Profil Biokimia Daging Ayam Broiler yang Diberi Pakan Plus FFormula Herbal

PROFIL BIOKIMIA DAGING AYAM BROILER YANG
DIBERI PAKAN PLUS FORMULA HERBAL

YUNAN NURSYAHBANI MUBIN

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Profil Biokimia
Daging Ayam Broiler yang Diberi Pakan Plus Formula Herbal adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2013
Yunan Nursyahbani M
NIM G84090037

i
ABSTRAK
YUNAN NURSYAHBANI MUBIN. Profil Biokimia Daging Ayam Broiler yang
Diberi Pakan Plus Formula Herbal. Dibimbing oleh EDY DJAUHARI PK dan
WARAS NURCHOLIS.
Temulawak, meniran, temu ireng dan sambiloto merupakan tanaman yang
digunakan dalam formulasi pakan anti-virus flu burung. Penggunaan tanaman
tersebut dikhawatirkan mengubah sifat fisik dan proksimat daging. Rancangan
percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan lima perlakuan.
Berturut-turut adalah kontrol, simplisia dosis 1, simplisia dosis 0.5, ekstrak dosis
1 dan ekstrak dosis 0.5. Parameter yang diuji adalah tekstur, warna dan proksimat
gizi ayam. Tidak ada pengaruh perlakuan pada tekstur daging. Daging berwarna
merah pada semua perlakuan. Perlakuan simplisia dosis 1 memiliki kadar air dan
kadar lemak terendah dibandingkan perlakuan lainnya. Perlakuan simplisia dosis

1 dan ekstrak dosis 0.5 memiliki kadar protein tertinggi daripada perlakuan
lainnya. Semua kelompok perlakuan memiliki profil yang sesuai dengan profil
daging ayam yang seharusnya.
Kata kunci : daging ayam, dosis, ekstrak, simplisia,

ABSTRACT
YUNAN NURSYAHBANI MUBIN. Biochemistry Profiles of Broiler Chicken
are Feeded by Formula Herbal. Supervised by EDY DJAUHARI P.K dan
WARAS NURCHOLIS.
Ginger, meniran, temu ireng and sambiloto are plants which is used as
feed formulation anti-avian influenza. Using that plants worry will change broiler
physical properties and proximate. Design experiment is randomized block design
with five treatments. Threre are control, crude dose 1, crude dose 0.5, extract dose
1 and extract dose 0.5. The parameters are the texture, color and proximate of
broiler. There is no effect of treatment on the texture of the meat. The color of all
treatments is red. Water and fat content of crude dose 1 is the lowest among other
treatments. Crude dose 1 and dose 0.5 have the highest protein than the others. All
treatment had profiles as fit as the profile of chicken meat should be.
Keywords: chicken, crude, dose, extract.


PROFIL BIOKIMIA DAGING AYAM BROILER YANG
DIBERI PAKAN PLUS FORMULA HERBAL

YUNAN NURSYAHBANI MUBIN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biokimia

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

iii

Judul Skripsi

Nama
NIM

: Profil Biokimia Daging Ayam Broiler yang Diberi Pakan Plus
FFormula Herbal
: Yunan Nursyahbani Mubin
: G84090037

Disetujui oleh

Drs Edy Djauhari PK, MSi
Pembimbing I

Waras Nurcholis, SSi, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir I Made Artika, MAppSc
Ketua Departemen


Tanggal Lulus :

v
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat,
nikmat, karunia serta izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
usulan penelitian ini. Shalawat beriringkan salam semoga tecurahkan kepada Nabi
besar penyampai risalah Allah dan penutup para nabi yaitu Nabi Muhammad
SAW.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Drs Edy Djauhari P K, MSi
selaku pembimbing utama, Waras Nurcholis, SSi, MSi selaku pembimbing kedua,
bapak Mashudi selaku pembimbing lapang di laboratorium penelitian Gizi
Masyarakat yang telah memberikan bimbingan, inspirasi, motivasi, serta arahan.
Disamping itu, penulis sampaikan terima kasih kepada drh Mahzhouzh dan drh
Brian Koesoema yang telah membatu penulis dalam melakukan kegiatan di
Peternakan MAgroindustry serta Louayy Al Farouqi dan Rinaldy Ardana Harahap
selaku tim proyek penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
ayah, ibu, adik dan teman-teman Biokimia yang telah memberikan dukungan dan
doa.

Penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat untuk semua pihak demi
kemajuan ilmu pengetahuan.

Bogor, Mei 2013

Yunan Nursyahbani Mubin

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
METODE ................................................................................................................ 2
Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................. 2
Bahan ................................................................................................................... 2
Alat ...................................................................................................................... 2
Prosedur Analisis ................................................................................................. 2
Formulasi Sedian Pakan Herbal ....................................................................... 2
Hewan Uji dan Rancangan Percobaan ............................................................. 2
Analisis Sifak Fisik Daging ............................................................................. 2

Analisis Proksimat Daging .............................................................................. 3
Analisis Statistika ............................................................................................ 4
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 5
Hasil ..................................................................................................................... 5
Analisis Sifat Fisik Daging .............................................................................. 5
Analisis Proksimat Daging .............................................................................. 6
Pembahasan ......................................................................................................... 9
Sifat Fisik Daging .......................................................................................... 10
Proksimat Daging .......................................................................................... 11
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 14
Simpulan ............................................................................................................ 14
Saran .................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14
LAMPIRAN .......................................................................................................... 17

vii

DAFTAR TABEL
1 Nilai rata-rata warna daging ayam berdasarkan kelompok perlakuan 5
2 Korelasi proksimat kadar protein, lemak dan abu daging ayam

9
3 Rekapitulasi proksimat daging ayam berdasarkan kelompok perlakuan 12

DAFTAR GAMBAR
1 Nilai rata-rata tekstur daging ayam berdasarkan kelompok
perlakuan
2 Nilai rata-rata kadar air daging ayam berdasarkan kelompok
perlakuan
3 Nilai rata-rata kadar abu daging ayam berdasarkan kelompok
Perlakuan
4 Nilai rata-rata kadar protein daging ayam berdasarkan kelompok
Perlakuan
5 Nilai rata-rata kadar lemak daging ayam berdasarkan kelompok
Perlakuan
6 Perbandingan konversi pakan ayam selama 36 hari berdasarkan
kelompok perlakuan
7 Total kematian ayam selama 36 hari berdasarkan kelompok perlakuan
8 Skala koefisien permabilitas membran

5

6
7
8
8
10
10
12

DAFTAR LAMPIRAN
1 Analisis statistik pengaruh pemberian formula herbal terhadap
sifat fisik daging
2 Analisis statistik pengaruh pemberian formula herbal terhadap
proksimat daging
3 Uji lanjut Duncan terhadap nilai proksimat daging
4 Sidik ragam pengaruh pemberian formula herbal terhadap
profil daging ayam

17
17
18

19

1

PENDAHULUAN

Konsumsi daging ayam broiler Indonesia mencapai 545.1 ribu ton per
tahun. Permintaan produk daging ayam boiler juga terus meningkat. Data
konsumsi rata-rata per kapita setahun yaitu tahun 2009 mencapai 3.076 Kg, tahun
2010 3.546 Kg dan tahun 2011 4.328 Kg (Survei Sosial Ekonomi Nasional 2012).
Usaha - usaha untuk menjaga dan meningkatkan produksi ayam sangat
diperlukan. Namun, terdapat kendala dalam menjaga produksi ayam tersebut.
Salah satu kendalanya adalah virus flu burung. Virus ini menjadi masalah global
di peternakan karena dapat membunuh ribuan ayam dan membuat peternak rugi.
Penelitian penggunaan tanaman obat Indonesia untuk peternakan ayam
merupakan salah satu upaya untuk menjaga produksi ayam. Tanaman obat
tersebut diformulasikan ke dalam pakan ayam dengan dosis tertentu sebagai
formula pakan anti-virus flu burung. Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat sudah
dikenal sejak lama di Indonesia. Temulawak, meniran, temu ireng dan sambiloto
merupakan tanaman yang digunakan dalam formulasi pakan anti-virus flu burung.

Meniran mempunyai aktivitas antioksidan, antituberkolosis dan
hepatoprotektif (Manjrekar et al. 2008). Temu ireng memiliki khasiat untuk
mengobati beberapa penyakit seperti reumatik, cacingan, luka menahun, dan
pendarahan pada saat haid (Djazuli et al. 2001). Ekstrak etanol temu ireng secara
in vitro cukup kuat untuk dikembangkan menjadi bahan alternatif obat flu burung
(Taha 2009). Ekstrak temulawak yang dicampurkan ke pakan ternak ayam dapat
meningkatkan ketahanan anak ayam terhadap flu burung (Darusman et al. 2007
dalam Rahardjo 2010). Sambiloto dapat digunakan untuk pengobatan seperti
antivirus, pengobatan HIV, anti-infeksi, hepatoprotektif, antipiretik dan analgesik
(Spelman et al 2006).
Pembuktian formula sediaan herbal Indonesia untuk meningkatkan daya
tahan tubuh ayam merupakan inovasi penting. Namun, penggunaan tanaman obat
sebagai pakan dikhawatirkan menimbulkan efek samping terhadap profil daging.
Efek sampingnya antara lain memiliki rasa pahit seperti jamu, perubahan sifat
fisik daging, kandungan gizi lebih rendah dan kadar lemak lebih tinggi.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan profil daging ayam yang diberi
formulasi pakan herbal. Keluaran yang diharapkan adalah dihasilkannya produk
pakan herbal aplikatif dari tanaman temulawak, meniran, sambiloto, dan temu
ireng yang berfungsi sebagai suplemen dan tidak mengubah profil daging ayam
dari profil daging ayam seharusnya, sehingga produsen tidak ragu untuk
memproduksinya dan konsumen tidak ragu untuk mengonsumsinya.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan deskripsi profil daging ayam
yang diberi formula pakan herbal. Penggunaan tanaman obat temulawak, temu
ireng, sambiloto dan meniran merupakan langkah awal penggunaan tanaman obat
dalam pakan ternak.

2

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Peternakan MAgroindustry, Cianjur dan
Laboratorium Penelitian Departemen Gizi, Institut Pertanian Bogor. Penelitian
dilakukan mulai bulan Oktober 2012 sampai Desember 2012.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah akuades, pakan ayam komersial,
simplisia temulawak, meniran, sambiloto, temu ireng, ekstrak temulawak,
meniran, sambiloto, temu ireng, H2SO4 pekat, NaOH 30%, H3BO3, reagen
campuran selenium, dan heksan.
Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau, penyaring 100
mesh, kandang, tempat pakan, timbangan digital, cawan porselen, sudip, saringan,
corong pisah, bunsen, oven, tanur, labu lemak 50 mL, vial, kertas saring,
alumunium foil, gelas piala, gelas ukur, pipet volumetrik, labu kjedahl 150 ml,
soxhlet, neraca analitik merk Ohaus, Chromameter merk Minolta tipe CR 300 dan
Texture Analyzer tipe TA-XT2i merk texture technologies.

Prosedur Analisis
Formulasi Sedian Pakan Herbal
Bentuk bahan baku yang digunakan adalah simplisia dan ekstrak yang
dicampur pakan. Simplisia kadar air ≤ 10% dengan ukuran 100 mesh. Ekstraksi
menggunakan teknik maserasi dan pelarut etanol 70% pada semua jenis simplisia.
Hewan Uji dan Rancangan Percobaan
Hewan uji yang digunakan adalah ayam broiler Day Old Chicken (DOC).
Ayam broiler dipelihara dalam satu atap dan dibagi berdasarkan kelompok
perlakuan. Pakan ayam diberikan secara ad libitum. Ayam dipelihara selama 36
hari. Bobot badan ayam ditimbang dua kali seminggu. Kematian ayam dihitung
tiap harinya.
Hewan uji dibagi menjadi 5 perlakuan dengan 200 ekor dalam setiap
perlakuan. Perlakuan I diberikan pakan standar. Perlakuan II diberikan pakan
standar ditambah formulasi pakan simplisia dosis 1. Perlakuan III diberikan pakan
standar ditambah formulasi pakan simplisia dosis 0.5. Perlakuan IV diberikan
pakan standar ditambah formulasi pakan ekstrak dosis 1. Perlakuan V diberikan
pakan standar ditambah formulasi pakan ekstrak dosis 0.5.
Analisis Sifak Fisik Daging
Warna (Anonima 1997)
Warna daging ditentukan dengan alat Chromameter CR 300 Minolta.
Daging disayat dari bagian dada dengan ukuran 3 cm x 3 cm dan taruh pada
Chromameter. Measuring head pada Chromameter diletakkan pada sampel.
Tekstur (Anonimb 1997)
Tekstur daging ditentukan dengan alat Texture Analyzer. Daging disayat
dari bagian dada dengan ukuran 3cm x 3cm. Sampel kemudian ditempatkan pada

3

wadah uji dan dilakukan pengukuran tekstur melalui pemberian gaya tekan
(compression) sebanyak dua kali yang merupakan simulasi dari proses
pengunyahan di dalam mulut.
Analisis Proksimat Daging
Preparasi Sampel
Sampel daging ayam diambil dari bagian dada, paha atas, paha bawah dan
sayap ayam dengan ukuran yang sama besar. Sampel dicampur dan diblender
hingga halus dan rata. Banyak sampel disesuaikan dengan rumus Federer minimal
sebanyak 25 sampel yang terbagi dalam 5 kelompok yaitu kelompok kontrol dan
empat kelompok perlakuan.
Kadar Air (AOAC 2005)
Sebanyak lima gram cuplikan ditimbang pada sebuah cawan porselen yang
sudah diketahui bobotnya. Cawan dikeringkan pada oven suhu 1050C selama 3
jam lalu didinginkan dalam desikator. Penentuan kadar air (berat basah) dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Kadar air (%) =
x 100%
B = Bobot sampel (gram)
C = Bobot cawan + isi (gram)
A = Bobot cawan kosong (gram)
Kadar Abu (AOAC 2005)
Uji kadar abu merupakan lanjutan dari uji kadar air. Jika kadar air telah
dihitung, sampel diarangkan di atas nyala pembakar, lalu diabukan dalam tanur
listrik pada suhu 6000C sampai pengabuan sempurna. Sampel didinginkan dalam
desikator, lalu ditimbang sampai bobot tetap. Penentuan kadar abu dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
x 100%
Kadar abu (%) =
B = Bobot sampel (gram)
C = Bobot cawan + isi (gram)
A = Bobot cawan kosong (gram)
Kadar Protein (AOAC 2005)
Kadar protein dilakukan dengan metode Kjeldahl makro. Sebanyak 0.1
gram daging dimasukkan dalam labu kjedahl 150 mL. Reagen campuran selenium
dan 7 ml H2SO4 pekat dimasukkan dalam labu dan didestruksi sampai filtrat
jernih. Labu didiamkan sampai dingin kemudian ditambahkan 110 ml aquades,
indikator mm-mb, dan NaOH 30%. Sampel dipindahkan ke dalam alat destilasi.
Cairan dalam ujung kondensor ditampung dengan erlenmeyer 125 ml berisi
larutan H3BO3. Destilasi dilakukan sampai diperoleh kira-kira 200 ml destilat
yang bercampur dengan H3BO3. Lalu destilat tersebut dititrasi menggunakan
larutan HCl 0.09294 N sampai terjadi perubahan warna menjadi merah. Penentuan
kadar protein dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
i ra
i ra
2 100%
adar r i
Kadar Lemak (%) (AOAC 2005)
Sampel daging ayam sebanyak 5 gram ditimbang dan dibungkus dengan
kertas saring, lalu diletakkan pada alat ekstraksi soxhlet yang dipasang di atas
kondensor serta labu lemaknya diletakkan di bawahnya. Sebanyak 50 mL pelarut

4

heksana dituangkan ke dalam labu lemak dan dilakukan ekstraksi pada suhu
1000C selama 3 jam. Labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi kemudian
dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C. Labu lemak didinginkan dalam
desikator, kemudian ditimbang. Penentuan kadar lemak dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
a
ak
a
adar
ak
100%
a
Analisis Statistika
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
percobaan dua faktor dalam rancangan acak lengkap (RAL) dan uji lanjut dengan
uji Duncan. Modelnya adalah sebagai berikut:
Yijk μ αi βj (αβ)ij εijk
Keterangan :
Yijk = nilai pengamatan pada faktor A taraf ke-i, faktor B taraf ke-j dan ulangan
ke-k
μ komponen aditif dari rataan
αi = pengaruh faktor A (Simplisia dan Ekstrak)
βj = pengaruh faktor B (dosis 1 dan dosis 0.5)
αβij = komponen interaksi dari faktor A dan faktor B
εijk = pengar a ak ya g
y ar r a (0,σ2)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Analisis Sifat Fisik Daging
Tekstur
Hasil pengukuran tekstur daging ayam disajikan pada Gambar 1. Tekstur
daging ayam pada penelitian ini berkisar antara 4705-6011 g. Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa formulasi pakan tidak memberi pengaruh yang signifikan
terhadap tekstur (Gambar 1).
Max force (g)

7000
6000

5209.04 a±719 5342.01 a±1049

6011.51 a±1610

5347.44 a±1111

4705.59 a±465

5000
4000
3000

2000
1000
0

1

2
3
Kelompok Perlakuan

4

5

Gambar 1 Nilai rata-rata tekstur daging ayam berdasarkan kelompok perlakuan
(1 = kontrol; 2= simplisia dosis 1; 3= simplisia dosis 0.5; 4= ekstrak
dosis 1; 5= ekstrak dosis 0.5)
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama
tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji silang berganda Duncan)
Warna
Warna daging diukur menggunakan alat Chromameter CR 300 Minolta.
Alat ini akan mengukur kecerahan (Lightness), intensitas warna merah (Redness),
intensitas warna kuning (Yellowness), ketajaman warna (Chroma) dan Hue. Hasil
analisis warna daging ayam disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Nilai rata-rata warna daging ayam berdasarkan kelompok perlakuan
Warna
Kecerahan
Intensitas
warna merah
Intensitas
warna
kuning
Ketajaman
Warna
Hue

Kelompok Perlakuan
3
4
57.41 a ±0.76
59.71 a ±2.34
14.25 ab±1.04
13.47 ab±1.21

1
57.24 a±2.37
14.34 a ±0.71

2
58.46 a ±3.18
13.41 ab±1.68

5
58.33 a ±2.80
12.59 b±1.08

11.39 a±0.60

11.42 a±0.81

12.68 b±0.56

11.62 a±1.11

12.144 ab±0.36

18.32 a ±0.84

16.99 a ±1.49

18.33 a ±1.19

17.83 a ±0.92

17.49 a ±0.99

38.42±1.26

41.73±2.99

42.31±1.21

38.6±2.24

44.03±1.84

Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama
tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji silang berganda Duncan)

6

Nilai Kecerahan (L) menunjukkan tingkat kecerahan suatu produk sesuai
dengan banyaknya sinar yang dipantulkan. Rentang nilai L dari 0 (gelap) sampai
100 (terang). Semakin tinggi nilai L maka produk semakin cerah. Nilai kecerahan
daging ayam berkisar antara 57.24-59.71%.
Nilai intensitas warna merah (a) menyatakan warna kromatik campuran
merah sampai hijau. Warna merah ditunjukkan dengan nilai +a (positif) dari 0
sampai +100, sedangkan warna hijau dengan nilai –a (negatif) dari 0 sampai -80.
Semakin tinggi nilai a maka semakin merah warna produk. Nilai intensitas warna
merah daging ayam berkisar antara 12.59-14.34%.
Nilai intensitas warna kuning (b) menyatakan warna kromatik campuran
kuning sampai biru. Warna kuning ditunjukkan dengan nilai +b (positif) dari 0
sampai +100, sedangkan untuk warna biru dengan nilai –b (negatif) dari 0 sampai
-70. Semakin tinggi nilai b maka semakin kuning warna produk. Nilai intensitas
warna kuning daging ayam berkisar antara 11.39-12.68%.
Nilai ketajaman warna menunjukkan tingkat kemurnian atau kekuatan dari
warna spektrum (hue). Semakin tinggi ketajaman warna maka semakin pekat
warna produk. Nilai ketajaman warna daging ayam berkisar antara 16.99-18.33%.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa formulasi pakan tidak memberi pengaruh
yang signifikan terhadap ketajaman warna daging.
Nilai hue merupakan warna spektrum dominan sesuai dengan panjang
gelombang. Nilai hue sampel dicocokkan dengan nilai hue bola imajiner Munsel
untuk menyimpulkan warna secara objektif. Nilai hue sampel berkisar antara
38.42-44.03. Berdasarkan nilai hue pada bola imajiner Munsel dapat diperoleh
data secara objektif bahwa warna daging ayam sampel adalah merah (hue 15-47).
Analisis Proksimat Daging
Kadar Air
Hasil analisis kadar air disajikan pada Gambar 2. Kadar air daging ayam
pada penelitian ini berkisar antara 66.60-69.58%. Hasil uji statistik menunjukkan
bahwa kadar air berbeda nyata antara kontrol dan kelompok perlakuan.
Ditunjukkan bahwa kadar air kelompok kontrol nyata (P>0.05) lebih tinggi
daripada perlakuan lain. Kelompok 2 memiliki kadar air nyata (P>0.05) terendah
dibandingkan perlakuan lain kecuali kelompok 5. Hasil analisis sidik ragam
adalah identik antara simplisia, ekstrak dan pemberian dosis. Namun, terdapat
interaksi kelompok antara faktor A (simplisia dan dosis) dan faktor B (dosis 1 dan
dosis 0.5).
Kadar Abu
Hasil analisis kadar abu daging ayam dapat dilihat pada Gambar 3. Kadar
abu daging ayam pada penelitian ini berkisar antara 0.98-1.11%. Uji statistik
menunjukkan bahwa kadar abu berbeda nyata antara kontrol dan ekstrak dosis 1
dengan kelompok perlakuan lainnya. Ditunjukkan bahwa kadar abu kelompok
kontrol nyata (P>0.05) lebih rendah daripada perlakuan lain. Kelompok 4
memiliki kadar abu nyata (P>0.05) tertinggi dibandingkan perlakuan lain. Hasil
analisis sidik ragam adalah berbeda antara simplisia dan ekstrak, identik dalam
pemberian dosis serta terdapat interaksi kelompok antara faktor A dan faktor B.

7

Kadar Air (%)

70

69.58a±0.38

69

68.25b±0.77

68.12b±1.02
67.24bc±1.44

68

66.60c±1.08

67
66
65
1

2Kelompok Perlakuan
3

4

5

Gambar 2 Nilai rata-rata kadar air daging ayam berdasarkan kelompok perlakuan
(1 = kontrol; 2= simplisia dosis 1; 3= simplisia dosis 0.5; 4= ekstrak
dosis 1; 5= ekstrak dosis 0.5)
Keterangan: Huruf-huruf pada diagram batang yang berbeda menunjukkan
berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji silang berganda Duncan)
1.11c±0.03

Kadar Abu (%)

1.15

1.06b±0.03

1.1

1.07b±0.02

1.07b±0.01

1.05

0.99a±0.05
1
0.95
0.9
1

2

3
Kelompok Perlakuan

4

5

Gambar 3 Nilai rata-rata kadar abu daging ayam berdasarkan kelompok
perlakuan (1 = kontrol; 2= simplisia dosis 1; 3= simplisia dosis 0.5;
4= ekstrak dosis 1; 5= ekstrak dosis 0.5)
Keterangan: Huruf-huruf pada diagram batang yang berbeda menunjukkan
berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji silang berganda Duncan)
Kadar Protein
Hasil analisis kadar protein sampel daging ayam dapat dilihat pada
Gambar 4. Kadar protein daging ayam pada penelitian ini berkisar antara 20.2522.47%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar protein berbeda nyata
(P>0.05) antara 2 kelompok, yaitu perlakuan 1 dan 3 dengan perlakuan 2 dan 5.
Namun, keduanya tidak ada perbedaan dengan perlakuan 4. Hasil analisis sidik
ragam adalah indentik antara simplisia, ekstrak dan pemberian dosis. Namun,
terdapat interaksi kelompok antara faktor A dan faktor B.

Kadar Protein (%)

8

23.5
23
22.5
22
21.5
21
20.5
20
19.5
19
18.5

22.47b±0.74
22.41b±1.19
21.02a±1.34

21.44ab±0.88

20.25a±0.67

1

2

3
Kelompok Perlakuan

4

5

Gambar 4 Nilai rata-rata kadar protein daging ayam berdasarkan kelompok
perlakuan (1 = kontrol; 2= simplisia dosis 1; 3= simplisia dosis 0.5;
4= ekstrak dosis 1; 5= ekstrak dosis 0.5)
Keterangan: Huruf-huruf pada diagram batang yang berbeda menunjukkan
berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji silang berganda Duncan)

Kadar Lemak (%)

Kadar Lemak
Hasil analisis kadar lemak sampel daging ayam dapat dilihat pada Gambar
5. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar lemak berbeda nyata (P>0.05)
lebih tinggi pada perlakuan 3 dan 4 dibandingkan dengan perlakuan yang lain.
Sebaliknya, ditunjukkan bahwa kadar lemak perlakuan 1 dan 2 nyata (P>0.05)
lebih rendah daripada perlakuan lainnya. Hasil analisis sidik ragam adalah
berbeda antara simplisia, ekstrak dan pemberian dosis. Namun, terdapat interaksi
kelompok antara faktor A dan faktor B.
8
7
6
5
4
3
2
1
0

6.71c±0.39
4.31ab±0.49

1

6.52c±0.18
4.89b±0.34

3.84a±0.55

2

3
Kelompok Perlakuan

4

5

Gambar 5 Nilai rata-rata kadar lemak daging ayam berdasarkan kelompok
perlakuan (1 = kontrol; 2= simplisia dosis 1; 3= simplisia dosis 0.5;
4= ekstrak dosis 1; 5= ekstrak dosis 0.5)
Keterangan: Huruf-huruf pada diagram batang yang berbeda menunjukkan
berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji silang berganda Duncan)

9

Korelasi Proksimat Daging
Hasil korelasi kadar abu, kadar lemak dan kadar protein dapat dilihat pada
Tabel 2. Kadar abu berkorelasi positif terhadap kadar protein dan kadar lemak.
Sedangkan, kadar protein berkorelasi negatif untuk kadar lemak.
Tabel 2 Korelasi proksimat kadar protein, lemak dan abu daging ayam
Kadar Protein (%) Kadar Lemak (%)
Korelasi Pearson
1
-.028
Sig.
.895
N
25
25
Kadar Lemak Korelasi Pearson
-.028
1
(%)
Sig.
.895
N
25
25
Kadar Abu
Korelasi Pearson
.231
.502*
(%)
Sig.
.267
.011
N
25
25
*. Korelasi berbeda nyata pada taraf uji 5%.
Kadar Protein
(%)

Kadar Abu (%)
.231
.267
25
.502*
.011
25
1
25

Hasil rekapitulasi proksimat daging dapat dilihat pada Tabel 3. Kelompok
konrol memiliki kadar air terbesar, kadar abu dan protein terendah. Sedangkan,
kelompok simplisia dosis 1 memiliki kadar air terendah dan kadar protein
tertinggi.
Tabel 3 Rekapitulasi proksimat daging ayam berdasarkan kelompok perlakuan
Parameter
Air (%)
Abu (%)
Protein (%)
Lemak (%)

1
69.58 a ±0.38
0.98 d ±0.05
20.25 g ±0.67
4.31 ij ±0.49

2
66.60 c ±1.08
1.06 e ±0.03
22.41 h ±1.19
3.84 i ±0.55

Perlakuan
3
68.25 b ±0.77
1.07 e ±0.01
21.02 g ±1.34
6.71 k ±0.39

4
68.12 b ±1.02
1.11 f ±0.03
21.44gh ±0.88
6.52 k ±0.18

5
67.24 ab ±1.44
1.06 f ±0.02
22.47 h ±0.74
4.89 i ±0.34

Keterangan: Huruf-huruf pada diagram batang yang berbeda menunjukkan
berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji silang berganda Duncan) (1=
kontrol; 2= simplisia dosis 1; 3= simplisia dosis 0.5; 4= ekstrak
dosis 1; 5= ekstrak dosis 0.5)

Pembahasan
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan profil daging ayam yang
diberi formula pakan herbal dan menjawab kekhawatiran efek samping karena
ayam memakan pakan herbal. Salah satu data pendukungnya berupa FCR (Feed
Convertion Ratio), data kematian ayam dan titer antibodi. FCR merupakan
perbandingan antara jumlah konsumsi pakan dengan pertambahan bobot yang
dihasilkan. Nilai FCR berkisar antara 0.541 - 0.599 (Gambar 6). Semakin tinggi
nilai rasio konversi pakan berarti semakin banyak jumlah konsumsi pakan (dalam
kg) untuk menaikkan bobot badan (dalam g) atau efisiensi pakan rendah. Jumlah
kematian ayam tertinggi terdapat pada kelompok kontrol dengan kematian 42.5%
atau sebanyak 85 ekor (Gambar 7).

Rasio konversi pakan
(kg/g)

10

0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0

1
2
3
4
5
5

9

12

16

20
23
Hari ke-

26

30

34

36

Gambar 6 Perbandingan rasio konversi pakan ayam selama 36 hari berdasarkan
kelompok perlakuan (1= kontrol; 2= simplisia dosis 1; 3= simplisia
dosis 0.5; 4= ekstrak dosis 1; 5= ekstrak dosis 0.5)

Kematian (%)

50

42.5
38

40
27.5

30

26

24

20
10
0
1

2

3
Kelompok Perlakuan

4

5

Gambar 7 Total kematian ayam selama 36 hari berdasarkan kelompok perlakuan
(1 = kontrol; 2= simplisia dosis 1; 3= simplisia dosis 0.5; 4= ekstrak
dosis 1; 5= ekstrak dosis 0.5)
Sifat Fisik Daging
Tekstur
Hasil pengukuran tekstur daging ayam disajikan pada Gambar 1. Tekstur
daging ayam pada penelitian ini berkisar antara 4705-6011 g. Formulasi pakan
tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap tekstur daging. Tekstur antara
kontrol dan kelompok perlakuan tidak berbeda nyata. Informasi yang didapat dari
nilai max force (g) adalah tingkat kekuatan daging dalam menerima tekanan,
tingkat kekenyalan dan keempukan daging. Tekstur daging dipengaruhi oleh
konsentrasi kolagen, panjang sarkomer, jumlah jaringan ikat dan ikatan silangnya
(Warris 2000). Jaringan ikat terdiri atas struktur ekstraseluler dan unsur-unsur
penyangga tubuh, diantaranya adalah daging. Terdapat tiga komponen molekular
utama pada jaringan ikat yaitu kolagen, elastin dan proteoglikan. Kolagen adalah
komponen paling dominan karena menyusun hampir sepertiga total massa protein
pada vertebrata. Jaringan pengikat berkolagen terdiri atas serat yang tersusun dari
fibril kolagen. Fibril kolagen dapat menyangga sedikitnya 10000 kali bobotnya
sendiri. Inilah yang membuat daging kuat dalam menerima tekanan (Nelson &
Cox 2008).

11

Kadar lemak tinggi akan melarutkan atau menurunkan kandungan kolagen
dalam daging dan membuat daging lebih empuk, karena lemak lebih lembut
dibandingkan otot (Soeparno 1998). Oleh karena itu, perlakuan 4 memiliki nilai
tekstur terendah dibandingkan perlakuan lain karena memiliki kadar lemak tinggi
yaitu 6.5257%. Kadar lemak normal ayam adalah 4.9% (Nurwantoro & Mulyani
2003).
Warna
Warna daging sampel yang diperoleh secara objektif adalah merah (Tabel
1). Warna merah pada daging disebabkan oleh konsentrasi pigmen mioglobin.
Mioglobin mengandung satu rantai polipeptida yang terdiri atas 153 residu asam
amino dan satu forfirin besi (gugus heme) sebagai protein pengikat oksigen sel
darah merah. Gugus heme inilah yang menyebabkan warna merah-cokelat pekat
pada mioglobin (Nelson & Cox 2008). Mahluk hidup yang memiliki aktifitas
tinggi memiliki konsentrasi mioglobin yang lebih tinggi karena perannya dalam
mengikat oksigen. Hal ini merupakan adaptasi tubuh dalam menjalani aktifitas
sehari-hari untuk memiliki cadangan oksigen yang lebih banyak dalam otot.
Warna daging semua sampel adalah merah dengan nilai ketajaman warna
yang tidak berbeda nyata (P>0.05). Hal ini menunjukkan konsentrasi mioglobin
pada semua sampel tidak berbeda nyata. Hasil penelitian ini sesuai dengan
Disnakkeswan Lampung (2010) bahwa warna daging yang baik adalah warna
putih agak kemerahan.
Proksimat Daging
Kadar Air
Hasil analisis kadar air sampel daging ayam dapat dilihat pada Gambar 2.
Kadar air daging ayam pada penelitian ini berkisar antara 66.60-69.58%. Kisaran
kadar air ini sesuai dengan USDA (2008) bahwa kadar air daging adalah 69%.
Kontrol memiliki kadar air tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Hal
ini disebabkan kandungan zat aktif simplisia dan ekstrak pada formulasi pakan
berperan sebagai diuretik yaitu memicu eksresi pada tubuh ayam seperti rimpang
temulawak yang memiliki efek diuretik (Rahardjo 2010). Hasil ini seperti
penelitian Poniman (2011), zat aktif ekstrak etanol buah belimbing wuluh,
senyawa alkaloid, flavonoid dan saponin, berkhasiat sebagai diuretik pada hewan
coba tikus galur Sprague-Dawley. Perlakuan 2 memiliki kadar air nyata (P>0.05)
terendah daripada perlakuan lain. Hal ini diduga perlakuan 2 memiliki pengaruh
paling besar terhadap eksresi tubuh ayam.
Kadar Abu
Hasil analisis kadar abu sampel daging ayam dapat dilihat pada Gambar 3.
Kadar abu daging ayam pada penelitian ini berkisar antara 0.98-1.11%. Menurut
Nurwantoro & Mulyani (2003), kadar abu daging ayam sekitar 1%.
Informasi dari kadar abu adalah unsur-unsur mineral yang terdapat pada
daging. Sebanyak 22 mineral merupakan kebutuhan esensial bagi hewan. Tujuh
diantaranya dibutuhkan dalam konsentrasi besar atau makronutrien sedangkan
sisanya dibutuhkan dalam konsentrasi sedikit atau mikronutrien (Suttle 2010).
Mineral tidak bisa disintesis oleh tubuh. Oleh karena itu, total mineral pada
daging berasal dari lingkungan, yaitu pakan ayam.

12

Gambar 8 Skala koefisien permabilitas membran
Pakan yang digunakan pada penelitian adalah sejenis untuk semua
perlakuan. Perbedaannya adalah formulasi pakan yang digunakan. Formulasi
inilah yang diduga memengaruhi metabolisme penyerapan mineral pada pakan.
Penyerapan mineral berlangsung pada membran untuk masuk ke dalam sel.
Hampir semua membran mengandung sistem transport yang memindahkan
molekul nutrisi organik tertentu seperti glukosa dan membiarkan ion anorganik
spesifik untuk masuk ke dalam sel (Nelson & Cox 2008).
Mineral di dalam tubuh berkerja sebagai kofaktor dan menjadi ion
elektrolit. Proses masuknya ion anorganik melalui membran tersebut berdasarkan
koefisien permeabilitas (Gambar 8). Semakin tinggi koefisien permeabilitasnya
maka akan semakin mudah masuk ke dalam sel (Murray et al 2009). Ion
anorganik sangat sulit untuk masuk ke dalam sel. Dibutuhkan bantuan seperti
pada sel darah merah yang memompakan Na + keluar sel dan K+ ke dalam dengan
mempergunakan energi yang diberikan oleh hidrolisis ATP di dalam sel (Nelson
& Cox 2008). Simplisia dan ekstrak diduga memengaruhi koefisien permeabilitas
membran sehingga ion-ion anorganik dapat lebih banyak diserap oleh tubuh
daripada pada perlakuan kontrol yang tidak mengonsumsi simplisia ataupun
ekstrak.
Kadar Protein
Hasil analisis kadar protein sampel daging ayam dapat dilihat pada
Gambar 4. Kadar protein daging ayam pada penelitian ini berkisar antara 20.2522.47%. Menurut Nurwantoro & Mulyani (2003), kadar protein daging ayam
adalah 20 – 23%.
Protein merupakan makromolekul kompleks yang paling berlimpah di
dalam sel dan menyusun lebih dari setengah bobot kering pada hampir semua
organisme. Semua protein dibangun oleh susunan dasar yang sama, yaitu 20 asam
amino (Nelson & Cox 2008). Ayam diberi asupan tinggi protein agar banyak
asam amino terserap tubuh sehingga dapat disintesis menjadi daging ayam yang
banyak pula. Amrullah (2004) menuliskan bahwa asam amino ransum yang
seimbang memiliki nilai biologis protein lebih baik, sehingga lebih banyak
diretensi pada tubuh broiler.
Perlakuan 2 (simplisia dosis 1) dan Perlakuan 5 (ekstrak dosis 0.5) nyata
(P>0.05) lebih tinggi (22.41%; 22.47%) kadar proteinnya daripada kontrol yaitu
20.25% (Gambar 4). Perlakuan 3 (simplisia dosis 0.5) dan Perlakuan 4 (ekstrak
dosis 1) juga lebih tinggi (21.02%; 21.44%) daripada kontrol (20.25%) walaupun
tidak berbeda nyata (Gambar 4). Hasil ini sesuai dengan penelitian penggunaan

13

simplisia kunyit dan minyak jelantah yang dapat meningkatkan kadar protein pada
ayam broiler (Rahmat & Kusnadi 2008).
Kunyit mengandung senyawa aktif yang tergolong antioksidan yang
mampu mengurangi stres oksidatif (Kumar & Sharnya 2006). Akibatnya,
gangguan terhadap sintesis protein dapat diatasi sehingga kandungan protein pada
tubuh (daging) lebih tinggi dibandingkan kontrol. Selain itu, zat aktif kurkuma
yang ada pada kunyit memiliki gugus hidroksil yang mudah teroksidasi,
sehinggga akan mudah mendonorkan gugus hidrogen dan elektron kepada radikal
bebas (Priyadarsini et al 2003).
Temulawak dan meniran memiliki aktivitas sebagai antioksidan
(Nurcholis 2008; Manjrekar et al 2008). Simplisia temu ireng memiliki
kandungan zat aktif kurkuma (Chinami et al. 2006 dalam Sandy 2012). Oleh
karena itu, formulasi pakan yaitu temulawak, temu ireng, meniran dan sambiloto
dapat meningkatkan kadar protein pada daging. Hal ini mengindikasikan bahwa
formulasi pakan baik digunakan untuk menaikkan kadar protein daging ayam.
Kadar Lemak
Hasil analisis kadar lemak sampel daging ayam dapat dilihat pada Gambar
5. Kadar lemak daging ayam pada penelitian ini berkisar antara 3.84-6.71%.
Menurut Nurwantoro & Mulyani (2003), kadar lemak daging ayam sekitar 4.7%.
Lemak merupakan zat yang kaya energi. Lemak diperoleh dari makanan
atau dibentuk di dalam tubuh, terutama di hati dan bisa disimpan di dalam sel-sel
lemak untuk digunakan di kemudian hari. Lemak yang langsung diperoleh dari
makanan akan langsung masuk ke dalam depot lemak dalam tubuh sedangkan
lemak yang disintesis tubuh terjadi ketika mengalami kelebihan glukosa. Glukosa
yang diubah menjadi lemak melalui proses lipogenesis. Lemak juga dapat
dihidrolisis kembali menjadi asam lemak bebas melalui proses lipolisis (Murray et
al 2009). Melalui penguraian lemak tersebut lemak dalam tubuh dapat berkurang.
Perlakuan 2 (simplisia dosis 1) memiliki kadar lemak lebih rendah
dibandingkan perlakuan lainnya. Temulawak diduga berperan dalam menurunkan
kadar lemak daging ayam karena memiliki aktivitas sebagai antihiperlipidemia
(Nurcholis 2008). Penggunaan temulawak sebagai minuman pada ternak kelinci
betina menunjukkan bahwa tidak terdapat lemak tubuh pada karkas (Soenaryo
1985 dalam Rahardjo 2010). Penelitian tersebut disimpulkan bahwa temulawak
mengandung zat aktif selain kurkuminoid yang dapat merubah metabolisme lemak
dan lipoprotein. Kurkumin adalah salah satu zat aktif yang mempunyai efek
menurunkan trigliserida pada tikus percobaan dengan cara menekan sintesis asam
lemak (Soenaryo 1985 dalam Rahardjo 2010). Perlakuan 3 (simplisia dosis 0.5)
memiliki kadar lemak lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan 2 walaupun
memiliki simplisia temulawak. Hal ini disebabkan perbedaan dosis perlakuan 3
yang memiliki setengah dosis dari perlakuan 2.

14

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Formula sediaan herbal Indonesia (temulawak, temu ireng, meniran dan
sambiloto) tidak berpengaruh terhadap sifat fisik daging ayam tetapi berpengaruh
terhadap proksimat gizi ayam. Perlakuan simplisia dosis 1 memiliki kadar air dan
kadar lemak terendah dibandingkan perlakuan lainnya. Perlakuan simplisia dosis
1 dan ekstrak dosis 0.5 memiliki kadar protein tertinggi daripada perlakuan
lainnya. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh simplisia, ekstrak dan
pemberian dosis identik pada kadar air dan protein tetapi tidak identik terhadap
kadar lemak. Formulasi simplisia dosis 1 memiliki pengaruh paling positif
terhadap profil daging ayam yaitu tinggi protein, rendah lemak dan tidak perlu
biaya tambahan berupa proses ekstraksi untuk membuatnya menjadi ekstrak.
Semua kelompok perlakuan memiliki profil yang sesuai dengan profil daging
ayam tanpa penambahan formulasi formula herbal.

Saran
Formula sediaan herbal Indonesia (temulawak, temu ireng, meniran dan
sambiloto) memiliki profil daging sesuai dengan profil daging ayam yang
seharusnya. Formulasi ini dapat dilanjutkan pada tahap penelitian selanjutnya
dalam skala industri. Perlu dilakukan penelitian lanjut untuk mengetahui secara
spesifik faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kadar abu, kadar protein dan
kadar lemak.

DAFTAR PUSTAKA
Amrullah IK. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Bogor (ID): Lembaga Satu
Gunungbudi.
Anomina. 1997. Chroma Meter CR-300; Instruction Manual. Minolta.
Anonimb. 1997. Lovibond Tintometer Model F; Operators Instruction Manual.
Wilts (UK) : The Tentometer Ltd.
[AOAC] Association of Official Analytical and Chemistry. 2005. Official
Methods of Analysis. 18th ed. Marylan (US): Association of Official
Analytical Chemists inc.
Darusman LK, Priosoeryanto BP, Hasanah M, Rahardjo M, Purwakusumah ED.
2007. Potensi temulawak terstandar untuk menanggulangi flu burung.
[Catatan Penelitian] Institut Pertanian Bogor dan Badan Litbang Pertanian.

15

Djazuli MI, Darwati, Rosita SMD. 2001. Studi pola pertumbuhan dan serapan
hara NPK temu ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.). Warta Tumb. Obat
Indonesia 7:6-8.
[Disnakkeswan] Dinas Pertenakan dan Kesehatan Hewan Lampung. 2010. Teknik
Pengolahan Daging [Internet]. [diacu 2012 Desember 20] Tersedia dari:
www.disnakkeswan.lampungprov.go.id %2FPengolahan_Ayam.pdf
Kumar VK, Sharnya SK. 2006. Antioxidant Studies on some Plants. A Review.
Hamdard Medicus. XLIX (4): 25 – 36.
Manjrekar AP, Jisha V, Bag PP, Adhikary B, Pai MM, Hegde A, Nandini M.
2008. Effect of Phyllanthus niruri Linn. treatment on liver, kidney and
testes in CCl4 induced hepatotoxic rats. Indi J Experimen Bio 46:514-520
Murray et al. 2009. Harper’s Illustrated Biochemistry 28th Edition. New York
(US) : Mc GrawHill
Nelson DL, Cox MM. 2008. Lehninger Principles of Biochemistry 5th Edition.
Madison Avenue (US) : WH Freeman and Company
Nurcholis W. 2008. Profil senyawa penciri bioaktivitas tanaman temulawak pada
agrobiofisik berbeda [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Nurwantoro, Mulyani S. 2003. Buku Ajar Dasar Teknologi Hasil Ternak.
Semarang (ID) : UNDIP Pr
Poniman. 2011. Potensi Kerja Ekstrak Etanol Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa
bilimbi) sebagai Diuretik Alami Melalui Pendekatan Aktivitas Diuretik,
pH, Kadar Natrium, dan Kalium. [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian
Bogor
Priyadarsini KI, Maity DK, Naik GH, Kumar MS, Unnikrishnan MK, Satav JK,
Mohan H. 2003. Role of phenolic O-H and methylene hydrogen on the
free radical reactions and antioxidant activity of curcumin. Free Radical
Biol. Med, 35 (5): 475 – 484.
Rahmat A, Kusnadi E. 2008. Pengaruh Penambahan Tepung Kunyit (Curcuma
domestica Val.) dalam Ransum yang Diberi Minyak Jelantah Terhadap
Performan Ayam Broiler. J Ilmu Ternak. 8 (1): 25-30
Rahardjo M. 2010. Penerapan SOP Budidaya Untuk Mendukung Temulawak
Sebagai Bahan Baku Obat Potensial. Perspektif 9(2) : 78-93
Sandy AA. 2012. Kajian Proteksi Formula Empat Tanaman Obat Terhadap
Ketahanan Hidup Ayam Broiler yang Diuji Tantang dengan Virus Avian
Influenza. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta (ID) : UGM Pr.

16

Spelman K, Burns JJ, Nichols D, Winters N, Ottersberg S, Tenborg M. 2006.
Modulation of cytokine expression by tradisonal medicines: a review of
herbal immunomodulators alternative. Med Review. 11: 128-146
[SUSENAS] Survei Sosial Ekonomi Nasional. 2012. Konsumsi Rata-rata per
Kapita Setahun Beberapa Bahan Makanan di Indonesia [Internet]. [diacu
2012 Oktober 4] Tersedia dari: www.deptan.go.id/Indikator/tabe-15bkonsumsi-rata.pdf
Suttle NF. 2010. Mineral Nutrition of Livestock, 4th Edition. Wallingford (UK) :
CABI Pr
Taha SR. 2009. Kajian potensi ekstrak sambiloto (andrographis paniculata Ness.)
dan Beluntas (Pluchea indoca Less.) sebagai alternatif bahan obat flu
burung [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor
[USDA] United State Department of Agricultural. 2008. Meat preparation: water
in meat and poultry. Washington DC (US) : Food and Safety Inspection
Warris WP. 2000. Meat Science an Indtroductory Text. New York (US) : CABI
Pub

17

LAMPIRAN
Lampiran 1 Analisis statistic pengaruh pemberian formula herbal terhadap sifat
fisik daging
ANOVA
Tekstur
Between Groups
Within Groups
Total

Ketajaman
Warna

Sum of Squares
4345933.169
2.267E7
2.702E7

Between Groups
Within Groups
Total
Kecerahan
Between Groups
Within Groups
Total
Kemerahan Between Groups
Within Groups
Total
Kekuningan Between Groups
Within Groups
Total

df
4
20
24

Mean Square
1086483.292
1133524.741

ANOVA
Sum of
Df
Squares
6.411
4
24.804
20
31.216
24
19.462
4
118.630
20
138.092
24
10.245
4
28.165
20
38.410
24
6.030
4
10.771
20
16.801
24

F

Mean Square

.958

Sig.
.452

F

Sig.

1.603
1.240

1.292

.306

4.865
5.932

.820

.527

2.561
1.408

1.819

.165

1.507
.539

2.799

.054

Lampiran 2 Analisis statistik pengaruh pemberian formula herbal terhadap
proksimat daging
ANOVA
Kadar_Air
Between Groups
Within Groups
Total

Sum of Squares
25.502
20.096
45.598

Df
4
20
24

Mean Square
6.376
1.005

F
6.345

Sig.
.002

Mean Square
.011
.001

F
11.924

Sig.
.000

Mean Square
4.465
.960

F
4.651

Sig.
.008

Mean Square
8.498
.221

F
38.382

Sig.
.000

ANOVA
Kadar_Abu
Between Groups
Within Groups
Total

Sum of Squares
.043
.018
.061

Df
4
20
24
ANOVA

Kadar_Protein
Between Groups
Within Groups
Total

Sum of Squares
17.861
19.201
37.062

Df
4
20
24
ANOVA

Kadar_Lemak
Between Groups
Within Groups
Total

Sum of Squares
33.991
4.428
38.419

Df
4
20
24

18

Lampiran 3 Uji lanjut Duncan terhadap nilai proksimat daging
Kadar_Air
Perlakuan

Subset for alpha = 0.05
1
2
3
Duncana
Simplisia Dosis 1
5
66.600191
Ekstrak Dosis 0,5
5
67.235588
67.235588
Ekstrak Dosis 1
5
68.122126
Simplisia Dosis 0,5
5
68.253622
Kontrol
5
69.576811
Sig.
.328
.143
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
N

Kadar_Abu
Perlakuan

Subset for alpha = 0.05
1
2
3
Duncana
Kontrol
5
.984653
Simplisia Dosis 1
5
1.059540
Ekstrak Dosis 0,5
5
1.069980
Simplisia Dosis 0,5
5
1.070956
Ekstrak Dosis 1
5
1.112455
Sig.
1.000
.578
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
N

Kadar_Protein
Perlakuan

N

Duncana

Kontrol
5
Simplisia Dosis 0,5
5
Ekstrak Dosis 1
5
Simplisia Dosis 1
5
Ekstrak Dosis 0,5
5
Sig.
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

Subset for alpha = 0.05
1
2
20.244727
21.021069
21.441450
21.441450
22.406069
22.471708
.081
.130

Kadar_Lemak
Perlakuan

Subset for alpha = 0.05
1
2
3
Duncana
Simplisia Dosis 1
5
3.840043
Kontrol
5
4.306753
4.306753
Ekstrak Dosis 0,5
5
4.896459
Ekstrak Dosis 1
5
6.538987
Simplisia Dosis 0,5
5
6.710973
Sig.
.132
.061
.570
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
N

19

Lampiran 4 Sidik ragam pengaruh pemberian formula herbal terhadap profil
daging ayam
Kadar_Air
Type III
Sum of Squares
df
Mean Square
Corrected Model
9.117a
3
3.039
Intercept
91267.836
1
91267.836
Faktor_A
.317
1
.317
Faktor_B
.735
1
.735
Faktor_A * Faktor_B
8.064
1
8.064
Error
19.507
16
1.219
Total
91296.460
20
Corrected Total
28.624
19
a. R Squared = .319 (Adjusted R Squared = .191)
Source

Kadar_Abu
Type III
Sum of Squares
df
Mean Square
Corrected Model
.008a
3
.003
Intercept
23.252
1
23.252
Faktor_A
.003
1
.003
Faktor_B
.001
1
.001
Faktor_A * Faktor_B
.004
1
.004
Error
.010
16
.001
Total
23.269
20
Corrected Total
.018
19
a. R Squared = .463 (Adjusted R Squared = .363)

F
2.493
74859.603
.260
.603
6.614

Sig.
.097
.000
.617
.449
.020

Source

Kadar_Protein
Type III Sum of
Squares
df
Mean Square
Corrected Model
7.744a
3
2.581
Intercept
9535.409
1
9535.409
Faktor_A
.295
1
.295
Faktor_B
.157
1
.157
Faktor_A * Faktor_B
7.292
1
7.292
Error
17.286
16
1.080
Total
9560.439
20
Corrected Total
25.031
19
a. R Squared = .309 (Adjusted R Squared = .180)

F
4.602
39106.328
5.671
2.028
6.106

Sig.
.017
.000
.030
.174
.025

Source

Kadar_Lemak
Type III Sum of
Squares
df
Mean Square
Corrected Model
28.328a
3
9.443
Intercept
604.256
1
604.256
Faktor_A
.978
1
.978
Faktor_B
1.886
1
1.886
Faktor_A * Faktor_B
25.464
1
25.464
Error
3.459
16
.216
Total
636.043
20
Corrected Total
31.788
19
a. R Squared = .891 (Adjusted R Squared = .871)

F
2.389
8825.958
.273
.146
6.749

Sig.
.107
.000
.608
.708
.019

F
43.672
2794.675
4.522
8.724
117.771

Sig.
.000
.000
.049
.009
.000

Source

20

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 19 Desember 1990 dari ayah
Nandang Hasanudin dan ibu Yuyun Hoerudin. Penulis adalah putra pertama dari
tiga bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 5 Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Biokimia,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten biokimia umum
departemen Teknologi Hasil Perairan pada tahun ajaran 2012, asisten pengantar
penelitian biokimia dan biokimia klinis departemen Biokimia pada tahun ajaran
2013 serta asisten biokimia hewan program keahlian paramedik veteriner program
diploma IPB pada tahun ajaran 2013.
Penulis juga aktif dalam organisasi kampus sebagai staf Departemen
Sosial dan Kesejahteraan Mahasiswa BEM TPB IPB 2010, staf Advokasi dan
Kesejahteraan Mahasiswa BEM FMIPA IPB 2011, dan Kepala Departemen
Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa BEM FMIPA IPB 2012. Bulan Juli –
Agustus 2012 penulis melaksanakan Praktik Lapangan di Pusat Studi Biofarmaka
(PSB) Bogor dengan judul Kontrol Kualitas dan Keamanan Simplisia Kunyit
(Curcuma domestica). Penulis juga aktif mengikuti perlombaan. Beberapa prestasi
yang diraih oleh penulis antara lain Juara I Pekan Ilmiah Mahasiswa FMIPA
Tingkat FMIPA IPB 2011 dan Juara I Lomba Kapsa Cipta FMIPA Tingkat
FMIPA IPB 2012.