Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Status Imunisasi Hepatitis B Pada Mahasiswa Setambuk 2007 Dan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2011

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS IMUNISASI

HEPATITIS B PADA MAHASISWA SETAMBUK 2007 DAN 2010

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TAHUN 2011

Oleh :

RATHIRUBA SELVARAJU

080100257

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS IMUNISASI

HEPATITIS B PADA MAHASISWA SETAMBUK 2007 DAN 2010

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TAHUN 2011

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

RATHIRUBA SELVARAJU

NIM : 080100257

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL: Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Status Imunisasi Hepatitis B Pada

Mahasiswa Setambuk 2007 Dan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2011.

NAMA: Rathiruba Selvaraju

NIM: 080100257

Pembimbing Penguji 1

--- (dr.Soegiarto Gani, Sp.PD) (Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD.KGEH)

Penguji 2

(Prof. dr . Haris Hasan, Sp.PD, Sp.JP(K))

MEDAN,22 DESEMBER 2011 DEKAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP : 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Hepatitis B adalah infeksi hati yang berpotensi mengancam jiwa yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Ini adalah masalah kesehatan global utama dan jenis yang paling serius dari hepatitis virus. Di seluruh dunia, dua miliar orang diperkirakan telah terinfeksi dengan virus hepatitis B (HBV), dan lebih dari 350 juta memiliki infeksi hati kronis (jangka panjang). Hepatitis B endemik di China dan bagian lain di Asia.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menilai hubungan tingkat pengetahuan dan status imunisasi Hepatitis B pada mahasiswa setambuk 2007 dan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2010/2011.

Penelitian ini yang bersifat cross-sectional dengan menggunakan kuesioner terstruktur sebagai alat untuk memperoleh data primer untuk melihat deskripsi pengetahuan tentang pengambilan imunisasi Hepatitis B dan status imunisasi Hepatitis.Kemudian dinilai dengan system scoring

yaitu diberi nilai 1 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah.Tingkat pengetahuan dikategorikan kepada tiga,yaitu responden dengan pengetahuan baik,responden dengan pengetahuan cukup dan responden dengan pengetahuan kurang baik.

Hasil untuk tingkat pengetahuan secara keseluruhan adalah 61.6% dari responden mempunyai pengetahuan cukup dan 35.2% dengan pengetahuan yang baik.Hasil untuk status imunisasi Hepatitis secara keseluruhan adalah 26.7% dari responden telah mengambil imunisasi yang lengkap manakala 8.9% belum pernah mengambil sebelum ini.

Kesimpulannya,tingkat pengetahuan mahasiswa setambuk 2007(co-ass) adalah lebih baik dari mahasiswa setambuk 2010 (bukan co-ass).Status imunisasi mahasiswa setambuk 2007 adalah juga lebih lengkap dari mahasiswa setambuk 2010.Tidak ada hubungan di antara tingkat pengetahuan mahasiswa dan status imunisasi Hepatitis B mahasiswa setambuk 2007 dan 2010.


(5)

ABSTRACT

Hepatitis B is a potentially life-threatening liver infection caused by the hepatitis B virus. It is a major global health problem and the most serious type of viral hepatitis. Worldwide, an estimated two billion people have been infected with the hepatitis B virus (HBV), and more than 350 million have chronic (long-term) liver infections. Hepatitis B is endemic in China and other parts of Asia.

The main objective of this research is to evaluate the influence of knowledge level of Hepatitis B immunization on the Hepatitis B immunization status of the 2007 and 2010 batch medical students of the University of North Sumatera in the academic year 2010/2011.

This is a cross-sectional research that uses structured questionnaire as the main tool to collect the primary data,than used to see the description for the Hepatitis B immunization status and knowledge on the immunization.Then,it is analyzed with the scoring system in which a correct answer is given 1 point and an incorrect answer is given 0.For knowledge on Hepatitis B,it is categorized into three, which are respondents with good knowledge,sufficient knowledge or poor knowledge.

Results for knowledge about Hepatitis B is that by overall, 62.6% of the respondents have sufficient knowledge and the remaining 35.2% with good knowledge..Results for immunization status of Hepatitis B is that by overall,26.7 % of the respondents have taken a complete immunization against Hepatitis B and 8.9% whom have not taken before.

It is concluded that, the knowledge on Hepatitis B immunization of the 2007 batch students (co-ass) is much better than the 2010 batch students (non-coass).The immunization status of the 2007 batch students is also better than the 2010 batch students.It is found that knowledge level has strong influence on the immunization status of the students.Knowledge level has no influence on immunization status among the students of 2007 and 2010 batch.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kurnia dan izinNya skripsi penelitian yang berjudul Pengaruh hubungan tingkat pengetahuan pada status immunisasi Hepatitis B mahasiswa setambuk 2007 dan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 ini dapat diselesaikan. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter FakultasKedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa semua usaha yang telah dilakukan merupakan hasil kerjasama yang baik dari semua pihak yang telah membantu. Untuk itu, penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. Gontar A. Siregar, Sp.PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.

2. Dr. Soegiarto Gani,Sp.PD sebagai pembimbing utama yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Seluruh Staf Pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak, ibu tercinta (Bapak En.Selvaraju dan Ibu Puan.Nyanam) dan abang-abang tersayang atas doa, motivasi dan kasih sayangnya.

5. Seluruh teman-teman setambuk 2008, atas dukungan dan bimbingan yang telah membantu dalam bentuk doa, motivasi dan kasih sayang dalam penyusunan skripsi ini. 6. Semua pihak yang telah banyak membantu secara langsung maupun tidak langsung,

namun tidak dapat disebutkan satu persatu.

Seluruh bantuan baik moral maupun material yang diberikan kepada penulis selama ini , penulis ucapkan terima kasih dan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan pahala yang sebesar-besarnya.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk


(7)

perbaikan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini memberi manfaat bagi sesiapa pun yang membacanya.

Medan, Mei 2011 Penulis

RATHIRUBA SELVARAJU 080100257


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN……… i

ABSTRAK……….……… ii

ABSTRACT…….………. iii

KATA PENGANTAR………. iv

DAFTAR ISI……… vi

DAFTAR TABEL……… ix

DAFTAR GAMBAR……… x

DAFTAR LAMPIRAN……… xi

BAB 1 PENDAHULUAN……….. 1

1.1.Latar Belakang………... 1

1.2.Rumusan Masalah………... 4

1.3.Tujuan Penelitian……… 4

1.4.Manfaat Penelitian……….. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 6

2.1.Hepatitis B………. 6

2.1.1.Definisi……….. 6

2.1.2.Epidemiologi………. 6

2.1.3.Virus Hepatitis B………... 10

2.1.4.Sumber dan cara penularan Hepatitis B……… 12

2.1.5.Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Hepatitis B…… 13


(9)

2.1.5.2.Faktor agent……… 14

2.1.5.3.Faktor lingkungan……….. 15

2.1.6.Patologi………. 15

2.1.7.Vaksinasi Hepatitis B……… 16

2.1.7.1.Program immunisasi hepatitis B………. 18

2.1.8.Gejala klinis dan diagnosa Hepatitis B pada manusia……….. 20

2.2.Pengetahuan………. 24

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL………… 27

3.1.Kerangka Konsep Penelitian………. 27

3.2.Definisi Operasional………. 27

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1.Rancangan Penelitian……… 29

4.2.Lokasi dan Waktu Penelitian………. 29

4.2.1.Lokasi Penelitian……….. 29

4.2.2.Waktu Penelitian……….. 29

4.3.Populasi dan Sampel Penelitian………. 29

4.4.Metode Pengumpulan Data……….. 31

4.5.Metode Analisis Data……… 33

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian………. 33

5.1.1 Deskripisi Lokasi Penelitian……… 33

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden………. 33

5.1.2.1 Karakteristik Individu Berdasarkan Umur……….. 33

5.1.3 Hasil Analisis Data……….. 34


(10)

5.1.3.2 Status Imunisasi……….. 38

5.2 Pembahasan………. 42

5.2.1 Tingkat Pengetahuan……… 42

5.2.1.1 Distribusi tingkat pengetahuan mengikut setambuk…… 42

5.2.2 Status Imunisasi Hepatitis B……… 44

5.2.2.1 Distribusi status imunisasi mengikut setambuk……….. 44

5.2.3 Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Status Imunisasi………… 49

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……… 52

6.1 Kesimpulan………. 52

6.2 Saran……… 53

DAFTAR PUSAKA……… 55 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Pola epidemiologik hepatitis B 7

2.2 Jadual immunisasi bayi yang dilahirkan 20 di rumah sakit

2.3 Jadual immunisasi bayi di posyandu/puskesmas 20 2.4 Definisi criteria dan diagnosis penyakit 21

Hepatitis B

2.5 Evaluasi untuk pasien Hepatitis B 22

5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur 34

5.2 Hasil analisis tingkat pengetahuan 35

5.3 Frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan setambuk 36 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Jawaban Pengetahuan 37 5.5 Hasil analisis status imunisasi Hepatitis B berdasarkan jumlah dosis 39 Booster

5.6 Hasil analisis status imunisasi Hepatitis B berdasarkan jumlah dosis 40 Booster


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Judul

1. Riwayat hidup peneliti 2. Kuesioner

3. Lembar Penjelasan 4. Informed Consent

5. Hasil Uji validitas dan reliabilitas 6. Data hasil deskriptif


(14)

ABSTRAK

Hepatitis B adalah infeksi hati yang berpotensi mengancam jiwa yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Ini adalah masalah kesehatan global utama dan jenis yang paling serius dari hepatitis virus. Di seluruh dunia, dua miliar orang diperkirakan telah terinfeksi dengan virus hepatitis B (HBV), dan lebih dari 350 juta memiliki infeksi hati kronis (jangka panjang). Hepatitis B endemik di China dan bagian lain di Asia.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menilai hubungan tingkat pengetahuan dan status imunisasi Hepatitis B pada mahasiswa setambuk 2007 dan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2010/2011.

Penelitian ini yang bersifat cross-sectional dengan menggunakan kuesioner terstruktur sebagai alat untuk memperoleh data primer untuk melihat deskripsi pengetahuan tentang pengambilan imunisasi Hepatitis B dan status imunisasi Hepatitis.Kemudian dinilai dengan system scoring

yaitu diberi nilai 1 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah.Tingkat pengetahuan dikategorikan kepada tiga,yaitu responden dengan pengetahuan baik,responden dengan pengetahuan cukup dan responden dengan pengetahuan kurang baik.

Hasil untuk tingkat pengetahuan secara keseluruhan adalah 61.6% dari responden mempunyai pengetahuan cukup dan 35.2% dengan pengetahuan yang baik.Hasil untuk status imunisasi Hepatitis secara keseluruhan adalah 26.7% dari responden telah mengambil imunisasi yang lengkap manakala 8.9% belum pernah mengambil sebelum ini.

Kesimpulannya,tingkat pengetahuan mahasiswa setambuk 2007(co-ass) adalah lebih baik dari mahasiswa setambuk 2010 (bukan co-ass).Status imunisasi mahasiswa setambuk 2007 adalah juga lebih lengkap dari mahasiswa setambuk 2010.Tidak ada hubungan di antara tingkat pengetahuan mahasiswa dan status imunisasi Hepatitis B mahasiswa setambuk 2007 dan 2010.


(15)

ABSTRACT

Hepatitis B is a potentially life-threatening liver infection caused by the hepatitis B virus. It is a major global health problem and the most serious type of viral hepatitis. Worldwide, an estimated two billion people have been infected with the hepatitis B virus (HBV), and more than 350 million have chronic (long-term) liver infections. Hepatitis B is endemic in China and other parts of Asia.

The main objective of this research is to evaluate the influence of knowledge level of Hepatitis B immunization on the Hepatitis B immunization status of the 2007 and 2010 batch medical students of the University of North Sumatera in the academic year 2010/2011.

This is a cross-sectional research that uses structured questionnaire as the main tool to collect the primary data,than used to see the description for the Hepatitis B immunization status and knowledge on the immunization.Then,it is analyzed with the scoring system in which a correct answer is given 1 point and an incorrect answer is given 0.For knowledge on Hepatitis B,it is categorized into three, which are respondents with good knowledge,sufficient knowledge or poor knowledge.

Results for knowledge about Hepatitis B is that by overall, 62.6% of the respondents have sufficient knowledge and the remaining 35.2% with good knowledge..Results for immunization status of Hepatitis B is that by overall,26.7 % of the respondents have taken a complete immunization against Hepatitis B and 8.9% whom have not taken before.

It is concluded that, the knowledge on Hepatitis B immunization of the 2007 batch students (co-ass) is much better than the 2010 batch students (non-coass).The immunization status of the 2007 batch students is also better than the 2010 batch students.It is found that knowledge level has strong influence on the immunization status of the students.Knowledge level has no influence on immunization status among the students of 2007 and 2010 batch.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Virus hepatitis adalah penyakit menular umum yang membunuh sekitar 1,5 juta orang setiap tahun. Di seluruh dunia, dua milyar orang telah terinfeksi virus hepatitis B (VHB), 360 juta mengalami infeksi kronis, dan 600.000 meninggal setiap tahun dari penyakit hati terkait HBV atau karsinoma hepatoseluler.Mac Callum mengklasifikasikan hepatitis virus menjadi dua jenis yaitu: Virus Hepatitis A, atau hepatitis menular, dan Viral Hepatis B, atau Serum hepatitis.Blumberg melaporkan penemuan antigen permukaan hepatitis B (HBsAg), juga dikenal sebagai antigen Australia, dan antibodi-nya, hepatitis B antibodi permukaan (HBsAb). Blumberg mendapat hadiah nobel untuk penemuannya itu. Sekarang antigen tersebut dikenal dengan nama

hepatitis B surface antigen (HBsAg).

Hepatitis B merupakan penyakit infeksi pada jaringan hati yang disebabkan oleh virus yang berasal dari famili hepadnavirus. Ukuran virus ini sangat kecil berkisar 42 nanometer dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop elektron. HBV dapat ditularkan secara vertikal, melalui kontak seksual atau rumah tangga, atau dengan suntikan tidak aman, tetapi infeksi kronis yang diperoleh selama masa bayi atau masa kanak-kanak menunjukkan jumlah besar pada morbiditas dan kematian di seluruh dunia.

Angka prevalensi infeksi VHB di Asia Pasifik cukup tinggi yaitu melebihi 8% dan penularannya pada umumnya terjadi secara vertikal (pada periode perinatal) dan horizontal (pada masa anak-anak) oleh karena itu risiko menjadi kronis cukup besar. Diperkirakan lebih dari 350 juta di antaranya menjadi kronis yang tentunya berisiko tinggi meninggal dunia akibat penyakit hati kronis. Sekitar 75% pengidap hepatitis B kronis karier berada di Asia Pasifik. Pada saat ini sekitar 1 juta kematian per tahun akibat penyakit hati berhubungan dengan VHB. Sirosis hati, gagal hati, atau kanker hati dapat terjadi pada 15 – 40 % penderita dengan infeksi hepatitis B kronis. Di negara berkembang orang dewasa sangat berisiko tinggi untuk terkena hepatitis B, terlebih di negara miskin, hepatitis B dengan endemis tinggi, cukup banyak ditemukan pada


(17)

anak-anak. Oleh sebab itu, karena tingginya morbiditas dan mortalitas karena hepatitis B, penyakit ini sangat mengancam di dunia.

Prevalensi infeksi HBV berbeda-beda di seluruh dunia. Kategori daerah endemis terbagi menjadi rendah, sedang, dan tinggi. Indonesia sendiri masuk dalam kelompok prevalensi sedang sampai tinggi. Dari data Lukman Hakim Zain: Hepatitis B dan Permasalahannya 3 yang terkumpul, prevalensi infeksi VHB di Indonesia berkisar antara 2,5% (di Banjarmasin) sampai 36% (di Dili). Pada penelitian prevalensi infeksi virus B yang dilakukan oleh Zain dkk. pada 114 mahasiswa USU yang baru masuk tahun 1983 didapat prevalensi 16,6%.Dari data pasien hemodialisis regular di 12 kota besar di Indonesia dari 2.458 pasien didapati prevalensi infeksi HBV sebanyak 4,5%, sedangkan di Kota Medan sendiri didapat 6,05% dari 314 pasien (survey nasional pernefri untuk prevalensi hepatitis B/C pada pasien hemodialisis).Diperkirakan saat ini 11,6 juta penduduk Indonesia terinfeksi oleh VHB. Oleh sebab itu perlu diupayakan pencegahan dengan program imunisasi pada bayi dan anak-anak karena pada usia seperti ini infeksi hepatitis B yang kronis dapat dicegah serta menghentikan progresivitas infeksi hepatitis B kronis yang sudah terjadi dengan obat-obatan yang sudah tersedia.

Pada tahun 1991, World Health Organization (WHO) telah merekomendasikan vaksinasi hepatitis B untuk seluruh negara. Tahun 2002, 154 negara telah melakukan vaksinasi hepatitis B pada seluruh bayi baru lahir.Program vaksinasi pertama di dunia dilakukan di Taiwan pada tahun 1984. Selama 2 tahun program tersebut, vaksinasi diberikan terutama pada bayi dengan ibu pengidap hepatitis B (HbsAg positif). Kemudian vaksinasi tersebut diperluas untuk seluruh bayi baru lahir, usia pra-sekolah dan sekolah yang belum divaksinasi. Program tersebut menurunkan angka prevalensi anak usia kurang 15 tahun pengidap hepatitis B dari 9,8% pada tahun 1984 menjadi 1,3% pada tahun 1994. Pada tahun 1999 vaksinasi mencakup sekitar 80 – 86 % pada anak balita dan 90% pada anak usia sekolah sehingga prevalensi pengidap hepatitis B berkurang sampai 0,7% pada anak usia kurang 15 tahun.

Menurut pusat penelitian penyakit menular,badan penelitian dan pengembangan kesehatan departemen kesehatan RI,Jakarta,bahwa Indonesia telah melaksanakan program Immunisasi Hepatitis B sejak tahun 1987 di Lombok dan kebijaksanaan ini diteruskan ke beberapa propinsi


(18)

lain, yaitu tahun 1991 dimulai secara bertahap di empat propinsi,tahun 1992 diperluas menjadi sepuluh propinsi, dan pada tahun 1997 untuk dua puluh tujuh propinsi harus sudah melaksanakan vaksinasi hepatitis B.Bila program vaksinasi berhasil,diharapkan pada tahun 2015 (satu generasi kemudian) hepatitis B bisa dibanteras dan bukan merupakan persoalan kesehatan masyarakat lagi.UNIDO-WHO-UNICEF menganjurkan untuk Negara dengan jumlah pendudk lebih dari 50 juta supaya memproduksi sendiri vaksin yang diperlukan.Indonesia dengan pendudk lebih dari 180 juta dan prevalensi HBsAg antara 8-20% harus mepersiapkan diri untuk memproduksi sendiri vaksin hepatitis B.

Studi ini melihat secara dalam, aspek-aspek yang penting dari pencegahan hepatitis B pada mahasiswa kedokteran USU. Saya telah memilih Hepatitis B karena merasakan, ini adalah satu

preventable blood borne pathogen melalui pengambilan immunisasi awal.Oleh itu,objektif dari studi ini adalah untuk menilai dan membandingkan pengambilan vaksin hepatitis B pada mahasiswa kedokteran USU yang co-ass dan bukan co-ass.Studi ini jugak akan menilai tingkat pengetahuan mahasiswa tentang immunisasi awal dalam usaha untuk mencegah infeksi hepatitis B.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah hubungan tingkat pengetahuan Hepatitis B dengan status immunisasi Hepatitis B pada mahasiswa-mahasiswa dari fakultas kedokteran di USU setambuk 2007 dan setambuk 2010.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1Tujuan Umum

Untuk menilai pengaruh tingkat pengetahuan hepatitis B pada status immunisasi hepatitis B mahasiswa kedokteran di USU setambuk 2007 dan setambuk 2010.

1.3.2 Tujuan Khusus


(19)

a. Untuk mengetahui status immunisasi Hepatitis B dan melakukan perbandingan diantara mahasiswa-mahasiswa kedokteran di USU yangco-ass setambuk 2007 dan bukanco-ass setambuk 2010.

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa tentang immunisasi awal dalam usaha untuk mencegah infeksi Hepatitis serta, melakukan perbandingan diantara mahasiswa-mahasiswa kedokteran di USU yang co-ass setambuk 2007 dan bukan

co-asssetambuk 2010.

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

a. Diharapkan hasil penilitian ini dapat meningkatkan kesadaran mahasiswa-mahasiwa kedokteran setambuk 2007 dan setambuk 2010 tentang immunisasi Hepatitis B.Dengan ini,ia dapat mendukung mahasiswa-mahasiswa kedokteran untuk mendapatkan immunisasi Hepatitis B secepat mungkin,dalam usaha untuk mencegah infeksi atau penularan Hepatitis B.

b. Dapat memberikan pengalaman, pengetahuan dan informasi yang sangat berharga bagi peneliti untuk dapat berguna dalam melaksanakan tugas nantinya.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hepatitis B

2.1.1 Definisi

Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Sepuluh persen dari infeksi virus hepatitis B akan menjadi kronik dan 20 % penderita hepatitis kronik ini dalam waktu 25 tahun sejak tertular akan mengalami cirroshis hepatis dan karsinoma hepatoselluler (hepatoma). Kemungkinan akan menjadi kronik lebih tinggi bila infeksi terjadi pada usia balita dimana respon imun belum berkembang secara sempurna.

Di seluruh dunia, diperkirakan dua miliar orang telah terinfeksi virus hepatitis B (HBV), dan lebih dari 350 juta menderita infeksi hati kronis.Hepatitis B merupakan penyakit yang tersebar secara global dengan perkiraan lebih dari 200 juta penduduk yang menjadi pengidap kronik(carrier).

2.1.2Epidemiologi

Pada saat ini didunia diperkirakan terdapat kira-kira 350 juta orang pengidap (carier) HBsAg dan 220 juta (78 %) diantaranya terdapat di Asia termasuk Indonesia. Berdasarkan pemeriksaan HBsAg pada kelompok donor darah di Indonesia prevalensi Hepatitis B berkisar antara 2,50-36,17 % (Sulaiman, 1994). Selain itu di Indonesia infeksi virus hepatitis B terjadi pada bayi dan anak, diperkirakan 25 -45,g% pengidap adalah karena infeksi perinatal.Hal ini berarti bahwa Indonesia termasuk daerah endemis penyakit hepatitis B dan termasuk negara yang dihimbau oleh WHO untuk melaksanakan upaya pencegahan (Imunisasi).

Asal usul virus hepatitis B tidak jelas dan manusia merupakan satu-satunya reservoir, sekalipun simpansee dan beberapa primata non-manusia dapat diinfeksi secara eksperimental.Endemisitas


(21)

penyakit ini berbeda-beda menurut geografi dan etnisitas. Pola epidemiologik hepatitis B di berbagai wilayah dunia dapat dilihat dalam tabel 1 (pola epidemiologic hepatitis B)

Tabel 2.1. Pola epidemiologik hepatitis B.

Endemis Rendah Sedang Tinggi

Prevalensi HBsAg 0.2-0.5% 2-7% 8-20%

Prevalensi anti HBs 4-6% 20-55% 70-90%

Infeksi anak Jarang Sering Sangat sering

Infeksi neonatal Jarang Jarang Sering

Wilayah Australia

Eropa Barat Amerika Utara

Eropah Timur Jepang

Timur Tengah

Cina

Asia Tenggara Kepulauan Pasifik

Penularan Hepatitis B terjadi melalui pertukaran cairan tubuh atau kontak dengan darah dari orang yang terinfeksi Hepatitis B. Penularan biasanya terjadi melalui beberapa cara antara lain, penularan dari ibu ke bayi saat melahirkan, hubungan seksual, transfusi darah, jarum suntik, maupun penggunaan alat kebersihan diri (sikat gigi,handuk) secara bersama-sama.Di dunia, setiap tahun sekitar 10-30 juta orang terkena penyakit Hepatitis B. Walaupun penyakit Hepatitis B bisa menyerang setiap orang dari semua golongan umur tetapi umumnya yang terinfeksi adalah orang pada usia produktif. Ini berarti merugikan baik bagi si penderita, keluarga, masyarakat atau negara karena sumber daya potensial berkurang.Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), Hepatitis B endemik di China dan bagian lain di Asia termasuk di Indonesia. Sebagian besar orang di kawasan ini bisa terinfeksi Hepatitis B sejak usia kanak-kanak. Di sejumlah negara di Asia, 8-10 persen populasi orang dewasa mengalami infeksi Hepatitis B kronik. Penyakit hati yang disebabkan Hepatitis B merupakan satu dari tiga penyebab kematian dari kanker pada pria, dan penyebab utama kanker pada perempuan.Infeksi tersembunyi dari penyakit ini membuat sebagian besar orang merasa sehat dan tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi dan berpotensi untuk menularkan virus tersebut kepada orang lain. Penderita penyakit itu umumnya tidak mengalami gejala tertentu yang khas, dan baru bisa diketahui melalui tes


(22)

kesehatan. Oleh karena itu, penderita dan kelompok yang memiliki faktor resiko hepatitis B perlu menjalani pemeriksaan kesehatan secara rutin.

Lesmana, mengungkapkan tingkat prevalensi penyakit hepatitis B di Indonesia sebenarnya cukup tinggi. Secara keseluruhan jumlahnya mencapai 13,3 juta penderita. Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Provinsi tahun 2003 (lampiran), di Indonesia jumlah kasus Hepatitis B sebesar 6.654 sedangkan di Sumbar 649, berada pada urutan ke tiga setelah DKI Jakarta dan Jatim.Dari sisi jumlah, Indonesia ada di urutan ketiga setelah Cina (123,7 juta) dan India (30-50 juta) penderita. Tingkat prevalensi di Indonesia antara 5-10%.

Berdasarkan laporan Sistem Surveilance Terpadu (SST) sampai dengan tahun 1997, terlihat adanya penurunan jumlah kasus hepatitis di Puskesmas dan rumah sakit yaitu dari 48.963 kasus pada tahun 1992 menjadi 16.108 kasus pada tahun 1997. Sedangkan penderita rawat inap di rumah sakit pada kurun waktu 5 tahun berfluktuasi. CFR penyakit hepatitis dari kasus rawat inap di RS sejak tahun 1992 sampai dengan 1997 terlihat ada penurunan yaitu dari 2,2 menjadi 1,64 .Menurut data per propinsi tabun 1997 bahwa kasus hepatitis paling banyak terjadi di Jawa Timur (3002 kasus), Sumatera Utara (1564 kasus) dan Jawa Tengah (1454 kasus) dengan CFR masing-masing 2,8 %; 1,71 % dan 2,15 % .

Penelitian di 14 rumah sakit pada tahun 1994-1996 mendapatkan bahwa kasus hepatitis B pada tahun 1994 berjumlah 491 dengan 167 kasus di RS Husada Jakarta, tahun 1995 sebesar 662 kasus dengan 203 kasus di RS Husada Jakarta dan tahun 1996, sebesar 278 kasus dengan 69 kasus di RS Pelni Jakarta.Penelitian oleh Hartono 1991 menemukan angka prevalensi Hepatitis B di Bojana Flores sebesar 7,3 %, Sanjaya dkk menemukan HBsAg dan anti HBs pada anak murid TK dan SD adalah 4 % (HBsAg) dan 14,9 % (anti HBs). Pada awal tahun 1993 dilakukan pemeriksaan HBsAg dan anti HBs pada sejumlah 5.009 sampel darah yang diambil dari karyawan RS Ciptomangunkusumo dan didapat hasil HBsAg 4,59 % dan anti HBs 35,72 % .

Pada level dunia, penderita hepatitis B memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Menurut Lesmana, jumlah penderita hepatitis B di kawasan Asia Pasifik memang lebih banyak dibandingkan dengan negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Hal itu bisa terjadi karena di Eropa atau Amerika, hepatitis B diderita oleh orang dewasa. Sedangkan di Asia Pasifik umumnya diidap oleh kalangan usia muda.Pertumbuhan penderita hepatitis B tersebut, lanjut Prof Laurentius


(23)

dipengaruhi oleh masalah demografi, social dan faktor lingkungan. Di sisi lain juga karena faktor virus yaitu genotip dan mutasi virus. Secara genotip, Indonesia merupakan daerah menonjol untuk jenis hepatits B dan C.

Hepatitis B merupakan bentuk Hepatitis yang lebih serius dibandingkan dengan jenis hepatitis lainnya. Penderita Hepatitis B bisa terjadi pada setiap orang dari semua golongan umur. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan virus Hepatitis B ini menular. Secara vertikal, terjadi dari Ibu yang mengidap virus Hepatitis B kepada bayi yang dilahirkan. Secara horisontal, dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan sikat gigi secara bersama-sama.Jugak melalui hubungan seksual dengan penderita.Sebagai antisipasi, biasanya terhadap darah-darah yang diterima dari pendonor akan di tes terlebih dulu apakah darah yang diterima terkena reaktif Hepatitis, Sipilis terlebih-lebih HIV/AIDS.

Prevalensi infeksi virus Hepatitis B,di Amerika diperkirakan 0,5% orang dewasa sudah terinfeksi virus Hepatitis B. Atau, dari 200 orang, 1 orang diantaranya sudah terinfeksi virus Hepatitis B,2. Di Negara dengan tingkat prevalensi tinggi (Hbs Ag>8%), penularan banyak terjadi pada bayi baru lahir dan anak yang masih usia muda,3. Di Negara dengan tingkat prevalensi sedang (Hbs Ag 2-7%) penularan bisa terjadi pada semua golongan umur. Di Negara dengan prevalensi rendah (Hbs Ag <2%) infeksi seringnya terjadi pada kelompok umur dewasa.

2.1.3.Virus Hepatitis B

Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB). Virus ini pertama kali ditemukan oleh Blumberg pacta tahun 1965 dan di kenal dengan nama antigen Australia. Virus ini termasuk DNA virus.Virus hepatitis B berupa partikel dua lapis berukuran 42 nm yang disebut "Partikel Dane". Lapisan luar terdiri atas antigen HBsAg yang membungkus partikel inti (core). Pada inti terdapat DNA VHB Polimerase. Pada partikel inti terdapat Hepatitis B core antigen (HBcAg) dan Hepatitis B e antigen (HBeAg). Antigen permukaan (HBsAg) terdiri atas lipo protein dan menurut sifat imunologik proteinnya virus Hepatitis B dibagi menjadi 4 subtipe yaitu adw, adr,


(24)

ayw dan ayr. Subtipe ini secara epidemiologis penting, karena menyebabkan perbedaan geogmfik dan rasial dalam penyebarannya. Virus hepatitis B mempunyai masa inkubasi 45-80 hari, rata-rata 80-90 hari.

Gen-gen dari virus hepatitis B mengandung kode-kode genetik untuk membuat sejumlah produk-produk protein, termasuk hepatitis B surface antigen (HBsAg), hepatitis B core antigen (HBcAg), hepatitis B e antigen (HBeAg), dan DNA polymerase. Keempat protein-protein ini adalah penting untuk diketahui karena mereka diukur dalam tes-tes darah yang digunakan untuk mendiagnosis virus hepatitis B. Virus hepatitis B terdiri hanya dari suatu partikel core (bagian pusat) dan suatu bagian luar yang mengelilinginya (surrounding envelope). Core terdiri dari HBcAg, dimana bagian luar terdiri dari HBsAg. Partikel core mengandung virus hepatitis B DNA (VHB-DNA), HBeAg, dan DNA polymerase. HBeAg, seperti didiskusikan kemudian, melayani sebagai suatu marker (penanda) dari kemampuan virus untuk menyebarkan infeksi. DNA polymerase adalah suatu bagian penting dari proses reproduksi virus yang unik dari virus. Apa yang relevan (bersangkut-paut) disini adalah bahwa virus HIV (human immunodeficiency virus) juga ber-reproduksi menggunakan proses yang sama ini. Sebagai akibatnya, banyak obat-obat yang telah dikembangkan untuk menghambat proses reproduksi ini untuk merawat infeksi HIV mungkin juga adalah efektif dalam merawat infeksi virus hepatitis B kronis.

Gambar 2.1. Struktur virus Hepatitis B


(25)

Cara penularan HBV dapat melalui kontak personal yang erat dan dengan jalan seksual.Hubungan seksual yang promiskus mempunyai resiko tinggi khususnya pria homoseksual.Antigen permukaan Hepatitis B ditemukan secara berulang-ulang dalam darah dan berbagai cairan tubuh lainnya. Adanya antigen dalam urine, empedu, faeses, keringat dan air mata juga telah dilaporkan tetapi belum dipastikan. Penularan dengan cara ini dikenal juga dengan cara penularan non-parenteral.Cara penularan HBV di daerah tropik sama dengan cara penularan yang terjadi di bagian dunia lainnya, tetapi faktor-faktor tambahan mempunyai arti penting. Faktor tambahan tersebut termasuk tatto tradisional dan perlukaan kulit, pengaliran darah, sirkulasi ritual dengan alat yang tidak steril dan gigitan berulang oleh vektor arthropoda pengisap darah. Cara penularan ini disebut juga sebagai cara penularan parenteral.

Hasil penelitian mengenai peranan serangga penggigit dalam penyebaran HBV masih merupakan pertentangan. Antigen permukaan Hepatitis B dapat dideteksi pada beberapa spesies nyamuk dan kutu yang ditangkap di daerah liar atau yang secara eksperimen di beri makan darah yang terinfeksi, tetapi tidak terdapat bukti yang menyakinkan mengenai replikasi virus dalam serangga. Penularan mekanik dari infeksi mungkin terjadi, khususnya akibat pemberian makanan yang terhenti didaerah prevalensi tinggi. Dahulu infeksi HBV diduga hanya dapat ditularkan dengan pemindahan serum yang infeksius perkataan (parental), dan karena itu penyakit ini pernah dinamakan hepatitis serum. Kemudian ternyata infeksi HBV dapat ditularkan dengan berbagai cara baik parental maupun non parental. Di daerah dengan prevalensi infeksi HBV tinggi, cara penularan non parental lebih penting dibandingkan dengan cara penularan parental. Untuk mudahnya cara penularan infeksi HBV dapat dibagi tiga bagian yaitu:Melewati kulit,melewati selaput lender dan penularan perinatal.

Walaupun infeksi HBV dapat ditularkan dengan berbagai cara tetapi hanya terdapat 2 macam pola penularan terpenting yaitu pola penularan vertikal dan pola penularan horizontal.Pola penularan horizontal dapat melalui dua jalur, yaitu :Penularan melalui kulit.Virus Hepatitis B tidak dapat menembus kulit yang utuh, maka infeksi HBV melalui kulit dapat terjadi melalui dua cara, yaitu dengan ditembusnya kulit oleh tusukan jarum atau alat lain yang tercemar bahan infektif, atau melalui kontak antara bahan yang infektif dengan kulit yang sudah mengalami perubahan/lesi.Kemudian penularan melalui mukosa.Mukosa dapat menjadi port d’entry infeksi HBV yaitu melalui mulut, mata, hidung, saluran makan bagian bawah dan alat kelamin


(26)

Pengidap HbsAg merupakan suatu kondisi yang infeksius untuk lingkungan karena secret tubuhnya juga mengandung banyak partikel HBV yang infektif, saliva, semen, sekret vagina. Dengan demikian kontak erat antara individu yang melibatkan sekret-sekret tersebut, dapat menularkan infeksi HBV, misal perawatan gigi dan yang sangat penting secara epidemiologis adalah penularan hubungan seksual. Pola penularan vertikal yaitu dari ibu hamil yang mengidap infeksi HBV kepada bayi yang dilahirkan. Yang dapat terjadi pada saat didalam rahim (intrauterin), pada saat persalinan (intrapartum) dan Pasca persalinan (postpartum).Penularan infeksi HBV terjadi saat proses persalinan oleh karena adanya kontak atau paparan dengan sekret yang mengadung HBV (cairan amnion, darah ibu, sekret vagina) pada kulit bayi dengan lesi (abrasi) dan pada mukosa (konjungtiva). Bayi yang dilahirkan dari ibu yang HbsAg + HBs AgE + akan menderita HBV. Infeksi yang terjadi pada bayi ini tanpa gejala klinis yang menonjol, keadaan ini menyebabkan ibu menjadi lengah dan lupa membuat upaya pencegahan.

2.1.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Hepatitis B

2.1.5.1.Faktor Host (Penjamu)

Semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapatamempengaruhi timbul serta perjalanan penyakit hepatitis B. Faktor penjamu meliputi: a. Umur,Hepatitis B dapat menyerang semua golongan umur. Paling sering pada bayi dan anak (25 -45,9 %) resiko untuk menjadi kronis, menurun dengan bertambahnya umur dimana pada anak bayi 90 % akan menjadi kronis, pada anak usia sekolah 23 -46 % dan pada orang dewasa 3-10% (Markum, 1997). Hal ini berkaitan dengan terbentuk antibodi dalam jumlah cukup untuk menjamin terhindar dari hepatitis kronis.b. Jenis kelamin.Berdasarkan sex ratio, wanita 3x lebih sering terinfeksi hepatitis B dibanding pria.c. Mekanisme pertahanan tubuh.Bayi baru lahir atau bayi 2 bulan pertama setelah lahir lebih sering terinfeksi hepatitis B, terutama pada bayi yang sering terinfeksi hepatitis B, terutama pada bayi yang belum mendapat imunisasi hepatitis B. Hal ini karena sistem imun belum berkembang sempurna.d. Kebiasaan hidup.Sebagian besar penularan pada masa remaja disebabkan karena aktivitas seksual dan gaya hidup seperti homoseksual, pecandu obat narkotika suntikan, pemakaian tatto, pemakaian akupuntur. e. Pekerjaan Kelompok resiko tinggi untuk mendapat infeksi hepatitis B adalah dokter, dokter bedah, dokter gigi, perawat, bidan, petugas kamar


(27)

operasi, petugas laboratorium dimana mereka dalam pekerjaan sehari-hari kontak dengan penderita dan material manusia (darah, tinja, air kemih).

2.1.5.2. Faktor Agent.

Penyebab Hepatitis B adalah virus hepatitis B termasuk DNA virus. Virus Hepatitis B terdiri atas 3 jenis antigen yakni HBsAg, HBcAg, dan HBeAg. Berdasarkan sifat imunologik protein pada HBsAg, virus dibagi atas 4 subtipe yaitu adw, adr, ayw, dan ayr yang menyebabkan perbedaan geografi dalam penyebarannya.Subtype adw terjadi di Eropah, Amerika dan Australia. Subtype ayw terjadi di Afrika Utara dan Selatan. Subtype adw dan adr terjadi di Malaysia, Thailand, Indonesia. Sedangkan subtype adr terjadi di Jepang dan China.

2.1.5.3. Faktor Lingkungan

Merupakan keseluruhan kondisi dan pengaruh luar yang mempengaruhi perkembangan hepatitis B. Yang termasuk faktor lingkungan adalah: Lingkungan dengan sanitasi jelek,daerah dengan angka prevalensi VHB nya tinggi,daerah unit pembedahan: Ginekologi, gigi, mata,daerah unit laboratorium,daerah unit bank darah,daerah tempat pembersihan,daerah dialisa dan transplantasi,daerah unit perawatan penyakit dalam

2.1.6.Patologi Hepatitis B

Pada manusia hati merupakan target organ bagi virus hepatitis B. Virus Hepatitis B (VHB) mula-mula melekat pada reseptor spesifik dimembran sel hepar kemudian mengalami penetrasi ke dalam sitoplasma sel hepar. Dalam sitoplasma VHB melepaskan mantelnya, sehingga melepaskan nukleokapsid. Selanjutnya nukleokapsid akan menembus dinding sel hati. Di dalam inti asam nukleat VHB akan keluar dari nukleokapsid dan akan menempel pada DNA hospes dan berintegrasi; pada DNA tersebut. Selanjutnya DNA VHB memerintahkan gel hati untuk membentuk protein bagi virus baru dan kemudian terjadi pembentukan virus baru. Virus ini dilepaskan ke peredaran darah, mekanisme terjadinya kerusakan hati yang kronik disebabkan karena respon imunologik penderita terhadap infeksi. Apabila reaksi imunologik tidak ada atau


(28)

minimal maka terjadi keadaan karier sehat. Gambaran patologis hepatitis akut tipe A, B dan Non A dan Non B adalah sama yaitu adanya peradangan akut diseluruh bagian hati dengan nekrosis sel hati disertai infiltrasi sel-sel hati dengan histiosit. Bila nekrosis meluas (masif) terjadi hepatitis akut fulminan.

Bila penyakit menjadi kronik dengan peradangan dan fibrosis meluas didaerah portal dan batas antara lobulus masih utuh, maka akan terjadi hepatitis kronik persisten. Sedangkan bila daerah portal melebar, tidak teratur dengan nekrosis diantara daerah portal yang berdekatan dan pembentukan septa fibrosis yang meluas maka terjadi hepatitis kronik aktif.

2.1.7.Vaksinasi Hepatitis B

Pengembangan vaksin hepatitis B telah dimulai dalam tahun tujuh puluhan di Perancis dan Amerika Serikat dan pada tahun 1982 berhasil mendapat ijin untuk dipasarkan bagi masyarakat umum. Vaksin generasi pertama itu dihasilkan dengan ekstraksi, purifikasi dan inaktivasi HBsAg dari plasma pengidap kronik. Proses inaktivasi dilkukan dengan pemanasan ensim dan bahan kimia, sehingga mematikan virus hepatitis maupun virus AIDS yang mungkin ada. Berbagai uji coba klinik menunjukkan keamanan dan efektivitas dari vaksin plasma tersebut.Perkembangan di bidang rekayasa genetik dan bioteknologi memungkinkan pembuatan vaksin hepatitis B dengan teknik rekombinan DNA. DNA yang memiliki kode protein s selain virus hepatitis B disisipkan ke dalam sel ragi. DNA yang disisipkan memberi instruksi pada sel ragi untuk membuat antigen permukaan virus (HBsAg).Sel ragi kemudian dipecah dan HBsAg didalamnya dimurnikan. Proses DNA rekombinan lain ialah dengan menggunakan sel mammalia hidup. Prosesnya mirip dengan pembikan dalam sel ragi,hanya dalam mammalia HBsAg disekresi, sehingga sel tidak perlu dipecahkan untuk memanen HBsAg.Vaksin rekombinan ini telah mengalami uji coba klinik dan terbukti mempunyai keamanan, imunogenisitas dan efektivitas yang sebanding dengan vaksin plasma.

Baik vaksin plasma maupun vaksin rekombinan sangat jarang menimbulkan efek samping, mempunyai daya imunogenesitas tinggi, tidak bereaksi dengan antibodi HBs maternal dan tidak


(29)

bereaksi dengan vaksin BCG, polio dan DPT.Cara pembuatan vaksin DNA rekombinan yang sedang dikembangkan ialah dengan memasukkan gen hepatitis B ke dalam virus besar, yakni virusVacciniaatau vaksin cacar. Uji coba klinik sedang dikerjakan untuk menentukan keamanan dan efektivitas vaksin ini. Bila berhasil, maka biaya pembuatan vaksin bisa diturunkan lagi.vBila vaksin disuntikkan, tubuh akan membentuk anti-HBs.v.Satu seri vaksinasi yang tepat dapat membentuk antibodi yang cukup pada 95% orang sehat. Respons pembentukan antibody berkurang pada usia lebih tua dan adanya gangguan daya tahan tubuh. Pada bayi dan anak respons umumnya sangat baik dan menghasilkan kadar antibodi yang tinggi walaupun dengan dosis yang lebih rendah dari orang dewasa. Berapa lama antibody dapat bertahan dalam tubuh belum diketahui dengan pasti, tapi diperkirakan lebih dari 5 tahun. Perlindungan dalam 5 tahun pertama kehidupan sudah cukup baik untuk mengurangi jumlah pengidap kronik, sekalipun

booster tidak diberikan. Dosis yang dianjurkan berbeda sesuai dengan jenis vaksin.Suntikan sebaiknya diberikan ke dalam otot deltoid pada orang dewasa dan ke dalam otot pada bayi dan anak. Suntikan di pantat (gluteus) tidak dianjurkankarena terbukti mengakibatkan respons antibodi yang rendah. Berbagai percobaan memberikan suntikan secara intradermal menunjukkan bahwa dengan dosis 1/10 dapat diperoleh respons yang cukup baik. Suntikan intradermal secara teknis lebih sulit dan memerlukan latihan khusus untuk petugas.

Di negara maju, seorang yang mengalami kontak dengan VHB diberikan imunoglobulin HVB (HBIG). HBIG diperoleh dari pemurnian plasma yang mengandung anti–HBs dalam kadar tinggi. Antibodi ini memberi perlindungan segera namun cepat hilang dari peredanan danah. Kombinasi HBIG dan vaksin hepatitis B yang diberikan kepada bayi dan ibu pengidap HBeAg akan memberikan perlindungan sampai 90% pada bayi. Pemberian vaksin semata memberikan perlindungan sebesar 70–90%(1)7. Karena mahalnya HBIG dan sifatnya yang tidak tahan panas, sebagian besanneganaberkembang tidak dapat menggunakannya dan hanya memberikan vaksin.

2.1.7.1 Program immunisasi Hepatitis B

Tujuan utama ialah pencegahan hepatitis kronik, sirosis dan karsinoma hepatoseluler melalui pencegahan terjadinya pengidap kronik. Terjadinya infeksi hepatitis dan serangan hepatitis klinis akut tidak begitu penting dari sudut kesehatan masyarakat. Di negara dengan endemisitas


(30)

hepatitis B sedang dan tinggi seperti di Indonesia bayi dan anak harus menjadi sasaran program imunisasi karena mempunyai risiko terbesar untuk menjadi pengidap kronik bila terinfeksi. Bila dana cukup, program imunisasi untuk penduduk dewasa yang termasuk kelompok risiko tinggi dapat dipertimbangkan. Yang termasuk kelompok risiko tinggi ialah antara lain pemakai obat bius suntikan, pria homoseksual, pasien hemodialisa, orang yang sering beganti partner seks, petugas kesehatan yang banyak berhubungan dengan darah dan cairan tubuh.

Untuk mencegah penularan pada bayi dan anak ada dua pendekatan. Pendekatan pertama adalah pencegahan penularan vertikal dengan memberikan imunisasi kepada semua bayi yang dilahirkan ibu HBsAg positif, khususnya yang HBeAg positif. Pendekatan kedua adalah pencegahan penularan horisontal, yakni memberikan imunisasi kepada semua bayi dan anak yang masih rentan terhadap infeksi VHB. Pendekatan pertama adalah tepat untuk negara dengan penularan vertikal sebagai cara penularan utama, dan sebagian besar ibu bersalin ditolong rumah sakit, misalnya di Jepang dan Taiwan". Di daerah atau negara dengan penularan horizontal juga penting seperti di Indonesia dan Singapura, imunisasi atas bayi-bayi yang dilahirkan ibu HBsAg positif saja belum cukup untuk menurunkan pengidap kronik secara bermakna, maka pendekatan kedua dimana semua bayi mendapat imunisasi tanpa melakukan skrining pada ibu adalah lebih tepat.

Program imunisasi hepatitis B semacam ini sebaiknya diintegrasikan dengan program imunisasi (EPI) yang ada. Proyek di Lombok menunjukkan bahwa pemberian imunisasi hepatitis B dapat diintegrasikan dalam program EPI.Suatu studi lain yang menunjukkan kemungkinan diintegrasikannya vaksinasi hepatitis B dengan EPI telah dilaksanakan di Gambia.Indonesia akan membutuhkan sekitar 15 juta dosis vaksin per tahun bila vaksinasi hepatitis B dimasukkan dalam EPI.

Menurut pusat penelitian penyakit menular,badan penelitian dan pengembangan kesehatan departemen kesehatan RI,Jakarta,bahwa Indonesia telah melaksanakan program Immunisasi Hepatitis B sejak tahun 1987 di Lombok dan kebijaksanaan ini diteruskan ke beberapa propinsi lain, yaitu tahun 1991 dimulai secara bertahap di empat propinsi,tahun 1992 diperluas menjadi sepuluh propinsi, dan pada tahun 1997 untuk dua puluh tujuh propinsi harus sudah melaksanakan


(31)

vaksinasi hepatitis B.Bila program vaksinasi berhasil,diharapkan pada tahun 2015 (satu generasi kemudian) hepatitis B bisa dibanteras dan bukan merupakan persoalan kesehatan masyarakat lagi.UNIDO-WHO-UNICEF menganjurkan,untuk Negara dengan jumlah pendudk lebih dari 50 juta supaya memproduksi sendiri vaksin yang diperlukan.Indonesia dengan pendudk lebih dari 180 juta dan prevalensi HBsAg antara 8-20% harus mepersiapkan diri untuk memproduksi sendiri vaksin hepatitis B.

Tabel 2.2.Jadual immunisasi bayi yang dilahirkan di rumah sakit.

Kontak Antigen Umur

I Hep B 1,BCG

II Hep B 2,DPT1,Polio 1 III DPT2,Polio 2

IV DPT3,Polio 3 V Hep B 3 (campak) VI campak

0 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 7 bulan 9 bulan

Tabel 2.3.Jadual immunisasi bayi di posyandu/puskesmas

Kontak Antigen Umur

I BCG,Polio 1,DPT1 II Hep B 1,Polio 2,DPT2 III Hep B 2,Polio 3,DPT3 IV Hep B 3,campak

2 bulan 3 bulan 4 bulan 9 bulan


(32)

2.1.8.Gejala klinis dan diagnosa Hepatitis B pada manusia

Diagnosis infeksi hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan serologi, petanda virologi, biokimiawi dan histologi. Secara serologi pemeriksaan yang dianjurkan untuk diagnosis dan evaluasi infeksi hepatitis B kronis adalah : HBsAg, HBeAg, anti HBe dan HBV DNA.Adanya HBsAg dalam serum merupakan petanda serologis infeksi hepatitis B. Titer HBsAg yang masih positif lebih dari 6 bulan menunjukkan infeksi hepatitis kronis. Munculnya antibodi terhadap HBsAg (anti HBs) menunjukkan imunitas dan atau penyembuhan proses infeksi. Adanya HBeAg dalam serum mengindikasikan adanya replikasi aktif virus di dalam hepatosit. Titer HBeAg berkorelasi dengan kadar HBV DNA. Namun tidak adanya HBeAg (negatif) bukan berarti tidak adanya replikasi virus.keadaan ini dapat dijumpai pada penderita terinfeksi HBV yang mengalami mutasi (precore ataucore mutant).

Tabel 2.4.definisi criteria dan diagnosis penyakit Hepatitis B.

Keadaan Definisi Kriteria Diagnostik

Hepatitis B kronis Proses nekro-inflamasi kronis hati disebabkan oleh infeksi persisten virus hepatitis B.

Dapat dibagi menjadi hepatitis B kronis dengan HBeAg + dan HBeAg

-1.HBsAg + > 6 bulan

2.HBV DNA serum >1000000copies/ml

3.Peningkatan kadar ALT/AST secara berkala/persisten

4.Biopsi hati menun-jukkan hepatitis kro-nis (skor nekro-inflamasi > 4)


(33)

Carrier HBsAg inaktif

Infeksi virus hepatitis B persisten tanpa disertai proses nekro-inflamasi yang signifikan

1.HBsAg + > 6 bulan 2.HBeAg - , anti HBe + 3.HBV DNA serum < 1000000 copies/ml

4.Kadar ALT/AST normal 5.Biopsi hati menunjukkan tidak adanya hepatitis yang signifikan (skor nekro-inflamasi < 4

Tabel 2.5.evaluasi untuk pasien Hepatitis B

Parameter Keterangan

Evaluasi awal 1.Anamnesis dan pemeriksaan fisik

2.Pemeriksaan laboratorium untuk menilai penyakit hati : darah rutin dan fungsi hati

3.Pemeriksaan replikasi virus : HBeAg, anti HBe dan HBV DNA

4.Pemeriksaan untuk menyisihkan penyakit hati lainnya : anti HCV, anti HDV (khususnya pengguna narkoba injeksi, atau daerah endemis)

5.Skrining karsinoma hepatoselular : kadar alfa feto protein dan ultrasonografi

6.Biopsi hati pada pasien yang memenuhi kriteria hepatitis B kronis


(34)

Follow up pasien yang belum diterapi

Pasien HBeAg positif dan HBV DNA > 1000000 copies/ml dan kadar ALT normal :

1.Pemeriksaan ALT setiap 3 6 bulan

2.Bila ALT > 1-2 x BANN, periksa ulang setiap 1-3 bulan 3.Bila ALT > 2 x BANN selama 3-6 bulan, pertimbangkan biopsi dan terapi

4.Pertimbangkan untuk skrining karsinoma hepatoselular

Pasien carrier HBsAg inaktif :

1.Pemeriksaan ALT setiap 6 12 bulan

2.Bila ALT > 1-2 x BANN, periksa HBV DNA dan singkirkan penyebab penyakit hati lainnya

3.Pertimbangkan untuk skrining karsinoma hepatoselular

Salah satu pemeriksaan biokimiawi yang penting untuk menentukan keputusan terapi adalah kadar ALT. Peningkatan kadar ALT menggambarkan adanya aktifitas nekroinflamasi. Oleh karena itu pemeriksaan ini dipertimbangkan sebagai prediksi gambaran histologi. Pasien dengan


(35)

kadar ALT yang meningkat menunjukkan proses nekroinflamasi lebih berat dibandingkan pada ALT yang normal. Pasien dengan kadar ALT normal memiliki respon serologi yang kurang baik pada terapi antiviral. Oleh sebab itu pasien dengan kadar ALT normal dipertimbangkan untuk tidak diterapi, kecuali bila hasil pemeriksaan histologi menunjukkan proses nekroinflamasi aktif. Tujuan pemeriksaan histologi adalah untuk menilai tingkat kerusakan hati, menyisihkan diagnosis penyakit hati lain, prognosis dan menentukan manajemen anti viral. Ukuran spesimen biopsi yang representatif adalah 1-3 cm (ukuran panjang) dan 1,2-2 mm (ukuran diameter) baik menggunakan jarum Menghini atau Tru-cut. Salah satu metode penilaian biopsi yang sering digunakan adalah dengan Histologic Activity Index score. Pada setiap pasien dengan infeksi HBV perlu dilakukan evaluasi awal Pada pasien dengan HBeAg positif dan HBV DNA > 1000000 copies/ml dan kadar ALT normal yang belum mendapatkan terapi antiviral perlu dilakukan pemeriksaan ALT berkala dan skrining terhadap risiko KHS, jika perlu dilakukan biopsi hati. Sedangkan bagi pasien dengan keadaan carrier HBsAg inaktif perlu dilakukan pemantauan kadar ALT dan HBV DNA.

2.2 Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan tersebut menjadi panca indera manusia yaitu indera penglihatan,pendengaran,penciuman,perasa dan peraba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga,perilaku dalam bentuk pengetahuan yakni dengan mengetahui situasi atau rangsangan dari luar.Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.Apabila perilaku didasari pengetahuan,kesadaran dan sikap positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeg (long lasting).Sebaliknya apabila perilaku itu tidak disadari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

Menurut Notoatmodjo (2003),pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yakni :


(36)

1. Tahu (know)

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.

2. Memahami (Compression)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Analysis)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real).

4. Analisis (Analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk mejabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya antara satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilain terhadap suatu materi atau obyek.Penilaian-penilaian itu suatu criteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara dan kuisioner yang menayakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penilitian atau responden yang dipilih.


(37)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Pada penelitian ini diuraikan kerangka konsep tentang hubungan status immunisasi Hepatitis B mahasiswa setambuk 2007 dan setambuk 2010 Fakultas Kedokteran USU dan tingkat pengetahuan tentang pencegahan penyakit Hepatitis B.

Variabel Independen Variabel Dependen

Tingkat pengetahuan mahasiswa tentang

pengambilan immunisasi untuk mencegah infeksi Hepatitis B

Status immunisasi Hepatitis B mahasiswa setambuk 2007 dan setambuk 2010 Fakultas Kedokteran USU

Gambar 3.1. Kerangka konsep status immunisasi Hepatitis B mahasiswa Fakultas Kedokteran USUco-ass (setambuk 2007) dan bukanco-ass (setambuk 2010)

3.2. Definisi Operasional

Status Immunisasi

Status immunisasi Hepatitis B sebagai definisi operasional adalah status immunisasi awal seseorang individu yaitu apakah individu itu telah mengambil vaksin untuk melindungi tubuh badan dari invasi virus hepatitis B.

Seseorang individu itu adalah benar-benar kebal terhadap infeksi Hepatitis B apabila telah mengambil 3 dosis vaksin Hepatitis B.Untuk seorang dewasa,dosis pertama bisa diambil kapan-kapan saja.Dosis kedua harus diambil 1 hingga 2 bulan setelah pengambilan dosis pertama.Dosis ketiga harus diambil 4 hingga 6 bulan setelah dosis pengambilan dosis pertama.Dalam penelitian


(38)

ini,individu yang telah mengambil immunisasi awal yang lengkap dengan 3 dosis Hepatitis B termasuk sebagai indiviu yang telah diimunisasi secara lengkap.

Mahasiswa-mahasiswa setambuk 2007

Mahasiswa-mahasiswa setambuk 2007 Fakultas Kedokteran USU, adalah mahasiswa-mahasiswa dari semester 9 dan telah memasukico-ass.

Mahasiswa-mahasiwa setambuk 2010

Mahasiswa-mahasiwa setambuk 2010 Fakultas Kedokteran USU,adalah mahasiswa-mahasiswa dari semester 3 dan belum memasukico-ass.

Status immunisasi diteliti dengan menggunakan kuesioner serta diteliti jumlah dosis immunisasi yang telah diambil oleh mahasiswa.Melalui ini,dapat diketahui bahwa apakah mahasiswa-mahasiwa ini benar-benar terlindung dari infeksi Hepatitis B.


(39)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat analitik deskriptif, cross sectional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa tentang faktor resiko terjadinya infeksi Hepatitis B.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kampus Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara, Medan, propinsi Sumatera Utara dan RSUP Adam Malik.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan berlangsung selama 6 bulan yaitu mulai dari penentuan judul proposal, menyusun proposal hingga seminar hasil yang berlangsung dari bulan Februari 2011 hingga Augustus 2011.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara setambuk 2007 dan 2010.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi mahasiswi. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan tekniksimple random samplingdan dengan proporsi yang sama yaituproportionate stratified random sampling.Besarnya sampel dihitung dengan menggunakan metode statistik dengan memakai formula


(40)

N = Besar populasi n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang dinginkan. Bila kita memerlukan derajat ketepatan yang tinggi maka diambil angka 0,10, maka jumlah sampel akan lebih besar daripada kita memilih derajat ketepatan 0,50.

Mahasiswa setambuk 2007:269 orang Mahasiswa setambuk 2010:426 Maka ; n = 695 / [ 1 + 695 (0,10)²] n = 695 / 7.95

n = 87.4

Dengan tingkat ketepatan relatif sebesar 10% dan jumlah populasi sebesar 695 orang, maka jumlah sampel yang diperoleh dengan menggunakan formula tersebut adalah sebanyak sekitar 87 orang. Oleh karena terdapat 2 stambuk, peneliti telah memilih untuk mengambil sebanyak 90 sampel yaitu 45sampel dari setiap stambuk. Sampel tersebut kemudian didistribusikan secara merata pada mahasiswa FK USU:

a. Setambuk 2007 : 1/2 x 90=45 orang b. Setambuk 2010 : 1/2 x 90=45 orang

4.4. Metode Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket berupa kuisioner yang dibagikan kepada responden yang berisi 12 pertanyaan tentang faktor resiko infeksi hepatitis B,pengambilan immunisasi awal dan cara-cara pencegahannya.


(41)

2.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen kuisioner.

2.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari pihak universitas yang berhubungan dengan jumlah mahasiswa setambuk 2007 dan 2010 di fakultas tersebut.

4.4.3 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah angket yang berupa kuesioner (daftar pertanyaan) yang terdiri dari 12 pertanyaan. Pertanyaan dibuat berdasarkan variable-variabel yang akan diukur yang terdapat pada kerangka konsep penelitian iaitu untuk menilai hubungan tingkat pengetahuan dan status immunisasi mahasiswa Fakultas Kedokteran USU. Informed Consent akan diberi bersamaan dengan kuisioner tersebut yang akan menjelaskan tujuan dilakukan penelitian. Pengisian kuesioner oleh mahasiswi akan dilakukan secara langsung, sambil diperhatikan peneliti untuk memastikan tidak ada kecurangan yang berlaku. Data yang diperoleh akan dianalisa, setelah kuisioner dikembalikan oleh mahasiswi kepada peneliti.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa proses. Proses awal adalah memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. Jika ada data belum yang lengkap ataupun ada kesalahan, dapat dilengkapi dengan mewawancarai ulang responden. Selanjutnya data yang lengkap dan tepat tersebut diberi kode secara manual sebelum diolah dengan komputer. Kemudian data dimasukkan ke dalam program komputer dan dilakukan pemeriksaan untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data. Setelah itu data disimpan, lalu hasilnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Program statistik yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data penelitian ini berupaStatistical Package for Social Sciences(SPSS).


(42)

BAB 5

HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Universitas Sumatera Utara (USU) adalah sebuah universitas negeri yang terletak di Kota Medan, Indonesia. USU adalah universitas pertama di pulau Sumatera yang mempunyai Fakultas Kedokteraan. Kampus USU Padang Bulan sebagai kampus utama berlokasi di Keluarahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Kampus ini dimulai digunakan sejak tahun 1957. Kampus Padang Bulan yang pada awalnya terdapat dipinggiran kota Medan, kemudian dengan perkembangan kota medan sampai sekarang berada di tengah-tengah kota dan Fakultas Kedokteraan USU terletak di Jl. Dr. Mansur No.5 Medan.

Sebanyak 90 responden yang terdiri daripada mahasiswa Fakultas Kedokteran telah mengikuti penelitian ini yaitu sebanyak 45 responden dari setambuk 2007 dan 45 responden dari setambuk 2010.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

5.1.2.1. Karakteristik Individu Berdasarkan Umur

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Umur n %

17-19 22 24.4

20-22 48 53.3

23-25 20 22.2


(43)

Karakteristik umur responden pada penelitian ini diperlihat pada tabel 5.2 di atas.Sebahagian besar responden adalah berumur 19 tahun yaitu sebanyak 18 orang(20.0%) , kedua 22 tahun sebanyak 17 orang (18.9%) , ketiga 20 tahun sebanyak 16 orang (17.8%), diikuti 21 tahun, 23 tahun dan 24 tahun iaitu sebanyak 15 (16.7%), 9 (10.0%) dan 7 (7.8%) orang seterusnya yang berumur 25 tahun sebanyak 4 (4.4%) orang, 18 tahun sebanyak 3 (3.3%) orang dan yang paling sedikit yang berumur 17 tahun hanya 1 (1.1%) orang.

5.1.3. Hasil Analisis Data

5.1.3.1. Pengetahuan

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup, dan kurang. Seorang responden akan dikatakan berpengetahuan baik jika menjawab 10-12 pertanyaan dengan benar, sedangkan seorang responden dikatakan berpengetahuan cukup jika menjawab 5-9 pertanyaan dengan benar dan dikatakan berpengetahuan kurang jika hanya menjawab kurang dari 5 pertanyaan dengan benar.

Berdasarkan hasil pengumpulan data primer responden melalui kuesioner, diperoleh data-data yang disajikan di dalam tabel-tabel berikut:

Tabel 5.2 Hasil analisis tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan n %

baik(10-12) 32 35.2

cukup(5-9) 57 62.6


(44)

Dari hasil penelitian, ternyata kategori tingkat pengetahuan responden mengenai imunisasi awal untuk mencegah infeksi Hepatitis B yang paling banyak adalah tingkat pengetahuan cukup sebesar 62.6% (57orang), sedangkan kategori yang paling sedikit adalah tingkat pengetahuan buruk sebesar 1.1% (1 orang), dan selebihnya adalah tingkat pengetahuan baik sebesar 35.2% (32 orang).

Table 5.3 Frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan setambuk

Tingkat pengetahuan

Baik (10-12) Cukup (5-9) Buruk(<5) Setambuk

n % n % n %

2007 21 46.7 24 53.3 0 0

2010 11 24.4 33 73.3 1 2.2

Total 32 35.6 57 63.3 1 1.1

Dari tabel 5.5 di atas dapat disimpulkan bahwa setambuk 2007 mempunyai sebanyak 21 orang dengan tingkat pengetahuan baik dan 24 dengan tingkat pengetahuan cukup. Pada setambuk 2010 pula sebanyak 11 orang dengan tingkat pengetahuan baik, 33 orang dengan tingkat pengetahuan cukup dan 1 orang dengan tingkat pengetahuan kurang baik. Responden paling banyak dengan tingkat pengetahuan baik, yaitu dengan menjawab 10-12 pertanyaan dengan benar adalah setambuk 2007 sebanyak 21 orang,.Responden paling banyak dengan tingkat pengetahuan cukup yaitu dengan menjawab 5-9 pertanyaan dengan benar adalah setambuk 2010 sebanyak 33 orang.Responden paling banyak dengan tingkat pengetahuan buruk yaitu dengan menjawab kurang dari 5 pertanyaan dengan benar adalah setambuk 2010 sebanyak 1 orang.


(45)

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Jawaban Pengetahuan Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat 12 soalan.Set iap soal hanya dijawab ya ataupun tidak.Setia p soal yang dijawab benar diberi nilai sebanyak 1,dan setiap soal yang dijawab salah diberi nilai

Gambaran Pertanyaan Jawaban Responden

Benar Salah

n % n % 1 Pengertian tentang Hepatitis B 89 97.8 1 1.1

2. Pengertian tentang faktor penularan Hepatitis B 81 89.0 9 9.9 3. Pencegahan Hepatitis B melalui imunisasi awal 82 90.1 8 8.8

4. Jumlah dosis vaksin Hepatitis B 81 89.0 9 9.9 5. Manfaat pengambilan tes Anti-HBs terhadap

pencegahan Hepatitis B

29 31.9 61 67.0

6. Jumlah dosis vaksin Hepatitis B untuk perlindungan total

55 60.4 35 38.5

7. Waktu pengambilan dosis pertama vaksin Hepatitis B

63 69.2 27 29.7

8 Waktu pengambilan dosis kedua vaksin Hepatitis B 74 81.3 16 17.6 9. Waktu pengambilan dosis ketiga vaksin Hepatitis B 73 80.2 17 18.7 10 Tujuan pengambilan tes Anti-HBs 69 75.8 21 23.1 11 Faktor kondisi kesehatan lain untuk pengambilan

vaksin Hepatitis B

48 52.7 42 46.2

12 Kondisi kesehatan lain yang mempengaruhi dosis vaksin


(46)

sebanyak 0.Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa, pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar oleh responden adalah pertanyaan nomor 1 yaitu mengenai pengertian tentang penyakit Hepatitis B dengan persentase sebesar 97.8 % (89 orang) dan pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan salah adalah pertanyaan nomor 5 yaitu mengenai manfaat pengambilan tes Anti-HBs terhadap pencegahan Hepatitis B sebanyak 67% (61 orang).

5.1.3.2. Status Imunisasi

Status imunisasi responden dalam penelitian ini dinilai berdasarkan jumlah dosis vaksin Hepatitis B yang telah diambil dan waktu dosis terakhir.Tingkat pengetahuan responden mengenai tes antibody respon yaitu tes anti-HBs jugak dinilai untuk penentuan post-exposure prophylaxisyang berpatutan jika ditemui hasil tesnya positif.

Tabel 5.5 Hasil analisis status imunisasi Hepatitis B berdasarkan jumlah dosis vaksin waktu kecil

Stambuk

2007 2010

Dosis Vaksin

n % n %

Satu dosis 7 15.6 12 32.4

Dua dosis 11 24.4 5 13.5

Tiga dosis (lengkap)

20 44.4 4 10.8

Tidak yakin Tidak pernah mengambil

7 0

15.6 0

16 8

43.2 17.8

``


(47)

Dari tabel 5.7 di atas,dapat dilihat bahwa responden yang paling banyak telah mengambil satu dosis vaksin Hepatitis B adalah dari setambuk 2010 sebanyak 12 orang (32.4%).Responden yang paling banyak telah mengambil dua dosis vaksin Hepatitis B adalah dari setambuk 2007 sebanyak 11 orang(24.4%).Responden yang paling banyak telah mengambil dosis vaksin Hepatitis B yang lengkap yaitu sebanyak 3 dosis adalah dari setambuk 2007 sebanyak 20 orang(44.4%).Responden yang paling banyak tidak pernah mengambil vaksin Hepatitis B adalah dari setambuk 2010 sebanyak 8 orang (17.8%).Tidak ada responden dari setambuk 2007 yang tidak pernah mengambil vaksin Hepatitis B.

Tabel 5.6 Hasil analisis status imunisasi Hepatitis B berdasarkan waktu dosis terakhir Booster

Stambuk

2007 2010

Waktu Dosis

Terakhir n % n %

5 tahun 30 66.7 17 45.9

> 5 tahun 9 20.0 7 18.9

Tidak yakin 6 13.3 13 35.9

Total 45 100 37 100

Dari tabel 5.8 di atas,dapat dilihat bahwa responden yang paling banyak mengambil dosis vaksin booster Hepatitis B dalam waktu 5 tahun adalah dari setambuk 2007 sebanyak 30 orang (66.7%).Responden yang paling banyak mengambil dosis vaksin booster Hepatitis B sama atau lebih dari 6 tahun adalah dari setambuk 2007 sebanyak 9 orang (20.0%).Responden yang paling banyak tidak yakin dengan waktu dosis booster terakhir adalah dari setambuk 2010 sebanyak 13 orang (35.9%).


(48)

Tabel 5.7 Hasil analisis status imunisasi Hepatitis B berdasarkan tes Anti-HBs

Stambuk

2007 2010

Tes Anti-HBs yang telah

diambil n % n %

10 mIU/ml 11 24.4 2 5.4

10 mIU/ml 18 40.0 1 2.7

Tidak yakin 16 35.6 34 91.9

Total 45 100 37 100

Dari tabel 5.9 di atas,dapat dilihat bahwa responden yang paling mempunyai banyak nilai “protective level” sama dengan atau lebih dari 10Miu/ml adalah dari setambuk 2007 sebanyak 11 orang (24.4%).Responden yang paling banyak mempunyai nilai “ protective level “ lebih kurang dari 10 Miu/ml adalah dari setambuk 2007 sebanyak 18 orang (40.0%).Responden yang paling banyak tidak yakin dengan pengambilan tes Anti-HBs adalah dari setambuk 2010 yaitu sebanyak 34 orang (91.9%).

5.2. Pembahasan

5.2.1 Tingkat pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan diatas dapat dilakukan pembahasan seperti berikut.Pada tingkat pengetahuan baik,lebih banyak responden yang didapati dari setambuk 2007(koas) yaitu sebanyak 21 orang (46.7%) dibandingkan dengan setambuk 2010 yaitu hanya sebanyak 11 orang (24.4%).Pada tingkat pengetahuan cukup pula,lebih banyak responden yang didapati dari setambuk 2010 yaitu sebanyak 33 orang (73.3%) dibandingkan dengan setambuk


(49)

2007 yaitu sebanyak 24 orang (53.3%).Pada tingkat pengetahuan kurang baik,tidak ada responden yang didapati dari setambuk 2007 dibandingkan dengan setambuk 2010 (bukan koas) yang didapati 1 responden (2.22%).Hal ini disebabkan oleh perbedaan tingkat pendidikan (semester) pada kedua setambuk 2007 dan setambuk 2010 yang mempengaruhi tingkat paparan,serta pengalaman dan pengetahuan mahasiswa tentang penyakit Hepatitis B yang mempengaruhi pengambilam imunisasi awal sebagai cara mencegah infeksi Hepatitis B.

5.2.1.1 Distribusi tingkat pengetahuan mahasiswa/i Fakultas kedokteran USU mengikut setambuk

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.5 maka dapat di analisa secara deskriptif , tingkat pengetahuan mahasiswa/i Fakultas Kedokteran USU tentang penyakit Hepatitis B dan pengambilan imunisasi awal untuk mencegahnya.Yang berkategori baik lebih banyak pada mahasiswa/i yang berada pada setambuk 2007 dibandingkan dengan mahasiswa/i yang berada pada setambuk 2010. Hal ini menunjukkan tingkat setambuk mempengaruhi sedikit sebanyak tingkat pengetahuan mahasiswa/i tentang pengambilan imunisasi awal untuk mencegah penyakit Hepatitis B.Teori Notoadmodjo (2003) yang menyatakan bahwa pengetahuan akan berpengaruh pada perilaku sebagai hasil pendidikan.

Tingkat pengetahuan tentang imunisasi awal untuk mencegah Hepatitis B adalah suatu faktor yang penting di analisa. Menurut World Health Organisation (Organisasi Kesehatan Dunia),infeksi virus Hepatitis B adalah suatu masalah kesehatan global dan pengambilan imunisasi awal untuk mencegahnya adalah suatu yang penting.

Dari hasil penilitian ini,ternyata bahwa lebih banyak responden dari setambuk 2007 memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang imunisasi awal untuk mencegah penyakit Hepatitis B dibandingkan dengan setambuk 2010.Ternyata bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa-mahasiswa dari setambuk 2007 yang telah memasuki koas memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi tentang pengambilan imunisasi awal untuk mencegah penyakit Hepatitis B dibandingkan dengan mahasiswa-mahasiswa dari setambuk 2010 yang belum memasuki koas.Hal ini disebabkan karena mahasiswa-mahasiswa setambuk 2007 lebih terpapar dengan kasus-kasus infeksi dan cara-cara pencegahannya,sebagai seorang co-assistant di RSUP


(50)

H.Adam Malik. Mereka juga mempunyai tanggungjawab yang lebih tinggi untuk melindungi diri sendiri daripada terkena infeksi Hepatitis B,karena mereka juga tergolong dalam kelompok yang beresiko tinggi untuk menghidapi penyakit Hepatitis B.Oleh karena itu,kesadaran mereka tentang pencegahan penyakit Hepatitis B adalah lebih tinggi dibandingkan setambuk 2010.Selain itu,mereka juga telah menyelesaikan teori kedokteran dan berada di semester yang lebih tinggi dari setambuk 2010 yaitu semester 9.Jika dibandingkan dengan setambuk 2007,mahasiswa-mahasiswa dari setambuk 2010 mempunyai pengetahuan dan paparan yang kurang tentang penyakit Hepatitis B karena masih belum menyelesaikan teori kedokteran dan masih berada di semester 3.Mereka juga tidak mempunyai pengalaman dalam menangani kasus Hepatitis B pada pasien yang benar di RSUP H.Adam Malik seperti mahasiswa setambuk 2007

5.2.2 Status Imunisasi Hepatitis B

Menurut penelitian ini,status imunisasi Hepatitis B mahasiswa/i dikatakan lengkap apabila mereka telah mengambil dosis vaksin Hepatitis B sebanyak 3 kali.Mahasiswa/i yang telah mengambil satu atau dua dosis vaksin Hepatitis B masih diambil kira tetapi tidak digolongkan sebagai mahasiswa/i yang mempunyai status imunisasi Hepatitis B yang lengkap.Hal ini sesuai dengan rekomendasi oleh CDC (Centers for Disease Control and Prevention),yaitu status imunisasi Hepatitis B untuk seorang individu adalah lengkap apabila telah mengambil dosis vaksin sebanyak 3 kali.Dalam penelitian ini,status imunisasi mahasiswa/I Fakultas Kedokteran USU telah deteliti dengan menganalisa jumlah dosis vaksin,waktu pengambilan dosis vaksin yang terakhir dan apakah mahasiswa/i pernah mengambil tes Anti-HBs post-vaksinasi.

5.2.2.1 Distribusi status imunisasi mahasiwa/i Fakultas Kedokteran USU mengikut setambuk

Jumlah Dosis Vaksin Hepatitis B Yang Telah Diambil Waktu Kecil

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan diatas dapat dilakukan pembahasan seperti berikut.Merujuk kepada tabel 5.7, responden yang paling banyak telah mengambil dosis vaksin Hepatitis B yang lengkap yaitu sebanyak 3 dosis adalah dari setambuk 2007


(51)

.Manakala,responden dari setambuk 2010 yang telah mengambil dosis vaksin Hepatitis B yang lengkap adalah lebih kurang yaitu sebanyak Oleh karena itu,terbukti mahasiwa/i Fakultas Kedokteran USU dari setambuk 2007 mempunyai status imunisasi Hepatitis B yang lebih lengkap darisetambuk 2010.

Responden yang paling banyak tidak yakin dengan jumlah dosis vaksin Hepatitis B adalah dari setambuk 2010 dibandingkan dengan setambuk 2007. Ini mungkin disebabkan oleh mahasiwa setambuk 2010,banyak yang tidak ingat tentang pengambilan dosis Hepatits B sewaktu kecil.Kemungkinan dosis booster mereka yang terakhir telah diambil adalah sewaktu kecil. Apabila ditanyakan pada responden apakah benar mereka telah lupa akan pengambilan dosis,ramai responden yang kurang ingat tentangnya.Ini juga membuktikkan bahwa waktu dosis terakhir yang telah diambil cukup lama dan lebih dari 5 tahun atau lebih lama dari itu.Segelintir dari mereka kurang yakin dengan pengambilan dosis vaksin mereka.Responden yang paling banyak tidak pernah mengambil penyakit Hepatitis B adalah dari setambuk 2010 yaitu sebanyak 8 orang, dibandingkan dengan setambuk 2007 yang tidak mempunyai responden yang tidak pernah mengambil imunisasi terhadap penyakit Hepatitis B.Ini adalah disebabkan karena kurangnya paparan terhadap infeksi Hpeatitis B dan cara-cara mencegahnya.

Menurut Program Imunisasi di negara-negara lain,setiap bayi yang lahir diwajibkan untuk disuntik vaksin Hepatitis B sebanyak tiga kali.Program Imunisasi Indonesia 2011 menurut laporan dari Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2011,setiap bayi yang lahir wajib disuntik vaksin Hepatitis B sebanyak tiga kali yaitu dosis pertama sebaik lahir,dosis kedua pada bulan yang kedua,dan dosis ketiga pada bulan yang keenam.Jikalau dibandingkan dengan negara lain seperti Malaysia dan Singapore,kedua-dua negara berkembang ini juga mempunyai Program Imunisasi Nasional yang cukup baik untuk memproteksi bayi-bayi yang lahir dari infeksi Hepatitis B.Menurut Singapore Government Health Promotion Board 2011,

jadwal imunisasi bayi baru lahir adalah seperti,dosis pertama disuntik 12 jam sebaik bayi dilahirkan,dosis kedua pada bulan pertama dan dosis ketiga pada bulan kelima atau 6.Manakala,menurut Program Imunisasi Nasional oleh Menteri Kesehatan Malaysia 2011,jadwal imunisasi bayi baru lahir untuk HBV adalah lebih kurang sama dengan negara Singapura dan Indonesia,yaitu dosis pertama sebaik bayi lahir,dosis kedua pada bulan pertama,dan dosis ketiga adalah bulan kelima.Melihat pada carta imunisasi oleh rekomendasiWorld Health Organisation,


(52)

semua negara wajib menyediakan fasilitas imunisasi Hepatitis B untuk bayi baru lahir untuk mencegah infeksi Hepatitis B.

Waktu Dosis Booster Terakhir Yang Telah Diambil

Merujuk kepada tabel 5.8,responden yang telah mengambil dosis vaksin booster Hepatitis B dalam waktu 5 tahun adalah dari setambuk 2007,dibandingkan dengan setambuk 2010. Responden yang paling banyak tidak yakin dengan waktu dosis terakhir adalah dari setambuk 2010 dibandingkan dengan setambuk 2007 .Menurut jurnal oleh CDC (Canadian Centre for Occupational Health and Safety) pada tahun 1990 yang berjudul “Protection Against Viral Hepatitis Recommendations of the Immunization Practices Advisory Committee (ACIP)”

,seorang individu akan mempunyai proteksi maksimum selama 5 tahun terhadap infeksi virus Hepatitis B,setelah pengambilan dosis booster vaksin Hepatitis B.Oleh karena itu,untuk menentukan apakah responden-responden yang telah mengambil vaksin booster Hepatitis B terlindung dari infeksi HBV,waktu dosis vaksin booster yang terakhir diambil oleh responden diteliti.Dari hasil penelitian,ternyata mahasiswa/i yang lebih terlindung daripada infeksi HBV adalah setambuk 2007 dibandingkan dengan mahasiswa/i dari setambuk 2010 yang lebih banyak tidak yakin dengan waktu dosis vaksin booster terakhir yang diambil oleh mereka.

Cukup banyak mahasiswa dari setambuk 2010 yang tidak yakin dengan waktu dosis terakhir booster yang diambil yaitu sebanyak 13 orang dibandingkan dengan setambuk 2007.Sekali lagi mungkin dosis booster terakhir yang telah diambil oleh kebanyakan mahasiswa setambuk 2010 adalah sewaktu kecil dan mereka kurang ingat tentang pengambilannya.

Persoalan mengenai apakah dosis booster Hepatits B diperlukan walaupun seseorang individu itu telah menerima imunisasi lengkap waktu bayi,masih menjadi perdebatan.Menurut laporan kasus infeksi Hepatitis B oleh William Cassidy, MD,kasus infeksi Hepatitis B masih banyak dilaporkan di daerah endemis dan pada kelompok yang beresiko tinggi oleh individu yang pernah divaksinasi secara lengkap.Pada penelitian prospective ini,telah dibuktikkan bahwa sebanyak 13 kasus infeksi Hepatitis B dijumpai pada satu kelompo seramai 1630 orang yang pernah divaksinasi secara lengkap.Ini membuktikkan bahwa immunologic memory seorang manusia tidak memberi proteksi yang lengkap terhadap Hepatitis B.Menurut Immunization


(53)

Action Coalition,immunologic memory untuk vaksin Hepatitis B bisa bertahan untuk 25 tahun setelah penyuntikan yang lengkap.Namun.pada beberapa kondisi seperti pasien yang

immunocompromised,mempunyai resiko tinggi untuk infeksi Hepatitis B dan sebagainya,perlu mengambil booster untuk perlindungan yang lebih yakin.

Tes Anti-HBs Yang Telah Diambil

Merujuk kepada tabel 5.9, responden yang paling banyak mempunyai nilai “protective level” sama dengan atau lebih dari 10Miu/ml adalah dari setambuk 2007.Responden yang paling banyak mempunyai nilai “ protective level “ lebih kurang dari 10 Miu/ml adalah dari setambuk 2007.Responden yang paling banyak tidak yakin dengan pengambilan tes Anti-HBs adalah dari setambuk 2010.

Dari hasil penelitian,cukup tinggi jumlah mahasiswa dari setambuk 2010 yang tidak yakin dengan pengambilan tes Anti-HBs.Ini mungkin disebabkan oleh faktor tingkat pendidikan mahasiwa setambuk 2010 yang lebih kurang dari mahasiswa setambuk 2007. Hal ini adalah disebabkan karena mahasiswa-mahasiswa setambuk 2007 lebih terpapar dengan kasus-kasus infeksi dan cara-cara pencegahannya,sebagai seorangco-assistantdi RSUP H.Adam Malik.Oleh karena itu,kesadaran mereka tentang pengambilan imunisasi awal untuk mencegah dan melindungi diri sendiri daripada terinfeksi oleh virus Hepatitis B, adalah lebih tinggi.Oleh itu mahasiswa setambuk 2010 kurang pengetahuan tentang kepentingan pengambialn tes Anti-HBs terutamanya apabila mengetahui kebenaran bahwa mahasiswa kedokteran adalah termasuk dalam kelompok yang beresiko tinggi untuk menghidapi infeksi Hepatitis B.

Menurut jurnal yang bertajuk “WHO Anti-HBs reference preparation)” pada tahun 1991,dikatakan bahwa tes post-vaksinasi Hepatitis B yaitu tes Anti-HBs adalah suatu tes serologi penting yang harus diambil oleh individu yang termasuk di dalam kelompok beresiko tinggi.Antara individu yang dikatakan beresiko tinggi terhadap infeksi Hepatitis B adalah “Health Care Workers” ataupun individu yang bekerja di sektor kesehatan seperti dokter,mahasiswa kedokteran,perawat,ahli biokimia,asisten laboratorium dan sebagainya.


(54)

Hasil tes Anti-HBs denganminimum protective level yang sama dengan atau lebih dari 10 mIU/ml mengatakan bahwa seorang individu itu terlindung dari infeksi virus Hepatitis B dan merespon dengan baik terhadap dosis vaksin yang telah diambil.Hasil test Anti-HBs dengan

minimum protective levelyang lebih kurang dari 10 mIU/ml mengatakan bahwa seorang individu itu tidak terlindung dari infeksi virus Hepatitis B dan vaksin yang telah diambil tidak berespon dengan baik.Tes post-vaksinasi ini juga seharusnya dilakukan dalam waktu 1-2 bulan setelah pengambilan dosis terakhir vaksin Hepatitis B .Dari hasil penelitian terbukti bahwa,mahasiwa/i dari setambuk 2007 yang paling banyak pernah mengambil tes Anti-HBs dan juga terlindung dari infeksi virus Hepatitis B.Manakala mahasiswa/i dari setambuk 2010 yang paling banyak tidak terlindung dari infeksi virus Hepatitis B,dan juga paling banyak tidak yakin dengan pengambilan tes Anti-HBs setelah imunisasi.

5.2.3 Hubungan tingkat pengetahuan dan status imunisasi Hepatitis B mahasiswa/i Fakultas Kedokteran USU mengikut setambuk

Di dalam penelitian ini, tingkat pengetahuan mahasiswa/i setambuk 2007 dan setambuk 2010 telah diteliti mengikut soal-soal yang dijawab oleh responden di kuesioner. Status imunisasi mahasiswa/i setambuk 2007 dan setambuk 2010 juga telah diteliti mengikut tiga kriteria di kuesioner yaitu jumlah dosis vaksin,waktu dosis terakhir dan pengambilan tes Anti-HBs.Hubungan diantara tingkat pengetahuan dan status imunisasi Hepatitis B mahasiswa/i diteliti dengan menggunakan analisa statistik yang merangkumi methode chi square.

Dari hasil penelitian ini,ditunjukkan bahwa tidak ada hubungan di antara tingkat pengetahuan dan status imunisasi Hepatitis B pada mahasiswa setambuk 2007 dan 2010.Walaupun tingkat pengetahuan mahasiswa setambuk 2007 adalah lebih baik dari mahasiswa setambuk 2010,namun kebanyakan mahasiswa setambuk 2010 mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup.Ini jelas menunjukkan bahwa mahasiswa setambuk 2010 masih mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup untuk mengambil imunisasi awal Hepatitis B.Namun demikian,terdapat 8 orang mahasiswa dari setambuk 2010 yang belum pernah mengambil imunisasi Hepatitis B.Setelah disoal lebih terperinci tentangya,ternyata satu orang mahasiswa dilahirkan dengan bidan dan satu lagi mahasiswa adalah anak angkat.Kebanyakan


(1)

LAMPIRAN

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Stambuk

Stambuk

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

2007 45 50.0 50.0 50.0

2010 45 50.0 50.0 100.0

Valid

Total 90 100.0 100.0

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

17 1 1.1 1.1 1.1

18 3 3.3 3.3 4.4

19 18 20.0 20.0 24.4

20 16 17.8 17.8 42.2

21 15 16.7 16.7 58.9

22 17 18.9 18.9 77.8

23 9 10.0 10.0 87.8

24 7 7.8 7.8 95.6

25 4 4.4 4.4 100.0

Valid


(2)

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Koas

Koas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

ya 45 50.0 50.0 50.0

tidak 45 50.0 50.0 100.0

Valid

Total 90 100.0 100.0

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Keseluruhan Responden

Tingkatpengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Baik 32 35.2 35.6 35.6

Cukup 57 62.6 63.3 98.9

Kurang 1 1.1 1.1 100.0

Valid

Total 90 98.9 100.0

Missing System 1 1.1

Total 91 100.0

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Mengikut Setambuk

Stambuk * Tingkatpengetahuan Crosstabulation

Tingkatpengetahuan

Baik Cukup Kurang Total

2007 21 24 0 45

Stambuk

2010 11 33 1 45


(3)

Tingkatpengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Baik 32 35.2 35.6 35.6

Cukup 57 62.6 63.3 98.9

Kurang 1 1.1 1.1 100.0

Valid

Total 90 98.9 100.0

Missing System 1 1.1

Distribusi Status Imunisasi Mengikut Setambuk

1. Jumlah Dosis Vaksin

Stambuk * P1 Crosstabulation

P1

satu dua tiga tidak yakin Total

Count 7 11 20 7 45

% within Stambuk 15.6% 24.4% 44.4% 15.6% 100.0%

% within P1 36.8% 68.8% 83.3% 30.4% 54.9%

2007

% of Total 8.5% 13.4% 24.4% 8.5% 54.9%

Count 12 5 4 16 37

% within Stambuk 32.4% 13.5% 10.8% 43.2% 100.0%

% within P1 63.2% 31.3% 16.7% 69.6% 45.1%

Stambuk

2010

% of Total 14.6% 6.1% 4.9% 19.5% 45.1%

Count 19 16 24 23 82

% within Stambuk 23.2% 19.5% 29.3% 28.0% 100.0%

% within P1 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Total

% of Total 23.2% 19.5% 29.3% 28.0% 100.0%


(4)

P3

tidak pernah Total

Count 8 8

% within Stambuk 100.0% 100.0%

% within P3 100.0% 100.0%

Stambuk 2010

% of Total 100.0% 100.0%

Count 8 8

% within Stambuk 100.0% 100.0%

% within P3 100.0% 100.0%

Total

% of Total 100.0% 100.0%

Waktu Dosis Terakhir Booster

Stambuk * P2 Crosstabulation

P2

<5tahun >6tahun tidak yakin Total

Count 30 9 6 45

% within Stambuk 66.7% 20.0% 13.3% 100.0%

% within P2 63.8% 56.3% 31.6% 54.9%

2007

% of Total 36.6% 11.0% 7.3% 54.9%

Count 17 7 13 37

% within Stambuk 45.9% 18.9% 35.1% 100.0%

% within P2 36.2% 43.8% 68.4% 45.1%

Stambuk

2010

% of Total 20.7% 8.5% 15.9% 45.1%

Count 47 16 19 82

% within Stambuk 57.3% 19.5% 23.2% 100.0%

% within P2 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Total


(5)

Tabulasi Tingkat Pendidikan Responden dengan Status Imunisasi

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Tingkatpengetahuan * statusimunisasi

90 100.0% 0 .0% 90 100.0%

Tingkatpengetahuan * statusimunisasi Crosstabulation

statusimunisasi

satu dosis dua dosis tiga dosis tidak yakin

tidak pernah

menggambil Total

Count 5 4 12 8 3 32

Baik

% within statusimunisasi 26.3% 25.0% 50.0% 34.8% 37.5% 35.6%

Count 14 12 12 14 5 57

Cukup

% within statusimunisasi 73.7% 75.0% 50.0% 60.9% 62.5% 63.3%

Count 0 0 0 1 0 1

Tingkatpengetahuan

Kurang

% within statusimunisasi .0% .0% .0% 4.3% .0% 1.1%

Count 19 16 24 23 8 90

Total

% within statusimunisasi 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%


(6)

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 6.653a 8 .574

Likelihood Ratio 6.431 8 .599

Linear-by-Linear Association .479 1 .489

N of Valid Cases 90

a. 6 cells (40.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .09.

Tes Anti-HBs

Stambuk * P4 Crosstabulation

P4

>10mlU/ml <10mlU/ml tidak yakin Total

Count 11 18 16 45

% within Stambuk 24.4% 40.0% 35.6% 100.0%

% within P4 84.6% 94.7% 32.0% 54.9%

2007

% of Total 13.4% 22.0% 19.5% 54.9%

Count 2 1 34 37

% within Stambuk 5.4% 2.7% 91.9% 100.0%

% within P4 15.4% 5.3% 68.0% 45.1%

Stambuk

2010

% of Total 2.4% 1.2% 41.5% 45.1%

Count 13 19 50 82

% within Stambuk 15.9% 23.2% 61.0% 100.0%

% within P4 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Total