Pengaruh Terapi Musik Terhadap Stress Akibat Rawat Inap Pada Anak Usia Sekolah di RSUD Dr. Pirngadi Medan
SKRIPSI
Oleh
TRIONYTA DEBORA S 101101070
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
(3)
tenang.
Skripsi ini akan ku persembahkan kepada kedua orang tuaku Bapak Jonner Sirait & Mama Rospita br Sinaga. Mereka berdua semangatku, inspirasiku, kebanggaanku, cahaya pengharapanku. Perjuangan dan jerih payah kalian akan
selalu kuingat untuk melangkah mencapai kesuksesan.
Trima kasih buat adekku tersayang Abed Nego Sirait & Bintang Kasih Ritonga, memberi semangat dan doa dari kejauhan.
Trima kasih juga buat teman-teman Tim Musik HKBP Sidorejo Medan (pelayanan gereja) yang cantik-cantik kaka Yohana Nainggolan, Nina Nainggolan dan abang dan adik ganteng Efriden Marluga, Andre Naibaho, Dezman, Daniel Horatio, Christian Napitupulu, Harry Sinaga, Eben Manullang,
Sinar Sitanggang dll…
Trima kasih buat teman-teman seperjuangankuu di FKep Reguler KBK 2010 yang eksotis, yang selalu saling mendukung satu sama lain.
Trima kasih buat yang special Hari Bukti Sitanggang yang selalu mendukung, memberi semangat, dan doa untuk penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
(4)
penyelesaian skripsi dengan judul “ Pengaruh Terapi Musik Terhadap Stress Akibat Rawat Inap Pada Anak Usia Sekolah di RSUD Dr.Pirngadi Medan”. Yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Disamping itu penulis juga banyak mendapat bantuan moril dan material dari berbagai pihak dalam menyelesaikan studi dan penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Dedi Ardinata, MKes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
2. Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns., M.Kep, sebagai dosen pembimbing skripsi penulis yang penuh keikhlasan dan kesabaran telah memberikan arahan, yang telah banyak meluangkan waktu, bimbingan, ilmu, serta memberikan masukan-masukan yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini dan juga motivasi serta dukungan kepada saya selama proses penyelesaian skripsi ini.
4. Nur Afi Darti, SKp, M.Kep dan Ikram, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku penguji yang dengan teliti memberikan masukan yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini.
(5)
Keperawatan Universitas Sumatera Utara
7. Teristimewa buat keluarga yang sangat saya banggakan, Ayahanda Jonner Sirait dan Ibunda Rospita br Sinaga. Terima kasih atas doa, dukungan dan kasih sayang. Perjuangan dan jerih payah kalian akan selalu kuingat untuk melangkah mencapai kesuksesan.
Semua saran dan kritik akan menjadi masukan yang sangat berarti untuk pengembangan dan kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi kita semua dan dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan.
Medan, Juli 2014 Penulis
(6)
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR SKEMA ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... x
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Terapi Musik ... 7
2.2 Konsep Stress Hospitalisasi ... 12
2.3 Konsep Rawat Inap ... 15
2.4 Konsep Anak Usia Sekolah ... 18
BAB 3. KERANGKA PENELITIAN ... 22
3.1 Kerangka Konseptual ... 22
3.2 Defenisi Operasional ... 24
3.3 Hipotesa Penelitian ... 25
BAB 4. METODE PENELITIAN ... 26
4.1 Desain Penelitian ... 26
4.2 Populasi dan Sampel ... 26
4.3 Waktu dan Tempat ... 28
4.4 Pertimbangan Etik ... 28
4.5 Instrumen Penelitian ... 29
4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 30
4.7 Tehnik Pengumpulan Data ... 31
4.8 Analisa Data ... 32
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34
5.1 Hasil Penelitian ... 34
5.2 Pembahasan ... 37
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 45
(7)
3. Lembar Persetujuan Uji Validitas Instrumen 4. Surat Izin Uji Reabilitas
5. Surat Selesai Melaksanakan Uji Realibilitas 6. Lembar Komisi Etik Penelitian Kesehatan 7. Surat Izin Penelitian
8. Surat Selesai Penelitian
9. Lampiran Print Output Hasil Komputerisasi 10.Daftar Riwayat Hidup
11.Taksasi Dana Penelitian
(8)
(9)
Tabel 4.1 Desain Penelitian ... 26 Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan data demografi anak usia
sekolah di RSUD Dr.Pirngadi Medan 2014 ( n = 31) ... 35 Tabel 5.2 Distribusi hasil kuesioner stress akibat rawat inap pada anak
usia sekolah sebelum dan sesudah terapi musik
di RSUD Dr.Pirngadi Medan( n = 31 ) ... 36 Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan stress anak sebelum
diberikan terapi musik pada anak usia sekolah
di RSUD Dr. Pirngadi Medan 2014 ... 36 Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan stress anak setelah diberikan
terapi musik pada anak usia sekolah di RSUD
Dr. Pirngadi Medan 2014 ... 37 Tabel 5.5 Pengaruh terapi musik terhadap stress akibat rawat inap
pada anak usia sekolah di RSUD Dr. Pirngadi Medan
(10)
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2014
ABSTRAK
Stress akibat rawat inap merupakan respon individu terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, tuntutan penyesuaian diri, pemberi asuhan tidak dikenal dan kehilangan kemandirian. Anak usia sekolah yang dirawat inap merasa tidak nyaman dengan keadaan lingkungan, perpisahan dengan orang tua dan teman sebaya, kehilangan kontrol atau keterbatasan aktifitas, cedera dan nyeri tubuh, dan rasa takut terhadap rasa sakit itu sendiri.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh terapi musik terhadap stress akibat rawat inap pada anak usia sekolah di RSUD Dr.Pirngadi Medan.
Desain penelitian ini menggunakan quasi eksperimen jenis pre- post test design). Teknik pengambilan sampel adalah total sampling, dengan jumlah sampel 31 anak . Analisa data menggunakan uji Wilcoxon.
Hasil penelitian sebelum diberi terapi musik, mean 11,61 dan standar deviasi 2,155. Setelah diberi terapi musik, mean 1,16 dan standar deviasi 3,606. Hasil uji statistik di peroleh nilai P 0,000 maka disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi musik terhadap stress akibat rawat inap pada anak usia sekolah di RSUD Dr.Pirngadi Medan. Penelitian ini membuktikan bahwa terapi musik dapat mengurangi stress. Maka disarankan untuk menerapkan sebagai salah satu intervensi dalam asuhan keperawatan khususnya keperawatan anak.
Kata kunci : Terapi musik, Stress akibat rawat inap, Anak usia sekolah
(11)
(12)
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2014
ABSTRAK
Stress akibat rawat inap merupakan respon individu terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, tuntutan penyesuaian diri, pemberi asuhan tidak dikenal dan kehilangan kemandirian. Anak usia sekolah yang dirawat inap merasa tidak nyaman dengan keadaan lingkungan, perpisahan dengan orang tua dan teman sebaya, kehilangan kontrol atau keterbatasan aktifitas, cedera dan nyeri tubuh, dan rasa takut terhadap rasa sakit itu sendiri.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh terapi musik terhadap stress akibat rawat inap pada anak usia sekolah di RSUD Dr.Pirngadi Medan.
Desain penelitian ini menggunakan quasi eksperimen jenis pre- post test design). Teknik pengambilan sampel adalah total sampling, dengan jumlah sampel 31 anak . Analisa data menggunakan uji Wilcoxon.
Hasil penelitian sebelum diberi terapi musik, mean 11,61 dan standar deviasi 2,155. Setelah diberi terapi musik, mean 1,16 dan standar deviasi 3,606. Hasil uji statistik di peroleh nilai P 0,000 maka disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi musik terhadap stress akibat rawat inap pada anak usia sekolah di RSUD Dr.Pirngadi Medan. Penelitian ini membuktikan bahwa terapi musik dapat mengurangi stress. Maka disarankan untuk menerapkan sebagai salah satu intervensi dalam asuhan keperawatan khususnya keperawatan anak.
Kata kunci : Terapi musik, Stress akibat rawat inap, Anak usia sekolah
(13)
(14)
Upaya peningkatan kualitas hidup dan perlindungan kesehatan anak telah dilakukan pemerintah antara lain dengan mengadakan skrining bayi baru lahir, deteksi dini tumbuh kembang anak upaya kesehatan sekolah (UKS), penjaringan kesehatan siswa kelas 1 SD/SMP/SMA Sederajat, pengembangan Puskesmas peduli remaja, Puskesmas mampu tatalaksana kasus kekerasan terhadap anak. Upaya-upaya tersebut akan terus ditingkatkan oleh pemerintah sebagai bentuk kepedulian terhadap kesehatan anak di Indonesia (Direktorat Anak, 2012).
Jenjang paling dasar pada pendidikan formal, anak usia sekolah mulai belajar bersosialisasi dengan teman sebaya di lingkungan sekolah. Belajar mengenai budaya, baik budaya sendiri maupun budaya orang lain, yang merupakan hubungan dekat pertama di luar kelompok keluarga. Anak usia sekolah, rentan terhadap penyakit dan pada akhirnya anak diharuskan rawat inap. Penyakit dan rawat inap sering kali menjadi krisis pertama yang harus dihadapi oleh anak (Wong, 2008).
Rawat inap merupakan keadaan krisis yang mengharuskan anak dirawat atau tinggal di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif, yang menyebabkan terjadi perubahan psikis pada anak. Di Indonesia 30 % dari 180 anak antara 3 sampai 12 tahun mempunyai pengalaman dengan rumah sakit. Kebanyakan anak mendapat perawatan di rumah sakit kurang lebih enam hari.
(15)
Dan waktu yang dibutuhkan untuk merawat anak yang sakit 20-45% lebih banyak dari pada waktu untuk merawat orang dewasa (Wong,2003).
Lingkungan rumah sakit tentu sangat berbeda dengan lingkungan di rumah, berbeda bentuk dan suasananya. Respon yang terjadi saat anak dirawat seperti ketakutan, nafsu makan menurun, bahkan anak sering menangis, tidak mau minum susu atau makan makanan yang diberikan. Respon tersebut terjadi karena perawatan anak yang dirawat inap merupakan pengalaman yang penuh stress, baik bagi anak itu sendiri maupun orang tua. Stress berasal dari diri anak itu sendiri dan dari luar yaitu faktor lingkungan. Stress yang dihadapi individu dapat dipengaruhi oleh dimensi fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual (Wong, 2008).
Anak usia sekolah yang dirawat inap akan mengalami beberapa masalah seperti mengalami suatu perpisahan, penyesuaian dengan lingkungan yang baru, penyesuaian dengan perawat yang mengurusnya dan bergaul dengan anak yang sakit. Perpisahan merupakan stress terbesar yang di timbulkan oleh anak yang rawat inap. Salah satu faktor yang mempengaruhi stress akibat rawat inap adalah kehilangan kendali. Banyak situasi rumah sakit yang menurunkan jumlah kendali yang dirasakan oleh anak. Kehilangan kendali pada anak disebabkan oleh perubahan rutinitas, dan ketergantungan yang harus dipatuhi. Salah satu masalah dari anak-anak ini berpusat pada kebosanan (Wong, 2008).
Stress pada anak merupakan salah satu dampak perubahan psikis terjadi dikarenakan adanya suatu tekanan atau krisis pada anak. Reaksi anak terhadap krisis itu dipengaruhi oleh usia perkembangan mereka, pengalaman mereka
(16)
sebelumnya dengan penyakit, perpisahan dengan keluarga, nyeri dan hospitalisasi . Mereka mengakui kehilangan rutinitasnya dan merasa khawatir mereka tidak mampu menyesuaikan diri. Jika seorang anak dirawat inap, maka anak tersebut akan mudah mengalami krisis karena: (1) anak mengalami stress akibat perubahan terhadap status kesehatannya maupun lingkungannya dalam kebiasaannya, dan (2) anak memiliki sejumlah keterbatasan mekanisme koping untuk menyeselesaikan masalah maupun kejadian-kejadian bersifat menekan (Wong, 2008).
Stress dapat diatasi dengan memberikan penatalaksanaan psikoterapi, salah satu dari psikoterapi adalah terapi musik. Bukan saja orang dewasa membutuhkan musik untuk menenangkan diri, anak juga perlu mendengarkan musik dengan irama tertentu untuk melatih kesabaran, dan dapat menurukan stress. Untuk keperluan ini dibutukan ruangan yang tenang (Young & Koopsen, 2007) .
Asosiasi Terapi Musik Amerika (AMTA) didirikan pada tahun 1998, sebagai hasil dari penyatuan American Association for Music Therapy (didirikan tahun 1971) dan National Association for Music Therapy (didirikan tahun 1950). AMTA menetapkan kriteria bagi pendidikan dan pelatihan klinikal para terapis musik. Di zaman dimana semakin banyak orang berpaling pada metode penyembuhan holistik, terapi musik merupakan media yang ampuh dan tidak berbahaya. Terapi musik berhasil diterapkan pada individu dari berbagai usia dan berbagai permasalahan (Young & Koopsen, 2007).
Musik telah menjadi wadah untuk ekspresi dan komunikasi, dan tanpa kita sadari musik juga digunakan untuk menapulasi perasaan. Musik juga salah satu
(17)
cara untuk membuat anak menjadi tenang. Keterampilan yang anak peroleh dari musik mengarah kepada kepercayaan dari yang lebih besar, kemampuan berbahasa yang lebih baik, penguasaan keterampilan motorik halus, kesadaran temporer , kreativitas meningkat, dan meningkatkan konsentasi. Terapi musik juga dapat meningkatkan fungsi mental, mempercepat penyembuhan, meningkatkan rasa sejahtera. Musik adalah alat yang bermanfaat bagi seseorang untuk menemukan harmoni didalam dirinya. Hal ini perlu juga karena dengan adanya harmoni didalam diri seseorang dan akan lebih mudah mengatasi stress, dan rasa sakitnya (Djohan, 2009).
Musik banyak digunakan untuk penyembuhan, menenangkan dan memperbaiki kondisi fisik dan fisiologi. Mendengarkan musik dapat mengubah suasana hatinya dan dapat menaikkan atau menurunkannya, dan memberi ruang untuk berefleksi (Sheppard, 2007).
Data yang diperoleh dari rekam medik RSUD Dr.Pirngadi Medan, anak usia sekolah yang mengalami rawat inap di instalisasi rawat inap dalam kurun waktu terhitung mulai bulan Januari 2013 sampai dengan Januari 2014 dengan jumlah 322 orang.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Farida (2010) dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas terapi musik terhadap penurunan nyeri post operasi pada anak usia sekolah di RSUP HAM, diperoleh hasil penelitian pada kelompok kontrol, pengaruh terapi musik terhadap intensitas nyeri post operasi tidak bermakna, sedangkan pada kelompok intervensi terapi musik mempunyai
(18)
pengaruh yang signifikan terhadap intensitas nyeri. Sehingga disimpulkan terapi musik efektif terhadap intensitas nyeri post operasi pada anak.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mahanani (2013) dengan tujuan durasi pemberian musik klasik Mozart terhadap tingkat kecemasan pada anak di RSUD Bayumas, diperoleh hasil penelitian ada perbedaan pengaruh durasi pemberian terapi musik klasik Mozart terhadap tingkat kecemasan pada anak yang mengalami hospitalisasi saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital di RSUD Bayumas pada kelompok 45 menit.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merasa penting melakukan penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih akurat dan nyata dengan judul pengaruh terapi musik terhadap stress akibat rawat inap pada anak usia sekolah di RSUD Dr.Pirngadi Medan.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terapi musik efektif terhadap stress akibat rawat inap pada anak usia sekolah di RSUD Dr.Pirngadi Medan.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh terapi musik terhadap stress akibat rawat inap pada anak usia sekolah di RSUD Dr.Pirngadi Medan.
(19)
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi karakteristik responden anak usia sekolah yang dirawat inap
2. Untuk mengidentifikasi stress pada anak usia sekolah yang dirawat inap sebelum terapi musik
3. Untuk mengidentifikasi stress pada anak usia sekolah yang dirawat inap sesudah terapi musik
4. Untuk menguji pengaruh terapi musik terhadap stress akibat rawat inap pada anak usia sekolah di RSUD Dr.Pirngadi Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Praktek Keperawatan
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberi informasi kepada perawat khususnya yang bertugas di ruang rawat anak bahwa terapi musik dapat dijadikan sebagai salah satu intervensi untuk menurunkan stress.
1.4.2 Bagi Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukkan dan sumber data tentang efektivitas terapi musik terhadap stress rawat inap pada anak usia sekolah.
1.4.3 Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dalam menerapkan metodologi penelitian dan memberikan asuhan keperawatan untuk mengurangi stress akibat rawat inap pada anak usia sekolah dengan menggunakan terapi musik.
(20)
2.1.1 Pengertian Terapi Musik
Terapi musik adalah suatu proses yang menggabungkan antara aspek penyembuhan musik itu sendiri dengan kondisi dan situasi; fisik /tubuh, emosi, mental, spiritual, kognitif dan kebutuhan sosial seseorang. Terapi musik adalah metode penyembuhan dengan musik melalui energi yang dihasilkan dari musik itu sendiri (Natalina, 2013).
Terapi musik adalah proses yang dapat mempengaruhi kondisi seseorang baik fisik maupun mental. Musik memberikan rangsangan pertumbuhan fungsi-fungsi otak seperti fungsi-fungsi belajar, ingatan, berbicara, mendengar dan fungsi-fungsi kesadaran (Satiadarma, 2004).
2.1.2 Jenis Terapi Musik
Menurut Natalina (2013), Terapi musik terdiri dari dua jenis yaitu: 1. Aktif-Kreatif
Terapi musik diterapkan dengan melibatkan klien secara langsung untuk ikut aktif dalam sebuah sesi terapi melalui cara: menciptakan lagu (composing) yaitu klien diajak untuk menciptakan lagu sederhana ataupun membuat lirik atau terapis yang akan melengkapi secara harmoni; improvisasi yaitu klien membuat musik secara spontan dengan menyanyi ataupun bermain musik pada saat itu juga atau membuat improvisasi dari musik yang diberikan oleh terapis. Improvisasi dapat juga sebagai ungkapan perasaan klien akan suasana hatinya, situasi yang
(21)
dihadapi maupun perasaan terhadap seseorang; dan re-creating musik yaitu klien menyanyi dan akan melatih pernafasan, pengucapan kata-kata yang teratur, artikulasi dan juga melatih lafal bicara dengan jelas. Lirik lagu yang sesuai juga dapat menjadi bahan diskusi yang mengungkapakan perasaan klien.
2. Pasif-Reseptif
Pada sesi reseptif : klien akan mendapatkan terapi dengan mendengarkan musik. Terapi ini akan menekankan pada physical, emotional intellectual, aesthetic or spiritual dari musik itu sendiri sehingga klien akan merasakan ketenangan atau relaksasi. Musik yang digunakan dapat bermacam jenis dan gaya tergantung dengan kondisi yang dihadapi klien.
2.1.3 Metode Terapi Musik
Penggunaan metode terapi musik secara aktif-kreatif lebih efektif dalam proses penyembuhan. Memberi dampak yang besar pada pasien karena terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi motorik, emosional, kognitif, sosial dan pembentukan kepribadian.
a. Motorik, terapi musik aktif menggerakkan tubuh pasien, mulai dari yang sederhana seperti menganggukkan kepala, bertepuk tangan sampai menggerakkan seluruh tubuh atau menari mengikuti irama musik. Hal ini terjadi proses perengangan otot motorik klien yang mengaktifkan syaraf. b. Emosional, terapi musik mempengaruhi perasaan klien yang berakibat
pada perubahan hormon.
c. Kognitif, agar bisa mengerti suatu lagu diperlukan pemahaman akan lagu tersebut. Hal ini bisa dilihat dari lirik lagu dan irama lagu. Secara tidak
(22)
langsung akan dituntut memahami lagu secara menyeluruh sehingga dapat mengungkapkan perasaannya melalui lagu tersebut.
d. Sosial, terjadi hubungan saling percaya antara terapis dank lien melalui komunikasi langsung maupun komunikasi lewat lagu (Natalina, 2013). 2.1.4 Manfaat Terapi Musik
Terapi musik merupakan pengobatan secara holistik yang langsung menuju pada simptom penyakit. Terapi ini akan berhasil jika ada kerjasama antara klien dengan terapisnya. Proses penyembuhan sepenuhnya tergantung pada kondisi klien, apakah seseorang benar-benar siap menerima proses secara keseluruhan.
Terapi musik memiliki beberapa manfaat, yaitu:
1. Musik pada kesehatan, yaitu : menurunkan tekanan darah melalui ritmik musik yang stabil memberi irama teratur pada sistem kerja jantung, menstimulasi kerja otak, mendengarkan musik dengan harmoni yang baik akan menstimulasikan otak untuk melakukan proses analisa terhadap lagu itu, meningkatkan imunitas tubuh, suasana yang ditimbulkan oleh musik akan mempengaruhi sistem kerja hormon manusia. Jika mendengar musik yang baik atau positif maka hormon yang meningkatkan imunitas tubuh juga akan berproduksi, memberi keseimbangan pada detak jantung dan denyut nadi. 2. Musik meningkatkan kecerdasan, yaitu daya ingat yaitu menyanyi dengan
menghafalkan lirik lagu, akan melatih daya ingat, konsentrasi pada saat terlibat dalam bermusik (menyanyi, bermain instrument) akan menyebabkan otak bekerja secara terfokus, emosional, musik mampu memberi pengaruh
(23)
secara emosional terhadap makhluk hidup, musik meningkatkan kerja otot, mengaktifkan motorik kasar dan halus, musik meningkatkan produktifitas, kreatifitas dan imajinasi, musik menyeabkan tubuh menghasilkan hormon beta-endorfin. Ketika mendengar suara kita sendiri yang indah maka homon ‘kebahagiaan’ (beta-endorfin) akan berproduksi, musik membentuk sikap seseorang seperti meningkatkan suasana hati. Karakter seseorang dapat terbentuk melalui musik, rangkaian nada yang indah akan membangkitkan perasaan bahagia atau semangat positif, musik mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan sosialisasi, bermusik akan menciptakan sosialisasi karena dalam bermusik dibutuhkan komunikasi (Natalina, 2013).
Terapi musik juga dapat membantu semua bentuk pertumbuhan klien baik secara mental maupun fisik, membantu membangun kemampuan sosial, dapat menciptakan harga diri yang besar, menjadi kreatif dalam bidang artistik dapat memberikan efek mendalam untuk meningkatkan ekspresi diri sendiri, menstimulasikan gerakan dan mengembangkan kemampuan koordinasi fisik serta pengendaliannya, dan dapat membantu kesejahteraan emosional dan kesehatan (Sheppard, 2007).
Musik digunakan untuk menjaga atau meningkatkan tingkat keadaan fisik, mental, spiritual serta fungsi sosial atau emosional klien. Dengan menggunakan pendekatan yang terencana dan sistematis terhadap penggunaan musik dan akitivitas musik, penanganan dengan terapi musik untuk jiwa, tubuh dan roh memungkinkan terjadinya seperti: Pengurangan kegelisahan dan stress, pengendalian rasa sakit dan ketidaknyamanan dengan tanpa obat, perubahan
(24)
positif dalam perasaan dan keadaan emosional, partisipasi aktif dan positif klien dalam perawatan, mengembangkan keterampilan menangani masalah dan berelaksasi, memenuhi kebutuhan fisik dan spiritual yang kompleks dari mereka yang sekarat, relaksasi bagi seluruh keluarga, meningkatkan makna watu yang digunakan bersama secara positif dan kreatif (Young & Koopsen, 2007).
Warna dan musik memancarkan frekuensi energi murni. Menggunakan unsur energi ini untuk penyembuhan serta penumbuhan kesadaran spiritual. Selain itu, warna dan musik dapat juga untuk menyingkirkan penghalang dalam diri seseorang, agar energi alam leluasa melakukanpenyembuhan (Bassano, 2009). 2.1.5 Penerapan Terapi Musik
Menurut Natalina (2013), Dalam melakukan terapi musik dilakukan langkah-langkah, yaitu : pengkajian – melakukan observasi (pendataan klien) : dari usia klien, jenis kelamin, latar belakang kondisi kesehatan klien, rancangan terapi : menentukan jenis musik yang sesuai, membangun komunikasi antara terapis dan klien, membangun kesadaran diri dan pemberdayaan, implementasi dan tahap terakhir mengevaluasi klien.
Bicara tentang terapi musik, akses mendengarkan musik dapat melalui : radio, kaset, video, televisi, pertunjukkan langsung, konser, kelompok komunitas (Djohan, 2006).
2.1.6 Respon Fisiologis Terhadap Musik
Jenis musik yang dimainkan (seperti musik yang menenangkan) dapat menentukan perubahan fisiologis. Musik yang menenangkan dapat mengubah persepsi seseorang tentang waktu dan dapat menghasilkan respon hipometabolis
(25)
yang mirip dengan respon relaksasi yang mengubah sistem autonimik, kekebalan, endokrin (Young & Koopsen, 2007).
Dengan metabolisme yang baik, tubuh akan mampu membangun sistem kekebalan tubuh yang baik, dan dengan sistem kekebalan yang baik tubuh menjadi kuat atau lebih tangguh terhadap kemungkinan serangan penyakit. Musik dapat meningkatkan serotinin dan pertumbuhan hormon yang sama baiknya dengan menurunkan hormon ACTH (Ardenal Corticotropin Hormon). Pemberian intervensi terapi musik membuat seseorang menjadi rileks, menimbulkan rasa aman, sejahtera, melepaskan rasa gembira dan sedih, menurunkan rasa sakit dan juga menurunkan tingkat stress. Hal ini terjadi karena adanya penurunan ACTH yang merupakan hormon stress (Satiadarma, 2007).
2.2 Konsep Stress Hospitalisasi 2.2.1 Defenisi Stress Hospitalisasi
Stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi. Segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri, dan karena itu sesuatu yang mengganggu keseimbangan (Sunaryo, 2004).
Stress hospitalisasi adalah reaksi yang harus dihadapi dengan lingkungan yang asing, pemberi asuhan tidak dikenal, dan kehilangan kemandirian (Wong, 2003).
2.2.2 Penyebab Stress Hospitalisasi
Stress yang terjadi pada anak menurut Wong (2008) merupakan akibat perubahan dari keadaan sehat biasa dan rutinitas lingkungan dan anak memiliki
(26)
sejumlah keterbatasan mekanisme koping untuk menyelesaikan masalah ataupun kejadian-kejadian yang bersifat menekan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stress adalah kurang kendali akan peningkatan fisik persepsi ancaman dan dapat mempengaruhi keterampilan koping anak-anak, efek cahaya, suara dan bau yang berlebihan mengganggu stimulasi sensorik, dan ketergantungan diskusi dengan kelompok usianya. Stress yang dialami anak adalah terjadi suatu perpisahan antara orang tua dan teman sebaya, kehilangan kontol, ketergantungan, perubahan peran keluarga, cedera dan nyeri tubuh, dan rasa takut terhadap sakit itu sendiri (Wong, 2003).
Menurut Wong (2008), faktor resiko yang meningkatkan kerentanan anak terhadap stress hospitalisasi adalah temperamen sulit, ketidaksesuaian anak dengan orang tua, jenis kelamin laki-laki, kecerdasan dibawah rata-rata.
2.2.3 Tanda dan Gejala Stress
Menurut Foster (1989), tanda dan gejala stress anak usia sekolah terdiri dari:
1. Fisik, yang ditandai dengan : peningkatan denyut nadi atau HR, Peningkatan tekanan darah, kesulitan bernafas, sesak nafas, sakit kepala, migran, kelelahan, sulit tidur, masalah pencernaan yaitu diare, mual muntah, maag, radang usus besar, sakit perut, gelisah, keluhan somatik, penyakit ringan, keluhan psikomatik, Frekuensi buang air kecil, BB meningkat atau menurun atau lebih 4,5 kg.
2. Emosional, yang ditandai dengan : gampang marah, reaksi berlebihan terhadap situasi tertentu yang relative kecil, luapan kemarahan, cepat marah,
(27)
permusuhan, kurang minat, menarik diri, apatis, tidak bisa bangun di pagi hari, cenderung menangis, menyalahkan orang lain, sikap mencurigakan, khawatir, depresi, sinis, sikap negatif, menutup diri dan ketidakpuasan.
3. Intelektual, yang ditandai dengan : menolak pendapat orang lain, daya hayal tinggi (khawatir akan penyakitnya), konsentrasi menurun terutama pada pekerjaan yang rumit, penurunan kreatifitas, berpikir lambat, reaksi lambat, sulit dalam pembelajaran, sikap yang tidak peduli, malas.
2.2.4 Respon Fisiologis Terhadap Stres
Menurut Slota (2006), Ketika tubuh manusia berhadapan dengan stimulus stress, sistem saraf otonomik diaktifkan, pengeluaran hormon yang mengontrol mekanisme pertahanan fisiologis. Berikut adalah tanda dari aktivasi sistem saraf, yaitu :
1. Takikardi, takipnea, dan peningkatan tekanan darah
2. Penyampitan (vasokontriksi) perifer dengan extremitas dingin 3. Dilatasi pupil
4. Kewaspadaan meningkat 5. Hambatan sistem pencernaan 6. Hambatan sistem imun 7. Hiperkalemi pada anak
(28)
2.3 Rawat Inap
2.3.1 Defenisi Rawat Inap
Rawat inap adalah suatu proses karena suatu alasan yang terencana atau darurat, yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit. Menjalani terapi dan perawatan sampai akhirnya akan dipulangkan kembali ke rumah (Wong, 2008).
Rawat inap merupakan pengalaman bagi individu karena faktor penyebab stress yang dialami dan menimbulkan perasaan yang tidak nyaman dan aman, seperti: lingkungan asing sendiri, berpisah dengan orang terdekat, kehilangan kebebasan dan kemandirian, pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan dan perilaku petugas rumah sakit (Wong, 2003).
2.3.2 Dampak Rawat Inap
Perawatan di rumah sakit merupakan masalah besar dan menimbulkan ketakutan, kecemasan, bagi anak. Dampak rawat inap yang dialami bagi anak dan orangtua akan menimbulkan stress dan tidak merasa aman. Efek dan jumlah stress tergantung pada persepsi anak dan orangtua terhadap diagnosa penyakit dan pengobatan (Wong, 2008).
Anak-anak dapat bereaksi terhadap stress rawat inap sebelum mereka masuk, selama dirawat, dan setelah pemulangan mereka ke rumah. Anak akan cenderung lebih manja, akan meminta perhatian lebih dari orang tua. Stress yang umumnya terjadi berhubungan dengan rawat inap adalah takut dengan lingkungan rumah sakit, kegiatan rumah sakit, tindakan perawat yang menyakitkan dan takut akan kematian. Konsep sakit yang dimiliki anak bahkan lebih penting
(29)
dibandingkan usia dan kematangan intelektual dalam memperkirakan tingkat kecemasan sebelum dirawat. Reaksi rawat inap pada anak bersifat individual dan tergantung pada tahapan usia perkembangan anak. Emosional pada anak sering ditunjukkan dengan ekspresi menagis, marah dan berduka sebagai bentuk yang wajar dalam mengatasi stress akibat rawat inap (Wong, 2003).
Anak sering menganggap sakit adalah hukuman untuk perilaku buruk, hal ini terjadi karena anak masih mempunyai keterbatasan koping. Anak juga mempunyai kesulitan dalam pemahaman mengapa mereka sakit, tidak bisa bermain dengan teman sebayanya, mengapa mereka terluka dan nyeri sehingga mereka harus ke rumah sakit dan harus mengalami rawat inap. Reaksi anak tentang hukuman yang diterimanya dapat bersifat kooperatif, menyebabkan anak menjadi marah. Sehingga anak kehilangan kontrol sehubungan terganggunya fungsi motorik yang mengakibatkan berkurangnya percaya diri pada anak, sehingga tugas perkembangan yang sudah dicapai akan terhambat (Wong, 2008). 2.3.3 Reaksi Anak Usia Sekolah Terhadap Sakit dan Rawat Inap
Anak usia sekolah membayangkan rawat inap di rumah sakit adalah perpisahan dengan orang tua, merasa tidak nyaman, aktivitas dan kemandiriannya terbatas dan terhenti. Anak akan bertanya mengapa berada di rumah sakit, bingung, dan bermacam pertanyaan yang akan ditanya dikarenakan anak tidak mengetahui yang sedang terjadi. Reaksi rawat inap pada anak bersifat individual dan sangat bergantung pada tahapan usia perkembangan anak. Pengalaman sebelumnya di rumah sakit, sistem pendukung yang tersedia dan kemampuan koping yang dimiliki anak (Wong,2008).
(30)
Wong (2008) mengatakan reaksi anak terhadap sakit dan rawat inap dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : perkembangan anak terhadap sakit berbeda-beda sesuai tingkat perkembangan anak. Berkaitan dengan umur anak, semakin muda anak maka akan semakin sukar baginya untuk menyesuaikan diri mereka tentang pengalaman di rumah sakit; pengalaman rawat inap di rumah sakit sebelumnya, apabila anak pernah mengalami yang tidak menyenangkan saat di rawat inap, akan menyebabkan anak takut dan trauma, dan sebaliknya apabila saat dirawat inap anak mendapatkan perawatan yang baik dan menyenangkan maka anak akan lebih kooperatif pada perawat dan dokter, dukungan keluarga: anak akan mencari dukungan dari orang tua, dan saudara kandungnya untuk melepaskan tekanan akibat penyakit yang dideritanya; dan perkembangan koping dalam menangani stresor pada anak baik dalam menerima keadaan bahwa anak harus dirawat inap, maka akan lebih kooperatif anak tersebut dalam menjalani perawatan di rumah sakit.
Stresor yang dihadapi anak usia sekolah yang dirawat inap adalah lingkungan yang baru dan asing, pengalaman yang menyakitkan dengan tindakan keperawatan, terapi, berpisah dengan orang tua dalam arti sementara. Anak usia sekolah membayangkan dirawat inap merupakan hukuman, terpisah, merasa tidak nyaman dan keterbatasan aktivitas. Anak menjadi ingin tahu dan bingung, anak selalu bertanya kenapa orang itu, mengapa berada di rumah sakit, bermacam pertanyaan anak yang akan ditanyakan karena anak tidak mengetahui apa yang sedang terjadi (Schulte, 2001).
(31)
2.4 Anak Usia Sekolah
2.4.1 Defenisi Anak Usia Sekolah
Anak usia sekolah adalah anak yang berumur 6 sampai 12 tahun yang masih duduk di sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 6 dan perkembangan sesuai usianya (Wong, 2008).
Usia sekolah merupakan usia dimana anak mulai berkenalan dengan musik dilingkungan sosialnya secara luas. Usia sekolah merupakan usia yang baik untuk belajar bermain musik. Musik merupakan bentuk rangsangan yang menyenangkan untuk anak (Satiadarma, 2004).
2.4.2 Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah 1. Perkembangan Biologis
Selama masa kanak-kanak pertengahan, pertumbuhan tinggi dan berat badan terjadi lebih lambat tetapi pasti jika dibandingkan dengan masa sebelumnya. Antara usia 6-12 tahun, anak-anak akan mengalami pertumbuhan sekitar 5 cm per tahun untuk mencapai tinggi badan 30-60 cm dan berat badannya akan bertambah hampir dua kali lipat, bertambah 2-3 kg per tahun. Tinggi rata-rata anak usia 6 tahun adalah sekitar 116 cm dan berat badannya sekitar 21 kg; tinggi rata-rata anak usia 12 tahun adalah sekitar 150 cm dan berat badannya mendekati 40 kg. Pada periode ini, anak laki-laki cenderung sedikit lebih tinggi dan kadang-kadang sedikit lebih berat dari anak perempuan (Wong, 2008).
2. Perkembangan Psikososial
Masa kanak-kanak pertengahan adalah periode perkembangan psikoseksual yang dideskripsikan oleh Freud sebagai periode laten, yaitu waktu
(32)
tenang antara fase Odipus pada masa kanak-kanak awal dan erotisisme masa remaja. Selama waktu ini, anak-anak membina hubungan dengan teman sebaya sesama jenis setelah pengabdian pada tahun-tahun sebelumnya dan didahului ketertarikan pada lawan jenis yang menyertai pubertas (Wong, 2008).
Menurut Erikson perkembangan psikososial ada 2 tahap yaitu tahap industri atau pencapaian dan tahap inferioritas atau perasaan kurang berharga. Dimana tahap industri, anak usia sekolah ingin mengembangkan keterampilan dan berpartisipasi dalam pekerjaan yang berarti dan berguna secara sosial. Dengan tumbuhnya rasa kemandirian, anak usia sekolah ingin terlibat dalam tugas yang dapat dilakukan sampai selesai. Sedangkan pada tahap inferioritas, anak usia sekolah tidak dipersiapkan untuk memikul tanggung jawab yang terkait dengan perkembangan rasa pencapaian, perasaan kurang berharga dapat timbul dari anak itu sendiri dan dari lingkungan sosial nya (Wong, 2008).
3. Perkembangan Kognitif
Tahap operasional konkret menurut J.Piaget adalah anak mampu menggunakan proses berpikir untuk mengalami peristiwa dan tindakan. Pemikiran egosentris yang kaku pada tahun-tahun prasekolah digantikan dengan proses pikiran yang memungkinkan anak melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. Selama tahap ini anak mengembangkan pemahaman mengenai hubungan antara sesuatu hal dan ide. Anak mengalami kemajuan dari pembuat penilaian berdasarkan apa yang mereka lihat (pemikiran perseptual) sampai membuat penilaian berdasarkan alasan mereka (konseptual) (Wong, 2008).
(33)
4. Perkembangan Moral
Menurut Kohlberg, pola pikir anak mulai berubah dari egosentrisme ke pola pikir logis, mereka juga bergerak melalui tahap perkembangan kesadaran diri dan standar moral. Anak mempelajari standar-standar untuk perilaku yang dapat diterima, bertindak sesuai dengan standar tersebut dan merasa bersalah jika melanggarnya. Anak usia sekolah mampu menilai suatu tindakan berdasarkan niat dibandingkan akibat yang dihasilkannya. Peraturan dan penilaian tidak lagi bersifat mutlak dan otoriter serta lebih banyak kebutuhan dan keinginan orang lain. Mereka mampu memahami dan menerima bagaimana memperlakukan orang lain dan seperti bagaimana yang anak inginkan (Wong, 2008).
5. Perkembangan Spiritual
Perkembangan spiritual pada anak usia sekolah mempunyai batasan berfikir yang sangat konkret, tetapi pelajar yang baik dan memiliki kemauan besar untuk mengenal Tuhan. Mereka menggambarkan Tuhan adalah “sayang” dan “membantu” dan mereka sangat tertarik dengan adanya surga dan neraka. Dengan perkembangan kesadaran diri dan perhatian terhadap peraturan, anak takut masuk neraka karena kesalahan dalam perbuatannya. Anak usia sekolah ingin dan berharap dihukum apabila mereka melakukan kesalahan dan jika diberi pilihan anak lebih memilih hukuman yang sesuai dengan kejahatannya. Sering kali anak menggambarkan penyakit dan cedera adalah hukuman karena kelakuan yang buruk yang nyata maupun kelakuan buruk dalam pikiran anak. Konsep agama harus dijelaskan kepada anak dalam istilah yang konkret. Anak merasa nyaman dengan berdoa atau melakukan ritual agama lainnya, dan aktivitas ini merupakan
(34)
bagian kegiatan sehari-hari anak. Hal ini dapat membantu anak dalam melakukan koping dalam menghadapi situasi yang mengancam (Wong, 2008).
6. Perkembangan Sosial
Anak usia sekolah akan bersosialisasi dengan kelompok teman sebaya. Selain orang tua dan sekolah, kelompok teman sebaya memberi sejumlah hal yang penting kepada temannya yang lain. Anak usia sekolah memiliki budaya mereka sendiri, disertai rahasia, adat istiadat, dan kode etik yang meningkatkan rasa solidaritas kelompok dan melepaskan diri dari kelompok orang dewasa. Identifikasi dengan teman sebaya memberi pengaruh kuat bagi anak dalam memperoleh kemandirian dari orang tua. Bantuan dan dukungan kelompok memberi anak rasa aman yang cukup untuk menghindari resiko penolakan dari orang tua yang disebabkan oleh setiap kemenangan kecil dalam perkembangan kemandirian (Wong, 2008).
(35)
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah hubungan yang berkaitan antara satu konsep dengan konsep lainnya dengan masalah-masalah yang akan diteliti. Kerangka konsep ini berguna untuk menghubungkan dan menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu topik yang dibahas (Setiadi, 2007).
Kerangka konseptual dalam penelitian ini menggambarkan bahwa variabel dependen (terikat) dipengaruhi oleh variabel independen (bebas), dimana terapi musik (variabel independen) mempengaruhi terhadap stress akibat rawat inap (variabel dependen) pada anak usia sekolah di RSUD Dr. Pirngadi Medan.
Dari uraian tersebut, maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut :
(36)
Keterangan :
: Diteliti
: Hubungan
Skema 3.1. Kerangka penelitian pengaruh terapi musik terhadap stress akibat rawat inap pada anak sekolah di RSUD Dr.Pirngadi Medan. Variabel Dependen Anak mengalami stress hospitalisasi karena : Perpisahan dengan orang tua dan teman sebaya,
Kehilangan kontrol,
Cedera dan nyeri tubuh, dan
Rasa takut terhadap sakit itu sendiri Anak usia sekolah yang menjalani rawat inap di rumah sakit Dr. Pirngadi Medan
Ada stress hospitalisasi
Tidak ada stress hospitalisasi
Variabel Independen
(37)
3.2 Defenisi Operasional
Tabel 1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian No Variabel
Penelitian
Defenisi Operasional
Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1 Variabel Independen: Terapi Musik Terapi musik yang berjenis aktif-kreatif yang diberikan pada anak usia sekolah yang menjalani rawat inap di RS. Pirngadi Medan berupa anak ikut dalam proses bernyanyi, melakukan gerakan. Terapi ini dilakukan selama 45 menit selama 2 hari. Terapi musik dilakukan pada siang hari setelah anak selasai makan siang. - - - 2 Variabel Dependen : Stress hospitalisasi Stress hospitalisasi adalah stress yang dialami anak usia sekolah yang dirawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan akibat perpisahan dengan orang tua
dan teman sebaya,
kehilangan
kontrol, cedera atau nyeri tubuh,
rasa takut terhadap sakit yang diderita
Kuesioner 1. Bila score jawaban
responden dari kuesioner yang diberikan antara 0-11 maka tidak ada stress
hospitalisasi pada anak
2. Bila score jawaban responden dari kuesioner yang diberikan antara 12-21 maka ada stress
hospitalisasi pada
(38)
3.3 Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini hipotesa penelitian adalah hipotesa alternatif, yaitu ada pengaruh terapi musik terhadap stress akibat rawat inap pada anak usia sekolah di RSUD Dr.Pirngadi Medan.
(39)
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi eksperimen dengan pendekatan pre post test design. Penelitian ini hanya menguji satu kelompok subjek dimana kelompok tersebut diobservasi sebelum dilakukan intervensi kemudian diobservasi lagi sesudah intervensi.
Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Pre Test Perlakuan Post Test
01 X 02
Keterangan :
01 = Pengukuran stress karena rawat inap sebelum diberikan perlakuan terapi musik
02 = Pengukuran stress karena rawat inap setelah diberikan perlakuan terapi musik
X = Pemberian terapi musik jenis pasif-reseptif pada anak yang dirawat inap
4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah anak yang berusia 6-12 tahun mengalami rawat inap di RSUD Dr.Pirngadi Medan sebanyak 31 orang anak pada
(40)
bulan April-Mei 2014. (Diperoleh dari buku rawatan ruang rawat inap Melati dan Mawar RSUD Dr.Pirngadi Medan 2014).
4.2.2 Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang terjangkau digunakan menjadi subjek penelitian. Pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dari keseluruhan populasi, Karena populasi dalam penelitian ini ≤ 100. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode total sampling dimana semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel.
Kriteria inklusi sampel adalah : 1. Anak usia 6-12 tahun
2. Anak bersedia menjadi responden
3. Anak yang telah mengalami rawat inap minimal 2 hari 4. Anak dapat berbahasa Indonesia dengan baik
5. Tingkat kesadaran compos mentis
6. Tidak menderita gangguan pendengaran dan pengucapan 7. Orang tua setuju anaknya menjadi responden
Kriteria Ekslusi dari penelitian ini adalah :
1. Anak dengan kebutuhan khusus (anak autism, anak dengan penyakit hidrosefalus, anak yang hiperaktif, anak dengan tunagarahita, anak yang berada di ruangan isolasi).
(41)
4.3 Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan mulai 15 April sampai dengan 15 Mei 2014 di ruang rawat inap Melati dan Mawar RSUD Dr. Pirngadi Medan. Jumlah responden yang diperoleh peneliti di ruang rawat inap Melati perminggu rata-rata sebanyak 6 anak dan di ruang rawat inap Mawar rata-rata perminggu rata-rata sebanyak 2 anak. Dilakukan di rumah sakit ini karena merupakan rumah sakit tipe B rujukan wilayah Sumatera Utara merupakan rumah sakit umum daerah, rumah sakit pendidikan dan penelitian, lokasi rumah sakit yang strategis dan pengurusan surat izin penelitian yang mudah sehingga dapat memudahkan peneliti mengambil sampel sesuai dengan kriteria sampel yang sudah peneliti tentukan
4.4 Pertimbangan Etik
Penelitian ini dilaksanakan mempertimbangkan etik penelitian yaitu terlebih dahulu mendapatkan izin dari Fakultas Keperawatan USU Medan, mendapat pesetujuan komite etik penelitian kesehatan Fakultas Keperawatan USU, Direktur RSUD Dr.Pirngadi Medan, kemudian Kepala instalasi rawat inap dan Kepala ruangan rawat inap. Sesudah diterima oleh pihak rumah sakit, peneliti menjelaskan kepada keluarga dan calon responden tentang tujuan, manfaat penelitian dan proses penelitian. Responden yang bersedia berpartisipasi melakukan penelitian maka harus mengisi lembar persetujuan (informed consent). Selama proses penelitian ini, peneliti tidak menemukan calon responden yang tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian. Semua anak yang dirawat inap bersedia menjadi responden.
(42)
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama lengkap tetapi mencantumkan inisial atau memberi kode pada masing-masing lembar kuesioner pengumpulan data. Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang disajikan sebagai hasil penelitian.
4.5 Instrumen Penelitian
Kuesioner penelitian terdiri dari dua bagian yaitu kuesioner data demografi dan kuesioner stress yang disusun berdasarkan tanda dan gejala stress yang telah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing.
4.5.1 Kuesioner Data Demografi
Kuesioner data demografi disusun oleh peneliti yang terdiri dari usia, jenis kelamin, suku bangsa, agama, pengalaman dirawat, dan lama dirawat. Data demografi responden digunakan untuk menggambarkan karakteristik responden tidak dianalisis.
4.5.2 Kuesioner Stres Akibat Rawat Inap pada Anak Usia Sekolah
Kuesioner stress akibat rawat inap pada anak usia sekolah yang terdiri dari 21 pertanyaan. Jenis pertanyaan dikotomi dengan pilihan jawaban ya atau tidak. Skala pengukuran data yang digunakan adalah skala Guttman. Dengan interpretasi penilaian, pertanyaan negatif apabila jawaban ya nilainya 0 dan apabila jawaban tidak nilainya 1. Perhitungan data hasil pengukuran dikategorikan berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (2005).
(43)
Dengan demikian, maka stress akibat rawat inap pada anak usia sekolah dikategorikan sebagai berikut : tidak ada stress hospitalisasi dengan skor 0-11 dan ada stress hospitalisasi 12-21.
4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas 4.6.1 Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu instrumen akan dikatakan valid bila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk mengetahui validitas kuesioner stress akibat rawat inap pada anak usia sekolah, peneliti menggunakan teknik content valiity yang membuktikan instrumen lebih valid yang akan dilakukan oleh orang yang ahli dalam keperawatan anak dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yaitu Ibu Farida L. Siregar, S,Kep Ns, M.Kep dengan content validity index (CVI) adalah 0,91 , maka kuesioner ini valid.
4.6.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang sama. Uji reliabilitas dilakukan pada 20 orang anak usia sekolah di ruang rawat inap bedah anak (Ruangan Kenanga) di RSUD Dr. Pirngadi Medan dimana bukan sampel yang diteliti. Uji Reliabilitas dilakukan pada bulan Februari-Maret 2014. Hasil kuesioner dianalisis dengan komputerisasi yaitu analisis Kuder Richardson (KR) 20 dimana
(44)
koefisiennya harus > 0,7 agar reliabel maka kuesioner ini layak digunakan (Polit & Hungler, 1995). Nilai Reliabel kuesioner stress akibat rawat inap yaitu 0.89 dengan jumlah responden 20 sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner dalam penelitian ini sudah reliabel.
4.7 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan di ruangan Melati dan Mawar RSUD Dr. Pirngadi Medan selama bulan April - Mei 2014 . Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah yaitu mengajukan permohonan ijin kepada bagian pendidikan Fakultas Keperawatan USU Medan dan mendapatkan surat persetujuan komisi etik penelitian kesehatan Fakultas Keperawatan USU. Kemudian mengajukan permohonan ijin pelaksanaan penelitian kepada Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan, Kepala instalasi rawat inap dan Kepala ruangan. Sesudah ijin penelitian diberikan, peneliti mendata anak yang dirawat inap yang memenuhi kriteria inklusi untuk dijadikan responden. Kemudian peneliti menjelaskan kepada keluarga dan responden tentang tujuan, manfaat penelitian dan proses penelitian yang akan dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan setelah proses pengumpulan data.
Setelah anak bersedia menjadi responden penelitian maka peneliti memberikan lembaran informed consent sebagai bentuk persetujuan kepada orang tua responden, dan meminta orang tua responden untuk memberikan tanda tangannya pada lembar persetujuannya tersebut (orang tua yang menandatangani sebagai aspek legalitas karena anak masih dibawah pengawasan orang tua dan
(45)
belum berusia 21 tahun). Kemudian peneliti melakukan wawancara selama 20 menit untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik responden dan kuesioner untuk mengetahui apakah anak mengalami stress akibat rawat inap sebelum diberikan intervensi terapi musik (Pre test pada hari pertama), kuesioner diisi langsung oleh peneliti. Setelah peneliti selesai mengisi lembar kuesioner maka selanjutnya peneliti memberikan intervensi terapi musik.
Intervensi dilakukan sebanyak 2 kali dengan durasi 45 menit dengan prosedur, sebelumnya peneliti mempersiapkan alat dan bahan yaitu laptop, dan speaker mini. kemudian peneliti memperdengarkan lagu kepada anak dan mengajarkan anak gerakan dari lagu tersebut. Kemudian anak mengulangi lagu dan gerakan yang diajarkan dan selanjutnya peneliti dan responden bernyanyi dan melakukan gerakan bersama.
Terapi ini dilakukan secara perorangan. Setelah melakukan intervensi sebanyak 2 kali, pada hari kedua (hari itu juga) dilakukan pengumpulan data kembali (post test) dengan menggunakan kuesioner yang sama pada saat pre test
dengan teknik wawancara selama 15 menit. Selama proses penelitian peneliti tidak menemukan adanya responden yang mengundurkan diri.
4.8 Analisa Data
Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahap yaitu : (1). tahap editing yang dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan kuesioner yang diisi oleh responden; (2). tahap coding dengan mengoreksi ketepatan dan kelengkapan data responden kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual
(46)
sebelum diolah dengan menggunakan komputer; (3). tahap scoring dan entri data memberikan penilaian terhadap item-item yang perlu diberi penilaian dan memasukkan data yang telah dikumpulkan; (4). tahap tabulating dan analisis memasukkan data yang telah diberi kode ke dalam tabel.
Analisa data dibedakan menjadi 2, yaitu: 4.8.1 Analisa Univariat
Analisa univariat yang digunakan adalah analisa statistik deskriptif untuk menyajikan karakteristik responden dari kuesioner demografi yaitu umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama, pengalaman dirawat, lama dirawat. Kuesioner stress akibat rawat inap pada anak usia sekolah berdasarkan tanda dan gejala yang meliputi fisik, emosional dan intelektual tersebut ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.
4.8.2 Analisa Bivariat
Analisa ini menggunakan uji statistik Wilcoxon yang merupakan uji dua sampel berhubungan (variabel dependen dan independen), dimana terdapat tahap sebelum (pre test) dan sesudah (post test). Uji statistik Wilcoxon dipilih dalam penelitian ini karena skala yang digunakan adalah ordinal. Hasil disajikan dalam bentuk tabel.
(47)
Pengumpulan data dilakukan dari tanggal 15 April sampai dengan 15 Mei 2014. Jumlah sampel yang didapat sebagai responden yang memenuhi kriteria penelitian adalah sebanyak 31 responden. Penyajian data meliputi deskriptif karakteristik reponden, kuesioner stress akibat rawat inap sebelum dan sesudah diberikan terapi musik.
Pada bab ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai efektivitas terapi musik terhadap stress akibat rawat inap pada anak usia sekolah di RSUD Dr.Pirngadi Medan.
5.1.1 Analisa Univariat a. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini berjumlah 31 orang yang diberi perlakuan terapi musik selama 45 menit. Dengan karakteristik yang terdiri dari jenis kelamin, usia anak, suku bangsa, agama, pengalaman dirawat, dan lama dirawat.
(48)
Tabel 5.1
Distribusi responden berdasarkan data demografi anak usia sekolah di RSUD Dr.Pirngadi Medan 2014 ( n = 31)
Karakteristik Responden Frekuensi Persentase( %) 1. Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan 19 12 61,3 38,7 2. Umur 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10 Tahun 11 Tahun 12 Tahun 6 4 6 1 3 4 7 19,4 12,9 19,4 3,2 9,7 12,9 22,6 3. Suku Bangsa
Batak Jawa Melayu Lain-lain 20 6 3 2 64,5 19,4 9,7 6,5 4. Agama Islam Kristen Budhha Hindu Katolik 18 12 0 0 1 58,1 38,7 0 0 3,2 5. Lama Dirawat
2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 15 8 5 2 1 48,4 25,8 16,1 6,5 3,2 6. Pengalaman Dirawat
Pernah Tidak Pernah 13 18 41,9 58,1
Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden yaitu mayoritas jenis kelamin laki-laki sebanyak 19 orang (61,3 %), berusia 12 tahun sebanyak 7 orang (22,6 %), suku Batak sebanyak 20 orang (64,5 %), agama Islam sebanyak 18
(49)
orang (58,1 %), tidak pernah dirawat sebanyak 18 orang (58,1 %), serta lama rawat selama 2 hari sebanyak 15 orang (48,4 %).
b. Karakteristik stress anak sebelum diberikan terapi musik
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata stress responden sebelum diberikan terapi musik 11,61, standar deviasi 2,155, skor minimal sebelum diberikan terapi musik yaitu 0 dan skor maksimal yaitu 12, median 12,00. Dapat dilihat pada tabel 5.3
Tabel 5.2
Distribusi responden berdasarkan stress anak sebelum diberikan terapi musik pada anak usia sekolah di RSUD Dr. Pirngadi Medan 2014
Variabel Mean Median SD Min Max
Stress 11,61 12,00 2,155 0 12
c. Karakteristik stress anak setelah diberikan terapi musik
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata stress responden setelah diberikan terapi musik 1,16 , standar deviasi 3,606 ,skor minimal sebelum diberikan terapi musik yaitu 0 dan skor maksimal yaitu 12, median 0,00. Dapat dilihat pada tabel 5.4
Tabel 5.3
Distribusi responden berdasarkan stress anak setelah diberikan terapi musik pada anak usia sekolah di RSUD Dr. Pirngadi Medan 2014
Variabel Mean Median SD Min Max
Stress 1,16 0,00 3,606 0 12
5.1.2 Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk menguji pengaruh terapi musik terhadap stress akibat rawat inap pada anak usia sekolah di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
(50)
Pirngadi Medan. Dalam menganalisa data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik wilcoxon dengan tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05) yaitu menguji pengaruh terapi musik terhadap stress pada anak usia sekolah yang mengalami rawat inap.
a. Pengaruh terapi musik terhadap stress akibat rawat inap pada anak usia sekolah di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Hasil penelitian diperoleh nilai Z = -5,196 ini terlihat dari nilai Asymp. Sig. yang dihasilkan yaitu 0,000 yang artinya lebih kecil dari α = 0,005 berdasarkan hasil tersebut terdapat pengaruh yang signifikan antara stress akibat rawat inap sebelum dan setelah diberikan terapi musik. Dengan demikian, menunjukkan bahwa terapi musik memberikan pengaruh terhadap stress akibat rawat inap pada anak usia sekolah di RSUD Dr.Pirngadi Medan.
Tabel 5.4
Pengaruh terapi musik terhadap stress akibat rawat inap pada anak usia sekolah di RSUD Dr. Pirngadi Medan bulan April sampai dengan Mei 2014 (n=31)
Sum Rank Z test Asymp. Sig.
(2-tailed)
Keputusan Negatif Positif
378 0 -5,196 0,000 Ho=ditolak
5.2 Pembahasan
5.2.1 Karakteristik Responden di RSUD Dr.Pirngadi Medan 1. Jenis Kelamin
Jumlah penduduk anak Indonesia pada rentang usia 6 – 12 tahun menurut hasil Sensus Penduduk 2010 adalah 18.680 juta anak laki-laki dan 17.714 juta anak perempuan ( Profil Anak Indonesia, 2012). Jumlah pasien anak usia sekolah
(51)
(6 – 12 tahun) selama penelitian sebanyak 19 orang anak laki-laki dan 12 orang anak perempuan, dengan jumlah presentase keseluruhan sebesar 61,3 %.
Menurut wong (2008), anak perempuan pada umumnya lebih adaptif terhadap stressor dibanding anak laki-laki. Stimulus yang mengawali dan mencetuskan perubahan adalah stressor. Selama di rawat inap anak akan mengalami stress hospitalisasi karena perpisahan dengan orang tua atau teman sebayanya, kehilangan kontrol (kendali), cedera dan nyeri tubuh, dan rasa sakit itu sendiri. Anak laki-laki merupakan salah satu faktor resiko yang membuat anak-anak tertentu lebih mudah tersinggung dibandingkan anak-anak lain dalam kondisi stress akibat rawat inap.
2. Usia
Selama penelitian jumlah anak usia 6 tahun adalah sebanyak 6 anak, usia 7 tahun adalah sebanyak 4 anak, usia 8 tahun adalah sebanyak 6 anak, usia 9 tahun sebanyak 1 anak, usia 10 tahun sebanyak 3 anak, usia 11 tahun sebanyak 4 anak, dan usia 12 tahun sebanyak 7 anak. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa jumlah anak usia sekolah yang mengalami rawat inap terbanyak adalah responden berusia 12 tahun sebanyak 7 anak.
Semakin tua usia anak, tingkat stress dan kekuatan seseorang semakin konstruktif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi. Anak usia sekolah yang dirawat inap biasanya akan timbul rasa takut pada dokter dan perawat, karena dalam bayangan mereka bahwa perawat akan menyakiti dengan cara menyuntik. Lingkungan rumah tentu sangat berbeda suasana dan bentuknya
(52)
dengan ruangan perawatan. Selain itu, anak juga mengalami keterbatasan kegiatan seperti kegiatan sehari-harinya dengan teman sebayanya dan keluarga. Stress pada anak usia sekolah adalah stress karena perpisahan dengan kelompok sebayanya, mengalami luka pada tubuh dan nyeri, dan kehilangan kontrol dapat juga menimbulkan stress (Wong, 2008).
Stress hospitalisasi yang umumnya terjadi berhubungan dengan rawat inap adalah ketakutan, lingkungan rumah sakit yang menakutkan, rutinitas rumah sakit, prosedur yang menyakitkan, dan takut akan kematian. Reaksi emosional pada anak sering ditunjukkan dengan menangis, marah, memukul perawat, diam saat disapa perawat, tidak mau bicara dengan teman disebelah tempat tidurnya, dan menolak makan. Reaksi fisik pada anak ditunjukkan dengan mengalami kesulitan tidur, anak mengalami masalah pencernaan : mual, muntah dan sakit perut, gelisah selama dirawat. Reaksi intelektual pada anak sering ditunjukkan dengan malas melakukan aktivitas selama dirawat inap, dan menganggap penyakitnya adalah hukuman karena anak nakal (Wong, 2008).
3. Pengalaman Dirawat dan Lama Rawat Inap
Hasil penelitian berdasarkan pengalaman dirawat inap di rumah sakit adalah responden yang belum pernah dirawat inap sebanyak 18 orang ( 58,1 %). Menurut Wong (2008), pengalaman individu sangat mempengaruhi respon stress karena pengalaman dapat dijadikan suatu pembelajaran dalam menghadapi suatu masalah. Respon stress yang semakin berkurang jika dibandingkan dengan seseorang yang baru pertama kali dirawat inap dan menghadapi masalah tersebut.
(53)
Hasil penelitian berdasarkan lama rawat inap di rumah sakit adalah responden 2 hari sebanyak 15 orang (48,4%). Menurut Wong (2008), anak belum mengenal lingkungan rumah sakit dan prosedur pengobatan yang akan dijalani. Anak yang baru pertama kalinya mengalami rawat inap ada awalnya sangat sulit berinteraksi dengan oranglain bahkan dengan orang asing. Respon yang muncul, anak cenderung menangis atau marah ketika didekati, bahkan tidak segan-segan ia merajuk pada orangtuanya. Atas bantuan dari orangtua yang selalu ada disamping anak, semua hambatan dapat teratasi dengan baik. Sebagian anak yang telah 4-5 hari dirawat cenderung bisa berinteraksi dengan baik.
5.2.2 Stress Responden Sebelum Diberikan Terapi Musik
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata anak usia sekolah mengalami stress sebelum diberikan terapi musik. Sebelum mendapatkan terapi musik terdapat 30 anak (96,8%) mengalami stress, rata-rata responden memiliki skor stress sebelum diberikan terapi musik 11,61, skor stress minimal sebelum diberikan terapi musikyaitu 0 dan skor stress maksimal yaitu 12.
Penelitian ini membuktikan anak usia sekolah yang menjalani rawat inap banyak mengalami stress hospitalisasi. Stress anak selama dirawat inap terjadi karena adanya stressor. Hal ini dikarenakan anak mengalami berupa perpisahan dengan orang tua dan teman sebaya, kehilangan kendali atau kontrol, cedera dan nyeri tubuh, dan ketakutan terhadap sakit itu sendiri . Stress akibat rawat inap pada anak usia sekolah adalah respon individu terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, tuntutan penyesuaian diri, pemberi asuhan tidak dikenal dan
(54)
kehilangan kemandirian, perasaan yang tidak nyaman dengan keadaan lingkungan (Wong 2008).
Dampak rawat inap pada anak yaitu anak cenderung lebih manja dan meminta perhatian lebih pada orang tuanya, bersikap menutup diri pada perawat yang merawatnya dikarenakan anak belum dapat beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit. Stress yang umumnya terjadi yang berhubungan dengan rawat inap adalah takut akan unfamiliarity, lingkungan rumah sakit yang menakutkan, rutinitas rumah sakit, tindakan yang menyakitkan, dan takut akan kematian. Reaksi emosional pada anak usia sekolah sering menangis, marah dan berduka sebagai bentuk yang sehat dalam mengatasi stress karena rawat inap (Elfira, 2011).
5.2.3 Stress Responden Setelah Diberikan Terapi Musik
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata anak usia sekolah mengalami penurunan skor stress. Setelah mendapatkan terapi musik terdapat 3 anak (9,7 %) mengalami stress, rata-rata responden memiliki skor stress setelah diberikan terapi musik 1,16. Skore stress minimal sebelum diberikan terapi musik yaitu 0 dan skor stress maksimal yaitu 12.
Mendengarkan musik pada anak dapat berusaha untuk nenemukan harmoni internal (inner harmony),meningkatkan kepercayaan diri, mengembangkan keterampilan untuk menangani masalah dan rasa sakit dan berelaksasi . Hal ini akan lebih mudah mengatasi stress, ketegangan, rasa sakit dan berbagai gangguan atau gejolak emosi negative yang dialaminya. Selain itu musik melalui suara juga dapat mengubah frekuensi yang tidak harmonis tersebut
(55)
kembali ke vibrasi yang normal, sehat dan dapat memulihkan kembali keadaan yang normal (Djohan, 2006).
Hasil penelitian ini tidak terlepas dari konsep bahwa musik bersifat teraupetik yang artinya dapat menyembuhkan. Dikarenakan musik mengahasilkan rangsangan ritmis yang kemudian ditangkap melalui organ pendengaran dan diolah didalam sistem saraf tubuh dan kelenjar pada otak yang selanjutnya mereorganisasi interpretasi bunyi ke dalam ritme internal pendengarannya. Ritme internal ini mempengaruhi metabolism tubuh sehingga prosesnya akan berlangsung dengan baik. Hal tersebut akan membantu tubuh untuk membangun sistem kekebalan yang lebih baik, dan dengan sistem kekebalan tubuh yang lebih baik tubuh menjadi tangguh terhadap kemungkinan serangan penyakit ( Satiadarma, 2004).
5.2.4 Perubahan Stress Akibat Rawat Inap Pada Anak Usia Sekolah Sebelum dan Sesudah Pemberian Terapi Musik
Berdasarkan tabel 5.4. Pengaruh terapi musik terhadap stress akibat rawat inap dengan hasil analisis menggunakan uji statistik Wilcoxon dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05 ). Berdasarkan hasil uji ini, didapatkan stress hospitalisasi lebih besar sebelum diberi terapi musik ada 31 anak dan setelah diberikan terapi musik ada 3 anak yang masih stress hospitalisasi. Nilai Z mean -5,196 dan nilai p value adalah 0,000. Maka dapat disimpulkan ada pengaruh terapi musik terhadap stress hospitalisasi sebelum dan sesudah. Dengan demikian p
(56)
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terapi musik terhadap stress akibat rawat inap pada anak usia sekolah di RSUD Dr.Pirngadi Medan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Anjar Mahanani (2013) dengan tujuan melihat perbedaan pengaruh durasi pemberian terapi musik klasik Mozart pada anak yang mengalami hospitalisasi di RSUD Banyumas dengan jumlah responden 15 anak pada kelompok kontrol dan 15 anak pada kelompok intervensi. Didapatkan hasil yaitu ada perbedaan pengaruh durasi pemberian terapi musik klasik Mozart pada anak yang mengalami hospitalisasi di RSUD Banyumas pada saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital adalah secara signifikan lebih rendah pada saat post test setelah diberikan terapi musik selama 45 menit di bandingkan 30 menit.
Penelitian lainnya yang juga mendukung dilakukan oleh Adhe Primadita (2011), dengan tujuan melihat efektivitas intervensi terapi musik klasik terhadap stress dalam menyusun skripsi pada mahasiswa PSIK UNDIP Semarang, dengan jumlah responden 31 orang dan dipatkan hasil yaitu ada perbedaan yang signifikan jumlah responden sebelum dilakukan terapi musik klasik pada tingkat stress mahasiswa adalah 8 orang mengalami stress berat, 8 orang mengalami stress ringan dan 15 orang mengalami stress sedang. Sedangkan setelah diberikan terapi musik klasik mengalami penurunan tingkat stress, sebanyak 2 orang mengalami stress berat, 10 orang mengalami stress ringan, 8 orang mengalami stress ringan, dan 11 orang menjadi normal. Berdasarkan penelitian ini terapi musik klasik efektif menurunkan stress.
(57)
5.2.5 Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti masih memiliki beberapa keterbatasan. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah :
a. Desain penelitian yang digunakan tanpa kelompok kontrol, sehingga peneliti hanya bisa membandingkan hasil dari pre test dan post test.
b. Stress pada anak tidak bisa di deskripsikan dengan baik.
(58)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada uji Wilcoxon yang diberi intervensi mempunyai nilai rata-rata pada saat pre test 11,61. Pada post test nilai rata-rata yaitu 1,16. Hasil uji statistik diperoleh beda mean yaitu 10,45 dan nilai P = 0,000 dengan jumlah responden 31 orang anak. Maka dapat disimpulkan ada pengaruh terapi musik terhadap stress akibat rawat inap pada anak usia sekolah di RSUD Dr.Pirngadi Medan.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian diberikan rekomendasi kepada : 1. Praktek keperawatan
Saat ini terapi musik masih jarang dilakukan di rumah sakit karena itu perawat diharapkan dapat menerapkan terapi musik bagi anak yang dirawat inap
2. Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan
Sampai saat ini rumah sakit belum memiliki fasilitas untuk melakukan terapi musik di ruang rawat inap. Untuk itu diharapkan pada pihak rumah sakit dapat mempertimbangkan untuk diterapkannya sebagai asuhan keperawatan.
(59)
3. Peneliti Selanjutnya
Sebaiknya memiliki bagian kelompok kontrol dan jumlah sampel diperbanyak agar hasilnya lebih representatif. Dan juga melihat perubahan tanda-tanda vital pada anak yang dirawat inap dan pemberian terapi ini lebih dari sekali selama anak mengalami rawat inap.
4. Bagi Orangtua
Bagi orangtua dapat memberikan terapi musik dengan cara mendengarkan musik kepada anak yang mengalami stress akibat sakit dan rawat inap.
(60)
DAFTAR PUSTAKA
Aidar, N. (2011). Hubungan peran keluarga dengan tingkat kecemasan anak usia sekolah (6-12 tahun) yang mengalami hospitalisasi di ruang III Rumah
Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan. Medan : FKEP USU
http://repository.usu.ac.id/handle /123456789/27095.
Bassano, M. (2009). Terapi Musik dan Warna. Yogyakarta : Rumpun.
Dempsey, P.A., Dempsey, A.D. (2002). Riset Keperawatan Edisi 4. Jakarta : EGC.
Diktorat-anak.(2013).
www.gizikia.depkes.go.id/archives/category/direktorat-bina-kesehatan-anak dibuka tanggal 30 Oktober 2013.
Djohan.(2009). Psikologi Musik. Yogyakarta : Galang Press.
Djohan. (2006). Terapi Musik, Teori dan Aplikasi . Yogyakarta : Galang Press. Farida, A. (2010). Efektifitas terapi musik terhadap penurunan nyeri post operasi
pada anak usia sekolah di RSUP Haji Adam Malik Medan. Medan : FKEP USU. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/20095.
Foster, R.L.R., Hunsberger, M.M., Anderson, J.J.T. (1989). Family-Centered Nursing Care of Children. Philadelphia : W.B. Saunders Company. Hidayat, A.A. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika.
Kementrian Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak (KPP & PA). (2012). Profil anak indonesia 2012. Jakarta: CV. Miftahur Rizky.
Mahanani. A. (2013). Durasi Pemberian Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Tingkat Kecemasan Anak. Purwokerto : PSIK Jenderal Soedirman.
Natalina, D. ( 2013). Terapi Musik Bidang Keperawatan. Jakarta : Mitra Wacana Media.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Polit & Hungler. (1995). Essensial of Nursing Research. Philadelphia : Lippincott Company
(61)
Satiadarma, M.P., Zahra, R.P. (2004). Cerdas Dengan Musik. Jakarta : Puspa Swara.
Schulte, E.B., et al. (2001). Thompson’s Pediatric Nursing 8 th edition. Philadelphia : W.B. Saunders Company.
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sheppard, P. (2007). Music Makes Your Child Smarter. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum.
Slota, M.C. (2006). Core Curriculum for Pediatric Critical Care Nursing ( 2th ed). USA : Saunders Elsevier.
Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung : Tarsito
Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
Wong, D.L., Kasprisin, C.A., Hess, C.S. (2003). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 4 (Editor : Egi Komara Yudha). Jakarta : EGC.
Wong, D.L., Eaton, M.H., Wilson, David., Marilyn,L., Winkelstein., & Schwartz, Patricia. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6 volume 1 (Editor : Egi
Komara Yudha). Jakarta : EGC.
. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6 volume 2 (Editor Komara Yudha). Jakarta : EGC.
Young, C., Koopsen. C.(2007).Spritualitas, Kesehatan dan Penyembuhan.Medan : Bina Media Perintis.
(62)
(63)
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bernama Trionyta Debora S/101101070 adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Pengaruh Terapi Musik Terhadap Stress Akibat Rawat Inap Pada Anak Usia Sekolah di RSUD Dr.Pirngadi
Medan”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Untuk keperluan tersebut, saya mengharapkan kesediaan orang tua dan anak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dimana penelitian ini tidak akan memberi dampak yang membahayakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh terapi musik terhadap stress anak. Jika orang tua dan anak bersedia, saya akan melakukan wawancara selama 15 menit yang meliputi pertanyaan data demografi yaitu umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama, pengalaman dirawat dan lama waktu rawat. Kuesioner stress pada anak meliputi reaksi emosional, fisik, dan intelektual serta pemberian terapi musik pada anak yang dilakukan sebanyak 2 kali dengan waktu 45 menit. Keluarga dan anak menjawab pertanyaan dengan jujur dan apa adanya sesuai dengan situasi saat ini. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan orang tua dan anak berpartisipasi dalam penelitian ini.
(64)
Partisipasi orang tua dan anak dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga orang tua dan anak bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Semua informasi yang orang tua dan adik berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini.
Terima kasih atas partisipasi orang tua dan anak dalam penelitian ini.
Medan, April 2014
Peneliti Responden
(65)
KUESIONER PENELITIAN
Kode :
Tanggal/waktu :
Tempat : Bagian I. Kuesioner Data Demografi
Petunjuk : orang tua anak akan ditanyakan informasi tentang data pribadi anaknya Jawablah pertanyaan berikut ini sesuai dengan keadaan anak yang sebenarnya dan diberi tanda ( √ ) dikotak yang disediakan.
1. Umur anak : Tahun
2. Jenis Kelamin : Laki- laki Perempuan
3. Suku : 1. Batak 3. Melayu
2. Jawa 4. Lain-lain
4. Agama : 1. Islam 3. Budhha
2. Kristen 4. Katolik
5. Hindu
5. Pengalaman dirawat : Pernah
Tidak Pernah 6. Lama dirawat : ……. Hari
(66)
Bagian II . Kuesioner Stress karena Anak Mengalami Rawat Inap
Petunjuk : Peneliti melakukan wawancara kemudian mengisi sesuai jawaban responden
REAKSI
PERTANYAAN Pre Post
Ya Tidak Ya Tidak A. EMOSIONAL
1. Apakah anak masih menangis saat diberikan tindakan keperawatan
2. Apakah anak marah kepada perawat ketika akan dilakukan tindakan keperawatan
3. Apakah anak menekuk tangan dan kaki saat perawat melakukan tindakan
4. Apakah anak memegang orang tuanya saat diberikan perawatan
5. Apakah anak memukul perawat saat dilakukan tindakan
6. Apakah anak diam saat disapa perawat
7. Apakah anak tidak mau bicara dengan pasien disebelah tempat tidurnya
8. Apakah anak bangun kesiangan
9. Apakah anak menyalahkan orang lain karena sakit 10.Apakah anak menolak makan
B. FISIK
1. Apakah anak mengalami kesulitan tidur selama dirawat inap
2. Apakah anak mengalami masalah pencernaan : mual, muntah, atau sakit perut
3. Apakah anak gelisah selama dirawat 4. Apakah anak tidak bisa tidur
5. Apakah anak lebih sering buang air kecil selama dirawat inap
6. Apakah anak lebih sering buang air besar selama dirawat inap
C. INTELEKTUAL
1. Apakah anak terlihat malas dalam melakukan aktivitas selama dirawat inap
2. Apakah anak menganggap penyakitnya adalah hukuman karena anak nakal
3. Apakah anak terlihat tidak peduli terhadap lingkungannya selama dirawat inap
4. Apakah anak menyatakan takut bagian tubuhnya ( kaki, tangan ) disuntik
5. Apakah anak menyatakan takut bagian tubuhnya di lukai atau dipotong
(67)
PROSEDUR PELAKSANAAN TERAPI MUSIK UNTUK ANAK USIA SEKOLAH
Terapi musik merupakan salah satu terapi penyembuhan secara holistik yang berfungsi untuk menenangkan diri anak, melatih kesabaran, mempercepat penyembuhan, meningkatkan kreativitas, kemampuan berbahasa lebih baik, meningkatkan fungsi mental anak, dan menemukan harmoni pada diri anak.
I. Persiapan Alat dan Bahan : laptop, dan speaker kecil II. Waktu pelaksanaan : 45 menit selama 2 hari berturut III. Tindakan :
Memperkenalkan diri kepada keluarga dan anak
Memperjelaskan tujuan terapi musik
Menyediakan laptop dan speaker kecil kemudian memperdengarkan lagu kepada anak
Peneliti mengajarkan anak gerakan dari lagu tersebut
Kemudian anak mengulangi gerakan yang diajarkan oleh peneliti
Peneliti dan anak-anak bersama dengan melakukan gerakannya
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
Hasil Kuesioner Sebelum di Berikan Terapi Musik (Pre Test) No Usia JK Suku Agama
Pengalam an dirawat Lama dirawat PERTANYAAN Ketegori Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 Q15 Q16 Q17 Q18 Q19 Q20 Q21 JLH
1 12 Tahun P Batak Islam Pernah 3 hari 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 19 Ada
Stress
2 12 Tahun L Jawa Islam Pernah 3 hari 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 18 Ada
Stress 3 8 Tahun L Batak Katolik Tidak
Pernah
3 hari 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 17 Ada
Stress 4 12 Tahun L Batak Kristen Tidak
Pernah
3 hari 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 9 Tidak
Ada Stress 5 12 Tahun L Lain-lai Islam Tidak
Pernah
5 hari 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 17 Ada
Stress 6 7 Tahun P Batak Kristen Pernah 2 hari 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 15 Ada
Stress 7 10 Tahun L Batak Islam Pernah 2 hari 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 16 Ada
Stress 8 6 Tahun L Lain-lai Islam Pernah 4 hari 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 18 Ada
Stress 9 11 Tahun L Batak Islam Pernah 3 hari 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 14 Ada
Stress 10 8 Tahun P Batak Kristen Tidak
Pernah
2 hari 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 20 Ada
Stress 11 7 Tahun L Batak Kristen Pernah 2 hari 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 15 Ada
Stress
12 8 Tahun L Jawa Islam Pernah 2 hari 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 16 Ada
(76)
13 10 Tahun P Batak Kristen Pernah 2 hari 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 14 Ada Stress 14 6 Tahun P Batak Kristen Pernah 3 hari 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 17 Ada
Stress 15 7 Tahun L Batak Islam Tidak
Pernah
2 hari 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 13 Ada
Stress 16 6 Tahun L Jawa Islam Tidak
Pernah
2 hari 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 15 Ada
Stress 17 9 Tahun P Jawa Islam Tidak
Pernah
6 hari 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 17 Ada
Stress 18 6 Tahun L Batak Kristen Pernah 2 hari 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 14 Ada
Stress 19 12 Tahun P Batak Kristen Pernah 2 hari 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 16 Ada
Stress 20 12 Tahun P Melayu Islam Pernah 3 hari 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 14 Ada
Stress 21 11 Tahun L Batak Kristen Pernah 4 hari 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 15 Ada
Stress
22 6 Tahun P Jawa Islam Pernah 2 hari 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 14 Ada
Stress 23 11 Tahun L Batak Kristen Tidak
Pernah
4 hari 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 19 Ada
Stress 24 7 Tahun L Batak Islam Tidak
Pernah
4 hari 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 17 Ada
Stress 25 8 Tahun L Batak Kristen Pernah 5 hari 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 14 Ada
Stress 26 6 Tahun L Melayu Islam Tidak
Pernah
3 hari 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 13 Ada
(77)
28 8 Tahun L Jawa Islam Pernah 2 hari 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 15 Ada Stress 29 8 Tahun P Batak Islam Tidak
Pernah
2 hari 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 13 Ada
Stress 30 11 Tahun P Batak Kristen Tidak
Pernah
2 hari 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 18 Ada
Stress 31 10
Tahun
P Batak Islam Pernah 2 hari 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 15 Ada
Stress
(78)
Hasil Kuesioner Setelah Diberikan Terapi Musik ( Post Test)
No
Usia JK Suku Agama Pengalaman dirawat
Lama dirawat
PERTANYAAN
Jmlh Kategori Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 Q15 Q16 Q17 Q18 Q19 Q20 Q21
1 12 Tahun
P Batak Islam Pernah 3 hari 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 9 Tidak
Ada Stress 2 12
Tahun
L Jawa Islam Pernah 3 hari 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 9 Tidak
Ada Stress 3 8
Tahun
L Batak Katolik Tidak
Pernah
3 hari 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 15 Ada
Stress 4 12
Tahun
L Batak Kristen Tidak
Pernah
3 hari 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 6 Tidak
Ada Stress 5 12
Tahun
L Lain-lai Islam Tidak
Pernah
5 hari 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 8 Tidak
Ada Stress 6 7
Tahun
P Batak Kristen Pernah 2 hari 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 7 Tidak
Ada Stress 7 10
Tahun
L Batak Islam Pernah 2 hari 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 7 Tidak
Ada Stress 8 6 Tahun L Lain-lain
Islam Pernah 4 hari 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 Tidak
Ada Stress 9 11
Tahun
L Batak Islam Pernah 3 hari 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 9 Tidak
Ada Stress
10 8 P Batak Kristen Tidak 2 hari 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 14 Ada
(79)
11 7 Tahun
L Batak Kristen Pernah 2 hari 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6 Tidak
Ada Stress 12 8
Tahun
L Jawa Islam Pernah 2 hari 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 8 Tidak
Ada Stress 13 10
Tahun
P Batak Kristen Pernah 2 hari 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 Tidak
Ada Stress 14 6
Tahun
P Batak Kristen Pernah 3 hari 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6 Tidak
Ada Stress 15 7
Tahun
L Batak Islam Tidak
Pernah
2 hari 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 Tidak
Ada Stress 16 6
Tahun
L Jawa Islam Tidak
Pernah
2 hari 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 8 Tidak
Ada Stress 17 9
Tahun
P Jawa Islam Tidak
Pernah
6 hari 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 7 Tidak
Ada Stress 18 6
Tahun
L Batak Kristen Pernah 2 hari 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 7 Tidak
Ada Stress 19 12
Tahun
P Batak Kristen Pernah 2 hari 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 8 Tidak
Ada Stress 20 12
Tahun
P Melayu Islam Pernah 3 hari 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 6 Tidak
Ada Stress
(1)
Q16POST
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid TIDAK 21 67.7 67.7 67.7
YA 10 32.3 32.3 100.0
Total 31 100.0 100.0
Q17POST
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid TIDAK 29 93.5 93.5 93.5
TIDAK 2 6.5 6.5 100.0
Total 31 100.0 100.0
Q18POST
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid TIDAK 28 90.3 90.3 90.3
YA 3 9.7 9.7 100.0
Total 31 100.0 100.0
Q19POST
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid TIDAK 26 83.9 83.9 83.9
YA 5 16.1 16.1 100.0
Total 31 100.0 100.0
Q20POST
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid TIDAK 29 93.5 93.5 93.5
YA 2 6.5 6.5 100.0
(2)
Q21POST
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid TIDAK 29 93.5 93.5 93.5
YA 2 6.5 6.5 100.0
Total 31 100.0 100.0
(3)
UJI NORMALITAS DATA
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent pre 31 100.0% 0 .0% 31 100.0% post 31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. pre .539 31 .000 .176 31 .000 post .530 31 .000 .340 31 .000
(4)
HASIL UJI WILCOXON BERPASANGAN STRESS AKIBAT RAWAT
INAP SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN TERAPI MUSIK
Wilcoxon Signed Ranks Test
RanksN Mean Rank Sum of Ranks post - pre Negative Ranks 27a 14.00 378.00
Positive Ranks 0b .00 .00
Ties 4c
Total 31
a. post < pre b. post > pre c. post = pre
Test Statisticsb
post - pre
Z -5.196a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
(5)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Trionyta Debora Sirait
Tempat Tanggal Lahir
: Kisaran, 12 Desember 1992
Agama :
Kristen
Protestan
Alamat
: Jl. Jamin Ginting Gang Sarmin No. 1D
P. Bulan - Medan
E-mail :
trionyta_debora@yahoo.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
1.
Juni 1997 – Juli 1998
: TK Swasta Methodist-2 Kisaran
2.
Juli 1998 – Juni 2004
: SD Swasta Methodist-2 Kisaran
3.
Juli 2004 – Juni 2007
: SMP Negeri 1 Kisaran
4.
Juli 2007 – Juni 2010
: SMA Negeri 1 Kisaran
5.
Juni 2010 – sekarang
: Fakultas Keperawatan USU
(6)