Gambaran histologis proventrikulus, duodenum, dan hati ayam broiler yang diberi ekstrak temulawak plus

GAMBARAN HISTOLOGIS PROVENTRIKULUS,
DUODENUM, DAN HATI AYAM BROILER YANG DIBERI
EKSTRAK TEMULAWAK PLUS

FENI DWI KARTIKA GULO

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Gambaran Histologis
Proventrikulus, Duodenum, dan Hati Ayam Broiler yang Diberi Ekstrak
Temulawak Plus adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Feni Dwi Kartika Gulo
NIM B04090007

ABSTRAK

FENI DWI KARTIKA GULO. Gambaran Histologis Proventrikulus, Duodenum,
dan Hati Ayam Broiler yang Diberi Ekstrak Temulawak Plus. Dibimbing oleh
ADI WINARTO dan ANDRIYANTO.
Temulawak memiliki banyak manfaat, di antaranya sebagai hepatoprotektor,
antikarsinogenik, antimikroba, antioksidan, antihiperlipidemia, dan antiinflamasi.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perubahan gambaran histologis
proventrikulus, duodenum, dan hati ayam broiler yang diberi ekstrak temulawak
plus multivitamin. Sebanyak 36 ekor ayam broiler dibagi ke dalam 4 kelompok
perlakuan (P0, P1, P2, dan P3) dengan 3 ulangan tiap perlakuannya. P0 adalah
kontrol yang diberi akuades, sedangkan P1, P2, dan P3 diberi ekstrak temulawak
plus dengan dosis 1, 3, dan 5 ppm. Perlakuan diberikan selama 3 minggu

berturut-turut. Variabel yang diamati dalam penelitian ini antara lain jumlah sel
epitel yang membelah pada mukosa proventrikulus, jumlah sel Goblet dan jumlah
kelenjar Lieberkhun pada duodenum, dan keutuhan hepatosit pada hati.
Pemberian ekstrak temulawak plus memengaruhi proliferasi sel epitel pada
mukosa proventrikulus, meningkatkan jumlah sel Goblet dan jumlah kelenjar
Lieberkhun pada duodenum, dan mencegah kerusakan hepatosit pada ayam
broiler. Perubahan gambaran histologis ini dapat meningkatkan efisiensi
kecernaan pakan dan pertahanan mukosa pada proventrikulus dan duodenum
ayam broiler.
Kata kunci: ayam broiler, duodenum, ekstrak temulawak plus, hati, proventrikulus

ABSTRACT

FENI DWI KARTIKA GULO. Histological Changes of Proventriculus,
Duodenum, and Liver of Broiler Chicken by Giving Temulawak Extract Plus.
Supervised by ADI WINARTO and ANDRIYANTO.
The curcuma has so many therapeutic advantages such as
hepatoprotection,
anticarsinogenic,
antimicrobial,

antioxidant,
antihyperlipimedic, and antiinflammatory agent. This research was aimed to
know the histological changes of proventriculus, duodenum, and liver of broiler
chicken which were given curcuma extract plus multivitamin. A total of 36 broiler
chickens were divided into 4 groups (P0, P1, P2, and P3) with 3 replications in
each group. P0 was the control group that was given aquadest, while P1, P2, and
P3 were given curcuma extract plus at a dose of 1, 3, and 5 ppm, respectively.
The treatment was given for 3 consecutive weeks. The observed variables were
number of epithelial cells which were cleavaging in the mucosa of proventiculus,
number of Goblet cells and Lieberkhun glands in the duodenum, and intact
structure of hepatocyte in the liver. The curcuma extract plus influenced the

proliferation of epithelial cells in the mucosa of proventriculus, increased the
number of Goblet cells and Lieberkhun glands in duodenum, and prevented liver
cell damage in the broiler chicken. This histological changes may improve the
efficiency of feed digestibility and proventriculus and intestinal mucosal
protection of the broiler chicken.
Keywords: broiler chicken, duodenum, liver, proventriculus, temulawak extract
plus


GAMBARAN HISTOLOGIS PROVENTRIKULUS,
DUODENUM, DAN HATI AYAM BROILER YANG DIBERI
EKSTRAK TEMULAWAK PLUS

FENI DWI KARTIKA GULO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Gambaran Histologis Proventrikulus, Duodenum, dan Hati Ayam
Broiler yang Diberi Ekstrak Temulawak Plus
Nama

: Feni Dwi Kartika Gulo
NIM
: B04090007

Disetujui oleh

drh Adi Winarto, PhD, PAVet
Pembimbing I

drh Andriyanto, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

drh Agus Setyono, MS, PhD, PAVet
Wakil Dekan

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi:

Nama
NIM

Gambaran Histologis Proventrikulus, Duodenum, dan Hati Ayam
Broiler yang Diberi Ekstrak Temulawak Plus
Feni Dwi Kartika Gulo
B04090007

Disetujui oleh

L ____
drh Adi Winarto. P , PAVet
Pembimbing I

Tanggal Lulus:

drh Andriyanto. MSi
Pembimbing II

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala
atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
tepat pada waktunya. Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang dilaksanakan
dari Desember 2012 hingga Februari 2013 di Peternakan ayam broiler Tegal
Waru, Ciampea, Bogor.
Skripsi ini berjudul “Gambaran Histologis
Proventrikulus, Duodenum, dan Hati Ayam Broiler yang Diberi Ekstrak
Temulawak Plus”.
Penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada ayahanda Firman Gulo dan
ibunda Okdanur Elta yang selalu memberikan doa, dukungan, dan semangat
kepada penulis. Selanjutnya, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada drh.
Adi Winarto, Ph.D sebagai dosen pembimbing pertama dan drh. Andriyanto, M.Si
sebagai dosen pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan dan arahan
kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan sumbangan terhadap ilmu
pengetahuan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat, baik bagi penulis maupun
bagi pembaca.

Bogor, September 2013


Feni Dwi Kartika Gulo

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Temulawak

2

Komposisi Kimia dan Kegunaan Temulawak


3

Ayam Broiler

3

Proventrikulus

4

Duodenum

4

Hati

5

METODE


5

Waktu dan Tempat Penelitian

5

Bahan dan Alat

5

Prosedur Penelitian

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Proventrikulus

7

Duodenum

9

Sel Goblet

11

Kelenjar Lieberkhun

11

Hati

12

SIMPULAN DAN SARAN

14

DAFTAR PUSTAKA

15

LAMPIRAN

18

RIWAYAT HIDUP

24

DAFTAR TABEL
1 Komposisi kimia temulawak

3

2 Rataan jumlah sel epitel yang membelah pada mukosa proventrikulus
ayam broiler yang diberi ekstrak temulawak plus

8

3 Rataan jumlah sel Goblet pada duodenum ayam broiler yang diberi
ekstrak temulawak plus

11

4 Rataan jumlah kelenjar Lieberkhun pada duodenum ayam broiler yang
diberi ekstrak temulawak plus

12

DAFTAR GAMBAR
1 Sel epitel silindris sebaris pada mukosa proventrikulus
2 Gambaran populasi sel Goblet pada vili duodenum terlihat meningkat

8
10

3 Gambaran populasi kelenjar Lieberkhun pada duodenum terlihat hampir
sama antar kelompok perlakuan

10

4 Gambaran histologis hati terlihat perubahan susunan hepatosit dan lebar
sinusoid

13

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil analisis jumlah sel epitel yang membelah pada lamina epitelialis
mukosa proventrikulus ayam broiler yang diberi ekstrak temulawak plus

18

2 Hasil analisis jumlah sel Goblet pada duodenum ayam broiler yang diberi
ekstrak temulawak plus

20

3 Hasil analisis jumlah kelenjar Lieberkhun pada duodenum ayam broiler
yang diberi ekstrak temulawak plus

22

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dewasa ini, jumlah peternakan ayam broiler di Indonesia semakin
meningkat. Masa produksi ayam broiler yang relatif singkat membuat banyak
pihak mengembangkan bisnis ini. Selain itu, permintaan pasar terhadap ayam
broiler juga terus meningkat. Masyarakat Indonesia cenderung lebih memilih
daging ayam broiler sebagai sumber protein hewani. Hal itu karena kandungan
gizi daging ayam broiler yang tinggi dan harga yang relatif murah. Namun,
beberapa permasalahan timbul akibat ketidakpuasan konsumen terhadap kuantitas
dan kualitas daging ayam broiler, seperti bobot daging yang tidak optimal dan
tingginya kandungan lemak daging ayam broiler. Beberapa peternak mengatasi
permasalahan tersebut dengan menambahkan bahan herbal yang berkhasiat ke
dalam pakan atau air minum ayam broiler. Salah satu bahan herbal yang sering
digunakan adalah temulawak.
Temulawak merupakan tumbuhan semak, batang semunya terdiri atas
pelepah-pelepah daun yang menyatu dan mempunyai umbi batang. Tinggi
tanaman antara 50−200 cm, bunganya berwarna putih kemerah-merahan atau
kuning, dan berkelompok 3 sampai 4 buah (Hayani 2006). Bagian utama tanaman
ini yang dimanfaatkan sebagai bahan obat adalah rimpang atau umbi. Rimpang
temulawak dipanen setelah berumur cukup tua, yaitu apabila daun-daun dan
batang telah menguning atau mengering (Rukmana 2006). Khasiat temulawak
terutama disebabkan oleh kandungan senyawa kurkumin di dalamnya. Beberapa
manfaat temulawak, di antaranya sebagai hepatoprotektor, antikarsinogenik,
antimikroba, antioksidan, antihiperlipidemia, dan antiinflamasi serta yang paling
umum dikenal masyarakat adalah sebagai penambah nafsu makan (Sina 2013).
Menurut Hendrawati (1999), penambahan temulawak dalam ransum ayam
broiler dapat menurunkan kadar kolesterol serum, kolesterol daging, kadar lemak
daging, persentase bobot lemak abdominal, dan meningkatkan volume empedu.
Berdasarkan hal itu, dapat diduga bahwa temulawak memengaruhi aktivitas
metabolisme pada sistem pencernaan ayam broiler.
Perubahan aktivitas
metabolisme tersebut dapat memengaruhi perubahan struktur organ-organ pada
sistem pencernaan, seperti jumlah, ukuran, dan keutuhan sel.
Secara histologis telah dibuktikan bahwa pemberian ekstrak etanol
temulawak pada ayam petelur dapat mengurangi jumlah sel-sel yang mengalami
nekrosis dan meningkatkan jumlah sel Kupffer pada hati (Stephanie 2009). Selain
itu, pemberian ekstrak etanol temulawak pada ayam petelur juga dapat
meningkatkan jumlah kripta Lieberkhun dan jumlah fokus gut associated
lymphoid tissue (GALT) pada usus halus (Ladamusa 2009). Potensi temulawak
untuk mengatasi kerusakan organ-organ pada sistem pencernaan didukung oleh
bioavailabilitas kurkumin yang meningkat pada saluran pencernaan (Rajasekaran
2011). Hasil penelitian lainnya menyatakan bahwa kandungan kurkumin 0.5%
dari total diet efektif menghambat tumorigenesis pada saluran pencernaan (Huang
1994).
Penelitian terdahulu umumnya menggunakan ekstrak temulawak secara
tunggal atau kombinasi antara temulawak dan bahan herbal lainnya. Pada

2
penelitian ini digunakan ekstrak temulawak plus, yaitu sediaan jadi dengan
kandungan tambahan multivitamin (vitamin A, B1, B2, B6, B12, D, dan
provitamin B5). Tambahan multivitamin diharapkan dapat bersinergi dengan
temulawak dan memberikan efek yang lebih baik bila dibandingkan dengan
penggunaan temulawak secara tunggal. Selain itu, pada penelitian terdahulu
belum pernah dilaporkan tentang khasiat temulawak terhadap proventrikulus.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai khasiat
ekstrak temulawak plus multivitamin pada ayam broiler. Pemberian ekstrak
temulawak plus multivitamin diharapkan dapat memelihara keutuhan sel-sel pada
saluran pencernaan ayam broiler khususnya pada proventrikulus, duodenum, dan
hati.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perubahan gambaran histologis
proventrikulus, duodenum, dan hati ayam broiler yang diberi ekstrak temulawak
plus multivitamin.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar dalam pengembangan
dan evaluasi lebih lanjut mengenai penggunaan ekstrak temulawak plus
multivitamin sebagai pencegah kerusakan sel-sel pada saluran pencernaan.

TINJAUAN PUSTAKA
Temulawak
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) merupakan tanaman obat asli
Indonesia. Temulawak diklasifikasikan berdasarkan taksonominya sebagai
berikut:
Kingdom
: Plantae
divisi
: Spermatophyta
subdivisi
: Angiospermae
kelas
: Monocotyledonae
ordo
: Zingiberales
famili
: Zingiberaceae
genus
: Curcuma
spesies
: Curcuma xanthorrhiza Roxb. (Tjitrosoepomo 2004).

3
Komposisi Kimia dan Kegunaan Temulawak
Komponen penting dari kandungan temulawak adalah kurkumin, pati, dan
minyak atsiri (Rukmana 2006). Komposisi kimia berdasarkan analisis serbuk
rimpang temulawak dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Komposisi kimia temulawak
Komposisi
Nilai (%)
Kadar air
13.98
Kadar minyak atsiri
3.81
Pati
41.45
Serat
12.62
Abu
4.62
Abu tak larut asam
0.56
Sari dalam alkohol
9.48
Sari dalam air
10.90
Kurkumin
2.29
Sumber: Hayani (2006)

Pati merupakan komponen terbesar dalam temulawak. Pati tersebut mudah
dicerna, sehingga dapat dikembangkan sebagai sumber karbohidrat untuk bahan
makanan (Sina 2013). Kurkumin merupakan komponen yang memberikan warna
kuning pada temulawak, sehingga sering digunakan sebagai zat warna alami
dalam makanan, minuman atau kosmetika (Hayani 2006). Dalam dunia farmasi,
kurkumin telah digunakan untuk bahan obat, di antaranya sebagai antioksidan,
antiinflamasi, dan antitumor. Kurkumin sebagai antioksidan dapat mereduksi
kompleks Fe dan menghambat peroksidasi. Kurkumin sebagai antiinflamasi
bekerja pada tingkat sel dengan menghambat formasi leukotriene, agregasi
platelet, dan stabilitas membran lisosom. Kurkumin dapat mencegah tumor pada
hati dengan menghambat aktivitas enzim cytochrome P450 dan meningkatkan
level glutathione-S-transferase. Pada saluran pencernaan, kurkumin dapat
melindungi mukosa gastroduodenal dengan menstimulasi produksi mukus pada
saluran tersebut (Wynn dan Fougere 2007).
Minyak atsiri adalah suatu zat berbentuk cair yang terkandung dalam
simplisia nabati atau hewani, berbau harum, segar, berguna untuk pengobatan,
bumbu, kosmetika atau pewangi. Minyak atsiri temulawak bersifat fungistatik
dan bakteriostatik. Dalam bidang medis, minyak atsiri umum digunakan sebagai
fitoterapi (Hayani 2006).

Ayam Broiler
Ayam broiler atau ayam pedaging adalah ayam ras yang mampu tumbuh
cepat sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat (5-7
minggu). Ayam ini merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsabangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi. Adapun jenis strain ayam
broiler yang telah beredar dipasaran adalah Super 77, Tegel 70, ISA, Kim cross,
Lohman 202, Hyline, Vdett, Missouri, Hubbard, Shaver Starbo, Pilch, Yabro,

4
Goto, Arbor arcres, Tatum, Indian river, Hybro, Cornish, Brahma, Langshans,
Hypeco-Broiler, Ross, Marshall”m”, Euribrid, A.A 70, H&N, Sussex, Bromo, dan
CP 707 (Prihatman 2000).

Proventrikulus
Proventrikulus merupakan lambung kelenjar yang berbentuk lonjong dengan
panjang sekitar 4 cm. Struktur proventrikulus terdiri atas empat lapis yaitu
mukosa, submukosa, tunika muskularis, dan tunika serosa. Lapis pertama adalah
mukosa yang terdiri atas lamina epitelialis, lamina propria, dan muskularis
mukosa. Lamina epitelialis disusun oleh sel epitel silindris sebaris yang
menghasilkan musin (Samuelson 2007). Musin berfungsi untuk melindungi
mukosa proventrikulus.
Lamina epitelialis dan sebagian lamina propria
membentuk lipatan-lipatan pada mukosa proventrikulus yang disebut dengan
plica. Lamina propria disusun oleh jaringan ikat longgar yang tervaskularisasi,
sel-sel pertahanan tubuh, dan kelenjar proventrikulus. Kelenjar proventrikulus
tersusun atas sel-sel tipe kuboid yang menghasilkan HCl dan pepsin yang penting
untuk fungsi pencernaan (Bacha dan Bacha 2000).
Lapis kedua adalah submukosa berupa jaringan ikat dan banyak terdapat
pembuluh darah dan pembuluh limfe. Lapis ketiga adalah tunika muskularis yang
disusun oleh otot polos. Lapis keempat dilanjutkan dengan tunika serosa yang
merupakan jaringan ikat longgar (Bacha dan Bacha 2000).

Duodenum
Duodenum merupakan bagian usus halus pertama yang berfungsi untuk
pemecahan ingesta menjadi bentuk yang siap untuk diserap (Dellmann dan Brown
1992). Struktur duodenum terdiri atas empat lapis, yaitu mukosa, submukosa,
tunika muskularis, dan tunika serosa. Lapis pertama adalah mukosa yang dibalut
oleh lamina epitelialis, lamina propria dengan kelenjar, dan muskularis mukosa.
Vili merupakan penjuluran mukosa dan merupakan ciri khas bagi usus halus.
Lamina epitelialis disusun oleh sel epitel silindris sebaris dan beberapa di
antaranya mengalami modifikasi membentuk sel Goblet guna produksi mukus.
Mukus yang dihasilkan berfungsi untuk melindungi mukosa usus. Sel-sel epitel
selebihnya mempunyai mikrovili guna kepentingan fungsi absorpsi (Frandson
1992). Lamina propria disusun oleh jaringan ikat longgar yang tervaskularisasi,
sel-sel pertahanan tubuh, dan kelenjar. Kelenjar pada duodenum disebut sebagai
kelenjar Lieberkhun yang disusun oleh sel epitel silindris sebaris. Kelenjar
Lieberkhun menghasilkan mukus dan beberapa enzim untuk metabolisme peptida,
lemak, dan karbohidrat (Aughey dan Frye 2001).
Lapis kedua adalah submukosa berupa jaringan ikat dan banyak terdapat
pembuluh darah dan pembuluh limfe. Lapis ketiga adalah tunika muskularis yang
disusun oleh otot polos, yaitu lapis dalam melingkar dan lapis luar memanjang.
Lapis keempat adalah tunika serosa yang merupakan jaringan ikat longgar dan
dilanjutkan dengan mesenterium (Bacha dan Bacha 2000).

5
Hati
Hati merupakan kelenjar tubuh yang paling besar dan multifungsi. Hati
berfungsi dalam metabolisme, sekresi, penyimpanan, sintesis, fagositosis,
detoksikasi, konjugasi, esterefikasi, dan hemopoisis. Hati ayam terdiri atas dua
lobus yang dibalut oleh kapsula serosa dan kapsula fibrosa yang relatif tipis. Hati
memiliki tiga jaringan penting, yaitu sel parenkim hati, saluran empedu, dan
pembuluh darah (Dellmann dan Brown 1992).
Sel parenkim hati disebut sebagai hepatosit yang berbentuk polihedral,
intinya bulat terletak di tengah, dan sitoplasmanya agak berbutir. Hepatosit
berfungi untuk mensekresikan empedu dengan menyerap bilirubin dari darah lalu
dikonjugasi. Empedu disekresikan ke dalam saluran empedu yang memiliki
struktur berupa epitel kubus sebaris (Bacha dan Bacha 2000).
Vaskularisasi hati berkaitan langsung dengan multifungsinya. Dua
pembuluh darah besar yang menunjang hal tersebut adalah vena porta dan arteri
hepatika. Kedua pembuluh darah tersebut bercabang-cabang memasuki hati
hingga membentuk kapiler yang mengisi lobulus disebut sebagai sinusoid.
Dinding sinusoid terdiri atas endotel dan sel-sel makrofag besar yang disebut sel
Kupffer. Sel Kupffer berasal dari monosit yang berfungsi dalam mekanisme
pertahanan (Frandson 1992).

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari Desember 2012 hingga Februari 2013 di
Peternakan ayam broiler Tegal Waru, Ciampea, Bogor. Pembuatan dan analisis
preparat dilakukan di Laboratorium Histologi Bagian Histologi, Departemen
Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut
Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak temulawak
plus (Curcuma Plus® produksi PT Soho, setiap 15 mL mengandung vitamin A 850
iu, vitamin B1 3 mg, vitamin B2 2 mg, vitamin B5 3 mg, vitamin B6 5 mg, vitamin
B12 5 mcg, vitamin D 100 iu, calcium hypophosphite 500 mg, cod liver oil 7.5 mg,
dan Curcuma xanthorrhiza extract 10 mg), akuades, larutan gula, antibiotik,
vaksin ND, vaksin gumboro, sampel organ proventrikulus, duodenum, dan hati,
larutan fiksatif paraformaldehid 4%, alkohol 70%, 80%, 90%, 95%, alkohol
absolut, xilol, parafin, air, pewarna jaringan Hematoksilin, Eosin, dan perekat
(entelan).
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang ayam, tempat
pakan dan minum ayam, peralatan kandang, dissection kit (scalpel, gunting, dan
pinset), kantong plastik, tissue basket, paraffin embedding console, microtom,

6
gelas objek, gelas penutup, mikroskop, oven, alat foto mikrografi, dan peralatan
histoteknik lainnya.
Prosedur Penelitian
Persiapan Kandang Penelitian
Kandang penelitian sekitar 3×4 m disekat menjadi 4 kelompok perlakuan.
Selanjutnya, dilakukan pencucian dan sterilisasi pada seluruh bagian kandang.
Sterilisasi menggunakan desinfektan berspektrum luas (broad spectrum).
Selanjutnya, pada bagian lantai dan sekeliling luar kandang ditaburkan kapur
tohor. Pada lantai kandang juga diberi sekam yang telah melalui proses fumigasi
terlebih dahulu. Kandang dibiarkan sekitar 2−3 hari sebelum DOC dimasukkan.
Persiapan Hewan Percobaan
Sebanyak 36 ekor DOC dibagi secara acak menjadi 4 kelompok perlakuan.
Hari ke-0, DOC yang baru datang diberikan larutan gula yang bertujuan
memulihkan energi dan mengembalikan kondisi dari stres karena pemindahan dan
transportasi. Hari ke-2, 3, dan 4, ayam penelitian diberikan antibiotik. Selain itu,
pada ayam penelitian juga dilakukan vaksinasi dengan menggunakan vaksin ND
pada hari ke-4 dan 18, serta vaksin gumboro pada hari ke-13.
Pemberian Perlakuan terhadap Hewan Percobaan
Pemberian perlakuan dimulai pada hari ke-5 dan berlangsung selama 21
hari. Perlakuan diberikan melalui air minum pada pagi dan sore hari. Air minum
ayam diberikan ad libitum. Perlakuan percobaan disajikan sebagai berikut:
P0: Ayam penelitian yang diberikan akuades (kontrol)
P1: Ayam penelitian yang diberikan ekstrak temulawak plus 1 ppm
P2: Ayam penelitian yang diberikan ekstrak temulawak plus 3 ppm
P3: Ayam penelitian yang diberikan ekstrak temulawak plus 5 ppm
Pengambilan Sampel Organ
Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 4 kali, yaitu sehari sebelum
perlakuan (hari ke-4), seminggu perlakuan (hari ke-12), 2 minggu perlakuan (hari
ke-19), dan 3 minggu perlakuan (hari ke-26). Pengambilan sampel dilakukan
dengan prosedur nekropsi. Sampel organ diambil setelah rongga dada dan perut
ayam terbuka, yaitu dimulai dari proventrikulus, duodenum, dan hati. Sampel
tersebut langsung dimasukkan ke dalam larutan fiksatif paraformaldehid 4%.
Pembuatan Preparat Histologi
Potongan sediaan proventrikulus, duodenum, dan hati dengan ketebalan
sekitar 3 mm dimasukkan ke dalam tissue basket, kemudian dilakukan tindakan
dehidrasi. Tindakan dehidrasi dilakukan dengan merendam sediaan tersebut
secara berturut-turut ke dalam larutan alkohol 70%, 80%, 90%, 95%, alkohol
absolut, xilol dan parafin yang berada di dalam oven. Selanjutnya, jaringan
dimasukkan ke dalam alat pencetak yang diatur susunannya sedemikian rupa dan
diisi parafin cair dengan menggunakan paraffin embedding console. Setelah itu,
sediaan dibiarkan sampai parafin mengeras hingga siap untuk dipotong.
Pemotongan jaringan dilakukan dengan mikrotom pada ketebalan 3-4 µm. Hasil

7
potongan ditempelkan pada gelas objek, kemudian dikeringkan dan siap untuk
diwarnai.
Tahap pewarnaan diawali dengan melakukan deparafinisasi dan rehidrasi.
Proses tersebut dilakukan dengan cara memasukkan preparat berturut-turut ke
dalam larutan xilol, alkohol absolut, alkohol 95%, 90%, 80%, 70% dan air.
Setelah itu, preparat diwarnai dengan pewarna Hematoksilin dan Eosin, lalu
direhidrasi kembali. Akhirnya, preparat ditetesi perekat (entelan), lalu ditutup
dengan gelas penutup dan siap untuk dilihat menggunakan mikroskop cahaya.
Pengamatan Histologi
Pengamatan preparat dilakukan dengan mikroskop cahaya pada perbesaran
objektif 10x dan 40x. Penghitungan populasi sel dilakukan pada 5 area lapang
pandang yang berbeda. Pengamatan pada proventrikulus dilakukan terhadap
proliferasi sel epitel pada mukosa dengan menghitung jumlah sel epitel yang
membelah. Pengamatan pada duodenum dilakukan terhadap jumlah sel Goblet
dan jumlah kelenjar Lieberkhun. Pengamatan pada hati dilakukan terhadap
keutuhan hepatosit.
Analisis Data
Gambaran umum histologis disampaikan secara deskriptif dan data
kuantitatif dianalisis secara statistika menggunakan uji ANOVA dan uji lanjut
Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Proventrikulus
Gambaran histologis proventrikulus setelah diberi perlakuan menunjukkan
struktur yang normal. Sel epitel silindris sebaris terlihat jelas mendominasi
permukaan mukosa dan diikuti oleh sel-sel pertahanan pada lamina propria.
Selain itu, pada lamina propria terdapat bagian penting bagi proventrikulus untuk
menjalankan fungsinya, yaitu bagian kelenjar. Kelenjar proventrikulus tergolong
ke dalam tipe compound tubular glands yang disusun oleh sel-sel tipe kuboid
(Trautmann dan Fiebiger 1957). Oleh karena itu, satu bagian kelenjar
proventrikulus terlihat seperti tersusun oleh kumpulan kelenjar-kelenjar di
dalamnya. Kumpulan kelenjar tersebut adalah satu bagian kelenjar yang memiliki
satu duktus. Bagian selanjutnya adalah tunika muskularis dan tunika serosa yang
sangat tipis.
Gambaran histologis proventrikulus ayam broiler setelah diberi perlakuan
ekstrak temulawak plus menunjukkan perbedaan pada lamina epitelialis bagian
mukosa. Pada kelompok perlakuan yang diberi ekstrak temulawak plus
menunjukkan adanya proliferasi sel epitel bagian mukosa seperti yang disajikan
pada Gambar 1. Proliferasi sel epitel tersebut ditandai dengan banyaknya sel
epitel yang membelah. Pada pengamatan terlihat jelas sel-sel epitel yang
membelah berada pada tahap anafase. Tahap anafase ditandai dengan kromatid
menjadi 2 bagian ke 2 kutub yang berlawanan (Humprey dan Brooks 2005).

8

Gambar 1 Sel epitel silindris sebaris pada mukosa proventrikulus: ditemukan
proliferasi sel epitel pada kelompok perlakuan (A) kontrol; (B)
kelompok 1 ppm; (C) kelompok 3 ppm; dan (D) kelompok 5 ppm.
Skala bar (
): 20 µm.
Proliferasi sel epitel dapat diketahui dengan menghitung jumlah sel epitel
yang membelah. Hasil penghitungan jumlah sel epitel yang membelah dari setiap
kelompok perlakuan per minggu disajikan pada Tabel 2. Jumlah sel epitel yang
membelah tersebut dianalisis secara statistik dan diperoleh hasil yang berbeda
nyata (p