1. Bagaimana watak saya sebenarnya? Apa yang membuat saya bahagia atau sedih? Apa yang sangat mencemaskan saya?
2. Bagaiamana orang lain memandang saya? Apakah mereka menghargai atau merendahkan saya? Apakah mereka membenci
atau menyukai saya? 3. Bagaimana pandangan saya tentang penampilan saya?apakah saya
orang yang cantik atau jelek? Apakah tubuh saya kuat atau lemah? Jawaban pada tiga pertanyaan yang pertama menunjukkan persepsi
psikologis tentang diri kita, jawaban pada tiga pertanyaan kedua persepsi sosial tentang diri kita, dan jawaban pada tiga pertanyaan terakhir yaitu
persepsi fisis tentang diri kita. Konsep diri bukan hanya sekedar gambaran deskriptif, tetapi juga penilaian kita tentang diri kita. Jadi, konsep diri
meliputi apa yang kita pikirkan dan apa yang kita rasakan tentang diri kita. Anita Taylor et al mendefinisikan konsep diri sebagai “all you think and
feel about you, the entire complex of beliefs and attitudes you hold about yourself”, “semua yang anda pikirkan dan anda rasakan adalah seluruh
kompleks dari keyakinan dan sikap yang anda pegang tentang diri anda.” Rakhmat, 2005: 100
Terdapat dua komponen konsep diri yaitu komponen kognitif dan komponen afektif. Contoh komponen kognitif ialah “saya ini orang bodoh”
dan komponen afektif kita berkata, “saya senang diri saya bodoh, ini lebih baik bagi saya”. Ada juga contoh lain yang komponen kognitifnya sama
seperti tadi tetapi komponen afektifnya berkata, “saya malu sekali karena saya menjadi orang bodoh.” Dalam psikologi sosial, komponen kognitif
disebut citra-diri self image, dan komponen afektif disebut harga-diri self esteem. Rakhmat, 2005: 100
2.2.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep Diri
Faktor paling kuat yang dapat mempengaruhi konsep diri seseorang ialah orang lain. Harry Stack Sullivan 1953 menjelaskan bahwa jika kita diterima
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan diri kita, kita akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita. Sebaliknya, bila orang lain selalu
meremehkan kita, menyalahkan kita dan menolak kita, kita akan cenderung tidak
akan menyenangi diri kita. Rakhmat, 2005: 100
Tidak semua orang lain mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri kita. Ada yang paling berpengaruh, yaitu orang-orang yang paling dekat dengan
diri kita. George Herbert Mead 1934 menyebut mereka significant others yaitu orang lain yang sangat penting. Ketika kita masih kecil, mereka adalah orang tua
kita, saudara-saudara kita, dan orang-orang yang tinggal satu rumah dengan kita. Richard Dewey dan W.J. Humber 1966: 105 menyebutnya affective others yaitu
orang lain yang dengan mereka kita mempunyai ikatan emosional. Dari merekalah secara perlahan kita membentuk konsep diri kita. Senyuman, pujian, penghargaan
pelukan mereka, membuat kita menilai diri kita secara positif. Sedangkan ejekan dan cemoohan membuat kita memandang diri kita secara negatif. Rakhmat, 2005:
101-102
Significant others meliputi semua orang yang mempengaruhi perilaku, pikiran dan perasaan kita. Mereka mengarahkan tindakan kita, membentuk pikiran
kita dan menyentuh secara emosional. Orang-orang tersebut bisa saja masih hidup atau sudah tiada. Bisa juga idola kita, bintang film, pahlawan kemerdekaan, tokoh
sejarah atau orang yang kita cintai diam-diam. Rakhmat, 2005: 103
Pandangan diri kita tentang keseluruhan pandangan orang lain terhadap kita disebut generalized others. Konsep ini juga berasal dari George Herbert Mead
yaitu memandang diri kita seperti orang lain memandangnya, berarti kita mencoba menempatkan diri kita sebagai orang lain. Contohnya, bila kita seorang ibu,
bagaimana ibu memandang kita. Mengambil peran sebagai ibu, ayah atau sebagai generalized others disebut role taking. Role taking sangat penting dalam
pembentukan konsep diri. Rakhmat, 2005: 103-104
Universitas Sumatera Utara
Konsep diri mempunyai dua dimensi yaitu dimensi internal dan dimensi
eksternal: • Dimensi Internal
1. Diri identitas, yaitu label ataupun simbol yang dikenakan oleh seseorang untuk menjelaskan dirinya dan membentuk identitasnya.
Label-label ini akan terus bertambah seiring dengan bertumbuh dan meluasnya kemampuan seseorang dalam segala bidang.
2. Diri pelaku, yaitu adanya keinginan pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan dorongan rangsang internal maupun
eksternal. Konsekuensi perilaku tersebut akan berdampak pada lanjut tidaknya perilaku tersebut, sekaligus akan menentukan apakah suatu
perilaku akan diabstraksikan, disimbolisasikan, dan digabungkan dalam diri identitas.
3. Diri penilai, yang lebih berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, penghayal, pembanding, dan terutama sebagai penilai. Di samping
fungsinya sebagai jembatan yang menghubungkan kedua diri sebelumnya.
• Dimensi Ekternal terkait dengan konsep diri positif dan konsep
diri negatif 1. Konsep diri fisik, yaitu cara seseorang dalam memandang dirinya dari
sudut pandang fisik, kesehatan, penampilan keluar, dan gerak motoriknya. Konsep diri seseorang dianggap positif apabila ia
memiliki pandangan yang positif terhadap kondisi fisiknya, penampilannya, kondisi kesehatannya, kulitnya, tampan atau
cantiknya, serta ukuran tubuh yang ideal. Dianggap sebagai konsep diri yang negatif apabila ia memandang rendah atau memandang
sebelah mata kondisi yang melekat pada fisiknya, penampilannya, kondisi kesehatannya, kulitnya, tampan atau cantiknya, serta ukuran
tubuh yang ideal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Moreno Cervelló 2005 membuktikan bahwa terdapat relevansi yang
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
signifikan antara intensitas melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat fisik dengan tinggi rendahnya konsep diri fisik individu. Semakin
sering individu melakukan kegiatan-kegiatan fisik seperti olah raga dan bekerja maka akan semakin tinggi pula konsep diri fisiknya,
demikian pula sebaliknya. 2. Konsep diri pribadi, yaitu cara seseorang dalam menilai kemampuan
yang ada pada dirinya dan menggambarkan identitas dirinya. Konsep diri seseorang dapat dianggap positif apabila ia memandang dirinya
sebagai pribadi yang penuh kebahagiaan, memiliki optimisme dalam menjalani hidup, mampu mengontrol diri sendiri, dan sarat akan
potensi. Dapat dianggap sebagai konsep diri yang negatif apabila ia memandang dirinya sebagai individu yang tidak pernah jarang
merasakan kebahagiaan, pesimis dalam menjalani kehidupan, kurang memiliki kontrol terhadap dirinya sendiri, dan potensi diri yang tidak
ditumbuhkembangkan secara optimal. 3. Konsep diri sosial, yaitu persepsi, pikiran, perasaan, dan evaluasi
seseorang terhadap kecenderungan sosial yang ada pada dirinya sendiri, berkaitan dengan kapasitasnya dalam berhubungan dengan
dunia di luar dirinya, perasaan mampu dan berharga dalam lingkup interaksi sosialnya. Konsep diri dapat dianggap positif apabila ia
merasa sebagai pribadi yang hangat, penuh keramahan, memiliki minat terhadap orang lain, memiliki sikap empati, supel, merasa
diperhatikan, memiliki sikap tenggang rasa, peduli akan nasib orang lain, dan aktif dalam berbagai kegiatan sosial di lingkungannya. Dapat
dianggap sebagai konsep diri yang negatif apabila ia merasa tidak berminat dengan keberadaan orang lain, acuh tak acuh, tidak memiliki
empati pada orang lain, tidak kurang ramah, kurang peduli terhadap perasaan dan nasib orang lain, dan jarang atau bahkan tidak pernah
melibatkan diri dalam aktivitas-aktivitas sosial. Nashori, 2000.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2.2 Konsep diri Positif dan Negatif