Pengaruh Penggunaan Steel Slag sebagai Agregat Kasar Terhadap Kuat Tekan dan Lentur pada Beton Bertulang Dibandingkan dengan Beton Normal
xv
LAMPIRAN I
(2)
ANALISA AYAKAN PASIR UNTUK MATERIAL BETON
(ASTM C 136 – 84a)
Nama : Jannes Pandiangan NIM : 110404072
Material : Pasir
Tanggal : 15 Maret 2016
Diameter Ayakan (mm)
Berat Fraksi (gr)
Rata-rata
(gr) % Rata-rata
% Kumulatif
Tertahan Sampel I Sampel II
9,52 0 0 0 0 0
4,76 0 0 0 0 0
2,38 63 71 67 6,7 6,7
1,19 171 254 212,5 21,25 27,95
0,60 266 286 276 27,6 55,55
0,30 242 201 221,5 22,15 77,7
0,15 204 148 176 17,6 95,3
Pan 54 40 47 4,7 100
Total 1000 1000 1000 100 363,2
Fineness Modulus (FM) =
= 2,632 Klasifikasi pasir yang baik:
Halus : 2,2 < FM< 2,6 Sedang : 2,6 <FM< 2,9 Kasar : 2,9 <FM< 3,2
Mengetahui
Asisten Lab. Beton Teknik Sipil USU
(3)
xvii
BERAT JENIS DAN ABSORBSI
AGREGAT HALUS UNTUK MATERIAL BETON
(ASTM C 128 – 88)
Nama : Jannes Pandiangan NIM : 110404072
Material : Pasir
Tanggal : 15 Maret 2016
KETERANGAN :
Berat Piknometer (gr) 174
Berat Piknometer + Pasir + Air (gr) 972 Berat Piknometer + Air (gr) 675
Berat Pasir Kering (gr) 488
BJ KERING 2,404
BJ SSD 2,463
BJ SEMU 2,555
ABSORPSI (%) 2,459
Mengetahui
Asisten Lab. Beton Teknik Sipil USU
(4)
PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR DAN KADAR LIAT AGREGAT HALUS UNTUK MATERIAL BETON
(ASTM C 117 – 90)
Nama : Jannes Pandiangan NIM : 110404072
Material : Pasir
Tanggal : 16 Maret 2016
Pasir Sampel I Sampel II Rata-rata
Berat Mula-mula (gr) 500 500 500
Berat Kering (gr) 482 480 481
Kandungan Lumpur (gr) 18 20 19
Persentase Kandungan Lumpur (%) 3,6 4 3,8
Berat Kering Clay Lump(gr) 478 477 477,5
Kandungan Liat (gr) 4 3 3,5
Persentase Kandungan Liat (%) 0,830 0,625 0,727
Mengetahui
Asisten Lab. Beton Teknik Sipil USU
(5)
xix BERAT ISI PASIR
(ASTM C. 136-71)
Nama : Jannes Pandiangan NIM : 110404072
Material : Pasir
Tanggal : 16 Maret 2016
Pasir
Cara Merojok Cara Menyiram
Sampel I (gr) Sampel II (gr) Sampel I
(gr) Sampel II (gr)
Berat Bejana 461 461 461 461
Pasir + Bejana 3436 3440 3058 3062
Bejana + Air 2300 2300 2300 2300
Berat Pasir 2975 2979 2597 2601
Berat Air 1839 1839 1839 1839
Keterangan
Cara Merojok Cara Menyiram
Sampel I (Kg/m3)
Sampel II (Kg/m3)
Sampel I (Kg/m3)
Sampel II (Kg/m3)
Berat Isi Air 996,505 996,505 996,505 996,505
Berat Isi Pasir 1612,073 1614,241 1407,245 1409,412
Rata-rata 1613,157 1408,329
Mengetahui
Asisten Lab. Beton Teknik Sipil USU
(6)
ANALISA AYAKAN AGREGAT KASAR UNTUK MATERIAL BETON (ASTM C 136 – 84a & ASTM D 448 – 86)
Nama : Jannes Pandiangan NIM : 110404072
Material : Batu pecah Tanggal : 16 Maret 2016
Diameter Ayakan (mm)
Berat Fraksi (gr) Rata-rata (gr)
% Rata-rata
% Kumulatif Tertahan Sampel I Sampel II
38,1 0 0 0 0 0
19,1 78 64,5 71,25 3,5625 3,5625
9,52 1282 1254 1268 63,4 66,9625
4,76 568 593 580,5 29,025 95,9875
2,38 0 0 0 0 95,9875
1,19 0 0 0 0 95,9875
0,60 0 0 0 0 95,9875
0,30 0 0 0 0 95,9875
0,15 0 0 0 0 95,9875
Pan 72 88,5 80,25 4,0125 100
Total 2000 2000 2000 100 746,45
Fineness Modulus (FM) =
= 6,4645
Mengetahui
Asisten Lab. Beton Teknik Sipil USU
(7)
xxi ANALISA AYAKAN AGREGAT KASAR
UNTUK MATERIAL BETON (ASTM C 136 – 84a & ASTM D 448 – 86)
Nama : Jannes Pandiangan NIM : 110404072
Material : Steel Slag Tanggal : 16 Maret 2016
Diameter Ayakan (mm)
Berat Fraksi (gr) Rata-rata (gr)
% Rata-rata
% Kumulatif Tertahan Sampel I Sampel II
38,1 0 0 0 0 0
19,1 843 1084 963,5 48,175 48,175
9,52 886 590 738 36,9 85,075
4,76 262 313 287,5 14,375 99,45
2,38 0 0 0 0 99,45
1,19 0 0 0 0 99,45
0,60 0 0 0 0 99,45
0,30 0 0 0 0 99,45
0,15 0 0 0 0 99,45
Pan 9 13 11 0,55 100
Total 2000 2000 2000 100 829,95
Fineness Modulus (FM) =
= 7,2995
Mengetahui
Asisten Lab. Beton Teknik Sipil USU
(8)
BERAT JENIS DAN ABSORBSI
AGREGAT KASAR UNTUK MATERIAL BETON (ASTM C 127 – 88)
Nama : Jannes Pandiangan NIM : 110404072
Material : Batu pecah Tanggal : 16 Maret 2016
KETERANGAN :
Berat Kerikil SSD 1250
Berat Kerkil Dalam Air 775 Berat Kerikil Kering 1238
BJ KERING 2,606
BJ SSD 2,632
BJ SEMU 2,674
ABSORPSI (%) 0,969
Mengetahui
Asisten Lab. Beton Teknik Sipil USU
(9)
xxiii BERAT JENIS DAN ABSORBSI
AGREGAT KASAR UNTUK MATERIAL BETON (ASTM C 127 – 88)
Nama : Jannes Pandiangan NIM : 110404072
Material : Steel Slag Tanggal : 16 Maret 2016
KETERANGAN :
Berat Slag SSD 1250
Berat Slag Dalam Air 895 Beratl Slag Kering 1242
BJ KERING 3,499
BJ SSD 3,521
BJ SEMU 3,579
ABSORPSI (%) 0,644
Mengetahui
Asisten Lab. Beton Teknik Sipil USU
(10)
BERAT ISI AGREGAT KASAR UNTUK MATERIAL BETON
(ASTM C.29/C.29M-90)
Nama : Jannes Pandiangan NIM : 110404072
Material : Batu pecah Tanggal : 16 Maret 2016
Batu Pecah Cara Merojok Cara Menyiram Sampel I (gr) Sampel I (gr)
Berat Bejana 5000 5000
Batu Pecah + Bejana 21000 20200
Bejana + Air 14200 14200
Berat Batu Pecah 16000 15200
Berat Air 9200 9200
Keterangan
Cara Merojok Cara Menyiram Sampel I (Kg/m3) Sampel II
(Kg/m3)
Berat Isi Air 996,505 996,505
Berat Isi Batu Pecah 1733,052 1646,400
Mengetahui
Asisten Lab. Beton Teknik Sipil USU
(11)
xxv BERAT ISI AGREGAT KASAR
UNTUK MATERIAL BETON (ASTM C.29/C.29M-90)
Nama : Jannes Pandiangan NIM : 110404072
Material : Steel Slag Tanggal : 16 Maret 2016
Slag Cara Merojok Cara Menyiram
Sampel I (gr) Sampel I (gr)
Berat Bejana 5000 5000
Berat Slag + Bejana 22049 21449
Bejana + Air 14200 14200
Berat Slag 17049 16449
Berat Air 9200 9200
Keterangan
Cara Merojok Cara Menyiram Sampel I (Kg/m3) Sampel II
(Kg/m3)
Berat Isi Air 996,505 996,505
Berat Isi Steel Slag 1846,675 1781,686
Mengetahui
Asisten Lab. Beton Teknik Sipil USU
(12)
PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR
AGREGAT KASAR UNTUK MATERIAL BETON (ASTM C 117-90)
Nama : Jannes Pandiangan NIM : 110404072
Material : Batu pecah Tanggal : 16 Maret 2016
Batu Pecah Sampel I Sampel II Rata-rata
Berat Mula-mula (gr) 1000 1000 1000
Berat Kering (gr) 994 991 992,5
Kandungan Lumpur (gr) 6 9 7,5
Persentase Kandungan Lumpur (%) 0,6 0,9 0,75
Mengetahui
Asisten Lab. Beton Teknik Sipil USU
(13)
xxvii PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR
AGREGAT KASAR UNTUK MATERIAL BETON (ASTM C 117-90)
Nama : Jannes Pandiangan NIM : 110404072
Material : Steel Slag Tanggal : 16 Maret 2016
Slag Sampel I Sampel II Rata-rata
Berat Mula-mula (gr) 1000 1000 1000
Berat Kering (gr) 997 996 996,5
Kandungan Lumpur (gr) 3 4 3,5
Persentase Kandungan Lumpur (%) 0,3 0,4 0,35
Mengetahui
Asisten Lab. Beton Teknik Sipil USU
(14)
PEMERIKSAAN KEAUSAN AGREGAT KASAR (LOS ANGELES)
(ASTM C 535 – 96)
Nama : Jannes Pandiangan NIM : 110404072
Material : Batu pecah & Steel Slag Tanggal : 16 Maret 2016
1. KERIKIL
BERAT (gr) Berat mula-mula 5000
Tertahan Ф 1,68 3585
Lolos Ф 1,68 1415
Persentase keausan (%) 28,3
2. SLAG BAJA
BERAT (gr) Berat mula-mula 5000
Tertahan Ф 1,68 3910
Lolos Ф 1,68 1090
Persentase keausan (%) 21,8
Mengetahui
Asisten Lab. Beton Teknik Sipil USU
(15)
xxix
LAMPIRAN II
PERENCANAAN CAMPURAN BETON
(MIX DESIGN)
(16)
MIX DESIGN BETON (f’c = 30 MPa)
Nama : Jannes PandianganSemen : Semen Andalas Type I Ag. Halus : Pasir
Ag. Kasar : Batu Pecah
Air : PDAM
Slump : 6 – 18 cm
Mutu rencana : f‟c 30 MPa
Standar deviasi : 55
Rencana pelaksanaan dilokasi : 451,65 kg/cm2
1. Perencanaan Faktor Air Semen
Faktor Air Semen Standart : 0,5
Jenis Agregat Kasar
Umur Beton pada Saat Diuji (Hari)
3 7 28 91
Kerikil 170 230 330 400
Batu Pecah 190 270 370 450
Berdasarkan grafik WCF untuk trial mix : 0,43 Koefisien koreksi laboratorium 0,95 : 0,41 Faktor air semen maksimum : 0,60 Direncanakan faktor air semen : 0,41
2. Perencanaan Air Bebas untuk Campuran Beton (1ltr/m3)
Agregat Nilai Slump
Ø max Jenis 0 – 1 cm
(kaku)
1 – 3 cm (kental)
3 – 6 cm (sedang)
6 – 18 cm (encer)
10 mm Tidak pecah 150 180 205 225
Pecah 180 205 230 250
20 mm Tidak pecah 135 160 180 195
Pecah 170 190 210 225
40 mm Tidak pecah 115 140 160 175
(17)
xxxi
Nilai Slump yang ditetapkan : 6 – 18 cm Perencanaan pemakaian air sebanyak : 205 ltr/m3
Perencanaan pemakaian semen sebanyak : 476,744 kg/m3
Persyaratan semen minimum : 400 kg/m3
3. Klasifikasi Agregat Halus
Diameter ayakan
(mm)
Persentase material lolos ayakan (%) Bahan Uji Agregat Zona I Zona II Zona III Zona IV % kumulatif
lolos
% kumulatif tertahan
9,52 100 100 100 100 100 0
4,76 90-100 90-100 90-100 95-100 100 0
2,38 60-95 75-100 85-100 95-100 93,3 6,7
1,19 30-70 55-90 75-100 90-100 72,05 27,95
0,60 15-34 35-59 60-79 80-100 44,45 55,55
0,30 5-20 8-30 12-40 15-50 22,3 77,7
0,15 0-10 0-10 0-10 0-15 4,7 95,3
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
%
L
o
lo
s
Diameter Ayakan
Zona I
Batas Bawah
Batas Atas
(18)
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
%
L
o
lo
s
Diameter Ayakan
Zona II
Batas Bawah
Batas Atas
Hasil Pengujian
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
%
L
o
lo
s
Diameter Ayakan
Zona III
Batas Bawah
Batas Atas
(19)
xxxiii 4. Klasifikasi Agregat Campuran
Diameter Ayakan (mm) % pasir tertahan % Batu Pecah Tertahan
Komposisi Rencana Komposisi
Pasir Batu
Pecah Perfaksi Komposisi
Lolos Tertahan
0,4 0,6
38,1 0 0 0 0 0 100 0
19,1 0 3,5625 0 2,672 2,672 97,328 2,672
9,52 0 63,4 0 47,550 47,550 49,778 50,222
4,76 0 29,025 0 21,769 21,769 28,009 71,991
2,38 6,7 0 1,675 0 1,675 26,334 73,666
1,19 21,25 0 5,313 0 5,313 21,022 78,978
0,60 27,6 0 6,9 0 6,9 14,122 85,878
0,30 22,15 0 5,538 0 5,538 8,584 91,416
0,15 17,6 0 4,4 0 4,4 4,184 95,816
FM 5,506
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
% L o lo s Diameter Ayakan
Zona IV
Batas Bawah Batas Atas Hasil Pengujian(20)
5. Porsi Campuran
Berat jenis SSD steel slag 3,521 Berat jenis SSD batu pecah 2,632
Berat jenis SSD pasir 2,463
Berat jenis SSD gabungan 2,589
Berat jenis Beton 2337,5 kg/m3
Penggunaan semen 501,836 kg/m3
Penggunaan air 205 kg/m3
Kadar agregat gabungan 1630,664 kg/m3
Kadar batu pecah 1222,998 kg/m3
Kadar pasir 407,666 kg/m3
Perbandingan 1 0,4085 0,81 2,44
Proporsi campuran Semen (Kg) Air (Kg) Pasir (Kg) Batu Pecah (Kg)
Untuk 1 m3 beton segar 501,8359853 205 407,6660037 1222,998011 Volume Silinder (m3)
FS = 1,3 0,006888375 0,006888375 0,006888375 0,006888375 Untuk 1 benda uji silinder
(s = 15 cm, t = 30 cm) 3,457 1,412 2,808 8,424
Untuk 12 benda uji silinder
(s = 15 cm, t = 30 cm) 41,482 16,945 33,698 101,094
Volume Balok (m3)
FS = 1,3 0,156 0,156 0,156 0,156
Untuk 1 benda uji balok
(a = 15x25 cm, l = 3,2 m) 78,286 31,980 63,596 190,788
Untuk 3 benda uji balok
(a = 15x25 cm, l = 3,2 m) 234,859 95,940 190,788 572,363
(21)
xxxv KOMPOSISI CAMPURAN
1. Beton Normal
Proporsi campuran Semen (Kg) Air (Kg) Pasir (Kg) Kerikil (Kg)
Untuk 1 m3 beton segar 501,836 205 407,666 1222,998 Volume Silinder (m3)
FS = 1,3 0,006888375 0,006888375 0,006888375 0,006888375 Untuk 1 benda uji silinder
(s = 15 cm, t = 30 cm) 3,457 1,412 2,808 8,424 Untuk 4 benda uji silinder
(s = 15 cm, t = 30 cm) 13,827 5,648 11,233 33,698 Volume Balok (m3)
FS = 1,3 0,156 0,156 0,156 0,156
Untuk 1 benda uji balok
(a = 15x25 cm, l = 3,2 m) 78,286 31,980 63,596 190,788
Total 92,114 37,628 74,829 224,486
2. Beton Substitusi 15% Kerikil dengan Slag
Volume steel slag : 0,070 m3 Banyak steel slag : 245,413 kg
Proporsi campuran Semen (Kg) Air (Kg) Pasir (Kg) 85% Kerikil (Kg)
15% Slag (Kg)
Untuk 1 m3 beton segar 501,836 205 407,666 1039,548 245,413
Volume Silinder (m3)
FS = 1,3 0,006888375 0,006888375 0,006888375 0,006888375 0,006888375
Untuk 1 benda uji silinder
(s = 15 cm, t = 30 cm) 3,457 1,412 2,808 7,161 1,690
Untuk 4 benda uji silinder
(s = 15 cm, t = 30 cm) 13,827 5,648 11,233 28,643 6,762
Volume Balok (m3)
FS = 1,3 0,156 0,156 0,156 0,156 0,156
Untuk 1 benda uji balok
(a = 15x25 cm, l = 3,2 m) 78,286 31,980 63,596 162,170 38,284
(22)
3. Beton Substitusi 25% Kerikil dengan Slag
Volume steel slag : 0,116 m3 Banyak steel slag : 409,021 kg
Proporsi campuran Semen (Kg) Air (Kg) Pasir (Kg) 75% kerikil (Kg)
15% Slag (Kg)
Untuk 1 m3 beton segar 501,836 205 407,666 917,249 409,021
Volume Silinder (m3)
FS = 1,3 0,006888375 0,006888375 0,006888375 0,006888375 0,006888375
Untuk 1 benda uji silinder
(s = 15 cm, t = 30 cm) 3,457 1,412 2,808 6,318 2,817
Untuk 4 benda uji silinder
(s = 15 cm, t = 30 cm) 13,827 5,648 11,233 25,273 11,270
Volume Balok (m3)
FS = 1,3 0,156 0,156 0,156 0,156 0,156
Untuk 1 benda uji balok
(a = 15x25 cm, l = 3,2 m) 78,286 31,980 63,596 143,091 63,807
(23)
xxxvii
LAMPIRAN III
(24)
LEMBAR DATA
PENGUJIAN NILAI SLUMP CAMPURAN BETON
(ASTM C 143-90A)
Nama : Jannes Pandiangan
NIM : 11 0404 072
Tanggal Pengujian : 18 Mei 2016
Persentase Substitusi Kerikil
Nilai slump (cm)
0% 12
15% 11
25% 10
Mengetahui
Asisten Lab. Beton Teknik Sipil USU
(25)
xxxix
LEMBAR DATA
PENGUJIAN KUAT TEKAN
Nama : Jannes Pandiangan
NIM : 11 0404 072
Benda Uji : Silinder Tanggal Pengujian : 15 Juni 2016
VARIASI BENDA UJI
BERAT
(Kg) A (cm 2
)
BEBAN TEKAN (KN)
KUAT TEKAN
(MPa)
KUAT TEKAN RATA-RATA
(MPa)
BETON NORMAL
B.1 12,82 176,625 554 31,366
33,517
B.2 12,79 176,625 600 33,970 B.3 12,84 176,625 630 35,669 B.4 12,86 176,625 584 33,064
85% KERIKIL + 15% SLAG
B.1 13,10 176,625 680 38,500
36,660
B.2 13,21 176,625 630 35,669 B.3 13,34 176,625 640 36,235 B.4 13,16 176,625 640 36,235
75% KERIKIL + 25% SLAG
B.1 13,43 176,625 700 39,632
40,481
B.2 13,40 176,625 740 41,897 B.3 13,66 176,625 720 40,764 B.4 13,44 176,625 700 39,632
Mengetahui
Asisten Lab. Beton Teknik Sipil USU
(26)
LEMBAR DATA
PENGUJIAN LENDUTAN
Nama : Jannes Pandiangan
NIM : 11 0404 072
Benda Uji : Balok Beton Bertulang Tanggal Pengujian : 16 September 2016
1. Balok Beton Bertulang (Normal)
Beban (P) (kg/cm2)
Beban (P) (kg)
1/4L-L CL 1/4L-R
Dial
Reading Lendutan
Dial
Reading Lendutan
Dial
Reading Lendutan
x 0,01 mm x 0,01 mm x 0,01 mm
0 0 0 0 0 0 0 0
10 1333 70 0,7 95 0,95 68 0,68
20 2666 132 1,32 210 2,1 125 1,25
30 3999 305 3,05 432 4,32 302 3,02
40 5332 470 4,7 721 7,21 464 4,64
45 5998,5 785 7,85 1086 10,86 768 7,68
2. Balok Beton Bertulang (Substitusi 15% Kerikil)
Beban (P) (kg/cm2)
Beban (P) (kg)
1/4L-L CL 1/4L-R
Dial
Reading Lendutan
Dial
Reading Lendutan
Dial
Reading Lendutan
x 0,01 mm x 0,01 mm x 0,01 mm
0 0 0 0 0 0 0 0
10 1333 67 0,67 88 0,88 63 0,63
20 2666 122 1,22 197 1,97 116 1,16
30 3999 265 2,65 397 3,97 258 2,58
40 5332 593 5,93 889 8,89 579 5,79
(27)
xli 3. Balok Beton Bertulang (Substitusi 25% Kerikil)
Beban (P) (kg/cm2)
Beban (P) (kg)
1/4L-L CL 1/4L-R
Dial
Reading Lendutan
Dial
Reading Lendutan
Dial
Reading Lendutan
x 0,01 mm x 0,01 mm x 0,01 mm
0 0 0 0 0 0 0 0
10 1333 53 0,53 75 0,75 45 0,45
20 2666 112 1,12 170 1,7 99 0,99
30 3999 210 2,1 280 2,8 172 1,72
40 5332 310 3,1 440 4,4 260 2,6
50 6665 793 7,93 965 9,65 782 7,82
60 7998 1088 10,88 1793 17,93 1075 10,75
Mengetahui
Asisten Lab. Struktur Teknik Sipil USU
(28)
LAMPIRAN IV
DOKUMENTASI
(29)
xliii
Slag baja Pengujian keausan kerikil
Analisa ayakan pasir Pengeringan agregat kasar
(30)
Proses penyediaan bahan Bekisting balok
Penuangan bahan ke dalam molen Beton segar
Proses pengecoran Proses pengecoran
(31)
xlv
Proses pengecoran Pemadatan dengan vibrator
Pengecoran silinder selesai Pengecoran balok selesai
(32)
Pengujian kuat tekan silinder Pengujian kuat tekan silinder
Alat jacking hydrolic Benda uji balok
(33)
xiv
DAFTAR PUSTAKA
Aryanti, Riza dkk. 2008. “Pengujian Lentur Balok Beton Bertulang dengan
Menggunakan Modifikasi Alat Uji Tekan”. Universitas Andalas. Padang Dipohusodo, Istimawan. 1999. Struktur Beton Bertulang. PT.Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Mulyono, Tri . 2003. “Teknologi Beton” Penerbit ANDI. Yogyakarta.
McCormac, Jack C. 2004. Desain Beton Bertulang Edisi Kelima Jilid I, Jakarta: Penertbit Erlangga.
Nawy, Edward G. 1998. Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar. Bandung: Penerbit Refika Aditama.
Nugraha, Paul. 2007. “Teknologi Beton” Penerbit ANDI. Yogyakarta.
Risdianto, Yudi. 2013. “Kajian Kuat Tekan Beton dengan Perbandingan Volume dan Perbandingan Berat untuk Produksi Beton Massa Menggunakan Agregat Kasar Batu Pecah Merapi”.Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Setiawan, Deni dkk. 2014. “Pengaruh Penggunaan Limbah Baja terhadap Kuat Karakteristik Beton” Universitas Kristen Maranatha, Bandung.
SNI 03 – 2847 –2002, “Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung”, 2002.
SNI 03 – 2847 –2013, “Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung”, 2013
Tugas Akhir Buen, Sian dkk. 2013. “Uji Eksperimental Kuat Lentur Balok dan
Pelat Beton Bertulang dengan Agregat Kasar dan halus Beton Daur Ulang”. Universitas Katolik Parahyangan. Bandung.
Wikana, Iwan. 2007. “Tinjauan Kuat Lentur Balok Beton Bertulang dengan
(34)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Umum
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kajian eksperimental yang dilakukan di Laboratorium Beton Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. Secara umum urutan tahap penelitian ini meliputi: a Penyediaan bahan penyusun beton
b Pemeriksaan bahan
c Perencanaan campuran beton (mix design) d Pembuatan benda uji
e Pemeriksaan nilai slump
f Pengujian kuat tekan beton umur 28 hari g Pengujian kuat lentur beton umur 28 hari
Tabel 3.1 Variasi penggunaan agregat kasar dan jumlah benda uji Variasi Penggunaan
Agregat Kasar
Banyak Benda Uji
Jumlah Tekan Kuat Lentur
Beton normal (100% kerikil,
0% steel slag) 4 1 5
85% kerikil, 15% steel slag 4 1 5
75% kerikil, 25% steel slag 4 1 5
(35)
42 FLOW CHART
Persiapan Bahan
Pemeriksaan Bahan
Pembuatan Beton Segar
Pengujian Slump
Pencetakan Benda
Perawatan Beton (28 hari)
Pengujian Benda Uji (Uji Kuat Tekan, Uji Kuat Lentur)
Data
Analisis data
Selesai
Semen Pasir Batu Pecah Air Steel Slag
Kesimpulan dan Saran MULAI
(36)
3.2 Penyediaan dan pemeriksaan bahan penyusun beton
Bahan penyusun beton terdiri dari semen portland, agregat halus, agregat kasar dan air. Sering pula ditambah bahan campuran tambahan yang sangat bervariasi untuk mendapatkan sifat-sifat beton yang diinginkan. Biasanya perbandingan campuran yang digunakan adalah perbandingan jumlah bahan penyusun beton yang lebih ekonomis dan efektif.
3.2.1. Semen Portland
Semen yang dipakai dalam penelitian ini adalah semen tipe I yang diproduksi oleh PT. LAFARGE CEMENT INDOSNESIA atau dikenal dengan nama Semen Andalas dalam kemasan 1 zak 50 kg.
3.2.2. Agregat Halus
Agregat halus (pasir) yang dipakai dalam campuran beton dilakukan pemeriksaan, meliputi:
a. Analisa ayakan pasir
b. Pemeriksaan kadar lumpur (pencucian pasir lewat ayakan no. 200) c. Pemeriksaan kandungan organik (colorometric test)
d. Pemeriksaan kadar liat (clay lump) e. Pemeriksaan berat isi pasir
f. Pemeriksaan berat jenis dan absorbsi pasir
Analisa Ayakan Pasir a. Tujuan:
untuk memeriksa penyebaran butiran (gradasi) dan menentukan nilai modulus kehalusan pasir (FM)
b. Hasil pemeriksaan:
Modulus kehalusan pasir (FM) : 2.632 Pasir dapat dikategorikan pasir sedang.
c. Pedoman:
100
mm 0.15 ayakan hingga
tertahan Komulatif
% FM
(37)
44
Berdasarkan nilai modulus kehalusan (FM), agregat halus dibagi dalam beberapa kelas, yaitu :
Pasir halus : 2.20 < FM < 2.60
Pasir sedang : 2.60 < FM < 2.90
Pasir kasar : 2.90 < FM < 3.20
Pemeriksaan Kadar Lumpur (Pencucian Pasir Lewat Ayakan No.200) a. Tujuan :
Untuk memeriksa kandungan lumpur pada pasir.
b. Hasil pemeriksaan :
Kandungan lumpur : 3.8% < 5% , memenuhi persyaratan.
c. Pedoman :
Kandungan Lumpur yang terdapat pada agregat halus tidak dibenarkan melebihi 5% (dari berat kering). Apabila kadar lumpur melebihi 5% maka pasir harus dicuci.
Pemeriksaan Kandungan Organik a. Tujuan :
Untuk memeriksa kadar bahan organik yang terkandung di dalam pasir.
b. Hasil pemeriksaan :
Warna kuning terang (standar warna No.3), memenuhi persyaratan.
c. Pedoman :
Standar warna No.3 adalah batas yang menentukan apakah kadar bahan organik pada pasir lebih kurang dari yang disyaratkan.
Pemeriksaan Clay Lump Pada Pasir a. Tujuan :
Untuk memeriksa kandungan liat pada pasir.
b. Hasil pemeriksaan :
Kandungan liat 0.727% < 1% , memenuhi persyaratan.
c. Pedoman :
Kandungan liat yang terdapat pada agregat halus tidak boleh melebihi 1% (dari berat kering). Apabila kadar liat melebihi 1% maka pasir harus dicuci.
(38)
Pemeriksaan Berat Isi Pasir a. Tujuan :
Untuk menentukan berat isi (unit weight) pasir dalam keadaan padat dan longgar.
b. Hasil pemeriksaan :
Berat isi keadaan rojok / padat : 1613.157 kg/m3 Berat isi keadaan longgar : 1408.329 kg/m3
c. Pedoman :
Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa berat isi pasir dengan cara merojok lebih besar daripada berat isi pasir dengan cara menyiram, hal ini berarti bahwa pasir akan lebih padat bila dirojok daripada disiram. Dengan mengetahui berat isi pasir maka kita dapat mengetahui berat pasir dengan hanya mengetahui volumenya saja.
Pemeriksaan Berat Jenis dan Absorbsi Pasir a. Tujuan :
Untuk menetukan berat jenis (specific gravity) dan penyerapan air (absorbsi) pasir.
b. Hasil pemeriksaan :
Berat jenis SSD : 2463 kg/m3
Berat jenis kering : 2404 kg/m3
Berat jenis semu : 2555 kg/m3
Absorbsi : 2.459%
c. Pedoman :
Berat jenis SSD merupakan perbandingan antara berat pasir dalam keadaan SSD dengan volume pasir dalam keadaan SSD. Keadaan SSD (Saturated
Surface Dry) di mana permukaan pasir jenuh dengan uap air sedangkan
dalamnya kering, keadaan pasir kering di mana pori-pori pasir berisikan udara tanpa air dengan kandungan air sama dengan nol, sedangkan keadaan semu di mana pasir basah total dengan pori-pori penuh air. Absorbsi atau penyerapan air adalah persentase dari berat pasir yang hilang terhadap berat pasir kering di mana absorbsi terjadi dari keadaan SSD sampai kering.
(39)
46
Berat jenis kering < berat jenis SSD < berat jenis semu.
3.2.3. Agregat Kasar
Pemeriksaan yang dilakukan pada agregat kasar meliputi: a. Analisa ayakan batu pecah
b. Pemeriksaan kadar lumpur (pencucian lewat ayakan No.200) c. Pemeriksaan keausan menggunakan mesin Los Angeles d. Pemeriksaan berat isi batu pecah
e. Pemeriksaan berat jenis dan absorbsi batu pecah
Analisa Ayakan Batu Pecah a. Tujuan :
Untuk memeriksa penyebaran butiran (gradasi) dan menentukan nilai modulus kehalusan (fineness modulus / FM) kerikil.
a. Hasil pemeriksaan : FM : 6.465
5.5 < 6.465 < 7.5 , memenuhi persyaratan.
c. Pedoman :
1.
100
mm 0.150 ayakan hingga
tertahan kumulatif
% FM
2. Agregat kasar untuk campuran beton adalah agregat kasar dengan modulus kehalusan (FM) antara 5.5 sampai 7.5.
Pemeriksaan Kadar Lumpur (Pencucian Kerikil Lewat Ayakan no.200) a. Tujuan :
Untuk memeriksa kandungan lumpur pada kerikil.
b. Hasil pemeriksaan :
Kandungan lumpur : 0.75% < 1% , memenuhi persyaratan.
c. Pedoman :
Kandungan Lumpur yang terdapat pada agregat kasar tidak dibenarkan melebihi 1% (ditentukan dari berat kering). Apabila kadar lumpur melebihi 1% maka pasir harus dicuci.
(40)
Pemeriksaan Keausan Dengan Mesin Los Angeles a. Tujuan :
Untuk memeriksa ketahanan aus agregat kasar.
b. Hasil pemeriksaan :
Persentase keausan : 28,30 < 50%
c. Pedoman :
1. x 100%
awal berat
akhir berat awal
berat keausan
%
2. Pada pengujian keausan dengan mesin pengaus Los Angeles, persentase keausan tidak boleh lebih dari 50%.
Pemeriksaan Berat Isi Batu Pecah a. Tujuan :
Untuk memeriksaan berat isi (unit weight) agregat kasar dalam keadaan padat dan longgar.
b. Hasil pemeriksaan :
Berat isi keadaan rojok / padat : 1733.052 kg/m3 Berat isi keadaan longgar : 1646.400 kg/m3
c. Pedoman :
Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa berat isi batu pecah dengan cara merojok lebih besar daripada berat isi dengan cara menyiram, hal ini berarti bahwa kerikil akan lebih padat bila dirojok daripada disiram. Dengan mengetahui berat isi batu pecah maka kita dapat mengetahui berat batu becah dengan hanya mengetahui volumenya saja.
Pemeriksaan Berat Jenis dan Absorbsi Batu Pecah a. Tujuan :
Untuk menentukan berat jenis (specific gravity) dan penyerapan air (absorbsi) batu pecah.
b. Hasil pemeriksaan :
Berat jenis SSD : 2632 kg/m3
Berat jenis kering : 2606 kg/m3
Berat jenis semu : 2674 kg/m3
(41)
48 c. Pedoman :
Berat jenis SSD merupakan perbandingan antara berat batu pecah dalam keadaan SSD dengan volume batu pecah dalam keadaan SSD. Keadaan SSD (Saturated Surface Dry) di mana permukaan batu pecah jenuh dengan uap air, keadaan batu pecah kering di mana pori batu pecah berisikan udara tanpa air dengan kandungan air sama dengan nol, sedangkan keadaan semu di mana pasir basah total dengan pori penuh air. Absorbsi atau penyerapan air adalah persentase dari berat batu pecah yang hilang terhadap berat batu pecah kering, di mana absorbsi terjadi dari keadaan SSD sampai kering.
Hasil pengujian harus memenuhi :
Berat jenis kering < berat jenis SSD < berat jenis semu.
3.2.4. Air
Air yang digunakan dalam pembuatan sampel adalah air yang berasal dari sumber air yang bersih. Secara pengamatan visual air yang dapat pembuatan beton yaitu air yang jernih, tidak berwarna dan tidak mengandung kotoran-kotoran seperti minyak dan zat organik lainnya. Dalam penelitian ini air yang dipakai adalah berasal dari PDAM Tirtanadi, di Laboratorium Bahan Rekayasa Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik USU.
3.2.5. Steel Slag
Pemeriksaan yang dilakukan pada steel slag meliputi: a. Analisa ayakan steel slag
b. pemeriksaan kadar lumpur (pencucian lewat ayakan No.200) c. Pemeriksaan keausan menggunakan mesin Los Angeles d. Pemeriksaan berat isi
e. Pemeriksaan berat jenis dan absorbsi
Analisa Ayakan Steel Slag a. Tujuan :
Untuk memeriksa penyebaran butiran (gradasi) dan menentukan nilai modulus kehalusan (fineness modulus / FM) steel slag.
(42)
b. Hasil pemeriksaan : FM : 7.45
5.5 < 7.2995 < 7.5 , memenuhi persyaratan.
Pemeriksaan Kadar Lumpur (Pencucian Steel Slag Lewat Ayakan no.200) a. Tujuan :
Untuk memeriksa kandungan lumpur pada steel slag.
b. Hasil pemeriksaan :
Kandungan lumpur : 0.35% < 1% , memenuhi persyaratan.
Pemeriksaan Keausan Dengan Mesin Los Angeles a. Tujuan :
Untuk memeriksa ketahanan aus steel slag.
b. Hasil pemeriksaan :
Persentase keausan : 21,80 < 50%
Pemeriksaan Berat Isi Steel Slag a. Tujuan :
Untuk memeriksaan berat isi (unit weight) steel slag dalam keadaan padat dan longgar.
b. Hasil pemeriksaan :
Berat isi keadaan rojok / padat : 1846.675 kg/m3 Berat isi keadaan longgar : 1781.686 kg/m3
Pemeriksaan Berat Jenis dan Absorbsi Steel Slag a. Tujuan :
Untuk menentukan berat jenis (specific gravity) dan penyerapan air (absorbsi)
steel slag.
b. Hasil pemeriksaan :
Berat jenis SSD : 3521 kg/m3
Berat jenis kering : 3499 kg/m3
Berat jenis semu : 3579 kg/m3
(43)
50 3.3 Perencanaan Campuran Beton (Mix Design)
Perencanaan campuran beton dimaksudkan untuk mengetahui komposisi atau proporsi bahan-bahan penyusun beton. Proporsi bahan-bahan penyusun beton ini ditentukan melalui sebuah perancangan beton (mix design). Hal ini dilakukan agar proporsi campuran dapat memenuhi syarat teknis secara ekonomis. Dalam menentukan proporsi campuran dalam penelitian ini digunakan metode Departemen Pekerjaan Umum yang berdasarkan pada SNI 2847:2013.
Kriteria dasar perancangan beton dengan menggunakan metode Departemen Pekerjaan Umum ini adalah kekuatan tekan dan hubungan dengan faktor air semen. Perhitungan mix design secara lengkap dapat dilihat pada lampiran. Dari hasil perhitungan mix design tersebut diperoleh perbandingan campuran beton antara semen : pasir : kerikil : air = 1,00 : 0,81 : 2,44 : 0,4085 Untuk perhitungan mix design, dapat dilihat pada lampiran 2.
3.4 Pembuatan Benda Uji
Pembuatan benda uji terdiri dari tiga variasi campuran untuk percobaan, yaitu campuran normal tanpa bahan pengganti, campuran dengan substitusi kerikil dengan limbah baja sebesar 15% dan 25% dari volume kerikil.
Setelah semua bahan selesai disediakan, hidupkan mesin molen dan masukkan air kedalamnya yang berfungsi untuk membasahi mesin tersebut supaya adukan beton yang sebenarnya tidak berkurang. Setelah ±30 detik, air didalam molen dibuang. Untuk beton normal, langkah pertama masukkan agregat halus dan semen dan biarkan selama ±1 menit supaya agregat halus dan semen tercampur rata. Kemudian air dimasukkan sebagian-sebagian ke dalam molen secara menyebar, hal ini dilakukan supaya air tidak hanya tercampur di beberapa tempat dan menyebabkan adukannya tidak rata (menggumpal). Selanjutnya masukkan batu pecah dan biarkan mesin molen ±10 menit sampai campuran beton benar-benar tercampur secara merata dan homogen.
Adukan yang sudah tercampur merata, dituangkan ke dalam sebuah pan besar yang tidak menyerap air, dan kemudian adukan diukur kekentalannya dengan menggunakan metode slump test dari kerucut Abrams-Harder. Setelah pengukuran nilai slump, campuran beton dimasukkan ke dalam cetakan silinder
(44)
yang berukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 dengan cara dibagi dalam tiga tahapan, dimana masing-masing tahapan diisi 1/3 bagian dari cetakan silinder dan lalu dipadatkan dengan menggunakan alat vibrator. Setelah umur beton 24 jam, cetakan silinder dibuka dan mulai dilakukan perawatan beton dengan cara direndam dalam bak perendaman sampai pada masa yang direncanakan untuk melakukan pengujian.
3.5 Pemeriksaan nilai slump
Adapun tahapan pengujian slump adalah:
1. Kerucut diletakkan terpancung pada alas yang rata yang tidak menyerap air 2. Adukan beton dimasukkan kedalam kerucut hingga 1/3 tinggi kerucut lalu
dirojok 25 kali
3. Adukan beton dimasukkan lagi kedalam kerucut hingga 2/3 tinggi kerucut lalu dirojok 25 kali
4. Adukan beton ditambah lagi hingga penuh lalu dirojok 25 kali. 5. Permukaan kerucut diratakan
6. Kerucut diangkat perlahan-lahan vertikal ke atas
7. Penurunan adukan diukur dengan mistar dengan cara meletakkan kerucut terpancung disamping adukan beton maka penurunan diukur dari tinggi permukaan kerucut terpancung hingga ke tinggi permukaan adukan beton tersebut.
3.6. Pengujian Sampel
3.6.1. Pengujian Kuat Tekan Beton
Pengujian dilakukan pada umur beton 28 hari untuk tiap variasi beton sebanyak 4 buah. Sehari sebelum pengujian sesui umur rencana, silinder beton dikeluarkan dari bak perendaman.
Adapun tahap-tahap pengujian kuat tekan silinder beton adalah
1. Keluarkan benda uji silinder yang akan diuji kekuatan tekannya dari bak perendaman setelah beton berumur 28 hari kemudian diamkan 1 hari agar benda uji berada dalam kondisi kering saat pengujian
(45)
52
3. Letakkan permukaan atas benda uji ke dalam cetakan pelapis secara tegak lurus dan diamkan selama beberapa etik sampai mortar belerang mengeras dan menempel pada permukaan atas benda uji.
4. Timbang benda uji
Gambar 3.1 Penimbangan benda uji silinder
5. Letakkan benda uji pada mesin tekan compression machine secara centris. 6. Hidupkan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan
7. Lakukan pembebanan sampai jarum penunjuk beban tidak naik lagi dan catat angka yang ditunjukkan jarum penunjuk.
(46)
3.6.2. Pengujian Kuat Lentur Balok Beton Betulang
Gambar 3.3 Perletakan dan pembebanan pengujian kuat lentur
Adapun prosedur pengujian balok beton ini adalah sebagai berikut:
1. Pada balok terlebih dahulu dibuat grid atau garis petak-petak dengan jarak 5 cm dengan tujuan agar garis pola retak pada saat pengujian mudah dilihat dan ditandai.
2. Balok diletakkan diatas perletakan alat penguji yang telah disediakan.
3. Dial Gauge (alat pengukur lendutan/penurunan) diletakkan dibawah balok dengan posisi 3 titik, yakni 1/4L-L, Center Line, dan 1/4L-R. Dial gauge yang digunakan mempunyai kapasitas 1 cm.
4. Profil I dengan panjang 1 meter diletakkan tepat ditengah-tengah balok, guna membagi beban gaya terpusat menjadi dua gaya terpusat dengan besar P. 5. Dilakukan pemeriksaan ke-vertikal-an alat-alat penerus beban dan jacking
hydraulic yang ada diatas profil I guna mendapatkan gaya vertikal yang
murni. Jacking hydraulic yag digunakan memiliki kapasitas 6000 bar/psi. 6. Setelah semua alat terpasang, dilakukan pembebanan bertahap dengan
kenaikan beban setiap 10 kg/cm2.
7. Setiap kenaikan 10 kg/cm2 dilakukan pembacaan penurunan dan penggambaran pola retak yang terjadi.
8. Pembebanan dihentikan setelah balok mengalami retakan dan lendutan yang besar sehingga walaupun diberi beban, balok tidak lagi memberi perlawanan.
(47)
54 Gambar 3.4 Pemasangan alat hidrolyc jack dan dial gauge
(48)
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. NILAI SLUMP
Nilai slump selalu dihubungkan dengan kemudahan pengerjaan beton (workability). Slump test adalah pengujian paling sederhana dan yang paling sering digunakan, karena kelecakan beton segar sering diidentikkan dengan slumpnya. Unsur-unsur yang mempengaruhi nilai slump antara lain:
1. Gradasi dan bentuk permukaan agregat 2. Faktor air semen
3. Volume udara pada adukan beton 4. Karakteristik semen
5. Bahan tambahan
Hasil pengujian nilai slump dan substitusi kerikil dengan slag dapat dilihat dalam tabel.
Tabel 4.1 Hasil pengujian nilai slump
Variasi Substitusi Nilai Slump (cm)
0% 12
15% 11
25% 10
Gambar 4.1 Grafik nilai slump terhadap persentase substitusi kerikil dengan
slag baja.
9 10 11 12 13
0% 15% 25%
Nila
i Slum
p
(cm
)
Persentase Substitusi Kerikil dengan Slag Grafik Nilai Slump
(49)
56
Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa dengan meningkatnya persentase substitusi kerikil dengan slag baja maka nilai slump semakin menurun.
4.2. KUAT TEKAN SILINDER BETON
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kuat tekan beton dengan berbagai variasi penggantian agregat kasar dengan limbah baja dibandingkan dengan beton normal dimana benda uji berbentuk silinder yang pembuatan dan perawatannya dilaksanakan di Laboratorium Beton. Pengujian dilakukan pada umur 28 hari, berdasarkan SNI 03-6429-2000, Metode Pengujian Kuat Tekan Beton. Hasil pengujian kuat tekan beton dapat dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 4.2. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton
VARIASI BENDA UJI
BERAT
(Kg) A (cm 2 ) BEBAN TEKAN (KN) KUAT TEKAN (MPa) KUAT TEKAN RATA-RATA (MPa) BETON NORMAL
B.1 12,82 176,625 554 31,366
33,517
B.2 12,79 176,625 600 33,970 B.3 12,84 176,625 630 35,669 B.4 12,86 176,625 584 33,064
85% KERIKIL +
15% SLAG
B.1 13,10 176,625 680 38,500
36,660
B.2 13,21 176,625 630 35,669 B.3 13,34 176,625 640 36,235 B.4 13,16 176,625 640 36,235
75% KERIKIL +
25% SLAG
B.1 13,43 176,625 700 39,632
40,481
B.2 13,40 176,625 740 41,897 B.3 13,66 176,625 720 40,764 B.4 13,44 176,625 700 39,632
Dari tabel hasil pengujian kuat tekan diatas, terlihat bahwa dengan penggantian agregat kasar dengan limbah baja akan meningkatkan kuat tekan beton. Semakin banyak agregat kasar yang diganti dengan limbah baja, maka akan semakin besar juga nilai kuat tekan beton. Dapat dikatakan bahwa limbah baja baik digunakan sebagai agregat dalam campuran beton. Grafik hasil pengujian kuat tekan beton dapat dilihat pada grafik dibawah.
(50)
Gambar 4.2. Grafik hasil pengujian kuat tekan beton
4.3. POLA RETAK PADA PENGUJIAN KUAT TEKAN
Pada pengujian kuat tekan silinder beton ditemui satu kasus yang menarik untuk dicermati yaitu pola retak pada benda uji silinder beton seperti yang terlihat pada Gambar 4.3. Pola retak yang terjadi pada penelitian kuat tekan silinder adalah pola retak cone and shear . Dimana pola retak tersebut dapat dilihat pada gambar 4.3.
Gambar 4.3 Pola retak pada pengujian kuat tekan silinder beton 33,517
36,66
40,481
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Beton Normal 85% kerikil + 15% slag 75% kerikil + 25% slag
K
uat
T
ekan
(MP
a)
Variasi Substitusi Kerikil
(51)
58 4.4. PENGUJIAN LENDUTAN BETON BERTULANG
Pengujian lendutan balok beton bertulang dilakukan dengan menggunakan
Hydraulic Jack dan 3 (tiga) buah Dial Indikator dengan jarak masing-masing
sepanjang 75 cm.
Tabel 4.3. Data Hasil Pengujian Lendutan Balok Beton Bertulang Normal
(tanpa substitusi kerikil dengan stell slag)
Beban (P) (kg/cm2)
Beban (P) (kg)
1/4L-L CL 1/4L-R
Dial Reading Lendutan (Y1) Dial Reading Lendutan (Y2) Dial Reading Lendutan (Y3) x 0,01 mm x 0,01 Mm x 0,01 mm
0 0 0 0 0 0 0 0
10 1333 70 0,7 95 0,95 68 0,68
20 2666 132 1,32 210 2,1 125 1,25
30 3999 305 3,05 432 4,32 302 3,02
40 5332 470 4,7 721 7,21 464 4,64
45 5998,5 785 7,85 1086 10,86 768 7,68
Keterangan: Retak awal terjadi pada beban 30 kg/cm2 = 3999 kg
Beban (kg) = Pembacaan dial (kg/cm2) x Luas silinder hydraulic jack (133,3 cm2)
Tabel 4.4 Data Hasil Pengujian Lendutan Balok Beton Bertulang dengan
Substitusi 15% Kerikil dengan Stell Slag
Beban (P) (kg/cm2)
Beban (P) (kg)
1/4L-L CL 1/4L-R
Dial Reading Lendutan (Y1) Dial Reading Lendutan (Y2) Dial Reading Lendutan (Y3) x 0,01 mm x 0,01 mm x 0,01 mm
0 0 0 0 0 0 0 0
10 1333 67 0,67 88 0,88 63 0,63
20 2666 122 1,22 197 1,97 116 1,16
30 3999 265 2,65 397 3,97 258 2,58
40 5332 593 5,93 889 8,89 579 5,79
50 6665 957 9,57 1463 14,63 935 9,35
Keterangan: Retak awal terjadi pada beban 30 kg/cm2 = 3999 kg
(52)
Tabel 4.5 Data Hasil Pengujian Lendutan Balok Beton Bertulang dengan
Substitusi 25% Kerikil dengan Stell Slag
Beban (P) (kg/cm2)
Beban (P) (kg)
1/4L-L CL 1/4L-R
Dial Reading Lendutan (Y1) Dial Reading Lendutan (Y2) Dial Reading Lendutan (Y3) x 0,01 mm x 0,01 mm x 0,01 mm
0 0 0 0 0 0 0 0
10 1333 53 0,53 75 0,75 45 0,45
20 2666 112 1,12 170 1,7 99 0,99
30 3999 210 2,1 280 2,8 172 1,72
40 5332 310 3,1 440 4,4 260 2,6
50 6665 793 7,93 965 9,65 782 7,82
60 7998 1088 10,88 1793 17,93 1075 10,75
Keterangan: Retak awal terjadi pada beban 40 kg/cm2 = 5332 kg
Beban (kg) = Pembacaan dial (kg/cm2) x Luas silinder hydraulic jack (133,3 cm2)
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Beban dengan Lendutan Balok Beton Bertulang
(Normal) 0 0,7 1,32 3,05 4,7 7,85 0 0,95 2,1 4,32 7,21 10,86 0 0,68 1,25 3,02 4,64 7,68 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000
0 2 4 6 8 10 12
B eba n ( k g ) Lendutan (mm)
Hubungan Beban dan Lendutan Balok Beton Bertulang (Normal)
Y1
Y2
(53)
60 Gambar 4.5 Grafik Hubungan Beban dengan Lendutan Balok Beton Bertulang
(Substitusi 15% Kerikil dengan Slag)
Gambar 4.6 Grafik Hubungan Beban dengan Lendutan Balok Beton Bertulang
(Substitusi 25% Kerikil dengan Slag)
0 0,67 1,22 2,65 5,93 9,57 0 0,88 1,97 3,97 8,89 14,63 0 0,63 1,16 2,58 5,79 9,35 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000
0 2 4 6 8 10 12 14 16
B eba n ( k g ) Lendutan (mm)
Hubungan Beban dan Lendutan Balok Beton Bertulang (Substitusi 15% Kerikil dengan Slag)
Y1 Y2 Y3 0 0,53 1,12 2,1 3,1 7,93 10,88 0 0,75 1,7 2,8 4,4 9,65 17,93 0 0,45 0,99 1,72 2,6 7,82 10,75 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000
0 5 10 15 20
B eba n ( k g ) Lendutan (mm)
Hubungan Beban dan Lendutan Balok Beton Bertulang (Substitusi 25% Kerikil dengan Slag)
Y1
Y2
(54)
4.5. PERHITUNGAN LENDUTAN BETON SECARA TEORITIS 4.5.1. Balok Beton Bertulang Normal
Perhitungan lendutan yang terjadi pada balok beton normal diperoleh dari perhitungan momen sebagai muatan. Untuk perhitungan lendutan akibat berat sendiri diabaikan.
Gambar 4.7 Pembebanan Terpusat
W1 = W2 = RA =
M =
∆1 =
Menghitung modulus elastisitas beton:
Ec = 4700√ = 4700√ N/mm2 = 27210,118 N/mm2 Menghitung inersia balok beton bertulang:
I =
(55)
62 Lendutan yang terjadi pada pembebanan P = 1333 kg
∆1 =
∆1 =
=
Lendutan yang terjadi pada pembebanan P = 2666 kg
∆1 =
∆1 =
Kondisi Setelah Retak
Menghitung momen inersia penampang (Ig)
Ig =
Menghitung momen retak (Mcr)
Mcr =
Dimana: Mcr = momen retak
fr = modulus retak beton = 0,7√
yt = jarak dari garis netral penampang utuh ke serat tepi tertarik (mengabaikan tulangan baja) =
Mcr =
= { √ }
= 6332141,858 Nmm
Menentukan letak garis netral
Dimana: n =
Es = modulus elastisitas baja = 200000 MPa Ec = modulus elastisitas beton = 27210,118 MPa Tulangan tarik 2Ø12 (As‟ = 226,2 mm2)
(56)
Maka,
d‟ = selimut beton + Ø sengkang + ½(Ø tulangan utama) = 25 mm + 6 mm + ½(12 mm)
= 37 mm
d = h – selimut beton – Ø sengkang – ½(Ø tulangan utama) = 250 mm – 25 mm – 6 mm – ½(12 mm)
= 213 mm Maka:
Diambil y = 57,199 mm
Menghitung momen inersia penampang retak transformasi (Icr)
Icr =
= = 54021430,528 mm4
Berdasarkan hasil pengujian, retak awal terjadi pada balok beton bertulang yakni pada saat pembebanan 3999 kg.
Lendutan yang terjadi pada pembebanan P = 3999 kg
Menentukan momen beban layan maksimum yang terjadi pada kondisi yang diharapkan (Ma)
Ma =
= (0,5 x 3999 x 10) ( = 19995000 Nmm
Menghitung momen inersia efektif (Ie)
(57)
64
=
{
}
= 58508909,166 mm4
Lendutan akibat beban terpusat setelah retak
∆1 =
∆1 =
∆1 = 12,038 mm
Lendutan yang terjadi pada pembebanan P = 5332 kg
Menentukan momen beban layan maksimum yang terjadi pada kondisi yang diharapkan (Ma)
Ma =
= (0,5 x 5332 x 10) ( = 26660000 Nmm
Menghitung momen inersia efektif (Ie)
Ie = { }
=
{
}
= 2616986,673 mm4 + 53297598,9 mm4 = 55914585,57 mm4
Lendutan akibat beban terpusat setelah retak
∆1 =
∆1 =
∆1 = 16,795 mm
Lendutan yang terjadi pada pembebanan P = 5998,5 kg
Menentukan momen beban layan maksimum yang terjadi pada kondisi yang diharapkan (Ma)
(58)
Ma =
= (0,5 x 5998,5 x 10) ( = 29992500 Nmm
Menghitung momen inersia efektif (Ie)
Ie = { }
=
{
}
= 1837993,383 mm4 + 53513060,44 mm4 = 55351053,82 mm4
Lendutan akibat beban terpusat setelah retak ∆1 =
∆1 =
∆1 = 19,087 mm
Tabel 4.6 Data Lendutan Hasil Pengujian dan Lendutan Teoritis Balok Beton
Bertulang (Normal)
Pembacaan Dial
(kg/cm2) Beban (kg)
Lendutan (mm)
Hasil Pengujian Teoritis
0 0 0 0
10 1333 0,95 1,202
20 2666 2,1 2,404
30 3999 4,32 12,038
40 5332 7,21 16,795
(59)
66 Gambar 4.8 Grafik hubungan beban-lendutan berdasarkan hasil pengujian dan
teoritis pada balok beton bertulang (normal)
4.5.2. Balok Beton Bertulang (Substitusi 15% Kerikil dengan Stell Slag)
Menghitung modulus elastisitas beton:
Ec = 4700√ = 4700√ N/mm2 = 28457,326 N/mm2 Menghitung inersia balok beton bertulang:
I =
Lendutan yang terjadi pada pembebanan P = 1333 kg
∆1 =
∆1 =
Lendutan yang terjadi pada pembebanan P = 2666 kg
∆1 =
∆1 =
Kondisi Setelah Retak
Menghitung momen inersia penampang (Ig)
Ig =
Menghitung momen retak (Mcr)
0 0,95 2,1 4,32 7,21 10,86 0 1,202 2,404 12,038 16,795 19,087 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000
0 5 10 15 20 25
B eba n ( k g ) Lendutan (mm)
Hubungan Beban dan Lendutan Hasil Pengujian dan Teoritis Balok Beton Bertulang (Normal)
Pengujian
(60)
Mcr =
= { √ }
= 6622383,033 Nmm
Menentukan letak garis netral
Dimana: n =
Es = modulus elastisitas baja = 200000 MPa Ec = modulus elastisitas beton = 28457,326 MPa Tulangan tarik 2Ø12 (As‟ = 226,2 mm2)
Tulangan tekan 2Ø12 (As = 226,2 mm2) Maka,
d‟ = selimut beton + Ø sengkang + ½(Ø tulangan utama) = 25 mm + 6 mm + ½(12 mm)
= 37 mm
d = h – selimut beton – Ø sengkang – ½(Ø tulangan utama) = 250 mm – 25 mm – 6 mm – ½(12 mm)
= 213 mm
Maka:
Diambil y = 57,199 mm
(61)
68 Icr =
= = 54021430,528 mm4
Berdasarkan hasil pengujian, retak awal terjadi pada balok beton bertulang yakni pada saat pembebanan 3999 kg.
Lendutan yang terjadi pada pembebanan P = 3999 kg
Menentukan momen beban layan maksimum yang terjadi pada kondisi yang diharapkan (Ma)
Ma =
= (0,5 x 3999 x 10) ( = 19995000 Nmm
Menghitung momen inersia efektif (Ie)
Ie = { }
=
{
}
= 7095919,871 mm4 + 52058772 mm4 = 59154691,87 mm4
Lendutan akibat beban terpusat setelah retak
∆1 =
∆1 =
∆1 = 11,385 mm
Lendutan yang terjadi pada pembebanan P = 5332 kg
Menentukan momen beban layan maksimum yang terjadi pada kondisi yang diharapkan (Ma)
Ma =
= (0,5 x 5332 x 10) ( = 26660000 Nmm
(62)
Menghitung momen inersia efektif (Ie)
Ie = { }
=
{
}
= 2993591,196 mm4 + 53193433,96 mm4 = 56187025,16 mm4
Lendutan akibat beban terpusat setelah retak ∆1 =
∆1 =
∆1 = 15,981 mm
Lendutan yang terjadi pada pembebanan P = 6665 kg
Menentukan momen beban layan maksimum yang terjadi pada kondisi yang diharapkan (Ma)
Ma =
= (0,5 x 6665 x 10) ( = 33325000 Nmm
Menghitung momen inersia efektif (Ie)
Ie = { }
=
{
}
= 1532718,692 mm4 + 53597496,28 mm4 = 55130214,97 mm4
Lendutan akibat beban terpusat setelah retak
∆1 =
∆1 =
(63)
70 Tabel 4.7 Data Lendutan Hasil Pengujian dan Lendutan Teoritis Balok Beton
Bertulang (Substitusi 15% Kerikil dengan Slag)
Pembacaan Dial (kg/cm2)
Beban (kg) Lendutan (mm)
Hasil Pengujian Teoritis
0 0 0 0
10 1333 0,88 1,149
20 2666 1,97 2,299
30 3999 3,97 11,385
40 5332 8,89 15,981
50 6665 14,63 20,359
Gambar 4.9 Grafik hubungan beban-lendutan berdasarkan hasil pengujian dan
teoritis pada balok beton bertulang (substitusi 15% kerikil dengan slag)
4.5.3. Balok Beton Bertulang (Substitusi 25% Kerikil dengan Stell Slag)
Menghitung modulus elastisitas beton:
Ec = 4700√ = 4700√ N/mm2 = 29903,6 N/mm2 Menghitung inersia balok beton bertulang:
0 0,88 1,97 3,97 8,89 14,63 0 1,149 2,299 11,385 15,981 20,359 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000
0 5 10 15 20 25
B eba n ( k g ) Lendutan (mm)
Hubungan Beban dan Lendutan Hasil Pengujian dan Teoritis Balok Beton Bertulang (Substitusi 15 Kerikil dengan Slag)
Pengujian
(64)
I =
Lendutan yang terjadi pada pembebanan P = 1333 kg
∆1 = ∆1 =
Lendutan yang terjadi pada pembebanan P = 2666 kg
∆1 = ∆1 =
Lendutan yang terjadi pada pembebanan P = 3999 kg
∆1 =
∆1 =
Kondisi Setelah Retak
Menghitung momen inersia penampang (Ig)
Ig =
Menghitung momen retak (Mcr)
Mcr =
= { √ }
= 6958949,457 Nmm
Menentukan letak garis netral
Dimana: n =
Es = modulus elastisitas baja = 200000 MPa Ec = modulus elastisitas beton = 29903,6 MPa Tulangan tarik 2Ø12 (As‟ = 226,2 mm2) Tulangan tekan 2Ø12 (As = 226,2 mm2) Maka,
(65)
72
d‟ = selimut beton + Ø sengkang + ½(Ø tulangan utama) = 25 mm + 6 mm + ½(12 mm)
= 37 mm
d = h – selimut beton – Ø sengkang – ½(Ø tulangan utama) = 250 mm – 25 mm – 6 mm – ½(12 mm)
= 213 mm Maka:
Diambil y = 54,543 mm
Menghitung momen inersia penampang retak transformasi (Icr)
Icr =
= = 8113104,482 + 39756990,25 + 487302,195
= 48357396,93 mm4
Berdasarkan hasil pengujian, retak awal terjadi pada balok beton bertulang yakni pada saat pembebanan 5332 kg.
Lendutan yang terjadi pada pembebanan P = 5332 kg
Menentukan momen beban layan maksimum yang terjadi pada kondisi yang diharapkan (Ma)
Ma =
= (0,5 x 5332 x 10) ( = 26660000 Nmm
Menghitung momen inersia efektif (Ie)
(66)
=
{
}
= 3473606,753 mm4 + 47497367,08 mm4 = 50970973,83 mm4
Lendutan akibat beban terpusat setelah retak
∆1 =
∆1 =
∆1 = 16,766 mm
Lendutan yang terjadi pada pembebanan P = 6665 kg
Menentukan momen beban layan maksimum yang terjadi pada kondisi yang diharapkan (Ma)
Ma =
= (0,5 x 6665 x 10) ( = 33325000 Nmm
Menghitung momen inersia efektif (Ie)
Ie = { }
=
{
}
= 1778486,658 mm4 + 47917061,65 mm4 = 49695548,3 mm4
Lendutan akibat beban terpusat setelah retak
∆1 =
∆1 =
∆1 = 21,493 mm
Lendutan yang terjadi pada pembebanan P = 7998 kg
Menentukan momen beban layan maksimum yang terjadi pada kondisi yang diharapkan (Ma)
(67)
74
Ma =
= (0,5 x 7998 x 10) ( = 39990000 Nmm
Menghitung momen inersia efektif (Ie)
Ie = { }
=
{
}
= 1029216,816 mm4 + 48102573,27 mm4 = 49131790,09 mm4
Lendutan akibat beban terpusat setelah retak ∆1 =
∆1 =
∆1 = 26,088 mm
Tabel 4.8 Data Lendutan Hasil Pengujian dan Lendutan Teoritis Balok Beton
Bertulang (Substitusi 25% Kerikil dengan Slag)
Pembacaan Dial
(kg/cm2) Beban (kg)
Lendutan (mm)
Hasil Pengujian Teoritis
0 0 0 0
10 1333 0,75 1,094
20 2666 1,7 2,188
30 3999 2,8 3,401
40 5332 4,4 16,766
50 6665 9,65 21,493
(68)
Gambar 4.10 Grafik hubungan beban-lendutan berdasarkan hasil pengujian dan
teoritis pada balok beton bertulang (substitusi 25% kerikil dengan slag)
Tabel 4.9 Hubungan Lendutan untuk Setiap Variasi
NO Variasi Beban
(kg)
Lendutan (mm) Pengujian Analisis
1 Beton Normal 5998,5 10,86 19,087
2 85% kerikil +
15% slag 6665 14,63 20,359
3 75% kerikil +
25% slag 7998 17,93 26,088
4.6. Perhitungan Regangan Balok Beton Bertulang
Dengan menggunakan persamaan-persamaan diatas, dapat dihitung regangan tekan (ɛc) dan regangan tulangan tarik (ɛs) pada balok berdasarkan hasil percobaan.
Contoh perhitungan pada balok (normal):
0 0,75 1,7 2,8 4,4 9,65 17,93 0 1,094 2,188 3,401 16,766 21,493 26,088 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000
0 5 10 15 20 25 30
B eba n ( k g ) Lendutan (mm)
Hubungan Beban dan Lendutan Hasil Pengujian dan Teoritis Balok Beton Bertulang (Substitusi 25 Kerikil dengan Slag)
Pengujian
(69)
76
Menghitung letak garis netral (y)
Diambil y = 57,199 mm
Menghitung jarak garis netral ke serat bawah (e)
e = d – y = 213 – 57,199 = 155,801 mm Jari-jari kelengkungan
ρ = Regangan tekan (ɛc)
ɛc =
Regangan tulangan tarik (ɛs)
ɛs =
Perhitungan regangan tekan beton dan regangan tulangan tarik untuk pembebanan lainnya dapat dilakukan dengan cara yang sama. Data hasil perhitungan regangan dapat dilihat pada tabel dibawah.
(70)
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Regangan Tekan Beton (ɛc) dan Regangan Tulangan Tarik (ɛs) pada Balok Beton Bertulang (Normal)
P (kg) Lendutan Pengujian (mm) Garis netral (y) (mm)
Jarak garis netral ke serat bawah (e) (mm)
Jari-jari kelengkungan
(ρ) (mm)
Regangan tekan
(ɛc)
Regangan tarik
(ɛs)
0 0 57,199 155,801 0 0 0
1333 0,95 57,199 155,801 1008771,93 -0,000154 0,000421
2666 2,1 57,199 155,801 456349,21 -0,000341 0,000930
3999 4,32 57,199 155,801 221836,42 -0,000702 0,001913
5332 7,21 57,199 155,801 132917,24 -0,001172 0,003193
5998,5 10,86 57,199 155,801 88244,32 -0,001766 0,004809
Gambar 4.11 Diagram regangan beton bertulang (normal)
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Regangan Tekan Beton (ɛc) dan Regangan Tulangan Tarik (ɛs) pada Balok Beton Bertulang (Substitusi 15% Kerikil dengan Slag)
P (kg) Lendutan Pengujian (mm) Garis netral (y) (mm)
Jarak garis netral ke serat bawah (e) (mm)
Jari-jari kelengkungan
(ρ) (mm)
Regangan tekan
(ɛc)
Regangan tarik
(ɛs)
0 0 57,199 155,801 0 0 0
1333 0,88 57,199 155,801 1089015,15 -0,000143 0,000390
2666 1,97 57,199 155,801 486463,62 -0,00032 0,000872
3999 3,97 57,199 155,801 241393,79 -0,000645 0,001758
5332 8,89 57,199 155,801 107799,03 -0,001445 0,003937
(71)
79 Gambar 4.12 Diagram regangan beton bertulang (substitusi 15% kerikil)
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Regangan Tekan Beton (ɛc) dan Regangan Tulangan Tarik (ɛs) pada Balok Beton Bertulang (Substitusi 25% Kerikil dengan Slag)
P (kg)
Lendutan Pengujian
(mm)
Garis netral
(y) (mm)
Jarak garis netral ke serat bawah (e) (mm)
Jari-jari kelengkungan
(ρ) (mm)
Regangan tekan
(ɛc)
Regangan tarik
(ɛs)
0 0 54,543 158,457 0 0 0
1333 0,75 54,543 158,457 1277777,78 -0,000124 0,000484
2666 1,7 54,543 158,457 563725,49 -0,000281 0,001098
3999 2,8 54,543 158,457 342261,90 -0,000463 0,001808
5332 4,4 54,543 158,457 217803,03 -0,000728 0,002841
6665 9,65 54,543 158,457 99309,15 -0,001596 0,006231
7998 17,93 54,543 158,457 53448,60 -0,002965 0,011578
(72)
Peningkatan regangan beton (ɛc) yang diperoleh berdasarkan data perhitungan regangan untuk balok beton bertulang digambar dalam tabel grafik berikut ini:
Gambar 4.14 Hubungan Beban - Regangan Beton (ɛc) pada Beton Bertulang (Normal)
0,000000 0,000154
0,000341
0,000702
0,001172
0,001766
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000
B
eba
n (
k
g
)
Regangan
Hubungan Beban - Regangan Beton (ɛc) pada Beton Bertulang (Normal)
(73)
81 Gambar 4.15 Hubungan Beban - Regangan Beton (ɛc) pada Beton Bertulang
(Substitusi 15% Kerikil dengan Slag)
Gambar 4.16 Hubungan Beban - Regangan Beton (ɛc) pada Beton Bertulang (Substitusi 25% Kerikil dengan Slag)
0,000000 0,000143 0,000320 0,000645 0,001445 0,002378 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 B eba n ( k g ) Regangan
Hubungan Beban - Regangan Beton (ɛc) pada Beton Bertulang (Substitusi 15% Kerikil dengan Slag)
0,000000 0,000124 0,000281 0,000463 0,000728 0,001596 0,002965 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 B eba n ( k g ) Regangan
Hubungan Beban - Regangan Beton (ɛc) pada Beton Bertulang (Substitusi 25% Kerikil dengan Slag)
(74)
Sedangkan peningkatan regangan tulangan tarik (ɛs) yang diperoleh berdasarkan perhitungan regangan untuk balok beton bertulang dapat dilihat pada grafik dibawah.
Gambar 4.17 Hubungan Beban - Regangan Tulangan Tarik (ɛs) pada Beton Bertulang (Normal)
0,000000 0,000421
0,000930
0,001913
0,003193
0,004809
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000
B
eba
n (
k
g
)
Regangan
Hubungan Beban - Regangan Tulangan Tarik (ɛs) pada Beton Bertulang (Normal)
(75)
83 Gambar 4.18 Hubungan Beban - Regangan Tulangan Tarik (ɛs) pada Beton
Bertulang (Substitusi 15% Kerikil dengan Slag)
Gambar 4.19 Hubungan Beban - Regangan Tulangan Tarik (ɛs) pada Beton Bertulang (Substitusi 25% Kerikil dengan Slag)
0,000000 0,000390 0,000872 0,001758 0,003937 0,006479 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 B eba n ( k g ) Regangan
Hubungan Beban - Regangan Tulangan Tarik (ɛs) pada Beton Bertulang (Substitusi 15% Kerikil dengan Slag)
0,000000 0,000484 0,001098 0,001808 0,002841 0,006231 0,011578 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 B eba n ( k g ) Regangan
Hubungan Beban - Regangan Tulangan Tarik (ɛs) pada Beton Bertulang (Substitusi 25% Kerikil dengan Slag)
(76)
4.7. Hubungan Tegangan – Regangan
Tegangan memiliki hubungan yang linier dengan regangan dan modulus elastisitas yang ditunjukkan pada persamaan dibawah ini:
σ = E x ɛ
Dimana: σ = Tegangan ɛ = Regangan
E = Modulus elastisitas
4.7.1. Hubungan Tegangan-Regangan Balok Beton Bertulang fc =Ec x ɛc
Dimana: fc = Tegangan beton ɛc = Regangan beton
Ec = Modulus elastisitas beton (normal)
= 4700√ = 4700√ = 27210,118 N/mm2 Ec = Modulus elastisitas beton (substitusi 15% kerikil)
= 4700√ = 4700√ = 28457,326 N/mm2 Ec = Modulus elastisitas beton (substitusi 25% kerikil)
= 4700√ = 4700√ = 29903,6 N/mm2
Tabel 4.13 Hubungan Tegangan-Regangan Beton pada Balok Beton Bertulang
(Normal, Substitusi 15% Kerikil, dan Substitusi 25% Kerikil)
Beban P (kg)
Balok Beton Bertulang Normal
Balok Beton Bertulang (Substitusi 15% Kerikil
dengan Slag)
Balok Beton Bertulang (Substitusi 25% Kerikil
dengan Slag) ɛc fc (N/mm2) ɛc fc (N/mm2) ɛc fc (N/mm2)
0 0 0 0 0 0 0
1333 -0,000154 4,20 -0,000143 4,07 -0,000124 3,71 2666 -0,000341 9,29 -0,000320 9,11 -0,000281 8,41 3999 -0,000702 19,11 -0,000645 18,37 -0,000463 13,84 5332 -0,001172 31,89 -0,001445 41,13 -0,000728 21,76
5998,5 -0,001766 48,04 - - - -
6665 - - -0,002378 67,68 -0,001596 47,71
(77)
85 Gambar 4.20 Hubungan Tegangan-Regangan Beton pada Balok Beton Bertulang
Normal
Gambar 4.21 Hubungan Tegangan-Regangan Beton pada Balok Beton Bertulang
Substitusi 15% Kerikil
0,00 4,20
9,29 19,11 31,89 48,04 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00
0,000000 0,000154 0,000341 0,000702 0,001172 0,001766
T eg a ng a n ( M P a ) Regangan
Hubungan Tegangan-Regangan Beton pada Balok Beton Bertulang Normal
0,00 4,07
9,11 18,37 41,13 67,68 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00
0,000000 0,000143 0,000320 0,000645 0,001445 0,002378
T eg a ng a n ( M P a ) Regangan
Hubungan Tegangan-Regangan Beton pada Balok Beton Bertulang Substitusi 15% Kerikil
(78)
Gambar 4.22 Hubungan Tegangan-Regangan Beton pada Balok Beton Bertulang
Substitusi 25% Kerikil
4.7.2. Hubungan Tegangan-Regangan Tulangan Tarik Beton Bertulang fs = Es x ɛs
Dimana: fs = Tegangan tulangan tarik ɛs = Regangan tulangan tarik
Es = Modulus elastisitas baja tulangan = 200000 N/mm2
Tabel 4.14 Hubungan Tegangan-Regangan Tulangan Tarik pada Balok Beton
Bertulang (Normal, Substitusi 15% Kerikil, dan Substitusi 25% Kerikil)
Beban P (kg)
Balok Beton Bertulang Normal
Balok Beton Bertulang (Substitusi 15% Kerikil
dengan Slag)
Balok Beton Bertulang (Substitusi 25% Kerikil
dengan Slag) ɛs fs (N/mm2) ɛs fs (N/mm2) ɛs fs (N/mm2)
0 0 0 0 0 0 0
1333 0,000421 84,14 0,000484 96,86 0,000484 96,86 2666 0,000930 185,99 0,001098 219,54 0,001098 219,54 3999 0,001913 382,60 0,001808 361,60 0,001808 361,60 5332 0,003193 638,56 0,002841 568,22 0,002841 568,22
5998,5 0,004809 961,82 - - - -
6665 - - 0,006479 1295,72 0,006231 1246,21
7998 - - - - 0,011578 2315,50
0,00 3,71
8,41 13,84
21,76 47,71 88,65 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00
0,000000 0,000124 0,000281 0,000463 0,000728 0,001596 0,002965
T eg a ng a n ( M P a ) Regangan
Hubungan Tegangan-Regangan Beton pada Balok Beton Bertulang Substitusi 25% Kerikil
(79)
87 Gambar 4.23 Hubungan Tegangan-Regangan Tulangan Tarik pada Balok Beton
Bertulang Normal
Gambar 4.24 Hubungan Tegangan-Regangan Tulangan Tarik pada Balok Beton
Bertulang Substitusi 15% Kerikil
0 84,14
185,99 382,60 638,56 961,82 0 200 400 600 800 1000 1200
0 0,000421 0,000930 0,001913 0,003193 0,004809
T eg a ng a n ( M P a ) Regangan
Hubungan Tegangan-Regangan Tulangan Tarik pada Balok Beton Bertulang Normal
0 77,94
174,47 351,61 787,35 1295,72 0 200 400 600 800 1000 1200 1400
0 0,000390 0,000872 0,001758 0,003937 0,006479
T eg a ng a n ( M P a ) Regangan
Hubungan Tegangan-Regangan Tulangan Tarik pada Balok Beton Bertulang Substitusi 15% Kerikil
(80)
Gambar 4.25 Hubungan Tegangan-Regangan Tulangan Tarik pada Balok Beton
Bertulang Substitusi 25% Kerikil
4.8. Kapasitas Lentur Balok Beton Bertulang
0,85(f‟c)β1.b.c2+ (0,003Es.As‟ - Astot.fy)(c) - 0,003Es.As‟.d‟ = 0 Diketahui:
Es = 200000 N/mm2 β1 = 0,85
Astot = 452,4 mm2 As‟ = 226,2 mm2
Fy = 240 N/mm2 f‟c1 = 33,517 N/mm2
b = 150 mm d‟ = 37 mm
Dengan memasukkan nilai-nilai diatas diperoleh persamaan berikut: 3632,405 c2 + 27144 c - 5021640 = 0
Dengan rumus ABC diperoleh nilai: C1 = 33,632 mm (memenuhi) C2 = -41,105 mm (tidak memenuhi) Dengan nilai c = 33,632 mm, maka:
a = β1.c = 0,85(33,632 mm) = 28,587 mm
d‟ = selimut + Ø sengkang + ½ Ø tulangan utama
d‟ = 25 mm + 6 mm + ½ (12 mm) d‟ = 37 mm
d = h – selimut - Ø sengkang - ½ Ø tulangan utama
0 96,86
219,54 361,60
568,22
1246,21 2315,50
0 500 1000 1500 2000 2500
0 0,000484 0,001098 0,001808 0,002841 0,006231 0,011578
T
eg
a
n
g
a
n
(
M
Pa
)
Regangan
Hubungan Tegangan-Regangan Tulangan Tarik pada Balok Beton Bertulang Substitusi 25% Kerikil
(81)
89
d = 250 mm – 25 mm – 6 mm – ½ (12 mm) d = 213 mm
Menghitung Nilai Mn
Mn = Mn1 + Mn2
Mn = 0,85(fc)(a)(b)(d - a) + As.fs (d –d‟) ...(Pers. A)
Menghitung nilai Pn
Ra = Rb = ½ P Mn = Ra
Mn =
= Mn = Mn
Pn =
...(Pers. B)
Nilai Mn diperoleh dari Pers. A sehingga diperoleh nilai Pn.
Menghitung Nilai Tegangan Lentur
Tegangan lentur diperoleh melalui persamaan berikut:
Dimana: σ = Tegangan lentur (N/mm2) M = Momen lentur (Nmm) Y = Tinggi garis netral (mm) I = Inersia (mm4)
Menentukan letak garis netral (y):
Es = Modulus elastisitas baja = 200000 MPa Ec1 = Modulus elastisitas beton = 27210,118 MPa Ec2 = Modulus elastisitas beton = 28457,326 MPa Ec3 = Modulus elastisitas beton = 29903,600 MPa Sehingga, n1 = = 7,35 ≈ 8
(1)
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Regangan Tekan Beton (ɛc) dan Regangan Tulangan Tarik (ɛs) pada Balok Beton Bertulang (Substitusi 15% Kerikil dengan Slag) ... 78 Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Regangan Tekan Beton (ɛc) dan Regangan
Tulangan Tarik (ɛs) pada Balok Beton Bertulang (Substitusi 25% Kerikil dengan Slag) ... 79 Tabel 4.13 Hubungan Tegangan-Regangan Beton pada Balok Beton Bertulang
(Normal, Substitusi 15% Kerikil dan Substitusi 25% Kerikil) ... 84 Tabel 4.14 Hubungan Tegangan-Regangan Tulangan Tarik pada Balok Beton
Bertulang (Normal, Substitusi 15% Kerikil, dan Substitusi 25% Kerikil) ... 86 Tabel 4.15 Kapasitas Lentur Balok Beton Bertulang (Normal) ... 93 Tabel 4.16 Kapasitas Lentur Balok Beton Bertulang (Substitusi 15% Kerikil
dengan Slag) ... 93 Tabel 4.17 Kapasitas Lentur Balok Beton Bertulang (Substitusi 25% Kerikil
dengan Slag) ... 93 Tabel 4.18 Hubungan Kapasitas Lentur untuk Setiap Variasi ... 94
BAB 5
(2)
DAFTAR GAMBAR
BAB 1
Gambar 1.1 Steel slag dari PT. Growth Sumatra Industry ... 2
Gambar 1.2 Benda Uji Balok ... 4
Gambar 1.3 Benda Uji Silinder ... 5
BAB 2 Gambar 2.1 Kerucut Abrams ... 22
Gambar 2.2 Jenis-Jenis Slump Adukan Beton ... 22
Gambar 2.3 Uji Kuat Lentur pada Balok Beton... 29
Gambar 2.4 Analisis Balok Bertulangan Rangkap ... 30
Gambar 2.5 Penurunan Teorema Bidang Momen ... 33
Gambar 2.6 Pembebanan Terpusat ... 34
Gambar 2.7 Bidang Momen ... 35
Gambar 2.8 Bidang Momen dijadikan Muatan ... 35
Gambar 2.9 Penampang Transformasi ... 37
BAB 3 Gambar 3.1 Penimbangan Benda Uji Silinder ... 52
Gambar 3.2 Pengujian Benda Uji Silinder ... 52
Gambar 3.3 Perletakan dan Pembebanan Pengujian Kuat Lentur ... 53
Gambar 3.4 Pemasangan Alat Hidrolyc jack dan Dial gauge ... 54
BAB 4 Gambar 4.1 Grafik Nilai Slump terhadap Persentase Substitusi Kerikil dengan Slag Baja ... 55
Gambar 4.2 Grafik Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton... 57
Gambar 4.3 Pola Retak pada Pengujian Kuat Tekan Silinder Beton ... 57
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Beban dengan Lendutan Balok Beton Bertulang (Normal) ... 59
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Beban dengan Lendutan Balok Beton Bertulang (Substitusi 15% Kerikil dengan Slag) ... 60
(3)
Gambar 4.6 Grafik Hubungan Beban dengan Lendutan Balok Beton Bertulang
(Substitusi 25% Kerikil dengan Slag ... 60
Gambar 4.7 Pembebanan Terpusat ... 61
Gambar 4.8 Grafik Hubungan Beban-Lendutan Berdasarkan Hasil Pengujian dan Teoritis pada Balok Beton Bertulang (Normal) ... 66
Gambar 4.9 Grafik hubungan beban-lendutan berdasarkan hasil pengujian dan teoritis pada balok beton bertulang (substitusi 15% kerikil dengan slag) ... 70
Gambar 4.10 Grafik hubungan beban-lendutan berdasarkan hasil pengujian dan teoritis pada balok beton bertulang (substitusi 25% kerikil dengan slag) ... 75
Gambar 4.11 Diagram regangan beton bertulang (normal) ... 78
Gambar 4.12 Diagram regangan beton bertulang (substitusi 15% kerikil)... 79
Gambar 4.13 Diagram regangan beton bertulang (substitusi 25% kerikil)... 79
Gambar 4.14 Hubungan Beban - Regangan Beton (ɛc) pada Beton Bertulang (Normal) ... 80
Gambar 4.15 Hubungan Beban - Regangan Beton (ɛc) pada Beton Bertulang (Substitusi 15% Kerikil dengan Slag) ... 81
Gambar 4.16 Hubungan Beban - Regangan Beton (ɛc) pada Beton Bertulang (Substitusi 25% Kerikil dengan Slag) ... 81
Gambar 4.17 Hubungan Beban - Regangan Tulangan Tarik (ɛs) pada Beton Bertulang (Normal) ... 82
Gambar 4.18 Hubungan Beban - Regangan Tulangan Tarik (ɛs) pada Beton Bertulang (Substitusi 15% Kerikil dengan Slag) ... 83
Gambar 4.19 Hubungan Beban - Regangan Tulangan Tarik (ɛs) pada Beton Bertulang (Substitusi 25% Kerikil dengan Slag) ... 83
Gambar 4.20 Hubungan Tegangan-Regangan Beton pada Balok Beton Bertulang Normal ... 85
Gambar 4.21 Hubungan Tegangan-Regangan Beton pada Balok Beton Bertulang Substitusi 15% Kerikil... 85
Gambar 4.22 Hubungan Tegangan-Regangan Beton pada Balok Beton Bertulang Substitusi 25% Kerikil... 86
(4)
Gambar 4.23 Hubungan Tegangan-Regangan Tulangan Tarik pada Balok Beton Bertulang Normal ... 87 Gambar 4.24 Hubungan Tegangan-Regangan Tulangan Tarik pada Balok Beton
Bertulang Substitusi 15% Kerikil... 87 Gambar 4.25 Hubungan Tegangan-Regangan Tulangan Tarik pada Balok Beton
Bertulang Substitusi 25% Kerikil... 88 Gambar 4.26 Pola Retak pada Balok Beton Bertulang Normal ... 96 Gambar 4.27 Pola Retak pada Balok Beton Bertulang Substitusi 15% Kerikil .... 96 Gambar 4.28 Pola Retak pada Balok Beton Bertulang Substitusi 25% Kerikil .... 97
BAB 5
(5)
DAFTAR NOTASI
SSD : saturated surface dry
f’c : kekuatan tekan beton P : beban tekan
A : luas penampang S : deviasi standar
σ’b : kekuatan masing – masing benda uji
σ’bm : kekuatan beton rata – rata
N : jumlah total benda uji hasil pemeriksaan w/c : faktor air semen
T : kuat tarik beton
∆1 : lendutan
Ec : modulus elastisitas beton
Es : modulus elastisitas baja
I : momen inersia
b : lebar penampang balok h : tinggi penampang balok Mcr : momen retak
fr : modulus retak beton
yt : jarak dari garis netral penampang utuh ke serat tepi tertarik
As : luas tulangan tekan
As’ : luas tulangan tarik
d : jarak serat terluar ke tulangan tarik
d’ : jarak serat terluar ke tulangan tekan y : tinggi garis netral
Icr : momen inersia penampang retak transformasi
Ma : momen beban layan
Ie : momen inersia efektif
L : panjang balok
(6)
ρ : jari-jari kelengkungan
ɛc : regangan beton
ɛs : regangan tulangan tarik
σ : tegangan lentur fc : tegangan beton
fs : tegangan tulangan tarik
fy : tegangan leleh baja tulangan tarik
β1 : konstanta fungsi dari kuat tekan
M : momen lentur Mn : momen nominal Pn : beban nominal Ø : diameter tulangan