Profil Darah Ayam Broiler Periode Finisher yang Diberi Pakan Plus Formula Herbal

PROFIL DARAH AYAM BROILER PERIODE FINISHER
YANG DIBERI PAKAN PLUS
FORMULA HERBAL

RINALDY ARDANA HARAHAP

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Profil Darah Ayam
Broiler Periode Finisher yang Diberi Pakan Plus Formula Herbal adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014
Rinaldy A. Harahap
NIM G84090005

ABSTRAK
RINALDY A. HARAHAP. Profil Darah Ayam Broiler Periode Finisher yang
Diberi Pakan Plus Formula Herbal. Dibimbing oleh HASIM dan EDY D. P. K.
Curcuma xanthorrhiza Roxb., Phyllanthus niruri, Curcuma aeruginosa dan
Andrographis paniculata Nees digunakan dalam formulasi pakan anti-virus flu
burung dan dikhawatirkan mengubah profil darah ayam. Oleh sebab itu, penelitian
ini bertujuan untuk mengevaluasi profil darah ayam periode finisher yang diberi
pakan plus formula herbal sebagai antibiotik alami. Evaluasi yang dilakukan
adalah mengujian beberapa parameter seperti Feed Convertion Ratio (kg/kg), laju
kematian (%), jumlah eritrosit (juta/mm3), nilai hematokrit (%), kadar hemoglobin
(g%), jumlah (ribu/mm3) dan diferensiasi leukosit (%), serta total protein serum
(mg/ml). Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak lengkap dan uji
lanjut Duncan dengan perlakuan yaitu kontrol, simplisia dosis 1, simplisia dosis
0.5, ekstrak dosis 1, dan ekstrak dosis 0.5. Kelompok perlakuan ekstrak dosis 0.5

berpengaruh signifikan terhadap penurunan jumlah eritrosit, nilai hematokrit,
kadar hemoglobin, dan nilai monosit. Tidak ada pengaruh kelompok perlakuan
terhadap jumlah leukosit, nilai heterofil, nilai limfosit, dan total protein serum.
Eosinofil mengalami peningkatan signifikan pada kelompok perlakuan ekstrak
dosis 1. Laju kematian tertinggi terdapat pada kelompok perlakuan simplisia dosis
0.5. Efisiensi pakan terendah terdapat pada kelompok perlakuan ekstrak dosis 0.5.
Pemberian pakan mengandung simplisia dosis 1 merupakan dosis terbaik.
Kata kunci: herbal, darah ayam, profil darah

ABSTRACT
RINALDY A. HARAHAP. Chicken Blood Profile of Broiler Finisher Period Fed
with Herbal Formula Plus. Supervised by HASIM and EDY DJAUHARI P.K.
Curcuma xanthorrhiza Roxb., Phyllanthus niruri, Curcuma aeruginosa
and Andrographis paniculata Nees are used in feed formulation of anti-virus of
the bird flu, may change description chicken blood profile. This study aims to
describe chicken blood profile fed finisher period plus herbal formula as a natural
antibiotic. Experimental design that used was a randomized complete design with
five treatment groups; were the control, simplicia dose 1 and dose 0.5, extract
dose 1 and dose 0.5. The parameters tested were Feed Convertion Ratio (kg/kg),
mortality rate (%), erythrocytes numbers (millions/mm3), hematocrit value (%),

hemoglobin levels (g%), leukocyte numbers (thousands/mm3) and differentiation
(%), serum protein total (mg/ml). The 0,5 extract dose showed a significant effect
on decreasing the number of erythrocytes, hematocrit, hemoglobin levels,
monocyte values. There was no effect of the treatment on leukocytes numbers,
heterophile and lymphocytes value, serum protein total. Eosinophils increased
significantly in the treatment group of extracts dose 1. Highest mortality is in the
simplicia dose 0.5, lowest feed efficiency found in the extract dose 0.5.
Keywords: herbal, chicken blood, blood profile

PROFIL DARAH AYAM BROILER PERIODE FINISHER
YANG DIBERI PAKAN PLUS
FORMULA HERBAL

RINALDY ARDANA HARAHAP

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biokimia


DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Profil Darah Ayam Broiler Periode Finisher yang Diberi Pakan
Plus Formula Herbal
Nama
: Rinaldy Ardana Harahap
NIM
: G84090005

Disetujui oleh

Dr drh Hasim, DEA
Pembimbing I

Drs Edy Djauhary PK, MSi

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir I Made Artika, MAppSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi: Profil Darah Ayam Broiler Periode Finisher yang Diberi Pakan
Plus Formula Herbal
: Rinaldy Ardana Harahap
Nama
NIM
: G84090005

Disetujui oleh

Tanggal Lulus:


22 JAN?

014

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat,
nikmat, karunia serta izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Shalawat beriringkan salam semoga tercurahkan kepada penutup para
nabi yaitu Nabi Muhammad SAW.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr drh Hasim, DEA selaku
pembimbing utama dan Drs Edy Djauhari P K, MSi selaku pembimbing kedua
yang telah memberikan bimbingan, ilmu, arahan serta kritik kepada penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Orangtua dan keluarga,
Peternakan Magroindustry, Louayy Alfarouqi serta Yunan NM selaku tim proyek
penelitian, Gina Paradisa serta teman-teman Biokimia 46 yang telah memberikan
dukungan.
Penulis menyadari kekurangan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang dapat membuat hasil lebih baik. Penulis juga
berharap tulisan ini berguna bagi semua pihak demi kemajuan ilmu pengetahuan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014
Rinaldy A. Harahap

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN


1

METODE

2

Waktu dan Tempat Penelitian

2

Bahan

2

Alat

2

Prosedur Analisis Data


3

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN

6
6
12
17

Simpulan

17

Saran

18


DAFTAR PUSTAKA

18

LAMPIRAN

22

RIWAYAT HIDUP

30

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7

8

Jumlah rata-rata eritrosit ayam berdasarkan kelompok perlakuan
Nilai rata-rata hematokrit ayam berdasarkan kelompok perlakuan
Kadar rata-rata hemoglobin ayam berdasarkan kelompok perlakuan
Jumlah rata-rata leukosit ayam berdasarkan kelompok perlakuan
Total rata-rata protein serum ayam berdasarkan kelompok perlakuan
Pertambahan bobot pakan dari umur DOC hingga hari ke-34
Perbandingan nilai FCR ayam dari DOC hingga hari ke-34
Sisa ayam dari umur DOC hingga hari ke-34 berdasarkan
kelompok perlakuan
9 Laju kematian (%) ayam dari umur DOC hingga hari ke-34
berdasarkan kelompok perlakuan

6
7
7
8
9
10
10
11
11

DAFTAR TABEL
1 Nilai rata-rata heterofil dan limfosit ayam
2 Nilai rata-rata monosit dan eosinofil serta basofil ayam

9
9

DAFTAR LAMPIRAN
1 Analisis profil dan uji lanjut Duncan atas pengaruh pemberian formula
herbal terhadap nilai FCR ayam pada hari ke-34
2 Analisis profil pengaruh pemberian formula herbal terhadap profil
darah ayam
3 Uji lanjut Duncan terhadap profil darah ayam
4 Kandungan Nutrisi Pakan Komersil
5 Korelasi jumlah kematian terhadap nilai FCR, nilai hematokrit, jumlah
eritrosit, kadar hemoglobin, nilai limfosit, nilai monosit, nilai eosinofil,
jumlah protein serum
6 Pemberian simplisia dan ekstrak serta analisis profil darah

22
22
24
27

28
29

PENDAHULUAN
Produksi rata-rata daging ayam broiler pertahun meningkat dari 1101765 ton
(2009) hingga 1479811 ton (2013) (Deptan.go.id 2013). Terdapat berbagai
kendala dalam usaha peningkatan produksi ayam, diantaranya infeksi bakteri dan
virus (Ginting 2008). Berdasarkan catatan dari Balai Besar Veteriner, 150.866
ekor unggas mati di 50 kabupaten/kota akibat virus H5N1 Clade Bari 2.3.2
sehingga menyebabkan kerugian negara sebesar Rp1,5 milar (Jurnas.com 2012).
Penurunan produktivitas ayam akibat infeksi bakteri dan virus dapat diatasi
menggunakan antibiotik (Sinurat et al. 2001). Namun, penggunaan antibiotik pada
ayam secara berlebihan beresiko terhadap kesehatan konsumen, yakni
menyebabkan efek teratogenik dan efek karsinogenik (Rusiana dan Iswarawanti
2004). Sebanyak 85% daging dan 37% hati ayam broiler di Jabodetabek
mengandung residu kelompok antibiotik penisilin (Depkes.go.id 2012).
Penggunaan pakan plus formula herbal merupakan alternatif untuk mengurangi
akumulasi residu tambahan pakan kimiawi dalam daging (Ahmad dan Elfawati
2008).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Mubin (2013) terhadap evaluasi profil
daging ayam broiler periode finisher yang diberi pakan plus formula herbal
sebagai antibiotik alami menunjukkan semua kelompok perlakuan memiliki profil
daging yang sesuai dengan profil daging ayam normal. Profil daging yang
dievaluasi adalah tekstur, warna, kadar air, kadar abu, kadar protein, dan kadar
lemak, namun evaluasi profil darah ayam terhadap pemberian pakan plus formula
herbal perlu dilakukan. Darah merupakan media yang berperan membawa hasil
metabolit dan indikator sistem imun tubuh (Ginting 2008). Untuk itu, perlu dikaji
pengaruh penggunaan pakan plus formula herbal sebagai pengganti antibiotik
buatan terhadap perubahan profil darah ayam broiler periode finisher.
Pemanfaatan pakan plus formula temulawak, meniran, temu hitam, dan
sambiloto diharapkan mampu mengurangi residu tambahan pakan dalam daging
disamping sebagai formula pakan antivirus flu burung. Pakan yang dicampur
ekstrak temulawak mampu meningkatkan ketahanan anak ayam terhadap flu
burung (Darusman et al. 2007 dalam Rahardjo 2010). Aktivitas antioksidan,
antituberkolosis, dan hepatoprotektif terdapat pada meniran (Manjrekar et al.
2008). Ekstrak etanol temu hitam secara in vitro dapat dikembangkan menjadi
bahan alternatif obat flu burung (Taha 2009). Sambiloto digunakan sebagai
antivirus, pengobatan HIV, antiinfeksi, hepatoprotektif, antipiretik, dan analgesik
(Spelman et al. 2006).
Penelitian ini bertujuan menguji hipotesis nol (H0) menggunakan hipotesis
alternatif (H1) dalam mengevaluasi profil darah ayam periode finisher. Hipotesis
nol yang akan diuji adalah pakan plus formula herbal tidak mengubah profil darah
ayam broiler periode finisher. Hipotesis alternatif yang akan menguji H0 adalah
pakan plus formula herbal mengubah profil darah ayam broiler periode finisher.
Parameter yang dievaluasi adalah Feed Convertion Ratio (kg/kg), laju kematian
(%), jumlah eritrosit (juta/mm3), nilai hematokrit (%), kadar hemoglobin (g%),
jumlah (ribu/mm3) dan diferensiasi leukosit (%), serta total protein serum

2
(mg/ml). Periode finisher merupakan periode ayam siap panen, yakni berumur 3
hingga 7 minggu atau periode ketika pertumbuhan bobot ayam telah melambat
akibat faktor genetik dan usia, disamping pengaruh pemberian pakan (Yuwanta
2004). Keluaran yang diharapkan adalah dihasilkannya produk pakan formula
herbal yang berfungsi sebagai antibiotik alami dalam upaya pencegahan produk
dari residu berbahaya, disamping mempertahankan kondisi tubuh ayam secara
fisiologis.
Manfaat penelitian ini adalah diperoleh hasil evaluasi profil darah ayam
yang diberi pakan plus formula herbal. Hal ini terkait upaya pemanfaatan sediaan
tersebut oleh peternak sebagai upaya pencegahan produk dari residu berbahaya
dan meningkatkan kekebalan tubuh ayam.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan dari September 2012 hingga April 2013 bertempat di
Peternakan Magroindustri Cianjur dan Laboratorium Fisiologi Departemen
Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut
Pertanian Bogor.

Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah akuades, pakan ayam komersial,
simplisia temulawak, simplisia meniran, simplisia sambiloto, simplisia temu
ireng, ekstrak temulawak, ekstrak meniran, ekstrak sambiloto, ekstrak temu ireng,
alkohol 70%, EDTA, zat warna gymsa, crestaseal, HCl 0.10 N, larutan Rees &
Ecker (natrium sitrat 3.80 g, larutan formaldehida 2 ml, brillian cresylblue 30
mg, akuades hingga 100 ml), metanol 70%, ayam broiler, minyak imersi, Reagen
Biuret (larutan CuSO4 1% dan NaOH 20%), dan protein standar. Simplisia
berbentuk serbuk kering berukuran 100 mesh serta ekstrak kental disediakan oleh
Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor.

Alat
Peralatan yang digunakan adalah pisau, penyaring 100 mesh, kandang,
tempat pakan berukuran kecil, lampu pemanas 60 watt, timbangan digital, siring,
vakuteiner, mikroskop, kotak pendingin, hemositometer, seperangkat alat analisis
eritrosit, tabung Sahli, pipet Sahli, mikrosentrifus, microcapillary hematocrit
reader, bak pewarna, spektrofotometer Hitachi U-2001, vortex, inkubator,
hemoglobinometer, kuvet.

3
Prosedur Analisis Data
Formulasi Sediaan Pakan Herbal
Pakan diberikan pada ayam dari umur 1 hari hingga umur 35 hari. Bahan
baku berbentuk simplisia dan ekstrak yang disediakan oleh Pusat Studi
Biofarmaka dicampur melalui pengadukan dengan pakan komersial sesuai dosis
optimal dalam bentuk halus. Bentuk halus diubah menjadi butiran secara mekanis
di pabrik pakan. Simplisia kering yang digunakan berkadar air ≤ 10% dengan
ukuran 100 mesh. Ekstraksi menggunakan teknik maserasi dengan pelarut etanol
70%.
Pakan plus formula herbal sebanyak 606 kg tiap perlakuan diberikan selama
35 hari. Pakan komersil starter diberikan pada umur DOC hingga 14 hari dan
pakan komersil finisher pada umur 15-34 hari. Pembedaan penggunaan pakan
komersil finisher dan starter disesuaikan dengan masa pertumbuhan ayam selama
pemeliharaan. Komposisi pakan komersil broiler starter dan pakan komersil
broiler finisher tersusun atas jagung, dedak, bungkil kedelai, bungkil kelapa,
tepung daging dan tulang, pecahan gandum, bungkil kacang tanah, tepung daun,
kanola, kalsium, fosfor, vitamin, mineral, dan antioksidan (Lampiran 4)
(Paramesuwari 2012).
Tempat pakan yang digunakan berbentuk memanjang (untuk ayam usia
hingga 14 hari) dan berbentuk bundar berdiameter 40 cm (kapasitas 3 kg)
sebanyak 7 hingga 8 buah per bilik kandang (untuk ayam berumur diatas 14 hari).
Air minum diberikan secara ad libitum pada tempat minum chick found (untuk
ayam usia hingga 14 hari) dan tempat minum bundar (untuk ayam berumur diatas
14 hari). Tempat makan dan minum berbentuk memanjang digunakan untuk ayam
berumur muda untuk mempermudah ayam dalam mengkonsumsi pakan. Untuk
menghindari tercecernya pakan, pada tempat pakan diisi setengah dari kapasitas
tampungnya. Penambahan ransum dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi pada pukul
07.00 wib dan sore pukul 16.00 wib.
Terdapat lima kelompok perlakuan hewan uji berurutan sebanyak 207, 202,
206, 202, dan 202 ekor ayam pada kelompok perlakuan I hingga V. Kelompok
perlakuan I−V berurutan diberikan pakan standar (kontrol), pakan standar
ditambah formulasi simplisia dosis 1, pakan standar ditambah formulasi simplisia
dosis 0.5, pakan standar ditambah formulasi ekstrak dosis 1, dan pakan standar
ditambah formulasi ekstrak dosis 0.5. Formula herbal diaduk merata pada pakan.
Hewan Uji dan Kandang
Hewan uji berupa ayam broiler Day Old Chicken (DOC) sebanyak 1019
ekor dipelihara sekandang dan dibagi sesuai kelompok perlakuan dari umur satu
hari hingga 36 hari. Ayam dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan masing-masing
berurutan dari kelompok kontrol hingga kelompok ekstrak dosis 0.5 adalah
sebanyak 207, 202, 206, 202, dan 202 ekor ayam yang dipilih secara acak
berdasarkan formula herbal yang ditambahkan pada pakan. Jumlah ayam yang
besar berfungsi untuk mengukur laju kematian. Ayam broiler Day Old Chicken
(DOC) memiliki bobot rata-rata awal 36 gram. Setiap kelompok perlakuan
diambil 5 ekor ayam pada umur 35 hari untuk dilakukan analisis profil darah.
Pemilihan 5 ekor ayam tersebut sesuai dengan rumus penentuan ulangan (Mattjik
dan Sumertajaya 1999):

4
(t-1) (r-1) ≥ 15
Keterangan: t = jumlah perlakuan
r = jumlah ulangan
Kandang litter berukuran 2.50 m × 1.50 m × 3 m (panjang × lebar × tinggi)
sebanyak 5 bilik sesuai kelompok perlakuan dengan lampu pemanas di malam
hari digunakan untuk ayam berumur hingga 14 hari (kondisi dengan pemanasan).
Sistem litter digunakan pada kandang berukuran 10 m × 5 m × 3 m (panjang ×
lebar × tinggi) yang dibagi menjadi 5 bilik sama besar sesuai kelompok
perlakuan dengan pembatas berupa plastik tirai setinggi 50 cm.
Analisis Feed Conversion Ratio (FCR)
Feed Conversion Ratio (FCR) menunjukkan efisiensi pakan yang
mempengaruhi efektifitas pertumbuhan bobot ayam. Bobot badan ayam ditimbang
dua kali dalam seminggu. Perhitungan nilai (FCR) dilakukan menggunakan
rumus:

Laju Kematian
Selama proses penelitian dilakukan penghitungan jumlah ayam yang mati
untuk setiap kelompok perlakuan, sehingga dapat dihitung derajat kematian ayam,
yakni 100% dikurangi kelangsungan hidup (SR), menurut rumus Effendie (1979):
Laju Kematian = 100% − SR
SR
= (Nt/No) × 100%
Keterangan:
SR = Derajat kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah ayam hidup pada akhir penelitian (ekor)
No= Jumlah ayam hidup pada awal pemeliharaan (ekor)
Pengambilan Darah
Lima ayam broiler berumur 35 hari dipilih secara acak pada setiap kelompok
perlakuan untuk pengambilan 2.00 ml darah dari vena jungularis. Darah
dimasukkan ke vakuteiner berisi antikoagulan EDTA dan disimpan pada kotak
pendingin (Apsari & Arta 2010).
Analisis Profil Eritrosit (Sastradipradja et al. 1989 dalam Roosita et al. 2003)
Jumlah Eritrosit. Darah dihisap pipet eritrosit sampai batas 0.5 (4 µl), diisi
larutan Rees-Ecker sampai tanda 101 (80 µl). Suspensi diteteskan ke kamar hitung
Neubaur dan dihitung menggunakan mikroskop perbesaran 400 kali pada kelima
bidang dengan luas masing-masing 1/5 x 1/5 mm2. Indeks darah merah digunakan
untuk mendefinisikan ukuran dan kandungan hemoglobin.
Nilai Hematokrit. Darah yang tercampur antikoagulan dihisap pipa kapiler
hematokrit hingga terisi 4/5 bagian. Selanjutnya, ujung pipa disumbat dengan
crestaseal dan disentrifuse 12000 rpm selama 5 menit hingga terbentuk lapisan
plasma, putih abu, merah. Penentuan nilai hematokrit dilakukan dengan mengukur
% volume eritrosit menggunakan microcapillary hematocrite reader.
Kadar Hemoglobin. Sebanyak 20 µl sampel dipipet menggunakan pipet
Sahli dan dimasukkan ke tabung Sahli berisi HCl 0,10 N. Reaksi HCl dengan
hemoglobin membentuk asam hematin berwarna coklat kemerahan. Aquades

5
diteteskan pada asam sampai warna larutan sama dengan warna standar. Besarnya
kadar hemoglobin ditunjukkan oleh tingginya cairan dalam tabung dan dinyatakan
dalam g %. Adapun reaksi yang terjadi adalah
Hb + HCl ——> globin dan HCl + Feroprotoporpin
Analisis Profil Leukosit (Sastradipradja et al. 1989 dalam Roosita et al. 2003)
Jumlah Leukosit. Sampel dihisap pipet eritrosit sampai batas 0.5 (4 µl)
lalu diisi larutan larutan Rees and Ecker hingga tanda 101. Setetes suspensi darah
diteteskan ke dalam kamar hitung hemositometer lalu dihitung dengan mikroskop
perbesaran 400 kali. Jumlah leukosit dalam hemositometer dihitung pada keempat
bidang besar yang luasnya masing-masing 1 mm2 dengan volume yang dihitung
sebesar empat kotak hitung dikali 1 mm panjang dan lebar 1 mm serta tebal 0,01
mm dikali faktor pengencer 100.
Diferensiasi Leukosit. Sampel darah dioleskan pada objek gelas. Preparat
ulas yang terbentuk difiksasi dengan metanol 70 % selama 5 menit, diangkat
hingga kering lalu direndam dalam larutan pewarna Giemsa selama 30 menit lalu
dicuci. Preparat ulas diletakkan dibawah mikroskop dan ditambahkan minyak
imersi kemudian dihitung jumlah limfosit, heterofil, monosit, basofil, dan
eosinofil secara zigzag dengan perbesaran 1000 kali sampai total 100 butir.
Total Protein Serum
Kadar total protein ditentukan menggunakan reagen Biuret model Merck
Diagnostic. Kuvet sampel dimasukkan 25 µl sampel dan 2.50 ml pereaksi biuret.
Kuvet standar dimasukkan 5 µl standar stock dan 2.50 ml pereaksi biuret. Kuvet
blanko berisi 2.50 ml pereaksi biuret. Ketiga kuvet divortex dan diinkubasi suhu
kamar selama 30 menit dan dibaca dengan spektrofotometer Hitachi U-2001 pada
panjang gelombang 545 nm. Faktor pengencer yang digunakan sebanyak dua kali.
Perhitungannya adalah Y=5.10-5X, dengan Y adalah nilai absorbansi dan X adalah
kadar protein (µg/ml) (Aulanni'am 2004 dalam Samik 2008).
Analisis Statistika
Rancangan percobaan penelitian ini adalah percobaan dua faktor dalam
rancangan acak lengkap (RAL) dengan uji ANOVA pada tingkat kepercayaan
95% dan taraf α=0.05 serta uji lanjut dengan uji Duncan dan korelasi Pearson
(PC) (Mattjik dan Sumertajaya 1999), dengan model:
Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
Keterangan :
Yijk = nilai pengamatan faktor A taraf ke-i, faktor B taraf ke-j dan ulangan ke-k
μ
= komponen aditif dari rataan
αi
= pengaruh faktor A (Simplisia dan Ekstrak)
βj
= pengaruh faktor B (dosis 1 dan dosis 0.5)
αβij = komponen interaksi dari faktor A dan faktor B
εijk
= pengaruh acak yang menyebar normal (0,σ2)
Pemberian simplisia ekstrak serta analisis profil darah ditampilkan di Lampiran 6.

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Profil Eritrosit
Profil eritrosit dievaluasi berdasarkan pengukuran terhadap jumlah rata-rata
eritrosit (juta/mm3), kadar hemoglobin (%), dan nilai hematokrit (%). Jumlah ratarata eritrosit, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin ayam berdasarkan kelompok
perlakuan ditampilkan secara berurutan pada Gambar 1 hingga Gambar 3.
Jumlah Eritrosit
Jumlah rata-rata eritrosit kelompok kontrol adalah 2.65±0.89 juta/mm3
(Gambar 1). Kelompok perlakuan ekstrak dosis 0.5 memiliki jumlah rata-rata
eritrosit sebesar 1.63±0.69 juta/mm3, yang nilainya lebih rendah bila
dibandingkan kelompok lainnya dan berbeda nyata (p0.05).
Nilai Hematokrit
Nilai rata-rata hematokrit kelompok kontrol adalah 29.21±5.61% (Gambar
2). Kelompok perlakuan ekstrak dosis 0.5 memiliki nilai rata-rata hematokrit
sebesar 5.42±2.82%, yang nilainya lebih rendah bila dibandingkan kelompok
lainnya serta berbeda nyata (p0.05) terhadap kontrol.
Kadar Hemoglobin
Kadar rata-rata hemoglobin kelompok kontrol adalah 8.59±1.61 g%
(Gambar 3). Kelompok perlakuan ekstrak dosis 0.5 memiliki kadar rata-rata
hemoglobin sebesar 14.90±9.89 g%, yang nilainya lebih rendah bila dibandingkan
kelompok lainnya dan berbeda nyata (p0.05) terhadap kontrol.

Gambar 1 Jumlah rata-rata eritrosit ayam berdasarkan kelompok perlakuan

7

Gambar 2 Nilai rata-rata hematokrit ayam berdasarkan kelompok perlakuan

Gambar 3 Kadar rata-rata hemoglobin ayam berdasarkan kelompok perlakuan
Profil Leukosit
Profil leukosit dievaluasi berdasarkan pengukuran terhadap jumlah rata-rata
eritrosit (ribu/mm3) dan diferensiasi leukosit. Diferensiasi leukosit terdiri atas
pengukuran nilai heterofil (%), nilai limfosit (%), nilai eosinofil (%), nilai monosit
(%), dan nilai basofil (%). Profil leukosit ditampilkan pada Gambar 4, Tabel 1,
dan Tabel 2.
Jumlah Leukosit
Jumlah rata-rata leukosit kelompok kontrol adalah 4.75±3.88 ribu/mm3
(Gambar 4). Kelompok perlakuan simplisia dosis 0.5 memiliki jumlah rata-rata
leukosit sebesar 8.32±3.25%, yang nilainya lebih tinggi bila dibandingkan
kelompok lainnya dan tidak berbeda nyata (p0.05) terhadap kelompok kontrol.
Diferensiasi Leukosit
Diferensiasi leukosit menyajikan nilai rata-rata heterofil, limfosit, monosit,
eosinofil, dan basofil. Nilai rata-rata heterofil, limfosit, eosinofil, monosit, dan
basofil kelompok kontrol secara berurutan adalah sebesar 26.40±19.63%,
66.60±19.13%, 2.60±2.07%, 5.20±2.39%, 0%. Nilai rata-rata heterofil dan
limfosit seluruh kelompok perlakuan secara berurutan lebih tinggi dan lebih
rendah terhadap kelompok kontrol, meskipun tidak berbeda nyata (p>0.05) (Tabel
1). Seluruh kelompok perlakuan memiliki nilai rata-rata monosit yang lebih
rendah dan tidak berbeda nyata (p0.05)
terhadap kelompok kontrol. Seluruh kelompok perlakuan memiliki nilai rata-rata
eosinofil yang lebih tinggi dan tidak berbeda nyata (p0.05) terhadap kelompok kontrol. Basofil tidak ditemukan pada
kelompok kontrol maupun seluruh kelompok perlakuan (Tabel 2).
Total Protein Serum
Total rata-rata protein serum ayam kelompok kontrol berkisar 44.58±8.20
mg/ml (Gambar 5). Kelompok perlakuan simplisia dosis 1 dan dosis 0.5 secara
berurutan memiliki total protein serum sebesar 48.98±6.37% dan 45.92±7.50%,
yang nilai keduanya lebih tinggi serta tidak berbeda nyata (p>0.05) terhadap
kelompok kontrol. Kelompok perlakuan ekstrak dosis 1 dan dosis 0.5 secara
berurutan memiliki total protein serum sebesar 41.42±5.47% dan 42.47±5.69%,
yang nilai keduanya lebih rendah serta tidak berbeda nyata (p>0.05) terhadap
kelompok kontrol.

9

Gambar 5 Total rata-rata protein serum ayam berdasarkan kelompok perlakuan
Tabel 1 Nilai rata-rata heterofil dan limfosit ayam
kelompok perlakuan
Kontrol
simplisia dosis 1
simplisia dosis 0.5
ekstrak dosis 1
ekstrak dosis 0.5

diferensiasi leukosit (%)
heterofil
limfosit
26.40a±19.63
66.60a ±19.13
39.40a±20.09
52.00a±19.19
43.40a±15.07
42.60a±10.78
a
36.40 ±14.89
47.80a±17.92
42.60a±15.58
52.00a±16.54

Tabel 2 Nilai rata-rata monosit dan eosinofil serta basofil ayam
kelompok perlakuan
Kontrol
simplisia dosis 1
simplisia dosis 0.5
ekstrak dosis 1
ekstrak dosis 0.5

diferensiasi leukosit (%)
monosit
eosinofil
b
a
5.20 ±2.39
2.60 ±2.07
ab
3.00 ±1.58
6.20ab±2.77
4.00ab±1.87
3.00a±2.55
ab
3.00 ±1.22
12.80c±5.26
a
2.40 ±2.19
3.00a±2.55

basofil






Nilai Food Convertion Ratio
Nilai rata-rata Food Convertion Ratio (FCR) merupakan gambaran kondisi
ayam dalam mengkonsumsi pakan yang berdampak pada pertambahan bobot dan
kelangsungan hidup ayam. Pertambahan bobot ayam selama perlakuan
ditampilkan pada Gambar 6. Nilai rata-rata FCR ayam kelompok kontrol dari
DOC hingga hari ke-34 adalah 3.02±0.01 (Gambar 7). Kelompok perlakuan
ekstrak dosis 0.5 memiliki nilai rata-rata FCR sebesar 3.09±0.02, yang nilainya
lebih tinggi dan berbeda nyata (p0.05) terhadap kelompok kontrol.

10

Gambar 6 Pertambahan bobot ayam dari umur DOC hingga hari ke-34

Gambar 7 Perbandingan nilai FCR ayam dari umur DOC hingga hari ke-34

11
Laju Kematian
Laju kematian menunjukkan tingkat kelangsungan hidup ayam selama
masa perlakuan. Sisa ayam hingga hari ke-34 ditampilkan pada Gambar 8. Laju
kematian ayam selama 34 hari pada kelompok kontrol adalah 9.17% (Gambar 9).
Laju kematian ayam seluruh kelompok perlakuan lebih tinggi terhadap kelompok
kontrol, namun nilai ini masih berada kisaran normal laju kematian ayam, yakni
sebesar 5-12% (nationalchickencouncil.org 2011), kecuali kelompok perlakuan
simplisia dosis 0.5.

Gambar 8 Sisa ayam dari umur DOC hingga hari ke-34 berdasarkan kelompok
perlakuan

Gambar 9 Laju kematian (%) ayam dari umur DOC hingga hari ke-34
berdasarkan kelompok perlakuan

12
Pembahasan
Profil Eritrosit
Eritrosit berperan membawa hemoglobin di dalam sirkulasi darah. Hewan
normal memiliki jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin yang sebanding dengan
hematokrit (Widjajakusuma dan Sikar 1986). Hematokrit atau packed cell volume
(PCV) adalah suatu persentase sel darah merah dalam 100 ml darah. Profil
eritrosit dapat dilihat dari jumlah eritrosit (juta/mm3), nilai hematokrit (%), dan
kadar hemoglobin (g%) di dalam darah. Perbedaan sifat fisik dan kimia pada
simplisia dan ekstrak turut memengaruhi jumlah eritrosit, nilai hematokrit, dan
kadar hemoglobin (Sinurat et al. 2004). Uji fitokimia tanaman herbal yang
dilakukan Syahbirin dkk (2012) menunjukkan simplisia tanaman herbal memiliki
kandungan fitokimia yang berbeda terhadap ekstrak
Jumlah Eritrosit
Status kesehatan ayam dilihat dari jumlah total eritrosit dalam darah (Apsari
dan Arta 2010). Swenson (1984) menyatakan bahwa ketebalan dan diameter
eritrosit dipengaruhi oleh status nutrisi dan spesies hewan. Kandungan oksigen
yang rendah di dalam darah menyebabkan peningkatan produksi jumlah eritrosit
untuk mempertahankan homeostatis tubuh (Swenson 1984). Prinsip hitung
eritrosit manual adalah darah diencerkan dalam larutan yang isotonis untuk
memudahkan perhitungan eritrosit dan mencegah hemolisis (Komariah 2009).
Kisaran normal jumlah eritrosit ayam broiler adalah 2.00-3.30 juta/mm3 (Smith &
Mangkoewidjojo 1988), dan seluruh kelompok perlakuan masih berada dalam
kisaran normal, kecuali pada kelompok perlakuan dengan pemberian pakan
mengandung ekstrak dosis 0.5. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh jumlah ratarata eritrosit kelompok kontrol masih berada dalam kisaran normal, yakni
2.65±0.89 juta/mm3 (Gambar 1). Jumlah eritrosit kelompok ekstrak dosis 0.5 lebih
rendah terhadap kelompok perlakuan lainnya, berbeda nyata (p