aromaterapi lavender
diperoleh frekuensi kualitas tidur buruk 21 orang 95,5 dan kualitas tidur baik 1 orang 4,5. Hasil ini terkait juga dengan pengalaman dirawat pada anak. Anak
yang baru pertama kali mengalami rawat inap akan mengalami banyak tantangan seperti perpisahan, penyesuaian dengan lingkungan yang asing baginya dan tenaga
kesehatan yang menanganinya, pergaulan dengan anak-anak yang sakit serta pengalaman mengikuti terapi sehingga akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas
tidur pada anak. Faktor lain yang juga mempengaruhi yaitu penyakit serta rasa nyeri, lingkungan yang tidak nyaman dan tenang, kelelahan, emosi yang tidak stabil, dan
penggunaan obat-obatan. Sedangkan sesudah diberikan aromaterapi lavender diperoleh frekuensi kualitas tidur buruk 2 orang 9,1, dan kualitas tidur baik 20
orang 90,9. Hasil ini sesuai dengan pendapat Macdonald 1995 yang
Universitas Sumatera Utara
menyebutkan bahwa dengan pemberian aromaterapi lavender dapat mempengaruhi tidur, dijelaskan bahwa beberapa tetes minyak esensial lavender dapat membantu
menghasilkan tidur bagi klien. Aromaterapi lavender ini akan bekerja di otak dengan mekanisme terjadinya pelepasan zat-zat neurokimia yang bersifat eoforik, relaksan,
sedatif atau stimulant sehingga menimbulkan efek tidur bagi klien.. Perangsangan pada daerah spesifik otak dapat menimbulkan keadaan tidur dengan sifat-sifat
mendekati tidur alami. Serabut-serabut dari nervus olfaktorius membawa impuls kedalam bagian otak yang kecil tetapi signifikan yaitu lokus seruleus dan nucleus
raphe. Noradrenalin terkonsentrasi dalam lokus seruleus dan serotonin dalam nucleus raphe. Selanjutnya aroma sedatif seperti bau minyak lavender memberi efek stimulasi
nucleus raphe yang kemudian akan melepaskan zat neurokimia serotonin. Diketahui serotonin merupakan neurotransmitter yang mengatur permulaan tidur sehingga
latensi tidur atau waktu yang dibutuhkan untuk dapat tertidur menjadi lebih cepat Tarwoto Wartonah, 2010.
b Pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap kualitas tidur anak usia sekolah yang di rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan.
Aromaterapi lavender merupakan suatu terapi yang meliputi penggunaan minyak esensial yang berasal dari tanaman lavender lavunda angustifolia, yang
dapat digunakan sebagai salah satu terapi non farmakologi dengan memanfaatkan minyak esensial lavender dan melibatkan organ penciuman manusia. Minyak
lavender dapat digunakan sebagai minyak pijat, diteteskan pada air mandi untuk
Universitas Sumatera Utara
berendam, inhalasi atau pengharum ruangan, merawat kulit yang luka dan juga membantu kasus insomniasulit tidur Agusta, 2000.
Banyak alasan mengapa minyak esensial lavender perlu diikutsertakan dalam proses penyembuhan penyakit, karena minyak esensialnya memiliki banyak sifat
yang positif dan memberikan efek seperti yang diinginkan seperti antiseptik, antibiotik, analgetik, sedatif dan sebagainya. Hal yang penting lainnya yang harus
diketahui mengapa minyak esensial lavender ini disukai adalah karena aromanya yang menyenangkan. Bahan ini banyak sekali digunakan dalam keperluan rumah
tangga contohnya pengharum ruangan, dan sebagainya. Aromanya sendiri akan memberikan efek dan manfaat kepada orang yang menggunakannya. Minyak esensial
lavender ini dilaporkan aman digunakan dan jarang sekali menimbulkan efek yang tidak diinginkan Price, 1997.
Hasil analisa data uji statistik wilcoxon dengan tingkat kepercayaan 95 α=
0,05 deperoleh skor Z sebesar -4,146. Dari hasil analisa data diperoleh negative ranks 11,00 dan positive ranks 220,00. Oleh karena jumlah rangking negatif lebih
kecil dibandingkan rangking positif maka nilai T yang digunakan adalah rangking negatif 11,00. Berdasarkan uji ini, didapatkan nilai p value adalah 0,000 dengan
demikian p value α 0,0000,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian aromaterapi lavender terhadap kualitas
tidur anak usia sekolah yang dirawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Hasil ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa aromaterapi lavender dapat
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi tidur. Lavender juga dikenal sebagai minyak penenang dan kini banyak digunakan dalam bangsal rumah sakit untuk membantu pasien tidur karena
efek sedatif pada lavender dapat menstimulasi pelepasan zat neurokimia serotonin yaitu zat yang merupakan neurotransmitter yang mengatur permulaan tidur Somer
Elizabeth, 1999. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hardy 1991 yang bertujuan
melihat penggunaan aromaterapi lavender untuk meningkatkan tidur dimana hasil penelitian ini dilakukan untuk mencari preparat alami pengganti obat tidur. Dari hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa responden yang pada awalnya mengalami sulit tidur menjadi lebih mudah tidur. Karena dalam aromaterapi lavender tersebut
terjadi pelepasan zat neurokimia serotonin yaitu neurotransmitter yang mengatur permulaan tidur. Oleh karena itu aromaterapi lavender efektif dalam meningkatkan
kualitas tidur. Penelitian lain yang juga mendukung dilakukan oleh Jawad 2008 dengan
tujuan melihat efektivitas aromaterapi lavender terhadap kualitas tidur lansia di desa Hamparan Perak, Kab. Deli Serdang dengan jumlah responden 14 orang pada
kelompok kontrol dan 14 orang pada kelompok intervensi, dan didapatkan hasil yaitu ada pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kualitas tidur pada kelompok
intervensi. Dikatakan bahwa aromaterapi lavender dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas tidur, karena aroma sedatifnya dapat mengeluarkan zat kimia
serotonin yang dapat memudahkan tidur. c Keterbatasan Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti masih memiliki beberapa keterbatasan. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah:
• Desain penelitian yang digunakan tanpa kelompok kontrol, sehingga peneliti hanya bisa membandingkan hasil dari pre test dan post test..
• Sulitnya mengontrol aroma diruangan karena tidak ada ruangan khusus untuk penelitian.
• Peneliti mengalami kesulitan pada saat melakukan observasi pada responden yaitu sulitnya membedakan apakah yang dialami pasien adalah standa dan
gejala dari kurang tidur atau tanda dan gejala dari penyakit yang diderita pasien.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN