Kepentingan Australia Dalam Kerjasama Australia Federal Police Dengan Kepolisian Republik Indonesia Dalam Penanggulangan Pencari Suaka

(1)

SKRIPSI

Kepentingan Australia Dalam Kerjasama Australia Federal Police

Dengan Kepolisian Republik Indonesia Dalam Penanggulangan

Pencari Suaka

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Politik (S.IP) Strata-1

Oleh: Ahmad Sholeh

(09260127)

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2015


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Ahmad Sholeh

Nim : 09260127

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional

Judul Skripsi : KEPENTINGAN AUSTRALIA DALAM

KERJASAMA AUSTRALIA FEDERAL POLICE DENGAN KEPOLISIAN REPUBLIC INDONESIA DALAM PENANGGULANGAN PENCARI SUAKA

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Dan dinyatakan LULUS

Pada hari : Kamis Tanggal : 22 Januari 2015 Tempat : Ruang Dosen FISIP

Mengesahkan Dekan FISIP – UMM

Dr. Asep Nurjaman, M.Si

Dewan Penguji: Tanda Tangan

1. Dyah Estu K M.Si ( )

2. Hevi Kurnia Hardini, MA. Gov ( ) 3. Drs. Abdullah Masmuh M.Si ( )


(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan rahmat nya sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik, yang merupakan salah satu syarat dalam penyelesaian program studi strata satu jurusan Hubungan Internasional pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

Isu Pencari suaka dan Penyelundupan manusia ke Australia memang tidak bisa dipisahkan dengan Indonesia, walaupun Australia sebagai Negara tujuan pencari suaka namun Indonesia merupakan tempat transit bagi para pencari suaka, dan di Indonesia juga para pencari suaka ini akan menemukan para sindikat yang akan membantu untuk menyelundupkan mereka ke Australia. selain itu factor geografis antara Indonesia dengan Australia yang berdekatan juga menjadi alasan singgahnya pencari suaka ke di Indonesia. Hal inilah yang kemudian mendorong Australia untuk melakukan kerjasama dengan Indonesia melalui Australia Federal Police dengan Kepolisian Republik Indonesia untuk penanggulangan pencari suaka.

Penulis menyadari bahwa didalam proses pengerjaan dan penyajian skripsi ini masih terdapat kekurangan yang perlu dibenahi dan disempurnakan. Oleh karena itu masukan dan kritikan yang membangun sangat diharapkan oleh penulis untuk membantu menutup celah dan kekurangan tersebut. Akhirul kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi dan bermanfaat untuk menambah serta mengembangkan pengetahuan mengenai studi Hubungan


(4)

Internasional di lingkungan Universitas Muhammadiyah Malang dan juga disiplin Ilmu Hubungan Internasional di Indonesia secara umum. Amien, Amin, Ya

Robbal „alamin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahhi wa barakatuh.

Malang, 12 Februari 2015

Ahmad Sholeh


(5)

DAFTAR ISI

JUDUL...i

LEMBAR PERSETUJUAN...ii

LEMBAR PENGESAHAN...iii

BERITA ACARA BIMBINGAN...iv

KATA PENGANTAR...v

LEMBAR PERSEMBAHAN...vi

ABSTRAKSI...viii

DAFTAR ISI...ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1.4. Penelitian Terdahulu ... 8

1.5. Landasan Konseptual ... 16

1.5.1. Konsep Cooperatif Security ... 16

1.5.2. Konsep National Security. ... 20

1.6. Metodologi Penelitian ... 24

1.6.1. Tipe Penelitian... ... 24

1.6.2. Teknik Pengumpulan Data... ... 24

1.6.3. Teknis Analisa Data... ... 24

1.6.4. Ruang Lingkup Penelitian... ... 25

1.7. Argumen Dasar ... 25

1.8. Sistematika Penulisan ... 26

BAB II ISU PENCARI SUAKA DALAM HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA-AUSTRALIA 2.1. Definisi Pengungsi Menurut Konvensi 1951 dan Protokol 1967 ... 28

2.2. Indonesia Sebagai Jalur Faforit Pencari Suaka ... 34

2.3. Australia Sebagai Negara Tujuan Pencari Suaka ... 41


(6)

2.5. Kerjasama Australia Federal-Police Dengan Kepolisia Republik Indonesia Dalam Penanggulangan Pencari Suaka...55

BAB III KEPENTINGAN AUSTRALIA DALAM KERJASAMA AUSTRALIA FEDERAL POLICE DENGAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA DALAM PENANGGULANGAN PENCARI SUAKA.

3.1. Australia Sovereignity ... 62 3.2. Societal Security... ... 69 3.3. Economic Security ... ... 74

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan. ... 79 4.2. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

1. ARRANGEMENT BETWEEN THE INDONESIA NATIONAL POLICE

AND THE AUSTRALIAN FEDERAL POLICE ON COOPERATION IN PREVENTING AND COMBATING TRANSNATIONAL CRIME.


(8)

DAFTAR PUSTAKA Buku

Buzan, Barry, 1983, People, States, and Fear: The National Security In The Third World, WHEATSHEAF BOOKS LTD, Britain

Chalk, Peter, 2000, Non-Military Security And Global Order: The Impact of Extrimism, Violence and Chaos on National and International Security, ST. MARTIN’S PRESS, LLC, New York

Gyngel, Allan and M Wesley, 2007, Making Australian Foreign Policy, Cambridge University Press,Oxford

Mas'oed, Mohtar, 1990, Ilmu Hubungon Internasionol: Disiplin dan Metodelogi, Pustaka LP3ES, Jakarta

Paul D. Williams, 2008, Security Studies; An Introduction, Routledge, New York

Raharjo, Satjipto, 2000, Ilmu Hukum, Cetakan ke-5, Citra Adiya Bakti, Bandung UNHCR, 2011, Handbook and Guidelines on Procedures and Criteria for

Determining Refugee Status: under the 1951 Convention and the 1967 Protocol relating to the Status of Refugees, Genewa

Vrachnaz, Jhon, dkk, 2005, Migration And Refugee law (Priciple And Practice in Australia), Cambridge University Press, New York

White, Brian, Richard Little dan Michael Smith, 1997, Issues In World Politics, Macmillan Press, London

Jurnal dan Internet

2012-13 FEDERAL BUDGET IN BRIEF: WHAT IT MEANS FOR REFUGEES AND PEOPLE SEEKING HUMANITARIAN PROTECTION dalam http://refugeecouncil.org.au/r/bud/2012-13-Budget.pdf diakses pada 16-11-2014

2013-14 FEDERAL BUDGET IN BRIEF: WHAT IT MEANS FOR REFUGEES AND PEOPLE SEEKING HUMANITARIAN PROTECTION dalam http://refugeecouncil.org.au/r/bud/2013-14-Budget.pdf diakses pada 16-11-2014

Adam Graycar dan Rebecca Tailby, 2000, “People Smuggling: National Security Implication”, dalam,


(9)

http://www.aic.gov.au/media_library/conferences/other/graycar_adam/200 0-08-smuggling.pdf diakses pada 01-09-2014

Citra Adelia, Perubahan kebijakan Bangladesh Terhadap Taum Rohingya di Perbatasan Bangadesh Myanmar, diunduh dari http://journal.unair.ac.id/filerPDF/E-Journal%20Skripsi.docx di akses pada 25-03-2014

Commonwealth of Australia, 2007, Kehidupan Di Australia, diunduh dari

http://www.immi.gov.au/living-in-Australia/values/book/translation/indonesian.pdf diakses pada 25-09-2014 Department of Immigration and Border Protection, Privacy Notice, diunduh dari

https://www.immi.gov.au/allforms/foreign/1442iind.pdf diakses pada 15-11-2014

Dindya Sisca Prahenti, Dampak Singgahnya Pencari Suaka Ke Australia Terhadap Peningkatan Kejahatan Transnasional Di Indonesia, diunduh

dari dari

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/DINDA%20Jurnal%20Skripsi.docx diakses pada 02-10-2014

Dra. Adrini Pujiyanti, M.si, Budaya Maritim Geo-Politik dan Tantangan Keamanan Indonesia, diunduh dari http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/buku_lintas_tim/buku-lintas-tim-3.pdf di akses 25-09-2014

E. Cortes Kalena, Are Refugees Different With Economic Migrants? Some Empirical Evidence On The Heterogeneity Of Immigrants Group In The United States, Princenton University, dalam http://ftp.iza.org/dp1063.pdf diakses pada 28-12-2014

Humprey Wangke, 2012, “Indonesia Dan Masalah Imigran Gelap”, diunduh dari

http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/info_singkat/Info%20Singkat-IV-17-I-P3DI-September-2012-4.pdf 25-10-2013

Jannet Philips, Assylum Sekeer and Refugees:What are the facts?, diunduh dari http://www.aph.gov.au/binaries/library/pubs/bn/sp/asylumfacts.pdf diakses pada 10-12-2014

Jannet Philips, 2014, Boat People to Australia: A quick Guide To The Statistic,

diunduh dari

http://parlinfo.aph.gov.au/parlInfo/download/library/prspub/2958111/uplo ad_binary/2958111.pdf;fileType=application/pdf diakses pada 25-10-2014 Krustiyanti, Atik, Kebijakan Penanganan Pengungsi di Indonesia: Kajian Dari Konvensi Pengungsi Tahun 1951 Dan Protokol 1967, diunduh dari


(10)

http://repository.ubaya.ac.id/3344/1/Krustiyati_Kebijakan_2012.pdf diakses pada 01-09-2014

Louise Oliiff, What Works, laporan Refugee Council of Australia, diunduh dari http://www.refugeecouncil.org.au/docs/resources/reports/What_Works.pdf diakses pada 11-11-2014

M. Rifqi Herdiansyah. Kebijakan Pemerintah Australia Terkait Permasalahan Irregular Maritime Arrivals Periode Kepemimpinan Perdana Menteri Julian Gillard Tahun 2010-2012, diunduh dari http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Jurnal%20Skripsi%20M.%20Rifqi%20 Herdianzah.pdf di akses pada 23 Oktober 2013

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH COMMONWEALTH OF AUSTRALIA TENTANG PENANGGULANGAN KEJAHATAN LINTAS NEGARA DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA KEPOLISIAN, diunduh dari http://treaty.kemlu.go.id/uploads-pub/4245_AUS-2008-0174.pdf diakses pada tanggal 12-11-2013

Pengaturan Antara Kepolisian Republik Indonesia Dan Kepolisian Federal Australia Tentang Kerjasama Dalam Pencegahan Dan Penanggulangan Kejahatan Lintas Negara, dalam http://treaty.kemlu.go.id/index.php/treaty/index diakses pada 28-10-2013

Rizal Sukma, Konsep Keamanan Nasional, diunduh dari

http://booksreadr.org/pdf/konsep-keamanan-nasional-propatriaorid-towards-a-168132713.html diakses pada tanggal 28-03- 2014

Sigit Riyanto, Prinsip non-Refoulment dan Relevansinya Dalam Sistim Hukum Internasional, diunduh dari https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5 &ved=0CEsQFjAE&url=http%3A%2F%2Fmimbar.hukum.ugm.ac.id%2F index.php%2Fjmh%2Farticle%2Fdownload%2F271%2F126&ei=nH5IVO rRHKL5mAWykYCYBA&usg=AFQjCNH9UZCzDKEubEaPbyKRuPi8j

CDTfg&sig2=wWPs6kYrLldT97G-FHhM4g&bvm=bv.77880786,d.dGY&cad=rja diakses pada 02-10-2014 Sita Hidriyah, Isu Imigran Gelap Dalam Hubungan Bilateral Australia Indonesia,

diunduh dari

http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/info_singkat/Info%20Singkat-V-19-I-P3DI-Oktober-2013-60.pdf di akses pada 25-01- 2014

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.9 TAHUN 1992 TENTANG

KEIMIGRASIAN, dalam

http://www.pendis.kemenag.go.id/beasiswaln/pdf/uu_09_92.pdf diakses pada 01-10-2014


(11)

United Nation, REFUGEES AND STATELESS PERSONS; Convention Relating to The Status Of Refugees, diunduh dari https://treaties.un.org/doc/Publication/MTDSG/Volume%20I/Chapter%20 V/V-2.en.pdf di unduh pada 23-10-2013

Vera Puspita Ningsih, Upaya International Organization For Migration (Iom) Dalam Menangani Masalah Imigran Gelap Di Indonesia, diunduh dari

http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2014/05/(Vera%20Puspita%20Ningsih)%20eJournal%20I lmu%20Hubungan%20Internasional%20(05-07-14-06-10-40).pdf Diakses pada 03-10-2014

Yanyan Mochammad Yani, Drs. MAIR. Ph.D, Politik Luar Negeri,diunduh dari

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/06/politik_luar_negeri.pdf diakses pada 25-10-2013 Yuliantiningsih, Aryuni, Perlindungan Pengungsi Dalam Persepektif Hokum Internasional Dan Hokum Islam, diunduh dari www.fh.unsoed.ac.id/index.php/jdh/article/download/164/112 diakses pada 2 september 2014

Abdi Purnomo, Selundupkan Imigran, Oknum TNI dapat Ratusan Juta, dalam http://www.tempo.co/read/news/2012/09/12/063428961/Selundupkan-Imigran-Oknum-TNI-Dapat-Ratusan-Juta diakses 25-08-2014

AFP Bantu POLRI $3,6 Juta, http://www.kabarbisnis.com/umum/2813028-AFP_bantu_Polri_Aus__3_6_juta.html di akses pada 28-10-2013

Agus Tri Wibowo, Australia Terbangkan 39 Pencari Suaka ke PNG, dalam http://microsite.metrotvnews.com/Indonesiamemilih/read/2013/08/07/302/ 173668/Australia-Terbangkan-39-Pencari-Suaka-ke-PNG di akses pada 20-08-2014

Ahmad Faizal, Selundupkan 120 Imigran Gelap, 2 Nelayan Sumbawa

Diamankan, dalam

http://regional.kompas.com/read/2013/07/04/2138213/Selundupkan.120.I migran.Gelap.2.Nelayan.Sumbawa.Diamankan 26-05-2014

Ali, Tangani Imigran Gelap, Polisi Fedral Australia Bantu Polda Kepri 1 Miliar, dalam http://www.batamtoday.com/berita20070-Tangani-Imigran-Gelap,-Polisi-Federal-Australia- Bantu-Polda-Kepri-Rp1-Miliar.html Diakses pada 28-10-2013

Alsadad Rudi, Kalibata City Tempat singgah pencari suaka illegal, dalam http://megapolitan.kompas.com/read/2013/06/19/2343535/Kalibata.City.T empat.Singgah.Pencari.Suaka.Ilegal diakses pada 20-09-2014


(12)

Anwar Maga, POLRI-AFP Mantapkan Strategi Penanganan Penyelundupan Manusia, dalam http://mataram.antaranews.com/berita/25452/polri-dan-afp-mantapkan-strategi-penanganan-penyelundupan-manusia diakses pada 03-10-2014

Australia Bantu POLRI Tiga Kapal Patroli,

http://www.jpnn.com/read/2011/12/06/110341/Australia-Bantu-Polri-Tiga-Kapal-Patrol di akses pada 28-10- 2013

Australian Immigation and Australian Visas, dalam http://www.australia-migration.com/page/General_Hints_and_Tips/296 diakses pada 28-10-2014

Bali Proccess, Dalam http://www.unhcr.or.id/id/Bali-process-id di akses pada tanggal 28-10-2013

Bayu Galih, Gedung Penampung Imigran Dibangun di Lampung, Dalam http://m.bola.viva.co.id/news/read/334454-gedung-penampung-imigran-dibangun-di-lampung Diakses pada 28-10-2013

Ben Packham, “Jullia Gillard Announces Plan to Target Boat People Issue at Source”, http://www.heraldsun.com.au/news/tony-abbott-policy-will-see-refugees-shunned-if-passports-dumped/story-e6frf7jo-1225888261681 diakses pada 15-12-2014

Bethany Keats, Suka duka pengungsi di Australia, dalam http://www.radioAustralia.net.au/indonesian/2013-06-20/hari-pengungsi-sedunia-suka-duka-pengungsi-di-Australia/1148696 diakses pada 27-09-2014

Bianca Hall, Few Asylum Seeker Charged with Crime, dalam

http://www.smh.com.au/federal-politics/political-news/few-asylum-seekers-charged-with-crime-20130228-2f98h.html diakses pada 16-11-2014

Bilal Ramadhan, Australia Bantu POLRI Bangun Laboraturium Forensik, dalam

http://www.republika.co.id/berita/breaking- news/nasional/11/03/16/170014-australia-bantu-polri-bangun-laboratorium-forensik Diakses pada 28-10-2013

Caharacter and Police Certificate Requirements, dalam http://www.immi.gov.au/Help/Pages/character-police/requirements.aspx diakses 15-11-2014

Coalition Would Deport Refugees Convicted With a Crime, dalam http://www.theguardian.com/world/2013/jun/16/coalition-deport-refugees-commit-crime 16-11-2014


(13)

Fani Ferdiansyah, Terhimpit Ekonomi, Nelayan Bantu Imigran Gelap,

http://daerah.sindonews.com/read/2012/11/18/21/689335/terhimpit-ekonomi-nelayan-bantu-imigran-gelap 26-05-2014

Fathurrahman Al Azis, Jalur Indonesia Paling Mudah Dilalui Imigran. dalam

http://log.viva.co.id/news/read/149226-jalur_Indonesia_paling_mudah_dilalui_imigran. diakses pada 25-09-2014 Gagah Wijoseno, 5 Alasan Indonesia Menjadi Jadi Surga Transi Pencari Suaka

Ke Australia,

http://news.detik.com/read/2011/12/20/182116/1795871/10/5-alasan-Indonesia-jadi-surga-transit-imigran-gelap-ke-Australia di akses 20-09-2014

Gemma Jones, Abbot Government In Crime Crackdown on Asylum Seekers, dalam http://www.news.com.au/national/abbott-government-in-crime-crackdown-on-asylum-seekers/story-fncynjr2-1226733799066 diakses pada 16-11-2014

Geografi Indonesia, dalam http://www.Indonesia.go.id/in/sekilas-Indonesia/geografi-Indonesia diakses pada 04-09-2014

Harmen Batubara, Lemahnya Kehadiran Negara Diwilayah Perbatasan, dalam

http://www.wilayahperbatasan.com/lemahnya-kehadiran-negara-di-wilayah-perbatasan/ diakses pada 22-08-2014

Hendra Gunawan, 84 Imigran Ditangkap Di Pantai Selatan Garut, dalam http://www.tribunnews.com/regional/2013/07/21/84-imigran-ditangkap-di-pantai-selatan-garut diakses pada 03-09-2014

Perjanjian Keamanan RI-Australia Resmi Berlaku,

http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id= 1313 diakses pada tanggal 28-10-2013

Imigran Gelap Kerap Berselisih dengan Warga Puncak, dalam http://www.beritasatu.com/megapolitan/31708-imigran-gelap-kerap-berselisih-dengan-warga-puncak.html diakses pada 06-10-2014

Imigran Ilegal Meresahkan Masyarakat, dalam http://www.pikiran-rakyat.com/node/145208 diakses pada 06-10-2014

Ishomuddin, RI Belum Punya Aturan Penanganan Imiggran Gelap, dalam http://www.tempo.co/read/news/2012/09/10/078428623/RI-Belum-Punya-Aturan-Penanganan-Imigran-Gelap, diakses pada 26-05-2014

Ishomuddin, Sopir Pengangkut Imigran Gelap Diberi Imbalan 5 juta Rupiah, dalam


(14)

http://www.tempo.co/read/news/2012/09/11/058428745/Sopir-Pengangkut-Imigran-Gelap-Diberi-Imbalan-Rp-5-Juta- diakses 26-05-2014

Isu Pengungsi Menjelang Pengungsi Australia, dalam http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2013/08/130816_australia_pemilu diakses pada 25-09-2014

Jessica Helena Wuysang, Hibah Kepolisian Australia, dalam http://www.antaranews.com/foto/35257/hibah-kepolisian-australia diakses pada 28-10-2013

Keamanan Komunikasi-Informasi Harus Diperkuat, dalam

http://beritasore.com/2013/11/07/wakapolri-keamanan-informasi-komunikasi-indonesia-harus-diperkuat/ diakses pada 03-10-2014

Kedutaan Besar Australia, “Ekonomi Global”, dalam

http://www.indonesia.embassy.gov.au/jaktindonesian/ekonomi_global.htm l diakses pada 27-05-2014

Kirsty Needham, Switch to onshore processing threatens a budget blow out dalam http://www.smh.com.au/national/switch-to-onshore-processing-threatens-a-budget-blowout-20111014-1lpai.html diakses 16-11-2014

Kronologi bom bali yang mengguncang dunia,

http://www.balipost.co.id/balipostcetaK/2003/5/12/f6.htm diakses pada 16-11-2014

Kusmayadi, 2 Polisi Ditangkap, Diduga Bekengi Penyelundupan Imigran ke

Australia, dalam

http://finance.detik.com/read/2012/04/25/144925/1901259/10/2-polisi-ditangkap-diduga-bekingi-penyelundupan-imigran-ke-australia diakses 25-08-2014

Louis Rikia, Kantor Imigrasi Pindah Imigran Illegal ke Rudenim,

http://antarajatim.com/lihat/berita/95401/kantor-imigrasi-pindah-imigran-ilegal-ke-rudenim diakses pada 26-08-2014

Maryam Ghamgusar, Australia: Why Boat People Risk It All, dalam http://www.bbc.com/news/world-asia-23933103 diakses pada 12-12-2014.

Muhammad Hafil, Inilah Wilayah Paling Rawan Penyelundupan Imigran Gelap, dalam http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/12/19/lwgm4j-inilah-wilayah-paling-rawan-penyelundupan-imigran-gelap# diakses pada 22-08-2014


(15)

Mustiana Lestari, Kisah Imigran Gelap Bayar Rp. 30 Juta Demi Mencari Suaka, dalam http://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-imigran-gelap- bayar-rp-30-juta-demi-mencari-suaka.html diakses pada 27-05-2014

Pemko habiskan 120 juta untuk mayat warga Myanmar, dalam http://sumutpos.co/2013/04/55807/pemko-habiskan-rp120-juta-untuk-8-mayat-warga-myanmar diakses pada 05-10-2014

Pencari Suaka, dalam http://www.unhcr.or.id/id/siapa-yang-kami-bantu/pencari-suaka diakses 06-05-2014

Rifqi, POLDA Banten Dapat Hibah Ranmor Dari Polisi Australia, dalam http://kabar-banten.com/news/detail/6644 diakses pada 28-10-2013

Robertus Belarminus, Alasan Imigran Timur Tengah Ke Australia, dalam http://megapolitan.kompas.com/read/2012/10/25/16354133/Alasan.Imigra n.Timur.Tengah.Kabur.ke.Australia diakses pada 03-09-2014

Santi Dewi, Indonesia jadi sandaran akhir manusia perahu, dalam http://www.imigrasi.go.id/index.php/berita/berita-utama/436-Indonesia-jadi-sandaran-akhir-manusia-perahu diakses pada 19-08-2014

Septianda Perdana, Bantuan Hibah Polisi Australia,

http://www.antarafoto.com/peristiwa/v1365058211/bantuan-hibah-polisi-australia diakses pada 28-10-2013

Sigit Zulmunir, Warga Bogor Tersangka Penyelundup Imigran Rohingya, dalam

http://en.tempo.co/read/news/2013/11/19/078530762/Warga-Bogor-Tersangka-Penyelundup-Imigran-Rohingya diakses pada 24-10- 2013

Tenggelamnya kapal imigran, dalam http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/06/120621_boatcapsize.shtml diakses pada 25-09-2014

UNHCR, Sebuah Organisasi Kemanusiaan Global Yang Rendah Hati, dalam http://www.unhcr.or.id/id/tentang-unhcr/sejarah-unhcr diakses pada 06-05-2014

UU No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM, dalam http://www.komnasham.go.id/informasi/images-portfolio-6/2013-03-18-05-44-20/nasional/254-uu-no-39-tahun-1999-tentang-hak-asasi-manusia diakses pada 12-10-2014

Wayan Agus Purnomo, Pelintas Batas Rawan Rawan Jadi Kurir Transnasional,

dalam http://www.tempo.co/read/news/2011/03/29/063323718/Pelintas-Batas-Rawan-Jadi-Kurir-Transnasional diakses pada tanggal 01-09-2014 http://definitions.uslegal.com/s/sovereign-state/ diakses pada 15-11-2014


(16)

http://www.afp.gov.au/ diakses pada 16-11-2014

http://www.afp.gov.au/en/policing/people-smuggling.aspx diakses pada 23 Oktober 2013

http://www.afp.gov.au/en/policing/people-smuggling.aspx diakses pada tanggal 25-12- 2013

http://www.afp.gov.au/en/Search.aspx?searchTerm=AFP%20is diakses pada 27-09-2014

http://www.afp.gov.au/policing.aspx diakses pada 27-09-2014

http://www.imigrasi.go.id/index.php/hubungi-kami/rumah-detensi-imigrasi diakses pada 02-10-2014

http://www.immi.gov.au/allforms/ diakses 15-11-2014

http://www.immi.gov.au/allforms/health-requirements/meeting-health-req.htm diakses 16-11-2014

http://www.immi.gov.au/managing-Australias-borders/border-security/travel/document/ diakses pada 15-11-2014 http://www.kamusbesar.com/

https://www.humanrights.gov.au/publications/face-facts-2012/2012-face-facts-chapter-3 diakses pada 27-11-2014

https://www.immi.gov.au/media/fact-sheets/62assistance.htm diakses pada 01-09-2014.

https://www.immi.gov.au/media/fact-sheets/82detention.htm diakses pada 29-12-2014

http://rudenimdenpasar.imigrasi.go.id/opini.php?act=detil&id=2013-05-14%2014:00:36 diakses pada 27-12-2014

http://www.abc.net.au/news/interactives/operation-sovereign-borders-the-first-6-months/ diakses pada 23-11-2014


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Australia merupakan salah satu Negara yang memiliki permasalahan dengan pencari suaka yang memaksa masuk wilayah Australia dengan cara yang tidak legal. Australia merupakan destinasi para pencari suaka yang ingin mendapatkan perlindungan dengan status sebagai pengungsi sehingga kemudian mereka berharap akan mendapatkan kewarganegaraan dan ijin tinggal di Australia. Beberapa Negara yang menjadi tujuan bagi para pencari suaka yang ingin mendapatkan statusnya sebagai pengungsi merupakan Negara yang memiliki keberhasilan ekonomi, kesejahteraan sosial, maupun kestabilan politik seperti Amerika Serikat, Kanada, Prancis, Jerman, Inggris, spanyol serta Selandia Baru termasuk Australia yang memiliki kestabilan politik dan ekonomi.1 Australia sendiri termasuk salah satu Negara yang bisa dibilang memiliki keberhasilan ekonomi dan stabilitas politik.

Para pencari suaka yang datang kebanyakan berasal dari Negara-Negara Asia yang sedang mengalami konflik politik, diantaranya adalah Afghanistan, Iraq, Iran, Sri Lanka dan dari beberapa Negara lainya.2 Terjadinya konflik politik yang berkepanjangan tersebut mengakibatkan Negara asal dirasa tidak

1

Jurnal Skripsi, M. Rifqi Herdiansyah. “KEBIJAKAN PEMERINTAH AUSTRALIA TERKAIT PERMASALAHAN IRREGULARMARITIME ARRIVALS PERIODE KEPEMIMPINAN PERDANA MENTERI JULIAGILLARD TAHUN 2010-2012” dalam

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Jurnal%20Skripsi%20M.%20Rifqi%20Herdianzah.pdf di akses pada 23-10-2013

2Jannet Philips, 2014, “Boat People to Australia: A quick Guide To The Statistic”, diunduh dari

http://parlinfo.aph.gov.au/parlInfo/download/library/prspub/2958111/upload_binary/2958111.pdf;f ileType=application/pdf diakses pada 25-10-2014


(18)

2 memungkinkan lagi untuk memberikan perlindungan kepada warga negaranya sehingga memaksa mereka untuk mencari perlindungan di Negara lain. Kedatangan para pencari suaka menuju Australia memiliki maksud untuk mendapatkan kehidupan yang layak, perlindungan, serta jaminan keselamatan dari Negara tujuan.

Isu pengungsi memang menjadi permasalahan dan agenda internasional, hal tersebut dapat dilihat dari terbentuknya UNHCR (United Nation High Commissioner for Refugees) yang merupakan organisasi tangan kanan PBB yang khusus menangani isu pengungsi dunia.3 Organisasi ini bertujuan untuk membantu masyarakat dunia yang hidupnya terncam dinegara asalnya dan tidak memungkinkan untuk tetap tinggal dinegara asalnya agar mendapatkan perlindungan dengan menempatkan mereka di Negara lainya.4

Australia merupakan salah satu Negara yang telah menandatangani konvensi 1951 dan protokol 1967, dan telah secara resmi tergabung menjadi anggota UNHCR. Ini artinya Australia memiliki kewajiban untuk turut berpartisipasi dalam membantu para pengungsi yang ingin meninggalkan negaranya, serta memberikan fasilitas dan perlindungan bagi para pengungsi sesuai dengan komitmen yang tertuang dalam konvensi yang telah di setujui bersama sebelumnya.5 Namun meskipun demikian demikian tetap ada prosedur

3

Brian White, Richard Little dan Michael Smith, 1997, “Issues In World Politics”, London, Macmillan Press, hal 217-218.

4

Lihat www.unhcr.org

5

United Nation, REFUGEES AND STATELESS PERSONS; Convention Relating to The Status Of Refugees, dalam

https://treaties.un.org/doc/Publication/MTDSG/Volume%20I/Chapter%20V/V-2.en.pdf di unduh pada 23-10-2013


(19)

3 yang wajib untuk dipenuhi oleh para pencari suaka sebelum mereka mendapatkan tempat ataupun perlindungan dari Australia dan Negara lainya.

Para pengungsi memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan jaminan keamanan dari pemerintah Australia sesuai dengan perintah konvensi 1951 dan protocol 1967, namun kedatangan mereka dianggap menjadi masalah oleh Pemerintah Australia. Hal tersebut di karenakan adanya pelanggaran prosedur yang dilakukan oleh para pencari suaka, mereka masuk dalam territorial Australia dengan cara yang tidak direkomendasikan. Australia beranggapan pencari suaka yang datang tanpa teridentifikasi berpotensi memberikan dampak negative bagi negaranya.6 Kondisi tersebut kemudian menjadi landasan bagi Australia memberikan efek jera bagi para pencari suaka yang datang dengan menggunakan perahu. Hal itu dapat dilihat dari beberapa kebijakan australia yang bersifat preventif terhadap pencari suaka ini.

Para pencari suaka yang datang ke Australia memanfaatkan jalur perairan Indonesia, dan menjadikan Indonesia sebagai tempat transit atau pemberhentian sementara sebelum mereka melanjutkan perjalanan ke Negara tujuan. Perjalanan mereka menuju Australia dengan menggunakan perahu, yang difasilitasi oleh oknum tertentu yang merupakan warga Negara Indonesia.7 Letak georafis Indonesia yang strategis menjadikan Indonesia sebagai jalur faforit bagi para pencari suaka yang bertujuan ke Australia, sehingga Indonesia memiliki peran

6

Dalam http://www.afp.gov.au/en/policing/people-smuggling.aspx diakses 23 Oktober 2013

7

Sigit Zulmunir, “Warga Bogor Tersangka Penyelundup Imigran Rohingya”, dalam http://en.tempo.co/read/news/2013/11/19/078530762/Warga-Bogor-Tersangka-Penyelundup-Imigran-Rohingya 24-10- 2013


(20)

4 penting yang di bisa di manfaatkan oleh Pemerintah Australia untuk membendung masuknya para imigran.

Dengan kondisi seperti ini tentunya Australia perlu untuk melakukan kerjasama dengan Indonesia. Melalui kerjasama ini akan mempermudah Australia untuk mencegah masuknya pencari suaka dengan menggunakan perahu karena akan mempersempit ruang gerak para pencari suaka dan penyelundup untuk menembus perbatasan Australia. Indonesia bisa menjadi benteng pertahanan terluar Australia sebelum para pengungsi sampai ke batas wilayah Negara. Para pencari suaka akan lebih dulu tertangkap oleh petugas keamanan Indonesia sebelum mereka sampai ke australia.

Pada tahun 2002, Australia yang di pimpin oleh perdana menteri Jhon Howard dan Indonesia di pimpin oleh Presiden Megawati melakukan kerjasama dengan menginisiasi sebuah forum internasional yang di kenal dengan Bali Procces yang bertujuan untuk memberantas penyelundupan dan perdagangan manusia, serta kejahatan transnasional terkait lainnya dengan melibatkan beberapa Negara tetangga yang memiliki visi yang sama terhadap isu-isu tersebut dan berkomitmen untuk mengatasi permasalahan people smuggling dan trafficking.8 Forum ini tentunya dapat di maksimalkan oleh Australia untuk menguatkan sektor keamanan dalam pencegahan penyelundupan pencari suaka ke Australia pada khususnya dan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada isu transnational crime9

8

“Bali Proccess” Dalam http://www.unhcr.or.id/id/Bali-process-id di akses pada tanggal 28-10-2013

9

Transnational Organized Crime merupakan kegiatan kejahatan yang bersifat lintas batas Negara yang terdiri dari tiga orang atau lebih dan bersifat terorganisir. Kegiatan criminal seperti ini cenderung bersifat bisnis untuk mengejar keuntungan finansial atau keuntungan lainya. Misalnya, penyelundupan manusia,terrorisme, dan penyelundupan obat terlarang. Paul D. Williams, 2008,


(21)

5 terkait lainya. Australia dan Indonesia juga melakukan kerjasama keamanan yang di kenal dengan Lombok treaty pada tahun 2006, yaitu sebuah perjanjian kerjasama yang meliputi kerjasama intelijen, keamanan maritim, keamanan penerbangan, proliferasi senjata pemusnah massal dan kerjasama tanggap darurat.10

Upaya Pemerintah Australia untuk memperkuat pertahanan dan keamanan territorialnya dari serbuan para pencari suaka yang mencari suaka terus berlanjut. Upaya untuk menjadikan Indonesia partner sekaligus ujung tombak dalam menghadang para pengungsi yang datang ke Australia melalui perairan Indonesia di lanjutkan dengan melakukan kerjasama antar instansi kedua Negara. Pada tahun 2011 lalu, POLRI dan Australia Federal Police melakukan kesepakatan perjanjian kerjasama yang berdasarkan atas Lombok Treaty dalam pencegahan dan pemberantasan kejahatan lintas Negara. Perjanjian tersebut langsung di tanda tangani oleh KAPOLRI Jendral Timur Pradopo (POLRI) dan Commissioner Tony Negus APM (AFP) serta disaksikan oleh masing masing Kepala Negara.11

Didalam kerjasama tersebut, Australia tentunya mempunyai sebuah misi yang direfleksikan dengan melakukan ratifikasi nota kesepahaman dengan Indonesia. Australia tentunya menyadari bahwa permasalahan pencari suaka tersebut akan menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk di selesaikan. Di

“Security Studies; An Introduction”, New York, Routledge, hal; 454 dalam

http://bookfi.org/dl/1154013/402e3b diakses pada 08-10-2014

10“Perjanjian Keamanan RI

-Australia Resmi Berlaku” Dalam

http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=1313 di akses pada tanggal 28-10-2013

11

Naskah kerjasama antara Kepolisian Republik Indonesia dengan Polisi Federal Australia

“Pengaturan Antara Kepolisian Republik Indonesia Dan Kepolisian Federal Australia Tentang Kerjasama Dalam Pencegahan Dan Penanggulangan Kejahatan Lintas Negara” dalam


(22)

6 perlukan sebuah strategi yang jitu untuk menghambat arus kedatangan para pengungsi ke Australia. Sehingga dengan kerjasama tersebut, Australia dapat menekan arus kedatangan pengungsi dan mengurangi beban Pemerintah dalam penanganan isu tersebut.

Kebijakan Australia untuk mempererat hubungan kerjasama melalui instrument Polisi Federal Polisi-nya merupakan hal yang tepat, karena secara geografis, Indonesia adalah Negara tetangga Australia dan menjadi jalur faforit bagi para pencari suaka. Ketika jalur tersebut, yang notabene banyak di manfaatkan oleh para pencari suaka dapat di control, maka secara otomatis Australia dapat meminimalisir arus kedatangan mereka. Namun sebaliknya jika Australia tidak mampu mengontrol wilayah tersebut maka jumlah para pengungsi yang datang tidak akan sepenuhnya mampu di bendung. Dan tentunya hal tersebut akan merugikan Australia, serta potensi akan ancaman yang di timbulkan oleh para pencari suaka akan semakin besar.

Pada tahun 2011 lalu, Polisi federal Australia juga memberikan bantuan tiga buah kapal patroli kepada Kepolisian Republik Indonesia yang dapat digunakan untuk kepentingan patrol di daerah perbatasan.12 Bantuan tersebut merupakan refleksi dari kerjasama yang di lakukan sekaligus merupakan kepanjangan tangan dari kepentingan Australia. Dengan bantuan yang diberikan tersebut, tentunya akan mempermudah Kepolisian Republik Indonesia dalam penanggulangan arus gelombang para pencari suaka. Manfaat yang di dapatkan Australia sendiri adalah semakin ketatnya penjagaan jalur pintu masuk para

12“Australia Bantu POLRI Tiga Kapal Patroli”

http://www.jpnn.com/read/2011/12/06/110341/Australia-Bantu-Polri-Tiga-Kapal-Patrol di akses pada 28-10- 2013


(23)

7 pengungsi menuju Australia maka keamanan nasional Australia pun dapat tercontrol.

Pada dasarnya penyelesaian masalah pencari suaka memang tidak hanya bertumpu pada institusi Australia Federal Police ataupun POLRI saja. Namun juga melibatkan pihak-pihak terkait dalam penangananya. Namun disini peneliti melihat bahwa kedua institusi tersebut merupakan institusi utama yang mewakili kepentingan penegakan hokum di masing-masing Negara. Permasalahan pencari suaka yang di hadapi oleh Australia, merupakan permasalahan yang serius bagi pemerintah Australia. Hal inilah yang menjadi factor pendorong bagi Australia untuk kemudian menjalin hubungan kerjasama dengan Indonesia.

Isu pencari suaka ini sangat menarik untuk dibahas walaupun isu tersebut merupakan isu klasik bagi Australia. Namun hingga saat ini isu tersebut masih hangat diperbincangan oleh kedua Negara antara Indonesia dan Australia. Dalam pembahasan pencari suaka ke Australia, tentunya Indonesia juga tidak terlepas dari pembahasan tersebut dikarenakan indonesia merupakan tempat transit para pencari suaka. Isu tersebut pula yang terkadang meningkatkan tensi hubungan Antara Australia dengan Indonesia sehingga dengan latar belakang tersebut kemudian peneliti mengangkat penelitian tentang “KEPENTINGAN AUSTRALIA

DALAM KERJASAMA AUSTRALIA FEDERAL POLICE DENGAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA DALAM PENANGGULANGAN PENCARI SUAKA”.

1.2Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka didalam penelitian ini peneliti mencoba untuk menjelaskan tentang “bagaimana kepentingan Australia dalam


(24)

8 kerjasama yang di lakukan antara Polisi Federal Australia dengan Kepolisian Republik Indonesia dalam penanganan permasalahan pencari suaka?”.

1.3Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk menjelaskan tentang bagaimana kepentingan Australia dalam kerjasama yang di lakukan Kepolisian Federal Australia dengan Kepolisian Republik Indonesia dalam penanggulangan permasalahan pencari suaka, dengan menggunakan disiplin ilmu Hubungan Internasional.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat dalam menambah pengetahuan tentang usaha yang di lakukan Australia guna mendapatkan kepentingan nasionalnya serta keamanan dari potensi yang mengancam Negaranya, yang tentunya akan merugikan Negara yang bersangkutan, melalui kerjasama Polisi Federal Australia dengan Kepolisian Republik Indonesia dalam penanggulangan pencari suaka. Serta hasil penelitian ini di harapkan akan bermanfaat bagi peneliti lain sebagai referensi atau dasar pemikiran dalam penelitian yang sejenis.

1.4Penelitian Terdahulu

Permasalahan pencari suaka merupakan sebuah isu global yang dihadapi beberapa negara di dunia. Khususnya bagi Negara-negara yang menjadi destinasi dan tempat transit para pencari suaka. Mereka adalah para korban pelanggaran HAM yang seharusnya mendapatkan perlindungan, namun sebaliknya mereka di anggap sebagai ancaman bagi negara-negara penerima. Hal tersebut dikarenakan


(25)

9 banyak para pencari suaka yang datang tidak menghiraukan peraturan untuk mendapatkan suaka di Australia, sehingga pemerintah Australia merasa di rugikan oleh kedatangan para pencari suaka tersebut. Beberapa penelitian sebelumnya sudah pernah membahas tentang permasalahan kedatangan pencari suaka yang tidak mematuhi perosedur.

Humprey Wangke13 dalam jurnalnya “Indonesia dan Masalah Imigran Gelap” menjelaskan bahwa imigran gelap yang saat ini menjadi salah satu permasalahan serius bagi Indonesia dan Australia sebagai dampak dari terjadinya konflik politik yang terjadi di beberapa negara. Permasalahan Imigran gelap sulit untuk di selesaikan dikarenakan kurangnya ketegasan pemerintah Australia dalam menentukan status mereka dari pencari suaka menjadi pengungsi, sehingga dengan demikian berdampak negative pada Indonesia. Indonesia yang hanya berstatus sebagai Negara transit tidak dapat berbuat banyak karena para imigran yang tertangkap di Indonesia menolak di tahan oleh pemerintah Indonesia karena proses penyelesaiannya di anggap tidak jelas. Tidak termasuknya Indonesia dalam daftar Negara yang menandatangani konvensi 1951 dan protocol 1967 juga memberikan permasalahan dalam penanganan imigran gelap.

Perbedaan penelitian Humprey Wangke dengan milik peneliti adalah pada focus penelitian yang akan di teliti. Peneliti akan membahas tentang kerjasama antara Australia dengan Indonesia melalui Australia Federal Police dengan kepolisian republic Indonesia untuk menangani isu pencari suaka. Kemudian dari

13

Peneliti bidang Hubungan Internasional pada Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI di unduh dari

http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/info_singkat/Info%20Singkat-IV-17-I-P3DI-September-2012-4.pdf 25-10-2013


(26)

10 kerjasama tersebut peneliti mencoba menjelaskan tentang kepentingan yang di kejar Australia dalam kerjasama yang dilakukan tersebut.

Selanjutnya adalah penelitian yang di lakukan oleh M. Rizki Herdiansyah14 yang berjudul “Kebijakan Pemerintah Australia Terkait Permasalahan Irregular Maritime Arrival Periode Kepemimpinan Perdana Mentri Jullian Gillard (2010-2012)”. Penulis dalam penelitianya membahas

tentang kebijakan-kebijakan apa saja yang di ambil oleh Australia yang di pimpin oleh perdana mentri jullian Gillard dalam merespon kedatangan para pengungsi yang tidak memenuhi persyaratan untuk mendapatkan suaka. Dapat di lihat bahwa dalam jurnalnya peneliti menggunakan pendekatan kebijakan luar negeri.

Dalam kepemimpinan perdana mentri jullian Gillard Australia telah mengeluarkan beberapa kebijakan, yang memiliki tujuan untuk menghadang masuknya para pengungsi yang datang melalui jalur laut dan tanpa memiliki document-document yang lengkap. Adapun beberapa kebijakan-kebijakan tersebut antara lain: (1) Pasific Solution, (2) Mandatory Detention, (3) Pemberlakuan Bridging Visa, (4) Pengembalian Pencari Suaka ke Negara Asal, (5) Malaysia Solution

Kebijakan-kebijakan tersebut diatas merupakan kebijakan yang di keluarkan pemerintah Australia periode kepemimpinan Jullian Gillard yang bertujuan untuk melawan arus kedatangan para pengungsi. Sehingga dengan kebijakan-kebijakan tersebut diharapkan akan berdampak terhadap arus kedatangan para pengungsi yang mencoba masuk wilayah Australia tanpa

14


(27)

11 membawa dokumen-dokumen yang lengkap. Adapun beberapa factor yang di jelaskan oleh peneliti yang kemudian mempengaruhi keluarnya kebijakan-kebijakan tersebut, factor-faktor tersebut antara lain Bureaucratic Influencer, Partisan Infuencer, serta mass influencer yang kemudian menjadi rasionalisasi pertimbangan oleh pemerintah Australia dalam pengambilan sebuah kebijakan untuk meresponse arus kedatangan para pengungsi yang di nilai merugikan Australia.

Fokus penelitian milik M. Rizki Herdiansyah berbeda dengan milik peneliti, konsep yang digunakan oleh peneliti di atas adalah kebijakan luar negeri serta melihat factor-faktor yang mempengaruhi keluarnya kebijakan preventive Australia. Sedangkan konsep yang di gunakan peneliti saat ini adalah keamanan nasional dan cooperative security, karena peneliti ingin melihat kepentingan Australia dalam kerjasama Australia Federal Police dengan Kepolisian Republik Indonesia yang akan menjadi focus pembahasan dalam penelitian ini.

Penelitian selanjutnya berjudul “Isu Imigran Gelap Dalam Hubungan Bilateral Australia-Indonesia” yang diteliti oleh Sita HIdriyah.15 Didalam jurnalnya peneliti membahas tentang isu para pengungsi yang mencoba memaksakan diri untuk masuk ke wilayah Australia. Permasalahan pengungsi merupakan isu global yang harus di tangani bersama. Melalui forum internasional (Bali Proses) yang dimotori oleh Australia dan Indonesia bisa menjadi instrument dalam memperkuat hubungan kerjasama bilateral untuk meresponse isu

15

Peneliti bidang Masalah-masalah Hubungan Internasional pada Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI. “Isu Imigran Gelap Dalam Hubungan Bilateral

Australia Indonesia”, Dalam http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/info_singkat/Info%20Singkat-V-19-I-P3DI-Oktober-2013-60.pdf di akses pada 25-01- 2014


(28)

12 pengungsi, sehingga dari forum kerjasama tersebut menghasilkan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan pengungsi, yang tentunya dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan isu tersebut bagi kedua negara. Indonesia sendiri memiliki kepentingan dalam kerjasama tersebut yaitu untuk membagi tanggung jawab dalam permasalahan pengungsi mengingat indonesia sendiri belum menandatangani konvensi 1951 dan protokol 1967 dengan pembagian tanggung jawab tersebut akan memberikan sebuah kerja sama yang bersimbiosis mutualisme.

Fokus penelitian milik Sita Hidriyah yaitu dinamika kerjasama antara Pemerintah Australia dengan Indonesia dalam meresponse isu pencari suaka, dan mengasumsikan perlunya kerjasama antara Australia dan Indonesia untuk penanganan pencari suaka. Penelitian diatas akan menambah refrensi serta wawasan peneliti tentang dinamika kerjasama antara Australia dengan Indonesia

yang dapat di manfaatkan dalam penelitian “Kepentingan Australia Dalam

Kerjasama Australia Federal Police Dengan Kepolisian Republik Indonesia Untuk

Penanganan pencari suaka”.

Selanjutnya Jurnal Skripsi oleh Citra Adelia16 yang berjudul “Perubahan kebijakan Bangladesh Terhadap Kaum Rohingya di Perbatasan Bangadesh Myanmar”. Penelitian tersebut membahas tentang adanya transformasi isu

kemanusiaan menjadi sebuah isu keamanan. Pemerintah Bangladesh merubah kebijakannya untuk membantu kaum Rohingya di karenakan munculnya

16Citra Adelia ”Perubahan kebijakan Bangladesh Terhadap Taum Rohingya di Perbatasan Bangadesh Myanmar” di unduh dari


(29)

13 permasalahan permasalahan yang di timbulkan oleh kaum Rohingya di Bangladesh. Mereka kaum Rohingya menyebabkan ketidak setabilan ekonomi dan sosial di Bangladesh sehingga kemudian dianggap mengancam keamanan masyarakat Bangladesh. Keberadaan kaum Rohingya yang telah lama menetap menimbulkan situasi tidak kondusif bagi stabilitas keamanan Bangladesh. Dari situlah kemudian pemerintah merubah kebijakanya dari menerima menjadi menolak kaum Rohingya yang datang ke Bangladesh dengan dasar keamanan nasionalnya.

Penelitian yang peneliti bahas dengan judul “Kepentingan Australia Dalam

Kerjasama Australia Federal Police dengan Kepolisian Republik Indonesia Dalam

Penanggulangan pencari suaka” memiliki persamaan dengan penelitian milik

Citra Adelia yaitu adanya transformasi isu pengungsi yang bermula pada isu kemanusiaan kemudian berubah menjadi isu keamanan. Peneliti sebelumnya juga melihat isu pengungsi dengan konsep keamanan nasional. Namun perbedaanya adalah Negara penerima pengungsi, dimana Citra Adelia membahas tentang isu pengungsi di Srilangka sedangkan penelitian ini membahas isu tersebut di Australia, yang juga menolak kedatangan pencari suaka yang datang dengan menggunakan perahu.

Tabel 1.1

Tabel Posisi Penelitian

No Judul dan Nama Peneliti

Jenis Penelitian dan Analisa

Hasil 1. Jurnal:

Permasalahan

Imigran Gelap di Indonesia.

Permasalahan arus kedatangan pengungsi merupakan permasalahan bersama antara negara transit dengan negara tujuan, sehingga dibutuhkan


(30)

14 Oleh:

Humprey Wangke

kerjasama antar negara sebagai bentuk dari tindakan konkret untuk penyelesaian permasalahan tersebut. Permasalah pengungsi tidak akan pernah selesai jika hanya membebankan permasalahan tersebut kepada satu negara saja.Sehingga solusi terbaik utnuk penyelesaian peremasalahan imigran gelap tersebut dengan melakukan kerjasama antara Indonesia yang merupakan negara transit dengan Australia yang merupakan tempat tujuan para pengungsi.

2. Jurnal Skripsi:

Kebijakan Pemerintah Australia Terkait Permasalahan

Irregular Marritime Arrivals era kepemimpinan

Perdana Mentri Jullian Gillard (2010-2012)

Oleh:

M. Rizki Herdiansyah

Pendekatan: Keamanan

Nasional Kebijakan Luar

Negeri

Tidak semua pengungsi yang ingin mendapatkan suaka di Australia akan selalu mendapatkan suaka dari pemerintah Australia. Hal tersebut di karenakan Australia sudah tidak lagi memberikan toleransi kepada pengungsi yang datang melalui jalur tidak resmi yaitu melalui jalur laut. Untuk itu Australia di era kepemimpinan Jullian Gillard mengeluarkan beberapa

kebijakan yang bersifat “Punitive”

artinya kebijakan tersebut bertujuan untuk memberikan efek jera kepada para pengungsi, sehingga akan berdampak terhadap berkurangnya arus kedatangan para pengungsi menuju Australia melalui jalusr illegal. Kebijakan kebijakan tersebut diantaranya adalah

Pasific Solution, Mandatory Detension, Pemberlakuan Bridging Visa, Pengembalian Pencari Suaka ke Negara Asal, dan Malaysia Solution.

3. Jurnal:

Isu Imigran Gelap Dalam Hubungan Billateral Indonesia-Australia.

Oleh :

Sita Hidriyah

Permasalahan pencari suaka tentu berkaitan dengan penyelundupan manusia, merupakan pekerjaan rumah bagi indonesia dan Australia. Isu pencari suaka memerlukan penanganan serius, karena permasalahan tersebut berkaitan dengan masalah kedaulatan. Namun sebaliknya mereka merupakan korban kemanusiaan yang membutuhkan perlindungan dari negara lain. Oleh karena itu indonesia kemudian


(31)

15 mengajak negara negara terkait untuk membahas isu tersebut. Indonesia sendiri memiliki kepentingan dalam kerjasama tersebut yaitu adanya pembagian tanggung jawab bersama antara negara terkait. Shingga kemudian solusi terbaik dapat di dapatkan.

4. Jurnal Skripsi:

Perubahan Kebijakan Pemerintah

Bangladesh Terhadap Kaum Rohingya di Perbatasan Bangladesh-Myanmar Oleh: Citra Adelia Pendekatan: Keamanan Nasional, Kepentingan Nasional

Penolakan Bangladesh terhadap

pengungsi kaum “rohingya” merupakan

perubahan persepsi pemerintah Bangladesh dalam memandang isu Migrasi Internasional. Kaum rohingya yang notabene membutuhkan suaka atau perlindungan sebagai akibat dari korban kemanusiaan telah berubah menjadi sebuah ancaman bagi Bangladesh. Hal tersebut di karenakan kondisi ekonomi sosial dan politik yang di akibatkan oleh etnis rohingya. Mereka menyebabkan ketidak stabilan ekonomi dan sosial pada akhirnya mengancam keamanan manusia masyarakat Bangladesh. Sehingga pengungsi yang berangkat sebagai isu kemanusian telah bertransformasi menjadi isu keamanan nasional Bangladesh.

5. Skripsi: Kepentingan Australia Dalam Kerjasama Australia Federal Police-Kepolisian Republik Indonesia Dalam Penanggulangan Pencari Suaka Oleh: Ahmad Sholeh Jenis Penelitian: (Deskriptif) Pendekatan: Kepentingan Nasional, Keamanan Nasional, Cooperative Security

Isu pengungsi menjadi permasalahan bagi Australia ketika mereka mencoba memasuki wilayah Australia tanpa mematuhi prosedur yang berlaku. Hal tersebut menjadi permasalahan karena akan memberikan dampak negative yang mengancam keamanan nasional Australia. Tentunya permasalahan tersebut membutuhkan penanganan serius sehingga kemudian di refleksikan dalam agenda politik luar negeri Australia. Upaya pemerintah Australia untuk melindungi kedaulatan Negara dan kesejahteraan masyarakat dari potensi ancaman yang akan di timbulkan oleh para pencari suaka yang datang yaitu melalui kerjasama Australia Federal Police dengan Kepolisian Republik Indonesia. Dengan melakukan kerjasama tersebut tentunya


(32)

16 penanggulangan gelombang kedatangan pencari suaka akan semakin efektif dan efisien, serta mengantisipasi ancaman yang akan di timbulkan.

1.5Landasan Konseptual

Untuk menjawab rumusan permasalahan di atas peneliti akan mencoba menggambarkan serta menjelaskan dengan menggunakan beberapa landasan konseptual :

1.5.1 Cooperative Security

Politik luar negeri merupakan sebuah instrumen atau strategi yang digunakan suatu Negara, untuk mendapatkan kepentingan nasionalnya dalam berhubungan dengan dunia internasional, dengan cara apapun sebuah Negara akan akan berusaha untuk mendapatkan kepentingan nasionalnya.17 Menurut Allan Gyngel kepentingan nasional merupakan tujuan suatu Negara yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat serta kebutuhan masyarakat akan keamanan yang di interpretasikan melalui kebijakan luar negerinya.18 Setiap Negara tentunya memiliki kepentingan-kepentingan yang berbeda di kancah internasional, namun kepentingan dasar suatu Negara antara lain adalah keamanan wilayah, warga, serta kedaulatannya. Negara sebagai aktor yang melakukan politik luar negeri, tetap menjadi unit politik utama dalam sistem hubungan internasional, meskipun

17

Dalam Artikel, Yanyan Mochammad Yani, Drs. MAIR. Ph.D, “Politik Luar Negeri”,Di unduh dari http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/06/politik_luar_negeri.pdf diakses pada 25-10-2013

18

Allan Gyngel and M Wesley, Making Australian Foreign Policy, Oxford, 2007. Hal 23 di unduh dari http://en.bookfi.org/book/1127186 pada tanggal 28-03-2014


(33)

17 terdapat aktor-aktor non-Negara yang juga berkecimpung dalam kancah internasional.19

Keamanan berkaitan dengan isu-isu yang mengancam kelangsungan hidup di dalam sebuah Negara dan Negara bukanlah satu-satunya yang menjadi ancaman dalam agenda perluasan keamanan, Barry Buzan membagi keamanan kedalam lima dimensi yang kiranya membutuhkan penanganan yang lebih baik :20

a. Military security: berfokus pada aspek militer antar Negara.

b. Political security: fokus pada pengorganisasian stabilitas negara, sistem pemerintahan serta idiologi dan legitimasi terhadap pemerintah.

c. Economic security: fokus pada akses sumber daya, keuangan dan pasar yang berguna dalam upaya menjaga tingkat kemakmuran, karena ekonomi juga bentuk dari power suatu Negara.

d. Societal security: memfokuskan pada upaya untuk tetap memelihara tradisi budaya baik dalam konteks bahasa, kultur, kebiasaan, agama dan identitas nasional.

e. Environmental security: fokus pada menjaga lingkungan secara luas yang memiliki fungsi sebagai penopang bagi keberlangsungan mahluk hidup.

Buzan disini memperlihatkan bahwa permasalahan tentang isu keamanan era ini tidak hanya berada pada sektor militer saja. Buzan mengklasifikasikannya menjadi beberapa sector, seperti aspek-aspek yang telah di sebutkan sebelumnya. Aspek-aspek yang diklasifikasikan oleh Barry Buzan dinilai pula memerlukan perhatian, agar dapat terhindar dari sesuatu yang berpotensi mengancam. Perlunya

19Ibid 20


(34)

18 memperhatikan aspek aspek tersebut dikarenakan, ketika salah satu sektor tersebut terganggu atau terancam, maka akan menyebabkan instabilitas sebuah Negara sehingga sangat perlu untuk menjaga stabilitas sector-sector tersebut.

Peneliti disini melihat adanya potensi ancaman yang dapat ditimbulkan oleh kedatangan para pencari suaka. Dalam kasus pencari suaka ini terlihat tidak mengancam pada sector militer, namun mengancam sector-sektor lain di luar militer. Dengan demikian permasalahan isu pencari suaka ini dapat di kategorikan dalam isu keamanan non-tradisional. Coopertive Security terbentuk karena realita semakin meluasnya pemahaman konsep keamanan yang tidak mungkin mampu di selesaikan per-negara, artinya untuk menghadapi berbagai tantangan keamanan internasional yang bersifat non-tradisional diperlukan respon yang kolektif dimana saling membangun kepercayaan perlu untuk diwujudkan. Cooperative security memberikan sebuah penekanan terhadap upaya kerjasama antar aktor yang di lakukan dalam menciptakan keamanan melalui sebuah dialog, konsultasi, serta saling berbagi informasi satu sama lain.21

Australia merupakan salah satu dari beberapa Negara destinasi para pencari suaka yang ingin mendapatkan perlindungan. Sebagian dari para pencari suaka ini, datang dengan menggunakan cara yang tidak di anjurkan oleh pemerintah australia karena dianggap telah melanggar peraturan imigrasi Australia. Hal tersebut memberikan dampak pula terhadap Negara tetangga, yaitu Indonesia yang merupakan jalur bagi para pencari suaka yang ingin mendapatkan suaka di Australia. Indonesia tentunya juga dirugikan dengan keadaan tersebut

21


(35)

19 salah satunya adalah meningkatnya tingkat kejahatan Trans National. Menurut mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri, Komisaris Jenderal Ito Sumardi, para pelintas batas secara illegal yang sedang mencari suaka akan rawan dimanfaatkan untuk digunakan sebagai kurir, atau bahkan kepentingan untuk merakit bom dalam aksi terorisme.22

Kerjasama yang dilakukan oleh Australia dengan Indonesia melalui

Australia Federal Police dengan kepolisian Republik Indonesia dengan dasar adanya saling kebutuhan akan rasa aman dari aspek ancaman yang sama, serta mengancam keamanan nasional kedua Negara. Australia dan Indonesia sadar bahwa pencari suaka yang datang tidak dengan mematuhi prosedur perlu ditangani dengan serius dengan melakukan kerjasama yang di wakili oleh institusi penegak hokum masing-masing Negara.23 Kerjasama yang dilakukan antar instansi penegak hukum diaplikasikan dengan saling bertukar informasi yang di perlukan, melakukan operasi bersama, serta kerjasama pengembangan sumberdaya manusia dan peralatan sesuai dengan kesepakatan tertulis kedua belah fihak.24

Australia Federal Police sepakat untuk melakukan kerjasama dengan Kepolisian Republik Indonesia untuk mengatasi para pencari suaka dalam sebuah perjanjian yang telah di sepakati oleh kedua fihak. Indonesia memiliki peran

22Wayan Agus Purnomo, “

Pelintas batas rawan rawan jadi kurir transnasional” dalam http://www.tempo.co/read/news/2011/03/29/063323718/Pelintas-Batas-Rawan-Jadi-Kurir-Transnasional di akses pada tanggal 01-09-2014

23Dalam “NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN

PEMERINTAH COMMONWEALTH OF AUSTRALIA TENTANG PENANGGULANGAN KEJAHATAN LINTAS NEGARA DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA KEPOLISIAN” di akses dari http://treaty.kemlu.go.id/uploads-pub/4245_AUS-2008-0174.pdf pada tanggal 12-11-2013

24


(36)

20 penting dalam penanganan pencari suaka ini, karena mengingat Indonesia merupakan jalur yang banyak dilalui oleh para pencari suaka dan juga tersedianya fasilitas yang akan mempermudah para pencari suaka menuju Australia. Upaya Pemerintah Indonesia dalam penanganan pengungsi tidak terlepas dari peran pemerintah Australia yang memberi sokongan atau bantuan logistik dan materil kepada pemerintah Indonesia. Bantuan-bantuan tersebut tentunya sangat membantu Indonesia untuk menghadang para pengungsi yang datang mengingat Indonesia bukanlah anggota konvensi pengungsi 1951 dan Protokol 1967.

1.5.2 National Security

Dalam perkembangan isu keamanan dalam study hubungan internasional saat ini ancaman tidak hanya datang dari actor negara namun actor non-negara juga menjadi aspek ancaman bagi sebuah negara dan manusia yang ada di dalamnya.25 Selama perang dingin keamanan nasional masih di definisikan dengan dimana Negara secara fisik terlindungi dari ancaman yang timbul dari luar yang dimaksud adalah Negara karena actor dalam hubungan internasional kala itu hanya negara.26 Globalisasi menjadi aspek pendorong semakin luasnya actor-aktor non-state dalam hubungan internasional, karena globalisasi memudahkan siapapun untuk masuk ke batas negara lain, sehingga kemudian muncullah

25

Simon Dalby, dalam Dr. Anak agung banyu perwita dan Dr. Yanyan Muhammad Yani,

“Pengantar Ilmu Hubungan Internasional”,Bandung, ROSDA, 2005, hal 119

26

Abdul-Monem M. Al-Mashat, “National Security in the Third World”, (Boulder, Col.: Westview Press, 1985), hal. 19, dikutip dalam makalah, Rizal Sukma, “konsep keamanan

nasional”,diakses dari http://ebookily.org/pdf/konsep-keamanan-nasional-propatriaorid-towards-a-168132713.html di akses pada tanggal 28-03- 2014


(37)

21 kelompok-kelompok kejahatan lintas Negara maupun organisasi-organisasi internasional yang merupakan contoh aktor non-state.27

Secara harfiah aman berarti terbebas dari gangguan, bahaya, serta terbebas dari rasa takut dan khawatir.28 Keamanan nasional merupakan salah satu kepentingan suatu negara sehingga negara akan mengejar ataupun berusaha untuk mendapatkan kepentingan yang di maksud. Artinya Negara akan berusaha untuk melindungi keamanan nasionalnya dari ancaman yang menyebabkan instabilitas yang datang dari luar maupun dalam negeri. Barry Buzan Mengasumsikan bahwa terdapat tiga landasan yang bisa dijiadikan alat untuk melihat keamanan nasional suatu Negara, yaitu the idea of the state, the institutional expression of the state, dan the physical base of the state.29

Peneliti akan melihat ancaman pencari suaka dari kacamata Phisical Base of State yaitu negara terdiri dari penduduk dan territory sebuah Negara, termasuk kekayaan sumberdaya yang terkandung didalamnya.30 Ketika aspek tersebut terancam atau terganggu maka bisa dibilang bahwa keamanan Negara juga terancam. Dengan demikian peneliti akan melihat bagaimana Negara dalam kasus ini adalah Australia berusaha untuk melindungi kedaulatan negaranya, penduduk serta segala yang terkandung di dalamnya (sumberdaya alam) dari potensi ancaman yang di sebabkan oleh kedatangan para pencari suaka yang datang dengan illegal. Peneliti ingin menjelaskan bahwa pencari suaka ini nantinya berpotensi mengancam aspek kedaulatan, social dan ekonomi Australia. Adapun

27

Dr. Anak Agung Banyu Perwita hal 125, Op.cit

28“Definisi keamanan dalam Kamus besar bahasa Indonesia” dalam

http://www.kamusbesar.com/

29Lihat, Barry Buzan, “People, States, and Fear: The National Security In The Third World”,

Hal 40

30Ibid,


(38)

22 aspek lainya seperti Ancaman terhadap stabilitas politik, lingkungan, dan ancaman lainya tidak dibahas disini, karena isu tersebut tidak terlalu dominan dalam perbincangan permasalahan pencari suaka di Australia.

Para pencari suaka yang masuk tanpa teridentifikasi ini sama dengan menentang integritas Negara. Jika permasalahan ini tidak di atasi secara intens maka akan semakin banyak pelanggaran kedaulatan wilayah Australia karena kurangnya control terhadap wilayah perbatasan Australia.31 Permasalahan kedaulatan memang menjadi permasalahan krusial, karena dari itu kemudian pemerintah Australia mengeluarkan kebijakan yang extreme untuk membendung isu pencari suaka ini. Pemerintah Australia mengeluarkan kebijakan Sovereign Border yaitu para pencari suaka yang tertangkap menuju Australia dengan menggunakan perahu hanya akan mendapatkan ijin tinggal sementara, atau bahkan mereka akan di proses dipapua nugini (Pulau Manus dan Nauru) dan akan di tempatkan disana.32 Tidak hanya itu, untuk penyelesaian permasalahan pencari suaka ini tentunya menimbulkan permasalahan logistic dan pastinya biaya yang dikeluarkan tidaklah sedikit.33

Australia Federal Police pun bertekad untuk mengatasi permasalahan penyelundupan manusia yang berperan dalam menyelundupkan para pencari suaka ke Australia. Tindakan Australia Federal Police terebut merupakan tindakan pencegahan agar hal yang tidak dinginkan seperti yang telah di jelaskan

31

Dalam http://www.afp.gov.au/en/policing/people-smuggling.aspx di akses pada tanggal 25-12- 2014

32

Dalam http://www.abc.net.au/news/interactives/operation-sovereign-borders-the-first-6-months/ diakses pada 23-11-2014

33Adam Graycar dan Rebecca Tailby, 2000, “People Smuggling: National Security Implication”, dalam,


(39)

23 tidak sampai terjadi. Pada dasarnya, setiap orang yang ingin ke Australia harus memiliki dokumen-dokumen resmi dan valid visa, jika tidak maka resikonya adalah akan ditempatkan di tempat detensi imigrasi untuk ditindak lanjuti.34 Australia sendiri tentunya memiliki standart yang perlu untuk dipenuhi oleh para pencari suaka yang ingin tinggal di Australia.

Para ppencari suaka ini juga akan berpotensi mengganggu terhadap stabilitas social di Australia. Mereka berpotensi melakukan kegiatan criminal,

Drug Trafficking, serta penyebaran penyakit berbahaya yang akan mengganggu masyarakat Australia.35 Fihak imigrasi Australia perlu untuk mengidentifikasi mereka sebelum memberikan visa perlindungan bagi para pencari suaka untuk menghindari sesuatu yang nantinya akan merugikan Australia.

Ketika mereka menuju Australia dengan menggunakan perahu artinya mereka tidak mengikuti security check yang bertujuan untuk menyaring dan memastikan bahwa orang yang di ijinkan untuk tinggal di Australia itu nantinya tidak akan bermasalah dan malah menjadi beban pemerintah Australia dan merugikan masyarakat Australia. Karena Australia memiliki hak untuk mengijinkan siapa saja yang berhak untuk mendapatkan ijin tinggal di Australia. Dengan demikian Australia perlu melakukan sebuah tindakan atau kebijakan dengan maksud untuk memproteksi masuknya pencari suaka dengan cara illegal tersebut, sehingga akan mengkikis potensi ancaman yang akan mungkin di timbulkan oleh para imigran berstatus pencari suaka ini.

34

Australian Immigation and Australian Visas, dalam http://www.australia-migration.com/page/General_Hints_and_Tips/296 diakses pada 28-10-2014

35Chalk, Peter, “

Non-Military Security And Global Order: The Impact of Extrimism, Violence and

Chaos on National and International Security”, New York, ST. MARTIN’S PRESS, LLC, 2000.


(40)

24

1.6Metodologi Penelitian 1.6.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif, yaitu upaya menjawab pertanyaan siapa, apa, dimana, kapan atau berapa; jadi merupakan upaya melaporkan apa yang terjadi36. Penelitian ini akan membahas tentang

“Kepentingan Australia Dalam Kerjasama Australia Federal Police Dengan Kepolisian Republik Indonesia Dalam Penanggulangan Pencari Suaka”

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang di gunakan oleh peneliti adalah dengan cara Studi pustaka yaitu dengan mengumpulkan atau mencari data yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, website, artikel dan lain sebagainya yang diterbitkan oleh berbagai lembaga atau instansi yang berkaitan dengan topik yang peneliti sedang teliti.

1.6.3 Teknis Analisis Data

Jenis data yang digunakan terhadap penelitian untuk membantu peneliti dalam melakukan penelitian yaitu bentuk data kualitatif. Dimana fenomena yang diperoleh bukan angka, tetapi berupa kata-kata atau kalimat sebagai kutipan yang berdasarkan pada makna fenomena tersebut. Data-data yang didapatkan dikaji dan dianalisa yang tepat mengenai teori atau konsep yang sesuai untuk digunakan dalam melihat fenomena yang dikaji.

36Mohtar Mas'oed, 1990, “


(41)

25

1.6.4 Ruang Lingkup Penelitian 1.6.4.1Batasan Waktu

Peneliti memberikan lingkup kajian pada tahun 2011-2013, dimana pada tahun 2011 tersebut merupakan waktu peratifikasian naskah perjanjian kerjasama penanganan kejahatan lintas negara yang di lakukan antara Australia Federal Police dengan Kepolisian Republik Indonesia dan kerjasama tersebut berlaku untuk tiga tahun. Namun terdapat permasalahan yang berujung pada penghentian kerjasama ini pada tahun 2013.

1.6.4.2Batasan Materi

Untuk memperjelas dan menghindari pembahasan yang meluas maka penulis membatasi penelitian ini pada permasalahan kerjasama Australia Federal Police dengan Kepolisian Republik Indonesia dalam Penanggualngan Pencari Suaka (2011 - 2013) sebagai refleksi dari kepentingan yang di kejar oleh Australia. Pembahasan ini juga hanya di maksudkan bagi para pencari suaka yang menuju Australia dengan menggunakan perahu, bukan karena kasus over stay. Penelitian disini juga hanya akan membahas tentang ancaman pencari suaka ini dalam aspek Kedaulatan, Keamanan social, dan Ekonomi.

1.7Argumen Dasar

Kepentingan Australia dalam kerjasama yang dilakukan antara Australia Federal Police dengan Kepolisian Republik Indonesia adalah untuk menjaga kedaulatan Negaranya, dan menjaga kesejahteraan masyarakat serta stabilitas social masyarakat dari potensi ancaman yang akan ditimbulkan oleh para pencari suaka. Para pencari suaka yang datang tanpa teridentifikasi akan menimbulkan


(42)

26 permasalahan bagi Australia, sehingga perlunya penanganan dengan indonesia melalui kerjasama antara Australia Federal Police dengan Kepolisian Republik Indonesia untuk menghalau para pencari suaka yang kedatanganya tidak dibenarkan karena menggunakan perahu, mengingat Indonesia merupakan jalur serta tempat transit yang sering di gunakan oleh para pencari suaka yang bertujuan ke Australia.

1.8 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan untuk mempermudah peneliti dalam penulisan atau penyusunan penelitian tersebut sebagai kerangka awal.

JUDUL PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah 1.2Rumusan Masalah

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4Penelitian Terdahulu

1.5Landasan Konsep atau Teori 1.5.1 Konsep Cooperative Security 1.5.2 Konsep Keamanan Nasional 1.6Metode Penelitian

1.7Asumsi Dasar

1.8Sistematika Penulisan

BAB II ISU PENCARI SUAKA DALAM HUBUNGAN BILATERAL

INDONESIA-AUSTRALIA

2.1Definisi Pengungsi Menurut Konvensi 1951 Dan Protokol 1967 2.2Indonesia Sebagai Jalur Favorit

Pencari Suaka

2.3Australia Sebagai Destinasi Para Pencari Suaka

2.4Peranan Pemerintah Indonesia dan POLRI Dalam Penanganan pencari suaka di Indonesia

2.5Kerjasama Austrlia Federal Police-Kepolisian Republik Indonesia dalam penanganan pencari suaka


(43)

27

BAB III KEPENTINGAN AUSTRALIA DALAM KERJASAMA AFP-POLRI

3.1 Menjaga Keamanan Kedaulatan Australia.

3.2 Kepentingan australia dalam kerjasama Australia Federal Police dengan Kepolisian Republik Indonesia


(1)

22

aspek lainya seperti Ancaman terhadap stabilitas politik, lingkungan, dan ancaman lainya tidak dibahas disini, karena isu tersebut tidak terlalu dominan dalam perbincangan permasalahan pencari suaka di Australia.

Para pencari suaka yang masuk tanpa teridentifikasi ini sama dengan menentang integritas Negara. Jika permasalahan ini tidak di atasi secara intens maka akan semakin banyak pelanggaran kedaulatan wilayah Australia karena kurangnya control terhadap wilayah perbatasan Australia.31 Permasalahan kedaulatan memang menjadi permasalahan krusial, karena dari itu kemudian pemerintah Australia mengeluarkan kebijakan yang extreme untuk membendung isu pencari suaka ini. Pemerintah Australia mengeluarkan kebijakan Sovereign Border yaitu para pencari suaka yang tertangkap menuju Australia dengan menggunakan perahu hanya akan mendapatkan ijin tinggal sementara, atau bahkan mereka akan di proses dipapua nugini (Pulau Manus dan Nauru) dan akan di tempatkan disana.32 Tidak hanya itu, untuk penyelesaian permasalahan pencari suaka ini tentunya menimbulkan permasalahan logistic dan pastinya biaya yang dikeluarkan tidaklah sedikit.33

Australia Federal Police pun bertekad untuk mengatasi permasalahan penyelundupan manusia yang berperan dalam menyelundupkan para pencari suaka ke Australia. Tindakan Australia Federal Police terebut merupakan tindakan pencegahan agar hal yang tidak dinginkan seperti yang telah di jelaskan

31

Dalam http://www.afp.gov.au/en/policing/people-smuggling.aspx di akses pada tanggal 25-12- 2014

32

Dalam http://www.abc.net.au/news/interactives/operation-sovereign-borders-the-first-6-months/ diakses pada 23-11-2014

33Adam Graycar dan Rebecca Tailby, 2000, “People Smuggling: National Security Implication”, dalam,


(2)

23

tidak sampai terjadi. Pada dasarnya, setiap orang yang ingin ke Australia harus memiliki dokumen-dokumen resmi dan valid visa, jika tidak maka resikonya adalah akan ditempatkan di tempat detensi imigrasi untuk ditindak lanjuti.34 Australia sendiri tentunya memiliki standart yang perlu untuk dipenuhi oleh para pencari suaka yang ingin tinggal di Australia.

Para ppencari suaka ini juga akan berpotensi mengganggu terhadap stabilitas social di Australia. Mereka berpotensi melakukan kegiatan criminal, Drug Trafficking, serta penyebaran penyakit berbahaya yang akan mengganggu masyarakat Australia.35 Fihak imigrasi Australia perlu untuk mengidentifikasi mereka sebelum memberikan visa perlindungan bagi para pencari suaka untuk menghindari sesuatu yang nantinya akan merugikan Australia.

Ketika mereka menuju Australia dengan menggunakan perahu artinya mereka tidak mengikuti security check yang bertujuan untuk menyaring dan memastikan bahwa orang yang di ijinkan untuk tinggal di Australia itu nantinya tidak akan bermasalah dan malah menjadi beban pemerintah Australia dan merugikan masyarakat Australia. Karena Australia memiliki hak untuk mengijinkan siapa saja yang berhak untuk mendapatkan ijin tinggal di Australia. Dengan demikian Australia perlu melakukan sebuah tindakan atau kebijakan dengan maksud untuk memproteksi masuknya pencari suaka dengan cara illegal tersebut, sehingga akan mengkikis potensi ancaman yang akan mungkin di timbulkan oleh para imigran berstatus pencari suaka ini.

34

Australian Immigation and Australian Visas, dalam http://www.australia-migration.com/page/General_Hints_and_Tips/296 diakses pada 28-10-2014 35Chalk, Peter, “

Non-Military Security And Global Order: The Impact of Extrimism, Violence and Chaos on National and International Security”, New York, ST. MARTIN’S PRESS, LLC, 2000. Hal 133-134. Di unduh dari http://en.bookfi.org/book/1184210 pada tanggal 28-03-2014


(3)

24

1.6Metodologi Penelitian 1.6.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif, yaitu upaya menjawab pertanyaan siapa, apa, dimana, kapan atau berapa; jadi merupakan upaya melaporkan apa yang terjadi36. Penelitian ini akan membahas tentang

“Kepentingan Australia Dalam Kerjasama Australia Federal Police Dengan Kepolisian Republik Indonesia Dalam Penanggulangan Pencari Suaka”

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang di gunakan oleh peneliti adalah dengan cara Studi pustaka yaitu dengan mengumpulkan atau mencari data yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, website, artikel dan lain sebagainya yang diterbitkan oleh berbagai lembaga atau instansi yang berkaitan dengan topik yang peneliti sedang teliti.

1.6.3 Teknis Analisis Data

Jenis data yang digunakan terhadap penelitian untuk membantu peneliti dalam melakukan penelitian yaitu bentuk data kualitatif. Dimana fenomena yang diperoleh bukan angka, tetapi berupa kata-kata atau kalimat sebagai kutipan yang berdasarkan pada makna fenomena tersebut. Data-data yang didapatkan dikaji dan dianalisa yang tepat mengenai teori atau konsep yang sesuai untuk digunakan dalam melihat fenomena yang dikaji.

36Mohtar Mas'oed, 1990, “


(4)

25

1.6.4 Ruang Lingkup Penelitian 1.6.4.1Batasan Waktu

Peneliti memberikan lingkup kajian pada tahun 2011-2013, dimana pada tahun 2011 tersebut merupakan waktu peratifikasian naskah perjanjian kerjasama penanganan kejahatan lintas negara yang di lakukan antara Australia Federal Police dengan Kepolisian Republik Indonesia dan kerjasama tersebut berlaku untuk tiga tahun. Namun terdapat permasalahan yang berujung pada penghentian kerjasama ini pada tahun 2013.

1.6.4.2Batasan Materi

Untuk memperjelas dan menghindari pembahasan yang meluas maka penulis membatasi penelitian ini pada permasalahan kerjasama Australia Federal Police dengan Kepolisian Republik Indonesia dalam Penanggualngan Pencari Suaka (2011 - 2013) sebagai refleksi dari kepentingan yang di kejar oleh Australia. Pembahasan ini juga hanya di maksudkan bagi para pencari suaka yang menuju Australia dengan menggunakan perahu, bukan karena kasus over stay. Penelitian disini juga hanya akan membahas tentang ancaman pencari suaka ini dalam aspek Kedaulatan, Keamanan social, dan Ekonomi.

1.7Argumen Dasar

Kepentingan Australia dalam kerjasama yang dilakukan antara Australia Federal Police dengan Kepolisian Republik Indonesia adalah untuk menjaga kedaulatan Negaranya, dan menjaga kesejahteraan masyarakat serta stabilitas social masyarakat dari potensi ancaman yang akan ditimbulkan oleh para pencari suaka. Para pencari suaka yang datang tanpa teridentifikasi akan menimbulkan


(5)

26

permasalahan bagi Australia, sehingga perlunya penanganan dengan indonesia melalui kerjasama antara Australia Federal Police dengan Kepolisian Republik Indonesia untuk menghalau para pencari suaka yang kedatanganya tidak dibenarkan karena menggunakan perahu, mengingat Indonesia merupakan jalur serta tempat transit yang sering di gunakan oleh para pencari suaka yang bertujuan ke Australia.

1.8 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan untuk mempermudah peneliti dalam penulisan atau penyusunan penelitian tersebut sebagai kerangka awal.

JUDUL PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

1.2Rumusan Masalah

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4Penelitian Terdahulu

1.5Landasan Konsep atau Teori 1.5.1 Konsep Cooperative Security 1.5.2 Konsep Keamanan Nasional 1.6Metode Penelitian

1.7Asumsi Dasar

1.8Sistematika Penulisan

BAB II ISU PENCARI SUAKA

DALAM HUBUNGAN BILATERAL

INDONESIA-AUSTRALIA

2.1Definisi Pengungsi Menurut Konvensi 1951 Dan Protokol 1967 2.2Indonesia Sebagai Jalur Favorit

Pencari Suaka

2.3Australia Sebagai Destinasi Para Pencari Suaka

2.4Peranan Pemerintah Indonesia dan POLRI Dalam Penanganan pencari suaka di Indonesia

2.5Kerjasama Austrlia Federal Police-Kepolisian Republik Indonesia dalam penanganan pencari suaka


(6)

27

BAB III KEPENTINGAN

AUSTRALIA DALAM KERJASAMA AFP-POLRI

3.1 Menjaga Keamanan Kedaulatan Australia.

3.2 Kepentingan australia dalam kerjasama Australia Federal Police dengan Kepolisian Republik Indonesia