JATIDIRI MASYARAKAT MELAYU SERDANG DALAM TRADISI

BAB IV JATIDIRI MASYARAKAT MELAYU SERDANG DALAM TRADISI

BELADIRI SILAT LINTAU 4.1 Sejarah Ringkas Dan Wilayah Penyebarannya 4.1.1 Sejarah Ringkas Sinar dan Syaifuddin 2004:29 mengungkapkan bahwa Kedatukan Batang Kuis merupakan bagian dari wilayah dan kekuasaan Kesultanan Serdang. Di wilayah Kedatukan Batang Kuis terdapat luhak-luhak Lurah, kampung, dusun, dan lorong. Terdapatnya sebuah Kedatukan, dalam sistem ketatanegaraan atau sistem beraja Melayu sama dengan kerajaan kecil dalam sebuah kesultanan. Datuk berkuasa penuh atas kemaslahatan rakyatnya, apalagi kelangsungan adat resamnya, datuklah yang bertanggungjawab. Dalam ungkapan Melayu dinyatakan bahwa “ rakyat bagai akar, datuk pohonnya”. Maknanya seorang datuk harus arif dan bijaksana atas adat masyarakatnya. Sultan serta rakyat akan murka bila datuk mengeyampingkan adat dalam kebijakannya. Dalam Kesultanan Serdang, tepatnya pada kedatukan Batang Kuis hingga kini masyarakatnya masih menghormati datuk yang dikukuhkan oleh sultan. Tugas datuk menjalankan mandat sultan, yaitu untuk memimpin kelompok-kelompok kecil dalam susunan masyarakat tersebut. Selain itu, ia harus mampu menjaga kelangsungan aspek-aspek adat, seperti kesenian, sastra, dan ritual-ritual yang ada di dalam masyarakatnya, termasuklah tradisi bela diri Silat Lintau. Universitas Sumatera Utara Dalam masyarakat Melayu di Kedatukan Batang Kuis, menurut informan bernama Khairan silat dapat diartikan silaturrahmi, sedangkan raganya dapat diartikan sebagai mencari lawan. Manakala jiwanya mencari teman. Menurut informan silat diperkirakan menyebar di nusantara semenjak abad ke-7 masehi. Akan tetapi asal mulanya belum dapat dipastikan. Meskipun demikian, silat saat ini telah diakui sebagai budaya tradsi Melayu dalam pengertian yang luas. Menurut Khairan yang akrab dipanggil Siteng, Sejarah silat wujud juga di daerah Minangkabau, khususnya di desa Lintau Kabupaten Tanah Datar. Mereka memberi arti Silat silek Lintau adalah suatu teknikseni beladiri yang dimiliki oleh masyarakat yang telah diwariskan sejak turun-temurun. Dikarenakan sifat orang Minagkabau yang suka merantau, dengan sendirinya membuat Silek Lintau bisa berkembang. Sebagian pendapat keadaan di atas yang membuat seni Silek Lintau berkembang sampai di Kesultanan Serdang. 4.1.2 Wilayah Penyebaran Di kesultanan Serdang sendiri Silat Lintau pertama datang dari daerah pesisir, yaitu pesisir Pantai Labu dan Pantai Cermin dibawa oleh para perantau, mushafir, dan pedagang. Silat atau ‘silek’ diciptakan oleh Datuk Suri Diraja dari Pariangan, Tanah Datar, di kaki Gunung Marapi pada abad XI. Penuturan informan bernama Khairan yang merupakan seorang guru Silat Lintau di desa Batang Kuis Pekan, Kecamatan Batang Kuis mengatakan bahwa Silat Lintau dibawa oleh Syekh Batu Mandi, dari Minangkabau, di wilayah kaki gunung Merapi sebelum masa kolonial penjajahan Belanda. Penyebarannya melalui pedagang yang merantau hingga ke tanah Melayu, lalu Silat Lintau digunakan sebagai bela diri oleh masyarakat dan disebarkan pada Universitas Sumatera Utara orang-orang yang berada di Kesultanan Serdang di Kedatukan Batang Kuis. Saat itu Silat Lintau digunakan oleh para pedagang dan mushafir yang merantau untuk mempertahankan diri dari pembajak dan perampok kampung. Seiring perkembangan waktu penyebaran terjadi karena para perantau tersebut menetap dan menikah pada masyarakat yang berada di Serdang. 4.2 Guru Dan Pewaris 4.2.1 Guru Daud 2001 menyatakan bahwa istilah guru dalam budaya masyarakat Melayu seseorang yang mempunyai keahlian tentang sesuatu dan berjiwa sosial terhadap masyarakatnya. Sebagian masyarakat menafsirkan bahwa guru orang yang mempunyai kekuatan supranatural atau seseorang yang mempunyai kekuatan gaib atau mistik. Terkadang ia dapat juga disebut pawang atau orang pintar. Dalam bela diri Silat Lintau istilah guru hampir sama artinya seperti hal tersebut di atas. Seorang informan yang bernama Khairan menuturkan, bahwasanya dalam mempelajari Silat Lintau awal sekali harus ditenungkan oleh seorang guru. Hal ini, guru terlebih dahulu memahami sifat dan niat si murid yang akan mendapat pelajaran atau akan dilatih. 1 Selanjutnya seorang itu di bimbing oleh guru secara bertahap. Ini dilakukan karena hal-hal tertentu sang murid dapat saja berpindah-pindah sebelum menuntaskan pembelajaran. Namun, apabila sang murid dapat menyelesaikan pembelajaran dengan baik atau tidak berpindah ke daerah lain, ia akan diberi mandat menjadi penerus atau besar kemungkinan ia menjadi guru. 1 Khairan, 2014, Desa Pekan, Batang Kuis, Senin, 10 Februari Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pengakuan seorang informan bernama Siteng, Guru pertama ialah Ok Habibbullah 1921-2001. Ia saudara dari Ok Khairil adalah murid pertama Silat Lintau di Batang Kuisi. Selain itu tercatat sebagai Nazir pengurus sekaligus Imam di Masjid Jamik, serupa dengan Imam Atok Ojang 1934-2009 yang merupakan guru Silat Lintau. Mereka juga merupakan Imam Mesjid Jamik di Kampung Niaga Batang Kuis. Manakala guru ke tiga informan adalah Atok Akhiruddin atau Atok Jenggot 1932-2010. Beliau seorang veteran militer yang berjuang di daerah Serdang. 2 Menurut informan bernama Bateh Atok Akhiruddin pernah mendapat piagam penghargaan dari presiden Republik Indonesia Kedua, yaitu Soeharto sebagai pahlawan perang. Melalui anaknya Atok Jenggot memberikan pisau belati tanda turunnya mandat guru kepada informan, beliau memiliki rumah keluarga dan berdomisili di Kampung Niaga. 3 4.2.2 Pewaris Menurut Yusmar 2006 istilah pewaris dalam budaya Melayu sama dengan murid. Dengan kata lain berpengertian seorang yang menerima dan belajar tentang sesuatu, seperti belajar tentang bela diri dan melakukan hentakan di dalam menari pada peristiwa adat ritual. Menurut informan bernama Wanda yang juga merupakan keponakan Siteng, pewaris atau murid dalam bela diri Silat Lintau akan di tempah secara lahir dan batin. Penempaan ini melalui proses pelatihan yang diajarkan oleh Guru. Mulai 2 Andak Khairan, 2014, Desa Pekan Kec. Batang Kuis, Senin, 10 Februari 3 Bateh, 2014, Percakapan di warung, Kampung Niaga Kec. Batang Kuis, selasa, 11 Februari Universitas Sumatera Utara dari syarat hingga aturan-aturan perguruan yang diberikan untuk menjadi seorang pesilat. Peraturan ini semata-mata bukan atas kehendak Guru. Namun, sudah ada sejak Silat Lintau di bawa dan disebarkan. 4 Sejak awal murid harus memahami latar pelaksanaan dan penggunaan Silat Lintau. Ini disampaikan agar segala kemampuan yang didapat tidak digunakan kepada hal-hal yang menzalimi makhluk Allah. Murid harus dapat mengartikan mengapa setiap pemula harus berada di dalam rumah panggung hal itu merupakan syarat pertama. Menurut informan yang bernama Siteng selaku guru yang pernah mengajarkan Silat Lintau, syarat untuk mempelajari Silat Lintau ialah, membawa sebilah pisau belati bergagang kayu bersarungkan kulit, piring batu cekung berbentuk mangkuk berwarna putih tanpa motif satu buah, kain sarung putih setinggi badan sang murid, lalu guru akan berpesan pada khalayak yang ingin belajar Silat Lintau, pertama-tama Silat Lintau bukanlah di pakai untuk melawan atau durhaka kepada Allah dan kedua orang tua, melawan guru, sesama murid Silat Lintau, mencari masalah, menjual, atau memulai perkelahian. Dalam arti sempit hanya membeli ketika ada yang memulai untuk bertarung, setelah pesan dan amanat tersebut di sampaikan barulah di mulai latihan Silat Lintau dengan kuda-kuda awalan duduk. Menurut Khairan, ia sendiri pernah menjadi guru dan melatih sekitar 15 orang di Desa Batang Kuis Pekan dan halaman rumahnya sendiri sebagai tempat berlatih. Hingga saat ini beliau tidak lagi melatih karena kesibukan dalam bekerja. Salah satu dari murid yang diajarkannya ialah Muni Syarah, anak perempuan 4 Wanda, 2014, Desa Telaga Sari, Kuala Namo, Sabtu, 15 Februari Universitas Sumatera Utara berusia 14 tahun nomor dua dari empat bersaudara. Muni satu-satunya anak dari informan yang belajar Silat Lintau padanya. Muni sudah sampai tahap turun gelanggang dan pernah mengisi acara di acara pernikahan kakak sepupunya, namun karena guru sudah berhenti mengajar sejak 3 tahun lalu Muni pun sudah mulai lupa dengan jurus dan gerakan-gerakan Silat Lintau tersebut. Selain Muni ada Agam keponakan informan yang berusia 16 tahun, Agam juga mahir hingga tahap turun gelanggang, dia juga sebagai lawan tanding saat mengisi acara pernikahan kakak sepupunnya. 5 4.3 Tahap dan Syarat Pelaksanaan 4.3.1 Tahap Taib Osman 1998 menyatakan dalam pendekatan antropologi, khususnya dalam konteks kajian sastra perilaku penahapan pada aspek ritual dimulai dengan gerak-gerak awal yang disebut tahap pembuka. Lalu dikuti dengan tahap penghormatan dan isiinti pelaksanaan sehingga penutup. Keseluruhan tahap ini masing-masing mempunyai arti dan makna. Dalam Silat Lintau diawali dengan tahap pembuka, yaitu melengkapi syarat dan penyerahannya. Ini dilakukan oleh pelaku Silat Lintau dan guru disaksikan oleh khalayak dari pelaksanaan Silat Lintau di suatu wilayah atau tempat. Selanjutnya sipelaku menunjukkan teknik dan gerak-gerak yang digunakan, sekaligus diperagakan. Dalam pelaksanaan atau tahap ini disaksikan oleh khalayaknya, sedangkan guru mengawasi setiap gerak yang diperagakan oleh si pelaku. 5 Percakapan dengan Muni dan Agam, 2014, Desa Pekan Kec. Batang Kuis, Sabtu, 8 Februari Universitas Sumatera Utara Pada tahap ini dimulai dengan peragaankan teknik posisi duduk. Jurus-jurus pada tahap ini terdiri atas Lima jenis yang diiringi dengan pukulan dan elakan. Kelima jenis pukulan, yaitu ; bermula dari hormat, tumbuk, simbor, tetak, dan cucuk. Kelima gerak itu dapat dilihat pada gambar sebagai berikut: i Hormat Universitas Sumatera Utara ii Tumbuk iii Simbor Universitas Sumatera Utara iv Tetak v Cucuk Universitas Sumatera Utara Jenis elak juga terbagi menjadi empat bagian, yaitu ; elak untuk tumbuk, elak untuk simbor, elak untuk tetak, dan elak untuk cucuk. Hal itu dapat dilihat pada gambar sebagai berikut; Keempat gerak itu dapat dilihat pada gambar sebagai berikut: i Elakan untuk tumbuk ii Elakan untuk simbor Universitas Sumatera Utara iii Elakan untuk tetak iv Elakan untuk cucuk Universitas Sumatera Utara Pada keempat jenis elakan atau tangkisan tersebut masing-masing menimbulkan pukulan sebagai serangan balik, Keempat gerak itu dapat dilihat pada gambar sebagai berikut: i Serangan balik pada tumbuk ii Serangang balik pada simbor Universitas Sumatera Utara iii Serangan balik pada tetak iv Serangan balik pada cucuk Universitas Sumatera Utara Elakan maupun tangkisan dapat berupa serangan yang menggunakan belati atau tangan kosong maupun kombinasi keduanya, contoh ketika serangan cucuk datang dengan menggunakan pisau teknik mengelak agar tidak tertusuk ialah menepis ke arah berlawanan dari datangnya pisau, misal pisau dengan tangan kanan harus di tepis dengan tangan kiri guna menjauhkan dari badan atau sasaran lainnya. Jika serangan datang dari kanan dan kita menepis dengan tangan kanan sudah jelas pisau akan mengenai tangan, lalu menangkap tangan tersebut ke depan memanfaatkan tenaga dorongan dari pisau yang datang dan memakan wajah musuh dengan siku kiri, tahap menangkis tersebut merupakan salah satu dari empat jenis tangkisan dalam penggunaan Silat Lintau. Mempelajari empat pukulan dan empat tangkisan tersebut memiliki total jumlah 16 pecahan 4x4 jurus tangkisan serta pukulan tersebut masih berada dalam rumah panggung dan merupakan tahap dengan kuda-kuda duduk hingga sampai mahir dan hendak berdiri atau ‘tegak setengah’ yang hendak mengantarkan murid kepada turun tanah atau disebut turun gelanggang. Penguasaan Silat Lintau yang diajarkan tergantung penilaian guru, yang akan menentukan murid layak turun gelanggang atau tidak. Jika sudah layak turun tanah akan ada syarat yang di ajukan guru kepada murid, yaitu berupa ayam jantan yang belum pernah kawin dan pulut kuning beserta intinya. Dalam hal ini akan ada ujian yang sebenarnya sebagai kesungguhan hati sang murid dalam mempelajari Silat Lintau, akan ada usahanya untuk menjaga dan merawat ayam jantan tersebut, bertanggung jawab agar tidak kawin sebagai syarat turun gelanggang demi mempelajari Silat Lintau. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya ayam tersebut akan dipanggangdibakar dihidangkan bersama pulut untuk disantap bersama-sama dengan para ulama, sesepuh-sesepuh kampung, kepala desa, luhak-luhak lurah. Datuk dan alim ulama sebagai peresmian murid sudah turun gelanggang. Sebelum hidangan disantap bersama terlebih dahulu didoakan atas nama murid yang akan di nobatkan untuk turun gelanggang tersebut dengan di saksikan oleh pemuka adat yang hadir. Setelah peresmian tersebut usai kemudian tulang-belulang ayam tersebut dibungkus pada selembar kain putih dan daun tepuk tawar dikubur di tengah-tengah gelanggang tempat murid akan berlatih kelak dengan tujuan disanalah akan menjadi tempat menyelesaikan penguasaan Silat Lintau, selain itu dalam peraturan Silat Lintau tidak di perkenankan saling berkelahi sesama murid dan teman menggunakan Silat Lintau untuk melawan guru dan orang tua. Selain untuk melindungi, maka persatuan dan kesatuan merupakan hal yang dijunjung tinggi oleh Silat Lintau, agar dapat bekerja sama, bertujuan agar sesama murid tidak saling bermusuhan, ini seperti pulut yang bermakna banyak Namun, tetap bersatu merupakan perlambangan dari pulut yang dihidangkan pada peresmian turun gelanggang. Mulai dari selesainya acara dan persyaratan turun tanahgelanggang akan di ajarkan pula teknik langkah satu papan, yang di maksud langkah satu papan adalah melangkah secara dinamis namun bukan langkah mati, dan tidak membuka kaki dari depan tetapi dari samping sebab memungkinkan musuh untuk menyerang pada sasaran kemaluan, langkah satu papan adalah melangkah ke dapan atau ke belakang dalam satu jalur vertikal, tidak melebar ke sebelah kiri atau kanan. Universitas Sumatera Utara Apabila berpindah atau memungkinkan perpindahan jalur karena pertarungan, langkah satu papan tetap di pertahankan dengan memperhatikan langkah maju dan langkah mundur tanpa harus berputar dan menyerong pada sisi lawan, maka dari itu keseimbangan sangat di butuhkan untuk menguasai teknik langkah satu papan. Tujuan langkah satu papan sendiri adalah untuk menjaga pergerakan lawan yang maju mundur sesuai dengan irama pertarungan, apabila lawan melangkah mundur maka langkah maju harus di ambil untuk mendekat, begitu juga sebaliknya, sebab dalam Silat Lintau jarak harus tetap dekat atau rapat sebab kedekatan itulah yang dimanfaatkan untuk menyerang balik ataupun menangkis. i Hormat pembuka Universitas Sumatera Utara ii Langkah satu papan dalam gerak pukulan iii Mundur selangkah dengan tangkisan Universitas Sumatera Utara Kaki melangkah ke belakang iv Langkah mundur dan persiapan serangan balik Universitas Sumatera Utara v Langkah maju bersiap menangkap vi Langkah maju satu papan bersiap menyerang Universitas Sumatera Utara vii Serangan balik dengan langkah maju satu papan viii Hormat penutup Universitas Sumatera Utara 4.3.2 Syarat Syaifuddin 2005 menyatakan syarat adalah bagian tertentu yang melengkapi perlakuan adat, seperti dalam pelaksanaan ritual pada pembuka dilapalkan ayat- ayat suci. Syarat dalam budaya Melayu dapat diklasifikasikan penyampaian teks untuk dihapal, benda keras, tumbuhan, hewan, dan benda lain, seperti air, dan kain. Dalam Silat Lintau guru akan meminta murid membawa persyaratan berupa : i. Teks ; Menghafal ayat Al-fatiha dan pujian-pujian terhadap peneroka kampong ketua adat, alim ulama, dan tokoh-tokoh adat lainnya serta kepada datuk dan orang-orang besar istana. ii. Benda keras, yaitu ; Pisau belati berdiameter kira-kira : panjang 15 cm, lebar 4 cm, ketebalan 5 mm, bergagang kayu, sarung kulit atau kayu. Universitas Sumatera Utara Piring batu cekung berbentuk mangkuk berwarna putih tanpa motif, berdiameter lingkar 30cm, ketebalan 1-2cm, satu buah. iii. Hewan, yaitu ; Ayam jantan muda berumur kira-kira 4-6 bulan, belum kawin sebanyak satu ekor. Universitas Sumatera Utara iv. Tumbuhan, yaitu ; Penguburan tulang-belulang ayam di balut oleh daun tepuk tawar lalu kain putih, daun tepuk tawar tersebut terdiri dari ; daun setawar, daun sedingin, daun ganda rasa, daun hati-hati, daun sipulih, daun samban, dan daun juang. v. Benda lain ; Kain berwarna Putih setinggi badan murid yang hendak belajar Silat Lintau, berupa kain sarung putih polos tanpa motif. Universitas Sumatera Utara Pulut Kuning sesuai dengan jumlah hadirin acara peresmian turun gelanggang, atau sesuai bobot ayam jantan tersebut. Baju Teluk Belanga beserta celana panjang, baju kerah berdiri setengah leher seperti baju koko cina, berkancing emas memiliki rantai berpasangan dengan celana panjang dengan bahan yang sama, warna yang melambangkan Etnisitas Melayu biasanya adalah ; kuning, Hitam, dan hijau muda. Universitas Sumatera Utara Kain Songket atau tenun Songket, berbentuk kain sarung memiliki ornamen- ornamen Khas Melayu, berwarna cerah seperti kuning, merah dan emas. Peci atau Tengkulok, biasanya tengkulok hanya dipakai oleh panglima perang untuk mengawal raja, atau dalam situasi peperangan dan di dalam kerajaan, sedangkan peci sering dipakai untuk sehari-hari. Universitas Sumatera Utara Peci Tengkulok Universitas Sumatera Utara 4.4 Makna Teks Dan Konteks 4.4.1 Makna Teks Luxemburg, 1992:86 mendefinisikan teks sebagai ungkapan terhadap sesuatu, terkemas dalam sistem ketatabahasan bahasa sebagaimana keperluannya. Biasa isi teks di dalam ritual atau persitiwa budaya berbeda dengan bahasa formal. Hal ini karena isi teks dalam peristiwa budaya berkaitan dengan mistik atau bersifat supranatural dan penuturnya juga terkhusus. Berdasarkan pendapat tersebut, setidaknya terdapat tiga peristiwa yang harus diperhatiakan dalam sebuah teks, yaitu: simantik, pragmatik, dan sintaksis. Isi sangat berkaitan dengan konten dari sebuah teks. Teks yang baik harus mengungkapkan gagasan-gagasan atau gambaran-gambaran yang terdapat dalam makna teks. Gagasan-gasasan atau gambaran-gambaran tersebut dituangkan dalam bentuk bahasa yang menunjukan maksud dan tujuan, lazimnya dalam Silat Lintau terdapat ritual turun gelanggang yang menunjukan gagasan-gagasannya secara eksplisit maupun implisit dalam menunjukkan isi sebagai pesan yang disampaikan dalam teks. Pragmatik berkaitan dengan situasi atau keadaan teks yang digunakan dalam keadaan tertentu. Dalam Silat Lintau doa yang dibacakan saat turun gelanggang merupakan bahasa pragmatik yang bertalian dengan bagaimana bahasa dipergunakan dalam suatu konteks dalam situasi tersendiri, teks merupakan suatu kesatuan bilamana ungkapan bahasa oleh para peserta komunikasi dialami sebagai suatu kesatuan yang bulat. Universitas Sumatera Utara Lebih lanjut dikatakannya bahwa pragmatik merupakan ilmu mengenai perbuatan yang kita lakukan bilamana bahasa dipergunakan dalam suatu konteks tertentu. Ungkapkan doa Silat Lintau tersebut sebagai teks, yang di bacakan saat berhajat, itu bermakna bahwa doa arwah hanya bisa di bacakan dengan melihat kondisi dan situasi saat terjadinya ritual turun gelanggang. Lalu Sintaksis dalam tata bahasa diartikan sebagai sesuatu berkaitan dengan tata kalimat. Secara sintaksis sebuah teks harus memperlihatkan pertautan. Pertautan itu akan tampak apabila unsur-unsur dalam tatabahasa yang berfungsi sebagai penunjuk konjungsi secara konsisten dipergunakan. Dalam hal ini dapat kita simak melalui teks pada doa arwah yang terdapat dalam Silat Lintau. Silat Lintau memiliki doa-doa yang di panjatkan kepada para nabi, para sesepuh, pendahulu Silat Lintau yang sudah berpulang dan kepada yang berhajat untuk memohon keselamatan, contoh pada ritual pembuka turun gelanggang ada di bacakan surat Al-fatiha pertama yang ditujukan untuk nabi Muhammad SAW, Al- fatiha ke dua untuk para leluhur dan pendahulu Silat Lintau, Al-fatiha ke tiga di tujukan untuk yang berhajat, tujuan membaca Al-fatiha dalam ajaran Islam adalah sebagai puji-pujian dan meminta petunjuk kepada sang pencipta. Menurut penuturan Informan yang bernama Khairan, surat Al-Fatiha memiliki Keunggulan tersendiri ketimbang surat-surat yang lain, alasan mengapa surat ini dibacakan terlebih dulu ialah, dalam ajaran agama islam, dalam kitab suci Al-Quran surat Al-Fatiha sebagai surat yang di tempatkan di awal kitab arti dari Al- Fatiha juga bermakna ‘pembuka’ yang berarti surat pembuka dari surat-surat yang lain. Lalu dalam Silat Lintau surat Al-Fatiha ada lah Fa’edah kepada pendahulu Silat Universitas Sumatera Utara Lintau sebagai penghargaan, kepada yang berhajat sebagai mengenal diri dan mengenal Allah. 6 Arti Al-fatiha ialah sebagai berikut: ََنيِ َل َعْل َِّ ِل َ َ َ ْ َ ْل “Alhamdulillahi rabbil alamin” Segala puji bagi Allah SWT tuhan semesta alam ميِحّ ل َِن َٰ ْحّ ل “Arrahmannirohiim” Yang maha pengasih lagi maha penyayang َِني ل َِ ْ َي َِكِل َم “Maaliki yaumiddiin” Penguasa di hari akhir َ نيِعَتْسَن ََ ّيِ َ َ ْعَن ََ ّيِ “Iyyaka nabudu waiyyaaka nastaiin” Pada Mu-lah kami berlindung dan berserah diri ََميِ َتْس ْل ََ َ ل َنِ ْه “Ihdinashirratal mustaqim” Tuntunlah kami di jalan yang lurus ََني ل ّ ل ََلَ َْمِ ْيَ َع َِ ْغَ ْل َِ ْيَغ َْمِ ْيَ َع ََتْ َعْنَأ ََنيِ ّل ََ َ ِص “shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghduubi alaihim waladhaalin” Jalan orang-orang yang engkau beri nikmat yaitu Jalan orang-orang yang telah 6 Andak Khairan, 2014, Desa Pekan Kec. Batang Kuis, Selasa, 11 Februari Universitas Sumatera Utara Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat. Al-fatiha dibacakan sebanyak tiga kali, surat ini akan ditujukkan kepada nabi Muhammad SAW, leluhur-leluhur SL yang telah berpulang, dan murid yang hendak turun gelanggang. Setelah membaca Al-fatiha akan disambung dengan pembacaan Tahtim, Tahlil, An-nass, Al-falaq dan Dzikir lalu ada doa khusus Silat Lintau yang menyerupai doa arwah junjungan sebagai penyerumemanggil malaikat seperti : Dzibril, Mikail, Izrofil, dan Izroil penyeru nabi seperti : Sulaiman, Daud, Isa, Musa, dan Muhammad SAW, penyeru sahabat nabi seperti : Umar, Usman Ali. Isi doa SL sebagai berbagai berikut : “Allahuma yasaniaqulimasnu’ waya jabirakhuliqasir waya khaliqa kulimakhluk izhaamri qurrozha wama rozha ishaalbiahadaka qashimaka ya rahman ya rohim, Allahmayadatwayalsihadat qoluhusin wilawadat aladzi syaidunsana dulazi lamyalidwalamyulad walam yakullakhufuan ahad, Allahumafinzanimilbala iwalqada imansorimabaina’ardi wasamawabihaqi hatama sulaimana ibnu daud allaihiwasalam wabihakiyatamu isa ya musa kisa ya kakahizu ya babhu ya syaiduha ya maulana ya tarobbata ya Allah, ya Allah, ya Allah ya yasalmustarisin waya’amanah kaifin waya mudzibadakwat wayakadialhazad, iztajibduanaya Allah’adama fishabilillah wabihaqi musakabilillah, wabihaqisarufilah, wabiqurmati nabi Muhammad salawllah alaihiwasallam birahmatikaya’arhaman rahimin, wabihaqi naumin sulaiman nainmahun bismillahirohmanirohim alataklualaiha lilmuslimin wabihaqi, wa mikail, wa izrofil, wa izroil, wabihaqi hatamana wal qursyin wal mukhrobin wal Universitas Sumatera Utara rohanin wal malaikatimukarobin, wabihaqi safaratil bilbawakatil khiromalkatibin, wabiyakitabroti musa wa injil isa wa zabur daud walquran nabi Muhammad rasulawllah salawllahallaihiwasalam birahmatika ya arhamanrahimin”. “ ء بَ حَ خَليئ يمَ ي قَ لَ خأَ ب جَ اسأَ نَ مَ َ ي ل َ عَ عَ يسَلَم ل َ َنفسل سَيشَ كَب ل َ حل َي لأَ ت ي َين عَلَ م َ شتَ شتَين عَلَ آ ل َ م أَضف َ لَ م َ َ يب عل َ ي ل َ مَنمَ َ مأَ يَهَ،م س َهي عَين عَلَن ح ل ل َفَ َتسيلَ ب شل َ َ ل كلَ لَ كَنمَ لَ تفل َ يَ لَء طغَ لَبجيَ ي غ لَ َتي كَ ب ي ل بَيستَ مَيسَ َم م َ َ ف َبع يَ يسَكل َ َيهَء ل َ تسمَ تع ل َ َ َصق نَ ف ع َ ي مَ ه عَم ل َ،َ حأ َ غ َلَي حَيب َ عسل َيب عل َ ل َ سس م قَ َ حَق ل َيب َهَ َنبَ اسل َ ي سَ َ هَ،َهَ َ َ تَنمَ نل مَنمَ ل َ ب ي ل بَ تَنيجَ هَ َيسَ َ ح مَ بَ كَ كَ سيعَ س م َ، َ َ كَك سَ بَ مَ ف ع َ يق َ اسأَنيسي َ تسَ كَ ن مأَخين يمَ عم جَنمَ سجت ل َه َ َ َ آ تل َ عَ،َ َ سَي حَيبأَ،َلَ يئ ثَ كَ س مَي حَيب َ يئ ثَلَ ه خأيَ م أَه َء ع ل َ َ َ، آَليفَ يبأَ،َيفَميح ل َلج ل َ ه عَ سأ َيت مَ ي ل َم س َهي عَهَ سَ مَي ل َمي ل َ آ ل َيبأ َ َ َي ح ل يل َ جل َشيجل َن ح ل َهَمسبَ هَنيي نَ ي سَ يق َ ل بَ آَ لَ ع ل َءاعَهل َ هَ ب ي سَ ن مَي حَيبأَبجيَ َ، ي ي ل َك سل َ عَنمَ،َليفَ َ عَنمَ،َل ي مَ،َي حَيب َني س ل َلي ل َي طل َي حَيبأَ،َنب َخفت تَ َ ئامَ َنين عَ َ َنبَين عَلَ َ مَ َيفَ آ ل َ َ ل َمس سَ كَ بَ ي مَمس سَ َيج ل بأَ،َنبَيتَ كَء سَين عَلَ يق فل َ تسالَ َنمَي أَهَ سَهَ س َ مَي ل َمي ل َ آ ل َ َ يفي َ بَليجن َ سيعَنمَ س مَيت َ ت ل َ ح مَ ل َلج َني يهَ َ َ ي َ ي حَ ي ل َ اسل . Universitas Sumatera Utara Makna yang terdapat pada doa SL berbunyi: “Allahuma ya sa niaqulimasnu’wa ya jabira khuliqasir wa ya khaliqa kuli makhluk izhaamri qurrozha wama rozha ishaalbiahadaka qashimaka ya rahman ya rohim,”. Artinya: “Menyapa kepada semua mahluk yang memegang di alam ini sebagai ciptaan tuhan tak terkecuali, bukti atas kebesaran tuhan yang maha pengasih dan maha penyayang serta bukti kerendahan diri yang memanjatkan doa”. ”Allahmayadat wayalsihadat qoluhusin wilawadat aladzi syaidunsana dulazi lamyalidwalamyulad walam yakullakhufuan ahad”. Artinya: “semua mahluk berasal dari tuhan, tuhan yang tidak beranak dan tidak di peranakkan “. “Allahumafinzanimilbala iwalqada imansorimabaina’ardi wasamawabihaqi hatama sulaimana ibnu daud allaihiwasalam”. Artinya: “memohon untuk bersanding kepada semua mahluk yang di alam yang telah mendahului, melalui nabi Sulaiman anak dari nabi Daud atas izin Allah SAW”. “Wabihaki ya tamu isa ya musa kisa ya kakahizu ya babhu ya syaiduha ya maulana ya tarobbata ya Allah, ya Allah, ya Allah ya ya salmustarisin wa ya’amanah kaifin wa ya mudzibadakwat wa ya kadialhazad”. Artinya: “seruan kepada nabi Isa dan Musa sebagai hamba tuhan lalu menyebutkan Allah sebanyak tiga kaliya Allah, ya Allah, ya Allah, hendaklah menyebutkan nama meminta dan mengumumkan maksud dari hajatan tersebut”. Universitas Sumatera Utara “Iztajibduanaya Allah’adama fishabilillah wabihaqi musakabilillah, wabihaqisarufilah, wabiqurmati nabi Muhammad salawllahalaihi wasallam birahmatikaya’arhama rahimin” Artinya: “Izinkan berjalan di jalan Mu seperti nabi Muhammad yang Engkau muliakan yang penuh ra hmat Mu maha pengasih dan maha penyayang”. “Wabihaqinaumin sulaiman nainmahun bismillahirohmanirohim alataklualaiha lilmuslimin wabihaqi, wa mikail, wa izrofil, wa izroil, wabihaqi hatamana wal qursyin wal mukhrobin wal rohanin wal malaikatimukarobin” A rtinya: “keselamatan atas engkau malaikat Mikail, Izrofil, dan Izroil yang membaca dan memperdengarkan seruan muslim”. “Wabihaqi safaratil bilbawakatil khiromalkatibin, wabiyakitabroti musa, wa injil isa, wa zabur daud, walquran nabi Muhammad rasulawllah s alawllahallaihiwasalam birahmatika ya arhamanrahimin”. Artinya: “degan sang pembawa kitab Taurat musa, Injil isa, Zabur daud, Al- quran nabi Muhammad rasul Allah berselawatlah atasnya” . Setelah membaca doa mantra yang di atas barulah akan di amalkan beserta dengan jurus-jurus Silat Lintau yang di ajarkan secara bertahap hingga mahir dan menguasai keseluruhan hingga mencapai kesempurnaan, Informan yang bernama Khairan menuturkan, bahwa apabila mantra dan ilmu Silat Lintau benar-benar di amalkan khalayak yang belajar dan pengguna Silat Lintau dapat berjalan di atas air dan tidak terlihat oleh lawan. Universitas Sumatera Utara Sebagai tanda bahwa sudah menguasai sepenuhnya Silat Lintau akan ada mendapatkan mimpi bertemu dengan seekor harimau lalu akan terjadi pertarungan antara harimau dengan si pengguna Silat Lintau, dalam mimpi tersebut pertarungan tersebut harus di menangkan oleh sang pengguna Silat Lintau hingga harimau tersebut pergi karena kalah sebagai bukti kemahiran dan kesempurnaan jurus yang dipelajarinya, mimpi tersebut bisa terjadi lebih dari satu kali biasanya bagi yang belum dapat mengalahkan harimau tersebut. 7 4.4.2 Makna Konteks Koentjaraningrat dalam Mey 2001 berpendapat bahwa konteks itu penting dalam pembahasan ketaksaan bahasa lisan atau tulis. Mey mendefiniskan konteks sebagai konsep dinamis dan bukan konsep statis, yang harus dipahami sebagai lingkungan yang senantiasa berubah, dalam arti luas yang memungkinkan partisipan berinteraksi dalam proses komunikasi dan ekspresi linguistik dari interaksi mereka yang dapat dimengerti. Gambaran umum menyatakan konteks lebih dari sekedar referen namun sebuah perbuatan atau tindakan. Konteks adalah perihal pemahaman seperti sebuah tindakan yang bermakna, untuk apakah tindakan itu, apa tujuan tindakan itu. Konteks juga memberikan arti pragmatik yang sebenarnya dan membolehkan arti pragmatik yang sebenarnya menjadi tindak pragmatik yang sebenarnya. Konteks menjadi lebih penting tidak hanya untuk menilai referen dan implikatur yang pantas, tetapi juga dalam hubungan dengan isu pragmatik lainnya seperti tindak pragmatik dan pra- anggapan. 7 Andak Khairan, 2014, Desa Pekan, Kec. Batang Kuis, Senin, 10 februari Universitas Sumatera Utara Tujuan dari sebagian besar teknik jurus Silat Lintau adalah menangkis dengan cara menangkap serangan dan menyerang balik dengan cara mematahkan serangan tersebut, makna dari tangkapan tersebut bertujuan untuk mematikan serangan agar tidak dapat menyerang dengan tangan yang memukul, menangkap kaki yang menyerang dengan tendangan, mematahkan sendi kaki agar tidak bisa lagi menyerang dengan cara menendang, dan begitu seterusnya. i menagkap dan menyerang balik lawan Universitas Sumatera Utara ii Menepis sekaligus menahan serangan Maka gerakan utama dalam Silat Lintau itu sebenarnya menangkap bagian tubuh musuh yang menyerang, menangkap tangan dan mematahkan sendi bagian pergelangan tangan persendian siku maupun sendi pada bahu, begitu juga dengan sendi kaki dan bagian leher, maka Silat Lintau melumpuhkan dengan mematahkan persendian sebab bila persendian terganggu maka gerak tubuh manusia akan terbatas dan tidak berdaya. i Mengankap bagian tubuh yang menyerang Universitas Sumatera Utara ii Menangkap tepat pada siku iii Tetap membengkokan siku saat menyerang balik Universitas Sumatera Utara Sebab-sebab itu juga yang tidak memperbolahkan dalam Silat Lintau memukul dalam serangan balik dengan cara meluruskan sendi, baik tangan maupun kaki harus tetap tertekuk agar tidak mudah di tangkap dan di patahkan oleh lawan. Itu melambangkan bahwa tidak ada jangkauan yang terlalu jauh dalam memukul dan menyerang balik, sama seperti sifat manusia Melayu yang tidak ingin berkompetisi dan menggapai angan-angan terlalu jauh. Makna dari jurus-jurus Silat Lintau juga berarti bukan mencari lawan, yang hanya menunggu dan menyerang balik seperti memberi peringatan, lalu teknik Silat Lintau di buka dengan hormat dan di tutup dengan hormat, yang berarti menghargai siapapun lawan tanpa melihat status dan golongan. Jurus Silat Lintau langkah satu papan yang diajarkan untuk bertarung di haruskan merapatkan badan kepada lawan, ini artinya harus mengenal lawan, mengetahui lawan dari dekat sebelum mengalahkannya, pertarungan jarak dekat yang bertujuan untuk mengunci dan melumpuhkan, bukan memusnahkan dan membunuh lawan. Universitas Sumatera Utara 4.5 Jati Diri Masyarakat 4.5.1 Masyarakat Dan Agama Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu Mulyana, 2000:7. Jati diri merupakan nilai-nilai yang terkandung dari sebuah kehidupan manusia, hampir semua kebudayaan yang ada memiliki jati diri, jati diri tersebut diperoleh dari proses kehidupan sebelumnya, atau disebut juga sebagai nilai- nilai luhur budaya, nilai-nilai luhur tersebut lahir dari teraktualisasikannya komponen masa lalu yang menjadi dasar norma kehidupan berbudaya, hasil dari aktualisasi itulah yang membentuk jati diri sebuah kebudayaan kelompok. Teraktualisasikannya nilai-nilai budaya Melayu dalam kehidupan bermasyarakat tidak serta-merta hanya dilakukan berdasarkan kehendak leluhur, melalui atas pemikiran sepihak, atau diajarkan, diceramahkan, ditatarkan bahkan didoktrinasikan sekalipun. Nilai-nilai budaya sebagai jati diri merupakan sebuah proses kemusyawarahan bersama sebuah kelompok yang menghasilkan kemufakatan, yang bertujuan mendapat celah yang lebih baik dan dikenal sebagai budaya baik dalam beretika. Kebaikan jati dri Melayu harus dibudayakan melalui pembiasaan-pembiasaan dengan menggunakan berbagai jalur, terutama kearifan lokal dan jalur adat istiadat. Demi menghindari lunturnya jati diri yang telah terbangun sejak dulu, caranya dengan menggunakan adat resam sebagai perangkat nilai-nilai jati diri Melayu. Jati diri manusia Melayu sebagai orang yang ramah, pandai bergaul, rajin, memiliki rasa seni yang tinggi, pandai menyesuaikan diri dengan siapapun serta Universitas Sumatera Utara memiliki pengertian, yang kesemuanya patutlah terus dikembangkan. Di samping itu, masyarakatnya yang menganut agama Islam dengan kuat, beradat Melayu dan berbahasa Melayu serta dahulunya orang Melayu merupakan bangsa pelaut atau pejuang bahari, pedagang dan bangsa pemberani. Sampai ke hari ini dipercayai bangsa Melayu masih memiliki dan mempertahankan jati dirinya, pada dasarnya kepercayaan Melayu terpengaruh pada kepercayaan animisme yang berpegang pada nenek moyang, lalu seiring perkembangan zaman masyarakat Melayu sendiri lebih mencari jati diri masing- masing seperti Melayu wilayah bagian pesisir yang lebih cendrung berpindah-pindah untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Dalam bermasyarakat jati diri Melayu cenderung menghindari konflik berdebat secara argumentatif dan kontak secara langsung, mereka lebih baik meninggalkan tempat demi menghilangkan tekanan bathin untuk selalu menjaga persahabatan, itu juga yang menyebabkan Silat Lintau tidak dipergunakan untuk menyerang lawan secara frontal namun menunggu untuk diserangan lawan lalu mematahkan serangan tersebut dan menyerang balik. Oleh sebab itu budaya-budaya pada Melayu mesti selalu di pelajari, salah satunya ialah Silat Lintau sebagai ilmu pengetahuan dan pengembangan diri dengan tidak meninggalkan budaya yang lain yang telah diwariskan oleh nenek moyang, dengan demikian kemampuan itu pada masanya akan selalu mampu untuk bersaing sekaliannya menjawab tantangan masa depan. Selain itu, orang Melayu juga mempunyai kebiasaan mempelajari bahasa mereka, tetapi tetap sealu berusaha memperluas pengetahuan dan juga mempelajari bahasa Arab. Universitas Sumatera Utara Jati diri Melayu sejak sekitar abad ke 15 M, sebagaimana menurut pendapat Vallentijn 1712 M dan C. Lekkerkerker 1916 termasuk dari para sarjana asing, dapatlah dikatakan sebagai berikut : 1. Orang Melayu mengutamakan pendidikan dan ilmu. Hal ini tercermin dalam beberapa peribahasa yang mengambil kepada hadist Rasulullah, yaitu : Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina, atau Menuntut ilmu itu sejak dalam buaian sampai ke liang lahat. 2. Orang Melayu mengutamakan budaya Melayu, becakap tidaklah kasar, berbaju menutupi aurat, menjauhkan pantang larang dan dosa. Biarlah mati dari pada keluarga menanggung malu. Orang Melayu juga pandai menjaga air muka orang lain. Kalaupun marah cukup dengan sindiran. Seperti peribahasa mengatakan : Marahkan anak, sindir menantu. 3. Orang Melayu mengutamakan musyawarah dan mufakat sebagai sendi kehidupan. Di dalam segala hal baik perkawinan, kematian, kenduri, mendirikan rumah, maupun dalam pemerintahan. Bahkan nilai-nilai ini juga dilaksanakan bagi pendatang sehingga orang Melayu sangat terkenal dengan keterbukaannya. 4. Orang Melayu tak suka mencari lawan ataupun melawan, seperti ungkapan yang mengatakan : Pantang Melayu untuk mendurhaka. Tetapi akan melawan jika ianya terdesak, seperti pribahasa mengatakan : Musuh pantang dicari, kalau datang tidak menolak. Atau pribahasa : Alang-alang menceluk pekasam, biar sampai ke pangkal lengan. Pada poin-poin di atas menjelaskan kesamaan dari Silat Lintau guru mengamanatkan bahwa tidak boleh durhaka kepada Allah, kepada orang tua, kepada Universitas Sumatera Utara saudara dan kepada sesama murid seperguruan, hal ini sama seperti mengamalkan nilai-nilai kejujuran dalam berdagang, dan jarang terlibat dalam soal kejahatan sebaliknya suka kepada tegaknya hukum yang dipadukan dengan bakat yang melekat pada dirinya seperti bidang kesenian. Sifat-sifat seperti itu sebenarnya dibuat agar manusia Melayu pengguna Silat Lintau dapat mudah di terima di masyarakat, dapat menolong kepada yang membutuhkan, dapat peranan dalam kemasyarakatan, di pandang sebagai khalayak yang mulia dan dibutuhkan, bukan sebaliknya hanya membatasi diri kepada yang berkenaan dengan kehidupan sosial dan masyarakat Melayu dengan adat dan budayanya sendiri. Kedatangan agama Islam pada abad ke 7 di nusantara telah mengubah cara pandang terhadap amalan kepercayaan sebelumnya dalam Melayu kepercayaan kepada nenek moyang Animisme, Hindu, dan Buddha yang telah lama bertapak di tanah Melayu. Masuknya agama Islam di Serdang sendiri melalui berbagai cara, yaitu: 1. Melalui jalur perdagangan, dimana ada suatu keyakinan bahwa sebenarnya para saudagar yang melakukan perjalanan ke Indonesia sebagiannya adalah para sufi yang kemudian menyebarkan islam di nusantara termasuk salah satunya di Negeri Serdang. 2. Melalui pernikahan, dimana para muslim pendatang melakukan pernikahan dengan penduduk pribumi. Hal itu menjadi cara lain untuk menyebarkan islam kepada masyarakat pribumi, demikian pula di Negeri Serdang dahulunya. 3. Mendekati kaum bangsawan, hal ini biasanya dilakukan atas dasar asumsi bahwa jika kaum bangsawan apalagi raja masuk agama islam maka rakyat Universitas Sumatera Utara juga akan ikut masuk kedalam agama islam. Agama Islam disebarkan oleh golongan pedagang dan pendakwah Islam dari Asia Barat. Ajaran Islam menekankan dua aspek penting yaitu Akidah dan Syariah. Akidah ialah kepercayaan seluruh jiwa raga terhadap keEsaan Allah SWT manakala syariah merupakan perundangan dan hukum Islam berdasarkan Al-Quran dan Hadis. Kedatangan agama Islam telah membawa perubahan yang besar dalam politik, perundangan-undangan, ekonomi, dan budaya masyarakat Melayu Serdang. Dari segi politik jelas dapat dilihat dengan penggunaan gelaran pemerintah yaitu kerajaan telah digantikan dengan gelar kesultanan. Bahkan sultan dianggap sebagai ketua agama Islam. Segala upacara resmi didahului dengan doa. Pemimpin agama merupakan penasihat sultan dalam hal-hal mengenai hukum syarak atau hal berkenaan dengan agama Islam. Dalam aspek perniagaan, Islam mengharamkan riba dan menggalakkan umatnya mencari rezeki yang halal. Disamping itu amalan zakat dan fitrah sedikit sebanyak telah membantu golongan yang kurang berkemampuan untuk menjalani kehidupan. Dari segi sosial pula wujudnya semangat jihad bagi memilihara kesucian agama Islam daripada penjajahan Barat. Dari segi adat pula didapati terdapat pengkomodiran dengan unsur Hindu-Buddha kepada unsur keislaman seperti perkahwinan, adat turun tanah, melenggang perut, berkhitan dan sebagainya. Pada akhirnya orang melayu membuktikan kemelayuannya dengan menganut agama Islam. Terlepas dari mereka menjalakannya secara benar atau tidak, hal ini dibuktikan dengan praktik-praktik keagamaan. Dimana praktik-praktik tersebut dilakukan sesuai dengan mazhab yang mereka anut. Pada umumnya masyarakat Universitas Sumatera Utara Melayu menganut mazhab Syafi’i. Mereka kebanyakan melaksanakan shalat subuh, isya, zuhur, dan ashar lebih sering dirumah, sementara maghrib dilakukan secara berjama’ah di mesjid. 4.5.2 Sifat Budaya Koentjaraningrat 1985: 180 Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar. Budaya Melayu umumnya, adalah budaya yang terbuka. Keterbukaan itulah yang menyebabkan kebudayaan Melayu menjadi majemuk dengan masyarakatnya yang majemuk pula. Kemajemukan inilah sebagai salah satu khasanah budaya Melayu yang tangguh, serta sarat dengan keberagaman. Karenanya, orang mengatakan bahwa budaya Melayu bagaikan pelangi atau taman bunga yang penuh warna-warni, indah dan memukau. Salah satu khasanah budaya Melayu yang paling sarat dengan nilai-nilai utama sebagai “jatidiri” kemelayuan itu adalah adat istiadatnya atau dikatakan “adat resam”. Melalui proses keterbukaan itu pula adat resam Melayu menjadi kaya dengan variasi, sarat dengan simbol lambang dan falsafah. Kekayaan khasanah nilai itu dapat disimak antara lain dari keberagaman alat dan kelengkapan upacara adat, dari alat dan kelengkapan pakaian pakaian adat, dari bentuk dan ragam hias rumah, dari alat dan kelengkapan rumah tangga, dari upacara-upacara adat dan tradisi, dari ungkapan-ungkapan adat pepatah-petitih, bidal, ibarat, perumpamaan, pantun, gurindam, seloka, syair, dll, yang mereka warisi turun temurun. Karenanya. Dengan sifat keterbukaan itu pula budaya Melayu mampu menyerap beragam unsur budaya luar, sehingga memperkaya khasanah budaya Melayu itu sendiri. Universitas Sumatera Utara Dari sisi lain, keterbukaan budaya Melayu tidaklah bermakna “terdedah tanpa penapis”, sebab adat istiadat Melayu menjadi salah satu penapis utama dari masuknya unsur-unsur negatif budaya luar. Nilai-nilai adat yang Islami itulah yang senantiasa menyaring dan memilah setiap unsur budaya luar yang masuk. Unsur yang baik mereka serap dengan kearifan yang tinggi, sedangkan yang buruk merka buang dan jauhkan. Generasi penerus, muda-mudi Melayu yang dewasa ini mulai terkena dampak modernisasi membuat budaya Melayu perlahan surut, seperti tidak biasa berbahasa pantun, meninggalkan upacara-upacara adat yang dianggap merepotkan, tidak mengenal asal-usul leluhur, serta menghilangnya peranan dalam masyarakat yang menyebabkan menurunnya wibawa adat. Selain itu, karena menurunnya wibawa adat, menyebabkan terjadi krisis akhlak, sehingga banyak sudah anggota masyarakat adat Melayu yang tidak lagi berperilaku sebagai orang beradat, tetapi berubah menjadi orang yang emosional, menjadi orang yang kasar ucapan dan perbuatan, menjadi orang yang kehilangan sopan santun, menjadi orang yang bangga dengan hujat-menghujat, menjadi orang yang berburuk sangka, menjadi orang yang hidup dengan penuh nafsu dunia, menjadi orang yang mau menang sendiri, menjadi orang yang mementingkan diri sendiri dan kelompoknya. 4.5.2 Sifat Kebahasaan Menurut Arapradhipa 2005 memberikan dua pengertian, yaitu ; Bahasa Sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa symbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, bahasa sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal. Universitas Sumatera Utara Manusia Melayu identik dengan betutur kata lembut, walau marah tidak meninggikan intonasi, berbicara sopan kepada yang lebih tua dan berkata bijak kepada yang lebih muda, jika berkata lembut pastilah orang Melayu, bahkan pepatah Melayu mengatakan ‘dara Melayu senyum dulu baru berbicara, tuan Melayu bertutur sopan nan bijaksana’. Bahasa Melayu mempunyai banyak dialek dan setiap dialek mempunyai perbedaan yang cukup mencolok dari segi sebutan dan kosa kata. Misalnya, Bahasa Melayu Deli berbeda dialek dengan Bahasa Melayu Langkat, Pesisir, dan Labuhan Batu. Melayu Deli menggunakan dialek e sedangkan Bahasa Melayu Langkat, Pesisir, dan Labuhan Batu o. Selain itu, bahasa yang digunakan oleh masyarakat campuran Serdang dan Deli campuran pada wilayah Deli Serdang terdengar menjadi Bahasa Melayu yang kasar. Bahasa ini dahulunya banyak di jumpai wilayah Medan. Ciri itulah yang menandakan wilayah sebagai identitas. Ciri-ciri bahasa Melayu dapat dikategorikan seperti berikut ; 1. bahasa bersifat dinamis 2. bahasa bersifat arbitrari 3. bahasa bersifat linear 4. bahasa untuk berkomunikasi Empat ciri tersebut mengungkapkan bahwa bahasa Melayu merupakan bahasa untuk menyampaikan pesan yang bertujuan penyampaian komunikasi dengan baik, menyatu dengan sekitar serta menunjukan jati diri Melayu pada umumnya. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN