BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP ANAK DAN HARTA PERKAWINAN
KARENA PERCERAIAN A. Akibat Hukum Terhadap Anak
Dalam kodratnya, perjalanan hidup manusia dimulai dari lahir menjadi bayi kemudian menjadi anak
65
kecil, remaja dan berkembang menjadi dewasa. Dalam perjalanan hidup tersebut sangat diperlukan bimbingan dan pengarahan terutama
dalam masa transisi memasuki masa dewasa. Seorang anak memerlukan bantuan serta bimbingan dari orangtuanya atau walinya bahkan dari anggota masyarakat itu
sendiri, agar mereka tidak mengambil jalan yang salah dalam menghadapi persoalan bathin dan sekaligus menghindari dari hal-hal yang menjurus kepada hal negatif atau
perbuatan yang tidak berguna di tengah-tengah masyarakat. Tugas dan tanggung jawab baru ada setelah lahir anaknya yaitu tanggung
jawab memelihara anak seperti pengawasan dan perhatian serta pencukupan kebutuhan-kebutuhan hidup serta pendidikan anak dengan sebaik-baiknya yang terus-
menerus dari kedua orang tua sampai anak itu mencapai umur sebagai orang dewasa yang telah mampu berdiri sendiri.
Ada kalanya tanggung jawab pemeliharaan anak ini beralih atau berpindah kepada orang lain, pemeliharaan ini disebut dengan kekuasaan perwalian. Hal ini
disebabkan :
65
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Edisi ke-3, 2005, hal. 41, mengatakan anak adalah keturunan yang kedua.
Anastasius Rico Haratua Sitanggang : Analisis Yuridis Tentang Putusnya Perkawinan Akibat Perceraian..., 2009 USU Repository © 2008
59
1. Karena dicabutnya kekuasaan orangtuanya atas diri anak 2. Karena disebabkan meninggalnya kedua orang tua si anak
3. Karena perceraian.
Jika kekuasaan orang tua atas diri anak telah dicabut tidaklah berarti membebaskan orang tua si anak tersebut dari kewajiban untuk memberikan tunjangan
kehidupan jasmani terhadap si anak yang belum dewasa yang disesuaikan dengan pendapatan orang tua tersebut. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia jika kedua
orang tua tidak ada lagi, anak yang ditinggalkan yang belum dewasa langsung jatuh di bawah pemeliharaan kerabat laki-laki pada masyarakat patrilineal, pada kerabat si ibu
pada masyarakat matrilineal atau pada salah satu kerabat orang tua pada masyarakat parental.
Berkaitan dengan hal di atas, jika seorang anak ditinggal mati oleh kedua orangtuanya otomatis si anak tersebut jatuh di bawah pengawasan kaum kerabat,
pemeliharaan seperti ini dapat membawa dampak negatif dalam pelaksanaan pengurusan harta kekayaan anak. Hal ini dikarenakan tidak adanya perhitungan dan
pertanggungjawaban yang seharusnya dilakukan oleh seorang wali atau kerabat yang memelihara si anak.
Dalam menjamin keselamatan harta benda dan pemeliharaan diri pribadi si anak, peraturan membuat suatu ketentuan khusus di dalam UUP yaitu tentang
peraturan mengenai masalah perwalian yang diatur dalam Bab ke-XI dari undang- undang tersebut. Yang berada di bawah kekuasaan perwalian adalah mereka yang
Anastasius Rico Haratua Sitanggang : Analisis Yuridis Tentang Putusnya Perkawinan Akibat Perceraian..., 2009 USU Repository © 2008
belum dewasa dan tidak berada di bawah kekuasaan orang tua mereka berada di bawah kekuasaan perwalian yang terdiri dari :
1. Anak sah yang kedua orangtuanya telah dicabut kekuasaannya sebagai orang tua. 2. Anak sah yang kedua orangtuanya telah bercerai.
3. Anak yang lahir di luar perkawinan naturlijk ind. 4. Anak yang ditinggal mati oleh kedua orangtuanya.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, tentang Perkawinan yang berlaku sejak 1 Oktober 1975 yang sesuai dengan falsafah Pancasila serta cita-cita kesatuan dan
persatuan nasional di segala bidang, termasuk kesatuan hukum tentang perkawinan yang berlaku untuk semua warga negara. Dengan adanya Undang-Undang Perkawinan
ini maka tercapailah apa yang dicita-citakan selama ini mengenai kodifikasi dan unifikasi hukum, walaupun dalam hal ini hanya mengenai perkawinan saja.
Dalam perkawinan, masalah umur sangatlah penting untuk menentukan seseorang itu apakah sudah cakap untuk melakukan tindakan hukum atau belum
karena tindakan melakukan perkawinan adalah termasuk tindakan hukum. Jika diperhatikan ketentuan yang terdapat di dalam UUP tersebut, tidak ada suatu ketegasan
yang menyatakan umur berapakah seseorang itu dikatakan sudah dewasa atau belum. Ketentuan dalam Pasal 6 ayat 2 dan Pasal 47 UUP yang mana apabila
diperhatikan isi Pasal 6 ayat 2 tersebut bahwa anak yang sudah berumur 21 tahun dianggap sudah dewasa dan tidak perlu lagi mendapat izin dari kedua orangtuanya
dalam melangsungkan perkawinan. Bila ditafsirkan secara umum, isi Pasal 6 Ayat 2
Anastasius Rico Haratua Sitanggang : Analisis Yuridis Tentang Putusnya Perkawinan Akibat Perceraian..., 2009 USU Repository © 2008
tersebut maka terhadap anak yang belum berumur 21 tahun jika akan melangsungkan perkawinan harus mendapat izin dari kedua orangtuanya karena belum dewasa dan
belum dapat menentukan kehendaknya sendiri tanpa campur tangan dari orangtuanya. Menurut Pasal 47 UUP Ayat 1 menyatakan bahwa “Anak yang belum
mencapai umur 18 tahun dan belum pernah melangsungkan perkawinan ada di bawah kekuasaan orangtuanya selama mereka tidak dicabut kekuasaannya”. Sedangkan
menurut Ayat 2 bahwa “Orang tua mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum di dalam maupun di luar pengadilan”.
Jika dilakukan penafsiran terhadap Pasal 47 UUP ini maka anak yang telah berumur 18 tahun atau yang belum berumur 18 tahun tapi sudah kawin dapat
dianggap : 1. Tidak berada di bawah kekuasaan orangtuanya lagi.
2. Cakap melakukan tindakan hukum di dalam maupun di luar pengadilan tanpa diwakili oleh orang tua.
3. Sudah mampu dan berhak mengurus harta bendanya dan kepentingan sendiri walaupun tanpa mendapat bantuan dari orangtuanya.
Kedua pasal tersebut di atas, jelas bahwa pembuat undang-undang membuat 2 dua macam kategori untuk menentukan seseorang tersebut sudah dewasa atau belum.
Oleh sebab itu secara pasti tidak dapat ditentukan umur berapa seseorang itu sudah dianggap dewasa menurut undang-undang ini, kalau tidak terlebih dahulu dilihat
peristiwa yang dilakukan oleh orang yang bersangkutan.
Anastasius Rico Haratua Sitanggang : Analisis Yuridis Tentang Putusnya Perkawinan Akibat Perceraian..., 2009 USU Repository © 2008
Jika Pasal 6 ayat 2 dan Pasal 47 UUP tersebut dibandingkan lagi dengan isi Pasal 7 UUP akan terdapat lagi perbedaan mengenai ketentuan umur untuk cakap
melakukan tindakan hukum ini. Isi Pasal 7 UUP ayat 1 menyebutkan “perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 sembilan belas tahun dan
pihak wanita sudah mencapai umur 16 enam belas tahun”. Selanjutnya ayat 2 menyebutkan “dalam hal penyimpangan terhadap ayat 1 pasal ini dapat diminta
dispensasi kepada pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orangtuaya pihak pria maupun pihak wanita”.
Berdasarkan ketentuan di atas, berarti seorang anak yang telah mencapai umur 18 tahun bagi pria tidak dapat melangsungkan perkawinan kecuali ada dispensasi dari
pengadilan, maka terlihat seakan-akan ada kerancuan bilamana Pasal 7 ini dibandingkan dengan Pasal 47, dimana yang satu menyatakan seseorang sudah dewasa
apabila telah berumur 18 tahun dan sekaligus telah berwenang untuk bertindak dalam hukum, sedangkan di pihak lain menyatakan bahwa walaupun telah mencapai umur 18
tahun tetapi belum boleh kawin kecuali ada izin, maka di sini berarti berbeda umur dewasa dengan dewasa kawin.
Maka berdasarkan ketentuan Undang-Undang Perkawinan tersebut tidak ada suatu kepastian tentang umur seseorang itu dianggap sudah dewasa atau belum,
dimana menurut penjelasan UU No. 11974 bahwa umur dewasa adalah apabila si anak telah mencapai umur 21 tahun, kalau belum mencapai umur 21 tahun belum dewasa.
Apabila dia tidak berada di bawah kekuasaan orangtuanya, maka anak berada di bawah kekuasaan perwalian.
Anastasius Rico Haratua Sitanggang : Analisis Yuridis Tentang Putusnya Perkawinan Akibat Perceraian..., 2009 USU Repository © 2008
Perceraian mempunyai akibat bahwa kekuasaan orang tua ouderlijkemacht berakhir dan berubah menjadi “perwalian” voogdij.
66
Perwalian voogdij adalah pengawasan terhadap anak yang di bawah umur, yang tidak berada di bawah
kekuasaan orang tua serta pengurusan benda atau kekayaan anak tersebut diatur oleh undang-undang.
67
Dalam hal perceraian suami isteri melalui putusan pengadilan, dalam UUP tidak ada menyebutkan secara tegas bila ada anak, apakah anak itu akan berada dalam
wali ibunya atau bapaknya. Dalam Pasal 41 butir a menyebutkan “baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya, semata-mata
berdasarkan kepentingan si anak. Pasal ini tidak menyebutkan anak berada dalam wali ibu atau bapak. Jadi diserahkan kepada kesepakatan ibu maupun bapak tersebut. Bila
tidak ada kesepakatan, maka pengadilan yang memberi keputusan si anak berada pada ibu atau bapak.
Pasal 53 UUP menyebutkan wali dapat dicabut dari kekuasaannya, dalam hal- hal yang disebut dalam Pasal 49 UUP yaitu :
1. Wali sangat melalaikan kewajibannya terhadap anak perwalian tersebut, 2. Wali berkelakuan buruk sebagai walinya.
Apabila kekuasaan wali dicabut maka pengadilan menunjuk orang lain sebagai walinya Pasal 53 Ayat 2 UUP. Dalam hal apabila wali menyebabkan kerugian
pada si anak maka menurut ketentuan Pasal 54 UUP menyatakan, wali yang telah menyebabkan kerugian pada harta benda anak yang berada di bawah kekuasaannya,
66
Subekti, Pokok Hukum Perdata, Penerbit PT. Intermasa, Cet. 17, 2003, hal. 52.
67
Ibid., hal. 52.
Anastasius Rico Haratua Sitanggang : Analisis Yuridis Tentang Putusnya Perkawinan Akibat Perceraian..., 2009 USU Repository © 2008
atas tuntutan anak atau keluarga anak tersebut dengan putusan pengadilan, yang bersangkutan dapat diwajibkan untuk mengganti kerugian tersebut.
Dalam kasus perceraian, Putusan PN Siak Sri Indrapura No. 02Pdt.G2007PN.Siak, dalam Amar Putusannya, Hakim yang memeriksa dan
mengadili tidak memuat: “anak yang di bawah umur berada dalam wali ibu atau wali bapak”. Hal ini dapat dipahami dengan alasan antara lain :
1. Pemmy Tanet berumur 18 delapan belas tahun dan telah sekolah ke luar negeri, jadi ibu dan bapaknya hanya diberi tanggung jawab secara ekonomi
baik biaya pendidikan maupun biaya kehidupannya. 2. Dalam petitum Penggugat tidak menyebutkan tentang perwalian anak, jadi
hakim tidak boleh mengabulkan melebihi apa yang dituntut Penggugat. Sedangkan dalam Pasal 229 ayat 1 KUHPerdata menentukan bahwa sesudah
putusan perceraian dinyatakan maka setelah mendengarkan pendapat dan pikiran orangtua dan keluarga anak-anak yang minderjarig maka pengadilan memutuskan
terhadap tiap-tiap anak itu siapa diantara orangtuanya akan memerlukan perwalian atas anak-anak itu dengan mengingat apakah mereka masih mempunyai kekuasaan
orangtua kalau sudah dihentikandibebaskan = ontheven atau dicabut = onzet maka tidak dapatlah menjadi wali.
68
Dalam Putusan Pengadilan Negeri Siak Sri Indrapura lainnya yaitu Putusan Nomor 10Pdt.G2007PN.Siak dapat diketahui status anak setelah ibu bapaknya
68
R. Soetojo Prawiroharmidjojo dan Asis Safioedin, Hukum Orang dan Keluarga, Penerbit Alumni, Bandung, Cet. 3, 1986, hal. 122-123.
Anastasius Rico Haratua Sitanggang : Analisis Yuridis Tentang Putusnya Perkawinan Akibat Perceraian..., 2009 USU Repository © 2008
bercerai. Beberapa kutipan dari Putusan Pengadilan Negeri Siak Sri Indrapura yang telah berkekuatan hukum tetap yaitu salah satunya dalam perkara antara Herman alias
A Hong yang memberi kuasa kepada Azium Asyaari, SH, MH dan Edi Azmi, SH, dari Law Office Azium Asyaari, SH, MH Associates Advocates-Legal Consultant lawan
Heriyanti alias Hui Lai.
Kasus Posisi :
1. Bahwa Penggugat telah melangsungkan perkawinan dengan Tergugat pada tanggal 07 Maret 2001 di Kantor Catatan Sipil berdasarkan Akta
Perkawinan No. 262001. 2. Bahwa dari perkawinan tersebut telah dilahirkan 5 lima orang anak
yaitu : a. VIVI YOW RENCHA, umur 12 tahun
b. VEREN YOU RENCHA, umur 10 tahun c. SINTIYA YOU RENCHA, umur 9 tahun
d. ALFINDO, umur 6 tahun e. NOVIANTO, umur 2 tahun.
3. Bahwa antara Penggugat dan Tergugat telah terjadi perselisihan secara terus menerus sehingga perkawinan sudah tidak dapat dipertahankan lagi,
sebab-sebab perselisihan tersebut antara lain : a. Bahwa Tergugat sering berbohong atau tidak jujur kepada Penggugat
terhadap sesuatu yang diperoleh tanpa sepengetahuan Penggugat, sehingga terjadi cekcok yang dikhawatirkan akan timbul masalah
pidana;
b. Bahwa Tergugat menyatakan minta cerai apabila adanya pertengkaran dengan Penggugat;
c. Bahwa Tergugat tidak peduli dengan anak-anak dan keluarga dan di tempat tidurpun Tergugat sudah berpaling memberi punggung pada
pemohon; d. Bahwa Penggugat berusaha semaksimal mungkin untuk memaafkan
Tergugat, sejak tahun 2005 terjadi pertengkaran Penggugat dan Tergugat, Penggugat mencoba bersabar untuk tidak mengakhiri
perkawinan, namun akhir-akhir ini Tergugat mengulangi kembali perbuatannya;
4. Bahwa karena perkawinan tidak mungkin dipertahankan lagi, maka mohon agar perkawinan Penggugat dengan Tergugat dinyatakan putus karena
perceraian dengan segala akibat hukumnya. Bahwa anak-anak dari perkawinan antara Penggugat dan Tergugat masih membutuhkan perhatian
dan kasih sayang Penggugat sebagai bapaknya, oleh karena ibunya tidak
Anastasius Rico Haratua Sitanggang : Analisis Yuridis Tentang Putusnya Perkawinan Akibat Perceraian..., 2009 USU Repository © 2008
memberi contoh yang baik bagi masa depan anak-anak, untuk itu mohon ditetapkan Penggugat sebagai wali dari anak-anak.
M E N G A D I L I : DALAM KONVENSI :
Tentang Eksepsi : Menolak Eksepsi Tergugat untuk seluruhnya;
Tentang Pokok Perkara :
Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebahagian; Menyatakan perkawinan antara Penggugat dengan Tergugat
berdasarkan Akta Perkawinan Nomor 262001, tertanggal 07 Maret 2001 yang dikeluarkan oleh Kantor Dinas KependudukanCatatan Sipil
Kabupaten Siak adalah putus karena perceraian dengan segala akibat hukumnya;
Memerintahkan kepada Pegawai Dinas KependudukanCatatan Sipil Kabupaten Siak agar mendaftarkan dalam register yang bersangkutan
tentang perceraian antara Penggugat dan Tergugat setelah putusan ini berkekuatan hukum tetap;
Menetapkan Penggugat selaku Wali Pengasuh atas 1 satu orang anak yang lahir dalam perkawinan antara Penggugat dengan Tergugat yaitu
yang bernama VIVI YOW RENCHA;
Menolak gugatan Penggugat untuk selebihnya; Menghukum Penggugat dan Tergugat untuk membayar biaya perkara
sebesar Rp. 1.000.000,- satu juta rupiah secara tanggung renteng; DALAM REKONVENSI :
Mengabulkan gugatan Penggugat dalam rekonpensi untuk sebahagian; Menetapkan Penggugat dalam Rekonpensi selaku Wali Pengasuh atas 4
empat orang anak yang lahir dalam perkawinan antara Penggugat RekonpensiTergugat Konpensi dengan Tergugat Rekonpensi
Penggugat Konpensi yaitu yang bernama : 1. VEREN YOU RENCHA perempuan;
2. SINTIYA YOU RENCHA perempuan; 3. ALFINDO
laki-laki; 4. NOVIANTO
laki-laki; Menghukum Tergugat dalam Rekonpensi untuk membayar, memenuhi
kebutuhan hidup 4 empat orang anak masing-masing sebesar Rp. 750.000,- tujuh ratus lima puluh ribu rupiah untuk setiap orang anak
setiap bulannya;
Menolak gugatan Penggugat dalam Rekonpensi untuk selebihnya dalam Konpensi dan Rekonpensi.
69
69
Putusan Pengadilan Negeri Siak Sri Indrapura No. 10Pdt.G2007PN-Siak.
Anastasius Rico Haratua Sitanggang : Analisis Yuridis Tentang Putusnya Perkawinan Akibat Perceraian..., 2009 USU Repository © 2008
Dari berkas perkara perceraian itu diketahui bahwa menurut Majelis Hakim, latar belakang timbulnya perkara ini adalah akibat adanya pertengkaran yang
berlangsung terus menerus antara Penggugat dan Tergugat sebagaimana oleh Penggugat telah menguraikan secara lengkap dalam dalil-dalil gugatannya serta juga
diuraikan secara lengkap oleh Tergugat dalam dalil-dalil sangkalannya. Ketentuan Pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975
Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan yang menyebutkan bahwa salah satu alasan yang dapat digunakan untuk mengajukan
perceraian adalah bahwa antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
Penggugat sendiri di persidangan menyatakan bahwa hubungan antara Penggugat dan Tergugat tidak mungkin dapat dipertahankan lagi dan pada prinsipnya
tetap pada keinginannya untuk bercerai dengan Tergugat. Majelis Hakim berkeyakinan bahwa telah terjadi pertengkaran yang sifatnya rutin dan terus-menerus antara
Penggugat dan Tergugat sehingga kelangsungan rumah tangga dan perkawinan antara Penggugat dan Tergugat sudah tidak dapat dipertahankan lagi dan tidak ada harapan
akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga sebagaimana yang diharapkan oleh Undang-Undang.
Berdasarkan alasan tersebut di atas dan sesuai dengan ketentuan Pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, serta untuk menghindari dampak yang mungkin timbul di antara Penggugat dan Tergugat misalnya terjadinya perbuatan
Anastasius Rico Haratua Sitanggang : Analisis Yuridis Tentang Putusnya Perkawinan Akibat Perceraian..., 2009 USU Repository © 2008
pidana dari salah satu pihak ke pihak lain, Majelis Hakim berpendapat bahwa sudah cukup alasan untuk mengabulkan gugatan Penggugat dalam hal menyatakan putusnya
perkawinan antara Penggugat dan Tergugat dengan segala akibat hukumnya. Dalam gugatannya Penggugat juga memohon agar ditetapkan sebagai wali dari
5 lima orang anak hasil perkawinan Penggugat dan Tergugat, maka selanjutnya Majelis Hakim mempertimbangkannya sebagai berikut :
1. Penggugat sering tidak berada di rumah karena bekerja di luar kota,
namun 4 empat orang anak-anak yang tinggal pada Tergugat tetap terpelihara dengan baik sampai sekarang dan juga secara emosional anak-
anak tersebut dekat dengan ibunya. 2.
Penggugat yang menyatakan bahwa Tergugat juga tidak punya pekerjaan sehingga tidak bisa menghidupi anak-anak, tidak dapat dijadikan sebagai
alasan untuk menetapkan status perwalian terhadap anak di tangan Penggugat karena berdasarkan ketentuan Pasal 41 huruf b Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang pada pokoknya menekankan bahwa apabila terjadi perceraian antara orang tua, bapak diberi tanggung jawab
atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak, bilamana bapak dalam kenyataannya tidak dapat memenuhi kewajiban
tersebut, Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut.
3. Perkawinan antara Penggugat dan Tergugat yang telah mendapat 5 lima
orang anak, berdasarkan fakta hukum yang terungkap di persidangan,
Anastasius Rico Haratua Sitanggang : Analisis Yuridis Tentang Putusnya Perkawinan Akibat Perceraian..., 2009 USU Repository © 2008
ternyata bahwa anak-anak tersebut 4 empat orang diantaranya yaitu Veren Yow Rencha, Sintia Yow Rencha, Alfindo dan Novianto saat ini
masih berusia di bawah 12 dua belas tahun, dan hanya anak yang paling sulung yaitu Vivi Yow Rencha saat ini telah berusia 12 dua belas tahun.
4. Terhadap anak yang masih berusia di bawah 12 dua belas tahun Majelis
Hakim berpendapat bahwa mereka masih membutuhkan kedekatan emosional dengan ibunya yaitu Tergugat dan juga selama ini tinggal
bersama dan di bawah pengasuhan dan perawatan Tergugat, sehingga dengan demikian Tergugat pantas ditetapkan sebagai wali dari 4 empat
orang anak tersebut dan Penggugat diberikan kewajiban untuk tetap memberi biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak setiap
bulannya. 5.
Terhadap anak yang sulung yaitu Vivi Yow Rencha, berdasarkan fakta hukum yang terungkap di persidangan bahwa saat ini tidak lagi tinggal
bersama dengan Penggugat maupun Tergugat, namun tinggal bersama bibinya saudara perempuan Penggugat karena bersekolah di Kota
Batam atas biaya Penggugat. Dalam hal ini Majelis Hakim berpendapat bahwa permohonan Penggugat untuk ditetapkan sebagai wali terhadap
anak-anak hasil perkawinannya dengan Tergugat dapat dikabulkan hanya terhadap anak yang paling sulung yaitu Vivi Yow Rencha, karena pada
kenyataannya sebagaimana yang terungkap di persidangan, anak tersebut tidak lagi tinggal bersama Tergugat maupun Penggugat sehingga dalam
Anastasius Rico Haratua Sitanggang : Analisis Yuridis Tentang Putusnya Perkawinan Akibat Perceraian..., 2009 USU Repository © 2008
hal ini Majelis Hakim berpendapat bahwa Penggugat dapat ditetapkan sebagai wali terhadap anaknya yang paling sulung yaitu Vivi Yow
Rencha dan Penggugat diberikan kewajiban untuk tetap memberi biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak tersebut setiap
bulannya.
B. Akibat Hukum Terhadap Harta Perkawinan