kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban dengan ekuitas. Analisis yang dihasilkan dapat membantu investor untuk mengetahui return yang akan
diperolehnya pada periode yang akan datang.
2.4 Pengembangan Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pada beberapa pernyataan yang diajukan pada perumusan masalah, tujuan penelitian, kajian teori, kerangka konseptual, dan juga
berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya maka penulis merumuskan beberapa hipotesis sebagai berikut :
2.4.1 Hipotesis mengenai pengaruh Inventory Turnover terhadap Return saham Menurut Gumanti 2011:116, rasio perputaran persediaan menunjukan
berapa lama barang harus mengendap digudang sebelum laku terjual. Apabila rasio ini semakin kecil maka semakin buruk pula suatu kondisi perusahaan, hal ini
berarti kegiatan penjualan mengalami hambatan, karena dengan masa perputaran persediaan dari tahun ke tahun yang masih mengalami penurunan maka akan
memperlambat persediaan tersebut menjadi uang kembali dan ini akan menghasilkan risiko kerugian bagi perusahaan dengan memperoleh return yang
rendah. Inventory Tunover yang peningkatannya disebabkan oleh peningkatan penjualan, maka risiko yang dihadapi oleh perusahaan juga meningkat.
Perusahaan yang mampu meningkatkan penjualan karena pengelolaannya yang baik, maka risiko yang dihadapinya rendah, namun belum tentun return yang
diperoleh juga rendah. Perusahaan yang mampu meningkatkan penjualan dalam rangka harus menjual atau mengejar target, maka akan menghadapi risiko yang
tinggi, serta dapat menghasilkan return yang tinggi. Wahyu dkk 2010, dan Ashoub dan Hoshmand 2012 menunjukan hasil
yang konsisten bahwa Inventory merupakan variabel fundamental yang berpengaruh positif terhadap return saham. Dengan mempertimbangkan hasil
penelitian terdahulu, hipotesis yang diajukan adalah : H
1
: Inventory Turnover berpengaruh positif terhadap Return saham perusahaan manufaktur di BEI
2.4.2 Hipotesis mengenai pengaruh Accounts ReceivableTurnover terhadap Return saham
Accounts Receivable Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola dana yang tertanam dalam piutang yang berputar
pada suatu periode tertentu. Menurut Kasmir 2011:176, perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur barapa lama penagihan piutang
selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar selama satu periode.
Perputaran piutang dalam satu periode biasanya 30-60 hari, selambat- lambatnya perputaran piutang adalah kurang dari satu tahun. Semakin lunak
syarat pembayarannya maka semakin lama modal tersebut terikat dalam piutang yang berarti tingkat perputarannya semakin rendah. Kenaikan Accounts
Receivable Turnover disebabkan oleh meningkatnya piutang, sehingga perusahaan harus menghadapi risiko yang tinggi untuk memperoleh return yang tinggi.
Accounts Receivable Turnover yang menurun merupakan dampak dari menurunnya piutang, sehingga perusahaan hanya menghadapi risiko yang rendah
dengan memperoleh return yang rendah. Abarbanell dan Bushee 1997 menunjukan hasil Accounts Receivable Turnover berpengaruh positif terhadap
return saham. Dengan mempertimbangkan hasil penelitian terdahulu, hipotesis yang diajukan adalah :
H
2
: Accounts Receivable Turnover berpengaruh positif terhadap Return saham perusahaan manufaktur di BEI
2.4.3 Hipotesis mengenai pengaruh Gross Profit Margin terhadap Return saham Menurut Kasmir 2008:200, margin laba kotor menunjukkan laba yang
relatif terhadap perusahaan, dengan cara penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi
perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih rendah dibandingkan dengan penjualan. Risiko yang dihadapi oleh
perusahaan akan lebih besar untuk menghasilkan return yang tinggi. Sebaliknya,
semakin rendah gross profit margin semakin kurang baik operasi perusahaan, sehingga risiko yang dihadapi rendah dan menghasilkan return yang juga rendah.
Namun demikian, bukti-bukti empiris menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap return saham misalnya, Lev dan Thiagarajan 1993,
Abarbanell dan Bushee 1997, dan Seng dan Hancock 2012 menunjukkan hasil secara konsisten bahwa gross profit margin berpengaruh negatif terhadap return
saham. Berbeda dengan penelitian tersebut, Wahyu, Thantawi, dan Moeljadi 2010 menemukan bahwa gross profit margin berpengaruh positif terhadap
return saham. Mengacu pada argumentasi bahwa laba dan risiko berhubungan positif, hipotesis yang diajukan adalah :
H
3
: Gross Profit Margin berpengaruh positif terhadap Return saham perusahaan manufaktur di BEI
2.4.4 Hipotesis mengenai pengaruh Labor Force terhadap Return saham Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pengertian
tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat. Jumlah tenaga kerja pada suatu perusahaan menentukan kualitas produk
yang dihasilkan, karena setiap tenaga kerja memiliki bagian dan tanggung jawabnya masing-masing, maka semakin banyak tenaga kerja harusnya semakin
baik kinerja suatu perusahaan dalam menghasilkan produk. Semakin banyak jumlah tenaga kerja, maka perusahaan akan mengeluarkan intensif yang tinggi.
Lev dan Thiagarajan 1993, Abarbanell dan Bushee 1997, dan Seng dan Hancock 2012 menunjukkan labor force berpengaruh negatif terhadap return
saham. Dengan mempertimbangkan hasil penelitian terdahulu, hipotesis yang diajukan adalah :
H
4
: Labor Force berpengaruh negatif terhadap Return saham perusahaan manufaktur di BEI
2.4.5 Hipotesis mengenai pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Return saham Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang menunjukan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban dengan ekuitas. Analisis yang dihasilkan dapat membantu investor untuk mengetahui return yang akan diperolehnya pada
periode yang akan datang. Menurut Kasmir 2010:156, Debt to Equity merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dan ekuitas. Rasio ini
menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang yang diberikan kepada para kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik
perusahaan. Rasio DER yang meningkat dari setiap periode menunjukan bahwa kinerja keuangan perusahaan sudah baik, karena perusahaan mampu menutup
hutangnya melalui modalnya sendiri dengan cukup baik. Nuza 2012 menemukan bahwa Debt to Equity Ratio DER berpengaruh
positif terhadap return saham, tetapi Kennedy 2003 menemukan hal sebaliknya, dimana Debt to Equity Ratio DER berpengaruh negatif terhadap return saham.
Dengan mempertimbangkan hasil penelitian terdahulu dan teori yang ada, hipotesis yang diajukan adalah :
H
5
: Debt to Equity Ratio berpengaruh positif terhadap Return saham
perusahaan manufaktur di BEI
BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian