36 Silika Fume
0.1 – 0.3 15 – 25
Spherical 2.2
Rice Hush ash 10 – 20
50 – 100 Cellular,
irregular 2.0
Calcined clay 1 – 2
~15 Platey
2.4
setelah dihaluskan
Tabel 2.6 Karakteristik fisik dari material pozzoland
Bentuk seperti bola spherial menghasilkan kelecakan yang lebih baik dari pada bentuk yang bersudut angular karena luas permukaan yang lebih kecil.
Bentuk bola juga mempunyai efek ball-bearing yang dapat meningkatkan kelecakan campuran beton segar. Material pozzoland dengan bentuk bersudut,
berongga cellular ataupun bentuk tak tentu irregular membutuhkan penggunaan bahan kimia pembantu superplasticizer agar didapat kelecakan
yang baik.
2.4.4.3 Slag
Slag merupakan hasil residu pembakaran tanur tinggi. Slag baja merupakan limbah padat dari proses pemurnian besi cair dalam pembuatan baja.
Definisi slag dalam ASTM. C.989, “Standard spesification for ground granulated Blast-Furnace Slag for use in concrete and mortar”, ASTM, 1995: 494 adalah
produk non-metal yang merupakan material berbentuk halus, granular hasil pembakaran yang kemudian didinginkan, misalnya dengan mencelupkan dalam
air. Steel slag kerak baja adalah produk sampingan yang terbentuk dalam
proses pembuatan baja. Secara garis besar, proses pembuatan baja dibagi menjadi
37 tiga proses, yaitu: proses pembuatan besi, proses pembuatan baja, dan proses
pemberian bentuk produk Umegaki, 1986; Anon., 1994. Keuntungan menggunakan slag dalam campuran beton adalah sebagai
berikut Lewis, 1982. 1.
Mempertinggi kekuatan tekan beton karena kecenderungan melambatnya kenaikan kekuatan beton
2. Menaikkan ratio antara kelenturan dan kuat tekan beton.
3. Mengurangi variasi kekuatan tekan beton
4. Mempertinggi ketahanan terhadap sulfat dalam air laut.
5. Mengurangi serangan alkali-silika.
6. Mengurangi panas hidrasi dan menurunkan suhu.
7. Memperbaiki penyelesaian akhir dan memberi warna cerah pada beton.
8. Mempertinggi keawetan karena perubahan volume.
9. Mengurangi porositas dan serangan klorida.
Faktor – faktor yang menentukan sifat penyemenan dalam slag adalah komposisi kimia, konsentrasi alkali dan reaksi terhadap sistem, kandungan kaca
dalam slag, kehalusan dan temperatur yang ditimbulkan selama proses hidrasi berlangsung Cain, 1994:505.
Slag adalah kerak, bahan sisa dari dari pengecoran besi, dimana prosesnya memakai dapur furnace yang bahan bakarnya dari udara yang ditiupkan.
Material penyusun slag adalah kapur, silika dan alumina yang bereaksi pada temperatur 1600
o
C dan membentuk cairan. Bila cairan ini didinginkan secara lambat maka akan terjadi kristal yang tak berguna sebagai campuran semen dan
dapat dipakai sebagai pengganti agregat. Namun bila cairan tersebut didinginkan
38 secara cepat dan mendadak, maka akan membentuk granulated glass yang sangat
aktif, yang cocok untuk pembuatan semen slag. Bijih dari kerak tersebut kemudian digiling hinga halus, dapat dipakai sebagai bahan pengganti semen pada
pembuatan beton. Proses reduksi dilakukan dengan menggunakan tungku pelebur yang
disebut juga tanur tinggi blast furnace. Biji besi hasil penambangan dimasukkan ke dalam tanur tinggi tersebut dan didalam tanur tinggi dilakukan proses reduksi
tidak langsung yang cara kerjanya sebagai berikut : Bahan bakar yang digunakan untuk tanur tinggi ini adalah batu bara yang
telah dikeringkan kokas. Kokas dengan kandungan karbon C diatas 80, tidak hanya berfungsi sebagai bahan bakar, tetapi juga berfungis sebagai pembentuk gas
CO yang berfungsi sebagai reduktor. Untuk menimbulkan proses pembakaran maka ke dalam tanur tersebut ditiupkan udara dengan menggunakan blower
sehingga terjadi proses oksidasi sebagai berikut : 2C + O2
2CO + Panas Gas CO yang terjadi dapat menimbulkan reaksi reduksi terhadap biji yang
dimasukkan ke dalam tanur tersebut. Sedangkan panas yang ditimbulkan berguna untuk mencairkan besi yang telah tereduksi tersebut. Untuk mengurangi kotoran-
kotoran impuritas dari logam cair, ke dalam tanur biasanya ditambahkan sejumlah batu kapur limestone. Batu kapur tersebut akan membentuk terak
slag dan dapat mengikat kotoran-kotoran yang ada didalam logam cair. Karena berat jenis terak lebih rendah dari berat jenis cairan besi maka terak tersebut
berada dipermukaan logam cair sehingga dapat dikeluarkan melalui lubang terak
39
2.5 Kebakaran pada bangunan
Kebakaran adalah suatu proses kimia, yaitu oksidasi dari suatu material organik. Material organik adalah material yang mengandung unsur karbon pada
susunan molekulnya. Oksidasi dari material organik ini akan menghasilkan unsur karbon, hydrogen, belerang serta cahaya dan panas. Peningkatan temperatur pada
saat terjadi kebakaran menyebabkan perubahan pada sifat material dari sebuah struktur. Perubahan sifat ini dapat digunakan untuk memperkirakan temperatur
yang terjadi pada saat kebakaran.Yulia, 2013. Kebakaran dapat menyebabkan hancurnya struktur bangunan dan
hilangnya umur bangunan. Sifat beton adalah bahwa temperatur akibat kebakaran tidak menyebabkan perubahan mendadak, seragam dan mungkin berbahaya pada
sifat keseluruhan bangunan. Beton pertama mengembang, tetapi kehilangan