25
3. Teknik Pengumpulan Data
Berhubung penelitian ini bersifat yuridis normatif, maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan library research, yaitu dengan
mempelajari perundang-undangan, peraturan-peraturan, buku-buku hukum, artikel, literatur-literatur yang berhubungan dengan objek penelitian ini.
4. Alat Pengumpulan Data
Alat yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi dokumen yang dilakukan secara tidak langsung digunakan untuk memperoleh
data sekunder, dengan membaca, mempelajari, meneliti dan mengindentifikasi dan menganalisis data sekunder yang berkaitan dengan materi penelitian.
5. Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan mengurai sesuatu sampai ke komponen- komponennya dan kemudian menelaah hubungan masing-masing komponen dengan
keseluruhan konteks dari berbagai sudut pandang. Penelaah dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah diharapkan.
34
Analisis data yang digunakan adalah secara deskriptif kualitatif. Analisa data dilakuan setelah diadakan terlebih dahulu pemeriksaan, pengelompokan, pengolahan
dan evaluasi sehingga diketahui rehabilitas data tersebut, lalu dianalisis secara kualitatif dengan mempelajari seluruh jawaban.
35
Kemudian dilakukan pembahasan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Dengan demikian kegiatan analisis data
34
Sri Mamudji, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2005, Hal. 67.
35
Lexy J Moleong, Metodologi Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004. Hal. 50.
Universitas Sumatera Utara
26
ini diharapkan akan dapat memberikan kesimpulan dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang benar dan akurat serta dapat direpresentasikan dalam bentuk
deskriptif.
36
Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini dilakukan dengan logika berfikir deduktif induktif. Pencarian pengetahuan yang benar harus berlangsung menurut
prosedur atau kaedah hukum, yaitu berdasarkan logika. Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut dengan penalaran dan pengetahuan yang benar dapat disebut
dengan pengetahuan ilmiah. Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif. Penalaran
deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau
pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata
lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan
demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala. Penalaran induktif merupakan prosedur yang
berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini
penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Dengan demikian,
36
Soerjono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum, Univesitas Indonesia Press, Jakarta, 1999, Hal. 6.
Universitas Sumatera Utara
27
untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua penalaran tersebut dapat digunakan secara bersama-sama dan saling mengisi, dan dilaksanakan dalam suatu wujud
penelitian ilmiah yang menggunakan metode ilmiah dan taat pada hukum-hukum logika.
37
37
Radita Anggraeni, Metode Penalaran Deduktif dan Induktif, http:wartawarga.gunadarma. ac.id201102penalaran-induktif-dan-deduktif-3, Diakses pada tanggal 10 Oktober 2012.
Universitas Sumatera Utara
28
BAB II FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA PEMBATALAN
DESAIN INDUSTRI A. Pengertian dan Pendaftaran Desain Industri
Di Indonesia dahulu desain industri tercakup dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian. Sebelumnya tidak ada pengaturan khusus
mengenai desain industri. Istilah yang digunakan dalam Pasal 17 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tersebut adalah desain produk industri dimana pengaturan
selanjutnya akan dibuat dalam bentuk Peraturan Pemerintah. Akan tetapi Peraturan pemerintah tidak pernah dikeluarkan.
38
Kemudian pada penjelasan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian dijelaskan mengenai pengertian desain produk industri, yaitu :
” Yang dimaksud dengan desain produk industri adalah hasil rancangan suatu barang jadi untuk diproduksi oleh suatu perusahaan industri. Yang dimaksud
dengan perlindungan hukum adalah suatu larangan bagi para pihak lain untuk dengan tanpa hak melakukan peniruan desain produk industri yang telah
dicipta serta telah terdaftar. Maksud dari pasal ini adalah untuk memberikan rangsangan bagi terciptanya desain-desain baru.”
Sesuai dengan amanat Presiden Nomor R.43PUXII1999, tertanggal 8 Desember 1999 pemerintah mengajukan rancangan Undang-Undang tentang Desain
Industri yang bersamaan dengan Rancangan Undang-Undang tentang Rahasia Dagang dan Rancangan Undang-Undang tentang Tata Letak Sirkuit Terpadu kepada
38
Suyud Margono dan Amir Angkasa, Komersialisasi Aset Intelektual Aspek Hukum Bisnis, Grasindo, Jakarta, 2002, Hal.12.
Universitas Sumatera Utara
29
Dewan Perwakilan Rakyat.
39
Akhirnya dicapai kesepakatan untuk menyetujuinya disahkannya Rancangan Undang-Undang tersebut pada tanggal 20 Desember 2000
yang kemudian disahkan oleh Presiden menjadi Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri. Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2000
Nomor 243, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4045. Adapun yang menjadi latar belakang dikeluarkannya Undang-Undang Nomor
31 tahun 2000 tentang Desain Industri oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam konsiderans Undang-undang Nomor 31 Tahun 2000
adalah sebagai berikut : 1. Bahwa untuk memajukan industri yang mampu bersaing dalam lingkup
perdagangan nasional dan internasional perlu diciptakan iklim yang mendorong kreasi dan inovasi masyarakat di bidang desain industri sebagai
bagian dari sistem hak atas kekayaan intelektual; 2. Bahwa hal tersebut diatas didorong pula oleh kekayaan budaya dan etnis
Bangsa Indonesia yang sangat beranekaragam merupakan sumber bagi pengembangan desain industri;
3. Bahwa Indonesia telah meratifikasi Agreement Establishing the World Trade Organization Persetujuan Pembentukan Organisasi perdagangan Dunia yang
mencakup Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights Persetujuan TRIPs dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994
sehingga perlu diatur ketentuan mengenai desain industri.
Berdasarkan latar belakang diberlakukannya Undang-Undang Desain Industri, maka dimaksudkan untuk memberikan perlindungan hukum terhadap pendesain atau
pemegang hak desain industri. Serta untuk merangsang dan mendorong semangat terciptanya aktivitas kreatif dari pendesain untuk terus-menerus menciptakan desain-
desain baru. Pengaturan desain industri dimaksudkan untuk memberikan landasan
39
Rachmadi Usman, Op. cit, Hal. 418.
Universitas Sumatera Utara
30
perlindungan hukum yang efektif guna mencegah berbagai bentuk pelanggaran berupa penjiplakan, pembajakan, atau peniruan atas desain industri. Serta untuk
menjamin perlindungan hak-hak pendesain dan menetapkan hak dan kewajibannya, agar pihak yang tidak berhak tidak menyalahgunakan hak desain industri tersebut.
Pengertian istilah desain secara etimologi, yaitu kata desain berarti rencana, maksud, tujuan, membuat rencana.
40
Desain dapat juga diartikan gagasan awal, rancangan, perencanaan, pola, susunan, pikiran. Kata desain juga dapat diartikan
bermacam-macam, ada yang berpendapat bahwa desain sama dengan kata ”anggitan” yang memiliki arti sebagai menyusun, mengubah dan mengarang.
41
Selanjutnya pengertian industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, danatau barang jadi menjadi barang
dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
42
Kata industri dapat juga diartikan kerajinan atau perusahaan untuk membuat atau menghasilkan barang-barang.
43
Perkembangan pengertian desain industri dalam berbagai pemahaman menunjukan kecenderungan menitik-beratkan kata desain secara generik. Secara
etimologi memiliki makna yang beragam dan berbaur disekitar pengertian seni dan karya.
Namun ketika
terjadi perubahan
kearah industrialisasi,
justru arah
40
S. Wojowasito dan W.J.S Poerwadarminta, Kamus lengkap Inggris-Indonesia, Indonesia- Inggris, Hasta, Bandung, 1980, Hal.41
41
Imam Buchori Zaibuddin, Paradigma Desain Indonesia: Peranan Desain Dalam Peningkatan Mutu Produk, CV. Rajawali, Jakarta, 1986, Hal. 80.
42
C.S.T. Kansil, Hak Milik Intelektual Hak Milik Perindustrian dan Hak Cipta, Sinar Grafika, Jakarta, 2001, Hal. 405.
43
Dwi Adi K, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, Fajar Mulya, Surabaya, 2001, Hal. 183.
Universitas Sumatera Utara
31
perkembangannya menunjukkan aspek fungsi dan industri. Kata desain diduga berasal dari bahasa Italia, yaitu designo yang artinya gambar.
44
Menurut Hadi Setia Tunggal memberikan Pengertian Desain Industri sebagai berikut :
45
”Desain industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya
yang berbentuk 3 tiga dimensi atau 2 dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola 3 tiga dimensi atau 2 dua dimensi
serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri atau kerajinan tangan.”
Desain industri
Industrial Designs
adalah karya
intelektual yang
menghasilkan produk yang memiliki karakter khusus dalam tampilan formal atau ornamental, yang menimbulkan kesan estetis, dan yang diproduksi secara massal,
serta perlindungan hukumnya adalah atas faktor non-fungsionalnya namun dapat memfasilitasi fungsi.
46
Menurut Henry Soelistyo Budi memberikan definisi desain industri sebagai berikut :
47
”Desain Industri adalah Suatu kreasi mengenai bentuk, konfigurasi atau komposisi garis-garis atau warna-warna atau garis-garis tiga dimensi yang
dapat memberikan rupa atau penampilan khusus suatu barang atau komoditas industri dan dapat dipakai sebagai pola untuk memproduksi barang atau
komoditi industri secara massal.”
44
Agus Sachari, Paradigma Desain Indonesia, Rajawali, Jakarta, 1986, Hal. 40.
45
Hadi Setia Tunggal, Tanya Jawab Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Harvarindo, Jakarta, 2012, Hal. 83.
46
Achmad Zen Umar Purba, Op. cit, Hal. 77-78.
47
Henry Soelistyo Budi, Perlindungan Hak Cipta di Bidang Desain Tekstil, Disampaikan pada seminar perlindungn hak cipta di bidang desain tekstil, kerja sama FH Unpad dengan
perhimpunan masyarakat HAKI Indonesia,, Bandung, 28 Maret 1998, Hal. 4.
Universitas Sumatera Utara
32
Dari pengertian desain industri diatas, maka dapat diketahui bahwa suatu hal dikatakan sebagai desain industri apabila memiliki unsur-unsur :
1. Suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis, warna, atau garis dan warna, atau gabungan dari padanya berbentuk tiga dimensi atau dua
dimensi. 2. Memberi kesan estetis.
3. Bentuk konfigurasi atau komposisi tersebut dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi.
4. Untuk menghasilkan suatu produk barang, komoditas industri atau kerajinan tangan.
48
Pengertian Desain Industri yang diberikan Undang-Undang Desain Industri tidak jauh berbeda dengan pengertian yang disusun dalam perundang-undangan
negara lain : 1. Dalam Model Law World Intellectual Property Organization WIPO
dinyatakan : Desain Industri adalah setiap komposisi dan garis-garis atau warna-warna,
dengan ketentuan bahwa komposisi atau bentuk itu dapat memberikan rupapenampilan khusus pada suatu hasilproduk industri dan dapat dipakai
sebagai suatu polapattern untuk suatu hasil produk industri.
48
Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, Op.Cit , Hal. 53.
Universitas Sumatera Utara
33
2. Di Negara Malaysia menyebut Undang-Undang tentang desainnya dengan Design Act 1996 yang memberi pengertian desain sebagai berikut :
Desain industri adalah fitur-fitur dari suatu bentuk, konfigurasi, pola, atau ornamen yang diterapkan pada suatu produk melalui suatu proses industri atau
alat-alat, menjadi terwujud apabila sudah diterapkan pada suatu produk jadi dan ditentukan oleh penampakannya.
3. Di Negara Brazil menyebut Undang-Undang tentang desainnya dengan Patent Act 1997, yang memberikan pengertian desain industri sebagai berikut :
Desain industri adalah setiap bentuk dan ornament plastik atau artifisial dari suatu objek atau setiap susunan garis atau warna dari ornament yang dapat
diterapakan terhadap suatu produk dengan syarat harus dapat diperlihatkan adanya desain yang baru dan orisinil atas konfigurasinya yang eksternal dan
dapat diproduksi secara manufaktur. 4. Dalam Undang-Undang Design Act 2003 yang berlaku di Negara Australia
menjelaskan bahwa
desain industri
diberikan pelindungan
terhadap keseluruhan penampakan visual baik berupa fitur-fitur bentuk, konfigurasi,
pola atau ornamen pada barang yang dapat dinilai atau dipertimbangkan pada barang yang telah jadi.
5. Di Negara Jepang 1960 menyebut Undang-Undang tentang Desainnya dengan nama Design Law Undang-Undang Industrial Design, memberikan
pengertian desain industri sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
34
Desain adalah bentuk, pola atau warna atau suatu kombinasi dari ketiganya dari suatu produk industri yang memberikan kesan estetis jika dilihat dengan
kasat mata.
49
6. Di Negara Thailand menyebut Undang-Undang tentang Desainnya dengan nama Patent Act 1979, memberikan pengertian desain industri sebagai
berikut: Desain industri adalah setiap bentuk atau komposisi garis-garis, atau warna-
warna yang memberikan penampakan yang khusus dari suatu produk dan dapat dijadikan sebagai suatu pola untuk suatu produk atau kerajinan .
50
Elemen utama yang menyamakan definisi desain industri di Indonesia dengan negara-negara lain adalah desain itu merupakan bentuk, pola, warna atau kombinasi,
dan memiliki estetis.
51
Akan tetapi untuk menilai suatu kreasi memiliki kesan estetis atau tidak tentu saja bukan hal yang mudah karena bersifat subjektif, baik dari sudut
pandang pemeriksa maupun pemilik desain. Untuk itulah perlu dicapai suatu kepastian hukum dalam penentuan estetis dalam suatu desain industri.
Suatu desain industri harus didaftarkan, untuk mendapatkan hak desain industri. Permintaan pendaftaran ini diajukan ke Direktorat Jendral Kekayaan
Intelektual. Dalam Undang-Undang Desain industri permintaan pendaftaran disebut dengan istilah permohonan yang merupakan dasar bagi timbulnya hak desain industri.
49
Rachmadi Usman, Op.Cit, Hal. 426.
50
Insan Budi Maulana, Pelangi HaKI dan Anti Monopoli, PSH FH UII, Yogyakarta, 2000, Hal. 171.
51
Insan Budi Maulana, Bianglala HaKI Hak Kekayaan Intelektual, Hecca Publishing, Jakarta, 2005, Hal. 258.
Universitas Sumatera Utara
35
Dengan adanya permohonan ini maka pemegang hak desain industri memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan hak desain industri yang dimilikinya dan melarang
orang lain yang tanpa persetujuannya membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor, danatau mengedarkan barang yang telah diberi hak desain industri.
52
Pengertian permohonan itu sendiri juga telah dijelaskan dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Desain Industri, yaitu permohonan adalah pendaftaran desain
industri yang diajukan kepada Direktorat Jendral. Adapun persyaratan formal yang harus dipenuhi dalam pengajuan permohonan pendaftaran yang seperti dimaksud
dalam Pasal 11 ayat 1 Undang-Undang Desain Industri mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
1. Diajukan secara tertulis; 2. Memakai bahasa Indonesia;
3. Diajukan ke Direktorat Jendral; 4. Dengan membayar biaya pendaftaran.
Sistem pendaftaran yang dianut oleh Undang-Undang Desain Industri adalah bersifat konstitutif. Hal tersebut diatur secara tegas dalam Pasal 12 Undang-Undang
Desain Industri yang menyatakan bahwa pihak yang untuk pertama kali mengajukan permohonan dianggap sebagai pemegang hak desain industri, kecuali jika terbukti
sebaliknya. Sistem pendaftaran desain industri menganut asas kebaruan dan pengajuan pendaftaran pertama first to file system.
52
Yusran Isnaini, Op. cit, Hal. 106-107
Universitas Sumatera Utara
36
Asas pendaftaran pertama berarti orang yang pertama kali mengajukan permohonan hak atas desain industri yang akan mendapatkan perlindungan hukum
dan bukan orang yang pertama kali mendesain. Lebih lanjut untuk keperluan publikasi atau pengumuman pendaftaran permohonan hak atas desain industri, dalam
pemeriksaan juga dilakukan pengklasifikasian permohonan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
53
Cara mengajukan permohonan desain industri ke Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual secara tertulis dalam bahasa Indonesia, yaitu :
54
1. Mengisi formulir permohonan yang memuat: a. Tanggal, bulan, dan tahun surat permohonan;
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui si pemohon atau kuasanya dalam menyampaikan permohonan tersebut.
b. Nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan pendesain; Untuk mengetahui data identitas seorang atau beberapa orang yang
menghasilkan desain industri. Sedangkan untuk kewarganegaraan pendesain bertujuan untuk mengetahui apakah pendesain itu warga
negara Indonesia, berada di wilayah Republik Indonesia atau diluar negeri atau pendesain kewarganegaraan asing.
53
Adrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, Hal. 142.
54
Iswi Hariyani, Prosedur Mengurus Hak Kekayaan Intelektual Yang Benar, Pustaka Yustisia, Jakarta, 2010, Hal. 192.
Universitas Sumatera Utara
37
c. Nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan pemohon; Untuk permohonan desain industri selain dapat diberikan oleh si
pendesain, dapat juga diberikan kepada pihak lain yang diberikan oleh pendesain. Sedangkan kewarganegaraan pemohon perlu dicantumkan
apabila terdapat perbedaan kewarganegaan dengan si pendesain d. Nama dan alamat lengkap kuasa apabila permohonan diajukan melalui
kuasa; Apabila memakai kuasa, maka nama serta alamat lengkap harus
dicantumkan secara jelas, agar dapat diketahui domisili dari kuasa si pemohon.
e. Nama negara dan tanggal penerimaan permohonan yang pertama kali jika permohonan diajukan dengan hak prioritas.
2. Permohonan ditandatangani oleh pemohon atau kuasanya, serta dilampiri : a. Contoh fisik atau gambar atau foto serta uraian dari desain industri;
yang dimohonkan pendaftarannya untuk mempermudah proses pengumuman permohonan, sebaiknya bentuk gambar atau foto
tersebut di scan atau dalam bentuk disket atau floppy disk dengan program yang sesuai;
b. Surat kuasa khusus, dalam hal permohonan diajukan melalui kuasa; c. Surat pernyataan bahwa desain industri yang dimohonkan adalah milik
pemohon.
Universitas Sumatera Utara
38
3. Jika permohonan diajukan secara bersama oleh lebih dari satu orang, permohonan tersebut ditandatangani salah satu pemohon dengan dilampiri
persetujuan tertulis para pemohon lain. 4. Jika permohonan diajukan oleh bukan pendesain, permohonan harus disertai
pernyataan yang dilengkapi dengan bukti bahwa pemohon berhak atas desain industri yang bersangkutan.
5. Membayar biaya permohonan sebesar Rp. 300.000,- untuk usaha kecil dan menengah UKM dan Rp. 600.000,- untuk non-UKM per permohonan. Guna
mendapatkan tanggal penerimaan sebagai tanggal diterimanya permohonan, syarat minimal yang harus dipenuhi adalah:
a. Mengisi formulir permohonan; b. Melampirkan contoh fisik atau gambar atau foto dan uraian dari desain
industri yang dimohonkan pendaftarannya; dan c. Membayar biaya permohonan.
Apabila ternyata terdapat kekurangan dalam pemenuhan syarat-syarat dan kelengkapan permohonan, Direktorat Jendral memberitahukan kepada pemohon atau
kuasanya agar kekurangan tersebut harus dipenuhi dalam waktu 3 tiga bulan terhitung sejak tanggal pengiriman surat pemberitahuan kekurangan tersebut. Jangka
waktunya dapat diperpanjang untuk paling lama 1 satu bulan atas permintaan pemohon. Apabila kekurangan tidak dipenuhi Direktorat Jendral memberitahukan
secara tertulis kepada pemohon atau kuasanya bahwa permohonan dapat ditarik
Universitas Sumatera Utara
39
kembali. Dalam hal permohonan dianggap ditarik kembali, segala biaya yang telah dibayarkan kepada Direktorat Jendral tidak dapat ditarik kembali.
55
Namun demikian dapat juga permohonan ini ditarik kembali atas inisiatif pemohon, yaitu dengan permintaan penarikan kembali atas inisiatif pemohon yang
diajukan secara tertulis oleh pemohon atau kuasanya kepada Direktorat Jendral selama permohonan tersebut belum mendapat keputusan. Dalam penjelasan Undang-
Undang Desain Industri telah memberikan penjelasan mengenai pengertian ”belum mendapat keputusan” adalah permohonan yang berlum terdaftar dalam Daftar Umum
Desain Industri. Dengan perkataan lain jika belum diumumkan dalam Daftar Umum Desain Industri, maka dianggap desain industri tersebut belum mendapat keputusan
atas permohonan pendaftaran tersebut.
56
Menurut Pasal 23 Undang-Undang Desain Industri, terhitung sejak tanggal penerimaan, seluruh pegawai Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual atau orang
yang karena tugasnya bekerja untuk danatau atas nama Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual berkewajiban menjaga kerahasiaan permohonan sampai dengan
diumumkan permohonan yang bersangkutan. Kewajiban menjaga kerahasiaan tersebut bertujuan supaya terpeliharanya sifat baru dari desain industri yang sedang
dimohonkan pendaftarannya. Setelah memenuhi segala persyaratan permohonan desain industri, maka akan
dilakukan 2 dua pemeriksaan, yaitu pemeriksaan administratif permohonan dan
55
H. OK. Saidin, Op. cit, Hal. 476-477.
56
Sudargo Gautama dan Rizwanto Winata, Op. cit, Hal. 100.
Universitas Sumatera Utara
40
pemeriksaan substantif. Apabila hasil pemeriksaan substantif terhadap permohonan yang bersangkutan telah memenuhi dan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang,
maka menurut ketentuan pasal 29 Undang-Undang Desain Industri Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual menerbitkan dan memberikan sertifikat desain industri
dalam tenggang waktu paling lama 30 tiga puluh hari. Sertifikat desain industri berlaku terhitung sejak tanggal penerimaan filing date. Tanggal penerimaan filing
date adalah tanggal diterimanya surat permohonan yang menentukan saat berlakuya perhitungan perlindungan atas desain industri yang bersangkutan.
57
B. Hak Eksklusif Desain Industri
. Dalam Pasal 1 butir 5 Undang-Undang Nomor 31 tahun 2000 tentang
Desain Industri mendefinisikan Hak desain industri sebagai berikut : ” Hak Desain Industri adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara
Republik Indonesia kepada Pendesain atas hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau memberikan persetujuannya kepada pihak
lain untuk melaksanakan hak tersebut.” Paul Torremans dan Jon Holyoak memberikan pengertian hak desain Industri
sebagai sebuah hak kepemilikan yang menjamin pemilik mempunyai hak khusus untuk memproduksi kembali desainnya untuk tujuan komersial.
58
Hak eksklusif exclusive right adalah hak yang bersifat khusus, artinya hak yang hanya diberikan kepada pendesain untuk dalam jangka waktu tertentu
57
Rachamadi Usman, Op. cit, Hal. 442.
58
Ranti Fauza Mayana, Op. cit, Hal. 85.
Universitas Sumatera Utara
41
melaksanakan sendiri secara perusahaan atau memberi hak lebih lanjut untuk itu kepada orang lain.
59
Dengan demikian orang lain dilarang melaksanakan desain industri tersebut tanpa persetujuan pendesain sebagai pemegang hak desain industri.
Pemberian hak kepada orang lain dapat melalui pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.
Sebagai pengecualian dari hak khusus adalah pemakaian desain industri untuk kepentingan penelitian dan pendidikan sepanjang tidak merugikan kepentingan yang
wajar dari pendesain. Jadi pemakaian yang dimaksud disini bukan dalam arti melaksanakan desain industri melainkan sebagai uji penelitian dan pengembangan
research and development.
60
Sejauh mana batasan tentang kepentingan wajar yang dimaksud diatas adalah untuk hak atas karya intelektual yang mempunyai nilai ekonomis, batasan
kepentingan yang wajar menjadi sangat pelik, karena dunia pendidikan sendiri termasuk penelitian didalamnya saat ini sudah berkembang menjadi dunia bisnis.
Jika perbanyakan terhadap hak atas desain industri itu mengandung unsur bisnis atau economic interest maka itu dapat dikategorikan telah melanggar kepentingan yang
wajar.
61
Hak eksklusif ini sejalan dengan prinsip droit inviolable et sacre dari hak milik, karena hak eksklusif ini tidak hanya saja tertuju pada eigenaar tetapi juga
59
Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual HKI di Era Global, Graha Ilmu, Jakarta, 2010, Hal. 234.
60
Abdulkadir Muhammad, Op. cit, Hal. 271.
61
H. OK. Saidin, Op.cit, Hal. 474.
Universitas Sumatera Utara
42
berlaku pada pembentuk undang-undang atau penguasa dimana mereka tidak boleh begitu saja membatasi hak milik. Tetapi harus ada balasannya dengan dipenuhinya
syarat-syarat tertentu. Prinsip ini dalam perkembangannya masih relevan diterapkan pada hak desain industri khususnya hak moral moral rights.
62
Desain industri sebagai bagian dari hak atas kekayaan intelektual terkandung didalamnya hak ekonomi economic rights, namun tidak seperti hak kepemilikan
industri lainya, dalam suatu desain industri juga terkandung hak moral moral right. Pada mulanya hak ekonomi ada pada pendesain, namun apabila ia tidak akan
mengeksploitasi sendiri, ia dapat mengalihkannya pada pihak lain yang kemudian menjadi pemegang hak tersebut. Akan tetapi dengan adanya pengalihan hak tersebut
bukan berarti penerima hak memiliki hak desain industri tersebut, hak desain industri tersebut tetap berada di tangan pendesain. Sedangkan hak moral merupakan
manifestasi dari pengakuan manusia terhadap hasil karya orang lain yang sifatnya non ekonomi. Hak moral hanya terdapat pada hak desain industri, yang merupakan hak
yang melekat pada pendesain dan tidak dapat dialihkan seperti halnya hak ekonomi.
63
Dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 hak ekonomi dalam desain industri tidak secara tegas disebutkan, namun secara implisit ketentuan mengenai hak
ekonomi tersirat dalam Pasal 9 ayat 1, yang menyatakan bahwa pemegang hak desain Industri memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan Hak desain industri yang
dimilikinya dan untuk melarang orang lain yang tanpa persetujuannya membuat,
62
Ranti Fauza Mayana, Op. cit, Hal. 40.
63
Eddy Damian, Op.cit, Hal. 14.
Universitas Sumatera Utara
43
memakai, menjual, mengimpor, mengekspor, dan atau mengedarkan barang yang diberi hak desain industri. Sedangkan hak moral juga tidak diatur secara tegas, akan
tetapi dalam penjelasan Pasal 8 Undang-Undang Desain Industri disinggung mengenai hak moral, yaitu pencantuman nama pendesain dalam Daftar Umum Desain
Industri dan Berita Resmi Desain Industri merupakan hal yang lazim di bidang hak kekayaan intelektual. Hak untuk mencantumkan nama pendesain dinilai sebagai
istilah hak moral moral right. Hak desain industri adalah hak khusus yang diberikan oleh negara kepada
pendesain sebagai pemegang hak berdasarkan permohonannya. Negara dalam hal ini diwakili oleh pemerintah yang pelaksanaanya dilakukan oleh badan khusus yang
ditunjuk oleh Undang-Undang, yaitu Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual. Permohonan hak desain industri hanya dapat diajukan oleh pendesain. Dalam hal ini
permohonan diajukan oleh bukan pendesain, maka menurut Pasal 11 ayat 5 Undang-Undang Desain Industri permohonan harus disertai pernyataan yang
dilengkapi dengan bukti yang cukup bahwa pemohon berhak atas desain industri yang bersangkutan.
64
Salah satu tujuan utama diberikannya hak eksklusif tersebut adalah untuk membina dan menyegarkan sistem perdagangan bebas yang bersih serta persaingan
64
Abdulkadir Muhammad, Op.cit, Hal. 271.
Universitas Sumatera Utara
44
jujur dan sehat sehingga kepentingan masyarakat luas konsumen dapat dilindungi dari perbuatan curang yang dilakukan oleh pihak yang beritikad buruk.
65
C. Masa Berlaku dan Berakhirnya Perlindungan Desain Industri
Desain industri di Indonesia menganut model pendaftaran, maka perlindungan atas hak desain industri memiliki jangka waktu terbatas yang ditentukan oleh
Undang-Undang.
66
Perlindungan terhadap desain industri di Indonesia berlaku untuk 10 sepuluh tahun sesuai dengan yang ditentukan dalam pasal 5 Undang-Undang Desain Industri.
Dinyatakan dalam keterangan pemerintah bahwa waktu 10 sepuluh tahun ini dianggap cukup memadai mengingat perkembangan di bidang industri mengalami
perubahan yang cepat sesuai dengan tuntutan masa. Dengan perkataan lain lewat dari 10 sepuluh tahun, maka karena perubahan keadaan dapat dipandang desain industri
bersangkutan ini sudah menjadi ”kolot” atau old fashioned atau out of date. Desain industri tidak dapat lagi dianggap memenuhi kriteria estetika keindahan yang menjadi
salah satu syarat adanya desain industri.
67
Semula jangka waktu perlindungan desain industri hanya diberikan dalam kurun waktu 5 lima tahun dan dapat diperpanjang satu kali untuk 5 lima tahun
atau totalnya 10 sepuluh tahun. Akan tetapi sesuai dengan persetujuan TRIPs pasal 23 ayat 3, jangka waktu perlindungan desain industri diberikan selama 10 sepuluh
65
M. Yahya Harahap, Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992, Citra Aditya Bakti, Bandung, Hal. 342.
66
Muhammad Djumhana, Aspek-Aspek Hukum Desain Industri Di Indonesia, Bandung, 1999, Hal. 47.
67
Sudargo Gautama dan Rizwanto Winata, Op. cit, Hal. 18.
Universitas Sumatera Utara
45
tahun, yaitu terhitung sejak tanggal penerimaan permintaan pendaftaran, tidak dapat dilakukan perpanjangan pendaftaran desain industri apabila telah habis masa
berlakunya. Berbagai negara menetapkan jangka waktu perlindungan hukum desain
industri yang berbeda-beda, antara lain sebagai berikut: 1. Argentina, 5 lima tahun dan dapat diperpanjang 2 dua kali masing-masing
5 lima tahun atau 15 lima belas tahun; 2. Australia perlindungan desain industri diberikan untuk jangka waktu 1 satu
tahun dan dapat diperpanjang 3 tiga kali berikutnya untuk periode 6 enam tahun atau 7 tujuh tahun, yang memberikan perlindungan kepada pemilik
maksimum 16 enam belas tahun; 3. Brazil perlindungan desain industri diberikan untuk jangka waktu 10
sepuluh tahun; 4. Thailand perlindungan terhadap desain industri diberikan untuk jangka waktu
5 lima tahun dan dapat diperpanjang 2 dua kali masing-masing 5 lima tahun atau 15 lima belas tahun;
5. Benelux perlindungan terhadap desain industri diberikan untuk jangka waktu 5 lima tahun dan dapat diperpanjang 2 dua kali masing-masing 5 lima
tahun atau 15 lima belas tahun; 6. Inggris, 5 lima tahun dan dapat diperpanjang 2 dua kali masing-masing 5
lima tahun atau 15 lima belas tahun; atau dengan Undang-Undang baru menjadi 25 dua puluh lima tahun;
Universitas Sumatera Utara
46
7. Amerika Serikat perlindungan hukum desain industri diberikan untuk jangka waktu 14 empat belas tahun;
8. Austria perlindungan hukum desain industri diberikan untuk jangka waktu 3 tiga tahun.
9. Perancis perlindungan hukum desain industri diberikan untuk jangka waktu 50 lima puluh tahun.
68
10. India memberikan perlindungan terhadap desain industri yang didaftarkan untuk waktu 5 lima tahun, untuk perpanjangan 2 dua kali dengan periode 5
lima tahun; 11. Taiwan perlindungan desain industri diberikan untuk jangka waktu 5 lima
tahun dari tanggal publikasi permohonan; 12. Malaysia perlindungan desain industri sama halnya seperti ketentuan yang
berlaku di Inggris, yaitu untuk jangka waktu 25 dua puluh lima tahun. 13. Jepang perlindungan bagi desain industri adalah 10 sepuluh tahun dari
tanggal publikasi dan tidak boleh lebih dari 15 lima belas tahun dari tanggal pengajuan.
69
Jangka waktu perlindungan desain industri satu negara ke negara lainnya, tetapi biasanya berlangsung minimal 10 tahun, namun biasanya lebih lama; misalnya
14 tahun untuk paten desain di Amerika Serikat dan sampai 25 tahun melalui Komunitas Desain Uni Eropa Terdaftar. Di sebagian besar negara, pemegang hak
68
Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, Hal. 207-208.
69
Ranti Fauza Mayana, Op.cit, Hal. 126-129.
Universitas Sumatera Utara
47
diharuskan memperbaharui perlindungan desainnya setelah 5 tahun. Pengaturan mengenai jangka waktu perlindungan terhadap desain industri di Indonesia dengan
negara-negara lain berbeda-beda, akan tetapi pengaturan tersebut sama-sama memberikan
perpanjangan terhadap
desain industri
yang telah didaftarkan.
Begitupula pengaturan mengenai batas jangka waktu desain industri yang telah diperpanjang tidak dapat diperpanjang lagi dan menjadi milik umum public domain.
D. Putusan dan Pertimbangan Hakim Terhadap Pembatalan Desain Industri .
1. Putusan Mahkamah Agung No. 801 KPdt.Sus2011 Tanggal 27 Febuari 2012 Jo. Putusan Pengadilan Niaga No. 05HKIDesain Industri2011
PN.Sby Tanggal 22 Agustus 2011 Kasus Desain Industri Mesin TMS Roll Forming Machine.
Onggo Warsito selaku tergugat pada tingkat Pengadilan Niaga Surabaya telah mendaftarkan desain industri rangka plafon dari logam sejak tanggal 13 Maret 2007,
dengan Nomor Pendaftaran ID 0 020 422-D, atas nama Onggo Warsito, sebagaimana dibuktikan dengan Sertifikat Desain Industri tertanggal 31 Desember 2010 yang
dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, sedangkan PT. Aplus Pacific yang diwakili
oleh Tuan Ong Chai Huat dalam kedudukannya selaku Direktur Utama selaku penggugat pada tingkat Pengadilan Niaga Surabaya, mendalilkan fakta-fakta sebagai
berikut :
Universitas Sumatera Utara
48
a. Bahwa pada tahun 2006, PT. Aplus Pacific mengimport mesin TMS Roll Forming Machine Model B -12 yang diproduksi oleh TMS Rollform Co.Ltd,
sebuah perseroan yang didirikan berdasarkan hukum Negara Thailand. b. Bahwa mesin tersebut berfungsi untuk memproduksi rangka plafon terbuat
dari logam dengan potongan berbentuk Bujur Sangkar Rectangle Section berukuran 18mm x 3,8 mm. Mesin TMS Roll Forming Machine Model B-12
tersebut memiliki kemampuan memproduksi beberapa jenis konfigurasi, antara lain konfigurasi tegak lurus atau yang dalam istilah pasar disebut
Hollow. c. Bahwa sebelum tahun 2007, PT. Aplus Pacific telah menjual Rangka Plafon
dengan konfigurasi garis tegak lurus atau Hollow yang dihasilkan oleh mesin tersebut boleh dikatakan hampir di seluruh daerah waktu di Indonesia, yaitu
Indonesia Barat, Indonesia Tengah dan Indonesia Timur. d. Bahwa karena mesin TMS Roll Forming Machine Model B-12 yang
digunakan oleh PT. Aplus Pacific hanyalah salah satu dari sekian banyak produksi sejenis yang telah diekspor ke berbagai Negara oleh produsennya,
maka tidak perlu dikatakan dan sudah menjadi rahasia umum yang tidak perlu dibuktikan lagi, bahwa sebelum tahun 2007, rangka plafon terbuat dari logam
dengan Konfigurasi Tegak Lurus atau Hollow hasil produksi mesin tersebut telah dipasarkan dl berbagai Negara di dunia.
e. Bahwa pada tanggal 9 Mei 2011, PT. Aplus Pacific melihat pengumuman di Koran Surabaya Jawa Post isinya menyatakan bahwa Direktur dari PT.
Universitas Sumatera Utara
49
Suryamas Megah Steel atau Onggo Warsito telah memperoleh perlindungan melalui pendaftaran Desain Industri untuk Rangka Plafon dari logam dengan
konfigurasi yang mirip dengan konfigurasi yang ada pada produk yang dijual oleh PT. Aplus Pacific, yang merupakan produksi dari mesin TMS Roll
Forming Machine Model B -12. Putusan Hakim dalam Pengadilan Niaga Surabaya menolak membatalkan
pendaftaran Desain Industri Nomor ID 0 020 422-D atas nama Onggo Warsito dengan Judul Desain Industri Rangka Plafon dan perlindungan untuk Konfigurasi.
Hak Desain Industri yang diberikan kepada Onggo Warsito tidak dapat dikategorikan memiliki unsur kesamaan dengan konfigurasi Desain Industri Rangka Plafon yang
dibuat mesin TMS Roll Forming Machine Model B-12 sehingga desain industri tersebut dapat dianggap baru.
Dalam Putusan Kasasi, Mahkamah Agung juga berpendapat bahwa Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tersebut telah tepat dan benar, karena adanya
perbedaan dalam bentuk dan konfigurasi dari dua desain industri telah cukup untuk menunjukkan bahwa dua desain industri tersebut adalah tidak sama. Perbedaan
bentuk dan konfigurasi kedua produksi tersebut tidak sama, terutama pada garis yang lebih dalam dan lipatan sambungan. Dengan kata lain apabila secara tampilan kasat
mata sama tetapi dalam detail bentuk dan konfigurasi berbeda, maka desain industri tersebut dianggap berbeda Dengan demikian apabila ada desain industri yang secara
kasat mata tampak sama tetapi berbeda spesifikasinya maka desain industri tersebut dapat dimintakan pendaftarannya atau desain industri yang mirip dengan desain
Universitas Sumatera Utara
50
industri yang sudah didaftarkan asalkan ada perbedaan spesifikasinya dapat didaftarkan kembali.
Berdasarkan uraian perkara sengketa tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Putusan Pengadilan Niaga serta Putusan Mahkamah Agung tidak tepat memutuskan
untuk tidak membatalkan pendaftaran desain industri tergugat. Hakim Pengadilan Niaga harus melihat bahwa unsur dalam desain industri adalah suatu kreasi tentang
bentuk dan konfigurasi serta memberi kesan estetis dalam suatu desain industri. Kesan estetis yang dimaksud disini dapat ditentukan dengan penampilan atau bentuk
terluar dari suatu kreasi yang dapat dilihat secara kasat mata. Maka apabila secara kasat mata suatu desain industri tersebut mirip secara signifikan, walaupun
konfigurasi maupun spesifikasinya berbeda tetap saja tidak memenuhi ketentuan pasal 2 ayat 2 yang menyatakan desain industri harus ”tidak sama” dengan
pengungkapan sebelumnya dan harus dimintakan pembatalannya.
2. Putusan Mahkamah Agung No. 623KPdt.Sus2009 Tanggal 5 Febuari 2010 Jo. Putusan Pengadilan Niaga No. 15 Desain Industri2009
PN.Niaga.Jkt.Pst Tanggal 09 Juli 2009 Kasus Desain Industri Strip Sepatu X2.
Hadiyanto Tjukup Wirawan sebagai pemohon kasasi dahulu tergugat adalah pemilik hak desain industri Strip Sepatu X2 telah mendaftarkan desain sepatunya
tersebut dan mendapatkan sertifikat desain industri Sedangkan Theng Tjhing Djie sebagai termohon kasasi dahulu penggugat adalah pemilik asli atas Merk Asics Tiger
dan Logo yang terdaftar tahun 1995 tahun 2005 untuk melindungi barang-barang
Universitas Sumatera Utara
51
yang tergolong dalam kelas 25 dan hak cipta atas seni lukis logo yang digunakan sejak tahun 1987 untuk sepatu olahraga dan pakaian olahraga. Theng Tjhing Djie
adalah pendesain atau penemu desain industri sepatu merk Asics Tiger akan tetapi ia tidak mendaftarkan kembali desain industri sepatu dikarenakan telah menjadi milik
umum public domain. Putusan Hakim dalam Pengadilan Niaga Jakarta Pusat membatalkan sertifikat
desain industri sepatu strip sepatu X2. Pertimbangan Hakim Pengadilan Niaga menyatakan bahwa Hadiyanto Tjukup Wirawan bukan sebagai penemu atau
pendesain pertama atas desain industri tersebut dan menyatakan desain industri strip sepatu X2 bukan sebagai desain industri yang baru. Walaupun Theng Tjhing Djie
telah menyatakan dalam gugatannya sendiri dengan mencampur adukan antara Merek, Hak Cipta dengan Desain Industri, akan tetapi sudah dapat dipastikan merek
kata Asics Tiger tidak akan dinilai sebagai pembanding, akan tetapi logo konfigurasinyalah yang digunakan sebagai objek penilaian Theng Tjhing Djie telah
mendesain dengan berbagai bentuk konfigurasi atau variasi atau corak atau warna, dalam memproduksi dan memperdagangkan sepatu yang sama desainnya dengan
milik Hadiyanto Tjukup Wirawan sudah lama sebelum Hadiyanto Tjukup Wirawan mendaftarkannya.
Dalam Putusan Kasasi, Mahkamah Agung berbeda pendapat dengan Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dan membatalkan Putusan Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat. Pertimbangan hakim pada putusannya adalah desain industri menganut azas kebaruan dan pengajuan pendaftaran Pendaftaran Pertama azas kebaruan dalam
Universitas Sumatera Utara
52
Desain Industri berbeda dari azas Orisinil dalam Hak Cipta. Azas dalam desain industri baru ditetapkan dengan suatu Pendaftaran yang pertama kali diajukan dan
pada saat pendaftaran tidak ada pihak lain yang dapat membuktikan bahwa pendaftaran tersebut tidak baru. Oleh karena Hadiyanto Tjukup Wirawan adalah
orang yang pertama mengajukan permohonan hak atau Desain Industri tersebut, maka mendapat ia perlindungan hukum.
Berdasarkan uraian sengketa tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa Desain Industri Hadiyanto Tjukup Wirawan dengan Hak Cipta dan merek milik Theng
Tjhing Djie, hal ini tidaklah sama. Desain industri milik Hadiyanto Tjukup Wirawan memakai logo huruf X dua kali dengan empat kali dan tanpa kata-kata hanya gambar.
Sedangkan Hak Cipta dan Merek milik Theng Tjhing Djie adalah logo huruf X dua kali dengan tiga kaki dan kata-kata Asics Tiger logo dan kata-kata tersebut,
merupakan suatu kesatuan. Antara logo desain industri Hadiyanto Tjukup Wirawan dan Hak Cipta dan Merek milik Theng Tjhing Djie dapat terlihat dengan jelas
perbedaannya Hadiyanto Tjukup Wirawan dengan logo berupa gambar sedangkan Theng Tjhing Djie berupa gambar dan kata-kata. Maka Putusan Mahkamah Agung
telah tepat membatalkan Putusan Pengadilan Niaga karena Asas kebaruan Novelty dalam pasal 2 Undang-Undang Desain Industri telah dipenuhi dan Hadiyanto Tjukup
Wirawan tetap berhak mendapatkan hak desain industri Strip Sepatu X2.
Universitas Sumatera Utara
53
3. Putusan Mahkamah Agung