Kepadatan Populasi Suatu Jenis K Kepadatan Relatif KR Frekuensi Kehadiran FK Indeks Keanekaragaman Jenis H’ Indeks Equitabilitas Kesimpulan

3.6. Analisis Data

Berdasarkan jumlah individu yang didapatkan dihitung nilai kepadatan K, kepadatan relatif KR, frekuensi kehadiran FK, indeks keanekaragaman jenis H’, indeks equitabilitas E dan Indeks kesamaan jenis IS dengan rumus berdasarkan Suin 2000 dan Fachrul 2007.

a. Kepadatan Populasi Suatu Jenis K

K = Penelitian Area Luas jenis suatu individu Jumlah

b. Kepadatan Relatif KR

KR = jenis semua kepadatan Jumlah jenis Suatu Kepadatan x 100

c. Frekuensi Kehadiran FK

FK= plot al Jumlah tot jenis suatu ditempati yang plot Jumlah x 100 Di mana jika nilai FK : 0-25 = frekuensi kehadirannya tergolong sangat jarang aksidental 25-50 = frekuensi kehadirannya tergolong jarang assesori 50-75 = frekuensi kehadirannya tergolong sering konstan 75 = frekuensi kehadirannya tergolong sangat sering absolut

d. Indeks Keanekaragaman Jenis H’

Berdasarkan jumlah individu burung yang didapatkan, ditentukan indeks keanekaragaman jenis burung pada tiap lokasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut: H’ = - ∑ Pi ln Pi � �−1 Dimana pi = ni N Keterangan : ni= jumlah individu suatu jenis N= jumlah total individu seluruh jenis Keterangan: NilaiH’1 : Keanekaragaman rendah Nilai 1 H’3 : Keanekaragaman sedang NilaiH’3 : Keanekaragaman tinggi

e. Indeks Equitabilitas

Untuk mengetahui nilai equitabilitas jenis burung dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: E = H ′ H maks Keterangan: E = Indeks keseragaman H’ = Indeks keragaman Hmaks = Indeks keseragaman maksimum, sebesar Ln S S = Jumlah jenis

f. Indeks Similaritas

Untuk mengetahui kesamaan atau perbedaan komposisi spesies burung berdasarkan lokasi digunakan rumus: IS = 2 � � + � x 100 Dimana : C = Jumlah jenis yang dijumpai pada kedua lokasi a = Jumlah jenis pada lokasi A b = Jumlah jenis pada lokasi B

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Jenis-jenis Burung di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Hasil penelitian yang telah dilakukan di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara yang meliputi lokasi 1 perbatasan hutan TNGL dan Agroforestri, Lokasi 2 hutan TNGL dan Lokasi 3 Agroforestri menunjukkan bahwa pada lokasi penelitian terdapat 82 jenis burung yang tergolong dalam 9 ordo dan 28 famili, seperti terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jenis-jenis Burung yang Didapatkan di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Ordo Famili Jenis Burung Ket Lokasi Nama Latin Nama Lokal 1 2 3 Apodiformes Apodidae 1. Collocalia esculenta Walet Sapi L - - √ 2. C. fuciphaga Walet Sarang-putih L - - √ 3. C. maxima Walet Sarang-hitam L - - √ Columbiformes Columbidae 4.Ducula badia Pergam Gunung L √ √ - 5. Geopelia striata Perkutut Jawa S - - √ 6. Macropygia ruficeps Uncal Kouran L √ - - 7. Streptopelia chinensis Tekukur Biasa L, S - √ √ Coraciiformes Alcedinidae 8. Halcyon smyrnensis Cekakak Belukar L - - √ 9. Lacedo Pulchella Cekakak Batu L √ - - Bucerotidae 10. Aceros undulates Julang Emas L - - √ 11. Buceros bicornis Rangkong papan L, S √ - - 12. B. rhinoceros Rangkong Badak L, S √ √ √ Cuculiformes Cuculidae 13. Cacomantis merulinus Wiwik Kelabu L - √ - 14. Cacomantis sonneratii Wiwik Lurik L - √ - 15. Centropus sinensis Bubut Besar S - √ √ 16. Phaenicophaeus tristis Kadalan Kera L √ √ - Falconiformes Accipitridae 17. Ictinaetus malayensis Elang Hitam L, S √ √ √ 18. Spizaetuscirrhatus Elang Brontok L,S √ - √ Galliformes Phasianidae 19. Rhizothera longirostris Puyuh Siul-selanting L - √ - 20. Polyplectron chalcurum Kuau-kerdil Sumatera L, S √ √ - Passeriformes Artamidae 21. Artamus leucorhynchus Kekep Babi L - √ - Campephagidae 22. Pericrocotus divaricatus Sepah Padang L - - √ Chloropseidae 23. Chloropsis cyanopogon Cicadaun Kecil L, S √ √ - 24. C. sonnerati Cicadaun Besar L, S - √ - Corvidae 25. Cissa chinensis Ekek Layongan L - √ √ Dicaeidae 26. Dicaeum ignipectus Cabai Perut-kuning L √ - √ 27. D. Trigonostigma Cabai Bunga-api L √ - √ Dicruridae 28. Dicrurus aeneus Srigunting Keladi L √ - √ 29. D. leucophaeus Srigunting Kelabu L √ √ √ 30. D. macrocercus Srigunting Hitam L √ √ √ 31. D. paradiceus Srigunting Batu S √ - - 32. D. remifer Sriguntiing Bukit S √ - - Hirundinidae 33. Delichon dasypus Layanglayang Rumah L - - √ Laniidae 34. Lanius cristatus Bentet Coklat L - - √ 35. L. schach Bentet Kelabu L - - √ Motacillidae 36. Motacilla cinerea Kicuit Batu L - - √ Muscicapidae 37. Culicicapa ceylonensis Sikatan Kepala-abu L √ - - 38.Cyanoptila cyanomelana Sikatan Biru-putih L √ √ √ 39. Ficedula mugimaki Sikatan Mugimaki L - √ - Lanjutan Tabel 1. Ordo Famili Jenis Burung Ket Lokasi Nama Latin Nama Lokal 1 2 3 40. Muscicapa dauurica Sikatan Bubik L - √ √ 41. Niltava grandis Niltava Kumbang-padi L - √ - Nectariniidae 42. Anthreptes malacensis Burungmadu Kelapa L, S - - √ 43. Arachnothera robusta Pijantung Besar L - √ - 44. Nectarinia jugularis Burungmadu Sriganti L, S - √ √ Ploceidae 45. Lonchura punctulata Bondol Peking L - - √ 46. L. striata Bondol Tunggir-putih L - - √ 47. Passer montanus Burunggereja Erasia L - - √ Pycnonotidae 48. Alophoixus bres Empuloh Janggut L - √ - 49. Pycnonotus atriceps Cucak Kuricang L - √ - 50. P. aurigaster Cucak Kutilang L,S √ - √ 51. P. bimaculatus Cucak Gunung L - √ - 52. P. brunneus Merbah Mata-merah L - √ - 53. P. erytrhrophthalmos Merbah Kacamata L √ √ √ 54. P. goiavier Merbah Cerukcuk L, S √ √ √ 55. P. leucogrammicus Cucak Kerinci L, S √ - - 56. P. simplex Merbah Corok-corok L, S √ √ √ Rhipiduridae 57. Rhipidura albicolis Kipasan Gunung L √ - - Sylviidae 58.Abroscopus superciliaris Cikrak Bambu L √ - - 59. Cettia vicania Ceret Gunung L - - √ 60. Orthotomus atrogularis Cinenen Belukar L, S - - √ 61. O. sericeus Cinenen Merah L - - √ 62. Prinia atrogularis Perenjak Gunung L, S - - √ 63. P. familiaris Perenjak Jawa L, S - - √ 64. P. flaviventris Perenjak Rawa L - - √ Timaliidae 65. Garullax lugubris Poksai Hitam L, S - √ - 66. G. palliates Poksai Mantel L, S - √ - Turdidae 67. Brachypteryx leucophrys Cingcoang coklat L - √ - 68. Cochoa beccarii Ciungmungkal Sumatera L √ - - 69. Copsychus saularis Kucica Kampung L, S - √ √ 70. Turdus obscures Anis kuning L - √ - 71. Zoothera sibirica Anis Siberia L √ - - Zosteropidae 72. Zosterops palpebrosus Kacamata Biasa L - - √ Piciformes Capitonidaae 73.Calorhamphus fuliginosus Takur Ampis S √ - - 74. Megalaima australis Takur Tenggeret S - √ - 75. M. chrysopogon Takur Gedang S √ - - 76. M. oorti Takur Bukit L, S √ √ - 77. M. raflesii Takur Tutut S √ - - 78. Psilopogon pyrolopus Takur Api L, S √ - - Picidae 79. Celeus brachyurus Pelatuk Kijang L, S √ - - 80. Dinopium javanense Pelatuk Besi L, S - √ - 81. D. rafflesi Pelatuk Raffles L, S - √ - Trogoniformes Trogonidae 82. Harpactes oreskios Luntur Harimau L √ - - Total 35 38 41 Keterangan :L = Langsung, S = Suara, √ = Ditemukan, - = Tidak ditemukan. 1 = Perbatasan, 2 = Hutan TNGL, 3 = Agroforestri. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada lokasi 1 ditemukan sebanyak 35 jenis burung, lokasi 2 sebanyak 38 jenis burung dan lokasi 3 sebanyak 41 jenis burung. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fransisca 2008 pada kawasan Restorasi Resort Sei Betung TNGL yang memperoleh hasil sebanyak 90 jenis burung dari 28 famili.Perbedaan jumlah jenis burung yang didapat kemungkinan disebabkan oleh perbedaan habitat, metode, musim, ketersediaan pakan dan lamanya waktu penelitian. Jumlah jenis burung paling banyak ditemukan pada lokasi 3 yaitu 41 jenis sedangkan jumlah jenis burung paling sedikit terdapat pada lokasi 1 yaitu 35 jenis. Hal ini mungkin dikarenakan sumber pakan yang masih tersedia ditempat ini dibandingkan dengan lokasi 1 dan 2. Berdasarkan Tabel 1 Ordo yang paling mendominasi adalah ordo Passeriformes dengan 18 famili yang terdiri dari 52 jenis, kemudian ordo Coraciiformes dengan 2 famili yang terdiri dari 5 jenis dan Ordo Piciformes yang terdiri dari 6 jenis. Selanjutnya untuk ordo yang hanya terdiri dari 1 famili antara lain ordo Apodiformes terdiri dari 3 jenis, Columbiformes terdiri dari 4 jenis, Cuculiformes terdiri dari 4 jenis, Falconiformes terdiri dari 2 jenis, Galliformes terdiri dari 2 jenis dan Trogoniformes terdiri dari 1 jenis. Banyaknya jumlah jenis ordo Passeriformes yang didapatkan di daerah ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan dan sumber daya yang tersedia dapat mendukung kelangsungan hidupnya, sehingga tersebar cukup luas didaerah ini. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sibley Monroe 1990, bahwa burung dari ordo Passeriformes merupakan ordo burung yang memiliki daerah penyebaran sangat luas dan umum dijumpai di seluruh dunia, diantaranya New Zealand, afrika, Australia, Madagaskar, Amerika, Papua Nugini dan Asia Tenggara.Selain itu, jenis-jenis dari ordo ini kebanyakan menyukai daerah terbuka baik untuk mencari makan maupun untuk bermain. Hal ini didukung oleh pernyataanMackinnon et al. 2000 burung dari ordo Passeriformes banyak ditemukan di Indonesia, diantaranya di Pulau Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi, baik di daerah perkampungan hingga hutan dataran tinggi. Selain itu ordo ini terdapat pada ladang, hutan terbuka dekat desa, sawah, tepi hutan, hutan pegunungan, taman, pekarangan, hutan dataran rendah, kebun-kebun, dan hutan bukit yang rapat. Berdasarkan Tabel 1 juga diketahui bahwa famili yang paling mendominasi adalah famili Pycnonotidae yang terdiri dari 9 jenis.Spesies dari famili ini memiliki banyak jenis dan umum dijumpai di berbagai tipe habitat.Mackinnon et al. 2010 menyatakan bahwa famili Pycnonotidae merupakan suku besar di Asia dan Afrika.Burung cucak-cucakan ini merupakan burung pemakan buah walaupun mereka juga memakan serangga.Burung ini penuh percaya diri dengan kicauan yang ramai dan sangat musikal pada beberapa jenis.Burung dari famili ini cenderung hidup di pohon dan membuat sarang berbentuk mangkuk yang tidak rapi. Sedangkan famili yang memiliki jumlah jenis terendah yaitu Artamidae,Champephagidae, Corvidae, Hirundinidae, Motacillidae, Rhipiduridae, Zosteropidae dan Trogonidae yang hanya terdiri dari 1 jenis burung. Hal ini mungkin disebabkan oleh spesies dari famili tersebut sulit ditemukan secara langsung maupun melalui suara dan ketersediaan jumlah pakan yang mulai berkurang akibat berakhirnya musim buah pada lokasi penelitian.Swastikaningrum et al., 2012 menyatakan bahwa suatu komunitas dapat dibagi kedalam bagian yang lebih kecil dari suatu asosiasi tumbuh- tumbuhanseperti pucuk, tajuk, dan batang. Penyebaranburung erat hubungannya dengan ketersediaan makananatau dengan kata lain, burung tersebut memerlukan tempatkhusus untuk hidupnya. 4.2. Nilai Kepadatan K, Kepadatan Relatif KR, dan Frekuensi Kehadiran FK Jenis Burung pada Kawasan Resort Bekancan Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Nilai Kepadatan K, Kepadatan Relatif KR dan Frekuensi Kehadiran FK jenis burung yang didapatkan dari data-data hasil penelitian di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2.Jenis, Kepadatan K, Kepadatan Relatif KR, dan Frekuensi Kehadiran FK Burung di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara. No Jenis Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 K KR FK K KR FK K KR FK 1. Collocalia esculenta - - - - - - 1,67 0,90 10 2. C. fuciphaga - - - - - - 3,33 1,80 16,67 3. C. maxima - - - - - - 2,08 1,2 10 4. Ducula badia 2,08 2,66 10 0,83 1,00 3,33 - - - 5. Geopelia striata - - - - - - 2,92 1,58 16,67 6. Macropygia ruficeps 0,83 1,06 6,67 - - - - - - 7. Streptopelia chinensis - - - 2,92 3,52 13,33 12,5 6,76 43,33 8. Halcyon smyrnensis - - - - - - 1,67 0,90 6,67 9. Lacedo Pulchella 1,67 2,13 6,67 - - - - - - 10. Aceros undulatus - - - - - - 2,08 1,12 6,67 11. Buceros bicornis 0,83 1,06 3,33 - - - - - - 12. B. rhinoceros 1,67 2,13 6,67 0,83 1,00 6,67 0,83 0,45 3,33 Lanjutan Tabel 2. No Jenis Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 K KR FK K KR FK K KR FK 13. Cacomantis merulinus - - - 2,08 2,51 13,33 - - - 14. Cacomantis sonneratii - - - 0,42 0,51 3,33 - - - 15. Centropus sinensis - - - 1,25 1,51 10 4,17 2,25 23,33 16. Phaenicophaeus tristis 0,83 1,06 6,67 1,25 1,51 6,67 - - - 17. Ictinaetus malayensis 0,42 0,54 3,33 0,42 0,51 3,33 1,67 0,90 6,67 18. Spizaetus cirrhatus 0.42 0,54 3,33 - - - 0,42 0,23 3,33 19. Rhizothera longirostris - - - 0,42 0,51 3,33 - - - 20. Polyplectron chalcurum 1,25 1,60 10 0,83 1,00 6,67 - - - 21. Artamus leucorhynchus - - - 0,42 0,51 3,33 - - - 22. Pericrocotus divaricatus - - - - - - 2,08 1,12 13,33 23. Chloropsis cyanopogon 0,42 0,54 3,33 0,83 1,00 6,67 - - - 24. C. sonnerati - - - 2,92 3,52 16,67 - - - 25. Cissa chinensis - - - 0,42 0,51 3,33 0,83 0,45 6,67 26. Dicaeum ignipectus 1,67 2,13 6,67 - - - 4,58 2,48 16,67 27. D. Trigonostigma 3,33 4,25 10 - - - 5 2,70 16,67 28. Dicrurus aeneus 1,67 2,13 6,67 - - - 3,33 1,80 20 29. D. leucophaeus 4,58 5,85 23,33 4,17 5,03 16,67 3,75 2,03 23,33 30. D. macrocercus 1,67 2,13 10 3,75 4,52 23,33 1,25 0,68 10 31. D. paradiceus 1,25 1,60 10 - - - - - - 32. D. remifer 0,83 1,06 6,67 - - - - - - 33. Delichon dasypus - - - - - - 6,25 3,38 23,33 34. Lanius cristatus - - - - - - 2,08 1,12 3,33 35. L. schach - - - - - - 2,5 1,35 16,67 36. Motacilla cinerea - - - - - - 1,67 0,90 6,67 37. Culicicapa ceylonensis 1,25 1,60 20 - - - - - - 38. Cyanoptila cyanomelana 6,67 8,52 26,67 5,83 7,03 20 0,83 0,45 3,33 39. Ficedula mugimaki - - - 1,67 2,01 6,67 - - - 40. Muscicapa dauurica - - - 2,92 3,52 16,67 0,83 0,45 3,33 41. Niltava grandis - - - 0,83 1,00 3,33 - - - 42. Anthreptes malacensis - - - - - - 2,5 1,35 13.33 43. Arachnothera robusta - - - 2,08 2,51 10 - - - 44. Nectarinia jugularis - - - 2,5 3,01 13,33 2,5 1,35 10 45. Lonchura punctulata - - - - - - 21,67 11,71 40 46. L. striata - - - - - - 12,92 6,98 16,67 47. Passer montanus - - - - - - 11,67 6,31 30 48. Alophoixus bres - - - 2,5 3,01 16,67 - - - 49. Pycnonotus atriceps - - - 2,08 2,51 13,33 - - - 50. P. aurigaster 2,5 3,19 16,67 - - - 5 2,70 30 51. P. bimaculatus - - - 1,25 1,51 6,67 - - - 52. P. brunneus - - - 1,67 2,01 10 - - - 53. P. erytrhrophthalmos 2.08 2,66 10 6,67 8,04 30 4,58 2,48 23,33 54. P. goiavier 8,33 10,63 33,33 7,08 8,54 30 18,75 10.14 60 55. P. leucogrammicus 2,08 2,66 13,33 - - - - - - 56. P. simplex 7,5 9,57 33,33 5 6,03 20 14,17 7,66 50 57. Rhipidura albicolis 2,5 3,19 16,67 - - - - - - Lanjutan Tabel 2. No Jenis Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 K KR FK K KR FK K KR FK 58. Abroscopus superciliaris 0,42 0,54 3,33 - - - - - - 59. Cettia vicania - - - - - - 2,92 1,58 10 60. Orthotomus atrogularis - - - - - - 1,25 0,68 3,33 61. O. sericeus - - - - - - 2,08 1,12 6,67 62. Prinia atrogularis - - - - - - 3,33 1,80 10 63. P. familiaris - - - - - - 5 2,70 16,67 64. P. flaviventris - - - - - - 1,25 0,68 3,33 65. Garullax lugubris - - - 0,42 0,51 3,33 - - - 66. G. palliates - - - 0,42 0,51 3,33 - - - 67. Brachypteryx leucophrys - - - 2,08 2,51 13,33 - - - 68. Cochoa beccarii 0,83 1,06 6,67 - - - - - - 69. Copsychus saularis - - - 2,08 2,51 10 4,17 2,25 20 70. Turdus obscures - - - 0,42 0,51 3,33 - - - 71. Zoothera sibirica 1,67 2,13 13,33 - - - - - - 72. Zosterops palpebrosus - - - - - - 2,92 1,58 13,33 73. Calorhamphus fuliginosus 1,25 1,60 10 - - - - - - 74. Megalaima australis - - - 0,83 1,00 6,67 - - - 75. M. chrysopogon 0,42 0,54 3,33 - - - - - - 76. M. oorti 9,58 12,23 50 9,58 11,5 56,67 - - - 77. M. raflesii 1,25 1,60 10 - - - - - - 78. Psilopogon pyrolopus 1,67 2,13 13,33 - - - - - - 79. Celeus brachyurus 0,83 1,06 6,67 - - - - - - 80. Dinopium javanense - - - 0,42 0,51 3,33 - - - 81. D. rafflesi - - - 0,83 1,00 6,67 - - - 82. Harpactes oreskios 2,08 2,66 10 - - - - - - TOTAL 78,33 100,04 82,9 100,01 185 100,06 Jumlah Jenis : 35 Jumlah Jenis : 38 Jumlah Jenis : 41 Dari Tabel 2diketahui bahwa pada lokasi 1areal perbatasan ditemukan sebanyak 35 jenis burung dengan nilai kepadatan 78,33 indha, lokasi 2 areal hutan TNGL ditemukan sebanyak 38 jenis burung dengan nilai kepadatan 82,92 indha dan lokasi 3 areal agroforestri ditemukan sebanyak 41 jenis burung dengan nilai kepadatan 185 indha.Tingginya jumlah jenis burung dan nilai kepadatan burung pada lokasi 3 mungkin disebabkan oleh masih terdapat sumber pakan baik berupa buah maupun serangga yang berada di perkebunan kopi di lokasi ini. Secara keseluruhan didapatkan nilai kepadatan K dan kepadatan relatif KR tertinggi pada lokasi 1 adalah dari jenis Megalaima oorti Takur Bukit, yaitu K sebesar 9,58 indha dan KR sebesar 12,23, kemudian diikuti dari jenis Pycnonotus goiavierdengan nilai K = 8,33 indha dan KR = 10,63, Pycnonotussimplexdengan nilai K = 7,5 indha dan KR = 9,57, Cyanoptila cyanomelana dengan nilai K = 6,67 indha dan KR = 8,52, Dicrurus leucophaeus dengan nilai K = 4,58 indha dan KR = 5,85 dan Dicaeum trigonostigma dengan nilai K = 3,33 indha dan KR = 4,25. Kondisi habitat yang sesuai dan tersedianya pakan merupakan faktor yang mendukung tingginya nilai K dan KR Megalaima oorti di kawasan ini. Tersedianya buah ara yang merupakan makanan yang disukai oleh burung takur ini juga menjadi faktor utama. Menurut Mackinnon et al. 2010, bahwa Megalaima oorti masuk kedalam famili Capitonidae yang termasuk kedalam burung pemakan buah-buahan, biji dan bunga, terutama menyukai buah ara kecil. Hampir semua jenis takur mempunyai kebiasaan duduk diam untuk waktu yang lama di puncak pohon, mengeluarkan suara monoton yang keras dan berulang. Pada lokasi 2 nilai K serta nilai KR tertinggi yaitu dari jenis Megalaima oorti Takur Bukit, yaitu K = 9,58 indha dan KR = 11,55, diikuti Pycnonotus goiavier dengan nilai K = 7,08 indha dan KR= 8,54, Pycnonotus erythrophthalmos dengan nilai K = 6,67 indha dan KR = 8,04, Cyanoptila cyanomelana dengan nilai K = 5,83 indha dan KR = 7,03 dan Dicrurus leuchopaeus dengan nilai K = 4,17 dan KR = 5,03. Menurut Wiens 1992, bahwa ketersediaan makanan pada suatu habitat yang ditempati merupakan salah satu faktor utama bagi kehadiran dan kepadatan populasi burung. Selanjutnya dijelaskan bahwa kepadatan burung dan pergerakannya, terutama jenis burung pemakan buah frugivora sering berhubungan langsung dengan kelimpahan buah-buahan di suatu habitat. Ketika ketersediaan buah-buahan meningkat di suatu habitat, burung-burung akan berdatangan ketempat tersebut. Akan tetapi apabila ketersediaan buah-buahan menurun, burung-burung tersebut cenderung bergerak ke sepanjang hutan untuk mencari tempat baru dimana terdapat buah yang melimpah. Pada lokasi 3 yang merupakan areal agroforestri didapatkan nilai K dan KR tertinggi yaitu dari jenisLonchura punctulata dengan nilai K = 21,67 indha dan KR = 11,71 kemudian Pycnonotus goiavier dengan nilai K = 18,75 indha dan KR = 10,14 dan Pycnonotus simplex dengan nilai K = 14,17 indha dan KR = 7,66. Jenis-jenis ini sering ditemui pada areal tersebut karena mayoritas tumbuhan di areal ini adalah kopi yang merupakan sumber makanan bagi jenis- jenis burung pemakan buah, biji dan serangga. Menurut Mackinnon et al. 1992, bahwa kehadiran suatu jenis burung pada suatu kawasan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah suhu, kelembaban udara, ketersediaan sumber pakan, distribusi vegetasi dan jenis-jenis pohon yang disukai sebagai tempat bersarang dan beristirahat.Banyaknya individu yang dinyatakan persatuan luas hektar merupakan kepadatan, dengan nilai kepadatan relatif menunjukkan persentase jumlah individu dari semua jenis yang ada dalam komunitasnya Hernowo, 1989. Dari Tabel 2 juga diperoleh nilai Frekuensi Kehadiran FK tertinggi pada lokasi 1 yaitu Megalaima oorti dengan nilai FK sebesar 50, nilai tersebut menunjukkan bahwa jenis tersebut tergolong sering , kemudian Pycnonotus goiavier dan P. simplex dengan nilai FK masing-masing 33,33, Cyanoptila cyanomelana sebesar 26,67 dan Dicrurus leucophaeus dengan nilai FK = 23,33. Pada lokasi 2 nilai FK tertinggi yaitu dari jenis Megalaima oorti sebesar 56,67. Angka ini menunjukkan bahwa frekuensi kehadirannya tergolong sering ditemukan pada setiap titik pengamatan.Untuk lokasi 3 nilai FK tertinggi yaitu dari jenis Pycnonotus goiaviersebesar 60, kemudian Pycnonotus simplex 50. Menurut Partasasmita 2003 Kehadiran suatu burung pada habitat tertentu, diduga merupakan hasil seleksi. Ketika burung-burung tersebut merasa cocok dengan habitat tersebut maka habitat tersebut akan terus didiaminya, sehingga pada akhirnya ikut mempengaruhi perilaku burung tersebut sebagai hasil adaptasi terhadap habitatnya. 4.3. Indeks Keanekaragaman Jenis H’, Indeks Equitabilitas E dan Indeks Similaritas IS Burung Di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Nilai Indeks Keanekaragaman H’, Indeks Equitabilitas E dan Indeks Similaritas IS jenis-jenis burung yang didapatkan dari data-data hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan cukup bervariasi, seperti terlihat pada Tabel 3. Tabel 3.Areal Pengamatan, Indeks Keanekaragaman Jenis H’ dan Indeks Equitabilitas E Jenis Burung Di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Lokasi H’ E 1 3,16 0,89 2 3,25 0,89 3 3,29 0,89 Keterangan : 1 = Areal Perbatasan, 2 = Hutan TNGL, 3 = Agroforestri Berdasarkan Tabel 3dapat dilihat nilai indeks keanekaragaman jenis H’ burung di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara tergolong tinggi.Hal ini mungkin dipengaruhi oleh kondisi hutan yang masih baik dan mendukung kebutuhan burung untuk mencari makan, bersarang dan tempat bermain.Nilai H’tertinggi terdapat pada areal agroforestri dengan nilai 3,29. Sedangkan nilai H’ terendah yaitu pada areal perbatasan dengan nilai 3,16.Hal ini mungkin dipengaruhi oleh ketersediaan pakan yang tinggi pada daerah agroforestri, sedangkan pada areal perbatasan ketersediaan pakan mulai sedikit. Keanekaragaman jenis burung berbeda pada setiap tempat, tergantung kondisi lingkungan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.Daerah pemukiman dan pegunungan akan memiliki kondisi lingkungan yang berbeda. Sajithiran et al. 2004 menyatakan bahwa keragaman spesies burung merupakan sesuatu refleksi dari bermacam-macam habitat dan kondisi iklim yang mampu mendukungnya.Menurut Krebs 1978, ada enam faktor yang saling berkaitan yang menentukan naik turunnya keragaman jenis suatu komunitas, yaitu waktu, heterogenitas ruang, persaingan, pemangsaan, kestabilan lingkungan dan produktivitas. Menurut Johnsing Joshua 1994 kekayaan spesies dan struktur komunitas burung berbeda dari satu wilayah dengan wilayah lainnya.Fachrul 2007 menambahkan keanekaan spesies di suatu wilayah ditentukan oleh ukuran luas habitat.Semakin luas habitatnya, cenderung semakin tinggi keanekaan jenis burungnya. Struktur dan keanekaragaman jenis vegetasi mempengaruhi keanekaan jenis burung di suatu wilayah.Di daerah yang keanekaan jenis tumbuhannya tinggi maka keanekaragaman jenis hewannya termasuk burung juga tinggi.Hal ini disebabkan oleh setiap jenis hewan hidupnya bergantung pada sekelompok jenis tumbuhan tertentu. Sedangkan untuk nilai equitabilitas E pada tiga lokasi diatas memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 0,89. Nilai tersebut menunjukkan bahwa keseragaman jenis burung pada kawasan ini cukup merata. Menurut Krebs 1985, nilai keseragaman berkisar antara 0-1. Nilai keseragaman 1 menunjukkan pembagian individu pada masing-masing jenis sangat seragam atau merata.Sebaliknya, jika nilai keseragaman semakin kecil maka keseragaman suatu populasi juga semakin tidak merata.Indeks kemerataan jenis E dipengaruhi oleh besarnya nilai keanekaragaman suatu jenis dan jumlah seluruh jenis.Artinya semakin tinggi nilai kelimpahan jenis maka penyebaran suatu jenis semakin merata dalam suatu kawasan tersebut, begitu pula sebaliknya Syahadat et al., 2015. Keragamanjenis mencakup kekayaan jenis dan equitabilitas individu di dalam suatu komunitas. Kekayaan jenis tergantung pada predasi, kompetisi sesama jenis atau intraspesies, suksesi dalam komunitas, dan keterancaman. Nilai equitabilitas yang sama mungkin disebabkan sumber pakan cukup bervariasi, masing-masing sudah spesifik, tidak saling berkompetisi dan sumber pakan berlimpah sehingga dapat dimanfaatkan sepenuhnya dengan baik Widodo, 2009. Dari hasil analisis data yang telah dilakukan didapatkan nilai indeks kesamaan jenis ISsebagai berikut. Tabel 4.Indeks Similaritas IS Burung di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Lokasi Indeks Similaritas 1 2 3 1 - 35,61 34,21 2 - - 35,44 3 - - - Keterangan : 1 = Areal Perbatasan, 2 = Hutan TNGL, 3 = Agroforestri Dari Tabel 4dapat dilihat bahwa lokasi 1 dan 2 memiliki tingkat kesamaan jenis burung sebesar 35,61, nilai IS untuk lokasi 1 dan 3 sebesar 34,21 dan nilai IS untuk lokasi 2 dan 3 sebesar 35,44.Nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesamaan jenis burung pada ketiga lokasi tergolong tidak mirip. Kesamaan habitat yang dimiliki tersebut menjadikan kesamaan jenis burung yang ditemukan cukup tinggi dibandingkan dengan nilai IS lainnya. Bibby et al. 2000 menyatakan bahwa keberadaan jenis dan penyebaran distribusi burung sangat ditentukan oleh kondisi habitat.

4.4. Pengelompokan Jenis-Jenis Burung kedalam Guild Berdasarkan Jenis Makanan.

Pengelompokan jenis-jenis burung yang didapatkan kedalam Guildberdasarkan jenis makanan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5.Pengelompokan Jenis-Jenis Burung kedalam Guild Berdasarkan Jenis Makanan. Jenis Makanan Spesies Pemakan Buah Frugivora Aceros undulates Buceros bicornis 3,75 B. rhinoceros Pemakan Serangga Insektivora Collocalia esculenta C. fuciphaga C. maxima Ducula badia Cacomantis merulinus Cacomantis sonneratii Phaenicophaeus tristis Dicrurus aeneus D. leucophaeus D. macrocercus D. paradiceus D. remifer Delichon dasypus Motacilla cinerea Culicicapa ceylonensis Cyanoptila cyanomelana Ficedula mugimaki Muscicapa dauurica Niltava grandis 47,5 Rhipidura albicolis Abroscopus superciliaris Cettia vicania Orthotomus atrogularis O. sericeus Prinia atrogularis P. familiaris P. flaviventris Garullax lugubris G. palliates Brachypteryx leucophrys Cochoa beccarii Copsychus saularis Turdus obscures Zoothera sibirica Zosterops palpebrosus Lanjutan Tabel 5. Jenis Makanan Spesies Celeus brachyurus Dinopium javanense D. rafflesi Pemakan Serangga dan Buah PSB Artamus leucorhynchus Pericrocotus divaricatus Chloropsis cyanopogon C. sonnerati Cissa chinensis Dicaeum ignipectus D. Trigonostigma Alophoixus bres Pycnonotus atriceps P. aurigaster P. bimaculatus 28,75 P. brunneus P. erytrhrophthalmos P. goiavier P. leucogrammicus P. simplex Calorhamphus fuliginosus Megalaima australis M. chrysopogon M. oorti M. raflesii Psilopogon pyrolopus Harpactes oreskios Pemakan Serangga dan Nektar PSN Anthreptes malacensis Arachnothera robusta 3,75 Nectarinia jugularis Pemakan Ikan dan Serangga PIS Centropus sinensis Halcyon smyrnensis Lacedo Pulchella 6,25 Lanius cristatus L. schach Pemakan Biji PI Geopelia striata Macropygia ruficeps Streptopelia chinensis Rhizothera longirostris 10 Polyplectron chalcurum Lonchura punctulata L. striata Passer montanus Dari Tabel 5 diketahui bahwa burung yang mendominasi di Kawasan Penelitian adalah jenis burung pemakan serangga Insektivora sebesar 47,5 kemudian diikuti oleh jenis burung pemakan serangga dan buah PSB sebesar 28,75, burung pemakan biji PI sebesar 10, burung pemakan ikan dan serangga PIS sebesar 10, burung pemakan serangga dan nektar PSN sebesar 3,75 dan burung pemakan buah Frugivora sebesar 3,75. Dominasi kelompok pemakan serangga sangat umum dijumpai pada komunitas burung di daerah hutan.Hal ini disebabkan oleh masih baiknya kondisi hutan tersebut sehingga masih banyak ditemukan berbagai serangga yang menjadi sumber makanan bagi burung. Menurut Wilson et al., 2008, sebagian besar spesies burung yang mendiami hutan memang merupakan pemakan serangga sebagai salah satu alternatif sumber pakannya.lokasi mencari makan pada burung biasanyadipilih berdasarkan perbedaan bentuk dan ukuran tubuhsetiap jenis serta makanan yang disukai Elfidasari Junardi, 2005. 4.5. Jenis-Jenis Burung yang Mendominasi dan Paling Banyak diburu Berdasarkan Hasil Wawancara Masyarakat di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utarabahwa jenis burung yang mendominasi di kawasan ini yaitu dari jenis Takur, Srigunting, Rangkong, Pelatuk, Balam dan Merbah.Sedangkan jenis burung yang paling banyak diburu yaitu dari jenis Cicadaun, Balam, Kutilang, Murai dan Puyuh.Para pemburu umumnya masuk melalui daerah Deleng Payung. Burung Cicadaun, Kutilang dan Murai diburu karena memilikikicauan khas dan suara merdu sehingga menarik minat penduduk lokal maupun penduduk dari luar daerah untuk memburu burung- burung tersebut. Sedangkan untuk burung Balam dan Puyuh biasanya hanya dikonsumsi. Berbagai cara dilakukan untuk mendapatkan burung tersebut, mulai dari memasang alat pemikat, menggunakan getah, jaring maupun senapan angin. Selain untuk dijual, burung-burung tersebut juga dipelihara dan dikonsumsi. 4.6. Status Jenis-jenis Burung yang DidapatDi Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Dari data yang diperoleh di lapangan, terdapat 11 jenis burung yang statusnya dilindungi di Indonesia PP No. 7 Tahun 1999. Dua diantaranya juga tergolong burung yang mendekati terancam punah menurut IUCN Red List Data Book 2007 yaitu Rangkong Papan Buceros bicornis dan Rangkong Badak Buceros rhinoceros. Rangkong Papan Buceros bicornis juga termasuk kedalam Appendix I – CITES yang berarti spesies ini termasuk kelompok yang terancam kepunahannya sehingga dilarang memperjualbelikan spesies ini. Status jenis-jenis burung yang didapat pada Desa Telagah TNGL dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6.Status Jenis-jenis Burung yang Didapat Pada Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara. No. Nama Latin Nama Lokal Status Perlindungan PP IUCN CITES 1. Halcyon smyrnensis Cekakak Belukar DL - - 2. Lacedo Pulchella Cekakak Batu DL - - 3. Aceros undulates Julang Emas DL - App.II 4. Buceros bicornis Rangkong Papan DL NT App.I 5. Buceros rhinoceros Rangkong Badak DL NT - 6. Rhizothera longirostris Puyuh Siul-selanting - NT - 7. Chloropsis cyanopogon Cicadaun Kecil - NT - 8. Ictinaetus malayensis Elang Hitam DL - App.II 9. Spizaetus cirrhatus Elang Brontok DL - App.II 10. Anthreptes malacensis Burungmadu Kelapa DL - - 11. Arachnothera robusta Pijantung Besar DL - - 12. Nectarinia jugularis Burungmadu Sriganti DL - - 13. Cochoa beccarii Ciungmungkal Sumatera - VU - 14. Megalaima raflesii Takur tutut - NT - 15. Dinopium rafflesi Pelatuk Raffles - NT - 16. Harpactes oreskios Luntur Harimau DL - - Keterangan : DL = Dilindungi, NT = Mendekati Terancam Punah, VU = Rentan, App.I = semua jenis yang terancam punah dan berdampak apabila diperdagangkan, App.II = jenis yang statusnya belum terancam tetapi akan terancam punah apabila dieksploitasi berlebihan.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai keanekaragaman burung di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara dapat disimpulkan bahwa : a. Ditemukan sebanyak 82 jenis burung yang tergolong dalam 9 ordo dan 28 famili. Pada lokasi 1 lokasi perbatasan ditemukan sebanyak 35 jenis burung dengan K = 78,33 indha, lokasi 2 hutan TNGL ditemukan sebanyak 38 jenis burung dengan K = 82,92 indha dan pada lokasi 3 agroforestri ditemukan sebanyak 41 jenis burung dengan K = 185 indha. b. Kepadatan K dan Kepadatan Relatif KR tertinggi pada lokasi 1 yaitu Megalaima oorti dengan nilai K= 9,58 indha dan KR= 12,23, pada lokasi 2 nilai K dan KR tertinggi yaitu dari jenis Megalaima oorti dengan nilai K= 9,58 indha dan KR= 11,55 dan pada lokasi 3 nilai K dan KR tertinggi dari jenis Lonchura punctulata dengan nilai K= 21,67 indha dan KR= 11,71. Frekuensi Kehadiran FK tertinggi pada lokasi 1 dan 2 yaitu dari jenis Megalaima oorti dengan nilai FK masing-masing sebesar 50 dan 56,67. Sedangkan untuk lokasi 3 nilai FK tertinggi yaitu dari jenis Pycnonotus goiavier dengan nilai FK sebesar 60. c. Nilai indeks keanekaragaman jenis H’ burung tertinggi di kawasan ini terdapat pada Lokasi 3 agroforestri sebesar 3,29 dan nilai H’ terendah pada lokasi 1 lokasi perbatasan sebesar 3,16. Indeks equitabilitas E pada lokasi 1, 2 dan 3 sebesar 0,89. Untuk nilai indeks similaritas IS tertinggi terdapat pada lokasi 1 dan 2 sebesar 35,61 dan nilai IS terendah terdapat pada lokasi 1 dan 3 sebesar 34,21.

5.2. Saran