Gambaran Sel Darah Merah Ayam Broiler yang Diberi SirupTemulawak (Curcuma xanthorrizha ROXB.) Plus

GAMBARAN SEL DARAH MERAH AYAM BROILER YANG
DIBERI SIRUP TEMULAWAK (Curcuma xanthorrizha ROXB.)
PLUS

RINI PURNAMASARI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Gambaran Sel Darah
Merah Ayam Broiler yang Diberi Suplemen SirupTemulawak Plus” adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Rini Purnamasari
B04090200

ABSTRAK
RINI PURNAMASARI. Gambaran Sel Darah Merah Ayam Broiler yang Diberi
Sirup Temulawak Plus.Dibimbing oleh ARYANI S SATYANINGTIJAS dan
ANDRIYANTO.
Temulawak merupakan tanaman obat yang mengandung xanthorrizol
curkuminoid dan minyak atsiri sebagai bahan aktif utama yang bermanfaat
sebagai antioksidan, anti inflamasi, dan antitumor. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengkaji pemberian temulawak berbagai tingkat konsentrasi 1, 3, dan 5
ppm pada sel darah merah, nilai hematokrit dan hemoglobin. Dua puluh ekor
ayam broiler berumur 1 hari dibagi ke dalam 4 kelompok perlakuan, masingmasing kelompok terdiri atas 5 ekor ayam. Kelompok I sebagai kontrol ialah
ayam yang tidak diberi sirup temulawak, kelompok II, III, dan IV adalah ayam
yang diberi sirup temulawak 1, 3, dan 5 ppm selama 21 hari. Pengambilan darah
dilakukan pada minggu ke 1, 2, dan 3. Kelompok kontrol menunjukkan jumlah
sel darah merah, nilai hematokrit, dan konsentrasi hemoglobin memiliki nilai yang

lebih rendah dibanding dengan kelompok yang lain. Kesimpulan dari penelitian
ini adalah pemberian sirup kurkuma plus 3 dan 5 ppm dapat mempengaruhi
peningkatan jumlah sel darah merah dan tidak berpengaruh pada hematokrit dan
hemoglobin.
Kata kunci: Sirup temulawak, sel darah merah, nilai hematokrit, konsentrasi
hemoglobin, ayam broiler

ABSTRACT
RINI PURNAMASARI. Red Blood Cell Profile of Broiler Chicken Given
Curcuma Syrup Supplement Plus by ARYANI S SATYANINGTIJAS and
ANDRIYANTO.
Curcuma is a herbal plant that contain xanthorrizol curcuminoid and
volatile oil as its main active ingredient that are beneficial as antioxidant,
antiinflammatory, and antitumor. The research was conducted to examine the
influence of curcuma at various concentration levels1, 3, and 5 ppm on total red
blood cells, hematocrit value and haemoglobin concentration of broiler chickens.
Twenty day old chick were divided into 4 groups, each group consisted of 5
chickens. Group I was the control group that was not given any curcuma syrup,
while group II, III, and IV were given curcuma syrup at the concentration of 1, 3,
and 5 ppm for 21 days. Blood samplings were performed at week 1, 2, and 3. The

control group had lower total red blood cells, haematocrit, and haemoglobin
concentration than the other groups. It was concluded that curcuma plus (group
III and IV) could increase total red blood cells of chickens and there was not
significant effects in hematocrit value and haemoglobin concentrations.
Keywords: Curcuma syrup plus, red blood cells, hematocrit, haemoglobin
concentration, broiler chiken

GAMBARAN SEL DARAH MERAH AYAM BROILER YANG
DIBERI SIRUP TEMULAWAK (Curcuma xanthorrizha ROXB.)
PLUS

RINI PURNAMASARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi

Nama
NIM

: Gambaran Sel Darah Merah Ayam Broiler yang
Diberi SirupTemulawak (Curcuma xanthorrizha
ROXB.) Plus
: Rini Purnamasari
: B04090200

Disetujui oleh

Dr drh Aryani S Satyaningtijas, MSc
Pembimbing I


drh Andriyanto, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

drh Agus Setiyono, MS, PhD, APVet
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’Ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Shalawat serta
salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, sahabat, dan ummatnya yang
senantiasa istiqomah hingga akhir zaman. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dan dukungan baik
moril maupun materil dari berbagai pihak.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. drh Aryani S Satyaningtijas,
MSc. dan drh Andriyanto, M. Si. selaku pembimbing tugas akhir. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas

segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya.
Penulis yakin skripsi ini tiada luput dari segala keterbatasan. Penulis
berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan kemajuan ilmu
pengetahuan.

Bogor, Februari 2014
Rini Purnamasari

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

i

DAFTAR TABEL

ii

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Temulawak (Curcuma xathorrizha ROXB.)

2


Ayam Broiler

2

Darah

2

Eritrosit

3

Hematokrit

4

Hemoglobin

5


MATERI DAN METODE

5

Tempat Penelitian

5

Bahan

5

Alat

5

Metode Penelitian

6


HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Sel Darah Merah

7

Hematokrit

8

Hemoglobin

9

SIMPULAN DAN SARAN

10


Simpulan

10

Saran

10

DAFTAR PUSTAKA

11

RIWAYAT HIDUP

13

LAMPIRAN

14

DAFTAR TABEL
1 Jumlah sel darah merah (106/mm3) ayam broiler yang diberi sirup
temulawak plus selama tiga minggu
2 Nilai hematokrit (%) ayam broiler yang diberi sirup temulawak plus
tiga minggu
3 Kadar hemoglobin (g%) ayam broiler yang diberi sirup temulawak plus
tiga minggu

7
9
10

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jumlah penduduk Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Seiring
dengan peningkatan jumlah penduduk, maka kebutuhan bahan pangan semakin
meningkat. Salah satu bahan pangan yang menjadi pilihan adalah bahan pangan
asal hewan. Pangan asal hewan memiliki nilai gizi tinggi dan mengandung asam
amino esensial yang diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel, pergantian sel-sel rusak,
dan untuk proses metabolisme tubuh. Pemenuhan bahan pangan asal hewan ini
dapat dilakukan dengan meningkatkan populasi ternak. Peningkatan populasi dan
perbaikan budi daya ternak harus terus dilakukan agar dapat memenuhi kebutuhan
yang semakin meningkat tersebut. Sumber protein hewan yang dapat dijangkau
oleh masyarakat adalah ayam broiler karena harganya yang relatif murah. Ayam
broiler memerlukan waktu yang sangat singkat untuk dipanen yaitu sekitar 3–4
minggu (Rasyaf 2008).
Permasalahan yang sering dihadapi ternak ayam broiler adalah penyakit.
Kejadian penyakit pada ayam menyebabkan penurunan nafsu makan, sehingga
mengakibatkan terjadinya penurunan bobot badan ayam. Beberapa hal yang dapat
mengurangi munculnya tingkat penyakit adalah dengan cara meningkatkan daya
tahan tubuh ayam broiler. Daya tahan tubuh dapat dijaga dengan pemberian
berbagai jenis feed additive dalam pakan. Pengunaan bahan-bahan yang tidak
alami/sintetik dapat menyebabkan gangguan pada ayam maupun pada konsumen itu
sendiri. Penggunaan bahan-bahan tersebut contonya antibiotik bila berlebihan dapat
menimbulkan residu sehingga menyebabkan risiko resistensi pada konsumen.
Bahan alami atau tanaman herbal dapat digunakan untuk meningkatkan
produktivitas sebuah peternakan ayam broiler.
Temulawak merupakan tanaman yang dapat meningkatkan nafsu makan.
Bahan herbal ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif yang aman untuk
dimanfaatkan. Temulawak atau dalam bahasa latin Curcuma xanthorrizha ROXB
mengandung bahan aktif potensial sebagai bahan yang baik untuk pertumbuhan,
dan kekebalan tubuh, karena kandungan berupa xanthorrizol, kurkuminoid, dan
miyak atsiri (Rahardjo 2010). Kandungan kurkumin tersebut dapat bermanfaat
sebagai antioksidan, antiinflamasi, dan antitumor secara in vitro (Priosoeryanto et
al. 2009). Temulawak juga berguna untuk antibakteri, antidiabetik, diuretik,
depresan dan hipofolemik (Endang et al. 2010). Pengunaan temulawak sebagai
bahan herbal diharapkan dapat dijadikan sebagai feed additive yang dapat menjaga
kesehatan ternak. Selain itu, temulawak dapat menggantikan peranan obat-obatan
dan hormon pemacu pertumbuhan untuk peningkatan produktivitas.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini mengkaji pemberian temulawak dengan berbagai
konsentrasi yaitu 1, 3, dan 5 ppm terhadap perubahan jumlah sel darah merah, nilai
hematokrit, dan konsentrasi hemoglobin pada ayam broiler.

2
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
manfaat temulawak terhadap jumlah sel darah dan kesehatan status fisiologis tubuh
ayam melalui pengamatan.

TINJAUAN PUSTAKA
Temulawak (Curcuma xathorrizha ROXB.)
Temulawak merupakan tanaman asli Indonesia dan termasuk salah satu jenis
temu-temuan yang paling banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional.
Temulawak merupakan sumber bahan pangan, pewarna, bahan baku industri
(seperti kosmetika), maupun dibuat makanan atau minuman segar. Temulawak
telah dibudidayakan dan banyak ditanam di pekarangan atau tegalan, juga sering
ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan padang alang-alang. Tanaman ini lebih
produktif pada tempat terbuka yang terkena sinar matahari dan dapat tumbuh mulai
dari dataran rendah sampai dataran tinggi (Dalimartha 2000).
Temulawak termasuk dalam divisi Spermatophyta, sub divisi Angiospermae,
kelas Monocotyledonae, ordo Zingiberales, keluarga Zingiberaceae, genus
Curcuma, dan spesies Curcuma xanthorrhiza ROXB. Temulawak banyak
digunakan untuk meningkatkan nafsu makan, memperbaiki fungsi pencernaan,
memelihara kesehatan fungsi hati, pereda nyeri sendi dan tulang, menurunkan
lemak darah, sebagai antioksidan dan membantu menghambat penggumpalan darah.
Rimpang temulawak juga dapat digunakan sebagai pembasmi parasit cacing
(anthelmintik). Secara in vitro sirup rimpang temulawak dipergunakan untuk
menghambat pertumbuhan jamur. Temulawak mempunyai potensi sebagai bahan
baku obat antidiabetes (Mono 2010).

Ayam Broiler
Ayam broiler termasuk dalam kingdom Animalia, filum Chordata, kelas Aves,
ordo Galliformes, family Phasianidae, Genus Gallus, dan spesiesnya adalah Gallus
Gallus (Herren 2012). Ayam broiler merupakan ayam yang mempunyai keunggulan
kecepatan produksi daging yaitu sekitar 5–6 minggu. Ayam broiler memiliki
pertumbuhan yang cepat, dada lebar dengan timbunan daging yang baik, dan tulang
dada lunak. Pertumbuhan ayam broiler dipengaruhi oleh beberapa faktor di
antaranya makanan (ransum), temperatur lingkungan (berkisar 21oC) dan sistem
pemeliharaannya. Ayam ini bergerak lambat, tenang, dan lebih lambat mengalami
dewasa kelamin. Adapun jenis ayam broiler ini antara lain Brahma Putra, Cochin
China, Cornish, dan Sussex (Sudaryani dan Santosa 2002).
Darah
Darah berfungsi sebagai media transpor di dalam tubuh. Darah dipompa dari
jantung ke seluruh jaringan tubuh melalui pembuluh darah sebagai sistem
sirkulatori. Darah tersusun atas cairan plasma sebanyak 55% dan 45% komponen

3
sel darah yang tersusun atas 99% eritrosit (sel darah merah) serta 1% terdiri atas
leukosit (sel darah putih) dan trombosit (platelets).
Bagian cair dari darah disebut plasma darah. Plasma darah mengandung
sekitar 90% air. Peranan air dalam darah sangat besar. Air yang terkandung dalam
plasma berfungsi sebagai pelarut zat dalam darah, menjaga tekanan darah, menjaga
kondisi osmotik, dan pengaturan panas tubuh. Air mempunyai kalor jenis yang
tinggi, konduktivitas panas yang tinggi, dan kalor penguapan laten yang tinggi pula.
Sifat air tersebut sangat menguntungkan dalam hal pengaturan panas tubuh. Selain
air, plasma darah juga mengandung lemak, karbohidrat, mineral, enzim, hormon
dan protein darah yaitu albumin, globulin, dan fibrinogen (Guyton dan Hall 2006).
Bagian utama dari plasma darah adalah protein plasma yang terdiri atas
campuran yang sangat kompleks, yaitu protein sederhana dan protein konjugasi
(glikoprotein dan berbagai bentuk lipoprotein). Protein plasma berfungsi menjaga
tekanan osmotik, sebagai sumber asam amino jaringan, transportasi lipid, bilirubin,
vitamin A, D, dan E, hormon tiroksin, steroid, dan mineral (Murray 2003). Plasma
darah berperan dalam mengatur tekanan osmotik darah. Plasma darah juga
berfungsi sebagai transportasi sari-sari makanan, sisa metabolisme, hasil ekskresi,
dan beberapa gas. Plasma akan diubah menjadi serum setelah pembentukannya
selesai (Ronald dan Richard 2004).
Serum darah adalah cairan dalam darah yang tidak mengandung unsur
fibrinogen dan dalam serum terdapat antibody (KBBI 2010). Protein yang terdapat
dalam serum bertindak sebagai antibodi terhadap adanya benda asing (antigen).
Setiap komponen darah memiliki fungsi-fungsi yang spesifik dalam proses
homeostasis. Secara umum, fungsi darah bagi tubuh ialah sebagai pengangkut
oksigen dari paru-paru ke jaringan, mengangkut karbon dioksida dari jaringan ke
paru-paru, sebagai pengangkut produk-produk metabolisme, hormon, enzim, nutrisi,
dan plasma, sebagai protein pengatur suhu tubuh, mengontrol pH, ekskresi toksin
dari tubuh, mengatur keseimbangan cairan elektrolit tubuh (homeostatis), serta
darah mengandung faktor-faktor penting yang berguna untuk pertahanan tubuh
terhadap penyakit.

Eritrosit
Eritrosit (sel darah merah) unggas berbentuk oval, berinti dan berukuran lebih
besar daripada darah mamalia (Smith 2000). Darah ayam mengandung eritrosit
sekitar 3 x 106/mm3. Proses pembentukan sel darah merah eritropoesis terjadi pada
sumsum tulang. Pada sumsum tulang, terdapat sel-sel stem hemopoietik pluripoten,
yang merupakan asal dari seluruh sel-sel dalam darah sirkulasi. Kemudian,
terbentuk suatu jalur sel khusus yang dinamakan sel stem commited, sebagai unit
pembentuk koloni atau disebut juga Coloni Form Unit (CFU). Sel stem commited
yang menghasilkan eritrosit disebut unit pembetuk koloni eritrosit yang disingkat
menjadi CFU-E.
Pertumbuhan dan reproduksi sel stem diatur oleh bermacam-macam protein
yang disebut protein pertumbuhan, yaitu interleukin-3. Protein pertumbuhan akan
memicu pertumbuhan tetapi tidak membedakan sel-sel. Protein lain yang berfungsi
memicu deferensiasi sel disebut protein diferensiasi. Darah mentransportasikan
substrat metabolik yang dibutuhkan oleh seluruh sel di tubuh, termasuk oksigen,

4
glukosa, asam amino, asam lemak, dan beberapa lipid. Darah juga membawa keluar
beberapa produk metabolit yang dikeluarkan oleh setiap sel seperti karbondioksida,
asam laktat, buangan bernitrogen dari metabolisme protein, dan panas tubuh.
Masing-masing protein ini akan menghasilkan satu tipe sel stem untuk
berdeferensiasi menuju tipe akhir pada sel darah dewasa (Guyton dan Hall 2006).
Sel pertama yang termasuk dalam rangkaian sel darah merah adalah
proeritoblas yang akan membelah membentuk basofil eritoblas. Sel-sel generasi
pertama ini disebut basofil eritoblas. Tahapan berikutnya, sel sudah dipenuhi oleh
hemoglobin dengan konsentrasi 34%, maka nukleus memadat menjadi kecil. Pada
saat yang sama, retikulum endoplasma direabsorbsi. Pada tahap ini, sel disebut
retikulosit karena masih mengandung sedikit bahan basofilik yang secara normal
akan menghilang dan kemudian sel menjadi eritrosit matur. Limpa bertindak
sebagai tempat penyimpanan untuk eritrosit, yang akan dikeluarkan ke sistem
sirkulasi sebagaimana yang dibutuhkan. Umur eritosit unggas lebih pendek dari
mamalia yaitu berumur 28–45 hari. Umur eritrosit hewan domestik berkisar antara
2–5minggu tergantung kepada spesies (Meyer dan Harvey 2004).
Fungsi utama eritrosit adalah mengangkut hemoglobin yang selanjutnya
hemoglobin ini mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan. Faktor yang
mempengaruhi jumlah eritrosit dalam sirkulasi antara lain hormon eritropoietin
yang berfungsi merangsang eritropoiesis dengan memicu produksi proeritroblas
dari sel-sel hemopoietik dalam sumsum tulang. Vitamin B12 dan asam folat
mempengaruhi eritropoiesis pada tahap pematangan akhir dari eritrosit. Sementara
itu hemolisis dapat mempengaruhi jumlah eritrosit yang berada dalam sirkulasi
(Meyer dan Harvey 2004).

Hematokrit
Hematokrit atau Packed Cell Volume (PCV) adalah persentase sel-sel darah
merah dalam 100 mL darah. Hematokrit digunakan untuk mengukur perbandingan
antara sel darah merah dengan serum sehingga hematokrit memberikan rasio total
eritrosit dengan total volume darah dalam tubuh. Pada keadaan normal, nilai
hematokrit hewan berbanding lurus dengan jumlah eritrosit sehingga sel darah
merah dalam jumlah sedikit merupakan tanda adanya penurunan hematokrit.
Semakin besar persentase sel di dalam darah, makin besar hematokritnya. Nilai
hematokrit sangat bervariasi tergantung dari volume darah, tingkat keaktifan tubuh,
anemia dan ketinggian tempat tinggal mempengaruhinya (Guyton dan Hall 2006).
Nilai hematokrit yang meningkat dapat mengindikasikan peningkatan
viskositas darah karena adanya peningkatan jumlah sel darah merah
(hemokonsentrasi). Konsentrasi eritrosit tinggi karena suatu gangguan sirkulasi
darah sehingga viskositas darah naik. Konsentrasi eritrosit yang rendah karena
suatu anemia, menyebabkan viskositas darah rendah, kecepatan sirkulasi darah
meningkat, dan tekanan darah menurun.

5
Hemoglobin
Hemoglobin merupakan zat warna (pigmen) darah yang berupa ikatan
kompleks protein terkonjugasi, dibentuk oleh pigmen dan protein sederhana.
Protein ini adalah suatu histon yang disebut globin. Warna merah dari hemoglobin
disebabkan oleh heme, suatu ikatan metalik mengandung sebuah atom besi. Sintesis
hemoglobin dimulai dalam proeritroblas dan kemudian dilanjutkan sedikit dalam
stadium retikulosit dalam susum tulang. Pada berbagai jenis unggas yang normal,
hemoglobin menempati sepertiga dari volume sel darah merah .
Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah.
Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 mL darah dapat
digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Hemoglobin
adalah kompleks protein-pigmen yang mengandung zat besi. Kompleks tersebut
berwarna merah dan terdapat didalam eritrosit. Sebuah molekul hemoglobin
memiliki empat gugus haeme yang mengandung besi fero dan empat rantai globin
(Brooker 2001). Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki
afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk
oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen
dibawa dari paru-paru ke jaringan tubuh (Evelyn dan Pearce 2009).

MATERI DAN METODE
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, selama empat bulan yaitu bulan
November 2012–Februari 2013.
Bahan
Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam broiler
DOC, Strain Cobb dengan bobot badan pada awal penelitian sekitar 65 g dan
berumur 1 hari. Bahan pereaksi yang digunakan adalah larutan Giemsa 10%,
methanol, alkohol, minyak emersi, dan xilol.

Alat
Peralatan yang digunakan adalah syring, tabung reaksi, rak tabung reaksi,
gelas objek, mikropipet, cooling box, mikroskop, 1 set hemoglobinometer Sahli,
asam hematin, mikro kapiler, hemositometer, pipet eritrosit, dan mikrokapiler
hematokrit reader.

6
Metode Penelitian
Persiapan
Persiapan kandang dilakukan dengan melakukan pembersihan kandang dan
pemberian kapur pada dinding dan lantai kandang, lalu kandang didiamkan selama
3 hari. Kemudian kandang didesinfeksi KMnO4 60 g dan didiamkan kembali
selama 3 hari. Lantai kandang diberi sekam sebagai alas sekitar 5 cm. Pemeliharaan
ayam dilakukan dengan pemberian pakan dan air ad libitum yang diganti setiap hari.
Sirup temulawak yang digunakan adalah berasal dari “Curcuma plus®”
dengan komposisi untuk tiap 5 mL sirup mengandung kurkuminoid 10 mg, vitamin
B1 3 mg, B2 2 mg, B6 5 mg, B12 5 µg, β karoten 4 mg, dekspantenol 53 mg, dan
lisin HCl 200 mg.
Pelaksanaan
Ayam broiler dipelihara selama 3 minggu dalam kandang yang berukuran 1.5
2
x 1 m . Sebanyak 20 ekor ayam broiler berumur satu hari atau day old chick (DOC)
dibagi secara acak ke dalam empat perlakuan, sehingga setiap perlakuan atau
kelompok terdiri atas 5 ekor ayam. Kelompok I sebagai control ialah ayam yang
tidak diberi perlakuan, kelompok II adalah ayam yang diberi sirup temulawak
sebanyak 1 ppm. Kelompok III adalah ayam yang diberi sirup temulawak sebanyak
3 ppm, dan kelompok IV adalah ayam yang diberi sirup temulawak sebanyak 5
ppm.
Sirup temulawak yang digunakan pada penelitian ini adalah “Curcuma Plus”.
Pemberian temulawak dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore) selama 21 hari. Pada
saat ayam berumur 7 hari (minggu ke-1), 14 hari (minggu ke-2), dan 21 hari
(minggu ke-3) dilakukan pengambilan sampel darah. Data dianalisis jumlah
eritrosit, nilai hematokrit, dan konsentrasi hemoglobin.
Pengambilan Sampel Darah
Pengambilan darah dilakukan ketika ayam broiler berumur 1 minggu dan
dilakukan pengulangan ketika berumur 2 dan 3 minggu. Sebelum darah diambil,
kapas yang mengandung alkohol 70% dioleskan pada lokasi pengambilan darah,
yaitu pada vena axillaris/brachialis yang terletak di bawah sayap dan sekelilingnya.
Darah diambil dengan menggunakan syring 3 mL, ditempatkan pada tabung
vacuum yang berisi anti koagulan EDTA (ethylen diamine tetra acetic) dan diberi
label nomor kelompok perlakuan. Tabung vacuum kemudian disimpan dalam
cooling box dan dibawa ke laboratorium untuk dilakukan analisis darah.

Analisis Darah
Jumlah eritrosit dihitung dengan cara menggunakan kamar hitung
hemositometer Neubauer. Penentuan kadar Hemoglobin dengan cara metode Sahli
yang didasarkan pada prinsip pembentukan asam hematin dan perhitungan nilai
hematokrit dilakukan dengan menggunakan alat khusus (microcapillary hematokrit
reader) dan pembacaan hasil sentrifugasi dengan microcapillary hematrokit reader
(Heller et al. 2008).

7
Analisis Data
Data yang diperoleh pada penelitian ini dianalisis menggunakan analisis sidik
ragam atau analisis varian (ANOVA) dilanjutkan dengan uji Duncan (p