Teori Atribusi Faktor Sifat

Universitas Sumatera Utara dalam berkomunikasi. Misalnya, sifat mementingkan diri sendiri conversational narcissim sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya merupakan kombinasi dari faktor-faktor seperti sifat neurotisme tingkat menengah, sifat ekstraversi yang tinggi, sifat terbuka yang rendah, sifat setuju yang rendah serta sifat hati-hati yang tinggi. Sifat suka berdebat argumentativeness dapat diartikan sebagai kombinasi dari sifat neurotisisme yang rendah, sifat ekstraversi yang tinggi, sifat keterbukaan yang rendah, sifat setuju yang rendah serta sifat hati-hati yang tinggi. Kecemasan berkomunikasi disebabkan faktor-faktor dari sifat neurotisisme yang tinggi, ekstraversi rendah, keterbukaan rendah, dan sifat hati-hati yang rendah. Morissan, 2013: 71-72

2.2.4 Teori Atribusi

Teori atribusi mengupas bagaimana manusia bisa menjelaskan peristiwa-peristiwa sosial. Atribusi sebab akibat yang paling umum menjelaskan perilaku intern dan ekstern seseorang, stabil atau tidak stabil, dan dapat dikendalikan atau tidak. O.Sears, 1985: 134 Atribusi Intern mencakup semua penyebab intern seseorang seperti keadaan hati, sikap, ciri kepribadian, kemampuan, kesehatan, preferensi, atau keinginan. Sedangkan Atribusi Ekstern mencakup semua penyebab seseorang seperti tekanan orang lain, uang, sifat situasi sosial, cuaca, dan seterusnya. O.Sears, 1985: 100 Teori atribusi Harrold Kelley menggunakan informasi tambahan dalam mempertimbangkan atribusi kausalitas. Ada tiga jenis informasi yang digunakan manusia untuk sampai pada atribusi kausalitas yaitu aktor, situasi dimana tindakan atau kejadian itu berlangsung waktu, modalitas, lingkungan khusus dan stimulus obyek yang menjadi sasaran perilaku aktor. Dayaksini, 2003: 51-52 Universitas Sumatera Utara Fritz Heider, pendiri teori atribusi mengemukakan beberapa penyebab yang mendorong orang memiliki tingkah laku tertentu yaitu Morissan, 2013: 75: • Penyebab situasional orang dipengaruhi lingkungannya; • Adanya pengaruh personal ingin mempengaharuhi sesuatu secara pribadi, • Memiliki kemampuan mampu melakukan sesuatu; • Adanya usaha mencoba melakukan sesuatu; • Adanya perasaan perasaan menyukai sesuatu; • Rasa memiliki ingin memiliki sesuatu; • Kewajiban perasaan harus melakukan sesuatu; dan • Diperkenankan diperbolehkan melakukan sesuatu. Atribusi terhadap diri sendiri menurut Bem dalam Sears, Flreedman Peplau, 1988, ialah jika kita mengamati perilaku kita sendiri dalam situasi dimana tidak ada paksaan ekstern yang kuat, maka kita asumsikan bahwa kita hanyalah mengungkap sikap sejati kita sendiri dan membuat atribusi intern. Sebaliknya, jika terdapat tekanan ekstern yang kuat atas diri kita untuk melakukan sesuatu, maka kita mempersepsikan itu disebabkan secara ekstern. Beberapa pendekatan tentang atribusi terhadap diri sendiri yaitu Sikap, Motivasi dan Emosi Dayaksini, 2003: 54. Belajar tentang sikap kita sendiri berarti mengamati bagaimana kita berperilaku dalam lingkungan yang mempunyai tekanan ekstern berlainan di dalamnya, dan bukan dengan mengintrospeksi bagaimana perasaan kita. Secara ringkas, teori atribusi ini memberikan gambaran yang menarik mengenai tingkah laku manusia, teori yang menjelaskan bagaimana orang menyimpulkan penyebab tingkah laku yang dilakukan diri sendiri atau orang lain serta menjelaskan proses yang terjadi dalam diri kita sehingga kita memahami tingkah laku kita dan orang lain. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

2.2.5 Media Sosial