BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Jenis-jenis Burung di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara.
Hasil penelitian yang telah dilakukan di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara yang meliputi lokasi 1 perbatasan
hutan TNGL dan Agroforestri, Lokasi 2 hutan TNGL dan Lokasi 3 Agroforestri menunjukkan bahwa pada lokasi penelitian terdapat 82 jenis burung
yang tergolong dalam 9 ordo dan 28 famili, seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis-jenis Burung yang Didapatkan di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara.
Ordo Famili
Jenis Burung Ket
Lokasi Nama Latin
Nama Lokal 1
2 3
Apodiformes Apodidae
1. Collocalia esculenta Walet Sapi
L -
- √
2. C. fuciphaga Walet Sarang-putih
L -
- √
3. C. maxima Walet Sarang-hitam
L -
- √
Columbiformes Columbidae
4.Ducula badia Pergam Gunung
L √
√ -
5. Geopelia striata Perkutut Jawa
S -
- √
6. Macropygia ruficeps Uncal Kouran
L √
- -
7. Streptopelia chinensis Tekukur Biasa
L, S -
√ √
Coraciiformes Alcedinidae
8. Halcyon smyrnensis Cekakak Belukar
L -
- √
9. Lacedo Pulchella Cekakak Batu
L √
- -
Bucerotidae 10. Aceros undulates
Julang Emas L
- -
√ 11. Buceros bicornis
Rangkong papan L, S
√ -
- 12. B. rhinoceros
Rangkong Badak L, S
√ √
√ Cuculiformes
Cuculidae 13. Cacomantis merulinus
Wiwik Kelabu L
- √
- 14. Cacomantis sonneratii
Wiwik Lurik L
- √
- 15. Centropus sinensis
Bubut Besar S
- √
√ 16. Phaenicophaeus tristis
Kadalan Kera L
√ √
- Falconiformes
Accipitridae 17. Ictinaetus malayensis
Elang Hitam L, S
√ √
√ 18. Spizaetuscirrhatus
Elang Brontok L,S
√ -
√ Galliformes
Phasianidae 19. Rhizothera longirostris
Puyuh Siul-selanting L
- √
- 20. Polyplectron chalcurum
Kuau-kerdil Sumatera L, S
√ √
- Passeriformes
Artamidae 21. Artamus leucorhynchus
Kekep Babi L
- √
- Campephagidae
22. Pericrocotus divaricatus Sepah Padang
L -
- √
Chloropseidae 23. Chloropsis cyanopogon
Cicadaun Kecil L, S
√ √
- 24. C. sonnerati
Cicadaun Besar L, S
- √
- Corvidae
25. Cissa chinensis Ekek Layongan
L -
√ √
Dicaeidae 26. Dicaeum ignipectus
Cabai Perut-kuning L
√ -
√ 27. D. Trigonostigma
Cabai Bunga-api L
√ -
√ Dicruridae
28. Dicrurus aeneus Srigunting Keladi
L √
- √
29. D. leucophaeus Srigunting Kelabu
L √
√ √
30. D. macrocercus Srigunting Hitam
L √
√ √
31. D. paradiceus Srigunting Batu
S √
- -
32. D. remifer Sriguntiing Bukit
S √
- -
Hirundinidae 33. Delichon dasypus
Layanglayang Rumah L
- -
√ Laniidae
34. Lanius cristatus Bentet Coklat
L -
- √
35. L. schach Bentet Kelabu
L -
- √
Motacillidae 36. Motacilla cinerea
Kicuit Batu L
- -
√ Muscicapidae
37. Culicicapa ceylonensis Sikatan Kepala-abu
L √
- -
38.Cyanoptila cyanomelana Sikatan Biru-putih
L √
√ √
39. Ficedula mugimaki Sikatan Mugimaki
L -
√ -
Lanjutan Tabel 1.
Ordo Famili
Jenis Burung Ket
Lokasi Nama Latin
Nama Lokal 1
2 3
40. Muscicapa dauurica Sikatan Bubik
L -
√ √
41. Niltava grandis Niltava Kumbang-padi
L -
√ -
Nectariniidae 42. Anthreptes malacensis
Burungmadu Kelapa L, S
- -
√ 43. Arachnothera robusta
Pijantung Besar L
- √
- 44. Nectarinia jugularis
Burungmadu Sriganti L, S
- √
√ Ploceidae
45. Lonchura punctulata Bondol Peking
L -
- √
46. L. striata Bondol Tunggir-putih
L -
- √
47. Passer montanus Burunggereja Erasia
L -
- √
Pycnonotidae 48. Alophoixus bres
Empuloh Janggut L
- √
- 49. Pycnonotus atriceps
Cucak Kuricang L
- √
- 50. P. aurigaster
Cucak Kutilang L,S
√ -
√ 51. P. bimaculatus
Cucak Gunung L
- √
- 52. P. brunneus
Merbah Mata-merah L
- √
- 53. P. erytrhrophthalmos
Merbah Kacamata L
√ √
√ 54. P. goiavier
Merbah Cerukcuk L, S
√ √
√ 55. P. leucogrammicus
Cucak Kerinci L, S
√ -
- 56. P. simplex
Merbah Corok-corok L, S
√ √
√ Rhipiduridae
57. Rhipidura albicolis Kipasan Gunung
L √
- -
Sylviidae 58.Abroscopus superciliaris
Cikrak Bambu L
√ -
- 59. Cettia vicania
Ceret Gunung L
- -
√ 60. Orthotomus atrogularis
Cinenen Belukar L, S
- -
√ 61. O. sericeus
Cinenen Merah L
- -
√ 62. Prinia atrogularis
Perenjak Gunung L, S
- -
√ 63. P. familiaris
Perenjak Jawa L, S
- -
√ 64. P. flaviventris
Perenjak Rawa L
- -
√ Timaliidae
65. Garullax lugubris Poksai Hitam
L, S -
√ -
66. G. palliates Poksai Mantel
L, S -
√ -
Turdidae 67. Brachypteryx leucophrys
Cingcoang coklat L
- √
- 68. Cochoa beccarii
Ciungmungkal Sumatera L
√ -
- 69. Copsychus saularis
Kucica Kampung L, S
- √
√ 70. Turdus obscures
Anis kuning L
- √
- 71. Zoothera sibirica
Anis Siberia L
√ -
- Zosteropidae
72. Zosterops palpebrosus Kacamata Biasa
L -
- √
Piciformes Capitonidaae
73.Calorhamphus fuliginosus Takur Ampis
S √
- -
74. Megalaima australis Takur Tenggeret
S -
√ -
75. M. chrysopogon Takur Gedang
S √
- -
76. M. oorti Takur Bukit
L, S √
√ -
77. M. raflesii Takur Tutut
S √
- -
78. Psilopogon pyrolopus Takur Api
L, S √
- -
Picidae 79. Celeus brachyurus
Pelatuk Kijang L, S
√ -
- 80. Dinopium javanense
Pelatuk Besi L, S
- √
- 81. D. rafflesi
Pelatuk Raffles L, S
- √
- Trogoniformes
Trogonidae 82. Harpactes oreskios
Luntur Harimau L
√ -
-
Total 35
38 41
Keterangan :L = Langsung, S = Suara,
√ = Ditemukan, - = Tidak ditemukan. 1 = Perbatasan, 2 = Hutan TNGL, 3 = Agroforestri.
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada lokasi 1 ditemukan sebanyak 35 jenis burung, lokasi 2 sebanyak 38 jenis burung dan lokasi 3 sebanyak 41 jenis
burung. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fransisca 2008 pada kawasan Restorasi Resort Sei Betung TNGL yang
memperoleh hasil sebanyak 90 jenis burung dari 28 famili.Perbedaan jumlah jenis burung yang didapat kemungkinan disebabkan oleh perbedaan habitat, metode,
musim, ketersediaan pakan dan lamanya waktu penelitian. Jumlah jenis burung paling banyak ditemukan pada lokasi 3 yaitu 41 jenis sedangkan jumlah jenis
burung paling sedikit terdapat pada lokasi 1 yaitu 35 jenis. Hal ini mungkin
dikarenakan sumber pakan yang masih tersedia ditempat ini dibandingkan dengan lokasi 1 dan 2.
Berdasarkan Tabel 1 Ordo yang paling mendominasi adalah ordo Passeriformes dengan 18 famili yang terdiri dari 52 jenis, kemudian ordo
Coraciiformes dengan 2 famili yang terdiri dari 5 jenis dan Ordo Piciformes yang terdiri dari 6 jenis. Selanjutnya untuk ordo yang hanya terdiri dari 1 famili antara
lain ordo Apodiformes terdiri dari 3 jenis, Columbiformes terdiri dari 4 jenis, Cuculiformes terdiri dari 4 jenis, Falconiformes terdiri dari 2 jenis, Galliformes
terdiri dari 2 jenis dan Trogoniformes terdiri dari 1 jenis. Banyaknya jumlah jenis ordo Passeriformes yang didapatkan di daerah ini
menunjukkan bahwa kondisi lingkungan dan sumber daya yang tersedia dapat mendukung kelangsungan hidupnya, sehingga tersebar cukup luas didaerah ini.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sibley Monroe 1990, bahwa burung dari ordo Passeriformes merupakan ordo burung yang memiliki daerah
penyebaran sangat luas dan umum dijumpai di seluruh dunia, diantaranya New Zealand, afrika, Australia, Madagaskar, Amerika, Papua Nugini dan Asia
Tenggara.Selain itu, jenis-jenis dari ordo ini kebanyakan menyukai daerah terbuka baik untuk mencari makan maupun untuk bermain. Hal ini didukung oleh
pernyataanMackinnon et al. 2000 burung dari ordo Passeriformes banyak ditemukan di Indonesia, diantaranya di Pulau Sumatera, Jawa, Bali dan
Kalimantan mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi, baik di daerah perkampungan hingga hutan dataran tinggi. Selain itu ordo ini terdapat pada
ladang, hutan terbuka dekat desa, sawah, tepi hutan, hutan pegunungan, taman, pekarangan, hutan dataran rendah, kebun-kebun, dan hutan bukit yang rapat.
Berdasarkan Tabel 1 juga diketahui bahwa famili yang paling mendominasi adalah famili Pycnonotidae yang terdiri dari 9 jenis.Spesies dari
famili ini memiliki banyak jenis dan umum dijumpai di berbagai tipe habitat.Mackinnon et al. 2010 menyatakan bahwa famili Pycnonotidae
merupakan suku besar di Asia dan Afrika.Burung cucak-cucakan ini merupakan burung pemakan buah walaupun mereka juga memakan serangga.Burung ini
penuh percaya diri dengan kicauan yang ramai dan sangat musikal pada beberapa jenis.Burung dari famili ini cenderung hidup di pohon dan membuat sarang
berbentuk mangkuk yang tidak rapi. Sedangkan famili yang memiliki jumlah jenis terendah yaitu Artamidae,Champephagidae, Corvidae, Hirundinidae,
Motacillidae, Rhipiduridae, Zosteropidae dan Trogonidae yang hanya terdiri dari 1 jenis burung. Hal ini mungkin disebabkan oleh spesies dari famili tersebut sulit
ditemukan secara langsung maupun melalui suara dan ketersediaan jumlah pakan yang mulai berkurang akibat berakhirnya musim buah pada lokasi
penelitian.Swastikaningrum et al., 2012 menyatakan bahwa suatu komunitas dapat dibagi kedalam bagian yang lebih kecil dari suatu asosiasi tumbuh-
tumbuhanseperti pucuk, tajuk, dan batang. Penyebaranburung erat hubungannya dengan ketersediaan makananatau dengan kata lain, burung tersebut memerlukan
tempatkhusus untuk hidupnya.
4.2. Nilai Kepadatan K, Kepadatan Relatif KR, dan Frekuensi Kehadiran FK Jenis Burung pada Kawasan Resort Bekancan Desa
Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara.
Nilai Kepadatan K, Kepadatan Relatif KR dan Frekuensi Kehadiran FK jenis burung yang didapatkan dari data-data hasil penelitian di Desa Telagah Taman
Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2.Jenis, Kepadatan K, Kepadatan Relatif KR, dan Frekuensi
Kehadiran FK Burung di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara.
No Jenis
Lokasi 1 Lokasi 2
Lokasi 3 K
KR FK
K KR
FK K
KR FK
1. Collocalia esculenta
- -
- -
- -
1,67 0,90
10 2.
C. fuciphaga -
- -
- -
- 3,33
1,80 16,67
3. C. maxima
- -
- -
- -
2,08 1,2
10 4.
Ducula badia 2,08
2,66 10
0,83 1,00
3,33 -
- -
5. Geopelia striata
- -
- -
- -
2,92 1,58
16,67 6.
Macropygia ruficeps 0,83
1,06 6,67
- -
- -
- -
7. Streptopelia chinensis
- -
- 2,92
3,52 13,33
12,5 6,76
43,33 8.
Halcyon smyrnensis -
- -
- -
- 1,67
0,90 6,67
9. Lacedo Pulchella
1,67 2,13
6,67 -
- -
- -
- 10.
Aceros undulatus -
- -
- -
- 2,08
1,12 6,67
11. Buceros bicornis
0,83 1,06
3,33 -
- -
- -
- 12.
B. rhinoceros 1,67
2,13 6,67
0,83 1,00
6,67 0,83
0,45 3,33
Lanjutan Tabel 2. No
Jenis Lokasi 1
Lokasi 2 Lokasi 3
K KR
FK K
KR FK
K KR
FK
13. Cacomantis merulinus
- -
- 2,08
2,51 13,33
- -
- 14.
Cacomantis sonneratii -
- -
0,42 0,51
3,33 -
- -
15. Centropus sinensis
- -
- 1,25
1,51 10
4,17 2,25
23,33 16.
Phaenicophaeus tristis 0,83
1,06 6,67
1,25 1,51
6,67 -
- -
17. Ictinaetus malayensis
0,42 0,54
3,33 0,42
0,51 3,33
1,67 0,90
6,67 18.
Spizaetus cirrhatus 0.42
0,54 3,33
- -
- 0,42
0,23 3,33
19. Rhizothera longirostris
- -
- 0,42
0,51 3,33
- -
- 20.
Polyplectron chalcurum 1,25
1,60 10
0,83 1,00
6,67 -
- -
21. Artamus leucorhynchus
- -
- 0,42
0,51 3,33
- -
- 22.
Pericrocotus divaricatus -
- -
- -
- 2,08
1,12 13,33
23. Chloropsis cyanopogon
0,42 0,54
3,33 0,83
1,00 6,67
- -
- 24.
C. sonnerati -
- -
2,92 3,52
16,67 -
- -
25. Cissa chinensis
- -
- 0,42
0,51 3,33
0,83 0,45
6,67 26.
Dicaeum ignipectus 1,67
2,13 6,67
- -
- 4,58
2,48 16,67
27. D. Trigonostigma
3,33 4,25
10 -
- -
5 2,70
16,67 28.
Dicrurus aeneus 1,67
2,13 6,67
- -
- 3,33
1,80 20
29. D. leucophaeus
4,58 5,85
23,33 4,17
5,03 16,67
3,75 2,03
23,33 30.
D. macrocercus 1,67
2,13 10
3,75 4,52
23,33 1,25
0,68 10
31. D. paradiceus
1,25 1,60
10 -
- -
- -
- 32.
D. remifer 0,83
1,06 6,67
- -
- -
- -
33. Delichon dasypus
- -
- -
- -
6,25 3,38
23,33 34.
Lanius cristatus -
- -
- -
- 2,08
1,12 3,33
35. L. schach
- -
- -
- -
2,5 1,35
16,67 36.
Motacilla cinerea -
- -
- -
- 1,67
0,90 6,67
37. Culicicapa ceylonensis
1,25 1,60
20 -
- -
- -
- 38.
Cyanoptila cyanomelana 6,67
8,52 26,67
5,83 7,03
20 0,83
0,45 3,33
39. Ficedula mugimaki
- -
- 1,67
2,01 6,67
- -
- 40.
Muscicapa dauurica -
- -
2,92 3,52
16,67 0,83
0,45 3,33
41. Niltava grandis
- -
- 0,83
1,00 3,33
- -
- 42.
Anthreptes malacensis -
- -
- -
- 2,5
1,35 13.33
43. Arachnothera robusta
- -
- 2,08
2,51 10
- -
- 44.
Nectarinia jugularis -
- -
2,5 3,01
13,33 2,5
1,35 10
45. Lonchura punctulata
- -
- -
- -
21,67 11,71
40 46.
L. striata -
- -
- -
- 12,92
6,98 16,67
47. Passer montanus
- -
- -
- -
11,67 6,31
30 48.
Alophoixus bres -
- -
2,5 3,01
16,67 -
- -
49. Pycnonotus atriceps
- -
- 2,08
2,51 13,33
- -
- 50.
P. aurigaster 2,5
3,19 16,67
- -
- 5
2,70 30
51. P. bimaculatus
- -
- 1,25
1,51 6,67
- -
- 52.
P. brunneus -
- -
1,67 2,01
10 -
- -
53. P. erytrhrophthalmos
2.08 2,66
10 6,67
8,04 30
4,58 2,48
23,33 54.
P. goiavier 8,33
10,63 33,33
7,08 8,54
30 18,75
10.14 60
55. P. leucogrammicus
2,08 2,66
13,33 -
- -
- -
- 56.
P. simplex 7,5
9,57 33,33
5 6,03
20 14,17
7,66 50
57. Rhipidura albicolis
2,5 3,19
16,67 -
- -
- -
-
Lanjutan Tabel 2. No
Jenis Lokasi 1
Lokasi 2 Lokasi 3
K KR
FK K
KR FK
K KR
FK
58. Abroscopus superciliaris
0,42 0,54
3,33 -
- -
- -
- 59.
Cettia vicania -
- -
- -
- 2,92
1,58 10
60. Orthotomus atrogularis
- -
- -
- -
1,25 0,68
3,33 61.
O. sericeus -
- -
- -
- 2,08
1,12 6,67
62. Prinia atrogularis
- -
- -
- -
3,33 1,80
10 63.
P. familiaris -
- -
- -
- 5
2,70 16,67
64. P. flaviventris
- -
- -
- -
1,25 0,68
3,33 65.
Garullax lugubris -
- -
0,42 0,51
3,33 -
- -
66. G. palliates
- -
- 0,42
0,51 3,33
- -
- 67.
Brachypteryx leucophrys -
- -
2,08 2,51
13,33 -
- -
68. Cochoa beccarii
0,83 1,06
6,67 -
- -
- -
- 69.
Copsychus saularis -
- -
2,08 2,51
10 4,17
2,25 20
70. Turdus obscures
- -
- 0,42
0,51 3,33
- -
- 71.
Zoothera sibirica 1,67
2,13 13,33
- -
- -
- -
72. Zosterops palpebrosus
- -
- -
- -
2,92 1,58
13,33 73.
Calorhamphus fuliginosus
1,25 1,60
10 -
- -
- -
- 74.
Megalaima australis -
- -
0,83 1,00
6,67 -
- -
75. M. chrysopogon
0,42 0,54
3,33 -
- -
- -
- 76.
M. oorti 9,58
12,23 50
9,58 11,5
56,67 -
- -
77. M. raflesii
1,25 1,60
10 -
- -
- -
- 78.
Psilopogon pyrolopus 1,67
2,13 13,33
- -
- -
- -
79. Celeus brachyurus
0,83 1,06
6,67 -
- -
- -
- 80.
Dinopium javanense -
- -
0,42 0,51
3,33 -
- -
81. D. rafflesi
- -
- 0,83
1,00 6,67
- -
- 82.
Harpactes oreskios 2,08
2,66 10
- -
- -
- -
TOTAL 78,33
100,04 82,9
100,01 185
100,06
Jumlah Jenis : 35 Jumlah Jenis : 38
Jumlah Jenis : 41
Dari Tabel 2diketahui bahwa pada lokasi 1areal perbatasan ditemukan sebanyak 35 jenis burung dengan nilai kepadatan 78,33 indha, lokasi 2 areal
hutan TNGL ditemukan sebanyak 38 jenis burung dengan nilai kepadatan 82,92 indha dan lokasi 3 areal agroforestri ditemukan sebanyak 41 jenis burung
dengan nilai kepadatan 185 indha.Tingginya jumlah jenis burung dan nilai kepadatan burung pada lokasi 3 mungkin disebabkan oleh masih terdapat sumber
pakan baik berupa buah maupun serangga yang berada di perkebunan kopi di lokasi ini.
Secara keseluruhan didapatkan nilai kepadatan K dan kepadatan relatif KR tertinggi pada lokasi 1 adalah dari jenis Megalaima oorti Takur Bukit,
yaitu K sebesar 9,58 indha dan KR sebesar 12,23, kemudian diikuti dari jenis
Pycnonotus goiavierdengan nilai K = 8,33 indha dan KR = 10,63, Pycnonotussimplexdengan nilai K = 7,5 indha dan KR = 9,57, Cyanoptila
cyanomelana dengan nilai K = 6,67 indha dan KR = 8,52, Dicrurus leucophaeus dengan nilai K = 4,58 indha dan KR = 5,85 dan Dicaeum
trigonostigma dengan nilai K = 3,33 indha dan KR = 4,25. Kondisi habitat yang sesuai dan tersedianya pakan merupakan faktor
yang mendukung tingginya nilai K dan KR Megalaima oorti di kawasan ini. Tersedianya buah ara yang merupakan makanan yang disukai oleh burung takur
ini juga menjadi faktor utama. Menurut Mackinnon et al. 2010, bahwa Megalaima oorti masuk kedalam famili Capitonidae yang termasuk kedalam
burung pemakan buah-buahan, biji dan bunga, terutama menyukai buah ara kecil. Hampir semua jenis takur mempunyai kebiasaan duduk diam untuk waktu yang
lama di puncak pohon, mengeluarkan suara monoton yang keras dan berulang. Pada lokasi 2 nilai K serta nilai KR tertinggi yaitu dari jenis Megalaima
oorti Takur Bukit, yaitu K = 9,58 indha dan KR = 11,55, diikuti Pycnonotus goiavier dengan nilai K = 7,08 indha dan KR= 8,54, Pycnonotus
erythrophthalmos dengan nilai K = 6,67 indha dan KR = 8,04, Cyanoptila cyanomelana dengan nilai K = 5,83 indha dan KR = 7,03 dan Dicrurus
leuchopaeus dengan nilai K = 4,17 dan KR = 5,03. Menurut Wiens 1992, bahwa ketersediaan makanan pada suatu habitat
yang ditempati merupakan salah satu faktor utama bagi kehadiran dan kepadatan populasi burung. Selanjutnya dijelaskan bahwa kepadatan burung dan
pergerakannya, terutama jenis burung pemakan buah frugivora sering berhubungan langsung dengan kelimpahan buah-buahan di suatu habitat. Ketika
ketersediaan buah-buahan meningkat di suatu habitat, burung-burung akan berdatangan ketempat tersebut. Akan tetapi apabila ketersediaan buah-buahan
menurun, burung-burung tersebut cenderung bergerak ke sepanjang hutan untuk mencari tempat baru dimana terdapat buah yang melimpah.
Pada lokasi 3 yang merupakan areal agroforestri didapatkan nilai K dan KR tertinggi yaitu dari jenisLonchura punctulata dengan nilai K = 21,67 indha
dan KR = 11,71 kemudian Pycnonotus goiavier dengan nilai K = 18,75 indha dan KR = 10,14 dan Pycnonotus simplex dengan nilai K = 14,17 indha dan KR
= 7,66. Jenis-jenis ini sering ditemui pada areal tersebut karena mayoritas tumbuhan di areal ini adalah kopi yang merupakan sumber makanan bagi jenis-
jenis burung pemakan buah, biji dan serangga. Menurut Mackinnon et al. 1992, bahwa kehadiran suatu jenis burung pada suatu kawasan dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain adalah suhu, kelembaban udara, ketersediaan sumber pakan, distribusi vegetasi dan jenis-jenis pohon yang disukai sebagai tempat
bersarang dan beristirahat.Banyaknya individu yang dinyatakan persatuan luas hektar merupakan kepadatan, dengan nilai kepadatan relatif menunjukkan
persentase jumlah individu dari semua jenis yang ada dalam komunitasnya Hernowo, 1989.
Dari Tabel 2 juga diperoleh nilai Frekuensi Kehadiran FK tertinggi pada lokasi 1 yaitu Megalaima oorti dengan nilai FK sebesar 50, nilai tersebut
menunjukkan bahwa jenis tersebut tergolong sering , kemudian Pycnonotus goiavier dan P. simplex dengan nilai FK masing-masing 33,33, Cyanoptila
cyanomelana sebesar 26,67 dan Dicrurus leucophaeus dengan nilai FK = 23,33. Pada lokasi 2 nilai FK tertinggi yaitu dari jenis Megalaima oorti sebesar
56,67. Angka ini menunjukkan bahwa frekuensi kehadirannya tergolong sering ditemukan pada setiap titik pengamatan.Untuk lokasi 3 nilai FK tertinggi yaitu
dari jenis Pycnonotus goiaviersebesar 60, kemudian Pycnonotus simplex 50. Menurut Partasasmita 2003 Kehadiran suatu burung pada habitat
tertentu, diduga merupakan hasil seleksi. Ketika burung-burung tersebut merasa cocok dengan habitat tersebut maka habitat tersebut akan terus didiaminya,
sehingga pada akhirnya ikut mempengaruhi perilaku burung tersebut sebagai hasil adaptasi terhadap habitatnya.
4.3. Indeks Keanekaragaman Jenis H’, Indeks Equitabilitas E dan Indeks Similaritas IS Burung Di Desa Telagah Taman Nasional Gunung
Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Nilai Indeks Keanekaragaman H’, Indeks Equitabilitas E dan Indeks
Similaritas IS jenis-jenis burung yang didapatkan dari data-data hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan cukup bervariasi, seperti terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3.Areal Pengamatan, Indeks Keanekaragaman Jenis H’ dan Indeks Equitabilitas E Jenis Burung Di Desa Telagah Taman Nasional
Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara.
Lokasi H’
E
1 3,16
0,89 2
3,25 0,89
3 3,29
0,89 Keterangan : 1 = Areal Perbatasan, 2 = Hutan TNGL, 3 = Agroforestri
Berdasarkan Tabel 3dapat dilihat nilai indeks keanekaragaman jenis H’ burung di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat
Sumatera Utara tergolong tinggi.Hal ini mungkin dipengaruhi oleh kondisi hutan yang masih baik dan mendukung kebutuhan burung untuk mencari makan,
bersarang dan tempat bermain.Nilai H’tertinggi terdapat pada areal agroforestri dengan nilai 3,29. Sedangkan nilai H’ terendah yaitu pada areal perbatasan dengan
nilai 3,16.Hal ini mungkin dipengaruhi oleh ketersediaan pakan yang tinggi pada daerah agroforestri, sedangkan pada areal perbatasan ketersediaan pakan mulai
sedikit. Keanekaragaman jenis burung berbeda pada setiap tempat, tergantung
kondisi lingkungan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.Daerah pemukiman dan pegunungan akan memiliki kondisi lingkungan yang berbeda. Sajithiran et al.
2004 menyatakan bahwa keragaman spesies burung merupakan sesuatu refleksi dari bermacam-macam habitat dan kondisi
iklim yang mampu mendukungnya.Menurut Krebs 1978, ada enam faktor yang saling berkaitan
yang menentukan naik turunnya keragaman jenis suatu komunitas, yaitu waktu, heterogenitas ruang, persaingan, pemangsaan, kestabilan lingkungan dan
produktivitas. Menurut Johnsing Joshua 1994 kekayaan spesies dan struktur
komunitas burung berbeda dari satu wilayah dengan wilayah lainnya.Fachrul 2007 menambahkan keanekaan spesies di suatu wilayah ditentukan oleh ukuran
luas habitat.Semakin luas habitatnya, cenderung semakin tinggi keanekaan jenis burungnya. Struktur dan keanekaragaman jenis vegetasi mempengaruhi
keanekaan jenis burung di suatu wilayah.Di daerah yang keanekaan jenis tumbuhannya tinggi maka keanekaragaman jenis hewannya termasuk burung juga
tinggi.Hal ini disebabkan oleh setiap jenis hewan hidupnya bergantung pada sekelompok jenis tumbuhan tertentu.
Sedangkan untuk nilai equitabilitas E pada tiga lokasi diatas memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 0,89. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
keseragaman jenis burung pada kawasan ini cukup merata. Menurut Krebs 1985, nilai keseragaman berkisar antara 0-1. Nilai keseragaman 1 menunjukkan
pembagian individu pada masing-masing jenis sangat seragam atau merata.Sebaliknya, jika nilai keseragaman semakin kecil maka keseragaman suatu
populasi juga semakin tidak merata.Indeks kemerataan jenis E dipengaruhi oleh besarnya nilai keanekaragaman suatu jenis dan jumlah seluruh jenis.Artinya
semakin tinggi nilai kelimpahan jenis maka penyebaran suatu jenis semakin merata dalam suatu kawasan tersebut, begitu pula sebaliknya Syahadat et al.,
2015. Keragamanjenis mencakup kekayaan jenis dan equitabilitas individu di
dalam suatu komunitas. Kekayaan jenis tergantung pada predasi, kompetisi sesama jenis atau intraspesies, suksesi dalam komunitas, dan keterancaman. Nilai
equitabilitas yang sama mungkin disebabkan sumber pakan cukup bervariasi, masing-masing sudah spesifik, tidak saling berkompetisi dan sumber pakan
berlimpah sehingga dapat dimanfaatkan sepenuhnya dengan baik Widodo, 2009. Dari hasil analisis data yang telah dilakukan didapatkan nilai indeks
kesamaan jenis ISsebagai berikut.
Tabel 4.Indeks Similaritas IS Burung di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara.
Lokasi Indeks Similaritas
1 2
3 1
- 35,61
34,21
2 -
- 35,44
3 -
- -
Keterangan : 1 = Areal Perbatasan, 2 = Hutan TNGL, 3 = Agroforestri
Dari Tabel 4dapat dilihat bahwa lokasi 1 dan 2 memiliki tingkat kesamaan jenis burung sebesar 35,61, nilai IS untuk lokasi 1 dan 3 sebesar
34,21 dan nilai IS untuk lokasi 2 dan 3 sebesar 35,44.Nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesamaan jenis burung pada ketiga lokasi tergolong
tidak mirip. Kesamaan habitat yang dimiliki tersebut menjadikan kesamaan jenis
burung yang ditemukan cukup tinggi dibandingkan dengan nilai IS lainnya. Bibby et al. 2000 menyatakan bahwa keberadaan jenis dan penyebaran distribusi
burung sangat ditentukan oleh kondisi habitat.
4.4. Pengelompokan Jenis-Jenis Burung kedalam Guild Berdasarkan Jenis Makanan.