Pengukuran Kinerja Perusahaan Menggunakan Model Economic Value added (eva) di pt. Bank sumut

(1)

PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN

MENGGUNAKAN MODEL ECONOMIC VALUE ADDED

(EVA) DI PT. BANK SUMUT

DRAFT TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

MAHANDRA PUTRA 050403025

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

(4)

ABSTRAK

Perkembangan industri perbankan saat ini melaju dengan begitu pesat, hal ini dibuktikan dengan munculnya pesaing-pesaing baru di industri perbankan. Persaingan tidak hanya datang dari industri perbankan konvensional sendiri tetapi juga dikejutkan dengan datangnya konsep syariah yang terus berkembang dengan laju pertumbuhan perbankan syariah yang sangat cepat. Hal ini membuat semakin ketatnya persaingan di industri perbankan. Mengingat ketatnya persaingan di industri perbankan maka setiap perbankan dituntut untuk terus meningkatkan kinerjanya.

Kinerja perusahaan yang baik menjadi salah satu alasan bagi para investor untuk menanamkan dananya dalam perusahaan tersebut karena dengan kinerja yang baik diharapkan dapat meningkatkan kekayaan pemegang sahamnya. Tetapi apakah pemegang saham memiliki suatu alat ukur yang tepat bagi kinerja manajemen yang telah dipilihnya, masih menjadi pertanyaan bagi para pemegang saham.

Steward (1990) memperkenalkan suatu pendekatan pengukuran kinerja keuangan perusahaan. Pendekatan ini disebut dengan Economic Value Added

(EVA). Penerapan model EVA ini memiliki banyak kelebihan dibandingkan pengukuran menggunakan pendekatan tradisional seperti ROA (Return On asset) dan ROE (Return On Equity). Salah satunya adalah metode EVA memperhitungkan biaya ekuitas saham, dimana dalam konsep tradisional biaya ekuitas saham tersebut diabaikan sehingga konsep tradisional tidak mencerminkan penciptaan nilai perusahaan. Disamping itu, model EVA mampu menghilangkan distorsi-distorsi akuntansi yang terdapat pada pendekatan tradisional yang hanya berpedoman pada nilai buku.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana kemampuan manajemen dalam mengelola dana perusahaan dan untuk mengetahui seberapa besar nilai tambah yang berhasil diciptakan oleh manajemen bagi para pemegang saham perusahaan dalam periode 2004−2008 dengan menggunakan metode EVA sehingga dapat dilihat kondisi kinerja dan nilai yang sebenarnya dari perusahaan.

Hasil analisis EVA menunjukkan bahwa selama kurun waktu penelitian tahun 2004 sampai tahun 2008 kinerja perusahaan PT. Bank Sumut berhasil memperoleh nilai tambah pada tahun 2004, 2007 dan 2008, masing-masing sebesar Rp. 17.603.193.603 (Rp. 17,6 M), Rp. 39.966.338.010 (Rp. 39,96 M), dan Rp. 76.525.821.797 (Rp. 76,52 M). Sedangkan pada tahun 2005 dan 2006 kinerja perusahaan mengalami penurunan dengan nilai EVA negatif, masing-masing sebesar Rp. 69.221.440.097 (minus Rp. 69,22 M) dan Rp. 38.061.927.714 (minus Rp. 38,06 M).

Adapun faktor yang paling mempengaruhi nilai EVA adalah beban penyisihan penghapusan aset produktif dalam jumlah yang sangat besar sehingga menyebabkan EVA pada tahun 2005 dan 2006 menjadi negatif. Disamping itu, Faktor eksternal yang menyebabkan nilai EVA negatif adalah nilai Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang cukup tinggi.


(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan draft tugas sarjana yang berjudul “Pengukuran Kinerja Perusahaan Menggunakan Model Economic Value Added (EVA) di PT. Bank Sumut” dapat diselesaikan. Tugas Sarjana ini disusun untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik (S-1) di Universitas Sumatera Utara.

Menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan tugas sarjana ini tidak bisa lepas dari bimbingan dosen, dorongan, dan bantuan baik secara material maupun nonmaterial dari pihak manapun. Oleh karena itu, ucapan terima kasih kepada yang semua pihak yang telah memperlancar jalannya penyusunan draft tugas sarjana ini disampaikan kepada :

1. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku Kepala Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Sugiharto pujangkoro, MM selaku koordinator Tugas Sarjana Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Ir. Harmein Nasution MSIE, selaku dosen pembimbing I yang dengan

tekun, sabar dan bijaksana memberikan petunjuk, bantuan dan bimbingannya selama menyusun skripsi ini.

4. Ibu Ir. Nurhayati Sembiring MT, selaku dosen pembimbing II yang juga telah memberikan bimbingan dengan tekun, sabar dan bijaksana serta kritikan dalam penyusunan draft tugas sarjana ini.


(6)

5. Ibu Ir. Khawarita Siregar MT dan Ibu Tuti Sarma Sinaga ST., MT Selaku dosen pembanding pada seminar tugas akhir, atas kritik dan saran yang diberikan.

6. Kedua orang tua yang tersayangi dan terhormati atas segala bantuan, dorongan, semangat, kesabaran, serta pengorbanan yang tiada tara yang diberikan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.

7. Semua anggota keluarga tercinta yang telah memberikan semangat dan motivasi yang tiada henti.

8. Seluruh Dosen Pengajar Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

9. Segenap staf dan manajemen PT. Bank Sumut yang telah membantu selama proses pengumpulan data penelitian tugas sarjana ini.

10.Semua Staf Akademik, Staf Administrasi dan Staf Perpustakaan yang bertugas dalam satu kesatuan keluarga besar Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

11.Rekan-rekan mahasiswa Teknik Industri, khususnya angkatan 2005 yang telah menjadi teman yang saling membantu dan mengisi selama perkuliahan dan penyelesaian tugas sarjana ini.

12.Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam menyelesaikan draft tugas sarjana ini.

Draft tugas sarjana disadari masih terdapat kekurangan karena segala keterbatasan penulis. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati dan


(7)

kelapangan dada, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun guna penyempurnaan tugas sarjana ini.

Akhirnya, semoga tugas sarjana ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Medan, Februari 2010 Hormat saya,


(8)

DAFTAR ISI

BAB Halaman

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Perumusan Masalah ... I-4 1.3. Tujuan Penelitian ... I-5 1.4. Manfaat Penelitian ... I-5 1.5. Batasan Masalah ... I-6 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... I-6

II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Visi , Misi, dan Statemen Budaya Bank Sumut ... II-2 2.3. Tujuan dan Fungsi PT. Bank Sumut ... II-2 2.3.1. Tujuan Bank Sumut ... II-2


(9)

DAFTAR ISI (lanjutan)

BAB Halaman 2.3.2. Fungsi PT. Bank Sumut ... II-3

2.4. Ruang Lingkup PT. Bank Sumut ... II-3 2.5. Manajemen dan Organisasi PT. Bank Sumut ... II-4 2.6. Prinsip Penyajian laporan Keuangan Perbankan ... II-6 2.7. Kinerja Perusahaan ... II-6

III. LANDASAN TEORI

3.1 Penilaian Kinerja Keuangan ... III-1 3.2 Financial Ratio ... III-5 2.3.2 Return on Assets ... III-5 2.3.3 Return on Equity ... III-6 3.3 Economic Value Added (EVA) ... III-6 3.3.1 Definisi EVA ... III-6 3.3.2 Tujuan dan Manfaat Model EVA ... III-7 3.3.3 Keunggulan dan Kelemahan EVA ... III-9 3.4 Langkah – langkah dalam menentukan EVA ... III-10

3.4.1 NOPAT dan Capital ... III-11 3.4.2 Perhitungan Cost of Capital ... III-13 3.4.2.1 Cost of Debt ... III-14 3.4.2.3 Cost Of Equity ... III-15 3.4.2.3 Weighted Average Cost of Capital (WACC) ... III-16


(10)

DAFTAR ISI (lanjutan)

BAB Halaman

3.4.3 Menghitung EVA ... III-17 3.5 Parameter yang Digunakan untuk Menghitung EVA ... III-18

3.5.1 Pendapatan Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT) ... III-18 3.5.2 Piutang tak tertagih (Bad Debt Reserve) ... III-18 3.5.3 Bunga Sewa usaha (Interest On Operating Lease) ... III-19 3.5.4 Goodwill Amortization ... III-19 3.5.5 Increase in Capitalized Researce and Development ... III-20 3.5.6 LIFO Reserve ... III-21 3.5.7 Change In Deffered Taxes ... III-22

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Flow Chart Penelitian ... IV-1 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-2 4.3 Model Penelitian ... IV-2 4.4 Data dan Sumber Data ... IV-2 4.5 Analsis Data ... IV-4

4.5.1 Menghitung NOPAT selama periode 2004 s.d. 2008 ... IV-4 4.5.2 Menghitung Capital selama periode 2004 s.d. 2008 ... IV-5 4.5.3 Menghitung WACC selama periode 2004 s.d. 2008 ... IV-5


(11)

DAFTAR ISI (lanjutan)

BAB Halaman 4.5.3.2 Menghitung Biaya Modal Saham ... IV-6

4.5.3.3 Menghitung Proporsi hutang (Wd) dan

Proporsi ekuitas (We) ... IV-7 4.5.3.4 Menghitung WACC ... IV-7 1.1.2.3Menghitung nilai EVA dari tahun 2004 s.d. 2008 ... IV-7 4.6 Pembahasan ... IV-8 4.7 Kesimpulan ... IV-8

V. PENGUMPULAN DATA

5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Data yang diperlukan untuk perhitungan NOPAT ... V-1

5.1.1.1 Pendapatan Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT) .... V-1 5.1.1.2 Piutang Tak Tertagih (Bad Debt Reserve) ... V-2 5.1.1.3 Sewa Guna Usaha (Operating Lease) ... V-3 5.1.1.4 Goodwill Amortization ... V-3 5.1.1.5 LIFO Reserve ... V-4 5.1.1.6 Biaya Riset dan Pengembangan(Capitalized

Researce and Development) ... V-4 5.1.1.7 Beban Pajak Penghasilan (Income Taxes Expenses)V-5 5.1.1.8 Pajak pada Beban Bunga (Tax on Interest Expense)V-6


(12)

DAFTAR ISI (lanjutan)

BAB Halaman

5.1.1.9 Perubahan Nilai Pajak Tertunda(Change In Deffered Taxes) ... V-7 5.1.2 Data yang diperlukan untuk perhitungan Capital ... V-7 5.1.2.1 Nilai Buku dari Ekuitas ... V-7 5.1.2.2 Pajak Tertunda(Deferred Income Tax) ... V-8 5.1.2.3 Sewa Guna Usaha (Operating Lease) ... V-9 5.1.2.4 Hutang Jangka Pendek (Short-Term Debt) ... V-9 5.1.2.5 Hutang Jangka Panjang (Long-Term Debt) ... V-10 5.1.2.6 Kewajiban Lain-lain ... V-10 5.1.2.7 LIFO reserve, Accumulated goodwill amortization,

Preferred stock, Minority interest ... V-11 5.1.2.8 Biaya Riset dan Pengembangan ... V-11 5.1.3 Data Perhitungan Rata-Rata Modal Tertimbang (WACC) V-11 5.1.3.1 Data untuk Menghitung Biaya Modal Hutang .... V-11 5.1.3.2 Data untuk Menghitung Cost Of Equity ... V-12

VI. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6.1 Analisis Data ... VI-1 6.1.1 Perhitungan NOPAT ... VI-1 6.1.2 Perhitungan Capital ... VI-3 6.1.3 Menghitung Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (WACC) VI-6


(13)

DAFTAR ISI (lanjutan)

BAB Halaman 6.1.3.1 Proporsi Hutang (Wd) dan Proporsi Ekuitas (We) VI-6

6.1.3.2 Menghitung Biaya Modal Hutang (Cost of Debt) VI-8 6.1.3.3 Menghitung Cost Of Equity ... VI-9 6.1.3.4 Menghitung Biaya Modal Rata-rata Tertimbang .. VI-10 6.1.4 Perhitungan Nilai EVA ... VI-11 6.2 Pembahasan ... VI-13

6.2.1 Pembahasan Perhitungan NOPAT ... VI-13 6.2.2 Pembahasan Perhitungan Capital ... VI-19 6.2.3 Pembahasan Perhitungan Rata-rata biaya Modal

Tertimbang (WACC) ... VI-20 6.2.4 Pembahasan Hasil Perhitungan EVA dan Kaitannya

dengan Kinerja Perusahaan ... VI-21

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.1. Saran ... VII-1


(14)

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

2.4. Beberapa Ratio PT. Bank Sumut Tahun 2004 sampai 2008 ... II-1 3.1. Perhitungan NOPAT dengan Pendekatan Bottom-up ... III-10 3.2. Perhitungan NOPAT dengan Pendekatan Top-down ... III-10 3.3. Perhitungan CAPITAL dengan Pendekatan Asset... III-10 3.4. Perhitungan CAPITAL dengan Pendekatan Source of Financing III-10 4.6 Tabel Perhitungan Capital oleh Stewart 1991 ... IV-1 4.7 Tabel perhitungan NOPAT oleh Stewart 1991 ... IV-1 5.1. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Pendapatan sebelum Bunga

dan Pajak (EBIT) Tahun 2004 s.d. 2008 ... V-2 5.2. Rekapitulasi Biaya Riset dan Pengembangan ... V-5 5.3. Rekapitulasi Nilai Beban Pajak Penghasilan

(Income Taxes Expenses) ... V-6 5.4. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Pajak pada Beban Bunga (Tax on

Interest Expense) ... V-6 5.5. Rekapitulasi Nilai Perubahan Nilai Pajak Tertunda

(Change In Deffered Taxes) ... V-7 5.6. Rekapitulasi Nilai Buku dari Ekuitas ... V-8 5.7. Rekapitulasi Nilai Pajak Tertunda(Deffered Income Taxes) ... V-8 5.8. Rekapitulasi Nilai Sewa Guna Usaha ... V-9 5.9. Rekapitulasi Nilai Hutang Jangka Pendek (Short-Term Debt) ... V-9


(15)

DAFTAR TABEL (lanjutan)

TABEL Halaman

5.10. Rekapitulasi Nilai Hutang Jangka Panjang ... V-10 5.11. Rekapitulasi Nilai Kewajiban Lain-lain ... V-10 5.12. Rekapitulasi Nilai Hutang dan Bunga ... V-12 5.13. Data Suku Bunga Indonesia Ketetapan Bank Indonesia ... V-12 5.2. Rekapitulasi Perhitungan NOPAT ... VI-2 5.3. Rekapitulasi Nilai NOPAT ... VI-3 5.4. Perhitungan Capital untuk tahun 2004 sampai dengan 2008 ... VI-4 5.5. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Capital tahun 2004 sampai 2008 VI-5 5.6. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Proporsi hutang (Wd) dan

Proporsi ekuitas (We) per 31 Des ... VI-7 5.7. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Biaya Modal Hutang ... VI-8 5.8. Rekapitulasi Nilai Risk Free ... VI-9 5.9. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Nilai Beta (β) ... VI-9 5.10. Perhitungan Cost of Equity tahun 2004−2008 ... VI-10 5.11. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Nilai WACC ... VI-11 5.12. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Nilai EVA ... VI-12 5.13. Sumber Pendapatan Utama Perusahaan Tahun 2004 ... VI-13 5.14. Sumber Pendapatan Utama Perusahaan Tahun 2005 ... VI-14 5.15. Beban Operasional lainnya Tahun 2005 ... VI-15 5.16. Sumber Pendapatan Utama Perusahaan Tahun 2006 ... VI-16


(16)

DAFTAR TABEL (lanjutan)

TABEL Halaman

5.17. Beban Operasional lainnya Tahun 2006 ... VI-16 5.18. Sumber Pendapatan Utama Perusahaan Tahun 2007 ... VI-17 5.19. Sumber Pendapatan Utama Perusahaan Tahun 2008 ... VI-18


(17)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

4.8 Flow Chart Penelitian ... IV-1 5.20. Hasil Perhitungan Nilai NOPAT dari tahun 2004 sampai 2008 .... VI-3 5.21. Hasil Perhitungan Nilai Capital dari tahun 2004 sampai 2008 ... VI-5 5.22. Perbandingan Proporsi modal sendiri dan modal Hutang ... VI-7 5.23. Hasil Perhitungan Nilai Economic Value Added (EVA) ... VI-12


(18)

ABSTRAK

Perkembangan industri perbankan saat ini melaju dengan begitu pesat, hal ini dibuktikan dengan munculnya pesaing-pesaing baru di industri perbankan. Persaingan tidak hanya datang dari industri perbankan konvensional sendiri tetapi juga dikejutkan dengan datangnya konsep syariah yang terus berkembang dengan laju pertumbuhan perbankan syariah yang sangat cepat. Hal ini membuat semakin ketatnya persaingan di industri perbankan. Mengingat ketatnya persaingan di industri perbankan maka setiap perbankan dituntut untuk terus meningkatkan kinerjanya.

Kinerja perusahaan yang baik menjadi salah satu alasan bagi para investor untuk menanamkan dananya dalam perusahaan tersebut karena dengan kinerja yang baik diharapkan dapat meningkatkan kekayaan pemegang sahamnya. Tetapi apakah pemegang saham memiliki suatu alat ukur yang tepat bagi kinerja manajemen yang telah dipilihnya, masih menjadi pertanyaan bagi para pemegang saham.

Steward (1990) memperkenalkan suatu pendekatan pengukuran kinerja keuangan perusahaan. Pendekatan ini disebut dengan Economic Value Added

(EVA). Penerapan model EVA ini memiliki banyak kelebihan dibandingkan pengukuran menggunakan pendekatan tradisional seperti ROA (Return On asset) dan ROE (Return On Equity). Salah satunya adalah metode EVA memperhitungkan biaya ekuitas saham, dimana dalam konsep tradisional biaya ekuitas saham tersebut diabaikan sehingga konsep tradisional tidak mencerminkan penciptaan nilai perusahaan. Disamping itu, model EVA mampu menghilangkan distorsi-distorsi akuntansi yang terdapat pada pendekatan tradisional yang hanya berpedoman pada nilai buku.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana kemampuan manajemen dalam mengelola dana perusahaan dan untuk mengetahui seberapa besar nilai tambah yang berhasil diciptakan oleh manajemen bagi para pemegang saham perusahaan dalam periode 2004−2008 dengan menggunakan metode EVA sehingga dapat dilihat kondisi kinerja dan nilai yang sebenarnya dari perusahaan.

Hasil analisis EVA menunjukkan bahwa selama kurun waktu penelitian tahun 2004 sampai tahun 2008 kinerja perusahaan PT. Bank Sumut berhasil memperoleh nilai tambah pada tahun 2004, 2007 dan 2008, masing-masing sebesar Rp. 17.603.193.603 (Rp. 17,6 M), Rp. 39.966.338.010 (Rp. 39,96 M), dan Rp. 76.525.821.797 (Rp. 76,52 M). Sedangkan pada tahun 2005 dan 2006 kinerja perusahaan mengalami penurunan dengan nilai EVA negatif, masing-masing sebesar Rp. 69.221.440.097 (minus Rp. 69,22 M) dan Rp. 38.061.927.714 (minus Rp. 38,06 M).

Adapun faktor yang paling mempengaruhi nilai EVA adalah beban penyisihan penghapusan aset produktif dalam jumlah yang sangat besar sehingga menyebabkan EVA pada tahun 2005 dan 2006 menjadi negatif. Disamping itu, Faktor eksternal yang menyebabkan nilai EVA negatif adalah nilai Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang cukup tinggi.


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan industri perbankan saat ini melaju dengan begitu pesat, hal ini dibuktikan dengan munculnya pesaing-pesaing baru di industri perbankan. Persaingan tidak hanya datang dari industri perbankan konvensional sendiri tetapi juga dikejutkan dengan datangnya konsep syariah yang terus berkembang dengan laju pertumbuhan perbankan syariah yang sangat cepat. Hal ini membuat semakin ketatnya persaingan di industri perbankan. Mengingat ketatnya persaingan di industri perbankan maka setiap perbankan dituntut untuk terus meningkatkan kinerjanya.

Kinerja perusahaan yang baik menjadi salah satu alasan bagi para investor untuk menanamkan dananya dalam perusahaan tersebut karena dengan kinerja yang baik diharapkan dapat meningkatkan kekayaan pemegang sahamnya. Tetapi apakah pemegang saham memiliki suatu alat ukur yang tepat bagi kinerja manajemen yang telah dipilihnya, masih menjadi pertanyaan bagi para pemegang saham. Keberhasilan pencapaian tujuan tersebut diukur melalui pengukuran kemajuan kinerja keuangan perusahaan. Bagi perusahaan perbankan, kinerja keuangan merupakan bagian dari kenerja bank secara keseluruhan. Kinerja ini merupakan gambaran prestasi yang dicapai bank dalam operasionalnya, baik menyangkut aspek keuangan, pemasaran, penghimpunan dana, teknologi maupun sumber daya manusia.


(20)

PT. Bank Sumut adalah perusahaan jasa perbankan yang sampai saat ini tetap exis dan terus mengembangkan usaha perbankannya menuju kinerja terbaik. Pengukuran kinerja pada PT. Bank Sumut menggunakan analisis rasio seperti :

Return on Equity (selanjutnya akan digunakan istilah ROE) dan Return on Assets

(selanjutnya akan digunakan istilah ROA). ROE merupakan perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas (Bodie, et. Al., 2002). Jika ROE suatu bank tinggi hal tersebut mencerminkan laba perusahaan tersebut tinggi yang pada akhirnya dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap harga saham. Sedangkan ROA lebih melihat pada keefektifan perusahaan didalam menghasilkan keuntungan atas total

asset yang digunakan. ROA merupakan laba bersih setelah pajak dibagi dengan total asset. Jika nilai ROA tinggi maka kemampuan manajemen perusahaan mengoptimalkan asset yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan semakin tinggi dan ini dapat memberikan pengaruh positif terhadap return saham perusahaan yang bersangkutan. (Taufik, 2007)

Namun demikian, Pandey (2002) menyatakan bahwa pendekatan ROE dan ROA yang merupakan pendekatan tradisional akuntasi yang sering digunakan didalam mengukur rentabilitas suatu perusahaan agaknya mendapat kritikan karena pendekatan ini tidak memperhitungkan biaya ekuitas saham (Cost of equity) di dalam perhitungannya. Utomo (1999) mengemukakan bahwa kinerja dan prestasi manajemen yang diukur dengan rasio-rasio keuangan sangat bergantung pada metode atau perlakuan akuntansi yang digunakan dan masih menimbulkan adanya distorsi akuntansi yang menyebabkan pengukuran kinerja berdasarkan rasio-rasio keuangan tidak efektif lagi. Selain itu, pengukuran


(21)

berdasarkan rasio ini tidak dapat diandalkan dalam mengukur nilai tambah yang tercipta dalam periode tertentu, maka kritik diajukan tentang seberapa valid pengukuran kinerja berdasarkan rasio keuangan dapat menunjukkan kinerja sebenarnya dari manajemen perusahaan.

Steward (1990) memperkenalkan suatu pendekatan pengukuran kinerja keuangan perusahaan. Pendekatan ini disebut dengan Economic Value Added

(selanjutnya akan digunakan istilah EVA). EVA mencoba mengukur nilai tambah (value creation) yang dihasilkan suatu perusahaan dengan cara mengurangi beban biaya modal (cost of capital) yang timbul sebagai akibat investasi yang dilakukan. EVA berusaha mengukur nilai tambah pemegang saham dengan memperhatikan biaya modal yang meningkat, karena biaya modal menggambarkan risiko perusahaan. (Iramani and Febrian, 2005).

Pada perkembangan konsep EVA semakin populer karena memiliki keunggulan-keunggulan dimana dapat digunakan sebagai alat pengambilan keputusan atas strategi dapat mudah digunakan dan mencerminkan kekayaan sebenarnya yang diraih oleh pemegang saham.

EVA merupakan indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi. Perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal ditandai dengan nilai EVA yang positif karena perusahaan mampu menghasilkan tingkat pengembalian yang melebihi tingkat biaya modal. Tetapi apabila nilai EVA negatif maka menunjukkan nilai perusahaan menurun karena tingkat pengembalian lebih rendah dari biaya modal. Secara sederhana apabila EVA>0 maka telah terjadi proses nilai tambah pada perusahaan, Sementara apabila


(22)

EVA=0 menunjukkan posisi impas perusahaan. Sebaliknya apabila EVA<0 maka menunjukkan tidak terjadinya proses nilai tambah pada perusahaan, karena laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan para penyandang dana. (Iramani and Febrian, 2005).

Mengingat pentingnya pengukuran terhadap kinerja keuangan perusahaan, terutama untuk memenuhi kebutuhan pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, maka pengukuran kinerja berbasis pendekatan tradisional dirasakan sudah tidak cukup lagi dan perlu adanya alat ukur kinerja keuangan baru yang fokus pada penciptaan nilai yaitu pendekatan EVA. PT Bank Sumut belum pernah melakukan penilaian dengan EVA sehingga tidak pernah diketahui apakah selama ini manajemen perusahaan telah berhasil menciptakan nilai tambah sehingga mampu memenuhi harapan para penyandang dana. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka sangat penting untuk menjadikan hal ini sebagai topik dalam penelitian dengan judul “Pengukuran Kinerja Perusahaan Menggunakan Metode EVA pada PT. Bank Sumut”.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah pada penelitian tugas sarjana ini adalah mengukur nilai tambah sebenarnya yang berhasil diciptakan manajemen bagi para pemegang saham, dimana nilai tersebut tidak dapat terjawab pada pengukuran kinerja tradisional yang selama ini diterapkan olah perusahaan. Disamping itu, penerapan penilaian kinerja Economic Value Added (EVA) diterapkan untuk menghilangkan distorsi-distorsi akuntansi yang ada pada pendekatan tradisional


(23)

sehingga para pemegang saham dapat mengetahui nilai sebenarnya yang diperoleh perusahaan sebagai tolak ukur kinerja manajemen.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah untuk mengetahui sejauhmana kemampuan manajemen dalam mengelola dana perusahaan dan untuk mengetahui seberapa besar nilai tambah yang berhasil diciptakan oleh manajemen bagi para pemegang saham perusahaan dalam periode 2004−2008 dengan menggunakan metode EVA sehingga dapat dilihat kondisi kinerja dan nilai yang sebenarnya dari perusahaan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian tugas akhir ini bagi perusahaan adalah hasil pengukuran EVA dapat menjadi tolak ukur kinerja perusahaan yang mampu mengukur berapa nilai tambah yang dihasilkan bagi para pemegang saham. Hasil pengukuran nilai tambah ini akan menjadi pedoman bagi manajemen tentang sejauh mana pencapaian kinerja yang diraih dan bagi para pemegang saham, dengan mengetahui berapa nilai tambah yang diperoleh dari hasil investasi modal mereka selama ini maka dapat menjadi pertimbangan dalam melakukan investasi dimasa mendatang.


(24)

1.5 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Pengukuran kinerja perusahaan dengan pendekatan EVA dilakukan dari tahun 2004 sampai tahun 2008.

2. Penelitian ini hanya menganalisis laporan keuangan perusahaan dan tidak membahas dari dan bagaimana data tersebut diperoleh.

1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Agar lebih mudah untuk dipahami dan ditelusuri maka sistematika penulisan tugas sarjana ini disusun dalam beberapa bab, dimana pada tiap bab terdiri dari beberapa sub bab. Adapun sistematika penulisan tugas sarjana ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Menguraikan latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan, serta sistematika penulisan tugas akhir.

BAB II GAMBARAN KINERJA PERUSAHAAN

Bab ini akan menjelaskan tentang gambaran umum perusahaan dan kinerja perusahaan saat ini


(25)

BAB III LANDASAN TEORI

Menampilkan tinjauan kepustakaan yang berisi pembahasan tentang beberapa pengertian yang menyangkut teori-teori yang relevan dengan permasalahan, sehingga dari tinjauan ini diharapkan akan diperoleh alternatif bagi pemecahan masalah. Hal-hal yang tercakup dalam bab ini meliputi : teori-teori pengukuran kinerja,

perkembangan metode pengukuran kinerja, konsep financial ratio, EVA, langkah-langkah pengukuran EVA.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Memaparkan metodologi yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian meliputi penjelasan tahapan penelitian secara ringkas disertai diagram alirnya.

BAB V PENGUMPULAN DATA

Memuat data yang dibutuhkan dalam penelitian yang baik yang diperoleh dari sumber data primer maupun data sekunder

BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Melakukan proses pengolahan data yang digunakan sebagai dasar pada pemecahan masalah dan melakukan analisis hasil pengolahan data dan pemecahan masalah.


(26)

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari hasil pemecahan masalah dan saran-saran yang diberikan kepada pihak perusahaan.


(27)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan

Bank pembangunan Daerah Sumatera Utara didirikan pada tanggal 4 Nopember 1961 dengan Akte Notaris Rusli Nomor 22 dalam bentuk Perseroan Terbatas dengan call name BPDSU. Pada tahun 1962 berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun1962 tentang ketentuan pokok Bank Pembangunan Daerah Tingkat l Sumatera Utara Nomor 5 Tahun 1965. Modal dasar pada saat itu sebesar Rp. 100 juta dan sahamnya dimiliki oleh pemerintah Daerah Tingkat II se Sumatera Utara.

Pada tanggal 16 April 1999, berdasarkan peraturan Daearah Tingkat I Sumatera Utara No.2 Tahun 1999, bentuk badan dirubah kembali menjadi perseroan terbatas dengan call name Bank Sumut. Perubahan tersebut dituangkan dalam Akte Pendirian Alina Hanum Nasution SH, dan telah mendapat pengesahan dari mentri Kehakiman Republik Indonesia dibawah Nomor C-8224 HT.01.01 TH 99, serta diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia Nomor 54 tanggal 6 juli 1999. Modal dasar pada saat itu ditetapkan sebesar Rp.400 miliar. Dan karena pertimbangan kebutuhan proyeksi pertumbuhan bank, maka pada tanggal 15 Desember 1999 melalui Akta No.31 modal dasar ditingkatkan menjadi miliar.

Jaringan Pelayanan PT Bank Sumut Per Desember 2008 terdiri dari : 1 unit Kantor Pusat, 1 unit Kantor Cabang Utama, 19 unit Kantor Cabang Konvensional, 3 unit Kantor Cabang Syariah, 67 unit Kantor Cabang Pembantu,


(28)

2 unit Kantor Cabang Pembantu syariah, dan 1 unit Kantor Kas, dengan 79 unit ATM. (Laporan Tahunan PT. Bank Sumut, 2008, p.15)

2.2 Visi , Misi, dan Statemen Budaya Bank Sumut

Visi PT. Bank Sumut adalah Menjadi bank andalan untuk membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah di segala bidang serta sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat. (Laporan Tahunan, 2008, p.15)

Misi PT. Bank Sumut adalah Mengelola dana pemerintah dan masyarakat secara professional yang didasarkan pada prinsip-prinsip compliance. (Laporan Tahunan, 2008, p.15)

Statemen Budaya Perusahaan PT. Bank Sumut adalah Memberikan pelayanan terbaik. (Laporan Tahunan, 2008, p.15)

2.3 Tujuan dan Fungsi PT. Bank Sumut 2.3.1 Tujuan Bank Sumut

PT. Bank Sumut sebagai perusahaan pemerintah daerah yang tidak lepas dari tujuan (Laporan Tahunan PT. Bank Sumut, 2008) sebagai berikut :

1. Menghasilkan Laba

2. Meningkatkan pertumbuhan daerah di berbagai sektor 3. Meningkatkan taraf hidup rakyat

4. Memenuhi fungsi sosial dengan penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat


(29)

2.3.2 Fungsi PT. Bank Sumut

Sebagai alat kelengkapan otonomi daerah dibidang perbankan, PT. Bank Sumut berfungsi sebagai pengerak dan pendorong laju pembangunan di daerah,bertindak sebagai pemegang kas daerah yang melaksanakan penyimpanan uang daerah serta sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah dengan melakukan kegiatan usaha sebagai Bank umum seperti dimaksudkan pada undang-undang nomor 7 tahun 1992, tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998. (Laporan Tahunan PT. Bank Sumut, 2008)

2.4 Ruang Lingkup PT. Bank Sumut

PT. Bank Sumut adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perbankkan. Perusahaan dalam mencapai sasaran dan tujuan turus menerus melakukan inovasi dalam menawarkan dan mengembangkan berbagai produk, layanan dan fasilitas yang dimilikinya. Produk-produk perbankan yang ditawarkan PT. Bank Sumut hampir sama dengan produk yang ditawarkan oleh perbankkan lainnya yaitu berupa produk dana dan kredit. Bank Sumut dalam mencapai sasaran dan tujuannya selalu menawarkan produk dan jasa yang dimilikinya dengan berorientasi pada customer needs and want. Informasi lengkap tentang Produk PT. Bank Sumut dapat dilihat pada situs : http: //www.banksumut.com


(30)

2.5 Manajemen dan Organisasi PT. Bank Sumut

Dalam rangka meningkatkan kinerja Bank, melindungi kepentingan stakeholder dan meningkatkan kepatuhan terhadap pertutan perundang-undangan serta nilai-nilai etika (Code of Conduct) yang berlaku pada Bank Sumut, maka Dewan Komisaris Direksi dan seluruh pegawai Bank Sumut memiliki komitmen untuk senantiasa melaksanakan kegiatan usahanya dengan berpedoman pada prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG).

Bank Sumut memiliki kebijakan dan ketentuan yang mengatur Tata Kelola Perusahaan yang lengkap melalui Peraturan Direksi Bank Sumut Nomor 003/Dir/DKMR-CQA/PBS/2007 tanggal 26 Desember 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerapan Good Korporate Governance (GCG) PT. Bank Sumut sebagai dasar dalam melaksanakan penerapan GCG, yaitu :

1. Pedoman Tata Kelola Perusahaan (Code of Corporate Governance)

2. Pedoman Pelaksanaaan Tugas Dewan Komisaris dan Direksi (Board Manual)

3. Kode Etik Perusahaan (Code of Conduct) 4. Piagam Satuan Pengawas Intern

5. Piagam Komite Audit (Committee Audit Charter) 6. Pedoman Komite Pemantau Resiko

7. Pedoman Komite Remunerasi dan Nominasi

Kebijakan dan ketentuan tersebut telah didistribusikan kepada unit kerja sebagai salah satu upaya untuk mengembangkan penerapan GCG pada seluruh unit kerja Bank Sumut. Untuk pemahaman dan persepsi yang sama telah


(31)

dilakukan sosialisasi pelaksanaan penerapan GCG kepada pemegang saham, rekanan/ mitra bisnis, Dewan Komisaris, Direksi, dan seluruh pegawai di setiap lini organisasi.

Pencapaian tata kelola perusahaan yang baik dilakukan dengan membentuk struktur organisasi yang menggambarkan garis pertanggungjawaban yang jelas, dengan unsur utama pelaksanaan tata kelola perusahaan yakni dewan komisaris dan Direksi. Struktur ini telah lebih menekankan pada aspek pengawasan, pelayanan, pemasaran, efektivitas/ efisiensi melalui pemantapan

Good Korporate Governance (GCG), Manajemen Resiko, Risk Culture, dan

Corporate Culture dengan berorientasi kepada pelaksanaan core bussiness utama Bank Sumut sebagai lembaga profesional penghimpun dan penyalur dana.

Struktur dan Susunan Organisasi PT. Bank Sumut dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Direksi No. 218/DIR/DPP-PP/SK/2003 tanggal 1 Oktober 2003 tentang Struktur Organisasi PT. Bank Sumut yang disempurnakan dengan Surat Keputusan Direksi No. 087/DIR/DPPPP/ SK/2005 tanggal 5 Juli 2005. Struktur Organisasi Kantor Pusat PT Bank Sumut terdiri dari empat Direksi, sembilan Divisi dan satu unit Usaha Syariah. Masing-masing kepala divisi membawahi beberapa kepala bidang. Sedangkan struktur organisasi kantor cabang terdiri dari Pemimpin Cabang yang membawahi beberapa kepala seksi, kepala cabang pembantu, dan kepala kantor kas.

Dikutip dari (Laporan Tahunan PT. Bank Sumut, 2008)


(32)

2.6 Prinsip Penyajian laporan Keuangan Perbankan

Laporan Keuangan Bank, disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 31 revisi 2000 tentang “Akuntansi Perbankan” yang diterbitkan oleh Institusi Akuntansi Perbankan Publik Indonesia (IAPI) dan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia 2001 (PAPI) yang diterbitkan atas kerjasama IAPI dengan Bank Indonesia, dan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum yang diterapkan IAPI. Untuk cabang-cabang Bank yang didasarkan pada Prinsip Syariah, laporan keuangan disajikan berdasarkan dengan PSAK 101 tentang “Penyajian Laporan Keuangan Syariah”, PSAK 59 tantang “Akuntansi Perbankan Syariah” yang masih berlaku, dan Pedoman Akuntansi Syariah 2003 (PAPSI) yang diterbitkan atas kerjasama IAPI dengan Bank Indonesia. (Laporan Tahunan PT. Bank Sumut, 2008, p.78)

2.7 Kinerja Perusahaan

Gambaran kinerja perusahaan dari tahun 2004 sampai pada tahun 2008 dapat lihat dari peningkatan dan penurunan rasio keuangan perusahaan seperti CAR, ROA dan ROE (lihat tabel 2.1.)

Dilihat dari tingkat pengembalian Asset (ROA) kinerja perusahaan terlihat menurun dari tahun 2004 dampai tahun 2007 dan pada tahun 2008 mengalami peningkatan pada posisi 4.11%.

Dilihat dari tingkat pengembalian Ekuitas (ROE), kinerja perusahaan menurun pada tahun 2005 dan pada tahun berikutnya terus mengalami peningkatan hingga mencapai 35.15% di tahun 2008.


(33)

Tabel 2.1. Beberapa Ratio PT. Bank Sumut Tahun 2004 sampai 2008

Beberapa Ratio Tahun

2008 2007 2006 2005 2004

CAR 16,48 20,95 26,01 28,74 31,07

Aktiva Tetap Terhadap Modal 40,15 40,52 39,60 34,54 36,38 Aktiva Produktif Bermasalah 0,92 1,30 1,28 2,51 2,13

NPL Gross 0,99 2,01 2,62 4,32 4,31

NPL Netto 0,59 1,23 1,43 2,20 3,79

ROA 4,11 3,39 3,43 3,55 4,37

ROE 35,15 31,14 22,06 16,18 25,88


(34)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Penilaian Kinerja Keuangan

Produktifitas yang dilakukan perusahaan sebagai kemampuan perusahaan untuk memberikan nilai terhadap perusahaan adalah kinerja perusahaan. Penilaian kinerja merupakan sangat penting bagi perusahaan. Penilaian kinerja ini sangat penting untuk melihat sejauh mana keberhasilan para dewan direksi dan seluruh manajemen dalam mengelola perusahaan. Penilaian kinerja juga sangat dibutuhkan oleh perusahaan yang mengalami kesulitan, penilaian kinerja juga sangat berguna untuk restrukturisasi pengimplementasian program pemulihan usaha, bagi perusahaan yang ingin go public penilaian kinerja sangat penting jika perusahaan akan menjual perusahaannya kepada umum (dibursa) harus melakukan penilaian untuk menentukan nilai wajar saham yang akan ditawarkan kepada masyarakat.

Pendekatan yang populer untuk menilai kondisi keuangan perusahaan adalah dengan mengevaluasi data akuntansi berupa laporan keuangan, hal itu disebabkan karena laporan keuangan disusun berdasarkan standar penyusunan laporan keuangan dan diterapkan secara meluas oleh perusahaan-perusahaan. Untuk mengevaluasi data akuntansi digunakan Financial ratio. Financial ratio

adalah metode yang paling sering digunakan untuk mengukur kinerja keuangan, yang dianalisis dari laporan keuangan perusahaan. Menurut (Emery : 1997)


(35)

Activity Ratio, Leverage Ratio, Coverage Ratio, Profitability Ratio dan Market Value Ratio. (Iramani dan Febrian, 2005)

Menurut Keown (1996) penggunaan financial ratio sangatlah penting, terutama dalam analisis fundamental. Analisis ini mencakup keadaan fundamental dari perusahaan yang dianalisis serta industri baik industri perusahaan yang dianalisis maupun industri lain yang terkait. Financial ratio membantu perusahaan didalam mengidentifikasi berbagai kekuatan dan kelemahan perusahaan. Selanjutnya, menurut Keown (1996) terdapat dua cara untuk membandingkan data keuangan perusahaan, (Iramani, dan Febrian, 2005) yakni :

1. Analisis trend yaitu membandingkan financial ratio antar waktu

2. Analisis comparative, yakni membandingkan financial ratio suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya.

Kelebihan dari penggunaan financial ratio sebagai pengukur kinerja keuangan adalah karena mudahnya dalam proses perhitungannya, selama data yang dibutuhkan tersedia dengan lengkap. Namun disisi lain terdapat kelemahan-kelemahan dari financial ratio tersebut. Penggunaan analisis rasio keuangan sebagai alat pengukur akuntansi konvensional memiliki kelemahan utama yaitu mengabaikan adanya biaya modal sehingga sulit untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah berhasil menciptakan nilai atau tidak (Walsh, 2004).

Menurut Iramani dan Febrian (2005) Kelemahan Financial Ratio karena perhitungannya berdasarkan data akuntansi. Salah satu kelemahan dari pengukur akuntansi adalah rasio-rasio tersebut dihasilkan dari nilai buku. Dengan demikian, nilainya tidak mencerminkan nilai yang ada di pasar. Misalkan : Jika terdapat dua


(36)

perusahaan yang identik, baik asset maupun struktur modalnya, namun berbeda waktu pendiriannya, maka perusahaan yang lebih dulu berdiri memiliki laba bersih yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang berdiri kemudian. Hal ini tentu saja dapat dipahami, karena perusahaan yang lebih dahulu berdiri cenderung memiliki nilai penyusutan lebih yang lebih kecil.

Distorsi lain dari penggunaan data akuntansi adalah penggunaan metode penyusutan maupun metode dalam menilai persediaan. Metode penyusutan saldo menurun akan menghasilkan laba bersih lebih besar pada akhir umur ekonomis aktiva sedangkan metode garis lurus untuk penyusutan aktiva akan mengakibatkan biaya penyusutan yang relative stabil sepanjang umur aktiva tersebut. Dalam kondisi dimana harga barang cenderung naik, penggunaan LIFO dalam menilai persediaan akan menyebabkan beban pokok penjualan menjadi rendah sehingga pajak dan laba perusahaan juga akan terpengaruh, akibat penggunaan metode ini.

Dari uraian tersebut, dapat dijelaskan bahwa penggunaan metode yang berbeda baik metode penyusutan maupun metode dalam menilai persediaan antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lainnya akan menghasilkan keuntungan yang berbeda pula. Sehingga sulit membandingkan kinerja suatu perusahaan dengan menggunakan financial ratio manakala perusahaan yang diperbandingkan menggunakan metode yang berbeda. Akibatnya pengukuran kinerja dengan rasio-rasio berdasarkan laporan keuangan tidak menghasilkan nilai pengukuran yang akurat. Accounting profit tidak mencerminkan dengan baik economic profit dari suatu perusahaan.


(37)

Dalam perkembangan berikutnya muncul metode Economic Value Added

sebagai jawaban atas permasalahan diatas. Pendekatan model EVA diperkenalkan pertama kali tahun 1993 di sebuah perusahaan konsultan yaitu Stern Steward Management Service (SSMC). Metode ini dikembangkan oleh Stewart & Stern seorang analis keuangan dari perusahaan Stern Stewart & Co. Di Indonesia metode tersebut dikenal dengan metode NITAMI (Nilai Tambah Ekonomi). EVA adalah metode manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal. (Tunggal, 2001; Iramani, 2005).

Model EVA menawarkan parameter yang cukup objektif karena berangkat dari konsep biaya modal, dimana beban biaya modal ini mencerminkan tingkat kompensasi atau return yang diharapkan investor atas sejumlah investasi yang ditanamkan di perusahaan. Besarnya return tergantung pada resiko karena semakin tinggi tingkat resiko maka makin tinggi tingkat return yang diharapkan sebagaimana prinsip investasi high risk high return. Hasil perhitungan EVA yang positif mereflesikan tingkat return yang lebih tinggi daripada tingkat biaya modal. Kondisi ini menunjukkan perusahaan mampu menciptakan nilai tambah bagi pemilik perusahaan berupa tambahan kekayaan. Oleh karena itu, beberapa langkah penting dalam perhitungan EVA melalui perhitungan cost of debt, cost of equality, struktur permodelan, weighted average cost of capital. Sedangkan koefisien beta digunakan untuk menentukan tingkat resiko.


(38)

3.2 Financial Ratio

Sebelum dibahas lebih mendalam tentang konsep EVA, berikut akan diuraikan mengenai Financial ratio yang akan digunakan sebagai pembanding terhadap analisis pengukuran kinerja dengan menggunakan EVA. Adapun Financial ratio yang akan digunakan rasio rentabilitas yaiut Return on Assets

(ROA) dan Return on Equity (ROE).

3.2.1 Return on Assets

Return on Assets juga sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis

merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan (Sutrisno, 2000:266). ROA sering disebut sebagai rentabilitas ekonomi memberikan informasi seberapa efisien suatu perusahaan dalam melakukan kegiatan usahanya. Rasio ini menunjukan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor (Riyanto, 1995). Rasio ini mengukur tingkat pengembalian investasi yang telah dilakukan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimilikinya. Semakin tinggi ROA semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Semakin tinggi keuntungan yang dihasilkan perusahaan akan menjadikan investor tertarik akan nilai saham (Arifin, 2002, p.65).

Return on Assets x100%

Aktiva Total

Bersih Laba


(39)

3.2.2 Return on Equity

Return on Equity merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada yang menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri (Sutrisno, 2000, p.267). Return on Equity merupakan alat analisis keuangan untuk mengukur profitabilitas. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan berdasarkan modal tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham (Hanafi dan Halim, 1996, p.85). Salah satu alasan utama perusahaan beroperasi adalah menghasilkan laba yang bermanfaat bagi para pemegang saham, ukuran dari keberhasilan pencapaian alasan ini adalah angka ROE berhasil dicapai. Semakin besar ROE mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi pemegang saham.

Return on Equity x100%

Sendiri Modal

Bersih Laba

(3.2.)

3.3 Economic Value Added (EVA)

3.3.1 Definisi EVA

Dalam Harper Bussiness (1991) Konsep Economic Value Added (EVA) pertama kali diperkenalkan oleh G. Bennett Steward, III, Managing Pertner dari

Stern Steward & Co dalam bukunya “The Quest For Value”. (Tunggal, 2001, p.1) Beberapa pengertian EVA yang dikemukakan para ahli yang dikutip dari Tunggal (2001) sebagai berikut :


(40)

1. Glen Arnold (2000, p.23)

Economic Value Added (EVA was trademarked by Stern Stewart and Co.) is a variant of economic profit, whice is the amont earned by business after deducting all operating expenses and a charge for the opportunity cost of capital employed.”

2. Frank K. Reilly dan Keith C. Brown (2000, p.831)

Economic Value Added (EVA) is an internal management performace measure that compares net operating profit to total cost of capital. Indicates how profitable company projects are as sign of management performance.”

3. Erich A Helfert (2000, p.406)

Economic Value Added (EVA) Represent a yardstick for measuring whether a business is earning above cost of capital of the resource (capital based) it employs.”

Jadi, Economic Value Added adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital).

3.3.2 Tujuan dan Manfaat Model EVA

Adapun tujuan penerapan model EVA menurut Abdullah (2005, p.142) adalah mendapatkan hasil perhitungan nilai ekonomis perusahaan yang lebih realistis. Hal ini disebabkan oleh EVA dihitung berdasarkan perhitungan biaya


(41)

modal (cost of capital) yang menggunakan nilai pasar berdasarkan kepentingan kreditur terutama para pemegang saham dan bukan berdasarkan pada nilai buku yang bersifat historis.

Menurut Siddharta (1997, p.10), manfaat yang diperoleh dari penerapan model EVA di perusahaan meliputi : Abdullah (2005 , p.142)

1. EVA dapat digunakan sebagai penilaian kinerja keuangan perusahaan karena penilaian kinerja tersebut difokuskan pada penciptaan nilai (value creation) 2. EVA akan menyebabkan perusahaan lebih memperhatikan kebijakan struktur

modal.

3. EVA membuat manajemen berpikir dan bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimalkan.

4. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya-biaya modalnya.

Selain memberikan manfaat yang telah dijelaskan diatas, menurut Salmi and Virtanen (2001) EVA merupakan pengukuran yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai signal terjadinya Financial Distress pada suatu perusahaan dalam. Jika suatu perusahaan tidak dapat memperoleh profit di atas required of return , maka EVA akan menjadi negatif, dan hal ini merupakan

warning akan terjadinya Financial Distress bagi perusahaan tersebut. (Iramani dan Febrian, 2005)


(42)

3.3.3 Keunggulan dan Kelemahan EVA

Salah satu keunggulan EVA sebagai penilai kinerja perusahaan adalah dapat digunakan sebagai penciptaan nilai (value creation). Keunggulan EVA yang lain adalah :

1. EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungan beban sebagai konsekuensi investasi.

2. Konsep EVA adalah alat perusahaan dalam mengukur harapan yang dilihat dari segi ekonomis dalam pengukurannya yaitu dengan memperhatikan harapan para penyandang dana secara adil dimana derajat keadilan dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar dan bukan pada nilai buku.

3. Perhitungan EVA dapat dipergunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding seperti standar industri atau data perusahaan lain sebagai konsep penilaian.

4. Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian pemberian bonus pada karyawan terutama pada divisi yang memberikan EVA lebih sehingga dapat dikatakan bahwa EVA menjalankan stakeholders satisfaction concepts.

5. Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukkan bahwa konsep tersebut merupakan ukuran praktis, mudah dihitung dan mudah digunakan sehingga merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam mempercepat pengambilan keputusan bisnis.


(43)

Selain berbagai keunggulan, konsep EVA juga memiliki kelemahan-kelemahan. Menurut Teuku Mirza (1997) kelemahan-kelemahan tersebut antara lain :

1. EVA hanya mengukur hasil akhir (result), konsep ini tidak mengukur aktivitas-aktivitas penentu, yaitu indikator-indikator yang menyebabkan peningkatan nilai tambah.

2. Bagi perusahaan Go publik, dimana saham-saham perusahaan telah diperdagangkan di lantai bursa. EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu padahal faktor-faktor lain terkadang justru lebih dominan.

3.4 Langkah – langkah dalam menentukan EVA

Adapun langkah – langkah dalam menentukan EVA adalah sebagai berikut:

1. Menghitung NOPAT 2. Menghitung Capital

3. Menghitung atau menaksir biaya hutang (cost of debt) 4. Menghitung biaya modal sendiri (cost of equity) 5. Menghitung struktur permodalan (dari neraca)

6. Menghitung ongkos modal tertimbang (Weighted Average Cost of Capital – WACC)


(44)

3.4.1 NOPAT dan Capital

David Harver (2009) menyatakan bahwa ada 3 tahapan dalam menentukan nilai NOPAT, yaitu :

1. Mulailah dengan pendapatan sebelum bunga dan pajak (EBIT). 2. Membuat penyesuaian kunci yang dilakukan dalam dua bentuk:

a. Akuntansi menghilangkan distorsi.

b. Reclassifying beberapa biaya sebagai investasi mereka ke neraca. 3. Kurangi dengan operasi kas pajak (cash operating taxes).

Dari tabel Stewart, terdapat dua pendekatan untuk perhitungan Net Operating Profit After and Taxes (NOPAT), yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.1. Perhitungan NOPAT dengan Pendekatan Bottom-up Calculation NOPAT from Financial Statement Data

A. Bottom-up approach

Begin:

Operating profit after depreciation and amortization Add:

Implied interest expense on operating leases Increase in LIFO reserve

Goodwill amortization Increase in bad-debt reserve

Increase in net capitalized research and development Equals:

Adjusted operating profit before taxes Subtract:

Cash operating taxes Equals:

NOPAT

Sumber : Table based on information in Stewart (1991) dalam (Peterson Pamela and Peterson David, 1996)


(45)

Tabel 3.2. Perhitungan NOPAT dengan Pendekatan Top-down Calculation NOPAT from Financial Statement Data

B. Top-down approach

Begin: Sales Add:

Increase in LIFO reserve

implied interest expense on operating leases Other income

Subtract:

cost of goods sold

Selling, general, and administrative expenses Depreciation

Equals:

Adjusted operating profit before taxes Subtract:

Cash operating taxes Equals:

NOPAT

Sumber : Table based on information in Stewart (1991) dalam (Peterson Pamela and Peterson David, 1996)

Tabel 3.3. Perhitungan CAPITAL dengan Pendekatan Asset A. Asset approach

Begin:

Net operating assets Add:

LIFO reserve

Net plant and equipment Other assets

Goodwill

Accumulated goodwill amortization Present value of operating leases Bad-debt reserve

Capitalized research and development Cumulative write-offs of special items Equals:

Capital

Sumber : Table based on information in Stewart (1991) dalam (Peterson Pamela and Peterson David, 1996)


(46)

Tabel 3.4. Perhitungan CAPITAL dengan Pendekatan Source of Financing

B. Source of Financing Approach

Begin:

Book value of common equity Add equity equivalents: Preferred stock

Minority interest

Deferred income tax reserve LIFO reserve

Accumulated goodwill amortization Add debt and debt equivalents:

Interest-bearing short-term debt Long-term debt

Capitalized lease obligations

Present value of noncapitalized leases Equals:

Capital

Sumber : Table based on information in Stewart (1991) dalam (Peterson Pamela and Peterson David, 1996)

3.4.2 Perhitungan Cost of Capital

Cost of Capital atau biaya modal mempunyai dua makna, tergantung dari sisi investor atau perusahaan. Dari sudut pandang investor cost of capital adalah

opportunity cost dari dana yang ditanamkan investor pada suatu perusahaan. (Keown, 1999). Sedangkan, dari sudut pandang perusahaan, cost of capital adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh sumber dana yang dibutuhkan. Untuk praktisi keuangan, istilah cost of capital ini digunakan sebagai:

1. Discount rate untuk membawa cash flow pada masa mendatang suatu project ke nilai sekarang

2. Tarif minimum yang diinginkan untuk menerima project baru 3. Biaya modal dalam perhitungan EVA


(47)

Pada umumnya komponen cost of capital terdiri dari cost of debt dan cost of equity (Utomo, 1999)

3.4.2.1 Cost of Debt

Hutang dapat diperoleh dari lembaga pembiayaan atau dengan menerbitkan surat pengakuan hutang (obligasi). Biaya hutang yang berasal dari pinjaman adalah merupakan bunga yang harus dibayar perusahaan, sedangkan biaya hutang dengan menerbitkan obligasi adalah required of return yang diharapkan investor yang digunakan untuk sebagai tingkat diskonto dalam mencari nilai obligasi. Mengingat biaya hutang (bunga) dibayar sebelum perusahaan memperhitungkan pajak penghasilan (tax deductible), maka biaya riil yang ditanggung perusahaan adalah biaya hutang setelah pajak (cost of debt after tax). Perhitungan biaya modal hutang (Cost of Debt) dalam (Utomo, 1999) adalah sebagai berikut :

Kd = Kb ( 1 – T ) (3.3.)

Kb = i / d Dimana :

Kd : Biaya hutang setelah pajak Kb : Biaya hutang sebelum pajak T : Tarif pajak

d : Jumlah hutang jangka pendek i : Besarnya bunga yang dibayar


(48)

3.4.2.2 Cost Of Equity

Penambahan modal perusahaan dapat berasal dari dua sumber yaitu internal dan eksternal. Pembiayaan melalui cara tersebut memiliki tingkat biaya yang merupakan biaya dari saham biasa. Tingkat biaya ekuitas adalah tingkat pengembalian yang sama dengan tingkat pengembalian terbaik dari investasi yang mungkin dilakukan. Tingkat biaya ekuitas merupakan biaya dari internal ekuitas yang harus ditanggung oleh perusahaan atau biaya modal saham merupakan tingkat hasil pengembalian atas saham biasa yang diinginkan oleh para investor.

Masalahnya adalah bahwa kita tidak dapat mengamati secara langsung kebutuhan pengembalian ini karena berbeda dengan kasus dalam pembiayaan hutang dimana sebuah kontrak akan menentukan syarat-syarat pembayaran kembali termasuk tingkat suku bunga. Tidak terdapat analogi seperti itu untuk pembiayaan ekuitas dan tidak mungkin pula kita menanyakan kepada investor ekuitas berapa yang ia inginkan karena jawaban “yang setinggi mungkin” tentu tidak akan memberi pedoman kongkrit apapun untuk untuk memperkirakan biaya ekuitas. Maka, Opsi yang tersisa adalah mencoba menarik kesimpulan mengenai berapa besar yang dituntut investor dengan mengamati perilaku pasar modal. Ini memerlukan suatu model dari bagaimana suatu aktiva beresiko seperti saham dalam perusahaan bisnis dihargai oleh pasar modal. Menurut Weston & Copeland (1992) model yang paling populer untuk tujuan ini disebut model penetapan harga aktiva modal atau Capital Asset Pricing Model (CAPM). (Iramani and Febrian, 2005).


(49)

Rumus perhitungan CAPM adalah seperti persamaan 3.4. berikut.

E (Ri) = Rf + β(Rm – Rf) atau biasa ditulis E (Ri) = Rf + β (MRP) (3.4.) Keterangan:

E (Ri) : Tingkat pengembalian yang diinginkan

Rf : Tingkat suku bunga investasi yang dapat diperoleh tanpa resiko (tingkat suku bunga SBI).

Rm : Tingkat suku bunga investasi rata–rata dari keseluruhan pasar.

β : Faktor resiko yang berlaku spesifik untuk masing–masing bank. Dimana : MRP (Market Resk Premium) = (Rm – Rf)

3.4.2.3 Weighted Average Cost of Capital (WACC)

Dalam praktek, pembiayaan/ pendanaan yang digunakan perusahaan diperoleh dari berbagai sumber. Dengan demikian biaya riil yang ditanggung oleh perusahaan merupakan keseluruhan biaya untuk semua sumber pembiayaan yang digunakan, dimana perhitungannya dapat menggunakan rumus berikut :

WACC = Wd. Kb ( 1 – T ) + We. Ke (3.5.)

Dimana :

WACC : Biaya modal rata – rata tertimbang Wd : Proporsi hutang dalam struktur modal We : Proporsi saham biasa dalam struktur modal T : Tarif pajak

Proporsi hutang (Wd) diperoleh dengan membagi hutang perusahaan dengan jumlah hutang dan modal sendiri kemudian dikalikan 100%.


(50)

% 100    e d d

Wd (3.6.)

Proporsi ekuitas (We) diperoleh dengan membagi modal sendiri dengan jumlah hutang dan modal sendiri.

% 100    e d e

We (3.7.)

Dimana :

e : Proporsi modal sendiri

d : Proporsi modal hutang

3.4.3 Menghitung EVA

Melakukan perhitungan EVA dengan rumus : )

(Capital WACC NOPAT

EVA   (3.8.)

Dari perhitungan akan diperoleh kesimpulan dengan interprestasi hasil sebagai berikut :

a. Jika EVA bernilai positif atau > 0 Hal ini menunjukkan terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan

b. Jika EVA bernilai negatif atau < 0 hal ini menunjukkan tidak terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan

c. Jika EVA = 0 hal ini menunjukkan posisi impas karena laba telah digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur maupun pemegang saham.


(51)

3.6 Parameter yang Digunakan untuk Menghitung EVA 3.6.1 Pendapatan Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT)

Pendapatan sebelum Bunga dan Pajak/ Earning Before Interest and Taxes

(EBIT) untuk perusahaan perbankan adalah tidak bisa langsung diambil dari laporan keuangan perusahaan seperti layaknya perusahaan manufaktur karena untuk perhitungan EVA, ada sedikit penyesuaian yang harus dilakukan untuk memperoleh nilai yang sesuai. Alasan penyesuaian tersebut adalah Interest Expenses/ Beban bunga pada laporan keuangan PT. Bank Sumut harus ditambahkan pada pendapatan operasional perusahaan, karena pada perhitungan Pendapatan operasional telah terlebih dahulu dikurangi dengan beban bunga. Sehingga Pendapatan sebelum bunga dan pajak (EBIT) diperoleh dari penambahan Laba Operasional/ Operating Income dikurangi Beban bunga.

EBIT = Laba Operasional + Beban bunga

3.6.2 Piutang tak tertagih (Bad Debt Reserve)

Pencatatan Piutang dagang harus dilaporkan sebesar nilai realisasi bersihnya, yaitu : piutang usaha dikurangi piutang yang tak tertagih. Piutang tak tertagih adalah sejumlah dana yang seharusnya kita terima dari pihak yang berhutang, namun karena sesuatu hal piutang tersebut tidak dapat kita terima lagi sebagaimana mestinya, meskipun demikian piutang tak tertagih harus tetap dilaporkan pada laporan keuangan sehingga dalam pencatatan akuntansi. Pencatatan piutang tak tertagih dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara langsung dan tak langsung. Metode langsung mengakui beban piutang tak tertagih pada saat terjadinya, sehingga mungkin saja jumlah besar piutang tak tertagih


(52)

menyebabkan penurunan laba bersih yang signifikan pada satu periode tertentu. Sedangkan metode penyisihan mengakui beban penyisihan piutang tak tertagih setiap akhir periode agar tidak mengganggulaba bersih secara signifiikan. (Suharli, 2006)

3.6.3 Bunga Sewa usaha (Interest On Operating Lease)

Menurut keputusan menteri keuangan no. 1169/ KMK.01/199 tahun 1991,

Leasing (sewa guna usaha) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara sewa guna hak opsi (finance lease) maupun sewa guna tanpa hak opsi (operating lease), untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.

Sangat banyak keuntungan melakukan Leasing, salah satunya adalah Of Balance Sheet, artinya dengan tidak adanya keharusan untuk mencantumkan/ melaporkan transaksi leasing dalam neraca (balance sheet), hal ini akan mempunyai dampak positif terhadap kondisi rasio-rasio keuangan, sehingga transaksi leasing tidak tampak dalam pos hutang. (Halim, 2007)

3.6.4 Goodwill Amortization

Goodwill, yaitu aktiva tak berwujud yang ada karena terkait dengan perusahaan sebagai akibat dari faktor yang menguntungkan pihak tertentu dan merupakan aktiva tak berwujud yang biasanya mencatatkan jumlah paling besar dalam neraca dibandingkan aktiva tak berwujud lainnya. Goodwill hanya akan ada apabila terjadi transaksi jual beli sebuah perusahaan karena Goodwill tidak akan


(53)

dipercaya sebelum sebuah perusahaan dijual atau dibeli. Goodwill dilaporkan pada neraca pada bagian Intangible Asset.

Perusahaan Bank Sumut adalah perusahaan milik Pemerintah daerah yang belum dijual, sehingga tidak ada beban penyusutan atau Goodwill amortization

(Suharli, 2006)

3.6.5 Increase in Capitalized Researce and Development

Biaya Riset dan Pengembangan adalah pengeluaran yang akan menghasilkan hak paten, hak cipta, proses dan produk baru. Banyak perusahaan mengeluarkan biaya untuk melakukan riset dan pengembangan, terlebih perusahaan farmasi dan teknologi. Perusahaan tidak boleh mengakui aktiva tidak berwujud yang timbul dari riset. Pengeluaran untuk riset diakui sebagai beban pada saat terjadinya karena sulit menentukan jumlah pasti biaya riset untuk suatu proyek.

Suatu aktiva tidak berwujud yang timbul dari pengembangan diakui hanya jika perusahaan dapat menunjukkan semua hal berikut :

a. Kelayakan teknis penyelesaian aktiva tidak berwujud tersebut sehingga aktiva tersebut dapat digunakan atau dijual

b. Niat untuk menyelesaikan aktiva tidak berwujud tersebut dan mengunakannya atau menjualnya

c. Kemampuan untuk menggunakan atau menjual aktiva tak berwujud tersebut d. Cara aktiva tidak berwujud menghasilkan kemungkinan manfaat ekonomis di


(54)

pasar bagi keluaran aktiva tidak berwujud atau pasar pasar atas aktiva tidak berwujud itu sendiri atau jika aktiva tidak berwujud itu digunakan secara intern, perusahaan harus mampu menunjukkan kegunaan aktiva tersebut

e. Tersedianya sumberdaya teknis, keuangan, dan sumber daya lainnya untuk menyelesaikan pengembangan aktiva tidak berwujud dan menggunakan atau menjual aktiva tersebut

f. Kemampuan untuk mengukur secara handal pengeluaran yang terkait dengan aktiva tidak berwujud selama pengembangannya.

(Suharli, 2006)

3.6.6 LIFO Reserve

LIFO Reserve merupakan penyesuaian yang dilakukan terhadap biaya persediaan yang dicatat pada laporan keuangan perusahaan. LIFO merupakan singkatan dari Last In, First Out, yaitu metode yang digunakan dalam perhitungan biaya persediaan yang akan diinput pada pencatatan laporan keuangan perusahaan.

LIFO digunakan pada perusahaan dagang dan manufaktur, hal ini karena persediaan hanya diakui pada pembukuan perusahaan dagang dan manufaktur, dimana pada perusahaan jasa tidak memiliki persediaan barang dagang (Merchandise Inventory). (Suharli, 2006).


(55)

3.6.7 Change In Deffered Taxes (Perubahan nilai pajak tertunda)

Penyesuaian pada perubahan pajak tertunda dilakukan dengan alasan sebagai berikut :

a. Suatu peningkatan pada pajak tertunda berarti bahwa ada sebagian beban pajak penghasilan/ pendapatan yang ditunda pembayaran secara kas pada periode tersebut dan menjadi beban pada periode berikutnya.

b. Penurunan pajak tertunda berarti bahwa beban pajak penghasilan/ pendapatan berkurang secara kas pada periode tersebut tapi pembayaran tersebut adalah untuk pembayaran sebagian pajak pada periode sebelumnya.


(56)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Flow Chart Penelitian

Adapun flow chat penelitian adalah sebagai berikut.


(57)

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT. Bank Sumut yang berpusat di jalan Imam Bonjol No. 18 Medan mulai bulan desember 2009 sampai bulan januari 2010

4.3 Model Penelitian

Model penelitian yang dilakukan adalah model deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus. Peneliti berusaha memperoleh dan menganalisis dokumen mengenai keadaan yang sebenarnya dengan melihat fakta-fakta yang ada. Setelah itu data yang diperoleh dianalisa dan diinterpretasikan berdasarkan beberapa sumber teori yang televan dengan masalah yang dibahas.

4.4 Data dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini diambil dari Laporan Tahunan PT. Bank Sumut yang telah diaudit oleh Akuntan Kantor Publik. Data tersebut diperoleh dari Divisi Akuntansi Perusahaan yang meliputi laporan Laba Rugi (Statement of Income), laporan Neraca (Balance Sheet), dan Catatan Atas Laporan Keuangan (Notes to Financial Statement) dari tahun 2003 sampai dengan 2008. Tidak semua data dapat diperoleh dari sumber laporan keuangan. Oleh karena itu, perlu dilakukan wawancara langsung dengan staf akuntansi PT. Bank Sumut untuk menganalis dan menyesuaikan substansi dasar dari data-data penyesuaian pada perhitungan NOPAT, Capital maupun rata-rata modal tertimbang.


(58)

Adapun data-data yang diperoleh dari sumber internal perusahaan secara keseluruhan mencangkup data-data sebagai berikut.

1. Pendapatan Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT) 2. Piutang Tak Tertagih (Bad Debt Reserve) 3. Sewa Guna Usaha (Operating Lease) 4. Goodwill Amortization

5. LIFO Reserve

6. Biaya Riset dan Pengembangan(Capitalized Researce and Development) 7. Beban Pajak Penghasilan (Income Taxes Expenses)

8. Pajak pada Beban Bunga (Tax on Interest Expense)

9. Perubahan nilai pajak tertunda(Change In Deffered Taxes) 10.Nilai Buku dari Ekuitas(Book Value of Common Equity) 11.Pajak Tertunda(Deferred Income Tax)

12.Hutang Jangka Pendek (Short-Term Debt) 13.Hutang Jangka Panjang (Long-Term Debt) 14.Kewajiban Lain-lain

15.Preferred stock, Minority interest

16.Data ROA dan ROE

Sedangkan data pendukung lainnya didapat dari Buku Referensi, Artikel maupun Website dari Internet adalah :

1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

2. Harga saham perusahaan sejenis yang telah go public


(59)

4. Nilai Market Risk Premium

4.5 Analisis Data

Sebelumnya dilakukan perhitungan EVA, terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data ROA dan ROE untuk tiap tahun selama periode 2004-2008.

Selanjutnya dilakukan pengolahan data pengukuran kinerja perusahaan menggunakan metode EVA. Adapun langkah-langkah dalam perhitungan EVA adalah sebagai berikut :

4.5.1 Menghitung NOPAT selama periode 2004 s.d. 2008

Adapun data perhitungan NOPAT adalah seperti dikemukan Stewart (1991) sebagai berikut.

Tabel 4.1. Tabel perhitungan NOPAT oleh Stewart 1991

Data Perhitungan

Operating profit after depreciation and amortization Add:

Implied interest expense on operating leases Increase in LIFO reserve

Goodwill amortization Increase in bad-debt reserve

Increase in net capitalized research and development Subtract Cash operating taxes:

Income Taxes Expenses

Tax on Implied interest expense on operating leases Tax on Interest Expense

Change In Deffered Taxes Equals:


(60)

4.5.2 Menghitung Capital selama periode 2004 s.d. 2008

Perhitungan Capital beserta penyesuaiannya secara lengkap dapat dilihat pada Tabel Stewart seperti berikut ini.

Tabel 4.2. Tabel Perhitungan Capital oleh Stewart 1991 Data Perhitungan

Book value of common equity Add equity equivalents:

Preferred stock Minority interest

Deferred income tax reserve LIFO reserve

Accumulated goodwill amortization Add debt and debt equivalents:

Interest-bearing short-term debt Long-term debt

Other Liabilities

Present value of noncapitalized leases

Capital

4.5.3 Menghitung WACC selama periode 2004 s.d. 2008

Adapun tahapan dalam perhitungan WACC adalah sebagai berikut.

4.5.3.1 Menghitung Biaya Modal Hutang (Cost of Debt)

biaya modal hutang dihitung untuk setiap tahun, selama periode 2004 s.d. 2008 dengan rumus 4.1.

Kd = Kb ( 1 – T ) (4.1.)

Dimana :

Kd : Biaya hutang setelah pajak Kb : Biaya hutang sebelum pajak T : Tarif pajak


(61)

4.5.3.2 Menghitung Biaya Modal Saham (Cost of Equality)

Cost of Equality dihitung dengan menggunakan model CAPM (Capital Asset Pricing Model). PT. Bank Sumut belum merupakan perusahaan go public

yang harga sahamnya tidak ditentukan pasar maka diperlukan perusahaan terbuka sejenis dan listed sebagai pembanding. PT. Bank Sumut adalah perusahaan pemerintah maka perusahaan yang digunakan sebagai pembanding adalah PT. BNI Tbk (BBNI), PT. Bank BRI Tbk (BBRI), dan Bank Mandiri Tbk (BMRI).

Pergerakan return saham-saham tersebut dan return index harga saham gabungan (IHSG) untuk menghitung nilai Beta diambil dari internet dengan situs http://finance.yahoo.com. Tingkat Risk Free diambil dari data suku bunga bank indonesia (SBI Rate) yang dapat diperoleh dari situs www.bi.go.id. Sedangkan nilai Market Risk Premium diambil dari hasil survey Damodaran, diperoleh dari situs http://pages.stern.nyu.edu/~adamodar/New_Home_Page/data.html

Rumus perhitungan CAPM seperti persamaan 4.2. berikut.

E (Ri) = Rf + β(Rm – Rf) atau biasa ditulis E (Ri) = Rf + β (MRP) (4.2.) Keterangan:

E (Ri) : Tingkat pengembalian yang diinginkan

Rf : Tingkat suku bunga investasi yang dapat diperoleh tanpa resiko (tingkat suku bunga SBI).

Rm : Tingkat suku bunga investasi rata–rata dari keseluruhan pasar.

β : Faktor resiko yang berlaku spesifik untuk masing–masing bank. Dimana : MRP (Market Resk Premium) = (Rm – Rf)


(62)

Proporsi hutang (Wd) diperoleh dengan membagi utang perusahaan dengan jumlah utang dan modal sendiri kemudian dikalikan 100%.

% 100    e d d

Wd (4.3.)

Proporsi ekuitas (We) diperoleh dengan membagi modal sendiri dengan jumlah hutang dan modal sendiri.

% 100    e d e

We (4.4.)

4.5.3.4 Menghitung WACC

Tahap akhir pada perhitungan WACC adalah menghitung biaya riil yang ditanggung oleh perusahaan dan merupakan keseluruhan biaya untuk semua sumber pembiayaan yang digunakan. Dengan menggunakan rumus 4.5. berikut.

WACC = Wd. Kb ( 1 – T ) + Ws. Ke (4.5.)

Dimana :

WACC : Biaya modal rata – rata tertimbang Wd : Proporsi hutang dalam struktur modal We : Proporsi saham biasa dalam struktur modal T : Tarif pajak

4.5.4 Menghitung nilai EVA dari tahun 2004 s.d. 2008

Setelah semua fator-faktor yang diperlukan untuk perhitungan EVA didapatkan yaitu NOPAT, Capital, dan WACC. Maka langkah akhir adalah


(63)

menghitung EVA dengan menggunakan rumus seperti yang dikemukan oleh Stewart, yaitu seperti persamaan 4.6. berikut.

) (Capital WACC NOPAT

EVA   (4.6.)

atau

) arg (CapitalCh e NOPAT

EVA  (4.7.)

4.6 Pembahasan

Dari hasil perhitungan di atas dapat dilihat bagaimana kinerja perusahaan dari tahun ke tahun selama periode 2004 - 2008 tersebut. Analisis dilakukan pada setiap tahun untuk melihat faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap nilai EVA. Hasil pengukuran kinerja menggunakan EVA kemudian akan dibandingkan dengan hasil pengukuran dengan pengukuran ROA dan ROE untuk setiap tahunnya.

4.7 Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian merupakan hasil dari penilaian kinerja perusahaan dari tahun 2004 sampai tahun 2008, baik dengan menggunakan analisis rasio maupun pengukuran dengan EVA. Hasil pengukuran kinerja EVA menunjukkan apakah terjadi nilai tambah bagi pemegang saham atau tidak dan bila terjadi maka berapa nilai tambah yang diperoleh.


(64)

BAB V

PENGUMPULAN DATA

5.1 Pengumpulan Data

Sebagaimana telah diutarakan pada Bab III mengenai metodologi penelitian, maka data-data yang diperlukan dalam perhitungan Economic Value Added terdiri dari data untuk perhitungan Net Operating Profit After Taxes

(NOPAT), Capital, dan Biaya Rata-rata Modal Tertimbang. Data tersebut berupa data sekunder yang diperoleh dari data keuangan perusahaan. Hasil pengumpulan data secara rinci akan dijelaskan pada Sub-bab berikut ini.

5.1.1 Data yang diperlukan untuk perhitungan NOPAT

Adapun data-data yang dibutuhkan untuk perhitungan NOPAT adalah sebagai berikut.

5.1.1.1 Pendapatan Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT)

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa Pendapatan sebelum Bunga dan Pajak/ Earning Before Interest and Taxes (EBIT) untuk perusahaan perbankan adalah tidak bisa langsung diambil dari laporan keuangan perusahaan seperti layaknya perusahaan manufaktur karena untuk perhitungan EVA, ada sedikit penyesuaian yang harus dilakukan untuk memperoleh nilai yang sesuai. Alasan penyesuaian tersebut adalah Interest Expenses/ Beban bunga pada laporan


(65)

keuangan PT. Bank Sumut harus ditambahkan pada pendapatan operasional perusahaan, karena pada perhitungan Pendapatan operasional telah terlebih dahulu dikurangi dengan beban bunga. Sehingga Pendapatan sebelum bunga dan pajak (EBIT) diperoleh dari penambahan Laba Operasional/ Operating Income

dikurangi Beban bunga.

EBIT = Laba Operasional + Beban bunga (5.1.)

Dengan demikian, diperoleh hasil perhitungan EBIT seperti pada tabel 5.1. berikut, dimana nilai Laba Operasional diperoleh dari Laporan Laba Rugi PT. Bank Sumut (Lampiran 2) dan Bebab Bunga diperoleh dari Catatan atas Laporan Keuangan PT. Bank Sumut (Lampiran 2)

Tabel 5.1. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Pendapatan sebelum Bunga dan Pajak (EBIT) Tahun 2004 s.d. 2008

No Tahun Laba Operasional (Rp) Beban Bunga (Rp) EBIT (Rp) 1 2 3 4 5 2004 2005 2006 2007 2008 169.164.731.395 126.723.942.786 194.592.393.374 266.677.618.654 367.456.548.602 110.366.701.238 133.382.556.052 257.988.561.322 334.068.726.160 361.439.897.326 279.531.432.633 260.106.498.838 452.580.954.696 600.746.344.814 728.896.445.928

5.1.1.2 Piutang Tak Tertagih (Bad Debt Reserve)

Pencatatan Piutang dagang harus dilaporkan sebesar nilai realisasi bersihnya, yaitu : piutang usaha dikurangi piutang yang tak tertagih.


(66)

Penyertaan Piutang Tak Tertagih pada laporan keuangan dalam jumlah cukup besar dapat menyebabkan penurunan laba bersih yang signifikan pada satu periode tertentu.

Berdasarkan informasi yang diterima dari pihak perusahaan bahwa Pada PT. Bank Sumut semua jenis piutang usaha sedapat mungkin telah terselesaikan pada akhir periode tahunan yaitu pada akhir bulan desember dan belum ada piutang yang dianggap sebagai piutang tak tertagih. Dengan demikian dalam periode perhitungan EVA selama tahun 2004 sampai dengan 2008 nilai piutang tak tertagih = Rp. 0,−

5.1.1.3 Sewa Guna Usaha (Operating Lease)

Penyesuaian biaya Sewa Guna Usaha pada perhitungan EVA dilakukan apabila perusahaan terkait tidak mencantumkan biaya sewa guna usaha pada neraca (balance sheet), sebagaimana diperbolehkan dalam peraturan pembukuan akuntansi.

PT. Bank Sumut telah mencantumkan biaya tersebut sebagai Capital yang tiap tahunnya akan diamortisasi. Dengan demikian, semua penyesuaian yang berhubungan dengan sewa guna usaha dalam perhitungan EVA PT. Bank Sumut dianggap tidak ada atau bernilai Rp.0,−

5.1.1.4 Goodwill Amortization

Goodwill, yaitu aktiva tak berwujud yang ada karena terkait dengan perusahaan sebagai akibat dari faktor yang menguntungkan pihak tertentu dan


(67)

merupakan aktiva tak berwujud yang biasanya mencatatkan jumlah paling besar dalam neraca dibandingkan aktiva tak berwujud lainnya. Goodwill hanya akan ada apabila terjadi transaksi jual beli sebuah perusahaan karena Goodwill tidak akan dipercaya sebelum sebuah perusahaan dijual atau dibeli. Goodwill dilaporkan pada neraca pada bagian Intangible Asset.

Perusahaan Bank Sumut adalah perusahaan milik Pemerintah daerah yang belum dijual, sehingga tidak ada beban penyusutan atau Goodwill amortization

Dengan demikian, nilai Goodwill amortization untuk setiap tahun perhitungan EVA dari tahun 2004 s.d 2008 adalah Rp. 0,−

5.1.1.5 LIFO Reserve

LIFO Reserve merupakan penyesuaian yang dilakukan terhadap biaya persediaan yang dicatat pada laporan keuangan perusahaan. LIFO hanya diakui pada perusahaan dagang dan manufaktur. Sehingga tidak terdapat penyesuaian pada perhitungan EVA di PT. Bank Sumut

5.1.1.6 Biaya Riset dan Pengembangan (Capitalized Researce and Development)

Biaya Riset dan Pengembangan adalah pengeluaran yang akan menghasilkan hak paten, hak cipta, proses dan produk baru. Banyak perusahaan mengeluarkan biaya untuk melakukan riset dan pengembangan, terlebih perusahaan farmasi dan teknologi. Perusahaan tidak boleh mengakui aktiva tidak berwujud yang timbul dari riset. Pengeluaran untuk riset diakui sebagai beban


(68)

pada saat terjadinya karena sulit menentukan jumlah pasti biaya riset untuk suatu proyek.

Biaya Riset dan Pengembangan dalam pelaporan keuangan dikategorikan sebagai biaya beban. Namun, dalam penyesuaian EVA Biaya tersebut akan ditambahkan sebagai asset jangka panjang yang hasilnya akan diperoleh pada masa mendatang. Adapun nilai biaya Biaya Riset dan Pengembangan untuk tahun 2004 sampai dengan 2008 adalah sebagai berikut :

Tabel 5.2. Rekapitulasi Biaya Riset dan Pengembangan

No Tahun Biaya Riset dan

Pengembangan (Rp)

1 2 3 4 5

2004 2005 2006 2007 2008

0 7.647.932.186 6.065.079.800 8.001.958.727 28.588.441.903

Namun, karena penyesuaian biaya R&D sulit untuk dilakukan maka nilai penyesuian biaya ini adalah 0.

5.1.1.7 Beban Pajak Penghasilan (Income Taxes Expenses)

Beban Pajak Penghasilan (Income Taxes Expenses) diambil dari laporan keuangan pada Laporan Laba Rugi perusahaan. Adapun Beban Pajak Penghasilan PT. Bank Sumut dapat dilihat pada tabel 5.3.


(69)

Tabel 5.3. Rekapitulasi Nilai Beban Pajak Penghasilan (Income Taxes Expenses)

No Tahun Nilai

(Rp)

1 2004 31.053.707.419

2 2005 44.150.738.600

3 2006 70.145.727.800

4 2007 101.293.264.400 5 2008 138.666.388.400

5.1.1.8 Pajak pada Beban Bunga (Tax on Interest Expense)

Pajak pada Beban Bunga diperoleh dari perkalian antara Beban Bunga/

Interest Expenses dengan rata-rata tarif Pajak Penghasilan pada tiap-tiap tahunnya, yaitu 35 %.

Tabel 5.4. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Pajak pada Beban Bunga (Tax on Interest Expense)

No Tahun Beban Bunga Pinjaman (Rp)

Pajak Beban Bunga (%)

1 2004 110.366.701.238 38.628.345.433

2 2005 133.382.556.052 46.683.894.618

3 2006 257.988.561.322 90.295.996.463

4 2007 334.068.726.160 116.924.054.156


(70)

5.1.1.9 Perubahan Nilai Pajak Tertunda (Change In Deffered Taxes)

Perubahan nilai pajak tertunda (Change In Deffered Taxes) diperoleh dari selisih pajak tertunda pada tahun tertentu dengan tahun sebelumnya. Misal, Perubahan nilai pajak tertunda pada tahun 2008 diperoleh dengan mengurangkan Perubahan nilai pajak tertunda tahun 2008 dengan tahun 2007.

Berikut adalah hasil rekapitulasi perhitungan Perubahan nilai pajak tertunda perusahaan.

Tabel 5.5. Rekapitulasi Nilai Perubahan Nilai Pajak Tertunda (Change In Deffered Taxes)

No Tahun Nilai Pajak Tertunda (Rp)

Perubahan Nilai Pajak Tertunda (Rp)

1 2003 38.339.465.944 -

2 2004 22.749.098.263 15.590.367.681

3 2005 0 22.749.098.263

4 2006 0 0

5 2007 0 0

6 2008 0 0

5.1.2 Data yang diperlukan untuk perhitungan Capital

5.1.2.1 Nilai Buku dari Ekuitas (Book Value of Common Equity)

Nilai Buku dari Ekuitas diperoleh dari Laporan Keuangan pada Neraca Perusahaan. Tabel 5.6. berikut adalah rekapitulasi nilai Ekuitas perusahaan.


(71)

Tabel 5.6. Rekapitulasi Nilai Buku dari Ekuitas

No Tahun Nilai Buku Ekuitas (Rp)

1 2003 511.974.675.620

2 2004 633.709.435.172

3 2005 733.581.355.230

4 2006 692.494.020.872

5 2007 756.487.365.827

6 2008 834.708.345.795

5.1.2.2 Pajak Tertunda (Deferred Income Tax)

Adapun nilai pajak yang ditangguhkan atau tertunda adalah sebagai berikut.

Tabel 5.7. Rekapitulasi Nilai Pajak Tertunda (Deffered Income Taxes)

No Tahun Nilai Pajak Tertunda (Rp)

1 2003 38.339.465.944

2 2004 22.749.098.263

3 2005 0

4 2006 0

5 2007 0


(72)

5.1.2.3 Sewa Guna Usaha (Operating Lease)

Adapun nilai Sewa Guna Usaha perusahaan adalah sebagai berikut.

Tabel 5.8. Rekapitulasi Nilai Sewa Guna Usaha

No Tahun Nilai Sewa Guna Usaha (Rp)

1 2003 5.131.073.093

2 2004 7.510.303.954

3 2005 10.089.509.995

4 2006 15.089.281.662

5 2007 22.439.825.633

6 2008 20.070.338.142

5.1.2.4 Hutang Jangka Pendek (Short-Term Debt)

Adapun Hutang Jangka Pendek dan Hutang Jangka Panjang tertuang pada kewajiban perusahaan,yaitu sebagai berikut.

Tabel 5.9. Rekapitulasi Nilai Hutang Jangka Pendek (Short-Term Debt)

No Tahun Giro

(Rp)

Tabungan (Rp)

Deposito Berjangka

(Rp)

1 2003 1.300.349.094.916 683.255.689.287 736.266.442.000 2 2004 1.321.268.783.728 858.213.624.623 679.083.384.000 3 2005 2.045.808.399.056 920.908.323.841 694.673.527.000 4 2006 4.135.033.269.425 1.394.240.703.303 1.292.215.485.999 5 2007 3.722.157.294.389 1.932.617.564.068 2.026.012.797.800 6 2008 3.236.794.908.119 2.566.941.289.190 1.846.892.156.780


(73)

5.1.2.5 Hutang Jangka Panjang (Long-Term Debt)

Adapun Hutang Jangka Panjang yang tertuang pada kewajiban perusahaan,yaitu Pinjaman yang diterima dari Bank lain.

Tabel 5.10. Rekapitulasi Nilai Hutang Jangka Panjang

No Tahun Nilai Pinjaman yang diterima (Rp)

1 2003 1.496.046.543

2 2004 4.294.507.419

3 2005 26.914.360.412

4 2006 25.041.443.650

5 2007 25.030.652.866

6 2008 25.051.801.615

5.1.2.6 Kewajiban Lain-lain

Tabel 5.11. berikut adalah rekapitulasi nilai kewajiban lain-lain perusahaan.

Tabel 5.11 Rekapitulasi Nilai Kewajiban Lain-lain

No Tahun Nilai

1 2003 17.782.603.187

2 2004 7.587.647.605

3 2005 14.587.992.968

4 2006 35.989.894.009

5 2007 62.343.384.555


(74)

5.1.2.7 LIFO reserve, Accumulated goodwill amortization, Preferred stock, Minority interest

Seperti telah dijelaskan pada pengumpulan data untuk perhitungan NOPAT (Sub-Bab 5.1.1.), bahwa tidak ada nilai LIFO reserve dan Accumulated goodwill amortization pada PT. Bank Sumut. Sedangkan Preferred stock, dan

Minority interest juga tidak ada dikarenakan perusahaan belum Go-Public.

5.1.2.8 Biaya Riset dan Pengembangan (Capitalized Research and Development)

Biaya Riset dan Pengembangan seperti telah dicantumkan pada tabel 5.4. pada data perhitungan NOPAT.

5.1.3 Data untuk Perhitungan Rata-Rata Modal Tertimbang (WACC)

Adapun data untuk perhitungan WACC terdiri dari data untuk perhitungan Biaya Modal Hutang (Cost of Debt) dan data untuk menghitung tingkat penembalian yang diinginkan pemegang saham.

5.1.3.1 Data untuk Menghitung Biaya Modal Hutang (Cost of Debt)

Jumlah utang diambil dari semua utang usaha perusahaan yang berasal dari dana pihak eksternal perusahaan yang dikenakan bunga. Berdasarkan hal ini, maka utang PT. Bank Sumut yang dikenakan bunga adalah Deposito, Tabungan, Giro, Pinjaman Berbunga, Call Money, utang pada Bank Indonesia dan bunga hadiah. Jadi, jumlah utang adalah penjumlahan dari semua utang-utang tersebut. Sedangkan besarnya bunga yang dibayar adalah jumlah bunga dari utang tersebut.


(75)

Tabel 5.12. Rekapitulasi Nilai Hutang dan Bunga

No Tahun Hutang (Rp) i

1 2003 2.739.149.875.933 110.366.701.238 2 2004 2.870.447.947.375 133.382.556.052 3 2005 3.702.892.603.277 257.988.561.322 4 2006 6.882.520.796.386 334.068.726.160 5 2007 7.768.161.693.678 361.439.897.326

5.1.3.2 Data untuk Menghitung Cost Of Equity

Data Free Risk diambil dari ketetapan BI disesuai dengan Suku Bunga Indonesia (SBI Rate)

Tabel 5.13. Data Suku Bunga Indonesia Ketetapan Bank Indonesia

Rf SBI Rate

2004 2005 2006 2007 2008

Jan 7.86 7.42 12.75 9.50 8.00

Feb 7.86 7.43 12.74 9.25 7.93

Mar 7.42 7.44 12.73 9.00 7.96

Apr 7.33 7.70 12.74 9.00 7.99

May 7.32 7.95 12.50 8.75 8.31

Jun 7.34 8.25 12.50 8.50 8.73

Jul 7.36 8.49 12.25 8.25 9.23

Aug 7.37 9.51 11.75 8.25 9.28 Sep 7.39 10.00 11.25 8.25 9.71 Oct 7.41 11.00 10.75 8.25 10.98 Nov 7.42 12.25 10.25 8.25 11.24 Dec 7.43 12.75 9.75 8.00 10.83

Average 7.46 9.18 11.83 8.60 9.18


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)