1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Isu Terorisme mencuat kembali Pasca peristiwa 911 atau dengan runtuhnya gedung World Trade Center di Amerika Serikat, peristiwa tersebut
menjadi hari buruk bagi pemerintah Amerika dan warganya. Saat itu Bush Presiden AS kecewa atas kejadian tersebut dan menilai bahwa kejadian itu
merupakan tindakan pengecut untuk menyerang AS dan menyebutnya sebagai tindakan
“Terroris”. AS meyakini peristiwa tersebut dilatarbelakangi oleh Al – Qaeda
1
yang dipimpin oleh Osama bin Laden
2
yang kerap kali menjadi otak diberbagai penyerangan seperti pembajakan pesawat ataupun peledakan bom yang
memakan korban tentara AS. Peristiwa 911 kerap menjadi pertanyaan bagi banyak masyarakat di Amerika, mengapa gedung tersebut menjadi sasaran teroris
serta peledakan yang menggunakan pesawat hingga bom untuk menghancurkan gedung tersebut. Dilansir pada media elektronik bahwa peristiwa tersebut di latar
belakangi oleh sekelompok teroris yang awalnya membajak 4 pesawat jet penumpang milik AS, dua pesawat dijatuhkan di menara kembar WTC dan runtuh
dalam kurun waktu 2 jam dan pesawat ketiga ditabrakan ke Pentagon di Arlington, Virginia. Pesawat keempat yang berusaha diambil oleh penumpang
dan berakhir jatuh di Shanksville, Pennsylvania yang semula ditujukan ke
1
Al – Qaeda adalah organisasi yang beratasnamakan Islam dengan tujuan melindungi hak – hak kaum Islam
yang tertindas di Dunia, menjadikan Jihad sebagai jalan terakhir untuk memerangi pihak – pihak yang
menekan kaum islam.
2
Pemimimpin kelompok Al - Qaeda
2
Washington D.C. Menurut laporan dari tim investigasi 911 sekitar 3000 jiwa tewas dalam serangan tersebut.
Fakta lain tentang peristiwa 911 adalah selain runtuhnya gedung kembar WTC terdapat satu gedung lagi yang ikut runtuh yaitu menara WTC 7 yang
memiliki 47 lantai, namun rubuhnya gedung tersebut tidak terlalu terespos dan dipicu oleh rembetan runtuhnya gedung kembar WTC. Total korban tewas dalam
tragedi 911 ini nyaris mencapai 3.000 orang. Korban tewas tersebut tidak hanya berasal dari Amerika Serikat saja, namun juga negara lain. Korban tewas berasal
dari lebih 80 negara, antara lain Jepang, Irlandia, Inggris, Australia, Selandia Baru, Swiss, India, Meksiko, Brasil, Afrika Selatan, Kanada, termasuk Indonesia.
Namun warga asing yang paling banyak menjadi korban berasal dari Inggris, di mana dari total 372 warga asing yang tewas, sekitar 67 orang di antaranya
berkewarganegaraan Inggris.
3
Terorisme menjadi penting sejak terjadinya peristiwa 911 kampanye anti – terorisme yang dilancarkan presiden Bush telah menjadikan Asia Tenggara
sebagai “Front Kedua” setelah Afghanistan. Asia Tenggara menjadi target kampanye terorisme karena dua hal pertama, mayoritas penduduk dikawasan ini
beragama Islam. Kedua, dikawasan Asia Tenggara terdapat beberapa kelompok minoritas Islam yang cendrung keras dalam menyampaikan aspirasi mereka.
Selain di Indonesia aksi terorisme pun terjadi di Philipina dan Malaysia.
4
Di Indonesia isu terorisme berawal dari kasus pemboman yang terjadi di Bali 1 dan
3
Fakta Tentang Tragedi 11 September, dalam http:forum.viva.co.idindex2.php
diakses pada 15 April 2014, 09.12 WIB
4
Bambang Cipto, 2007, Hubungan Internasional Di Asia Tenggara, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Hal 237
3
2, peledakan Hotel JW Marriot, peledakan beberapa gedung kedutaan, dan peledakan beberapa tempat ibadah. Kemudian Malaysia yang warga negara
bermayoritas Islam serta Philiphina dan Thailand dengan kelompok kecil Islam yang membentuk komunitas. Salah satu latar belakang tersebut tidak dipungkiri
adanya jaringan teroris yang terbentuk dan saling berkaitan. Beberapa hal yang telah dilakukan ASEAN untuk menindak lanjuti isu
terorisme yang berkembang adalah dengan saling bertukar informasi antar setiap negara tentang ancaman teroris, membentuk ruang diskusi yang disebut sebagai
ARF ASEAN Regional Forum yang bermanfaat menjalin komunikasi dan bertukar informasi. ASEAN sepakat membentuk suatu kelompok kerja yang
disebut Inter- Sessional Meeting on Counter Terrorisme and Transnational Crime untuk mengembangkan kerjasama ARF dalam memerangi Terorisme. Untuk
memperkuat kerjasama, ASEAN juga menyusun dan mentandatangani ASEAN Convention on Counter Terrorisme ACCT, Saat KTT ASEAN ke
– 12 di Cebu – Filiphina pada tanggal 13 Januari 2007.
5
Konvensi tersebut merupakan instrument penting yang memberikan dasar hukum yang kuat guna meningkatkan kerjasama
untuk pencegahan penanggulangan dan pemberantasan Terrorisme. Selain itu tahun 2004 tentara ASEAN sepakat membentuk unit kecil
untuk memberantas aksi Terroris. terutama untuk negara-negara yang berbatasan, baik dalam bentuk bilateral maupun multilateral, guna mengantisipasi ancaman
terorisme. dari sembilan negara ASEAN lainnya, yaitu Malaysia, Singapura,
5
Maya Damayanti, 2012 Kerja Sama ASEAN dalam Menghentikan Aliran Dana Operassional Terorisme Internasional di Asia Tenggara, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
4
Thailand, Filipina, Laos, Myanmar, Vietnam, Kamboja dan Brunei Darussalam mengatakan, pembentukan unit-unit itu sebagai realisasi kerja sama tentara darat
ASEAN dalam menghadapi terorisme. Pertemuan KSAD Kepala Staff Angkatan Darat ASEAN ini merupakan pertemuan rutin tahunan yang disebut ASEAN
Chief of Army Multilateral Meeting ACAMM. Selain sepakat menghadapi acaman terorisme, KSAD ASEAN juga sepakat meningkatkan kerja sama di
bidang militer, seperti tukar-menukar siswa prajurit, informasi, lomba tembak, diskusi militer dan kegiatan lainnya untuk meningkatkan profesionalisme dan
interaksi sesama prajurit ASEAN.
6
Mengingat Konvensi ASEAN mengenai pemberantasan Terorisme bahwa Isu terorisme tersebut tidak dapat di kaitkan oleh agama, kewarganegaraan,
ataupun kelompok etnis. Isu terorismepun menjadi isu yang serius yng dapat mengancam hidup manusia apabila tidak di tindaklanjuti. Melihat dari Konvensi
yang dilakukan ASEAN sederet rangkaian telah di upayakan oleh ASEAN untuk mengatisipasi pemberantasan aksi teroris, namun aksi tersebut tetap saja mampu
terjadi diluar kemampuan dan pengawasan pemerintah sehingga banyak pihak yang menjadi terancam. Dalam konvensi ASEAN juga di jelaskan bahwa aksi
terorisme tidak boleh disangkut pautkan oleh agama tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Islam kerap disangka sebagai pelaku utama dalam aksi teroris. Belum
lagi beberpa pelaku yang berlatarkan muslim sehingga Amerika melihat bahwa Asia Tenggara dalam sarang terorisme setelah peristiwa 911.
6
Tentara ASEAN Bentuk Unit Kecil Atasi Terorisme, dalam http:www.tempo.conasional
diakses pada 18
April 2014, Pukul 16.49 WIB
5
Melihat dari rentetan peristiwa atau aksi teroris di Indonesia yang terjadi seperti maraknya pemboman dan aksi bom bunuh diri, lalu beberapa pelaku
teroris yang telah diketahui identitasnya dan berada dalam kawasan Asia Tenggara. Penangkapan Agus Budiman di Amerika Serikat dan Fathurrahman
Al-Ghazi di Manila, Filipina. Penangkapan Oskar Makawata di Manila dan pemberitaan majalah Time tentang Umar Farouq yang diduga sebagai agen
jaringan Al Qaeda di Asia Tenggara.
7
Dugaan yang dilakukan AS terhadap Asia Tenggara berdampak bagi negara
– negara lain, tentu saja negara lain menganggap negara yang terlibat aksi teroris menjadi ancaman bagi negara kelak. AS bisa saja meluncurkan peperangan
melawan teroris ke beberapa negara yang menjadi tuduhannya namun hal tersebut tidak menjadi kuat karena AS bisa dikatakan hanya mencari kesalahan pada
negara – negara lain atau menjadikannya sasaran jika sudah dipandang dapat
mengancam keamanan negaranya. Walaupun AS dipandang sebagai negara yang kuat yang mampu berpengaruh dalam bidang apapun dan negara manapun atau
mampu mempengaruhi suatu kebijakan negara lain. Namun, tidak menjadikan AS sebagai negara yang selalu didukung oleh negara lain.
AS dengan kekuatan yang dimilikinya mampu saja menjadikan negara –
negara lain untuk mendukungnya tetapi tidak semua negara menganggap bahwa AS adalah negara yang “baik” maksudnya adalah ketika nantinya lebih banyak
negara yang kontra dengan AS dan membuat mereka bersatu maka hal tersebut
7
Zuhairi Misrawi , Terorisme dan Politik Kambing Hitam dalam http:www.unisosdem.orgarticle_detail.php?aid=521coid=3caid=22gid=1
diakses pada Tanggal 28 April 2014, Pukul 12. 41 WIB
6
menjadi an caman besar bagi AS. Bisa saja dalam “tuduhan” AS yang mengatakan
bahwa negara di Asia Tenggara menjadi sarang Terorisme bagi Al – qaeda yang
bisa menjadi ancaman bagi negara lain. Dengan dugaan seperti itu jelas menjadikan citra negara Asia Tenggara jelek dimata negara lainnya dan
menjadikan Asia Tenggara sebagai ancaman bagi negara lainnya. Negara
– negara Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN tentu saja tidak hanya tinggal diam. ASEAN yang berperan besar dalam keamanan setiap
negaranya memiliki peran penting, maka disini peneliti ingin meneliti peranan ASEAN dalam menangani Isu terorisme dalam kawasannya untuk meningkatkan
keamanan nasionalnya. ASEAN sebagai organisasi Internasional yang telah dikenal di hubungan antar negara di kawasannya menjadikan
nya “Ibu” dari anggota
– anggotanya. ASEAN juga menjadi jembatan bagi hubungan antar setiap negara dalam Asia Tenggara sendiri ataupun dengan negara lain.
Terbentuknya ASEAN ini menjadi pertimbangan banyak negara anggotanya. ASEAN yang dibentuk dengan latarbelakang negaranya dan tujuan
yang sama. ASEAN yang selama ini terbentuk dengan 3 prinsip dasar yaitu tidak ada intervensi terhadap negara anggota lainnya, ASEAN Way, dan Soft
Regionalism yang menjadi hambatan bagi ASEAN untuk segera menangani setiap masalah yang ada di kawasan Asia Tenggara. Hal inilah yang menjadi menarik
bagi peneliti untuk meneliti peran ASEAN, dilihat dari AS yang menyebutkan Asia Tenggara sebagai sarang terorisme, keterbatasan ASEAN untuk ikut dalam
menangani kasus terorisme dalam anggotanya. Maka disinilah peran ASEAN dibutuhkan tidak terkecuali dalam kasus teroris. ASEAN menunjukan kinerjanya
7
sebagai Organisasi Regional yang mampu mengatasi Isu terorisme dalam kawasannya.
1.2 Rumusan dan Batasan Masalah