Senyawa Kimia Dalam Semen Portland Sifat – Sifat Semen Portland

23 • Tipe V, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan yang tinggi terhadap sulfat. Digunakan untuk bangunan yang berhubungan dengan air laut, air buangan industri, bangunan yang terkena pengaruh gas atau uap kimia yang agresif serta untuk bangunan yang berhubungan dengan air tanah yang mengandung sulfat dalam persentase yang tinggi.

2.4.1.4 Senyawa Kimia Dalam Semen Portland

Bahan utama pembentuk semen portland adalah kapur CaO, silica SiO 3 , alumina Al2O 3 , sedikit magnesia MgO, dan terkadang sedikit alkali. Untuk mengontrol komposisinya, terkadang ditambahkan oksida besi, sedangkan gipsum CaSO 4 .2H 2 O ditambahkan untuk mengatur waktu ikat semen. Tri Mulyono, 2004 Komposisi senyawa utama dan senyawa pembentuk dalam semen portland dapat dilihat pada tabel 2.2 dan 2.3 berikut ini. Nama Kimia Rumus Kimia Notasi Persen Berat Trikalsium Silikat Dikalsium Silikat Tirikalsium aluminat Tetrakalsium Aluminoferit Gipsum 3CaO.SiO 2 2CaO.SiO 2 3CaO.Al 2 O 3 4CaO.Al 2 O 3 .Fe 2 O 3 CaSO 4 .2H 2 O C 3 S C 2 S C 3 A C 4 AF CSH 2 55 18 10 8 6 Tabel 2.2. Komposisi Senyawa Utama Semen Portland Tri Mulyono, 2003 Oksida Notasi Nama Senyawa Persen Berat CaO SiO2 Al2O3 Fe2O3 C S A F Kapur Silika Alumina Oksida Besi 64.67 21.03 6.16 2.58 24 MgO K2O3 Na2O SO3 CO2 H2O M K N S C H Magnesia Alkali Alkali Sulfur Trioksida Karbon Dioksida Air 2.62 0.61 1.34 2.03 - - Tabel 2.3 Komposisi Senyawa Pembentuk Semen Portland Tri Mulyono, 2003

2.4.1.5 Sifat – Sifat Semen Portland

Adapun sifat – sifat fisik semen yaitu : a. Kehalusan Butir Kehalusan semen mempengaruhi waktu pengerasan pada semen. Waktu pengikatan menjadi semakin lama jika butir semen lebih kasar. Semakin halus butiran semen, proses hidrasinya semakin cepat, sehingga kekuatan awal tinggi dan kekuatan akhir akan berkurang. Kehalusan butir semen yang tinggi dapat mengurangi terjadinya bleeding atau naiknya air ke permukaan, tetapi menambah kecenderungan beton untuk menyusut lebih banyak dan mempermudah terjadinya retak susut. Menurut ASTM, butir semen yang lewat ayakan No.200 harus lebih dari 78. b. Waktu ikatan Waktu ikatan adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai satu tahap dimana pasta semen cukup kaku untuk menahan tekanan. Waktu tersebut terhitung sejak air tercampur dengan semen. Waktu ikat semen dapat dibedakan jadi dua: 25 a. Waktu ikat awal initial setting time, yaitu waktu dari pencampuran semen dengan air menjadi pasta semen hingga hilangnya sifat keplastisan. b. Waktu ikat akhir final setting time, yaitu waktu antara terbentuknya pasta semen hingga beton mengeras. Pada semen portland initial setting time berkisar 1 – 2 jam, tetapi tidak boleh kurang dari 1 jam, sedangkan final setting time tidak boleh lebih dari 8 jam. Untuk kasus – kasus tertentu, diperlukan initial setting time lebih dari 2 jam agar waktu terjadinya ikatan awal lebih panjang. Waktu yang panjang ini diperlukan untuk transportasi, penuangan, pemadatan dan pemerataan. c. Panas hidrasi Panas hidrasi adalah panas yang terjadi pada saat semen beraksi dengan air, dinyatakan dalam kalorigram. Jumlah panas yang dibentuk antara lain bergantung pada jenis semen yang dipakai dan kehalusan butiran semen. Dalam pelaksanaan, perkembangan panas ini dapat mengakibatkan masalah yakni timbulnya retakan pada saat pendinginan. Pada beberapa struktur beton, terutama pada struktur beton mutu tinggi, retakan ini tidak diinginkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pendinginan melalui perawatan curing pada saat pelaksanaan. d. Perbahan volume Kekalan pasta semen yang telah mengeras merupakan suatu ukuran yang menyatakan kemampuan pengembangan bahan – bahan campurannya dan kemampuan untuk mempertahankan volume setelah pengikatan terjadi. Pengembangan volume dapat menyebabkan kerusakan dari suatu beton, 26 karena itu pengembangan beton dibatasi 0.8. pengembangan semen ini disebabkan karena adanya CaO bebas, yang tidak sempat bereaksi dengan oksida – oksida lain. Selanjutnya CaO ini akan bereaksi dengan air membentuk CaOH 2 dan pada saat kristalisasi volumenya akan membesar. Akibat pembesaran volume tersebut, ruang antar partikel terdesak dan akan timbul retak – retak. 2.4.2 Agregat 2.4.2.1 Umum