8
kerjasama yang di lakukan antara Polisi Federal Australia dengan Kepolisian Republik Indonesia dalam
penanganan permasalahan pencari suaka?”.
1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk menjelaskan tentang bagaimana kepentingan Australia dalam kerjasama yang di lakukan Kepolisian
Federal Australia dengan Kepolisian Republik Indonesia dalam penanggulangan permasalahan pencari suaka, dengan menggunakan disiplin ilmu Hubungan
Internasional.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat dalam menambah pengetahuan tentang usaha yang di lakukan Australia guna mendapatkan kepentingan
nasionalnya serta keamanan dari potensi yang mengancam Negaranya, yang tentunya akan merugikan Negara yang bersangkutan, melalui kerjasama Polisi
Federal Australia dengan Kepolisian Republik Indonesia dalam penanggulangan pencari suaka. Serta hasil penelitian ini di harapkan akan bermanfaat bagi peneliti
lain sebagai referensi atau dasar pemikiran dalam penelitian yang sejenis. 1.4
Penelitian Terdahulu
Permasalahan pencari suaka merupakan sebuah isu global yang dihadapi beberapa negara di dunia. Khususnya bagi Negara-negara yang menjadi destinasi
dan tempat transit para pencari suaka. Mereka adalah para korban pelanggaran HAM yang seharusnya mendapatkan perlindungan, namun sebaliknya mereka di
anggap sebagai ancaman bagi negara-negara penerima. Hal tersebut dikarenakan
9
banyak para pencari suaka yang datang tidak menghiraukan peraturan untuk mendapatkan suaka di Australia, sehingga pemerintah Australia merasa di rugikan
oleh kedatangan para pencari suaka tersebut. Beberapa penelitian sebelumnya sudah pernah membahas tentang permasalahan kedatangan pencari suaka yang
tidak mematuhi perosedur. Humprey Wangke
13
dalam jurnalnya “Indonesia dan Masalah Imigran Gelap
” menjelaskan bahwa imigran gelap yang saat ini menjadi salah satu permasalahan serius bagi Indonesia dan Australia sebagai dampak dari terjadinya
konflik politik yang terjadi di beberapa negara. Permasalahan Imigran gelap sulit untuk di selesaikan dikarenakan kurangnya ketegasan pemerintah Australia dalam
menentukan status mereka dari pencari suaka menjadi pengungsi, sehingga dengan demikian berdampak negative pada Indonesia. Indonesia yang hanya
berstatus sebagai Negara transit tidak dapat berbuat banyak karena para imigran yang tertangkap di Indonesia menolak di tahan oleh pemerintah Indonesia karena
proses penyelesaiannya di anggap tidak jelas. Tidak termasuknya Indonesia dalam daftar Negara yang menandatangani konvensi 1951 dan protocol 1967 juga
memberikan permasalahan dalam penanganan imigran gelap. Perbedaan penelitian Humprey Wangke dengan milik peneliti adalah pada
focus penelitian yang akan di teliti. Peneliti akan membahas tentang kerjasama antara Australia dengan Indonesia melalui Australia Federal Police dengan
kepolisian republic Indonesia untuk menangani isu pencari suaka. Kemudian dari
13
Peneliti bidang Hubungan Internasional pada Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi P3DI Setjen DPR RI di unduh dari
http:berkas.dpr.go.idpengkajianfilesinfo_singkatInfo20Singkat-IV-17-I-P3DI-September- 2012-4.pdf 25-10-2013
10
kerjasama tersebut peneliti mencoba menjelaskan tentang kepentingan yang di kejar Australia dalam kerjasama yang dilakukan tersebut.
Selanjutnya adalah penelitian yang di lakukan oleh M. Rizki Herdiansyah
14
yang berjudul “Kebijakan Pemerintah Australia Terkait Permasalahan Irregular Maritime Arrival Periode Kepemimpinan Perdana
Mentri Jullian Gillard 2010-2012 ”. Penulis dalam penelitianya membahas
tentang kebijakan-kebijakan apa saja yang di ambil oleh Australia yang di pimpin oleh perdana mentri jullian Gillard dalam merespon kedatangan para pengungsi
yang tidak memenuhi persyaratan untuk mendapatkan suaka. Dapat di lihat bahwa dalam jurnalnya peneliti menggunakan pendekatan kebijakan luar negeri.
Dalam kepemimpinan perdana mentri jullian Gillard Australia telah mengeluarkan beberapa kebijakan, yang memiliki tujuan untuk menghadang
masuknya para pengungsi yang datang melalui jalur laut dan tanpa memiliki document-document yang lengkap. Adapun beberapa kebijakan-kebijakan
tersebut antara lain: 1 Pasific Solution, 2 Mandatory Detention, 3 Pemberlakuan Bridging Visa, 4 Pengembalian Pencari Suaka ke Negara Asal,
5 Malaysia Solution Kebijakan-kebijakan tersebut diatas merupakan kebijakan yang di
keluarkan pemerintah Australia periode kepemimpinan Jullian Gillard yang bertujuan untuk melawan arus kedatangan para pengungsi. Sehingga dengan
kebijakan-kebijakan tersebut diharapkan akan berdampak terhadap arus kedatangan para pengungsi yang mencoba masuk wilayah Australia tanpa
14
M. Rifqi Herdiyansah, Op.cit
11
membawa dokumen-dokumen yang lengkap. Adapun beberapa factor yang di jelaskan oleh peneliti yang kemudian mempengaruhi keluarnya kebijakan-
kebijakan tersebut, factor-faktor tersebut antara lain Bureaucratic Influencer, Partisan Infuencer, serta mass influencer yang kemudian menjadi rasionalisasi
pertimbangan oleh pemerintah Australia dalam pengambilan sebuah kebijakan untuk meresponse arus kedatangan para pengungsi yang di nilai merugikan
Australia. Fokus penelitian milik M. Rizki Herdiansyah berbeda dengan milik
peneliti, konsep yang digunakan oleh peneliti di atas adalah kebijakan luar negeri serta melihat factor-faktor yang mempengaruhi keluarnya kebijakan preventive
Australia. Sedangkan konsep yang di gunakan peneliti saat ini adalah keamanan nasional dan cooperative security, karena peneliti ingin melihat kepentingan
Australia dalam kerjasama Australia Federal Police dengan Kepolisian Republik Indonesia yang akan menjadi focus pembahasan dalam penelitian ini.
Penelitian selanjutnya berjudul “Isu Imigran Gelap Dalam Hubungan
Bilateral Australia- Indonesia” yang diteliti oleh Sita HIdriyah.
15
Didalam jurnalnya peneliti membahas tentang isu para pengungsi yang mencoba
memaksakan diri untuk masuk ke wilayah Australia. Permasalahan pengungsi merupakan isu global yang harus di tangani bersama. Melalui forum internasional
Bali Proses yang dimotori oleh Australia dan Indonesia bisa menjadi instrument dalam memperkuat hubungan kerjasama bilateral untuk meresponse isu
15
Peneliti bidang Masalah-masalah Hubungan Internasional pada Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi P3DI Setjen DPR RI.
“Isu Imigran Gelap Dalam Hubungan Bilateral Australia Indonesia”, Dalam http:berkas.dpr.go.idpengkajianfilesinfo_singkatInfo20Singkat-
V-19-I-P3DI-Oktober-2013-60.pdf di akses pada 25-01- 2014
12
pengungsi, sehingga dari forum kerjasama tersebut menghasilkan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan pengungsi, yang tentunya dapat memberikan
dampak positif terhadap perkembangan isu tersebut bagi kedua negara. Indonesia sendiri memiliki kepentingan dalam kerjasama tersebut yaitu untuk membagi
tanggung jawab dalam permasalahan pengungsi mengingat indonesia sendiri belum menandatangani konvensi 1951 dan protokol 1967 dengan pembagian
tanggung jawab tersebut akan memberikan sebuah kerja sama yang bersimbiosis mutualisme.
Fokus penelitian milik Sita Hidriyah yaitu dinamika kerjasama antara Pemerintah Australia dengan Indonesia dalam meresponse isu pencari suaka, dan
mengasumsikan perlunya kerjasama antara Australia dan Indonesia untuk penanganan pencari suaka. Penelitian diatas akan menambah refrensi serta
wawasan peneliti tentang dinamika kerjasama antara Australia dengan Indonesia yang dapat di manfaatkan dalam penelitian “Kepentingan Australia Dalam
Kerjasama Australia Federal Police Dengan Kepolisian Republik Indonesia Untuk Penanganan pencari suaka”.
Selanjutnya Jurnal Skripsi oleh Citra Adelia
16
yang berjudul “Perubahan kebijakan Bangladesh Terhadap Kaum Rohingya di Perbatasan Bangadesh
Myanmar ”. Penelitian tersebut membahas tentang adanya transformasi isu
kemanusiaan menjadi sebuah isu keamanan. Pemerintah Bangladesh merubah kebijakannya untuk membantu kaum Rohingya di karenakan munculnya
16
Citra Adelia ”Perubahan kebijakan Bangladesh Terhadap Taum Rohingya di Perbatasan Bangadesh Myanmar” di unduh dari
http:journal.unair.ac.idfilerPDFE-Journal20Skripsi.docx di akses pada 25-03-2014
13
permasalahan permasalahan yang di timbulkan oleh kaum Rohingya di Bangladesh. Mereka kaum Rohingya menyebabkan ketidak setabilan ekonomi dan
sosial di Bangladesh sehingga kemudian dianggap mengancam keamanan masyarakat Bangladesh. Keberadaan kaum Rohingya yang telah lama menetap
menimbulkan situasi tidak kondusif bagi stabilitas keamanan Bangladesh. Dari situlah kemudian pemerintah merubah kebijakanya dari menerima menjadi
menolak kaum Rohingya yang datang ke Bangladesh dengan dasar keamanan nasionalnya.
Penelitian yang peneliti bahas dengan judul “Kepentingan Australia Dalam Kerjasama Australia Federal Police dengan Kepolisian Republik Indonesia Dalam
Penanggulangan pencari suaka” memiliki persamaan dengan penelitian milik Citra Adelia yaitu adanya transformasi isu pengungsi yang bermula pada isu
kemanusiaan kemudian berubah menjadi isu keamanan. Peneliti sebelumnya juga melihat isu pengungsi dengan konsep keamanan nasional. Namun perbedaanya
adalah Negara penerima pengungsi, dimana Citra Adelia membahas tentang isu pengungsi di Srilangka sedangkan penelitian ini membahas isu tersebut di
Australia, yang juga menolak kedatangan pencari suaka yang datang dengan menggunakan perahu.
Tabel 1.1 Tabel Posisi Penelitian
No Judul dan Nama
Peneliti Jenis Penelitian
dan Analisa Hasil
1. Jurnal:
Permasalahan Imigran
Gelap di
Indonesia. Permasalahan
arus kedatangan
pengungsi merupakan permasalahan bersama antara negara transit dengan
negara tujuan, sehingga dibutuhkan
14
Oleh: Humprey Wangke
kerjasama antar negara sebagai bentuk dari
tindakan konkret
untuk penyelesaian permasalahan tersebut.
Permasalah pengungsi tidak akan pernah selesai
jika hanya
membebankan permasalahan tersebut kepada satu
negara saja.Sehingga solusi terbaik utnuk
penyelesaian peremasalahan
imigran gelap
tersebut dengan
melakukan kerjasama antara Indonesia yang merupakan negara transit dengan
Australia yang merupakan tempat tujuan para pengungsi.
2. Jurnal Skripsi:
Kebijakan Pemerintah Australia
Terkait Permasalahan
Irregular Marritime
Arrivals era
kepemimpinan Perdana
Mentri Jullian Gillard 2010-
2012 Oleh:
M. Rizki Herdiansyah Pendekatan:
Keamanan Nasional
Kebijakan Luar Negeri
Tidak semua pengungsi yang ingin mendapatkan suaka di Australia akan
selalu mendapatkan
suaka dari
pemerintah Australia. Hal tersebut di karenakan Australia sudah tidak lagi
memberikan toleransi kepada pengungsi yang datang melalui jalur tidak resmi
yaitu melalui jalur laut. Untuk itu Australia di era kepemimpinan Jullian
Gillard
mengeluarkan beberapa
kebijakan yang bersifat “Punitive” artinya kebijakan tersebut bertujuan
untuk memberikan efek jera kepada para pengungsi, sehingga akan berdampak
terhadap berkurangnya arus kedatangan para
pengungsi menuju
Australia melalui
jalusr illegal.
Kebijakan kebijakan tersebut diantaranya adalah
Pasific Solution, Mandatory Detension, Pemberlakuan
Bridging Visa,
Pengembalian Pencari Suaka ke Negara Asal, dan Malaysia Solution.
3. Jurnal:
Isu Imigran Gelap Dalam
Hubungan Billateral Indonesia-
Australia. Oleh :
Sita Hidriyah Permasalahan
pencari suaka
tentu berkaitan
dengan penyelundupan
manusia, merupakan pekerjaan rumah bagi indonesia dan Australia. Isu pencari
suaka memerlukan penanganan serius, karena permasalahan tersebut berkaitan
dengan masalah kedaulatan. Namun sebaliknya mereka merupakan korban
kemanusiaan
yang membutuhkan
perlindungan dari negara lain. Oleh karena
itu indonesia
kemudian
15
mengajak negara negara terkait untuk membahas
isu tersebut.
Indonesia sendiri memiliki kepentingan dalam
kerjasama tersebut
yaitu adanya
pembagian tanggung jawab bersama antara negara terkait. Shingga kemudian
solusi terbaik dapat di dapatkan.
4. Jurnal Skripsi:
Perubahan Kebijakan Pemerintah
Bangladesh Terhadap Kaum Rohingya di
Perbatasan Bangladesh-Myanmar
Oleh: Citra Adelia
Pendekatan: Keamanan
Nasional, Kepentingan
Nasional Penolakan
Bangladesh terhadap
pengungsi kaum “rohingya” merupakan perubahan
persepsi pemerintah
Bangladesh dalam memandang isu Migrasi Internasional. Kaum rohingya
yang notabene membutuhkan suaka atau perlindungan sebagai akibat dari korban
kemanusiaan telah berubah menjadi sebuah ancaman bagi Bangladesh. Hal
tersebut di karenakan kondisi ekonomi sosial dan politik yang di akibatkan oleh
etnis rohingya. Mereka menyebabkan ketidak stabilan ekonomi dan sosial
pada akhirnya mengancam keamanan manusia
masyarakat Bangladesh.
Sehingga pengungsi yang berangkat sebagai
isu kemanusian
telah bertransformasi menjadi isu keamanan
nasional Bangladesh. 5.
Skripsi: Kepentingan Australia
Dalam Kerjasama Australia
Federal Police-
Kepolisian Republik
Indonesia Dalam
Penanggulangan Pencari Suaka
Oleh: Ahmad Sholeh
Jenis Penelitian: Deskriptif
Pendekatan: Kepentingan
Nasional, Keamanan
Nasional, Cooperative
Security Isu pengungsi menjadi permasalahan
bagi Australia ketika mereka mencoba memasuki wilayah Australia tanpa
mematuhi prosedur yang berlaku. Hal tersebut menjadi permasalahan karena
akan memberikan dampak negative yang mengancam keamanan nasional
Australia.
Tentunya permasalahan
tersebut membutuhkan
penanganan serius sehingga kemudian di refleksikan
dalam agenda politik luar negeri Australia. Upaya pemerintah Australia
untuk melindungi kedaulatan Negara dan kesejahteraan masyarakat dari
potensi
ancaman yang
akan di
timbulkan oleh para pencari suaka yang datang
yaitu melalui
kerjasama Australia
Federal Police
dengan Kepolisian Republik Indonesia. Dengan
melakukan kerjasama tersebut tentunya
16
penanggulangan gelombang kedatangan pencari suaka akan semakin efektif dan
efisien, serta mengantisipasi ancaman yang akan di timbulkan.
1.5 Landasan Konseptual