PENDAHULUAN Pengaruh Fungsi Perencanaan, Fungsi Pelaksanaan, serta Fungsi Pengendalian dan Pengawasan terhadap Kinerja Keuangan dengan menggunakan Konsep Economic Value Added (EVA) di Seketariat Daerah Kota Pematang Siantar

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang Pemeriksaan terhadap 480 laporan keuangan pemerintah daerah tahun 2006 oleh BPK Badan Pemeriksa Keuangan hasilnya sangat menyedihkan. Dari sejumlah itu hanya ada tiga daerah yang menyandang opini paling tinggi atau wajar tanpa pengecualian terhadap laporan keuangannya. Selain itu sejumlah pelanggaran juga mencuat dalam pemeriksaan diatas. Bahkan di beberapa daerah telah terindikasi adanya praktik korupsi dengan berbagai modus. Dari hasil pemeriksaan BPK diatas bisa disimpulkan bahwa masih banyak daerah yang performansinya buruk karena tidak mematuhi aturan dan standar pelaporan keuangan. Masih banyak kasus pengeluaran uang yang belum ada anggarannya dalam APBD dan proses pengadaan barang atau tender Nuryanto, 2007. Pemerintah perlu untuk melakukan efisiensi dari implementasi dan manajemen terhadap sumber daya keuangan yang baik. Departemen yang memiliki anggaran harus mengimplementasikan penggunaan anggaran berdasarkan waktu yang tepat dan biaya pinjaman pemerintah harus diminimalkan. Selain itu, manajemen terhadap utang juga diperlukan. Adapun, Manajemen keuangan pemerintah antara lain menyangkut : kebijakan fiskal, persiapan penganggaran, pelaksanaan anggaran, manajemen operasi keuangan, aturan akuntansi dan pengendalian, menyimpan data historis dan data 2 perbandingan, dan adanya audit dan evaluasi kinerja keuangan dan hasil dari pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah Wiranto,2009. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah, Peraturan Pemerintah No 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah mendefinisikan semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang. Pengelolaan keuangan daerah sebagaimana yang dimaksud, merupakan subsistem dari sistem pengelolaan keuangan negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pada kenyataannya, dalam praktik manajemen keuangan daerah yang masih berlangsung sekarang ini, ada kecenderungan dari oknum pejabat untuk menghabiskan sisa anggaran, baik anggaran rutin maupun anggaran pembangunan proyek, yang dikelolanya. Pejabat tersebut termotivasi oleh insentif untuk menghabiskan sisa anggaran karena kalau sisa anggaran tersebut tidak dihabiskan maka jumlah anggaran yang disetujui Departemen Keuangan untuk tahun berikutnya, baik yang diusulkan dalam Daftar Usulan Kegiatan DUK maupun Daftar Usulan Proyek DUP, akan lebih kecil dari jumlah anggaran tahun sebelumnya. Akibatnya, oknum pejabat tersebut merekayasa kegiatan untuk menghabiskan sisa anggaran dan membuat laporan keuangan “yang seolah-olah benar” untuk menjustifikasi kegiatan tersebut Hasrida, 2011. Sistem manajemen keuangan daerah yang dipraktikkan pemerintah selama ini kurang memenuhi prinsip good governance dalam manajemen keuangan 3 daerah. Sistem manajemen keuangan demikian melemahkan partisipasi masyarakat untuk mengawasi penggunaan anggaran, memancing praktik korupsi, kolusi, nepotisme KKN karena kurang transparan, dan mendorong pejabat untuk menggunakan keuangan dan sumber daya negara secara tidak bertanggung jawab karena lemahnya mekanisme akuntablitas publik dalam manajemen keuangan daerah. Banyak faktor yang menjadi penyebab buruknya manajemen keuangan pemerintah. Salah satu faktor penyebabnya adalah perencanaan anggaran. Hasil penelitian Hidayat 2014 mengenai Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Manajerial dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem perencanaan anggaran, partisipasi dalam penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Bangun 2009 dan juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Syafrial 2009. Sedangkan ketepatan skedul penyusunan anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Nafarin 2004 menyebutkan anggaran adalah “suatu rencana keuangan periodic yang disusun berdasarkan program yang disahkan, dimana perencanaan merupakan tindakan yang dibuat berdasarkan fakta dan asumsi mengenai gambaran kegiatan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang dalam mencapai tujuan yang diinginkan”. Anggaran adalah suatu rencana terinci yang dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif, biasanya dalam satuan uang perencanaan keuangan untuk menunjukkan perolehan dan penggunaan sumber- sumber suatu organisasi” Yuwono, 2005. Sumber lain menyebutkan, “anggaran 4 dapat juga dinyatakan sebagai pernyataan mengenai estimasi yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu dalam ukuran finansial” Nordiawan, 2006. Disamping itu faktor lain yang mempengaruhi kinerja keuangan adalah pelakasanaan dan pengawasan. Hasil penelitian Primadona 2011 mengenai Pengaruh Pengawasan Intern dan Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah“ Penelitian Pada Pemerintah Kota Bandung dimana hasil penelitian menyatakan bahwa Pengawasan intern dan pengelolaan keuangan daerah secara bersama–sama mempunyai korelasi yang cukup dan memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 37,9 terhadap kinerja pemerintahan daerah dimana semakin baik pengawasan intern dan pengelolaan keuangan daerah maka akan semakin baik pula kinerja pemerintahan daerah pada dinas di Kota Bandung dan sebaliknya, semakin tidak baik pengawasan intern dan pengelolaan keuangan daerah maka, kinerja pemerintah daerah akan semakin buruk. Sejalan dengan pelaksanaan Otonomi Daerah, diperlukan sistem pengelolaan keuangan daerah yang baik dalam rangka mengelola dana dengan sistem desentralisasi secara transparan, efisien, efektif, dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat luas Bastian, 2002. Salah satu cara yang ditempuh pemerintah dengan menerbitkan dan menyempurnakan perangkat peraturan perundangan tentang pengeloalaan keuangan negaradaerah Rohman, 2007. Keberhasilan sebuah organisasi tidak dapat diukur semata–mata dari pespektif keuangan.Surplus atau defisit dalam laporan keuangan tidak dapat menjadi tolak ukur keberhasilan. Karena sifat dasarnya yang tidak mencari profit, 5 keberhasilan sebuah organisasi sektor publik juga harus diukur dari kinerjanya Mardiasmo, 2004. Instruksi Presiden No. 15 tahun 1983 menyebutkan ada dua jenis pengawasan, yaitu pengawasan atasan langsung dan pengawasan fungsional. Pengawasan atasan langsung dimaksud dapat melakukan pengamatan setiap saat yang dilakukan oleh seorang atasan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi bawahan, disertai pemberian petunjuk atau tindakan korektif bila diperlukan. Sedangkan pengawasan fungsional dimaksud pengawasan yang dilakukan oleh suatu aparatunit organisasi yang dibentuk atau ditugaskan untuk melakukan pengawasan dalam batas-batas lingkungan kewenangan yang ditentukan. Pengawasan atasan langsung dinilai paling efektif karena jarak antara subjek dan objek pengawasan paling dekat, sehingga dapat dilaksanakan paling intensif, bila perlu dilakukan setiap hari serta terus menerus Ulum, 2004. Dewasa ini, ukuran keberhasilan perusahaan terutama bukanlah laba. Ada ukuran lain yang telah menggeser profit oriented menjadi value oriented. Pengukuran kinerja berdasarkan rasio keuangan seringkali kurang mencerminkan kinerja yang sebenarnya, perusahaan tampak terlihat baik yang sebenarnya, kinerja tidak mengalami peningkatan dan bahkan menurun. Untuk itu diperlukan suatu alat ukur kinerja yang menunjukkan prestasi manajemen yang sebenarnya yang mampu mendorong aktivitas atau strategi yang menambah nilai ekonomis. Konsep nilai tambah ekonomi bukanlah sesuatu yang baru sebagai alat penilaian kinerja manajemen, namun ada aspek lain yang menarik untuk didiskusikan. 6 Oleh karena kesederhanaan konsep dan perhitungannya, EVA mampu mengukur kinerja sampai dengan unit organisasi yang terkecil. Dengan beberapa kelebihan EVA dibandingkan dengan alat penilai kinerja sebelumnya, bukan berarti EVA tidak memiliki kekurangan. Peran EVA dalam beberapa aspek pun dibahas terutama dalam pengungkapan informasi-informasi yang merupakan nilai tambah yang mencerminkan distribusi pendapatan organisasi. Semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi organisasi pemerintah, maka keberadaan lembaga-lembaga tersebut semakin diperlukan, namun apakah dengan jumlah lembaga-lembaga pengawasan yang cukup banyak dan pelaksanaan pengawasan yang belapis-lapis dapat memperoleh hasil yang efektif, oleh karena inilah semakin banyaknya waktu yang harus disediakan hanya untuk melayani aparat pengawasan. Hal-hal seperti ini yang harus dipikirkan dan dicarikan solusinya untuk kepentingan yang lebih luas, apakah dengan melakukan penyederhanaan terhadap lembaga-lembaga pengawasan yang ada ataukah membuat suatu aturan yang jelas dan tegas dengan tetap berpegang teguh pada upaya-upaya peningkatan kinerja pemerintah Ulum, 2004. Dari permasalahan di atas dan dari beberapa penelitian yang telah dilaksanakan lebih dulu oleh para peneliti, maka penulis merasa perlu untuk mengkaji dan membuktikan lebih mendalam dengan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Fungsi Perencanaan, Fungsi Pelaksanaan, Serta Fungsi Pengendalian dan Pengawasan terhadap Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Konsep Economic Value Added EVA baik secara parsial maupun simultan di Sekretariat Daerah Kota Pematangsiantar”. 7 1.2.Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah secara parsial maupun simultan terdapat pengaruh Fungsi Perencanaan, Fungsi Pelaksanaan, Serta Fungsi Pengendalian dan Pengawasan terhadap Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Konsep Economic Value Added EVA di Sekretariat Daerah Kota Pematangsiantar. 1.3.Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitin ini adalah untuk mengetahui Pengaruh secara parsial maupun simultan Fungsi Perencanaan, Fungsi Pelaksanaan, Serta Fungsi Pengendalian dan Pengawasan terhadap Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Konsep Economic Value Added EVA di Sekretariat Daerah Kota Pematangsiantar. 1.4.Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Sekretariat Daerah Kota Pematangsiantar agar dapat lebih memperhatikan Fungsi Pelaksanaan serta Fungsi Pengendalian dan Pengawasan Terhadap Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Konsep Economic Value Added EVA. 2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam bidang Ilmu Manajemen akuntansi Universitas Sumatera Utara. 3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya yang akan melaksanakan penelitian di kemudian hari. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dokumen yang terkait

Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Refined Economic Value Added dan Financial Value Added Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

27 186 111

Analisis Pengaruh Economic Value Added, Market Value Added dan Rasio Profitabilitas Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI

2 74 84

Analisis Economic Value Added (EVA) Dalam Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Pada PT. Indosat, Tbk

6 60 100

Analisis Economic Value Added (EVA) dalam Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT. Unilever Indonesia, Tbk.

15 102 104

Pengaruh Struktur Modal Terhadap Economic Value Added Pada Perusahaan Properti dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia

33 152 93

Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Market Value Added (MVA) pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia

5 97 94

Pengukuran Kinerja Perusahaan Menggunakan Model Economic Value added (eva) di pt. Bank sumut

0 68 139

Analisa Hubungan Rasio Profitabilitas Dengan Economic Value Added Dalam Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Yang Go Public Di BEI

1 26 99

Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA) Saham Tiga Emiten Terbaik 2008

2 31 89

Pengaruh Fungsi Perencanaan, Fungsi Pengorganisasian, Fungsi Pengarahan, Serta Fungsi Pengendalian dan Pengawasan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) Kota Medan Tahun 2016

0 5 108