pengambilan keputusan untuk berinteraksi dengan berbagai cara atau pendekatan dan gaya.
C. Perilaku Biaya
Hansen dan Mowen 2005:84 mendefinisikan perilaku biaya sebagai “istilah umum untuk menggambarkan apakah biaya berubah seiring dengan perubahan
output”. Biaya-biaya bereaksi pada perubahan output seperti perubahan biaya tetap, biaya variabel, dan biaya campuran.
Menurut Halim dan Supomo 2005:22, perubahan biaya total sebagai akibat dari perubahan volume kegiatan perusahaan memiliki 3 pola yaitu:
1. Jumlahnya tetap, meskipun volume kegiatan berubah biaya tetap.
2. Jumlahnya berubah secara proporsional dengan perubahan volume kegiatan biaya
variabel. 3.
Jumlahnya berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan biaya semi variabel.
Untuk menentukan pola perilaku sebagaimana dinyatakan dalam fungsi tersebut di atas, terdapat berbagai metodependekatan. Menurut Halim dan Supomo
2005:24, terdapat tiga pendekatan dalam menentukan pola perilaku biaya yaitu: 1.
Pendekatan intuisi 2.
Pendekatan analisis enjinering 3.
Pendekatan analisis data biaya masa lalu. Pendekatan intuisi didasari intuisi manajemen. Intuisi tersebut bisa didasarkan
oleh surat-surat keputusan, kontrak-kontrak kerja dengan pihak lain, dan sebagainya. Misalnya, manajemen menetapkan biaya penyusutan merupakan biaya tetap, biaya
komisi merupakan biaya variabel, dan lain sebagainya. Pendekatan ini kurang ilmiah. Pendekatan analisis enjinering didasarkan pada hubungan fisik yang jelas
antara masukan dengan keluaran. Misalnya, pada sebuah perusahaan yang memproduksi mobil, maka sebuah mobil secara fisik dapat diketahui akan
Universitas Sumatera Utara
memerlukan sebuah mesin, 4 buah ban, dan lain sebagainya. Dengan demikian, harga ban merupakan harga yang membentuk biaya variabel. Biaya gaji atau upah insinyur
atau tenaga kerja yang terlibat langsung dengan pengolahan fisik ban mobil merupakan biaya variabel. Bila tidak ada hubungan fisik secara langsung, maka akan
termasuk ke dalam biaya tetap. Pendekatan ini memang teliti, namun sering kali memerlukan waktu dan biaya yang relatif tinggi.
Pendekatan analisis data biaya masa lalu didasarkan pada data biaya masa lalu. Pendekatan ini berasumsi bahwa biaya di masa yang akan datang sama
perilakunya dengan biaya di masa yang lalu. Data biaya masa lalu dianalisis untuk mengetahui perilaku masing-masing biaya.
Menurut Halim dan Supomo 2005:30, untuk memudahkan manajemen dalam perencanaan dan pengendalian, biaya tetap dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Biaya tetap komitet.
2. Biaya tetap diskresionari.
Penggolongan biaya tetap menjadi biaya tetap komitet berdasarkan pada mudah atau tidaknya biaya tetap dieliminasi atau dikurangi oleh manajemen. Biaya
tetap komitet merupakan jenis biaya tetap yang tidak mudah dieliminasi atau dikurangi oleh manajemen, karena umumnya biaya ini timbul dari pendirian
perusahaan atau pemilikan ekuipmen. Dengan kata lain, biaya tetap komitet terjadi sebagai akibat keputusan manajemen di masa yang akan datang. Biaya tetap komitet
pada umumnya akan tetap timbul, meskipun perusahaan menghentikan kegiatan usahanya. Contoh biaya tetap komitet adalah biaya depresiasi gedung pabrik dan
ekuipmen, pajak bumi dan bangunan, biaya sewa jangka panjang, dan gaji direksi. Pada biaya tetap diskresionari, biaya tetap dapat dieliminasi atau dikurangi
oleh manajemen, karena pada umumnya biaya ini timbul dari kebijakan manajemen
Universitas Sumatera Utara
dalam penyusunan anggaran. Biaya tetap diskresionari yang terdapat dalam suatu tahun tertentu dapat dihapus atau dikurangi pada tahun berikutnya berdasarkan
kebijakan manajemen. Contoh biaya tetap diskresionari seperti biaya promosi, biaya riset dan pengembangan, biaya konsultan dan gaji pegawai honorer.
Menurut Halim dan Supomo 2005:31, biaya variabel dapat digolongkan menjadi biaya enjiner dan biaya variabel diskresionari yaitu:
1. Biaya variabel enjiner.
2. Biaya variabel diskresionari.
Biaya variabel enjiner mempunyai hubungan fisik dengan volume kegiatan perusahaan. Biaya ini bersifat variabel karena antara masukan dan keluarannya
mempunyai hubungan yang optimum. Sebagai contoh adalah biaya bahan baku. Sebagai masukan, bahan baku mempunyai hubungan optimum dengan hasil produksi.
Pada biaya variabel diskresionari bersifat variabel karena kebijakan manajemen. Biaya ini berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan, karena
manajemen menghendaki demikian. Sebagai contoh, biaya komisi penjualan yang ditentukan manajemen sebesar 5 dari hasil penjualan. Biaya komisi penjualan
jumlahnya akan berubah secara proporsional sesuai dengan perubahan hasil penjualan.
Menurut Halim dan Supomo 2005:31, ada faktor-faktor yang harus diperhitungkan dalam menetapkan pola perilaku suatu biaya, yaitu:
1. Harus dipilih biaya yang akan diselediki pola perilakunya. Biaya ini merupakan
variabel tidak bebas dan biasanya dinyatakan dengan simbol y. 2.
Harus dipilih variabel bebas yaitu sesuatu yang menyebabkan biaya tersebut berfluktuasi.
3. Dengan demikian, variabel tidak bebas seperti biaya reparasi dan pemeliharaan
dapat dinyatakan dalam suatu fungsi dari variabel bebas seperti jam mesin.
Asumsi yang mendasari penggambaran hubungan linear antara total biaya dengan variabel bebas adalah hubungan teknologi antara masukan dan keluaran harus
Universitas Sumatera Utara
linear. Sebagai contoh, setiap satuan produk selesai harus memerlukan jumlah bahan baku yang sama. Masukan yang dibeli harus sama dengan masukan yang digunakan,
misalnya setiap karyawan dimanfaatkan secara penuh dan harga pokok masukan yang dibeli harus mempunyai fungsi linear dengan kuantitas yang dibeli, seperti harga
bahan baku per satuan harus sama untuk jumlah pembelian berapapun. D. Anggaran
Nafarin 2004:12 mendefinisikan anggaran sebagai “suatu rencana keuangan periodik yang disusun berdasarkan program yang telah disahkan.” Sementara
Anthony dan Govindarajan 2005:3 mendefinisikan anggaran sebagai “alat penting untuk perencanaan dan pengendalian jangka pendek yang efektif dalam organisasi”.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa anggaran merupakan alat untuk merencanakan dan mengendalikan keuangan perusahaan yang penyusunannya
dilakukan secara periodik. Bentuk proses pembuatan anggaran seperti pada Gambar 2.1 berikut:
Perencanaan Strategis
Opsi strategis A Opsi strategis B
Opsi strategis C
Pembuatan Anggaran
Opsi strategis
A
Opsi strategis
C
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Bentuk Proses Pembuatan Anggaran Sumber: Anthony dan Govindarajan, 2005:3
Suatu anggaran memerlukan komitmen sumber daya untuk tahun mendatang. Oleh karena itu, manajemen perlu membuat komitmen sumber daya semacam itu
dengan ide yang jelas mengenai kearah mana arah organisasi untuk beberapa tahun ke depan. Suatu rencana strategis menyediakan kerangka kerja yang lebih luas.
Dengan demikian, manfaat penting dari pembuatan suatu rencana strategis adalah bahwa rencana tersebut memfasilitasi formulasi dari anggaran yang efektif. Di
dalam suatu perusahaan, perencanaan anggaran harus sesuai dengan sumber dana dan investasi dana serta perlu diketahui secara jelas sumber dana perusahaan, seperti
diperoleh dari mana dan berapa jumlah investasi dana yang disanggupi perusahaan, dimana hal ini memerlukan pelaksanaan fungsi perencanaan dan pengawasan.
Dengan dilaksanakannya fungsi perencanaan dan pengawasan, perusahaan dapat lebih mudah melakukan tindakan, pengawasan dan pengambilan keputusan
seperti memberikan batasan atas jumlah dana yang akan dicari dan digunakan,
merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis investasi dana sehingga dapat memudahkan pengawasan, menyempurnakan rencana yang telah disusun karena
dengan anggaran terlihat lebih jelas dan nyata, merealisasikan sumber dan investasi dana agar dapat mencapai hasil yang maksimal serta menampung, menganalisis, dan
memutuskan setiap usulan yang berkaitan dengan keuangan. Berdasarkan kegunaan atau manfaat anggaran, maka anggaran mempunyai
fungsi perencanaan, komunikasi, motivasi, pengendalian, evaluasi, dan pendidikan. Dalam fungsi perencanaan, anggaran merupakan salah satu kegiatan yang berkaitan
Universitas Sumatera Utara
dengan perencanaan, di samping program. Para manajer dalam menyusun anggaran harus mempertimbangkan kemungkinan perubahan kondisi pada masa yang akan
datang dan menentukan langkah yang diperlukan dalam menghadapi perubahan kondisi tersebut.
Dalam fungsi komunikasi, rencana kegiatan yang telah disusun oleh manajemen tidak akan dapat dilaksanakan dengan baik jika manajemen yang
bersangkutan tidak cukup memahami apa yang dimaksud dalam rencana tersebut. Pemahaman yang cukup, tidak hanya pengetahuan mengenai rencana tertentu,
misalnya jumlah produk atau jasa yang dihasilkan, metode produksi yang digunakan, spesifikasi tenaga kerja dan peralatan yang digunakan, jumlah bahan baku yang
diperlukan atau penentuan harga jual, tetapi juga meliputi pemahaman mengenai kebijakan yang akan diterapkan dan kemungkinan kendala yang akan dihadapi oleh
organisasi. Misalnya penguasaan informasi mengenai jumlah biaya maksimum untuk iklan, pemeliharaan, dan administrasi. Demikian juga pengetahuan mengenai tingkat
upah, jam kerja, dan tingkat kualitas yang diinginkan. Dalam fungsi motivasi, anggaran dapat berfungsi sebagai alat pendorong yang
dapat memotivasi para manajer dalam mencapai tujuan pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya dan tujuan perusahaan secara keseluruhan. Motivasi tersebut akan
semakin meningkat jika para manajer berperan secara aktif dalam menyusun dan melaksanakan anggaran tersebut.
Dalam fungsi pengendalian, suatu anggaran memuat tentang hasil-hasil yang diinginkan oleh suatu organisasi atau bagian organisasi dalam jangka waktu tertentu.
Anggaran perlu disusun secara cermat, agar dapat digunakan sebagai dasar pembanding bagi realisasi anggaran. Dalam proses pengendalian, manajemen
Universitas Sumatera Utara
menjamin bahwa kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan hasil-hasil yang diinginkan seperti yang termuat dalam anggaran.
Dalam fungsi evaluasi, dapat dilihat perbandingan antara realisasi dengan anggaran. Hasil perbandingan antara realisasi dengan anggaran selama satu tahun
umumnya merupakan faktor yang menentukan untuk mengevaluasi setiap manajer dan pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya.
Dalam fungsi pendidikan, anggaran berfungsi sebagai piranti pendidikan para manajer. Hal ini terutama dalam kaitannya dengan segala macam pekerjaan yang ada
dalam pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya dan pertaliannya dengan pusat- pusat pertanggungjawaban yang lain di dalam organisasi.
Proses penyusunan anggaran terdiri dari perencanaan strategis dan prediksi. Perencanaan strategis merupakan proses untuk memutuskan hakikat dan ukuran dari
beberapa program yang harus dijalankan guna mengimplementasikan berbagai strategi organisasi. Perencanaan strategis dan penyusunan anggaran melibatkan
perencanaan, namun jenis aktivitas perencanaannya adalah berbeda antara kedua proses tersebut.
Proses penyusunan anggaran berfokus pada satu tahun, sementara perencanaan strategis berfokus pada aktivitas–aktivitas yang mencakup periode
beberapa tahun. Perencanaan strategis mendahului penyusunan anggaran dan menyediakan kerangka kerja dimana anggaran tahunan dikembangkan. Suatu
anggaran, intinya merupakan potongan satu tahun dari rencana strategis organisasi, dimana proses penyusunan anggaran mencakup lebih dari sekedar mengiris satu
potongan. Perbedaan lain antara rencana strategis dan anggaran adalah bahwa rencana strategis intinya terstruktur berdasarkan lini produk atau program lain, sementara
anggaran terstruktur berdasarkan pusat tanggung jawab.
Universitas Sumatera Utara
Pengaturan ulang program penting untuk dilakukan berkaitan dengan pusat tanggung jawab yang bertugas untuk melaksanakannya, karena anggaran tersebut
akan digunakan untuk mempengaruhi kinerja manajer sebelum terjadi dan menilai kegiatan tersebut sesudah terjadi. Anggaran berbeda dari prediksi dalam beberapa hal.
Suatu anggaran merupakan suatu rencana manajemen dengan asumsi implisit bahwa langkah–langkah positif akan diambil oleh pembuat anggaran dimana manajer yang
menyusun anggaran membuat kegiatan nyata sesuai dengan rencana. Suatu prediksi hanyalah suatu perkiraan akan apa yang mungkin terjadi, tetapi tidak mengandung
implikasi bahwa pembuat prediksi akan berupaya untuk membentuk kejadian sehingga prediksinya akan terealisasi.
Dalam proses penyusunan anggaran, diperlukan tindakan pengambilan keputusan yang tepat dalam menentukan jumlah anggaran yang sesuai. Tujuan
pengambilan keputusan ini adalah untuk memutuskan suatu masalah dengan pemilihan alternatif yang terbaik. Di dalam ruang lingkup perusahaan yang masih
sederhana, secara relatif proses pengambilan keputusannya juga bersifat sederhana. Akan tetapi, dalam ruang lingkup perusahaan yang sudah luas dengan aktivitas yang
sudah kompleks, pengambilan keputusan akan menjadi lebih rumit.
E. Analisis Impas Break-Even