Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010 Tentang Penularan Dan Pencegahan Hepatitis B

(1)

Mahasiswa Fakultas Kedokteran sebagai tenaga kesehatan merupakan kelompok yang rentan untuk menderita hepatitis B yang dibekali dengan pencegahan penularan berbagai penyakit menular dalam perkuliahan. Tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan, keselamatan dirinya dan orang lain serta bertanggung jawab sebagai pelaksana kebijakan yang ditetapkan rumah sakit. Universal precaution adalah kewaspadaan umum yang mesti diketahui dan dilaksanakan oleh setiap tenaga kesehatan yang bekerja dan kontak de ngan spesimen tubuh yang dapat menularkan penyakit infeksi, termasuk infeksi hepatitis B. Pengembangan pengetahuan infeksi hepatitis B perlu dimulai dari pemahaman mendasar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa tentang penularan dan pencegahan hepatitis B, yang akan dilakukan pada mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini adalah penelitian survey dimana design penelitian berbentuk deskriptif dengan metode pengambilan potong li ntang (cross-sectional study). Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 dengan besar sampel sebanyak 78 mahasiswa yang diambil dengan metode systematic random sampling.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa 65.4% responden memiliki tingkat pengetahuan baik, 30.8% responden memiliki tingkat pengetahuan sedang, sedangkan 3.8% responden memiliki tingkat pengetahuan buruk.

Dari penelitian diperoleh bahwa tingkat pengetahuan responden sudah baik sehingga bisa menjadi modal untuk pekerjaan di masa depan dan perlu ditingkatkan lagi untuk mencapai nilai yang maksimal sehingga dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat luas.


(2)

students, which are part of the healthcare providers, are a vulnerable group to have hepatitis B infection and lectured with the prevention of transmission for infectious diseases. Healthcare providers have to take a good care of their health, their safety and others, including taking the responsibility as policy practitioners in the hospital. Universal precaution has to be known and done by healthcare providers that are working and having contacts with speciments that can transmite infection, including hepatitis B.

This study aims to know the knowledge level of Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara’s students, year of enrollment 2010, about the transmission and prevention of hepatitis B. This study is a descriptive surveillance study with a cross-sectional method. The population in this study is all of Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara’s students, year of enrollment 2010. The samples are 78 students and chosen with systematic random sampling.

65.4% of the respondents have a good level of knowledge; 30.8% of the respondents have an average level of knowledge and 3.8% of the respondents have a poor level of knowledge.

The respondents in the study have a good level of knowledge which can be an asset for the future and need to maximize the knowledge so they can act as the source of information for the general society.


(3)

Oleh :

SHIELA VIORIESCA P. 100100065

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(4)

KARYA TULIS ILMIAH

”Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh :

SHIELA VIORIECSCA P.

100100065

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(5)

(6)

Mahasiswa Fakultas Kedokteran sebagai tenaga kesehatan merupakan kelompok yang rentan untuk menderita hepatitis B yang dibekali dengan pencegahan penularan berbagai penyakit menular dalam perkuliahan. Tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan, keselamatan dirinya dan orang lain serta bertanggung jawab sebagai pelaksana kebijakan yang ditetapkan rumah sakit. Universal precaution adalah kewaspadaan umum yang mesti diketahui dan dilaksanakan oleh setiap tenaga kesehatan yang bekerja dan kontak de ngan spesimen tubuh yang dapat menularkan penyakit infeksi, termasuk infeksi hepatitis B. Pengembangan pengetahuan infeksi hepatitis B perlu dimulai dari pemahaman mendasar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa tentang penularan dan pencegahan hepatitis B, yang akan dilakukan pada mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini adalah penelitian survey dimana design penelitian berbentuk deskriptif dengan metode pengambilan potong li ntang (cross-sectional study). Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 dengan besar sampel sebanyak 78 mahasiswa yang diambil dengan metode systematic random sampling.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa 65.4% responden memiliki tingkat pengetahuan baik, 30.8% responden memiliki tingkat pengetahuan sedang, sedangkan 3.8% responden memiliki tingkat pengetahuan buruk.

Dari penelitian diperoleh bahwa tingkat pengetahuan responden sudah baik sehingga bisa menjadi modal untuk pekerjaan di masa depan dan perlu ditingkatkan lagi untuk mencapai nilai yang maksimal sehingga dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat luas.


(7)

students, which are part of the healthcare providers, are a vulnerable group to have hepatitis B infection and lectured with the prevention of transmission for infectious diseases. Healthcare providers have to take a good care of their health, their safety and others, including taking the responsibility as policy practitioners in the hospital. Universal precaution has to be known and done by healthcare providers that are working and having contacts with speciments that can transmite infection, including hepatitis B.

This study aims to know the knowledge level of Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara’s students, year of enrollment 2010, about the transmission and prevention of hepatitis B. This study is a descriptive surveillance study with a cross-sectional method. The population in this study is all of Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara’s students, year of enrollment 2010. The samples are 78 students and chosen with systematic random sampling.

65.4% of the respondents have a good level of knowledge; 30.8% of the respondents have an average level of knowledge and 3.8% of the respondents have a poor level of knowledge.

The respondents in the study have a good level of knowledge which can be an asset for the future and need to maximize the knowledge so they can act as the source of information for the general society.


(8)

berkat dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang diberi judul “Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Angkatan 2010 tentang Penularan dan Pencegahan Hepatitis B”. Sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran, karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu persyaratan dalam kelulusan sarjana kedokteran.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar -besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini, di antaranya :

1. Kepada Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD -KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

2. Kepada dr. Mega Sari Sitorus, Sp.PA selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan sangat banyak membantu penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

3. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Ricke Loesnihari, Sp.PK selaku dosen pembimbing akademik pen ulis selama menjalani perkuliahan.

4. Kepada orang tua penulis, Ayahanda Julius Heru Suhartono dan Ibunda Pudji Astuti serta kepada seluruh keluarga yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat pada penulis

5. Kepada teman-teman satu angkatan 2010 yang memba ntu dalam penelitian ini

6. Kepada sahabat-sahabat penulis yang sangat luar biasa, khususnya Siti Rahma, Inge Sandrie Phutri, Patria Adrian, Mega Almira, Inez Vania Calandra, Syafira Anandhita, Tika Rizki Amelia, Try Habibullah, Marolop Hutapea yang banyak sekali membantu, serta Irwin Lamtota Lumbanraja yang senantiasa memberikan semangat dan motivasi yang sangat membantu penulis


(9)

tentang Penularan dan Pencegahan Hepatitis B” ini. Semoga penelitian ini dapat menjadi sumbangsih kepada ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu kedokteran dan juga kepada masyarakat umum.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari sempurna dan banyak kekurangan baik dari segi materi maupun tata cara penulisan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan karya tulis ilmiah ini di kemudian hari.

Medan, Desember 2013


(10)

Kata Pengantar ... iv

Daftar isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Gambar ... ix

Daftar Lampiran ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Hepatitis B ... 5

2.1.1 Definisi ... 5

2.1.2 Epidemiologi ... 6

2.1.3 Struktur Hepatitis B ... 6

2.1.4 Patogenesis ... 8

2.1.5 Faktor Resiko………. 9

2.1.6 CaraPenularan………... 10

2.1.7 Komplikasi…………... 12

2.1.8 Pencegahan………... 13

2.2 Pengetahuan ... 20

2.1.1 Definisi Pengetahuan ... 20

2.1.2 Tingkat Pengetahuan ... 20

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 21

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 23

3.1 Kerangka Konsep ... 23

3.2 Definisi Operasional ... 23

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 24

4.1 Jenis Penelitian... 24

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

4.2.1 LokasiPenelitian………... 24

4.2.2 Waktu Penelitian………... 24

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 24


(11)

4.4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 26

4.3.1 Prosedur Pengumpulan Data ... 27

4.5. Metode Pengolahan dan Analisa Data ... 28

4.3.1 Metode Pengolahan Data ... 28

4.3.2 Metode Rencana Analisa Data ... 28

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 29

5.1. Hasil Penelitian……… 29

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………. 29

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden………. 30

5.1.3. Hasil Analisis Data……… ……….. 31

5.1.3.1 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden p ada Variabel Pengetahuan……….. 31

5.1.3.2 Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan ... 33

5.1.3.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Media dan Cara -Cara Penularan Hepatitis B……… 33

5.1.3.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Kelompok-Kelompok yang Berisiko TerinfeksiHepatitis B……….. 34

5.1.3.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentangUniversal Precaution……… 35

5.1.3.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Vaksinasi Hepatitis B……… 36

5.2. Pembahasan……….. 37

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………. 42

6.1. Kesimpulan………. 42

6.2. Saran……… 43

DAFTAR PUSTAKA ……….... 44 LAMPIRAN


(12)

Tabel 2.1 Jadwal dan Rute Pemberian Vaksinasi Hepatitis B 15 Tabel 4.1 Hasil uji validitas dan reabilitas kuesioner 27 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik R esponden

Berdasarkan Jenis Kelamin

30

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

30

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Jawaban R esponden pada Variabel Pengetahuan

32

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Kategori P engetahuan 33 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang

Media dan Cara-Cara Penularan Hepatitis B

34

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Kelompok-Kelompok yang Beresiko Terinfeksi Hepatitis B

35

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Universal Precaution

36 Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden te ntang

Vaksinasi Hepatitis B


(13)

Gambar 2.1. Gambar 2.2. Gambar 3.1.

Struktur Genom dari Virus Hepatitis B………….. Perjalanan Infeksi Hepatitis B Kronis……… Kerangka Konsep Penelitian……… ………..

7 12 23


(14)

Lampiran 3. Surat Pernyataan Persetujuan setelah Penjelasan Mengikuti Penelitian (Informed Consent)

Lampiran 4. Kuesioner Penelitian Lampiran 5. Data Induk


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hepatitis didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan terdapatnya peradangan pada organ tubu h yaitu hati. Hepatitis merupakan suatu proses terjadinya inflamasi atau nekrosis pada jaringan hati yang dapat disebabkan oleh infeksi, obat-obatan, toksin, gangguan metabolik, maupun kelainan autoimun. Infeksi yang disebabkan virus merupakan penyebab ter sering dan terbanyak dari hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus hepatotropik penyebab utama infeksi akut, yaitu virus hepatitis A, B, C, D, E, dan G (Arief, 2012).

Di antara penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus, hepatitis B menduduki tempat perta ma dalam hal jumlah dan penyebarannya. Hepatitis B menjadi masalah kesehatan dunia karena selain prevalensinya yang sangat tinggi, virus hepatitis B juga dapat menimbulkan problem paskaakut bahkan dapat terjadi sirosis hati dan karsinoma hepatoselule r primer (hepatoma). Sekitar 10% dari infeksi virus hepatitis B akan menjadi kronik dan 20% penderita hepatitis kronik ini dalam waktu 25 tahun sejak tertular akan mengalami sirosis hati dan karsinoma hepatoseluler. Pada saat ini sekitar 1 juta kematia n per tahun akibat penyakit hati berhubungan dengan hepatitis B. Oleh sebab itu, karena tingginya morbiditas dan mortalitas dari penyakit hepatitis B, penyakit ini sangat mengancam di dunia (Siregar, 2010).

World Health Organization (W HO) memperkirakan adanya lebih dari 2 miliar penduduk dunia terinfeksi virus hepatitis B dan 400 juta orang dia ntaranya menjadi pengidap kronik pada tahun 2000 (IDAI, 2012). Sedangkan prevalensi infeksi hepatitis B di Asia Pasifik cukup tinggi yaitu melebihi 8% dan penularannya pada umumnya terjadi secara vertikal (pada periode perinatal) dan horizontal (pada masa anak -anak). Diperkirakan lebih dari 350 juta diantaranya menjadi kronik dan sekitar 75% karier hepatitis B kronik berada di Asia Pasifik. Indonesia (1981) digolongka n sebagai negara dengan kategori endemisitas sedang sampai tinggi, dengan kekerapan rata -rata 5.5% dengan variasi 3,5 sampai 9,1%.


(16)

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan dari 10.391 serum yang diperiksa, prevalensi HBsAg positif adalah 9 .4% yang berarti diantara 10 penduduk di Indonesia terdapat satu orang penderita (Depkes RI, 2011). Sedangkan di Medan, penelitian dengan menggunakan pemeriksaan EIA (Enzyme Immuno Assay), didapat kekerapan HBsAg positif sebesar 6% yaitu sekitar 200 orang di antara donor darah Rumah Sakit Dr. Pringadi Medan (Kosasih, dan Sukiman, 1992).

Hepatitis B dapat ditularkan dengan berbagai macam cara. Hepatitis B dapat ditularkan secara vertikal dari ibu ke anak atau secara horizontal dari anak ke anak. Sumber utama penularan virus hepatitis B adalah darah. Hepatitis B juga dapat ditularkan melalui kontak dengan cairan tubuh dari orang yang terinfeksi. Semua cairan tubuh bisa menular , namun hanya darah, cairan vagina, dan air ma ni yang telah terbukti menular . Selain itu, penularan bisa terjadi melalui perkutan dan permukosa cairan tubuh yang menular . Paparan yang menyebabkan transmisi hepatitis B adalah transfusi dari darah yang belum diskrining , jarum suntik yang tidak steril pada prosedur hemodialisa , akupuntur, tato dan pada petugas kesehatan yang tertusuk jarum suntik yang mengandung darah pasien yang terinfeksi hepatitis B (WHO, 2011).

Perkiraan Organisasi Kesehatan Dunia menunjukkan bahwa 1 dari 10 petugas kesehatan di seluruh dunia (termasuk mahasiswa kedokter an yang menjalankan co-ass) mendapatkan luka akibat jarum setiap tahunnya. Sekitar 14,4% dan 1,4% dari pekerja rumah sakit terinfeksi virus hepatitis B. Prevalensi tertinggi petugas kesehatan yang tertular virus hepatitis B adalah dokter gigi. Sedangkan perawat adalah kedua yang paling sering terinfeksi yaitu sekitar 41%, diikuti oleh dokter sekitar 31% (Askarian,et al., 2011).

Berdasarkan data di atas, mahasiswa (termasuk mahasiswa Fakultas Kedokteran) merupakan kelomp ok yang rentan untuk menderita h epatitis B . Sebagai bagian dari tenaga kesehatan dan petugas kesehatan, m ahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dibekali dengan pencegahan dan penularan berbagai penyakit menular dalam perkuliahan. Sebagai contoh, menutup jarum suntik, memaka i sarung tangan, serta tindakan antiseptik seperti cuci tangan dan lainnya. Namun, seringkali hal tersebut kurang diperhatikan dan


(17)

tidak dilaksanakan dengan benar dalam berbagai kegiatan baik di da lam maupun luar perkuliahan (Setiana, 2011).

Universal precautionadalah kewaspadaan umum yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh setiap tenaga kesehatan yang bekerja dan kontak dengan spesimen tubuh yang dapat menularkan penyakit infeksi, termasuk infeksi HIV dan hepatitis B. Tujuan dari universal precaution adalah untuk menghilangkan atau paling tidak meminimalkan ri siko penularan infeksi, dalam hal ini infeksi hepatitis B di unit pelayanan kesehatan. Sebenarnya, pedoman kewaspadaan umum sudah standar dan baku, hanya saja pelaksanaannya belum dilaksanakan sesuai dengan standar prosedur yang ada (Zein, 2006).

Penyakit hepatitis menimbulkan masalah pada usia produktif, pada saat mereka seharusnya menjadi sumber daya pembangunan bagi negara. Oleh karena itu perlu segera mengumpulkan data dan informasi yang lebih b anyak dan lebih lengkap untuk dijadikan dasar perumusan kebijakan, guna menempatkan pengendalian penyakit hepatitis dalam daft ar prioritas yang lebih tinggi (Sievert , Korman, and Bolin, 2010). Mahasiswa kedokteran yang nantinya akan menjadi bagian dari petugas kesehatan menghadapi ancaman tertular infeksi yang ditularkan melalui darah seperti hepatitis B dan hepatitis C akibat tertusuk jarum suntik yang terkontaminasi oleh darah pasien. Oleh karena itu, p engetahuan umum mengenai penularan dan pencegahan infeksi virus hepatits B sangatlah penting untuk dapat menghentikan penyebaran penyakit di rumah sakit dan masyarakat (Ghanaei,et al., 2013).

Berdasarkan data di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai tingkat pengetahuan mahasiswa tent ang penularan dan pencegahan Hepatitis B, yang akan dilakukan pada mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagai mana tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 tentang penularan dan pencegahan hepatitis B.


(18)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Ut ara angkatan 2010 tentang penularan dan pencegahan hepatitis B.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan mahasiswa tentang cara -cara penularan hepatitis B.

2. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan mahasiswa tentang kelompok-kelompok yang berisiko terinfeksi hepatitis B.

3. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan mahasiswa tentang universal precaution.

4. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan mahasiswa tentang vaksinasi hepatitis B.

1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi mahasiswa

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi tentang bahaya hepatitis B.

2. Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian ini sebagai sumber informasi bagi pihak fakultas untuk memberikan materi perkuliahan tentang hepatitis B.

3. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini akan memperdalam penge tahuan peneliti tentang hepatitis B dan memberikan pengalaman untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokt eran tentang penularan dan pencegahan hepatitis B


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hepatitis B 2.1.1. Definisi

Hepatitis adalah proses terjadinya inflamasi dan atau nekrosis jaringan hati yang dapat disebabkan oleh infeksi, obat -obatan, toksin, gangguan metabolik, maupun kelainan autoimun. Infeksi yang disebabkan virus, bakteri, maupun parasit merupakan penyebab terbanyak hepatitis akut. Virus hepatitis merupakan penyebab terbanyak dari infeksi tersebut. Infeksi virus hepatitis masih merupakan masalah kesehatan utama, baik di n egara yang sedang berkemb ang maupun di negara maju (Arief, 2012).

Infeksi virus hepatitis merupakan infeksi sistemik dimana hati merupakan organ target utama dengan keru sakan yang berupa inflamasi dan atau nekrosis hepatosit serta infiltrasi panlobular oleh sel mononuklear. Dengan kemajuan di bidang molekular, maka id entifikasi, pengertian serta patogenesis hepatitis virus menjadi lebih baik. Terdapat sedikitnya 6 jenis virus hepatotropik penyebab utama infeksi akut, yaitu virus hepatitis A, B, C,D,E, dan G (Ghanaei, et al., 2013).

Hepatitis B adalah penyakit infeksi virus yang ditularkan melalui darah dimana virus ini adalah yang paling menular dan di banyak bagian dunia, prevalensinya sangat tinggi . Hepatitis B merupakan infeksi virus yang menyerang hati dan dapat menyebabkan penyakit akut maupun kroni k dan secara potensial merupakan infeksi hati yang mengancam nyawa disebabkan oleh virus hepatitis B (WHO, 2012).

Menurut Dorland (2002), Hepatitis B adalah penyakit virus yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang endemik di seluruh dunia. Hepatitis B mempunyai nama lain, yaitu hepatitis tipe B, serum hepatitis dan penyakit kuning serum homologous. Menurut Franco et al. (2012), infeksi virus hepatitis B merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius dimana infeksi dapat ditularkan melalui hubungan seksual , kontak parenteral atau dari ibu yang terinfeksi kepada bayinya saat lahir dan, jika menginfeksi sejak awal kehidupan, dapat menyebabkan penyakit hati kronik, termasuk sirosis dan karsinoma hepatoselular.


(20)

2.1.2. Epidemiologi Hepatitis B

Menurut WHO (2012), se kitar 2 miliar penduduk di seluruh dunia pernah terinfeksi dengan virus hepatitis B dan sekitar 600.000 penduduk meninggal setiap tahunnya oleh karena komplikasi dari hepatitis B itu sendiri serta lebih dari 240 juta menderita infeksi hati yang kronik (jangka panjang).

Menurut Mandal et al. (2008), pada area tertentu di dunia, angka karier dapat melampaui 25% (kepulauan Pasifik, Thailand, Senegal), dan di daerah lain kira-kira 5-10% (area yang luas di subbenua India, Asia Tenggara, Afrika, dan Eropa bagian timur). Diperkirakan bahwa hampir 200 juta orang di seluruh dunia adalah karier.

Indonesia digolongkan sebagai negara dengan kategori endemisitas sedang sampai tinggi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan dari 10.391 serum yang diperiksa, prevalensi HBsAg positif 9,4% yang berarti 1 dari 10 penduduk Indonesia pernah terinfeksi h epatitis B. Bila dikonversikan dengan jumlah penduduk Indonesia maka jumlah penduduk hepatitis B di negeri ini mencapai 23 juta orang (Depkes RI, 2013).

Berdasarkan data Depkes RI (2010), resiko penularan pada hepatitis B sebesar 27%-37%. Berdasarkan data WHO (2011), dari 35 juta petugas kesehatan di seluruh dunia, 3 juta diantara nya menerima paparan perkutan dari spesimen darah yang patogen setiap tahunnya ; 2 juta diantaranya menerima paparan virus hepatitis B. Paparan ini menghasilkan sekitar 70.000 infeksi hepatitis B. Lebih dari 90% infeksi ini terjadi di negara berkembang.

2.1.3. Struktur Hepatitis B

Virus hepatitis B (HBV) termasuk golongan hepadnavi rus tipe 1 dan merupakan virus hepadna yang pertama kali ditemukan. Hepadnavirus juga ditemukan pada marmut, tupai, dan bebek; tetapi virus yang menginfeksi binatang tersebut tidak dapat menular pada manusia. Selain manusia, Human HBV juga dapat menginfeksi simpanse. Virus hepatotropik ini mengandung DNA dengan cincin ganda sirkular yang terdiri dari 3200 nukleotida dengan diameter 42 nm dan terdiri dari 4 gen. Virus hepatitis B dapat ditemukan dalam 3 komponen yaitu


(21)

partikel lengkap berdiameter 42 nm, part ikel bulat berdiameter 22 nm, dan partikel batang dengan lebar 22 nm dengan panjang bervariasi sampai 200 nm. Pada sirkulasi, komponen terbanyak adalah bentuk bulat dan batang yang terdiri atas protein, cairan, dan karbohidrat yang membentuk hepatitis B surface antigen (HBsAg) dan antigen pre-S. Bagian dalam dari virion adalah core. Coredibentuk oleh selubung hepatitis B core antigen (HBcSg) yang membungkus DNA, DNA polymerase, transcriptase, dan protein kinase untuk replikasi virus. Komponen antigen yang terdapat dalam coreadalahhepatitis B e antigen (HBeAg). Antigen ini menjadi petunjuk adanya replikasi virus yang terjadi pada limfosit, limpa, ginjal, pankreas dan terutama hati. HBeAg merupakan pertanda tidak langsung dari derajat beratnya infeksi (Arie f, 2012).

Gambar 2.1 Struktur Genom dari Virus Hepatitis B (WHO, 2009). DR1, direct repeat sequence 1; DR2, direct repeat sequence 2; EcoR1, the cut site of the restriction endonuclease EcoR1 derived from E. coli; X, X gene encoding the HBV X protein; PreS1 and PreS2, large envelope proteins; S, the small envelope protein


(22)

2.1.4. Patogenesis Hepatitis B

Menurut WHO (2012), model transmisi hepatitis B adalah sama dengan model transmisi untuk Virus Human Immunodeficiency (HIV). Tetapi, virus hepatitis B 50 sampai 100 kali lebih menular. Tidak sepertiHIV, virus hepatitis B dapat bertahan hidup di luar tubuh dan stabil pada permukaan lingkungan setidaknya selama tujuh hari. Selama waktu ini, virus tetap dapat menyebabkan infeksi jika memasuki tubuh orang yang tidak dilindungi oleh vaksin. Inokulasi langsung virus hepatitis B dapat terjadi melalui benda mati seperti sikat gigi, botol bayi, mainan, pisau cukur, peralatan makan, peralatan rumah sakit dan benda -benda lain serta melalui kontak dengan selaput lendir atau kulit yang ter luka. Masa inkubasi dari virus hepatitis B rata-rata adalah 90 hari, tetapi dapat bervariasi 30-180 hari. Virus ini dapat dideteksi 30 sampai 60 hari setelah infeksi dan berlangsung selama periode variabel waktu tertentu.

Patogenesis dan manifestasi klinis dari hepatitis B adalah karena interaksi antara virus dengan sistem imun sel inang. Sistem imun menyerang virus hepatitis B dan menyebabkan terjadinya luka pada hati. Limfosit CD4+ dan limfosit CD8+ yang teraktivasi mengenali berbagai peptida virus hepatitis B yang terletak pada permukaan hepatosit, dan reaksi imunologi s pun terjadi. Reaksi imun yang terganggu (pelepasan sit okin, produksi antibodi) atau status imun yang relatif toleran dapat mengakibatkan terjadinya hepatitis kronik. Keadaan akhir penyakit hepatitis B adalah sirosis. Pasien dengan sirosis hati dan infeksi virus hepatitis B cenderung untuk mengembangk an karsinoma hepatoseluler (Fan, et al., 2012).

Pada saat awal infeksi hepatiti s B terjadi toleransi imunologi , dimana virus masuk ke dalam sel hati melalui aliran darah dan dapat melakukan replikasi tanpa adanya kerusakan jaringan hati dan tanpa gejala klinis. Pada saat ini DNA HBV, HBsAg, HBeAg, dan anti -HBc terdeteksi dalam serum. Keadaan ini berlangsung terus selama bertahun-tahun terutama pada neonatus dan anak, yang dinamakan sebagai pengidap sehat. Pada tahap selanjutnya terjadi reaksi imunologis sehingga terjadi kerusakan sel hati yang terinfeksi. Pada akhirnya penderita dapat sembuh atau berkembang menjadi hepatitis kronik (Arief, 2012).


(23)

2.1.5. Faktor Risiko

Menurut WHO (2002), terdapat beberapa kelo mpok yang berisiko terinfeksi virus hepatitis B :

1. Anak yang baru lahir dari ibu yang terinfeksi hepatitis B.

2. Anak-anak kecil di tempat perawatan anak yang tinggal di lingkungan yang endemis.

3. Tinggal serumah atau berhubungan seksual (suami -istri) dengan penderita. Risiko tertular untuk orang yang tinggal serumah terjadi karena menggunakan peralatan rumah tangga yang bisa terkena darah seperti pisau cukur, sikat gigi.

4. Pekerja Kesehatan. Paparan terhadap darah secara rutin menjadi potensi utama terjadinya penularan di kalangan kesehatan.

5. Pasien cuci darah

6. Pengguna narkoba dengan jarum suntik

7. Mereka yang menggunakan peralatan kesehatan bersama seper ti pasien dokter gigi, dan lain lain. Karena itu, seharusnya dokter menggunakan alat sekali pakai atau mensterilkan alat setiap kali pemakaian.

8. Orang yang memberi terapi a kupuntur atau orang yang menerima terapi akupuntur.

9. Mereka yang tinggal di daerah endemis, atau seri ng bepergian ke daerah endemis hepatits B.

10. Mereka yang berganti-ganti pasangan, dan ketidaktahuan akan kondisi kesehatan pasangan.

11. Kaum homoseksual.

Infeksi hepatitis B merupakan masalah kesehatan global utama. Penularan secara vertikal adalah rute paling umum dalam penyebaran virus hepatitis B di banyak daerah endemis (Chan,et al., 2012).

Paparan yang sering dan rutin terhadap darah atau serum adalah denominator umum dari kesehatan kerja. Ahli bedah, dokter gigi, dokter bedah oral, patolog, petugas kesehatan di ruang operasi dan petugas kesehatan di ruang gawat darurat, dan pekerja laboratorium klinis mempunyai resiko tertinggi.


(24)

Mahasiswa (termasuk mahasisw a Fakultas Kedokteran) juga merupakan kelompok yang mempunyai resiko tinggi untuk menderita h epatitis B. Infeksi hepatitis B adalah penyakit utama pasca transfusi di negara maju karena window period yang panjang, mutan hepatitis B, viremia yang rendah (kesulitan untuk PCR pada sampel yang dikumpulkan) dan infektivitas sangat tinggi. Upaya vaksinasi orang yang berada dalam kelompok risiko m empunyai keterbatasan karena kesulitan dalam mengidentifikasi calon yang termasuk kelompok berisiko tinggi (WHO, 2002).

2.1.6. Cara Penularan Hepatitis B

Virus hepatitis B dapat dideteksi dalam darah dan cairan tubuh (air mani, air liur, cairan nasofaring), dan terdapat empat rute penularan yang utama:

1. Kontak seksual

2. Dari ibu ke anak dalam kandungan dan penularan saat kelahiran (perinatal)

3. Parenteral (darah-ke-darah)

4. Transmisi horizontal melalui kontak pribadi yang dekat atau berbagi barang yang terinfeksi. Rute transmisi ini terlihat terutama pada anak usia dini (WHO,2012).

Rute penularan hepatitis B yang paling dominan di dunia adalah rute perinatal. Jika seorang wanita karier hepatitis B hamil dan juga hepatitis B e antigennya (HBeAg) positif, bayinya yang baru lahir memiliki kemungkinan 90% menjadi terinfeksi dan menjadi hepatitis B karier. Dari jumlah tersebut, 25% aka n mati pada saat dewasa karena penyakit hati kronis atau kanker hati.

Kondisi lain yang mendukung transmisi virus hepatitis B meliputi: 1. Menerima darah dan atau produk darah

2. Suntik, tato, tindik

3. Penetrasi tanpa kondom, hubungan seks secara anal dan vaginal 4. Transplantasi organ


(25)

Ada variasi antara daerah, negara dan benua untuk onset usia dimana transmisi atau penularan berlangsung. Pada daerah dengan endemisitas tinggi infeksi sering terjadi pada usia dini, ditularkan secara vertikal dari ibu ke anak maupun horizontal diantara anak kecil. Sedangkan pada d aerah dengan endemisitas sedang sampai tinggi antara 8%-20% infeksi terjadi pada umur yang lebih tua, ditularkan secara horizontal pada masa anak dengan kontak erat seperti penggunaan sikat gigi, pisau cukur atau berciuman, dan kontak seksual pada dewasa muda. Sebaliknya pada daerah dengan prevalensi rendah penularan secara horizontal terjadi oleh penyalahgunaan obat, penggunaan instrumen yang tidak steril pada klinik gigi, jarum suntik, tindik daun telinga, dan tato (Arief , 2012).

Di banyak negara maju (Eropa Barat dan Amerika Utara), pola penularan berbeda dengan negara berkembang. Sebagian besar infeksi di negara maju ditularkan selama dewasa muda dengan aktivitas seksual dan penggunaan narkoba suntikan. Virus hepatitis B ditularkan melalui kontak darah-ke-darah langsung atau kontak dengan air mani dan cairan vagina dari orang yang terinfeksi seperti pada penularan hepatitis B secara s eksual (homoseksual atau heteroseksual) dihasilkan karena paparan mukosa membran dengan darah dan cairan tubuh yang terinfeksi (Askarian,et al., 2011).

Tindakan menyusui yang dilakukan oleh ibu yang positif HBsAg tidak meningkatkan risiko penularan ke bayi, dan karena itu tidak kontraindikasi, asalkan bayi diberiimmunoprophylaxis (Geeta, and Riyaz, 2013).

HBsAg dapat dideteksi di semua cairan tubuh. Namun, hanya darah, cairan vagina, cairan menstruasi, dan air mani yang telah terbukti menular. Penularan juga bisa terjadi melalui perkutan dan melalui paparan permukosa cairan tubuh yang menular. Paparan perkutan yang telah terbukti menyebabkan transmisi hepatitis B antara lain transfusi darah yang belum diskrining atau produk darah, berbagi jarum suntik yang tidak steril untuk penggunaan narkoba i ntravena, hemodialisa, akupunktur, tato dan luka -luka dari benda tajam yang terkontaminasi (WHO, 2002).

Dokter adalah kelompok yang memiliki resiko tinggi terhadap infeksi virus hepatitis B yang didapat melalui kontak dengan pasien dan luka akibat jarum


(26)

suntik, khususnya selama periode pelatihan profesional. Bahkan, virus hepatitis B telah jelas dibuktikan jauh lebih menular dibandingkan Human Immunodeficiency Virus(HIV) dalam pengaturan perawatan kesehatan kerja (Gioula,et al., 2008).

Tidak ada bukti yang m eyakinkan bahwa infeksi melalui udara dapat terjadi dan juga tidak ada bukti bahwa kotoran/feses bukanlah sumber infeksi, karena virus tidak aktif pada enzim yang berasal dari mukosa usus atau berasal dari flora bakteri. Hepatitis B tidak ditularkan oleh m akanan yang terkontaminasi atau air yang terkontaminasi, serangga atau vektor (WHO, 2013).

2.1.7. Komplikasi Hepatitis B

Setelah umur rata-rata 30 tahun, 30% dari pasien dengan hepatitis B kronis aktif akan berkembang menjadi sirosis . Dekompensasi hati terjadi pada sekitar seperempat dari pasien sirosis dengan hepatitis B selama periode lima tahun, dimana 5-10% yang lainnya akan terus berkembang menjadi kanker hati. Tanpa pengobatan, sekitar 15% pasien dengan sirosis akan meninggal dalam waktu 5 tahun.

Gambar 2.2 Perjalanan Infeksi Hepatitis B Kronis Sumber: WHO, 2011.

Resiko untuk karsinoma hepatoseluler pada orang yang terinfeksi hepatitis B kronik adalah sekitar 10-25%. Mereka yang mempunyai resiko lebih tinggi untuk mengembangkan kanker hati adalah laki-laki dewasa dengan


(27)

penyakit sirosis yang pertama kali terjangkit hepatitis B pada usia dini. Sekitar 80% dan 90% dari pasien karsinoma hepatoseluler memiliki penyakit sirosis yang mendasarinya. Lebih dari 50% kasus karsinoma hepatoseluler di seluruh dunia dan 70-80% kasus karsinoma hepatoseluler di daerah endemik hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B. Nilai median untuk kelangsungan hidup pasien dengan karsinoma hepatoseluler adalah <5 bulan tanpa perawatan yang tepat, yang meliputi operasi, perawatan perkutan, iradiasi hati dan kemoterapi (WHO, 2011).

2.1.8. Pencegahan Hepatitis B A. Vaksinasi

Pencegahan infeksi virus hepatitis B merupakan prioritas kesehatan masyarakat, terutama bagi mereka yang merupakan kelompok yang berisiko besar menjadi pengidap kronis. Tingkat infeksi dapat dikurangi melalui modifikasi perilaku dan meningkatkan pendidikan masing-masing individu (Franco, et al., 2012).

Menurut Mandal (2008), berikut merupakan beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengurangi risiko tertularnya hepatitis B :

1. Menguji semua darah pendonor. 2. Menjamin asepsis dalam praktek klinis .

3. Screeningterhadap semua wanita hamil (membantu untuk menghindari penularan dari ibu ke anak saat lahir).

4. Tidak memperbolehkan orang -orang berisiko tinggi m enjadi donor darah.

5. Screeningdonor darah untuk antigen permukaan virus hepatitis B . Menurut Franco (2012), v aksinasi adalah cara yang paling efektif untuk mencegah hepatitis B. Menurut Lubis (2008 ), penggunaan vaksin hepatitis B ternyata dapat menurunkan angka penularan hepatitis B hampi r 100%. Ada dua produk yang digunakan untuk tindakan pencegahan hepatitis B yaitu :

1. Hepatitis B immune globulin (HBIG)

HBIG berasal dari plasma yang mengandung anti -HBS dengan titer tinggi dan digunakan untuk prophylaxis postexposure.


(28)

Dosis yang direkomendasikan untuk anak -anak dan dewasa: 0,06 ml/kg dan dosis 0,5 ml untuk infeksi virus hepatitis B perinatal yaitu infant yang lahir dari ibu dengan HBsAgnya yang positif.

2. Vaksin Hepatitis B

Vaksin hepatitis B menggunakan HBsAg yang diproduksi dari yeast Saccharomyces cerevisiae dengan teknologi recombinant DNA dan digunakan sebagai immunisasi preexposure dan profilaksis postexposure.

Ada dua vaksin hepatitis B monovalent yang tersedia, digunakan untuk dewasa dan anak-anak yaitu Recombivax HB (Merck and Co., Inc.) dan Engerix B (SmithKline Beecham Biologicals). Pemberiannya secara bertahap sebanyak tiga dosis, diberikan intramuskular pada musk ulus deltoid.

Kombinasi Hepatitis B Immune Globulin dan vaksinasi hepatitis B dimulai dalam waktu 24 jam setelah melahirkan, diikuti dengan tiga dosis imunisasi yang jadwalnya dimulai pada usia 1-2 bulan, telah terbukti melindungi 85-95% dari bayi yang ibunya positif untuk kedua HBsAg dan HBeAg (Geeta, and Riyaz, 2013).


(29)

Tabel 2.2 Jadwal dan Rute Pemberian Vaksinasi Hepatitis B Vaksinasi Jadwal Pemberian Rute Pemberian Keterangan Bayi 0, 1, dan 6

bulan

paha anterolateral pada bayi baru lahir dan bayi (<1 tahun usia) intramuskuler ke daerah deltoid pada anak-anak (≥

usia 1 tahun)

Pemberian imunoglobulin hepatitis B berkontribusi untuk mencegah infeksi neonatus Tingkat seroprotection antibodi terhadap HBsAg (anti-HBs) hamper mendekati 100% pada anak-anak

Dewasa (sehat)

0,1, dan 6 bulan

intramuskuler ke daerah deltoid

Tingkat seroprotection antibodi terhadap HBsAg (anti-HBs) hampir 95% pada orang dewasa muda yang sehat.

Diberikan setelah terpapar hepatitis B sebagai profilaksis

Dewasa (dengan faktor resiko)

0,1,2, dan 6 bulan

intramuskuler ke daerah deltoid

Diberikan pada orang yang sudah lanjut usia, obesitas, perokok berat atau immunocompromised, termasuk mereka yang terinfeksi HIV serta pasien imunodefisiensi (menjalani hemodialisis atau terapi imunosupresan) karena mereka memiliki respon yang suboptimal letika divaksin asi. Memerlukan dosis yg lebih be sar dan suntikan vaksin lainnya

Dewasa (petugas kesehatan)

0,1, dan 2 bulan. Diikuti dosis penguat pada bulan ke-12

intramuskuler ke daerah deltoid

Perlindungan yang cepat (yaitu bagi pekerja perawatan kesehatan yang terkena hepatitis B virus atau berhubungan seksual dengan orang yang rentan terkena hepatitis B akut)

Sumber: Franco,et al., 2012.

Tempat injeksi dan cara pemberian merupakan faktor penting dalam mencapai respon yang optimal. Suntikan intradermal dan administrasi di gluteus tidak dianjurkan. Vaksin hepatitis B dapat ditoleransi dengan baik. Efek samping umumnya ringan, sementara , dan terbatas pada tempat suntikan (eritema, pembengkakan, indurasi). Reaksi sistemik (kelelahan, demam ringan, sakit kepala, mual, nyeri perut) jarang terjadi. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, keamanan vaksin hepatitis B telah dipertanyakan, namun studi ekstensif menyimpulkan bahwa tidak ada alasan untuk mengubah kebijakan vaksinasi.


(30)

Vaksinasi hepatitis B tidak kontraindikasi apabila diberikan pada wanita hamil atau menyusui. Satu-satunya kontraindikasi absolut yang diketahui adalah adanya hipersensitifitas terhadap komponen dari vaksin atau riwayat anafilaksis dengan dosis sebelumnya (Franco,et al., 2012).

Menurut Lubis (2008), Rekomendasi Pemberian vaksin hepatitis B yaitu: A. Preexposure

1. Seluruh infants 2. Remaja 11-12 tahun

3. Petugas kesehatan yang beresiko terpapar dengan dar ah atau penggunaan jarum suntik

4. Staf pada perawatan cacat mental 5. Pasien hemodialisa

6. Homoseksual laki-laki yang aktif

7. Heteroseksual laki-laki dan wanita yang aktif 8. Pecandu obat (obat suntik)

9. Penerima donor darah

10. Anak-anak yang diadopsi dari negara endemik virus hepatitis B B. Postexposure

1. Infants yang lahir dari ibu dengan virus hepatitis B positif

Penelitian menunjukkan bahwa antibodi yang di induksi oleh vaksin bertahan selama periode minimal 10 -15 tahun dan bahwa durasi anti -HBs berhubungan dengan tingkat puncak tercapainya antibodi setelah vaksinasi primer dilakukan. Penelitian lebih lanjut terhadap vaksin telah menunjukkan bahwa konsentrasi antibodi biasanya menurun dari waktu ke waktu, tetapi infeks i secara klinis jarang terjadi. Bukti juga menunjukkan bahwa individu yang berhasil divaksinasi yang telah kehilangan antibodi dari waktu ke waktu biasanya menunjukkan respon yang cepat bila di berikan dengan dosis vaksin tambahan atau bila terkena birus hepatitis B. Ini berarti bahwa memori imunologi HBsAg dapat hidup lebih lama daripada deteksi anti-HBs, dimana memberikan perlindungan jangka panjang terhadap penyaki t akut (Franco,et al., 2012).


(31)

Imunisasi rutin untuk pekerja kesehatan terhadap infeksi hepatitis B adalah cara yang efektif untuk melindungi mereka. Vaksin hepatitis B sangat efektif, vaksin juga relatif murah dan tersedia secara luas. Beberapa yang perlu diperhatikan adalah:

1. Melakukan imunisasi pada petugas kesehataan pada awal mereka masuk kerja.

2. Uji serologi pre-vaksinasi tidak terlalu diperlukan, tetapi mungkin menghemat sumber daya jika memungkinkan dan jika prevalensi kekebalan tinggi.

3. Menggunakan jadwal tiga suntikan yaitu pada 0, 1 dan 6 bulan

4. Jika memungkinkan, mengkontrol tingkat antibodi antara dua sampai enam

bulan setelah dosis terakhir diberi.

5. Jangan mengambil booster secara rutin sebagai perlindungan seumur hidup (WHO, 2011).

Untuk pasien immunocompromised, dilakukan pemeriksaan rutin dan administrasi booster saat kadar antibodi anti -HBs turun di bawah 10 mIU / mL . Antibodi terhadap antigen permukaan hepatitis B terutama ditargetkan untuk mengikat asam amino daerah hidrofilik, disebut sebagai determinan HBsAg. Vaksinasi hepatitis B memberikan perlindungan terhadap infeksi d ari semua genotipe virus hepatitis B dan bertanggung jawab untuk kekebalan tubuh. Beberapa yang perlu diperhatikan dalam memahami vaksinasi hepatitis B:

1. Setiap orang yang tinggal dengan atau memiliki hubungan seksual dengan seseorang yang tertular hepatitis B kronik harus divaksinasi. 2. Vaksinasi diberikan pada mereka yang berisiko tinggi tertular

hepatitis B, seperti perawat; mereka yang tingkah laku seksualnya rentan terhadap virus hepatitis B (prostitusi, lelaki heteroseksual dengan banyak pasangan, lelaki homoseksual); orang yang kerap memerlukan transfusi darah atau produk darah (seperti pasien cuci darah karena ginjal atau hemofilia), atau mereka yang tinggal di daerah di mana transfusi darah tidak disaring.


(32)

3. Vaksin diindikasikan untuk bayi baru lahir yang ibunya memiliki antigen permukaan HBV positif

4. Vaksin diberikan untuk pekerja kesehatan pasc a pajanan yang sebelumnya tidak diimunisasi.

5. Booster diberikan pada orang yang t idak membentuk antibodi permukaan HBV (HBVsAb) pada 6 -8 minggu setelah melengkapi paket vaksinasi.

6. Hiperimunoglobulin diindikasikan untuk bayi baru lah ir dari ibu yang merupakan karier antigen permukaan hepatitis B yang juga antigen e HBV (HBVeAb) negatif.

Paket yang dipercepat dapat diberikan dalam situasi pasca pajanan (minggu 0,2,4, dan 8). Interferon dosis rendah telah terlihat dapat mengurangi insidensi hepatoma pada pasien dengan sirosis (Franco, et al., 2012).

B. Universal Precaution

Standar Precaution merupakan hal pokok dalam universal precaution (tindakan pencegahan terhadap darah dan cairan tubuh, yang dibuat untuk mengurangi resiko transmisi pat ogen yang dapat ditularkan melalui darah) dan body substance isolation (dibuat untuk mengurangi resiko transmisi patogen melalui cairan tubuh), serta diaplikasikan pada semua pasien yang dirawat di rumah sakit, tanpa memandang diagnosis atau status infeksinya. (Soedarmo,et al.. 2012).

Dasar kewaspadaan universal ini meliputi, pengelolaan alat kesehatan, cuci tangan guna mencegah infeksi silang, pemakaian alat pelindung diantaranya sarung tangan untuk mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksius yang lain, pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan, pengelolaan limbah (Depkes RI, 2003).


(33)

Perlengkapan pelindung pribadi termasuk sarung tangan, kacamata , masker, gaun dan celemek plastik. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

1. Memastikan kecukupan pasokan alat pelindung diri di semua area 2. Melibatkan perawat atau petugas kesehatan lainn ya dalam pemilihan

alat pelindung diri dimana peralatan yang kualitasnya buruk dan tidak nyaman dipakai tidak akan digunakan

3. Melatih perawat atau petugas kesehatan lainnya dalam penggunaan yang benar dari alat pelindung diri

4. Menetapkan perawat yang sudah senior atau yang sudah berpengalaman sebagai model untuk mempromosikan alat pelindung diri.

5. Memantau kepatuhan dan penggunaan yang tidak tepat dari alat pelindung diri (WHO, 2011).

Menurut WHO (2011), Standard Precaution merupakan suatu praktek kontrol infeksi yang diperlukan terhadap semua pasien di fasilitas pelayanan kesehatan dengan dasar pencegahan “standar” termasuk praktek kerja yang mendasar, untuk memberikan proteksi tingkat tinggi terhadap pasien, pekerja kesehatan, dan pengunjung. Hal -hal yang merupakan praktek dari standard precautionadalah:

1. Mencuci tangan dan antiseptik tangan (kebersihan tangan).

2. Menggunakan alat pelindung diri saat bersentuhan dengan darah, cairan tubuh, ekskresi, dan sekresi.

3. Penanganan yang tepat terhadap alat yang digu nakan untuk merawat pasien dan kain-kain kotor.

4. Mencegah luka akibat jarum atau alat-alat tajam.

5. Kebersihan lingkungan dan pengelolaan zat -zat yang tumpah 6. Penanganan sampah dengan tepa t


(34)

2.2. Pengetahuan

2.2.1. Definisi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2011), pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, indra pendengaran, indra penciuman, indra perasa, dan i ndra peraba. Pengetahuan seseorang individu terhadap sesuatu dapat berubah dan berkembang sesuai kemampuan, kebutuhan, pengalaman, dan tinggi rendahnya mobilitas informasi tentang sesuatu dilingkungannya. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :

1. Awareness(kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2. Interest (merasa tertarik) terhadap objek tersebut, disini sikap subj ek sudah mulai timbul.

3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

4. Trial (mencoba), dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki stimulus.

5. Adoption (beradaptasi), dimana sub jek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. 2.2.2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2011), pengetahuan dalam kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu :

1. Tahu (know), diartikan sebagai menginga t suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. 2. Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.


(35)

3. Aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam berbagai situasi.

4. Analisis (analysis), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi ke dalam komp onen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut yang masih ada kaitannya antara satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian -bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi -formulasi yang ada. 6. Evaluasi (evaluation), hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek, penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria -kriteria yang telah ada.

2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

1. Umur, adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai saat ini dalam satuan tahun. Umur merupakan periode penyesuaian terhadap pola kehidupan yang baru dan harapan baru, semakin bertambah umur semakin banyak seseorang menerima respon suatu objek, sehingga pengetahuan semakin bertambah.

2. Pendidikan, adalah proses pertumbuhan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran, sehingga dalam pendidikan perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan) dan hubungannya dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang u ntuk lebih menerima ide-ide dan teknologi yang baru, lewat pendidikan manusia akan dianggap memperoleh pengetahuan dan dengan pengetahuannya


(36)

manusia diharapkan dapat membangun keberadaan hidupnya dengan lebih baik. Semakin tinggi pendidikan hidup manusia a kan semakin berkualitas kehidupannya.

3. Pekerjaan, adalah aktifitas yang dilakukan sehari -hari. Dalam bidang pekerjaan, pada umumnya diperlukan adanya hubungan sosial dan hubungan dengan orang lain. Pekerjaan memiliki peranan penting dalam menentukan kualita s hidup manusia dan memberikan motivasi untuk memperoleh informasi yang berguna.

4. Sumber Informasi, informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang memperoleh banyak sumber informasi, maka seseo rang cenderung memperoleh pengetahuan yang lebih luas (Notoatmodjo, 2011).


(37)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka kerangka konsep dalam penelitian “Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010 tentang Penularan dan Pencegahan Hepatitis B”dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Variabel dan Definisi Ope rasional

1. Tingkat Pengetahuan didefinisikan sebagai semua informasi yang diketahui mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 tentang penularan dan pencegahan Hepatitis B .

a. Cara ukur : Pertanyaan tertutup; untuk jawaban benar diberi skor 1 dan yang salah diberi skor 0 b. Alat ukur : Kuesioner

c. Kategori : Baik, apabila jumlah skor >80% Sedang, apabila jumlah skor 60 -80% Kurang, apabila jumlah skor<6 0% (Modifikasi Peneliti)

d. Skala pengukuran : Ordinal

2. Penularan dan Pencegahan Hepatitis B didefinisikan sebagai berbagai perbuatan atau hal-hal yang dapat menularkan hepatitis B serta proses, cara, atau perbuatan yang dapat mencegah Hepatitis B.

Pengetahuan Mahasiswa

Fakultas Kedokteran  Penularan Hepatitis B  Pencegahan Hepatitis B


(38)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan denga n menggunakan penelitian deskriptif, yaitu dengan menggunakan desain cross sectionaluntuk mengumpulkan data penelitian pada saat itu juga atau bersamaan. Dengan satu kali pengamatan pada rentang waktu tertentu, dapat mendeskripsikan sejauh mana tingkat pe ngetahuan mahasiswa tentang penularan dan pencegahan Hepatitis B.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Desember 2013. 4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi

Populasi target adalah sekelompok subyek yang ditandai oleh karakteristik klinis dan demografis. Pada penelitian ini, populasi target adalah seluruh mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Populasi dipilih karena termasuk dalam katego ri usia yang rentan terinfeksi hepatitis B (Dinkes Kota Medan, 2011) dan pentingnya mahasiswa kedokteran untuk melindungi keselamatan dirinya dan o rang lain (Depkes RI, 2003).

4.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2010 pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :


(39)

A. Kriteria inklusi :

a. Mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang tercatat aktif

b. Bersedia mengisi kuesioner B. Kriteria eksklusi

Tidak mengisi kuesioner secara lengkap 4.3.3. Besar Sampel

Penghitungan sampel menggunakan rumus (Wahyuni, 2007):

Keterangan :

n : jumlah sampel minimum N : jumlah populasi

d : kesalahan absolut yang dapat ditolerir

Z1-α/2 : nilai distribusi normal baku menurut tabel Z pada α P : harga proporsi di populasi

Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dimana jumlah populasi (N) adalah 409 orang. Pada penelitian ini nilai α yang digunakan sebesar 0.05 sehingga diperoleh nilai Z1 -α/2 sebesar 1.96. Karena nilai p (proporsi) tidak diketahui, maka digunakan nilai p sebesar 0.50 (Notoadmojo, 2010). Untuk nilai kesalahan ab solut yang dapat ditolerir (d) adalah 0.10.

Berdasarkan rumus di atas, maka besar jumlah sampel pada penelitian ini adalah :

Maka berdasarkan rumus di atas, pada penelitian ini digunakan sampel sebanyak 78 orang.


(40)

4.3.4. Teknik Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan systematic random sampling yaitu pengambilan sampel dengan tek nik berurutan atau dengan suatu sistem tertentu (Wahyuni, 2007). Pengacakan dilakukan dengan s etiap nomor absen kelipatan tiga di setiap kelas akan diminta untuk mengisi kuesioner penelitian.

4.4. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer

Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010. Jenis data yang dikumpulkan dala m penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang didapat langsung dari masing -masing sampel penelitian. Untuk mengumpulkan data pada penelitian ini peneliti menggunakan angket atau kuesioner.

4.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas

Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dan re liabilitasnya dengan menggunakan te knik korelasi “product moment” dan uji Cronbach (Cronbach Alpha) dengan menggunakan program SPSS. Sampel yang digunakan dalam uji validitas dan reliabilitas ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia angkatan 2010 yang memiliki karakteristik yang hampir sama dengan sampel yang digunakan dalam penelitian. Jumlah sampel dalam uji validitas dan reliabilitas ini adalah sebanyak 20 orang. Hasil uji validitas dan re liabilitas dapat dilihat dalam tabel 4.1.


(41)

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas K uesioner

Variabel No. Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan 1 0.726 Valid 0.879 Reliabel

2 0.783 Valid Reliabel

3 0.726 Valid Reliabel

4 0.586 Valid Reliabel

5 0.673 Valid Reliabel

6 0.555 Valid Reliabel

7 0.470 Valid Reliabel

8 0.612 Valid Reliabel

9 0.612 Valid Reliabel

10 0.524 Valid Reliabel

11 0.458 Valid Reliabel

12 0.657 Valid Reliabel

13 0.524 Valid Reliabel

14 0.698 Valid Reliabel

15 0.484 Valid Reliabel

4.4.3 Prosedur Pengumpulan Data

Terdapat beberapa prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data penelitian ini. Pertama, peneliti menjelaskan tujuan penelitian kepada responden dan meminta persetujuan responden untuk menjadi responden sukarela. S etelah calon responden bersedia, maka responden diminta un tuk menandatangani informed consent. Kemudian, responden akan diminta untuk menjawab semua pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Peneliti menjelaskan kepada responden untuk menjawab kuesioner sesuai dengan yang responden ketahui. Peneliti mendampingi responden dan menjelaskan apabila ada pertanyaan yang kurang jelas dalam kuesioner tersebut. Setelah kuesioner diisi, kemudian kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya sehingga data yang diperoleh terpenuhi. Dari kuesioner yang


(42)

diberikan, maka akan diperoleh data-data berupa data karakteristik dan jawaban responden.

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1 Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data pada penelitian ini akan dimasukkan ke da lam komputer.

4.5.2 Metode Rencana Analisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, peneliti melakukan pengolahan data atau analisis data, yang secara garis besar meliputi 4 langkah yaitu;

1. Persiapan yaitu memeriksa kelengkapan data, dan m emeriksa isian data.

2. Tabulasi data dengan memberikan skor terhadap bagian yang perlu di beri skor, memberi kode terhadap bagian yang tidak di beri skor. 3. Analisis data dengan melakukan pengukuran terhadap masing -masing

responden, lalu ditampilkan dengan tab el distribusi frekuensi.

Analisis data yang diperoleh dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan software SPSS (Statistical Products and Service Solution) dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.


(43)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAH ASAN

5.1. Hasil Penelitian

Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner yang telah diisi oleh responden di tempat tanpa dibawa pulang ke rumah. Hasil kuesioner yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis, sehingga dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini diadakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang berlokasi di jalan dr. Mansyur No. 5 Medan, Indonesia. Fakulta s ini merupakan salah satu fakultas kebanggaan di Universitas Sumatera Utara. Fakultas Kedokteran USU dibuka pada tanggal 20 Agustus 1952 oleh Yayasan Universitas Sumatera Utara, yang berlokasi di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru dengan batas w ilayah :

a. Batas Utara : Jalan dr. Mansyur, Padang Bulan b. Batas Selatan : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU c. Batas Timur : Jalan Universitas, Padang Bulan d. Batas Barat : Fakultas Psikologi USU

Kampus ini memiliki luas sekitar 122 Ha, dengan zona akademik seluas 100 Ha yang berada di tengahnya. Fakultas ini memiliki berbagai ruangan yaitu kelas kuliah dan tutorial, ruang administrasi, ruang laboratorium, ruang skills lab, ruang seminar, perpustakaan, pendopo, mushola, kedai mahasiswa, ruang PEMA, ruang POM, kantin, kamar mandi, tempat fotokopi dan parkir. Saat penelitian dilakukan, gedung fakultas sudah selesai direnovasi. Fakultas ini menerima mahasiswa baru lebih dari 500 orang setiap tahunnya yang dapat masuk melalui jalur PMP, UMB Kemitraan, UMB -SPMB, SNMPTN, Mandiri, dan Internasional dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh pihak Universitas.


(44)

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Pada penelitian ini diambil 78 orang responden mahasiswa dengan metode sampling yang telah ditentukan dan memenuhi krite ria eksklusi dan inklusi. Dari keseluruhan responden, gambaran karakteristik responden yang diamati meliputi jenis kelamin.

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dengan lengkap pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi %

Perempuan 54 69.2

Laki-laki 24 30.8

Total 78 100.0

Pada tabel 5.1 terlihat bahwa dari segi jenis kelamin, terdapat 24 orang laki-laki yaitu sebesar 30.8 %, dan perempuan sebanyak 54 orang yaitu sebesar 69.2 %.

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat dengan lengkap pada tabel 5.2 .

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Jenis Kelamin Frekuensi %

19 tahun 4 5.1

20 tahun 24 30.8

21 tahun 43 55.1

22 tahun 7 9.0


(45)

Pada tabel 5.2 terlihat bahwa dari segi usia , paling banyak reponden berada pada usia 21 tahun yaitu sebesar 55.1% Sedangkan paling sedikit responden berada pada usia 19 tahun yaitu sebesar 5.1%.

5.1.3. Hasil Analisis Data

5.1.3.1. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden p ada Variabel Pengetahuan

Hasil penelitian yang diperoleh dari 15 buah pertanyaan pada kuesioner yang merupakan pertanyaan mengenai pengetahuan responde n terhadap penularan dan pencegahan terhadap hepatitis B terlihat pada tabel 5.3. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan program SPSS, maka diperoleh data distribusi frekuensi jawaban kuesioner. Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesion er pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.3 .


(46)

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Pengetahuan

No. Pertanyaan /Pernyataan Jawaban Responden

Benar Salah

F % F %

1. Definisi hepatitis B 72 92.3 6 7.7

2. Cara penularan hepatitis B 73 93.6 5 6.4

3. Cara penularan hepatitis B 66 84.6 12 15.4

4. Media penularan hepatitis B 47 60.3 31 39.7

5. Perilaku yang paling berisiko terjadinya penularan hepatitis B

74 94.9 4 5.1

6. Tindakan untuk mencegah penularan hepatitis B

71 91.0 7 9.0

7. Langkah pencegahan hepatitis B 71 91.0 7 9.0 8. Pengertianuniversal precaution 74 94.9 4 5.1

9. Kegiatanuniversal precaution 70 89.7 8 10.3

10. Jadwal vaksinasi hepatitis B pada bayi 54 69.2 24 30.8 11. Kontraindikasi vaksin hepatitis B 65 83.3 13 16.7 12 Produk pencegahan hepatitis B 67 85.9 11 14.1

13. Vaksinasi hepatitis B 66 84.6 12 15.4

14. Jadwal vaksinasi hepatitis B pada pekerja kesehatan

66 84.6 12 15.4

15. Booster vaksinasi hepatitis B 57 73.1 21 26.9

Dari penelitian ini diperoleh bahwa pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar adalah pada nomor 5 dan 8 yaitu sebesar 94.9%. Sedangkan yang paling banyak dijawab dengan salah adalah pertanyaan/pernyataan nomor 4 sebesar 39.7%.


(47)

5.1.3.2. Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan

Setelah dilakukan uji statistik dengan SPSS, pengetahuan responden dikategorikan berdasarkan 3 kategori yaitu baik, sedang, dan kurang. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat dalam tabel 5.4 .

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan

Pengetahuan Frekuensi %

Baik 51 65.4

Sedang 24 30.8

Kurang 3 3.8

Total 78 100.0

Berdasarkan hasil uji statistik tersebut, dapat dilihat tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angka tan 2010 tentang penularan dan pencegahan hepatitis B paling banyak berada pada kategori baik yaitu sebesar 65.4%, sedangkan yang paling sedikit adalah yang berpengetahuan kurang sebesar 3.8%. Sehingga tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Univ ersitas Sumatera Utara angkatan 2010 tentang penularan dan pencegahan hepatitis B berada dalam kategori baik. Untuk nilai mean didapati responden menjawab dengan skor 12.73 (84.87%) dan tergolong dalam kategori baik.

5.1.3.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Respo nden tentang Media dan Cara-Cara Penularan Hepatitis B

Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang media dan cara -cara penularan hepatitis B dinilai pada pertanyaan kuesioner nomor 2, 3, dan 4. Distribusi frekuensi pengetahuan responden berdasarkan pengetahuan responden terhadap media dan cara -cara penularan dapat dilihat pada tabel 5.5.


(48)

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Media dan Cara-Cara Penularan Hepatitis B

No. Pertanyaan /Pernyataan Jawaban Responden

Benar Salah

F % F %

2. Cara penularan Hepatitis B 73 93.6 5 6.4

3. Cara penularan Hepatitis B 66 84.6 12 15.4

4. Media penularan Hepatitis B 47 60.3 31 39.7

Berdasarkan hasil uji statistik tersebut, dapat dilihat bahwa pertanyaan nomor 2 yang merupakan per tanyaan mengenai cara penularan hepatitis B dijawab dengan benar oleh 73 responden (93.6%). Hal yang sama juga terjadi pada pertanyaan nomor 3 yang juga merupakan pertanyaan mengenai cara penularan hepatitis B dijawab benar oleh 66 responden (84.6%). Sedan gkan pertanyaan nomor 4 yang merupakan pertanyaan mengenai media penularan hepatitis B, hanya 47 responden (60.3%) yang menjawab dengan benar.

5.1.3.4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Kelompok -Kelompok yang Berisiko Terinfeksi Hepatitis B

Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang kelompok -kelompok yang berisiko terinfeksi hepatitis B dinilai pada pertanyaan kuesioner nomor 5. Distribusi frekuensi pengetahuan responden berdasarkan pengetahuan responden terhadap kelompok-kelompok yang berisiko terinfeksi hepatitis B dapat dilihat pada tabel 5.6.


(49)

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Kelompok -Kelompok yang Berisiko Terinfeksi Hepatitis B

No. Pertanyaan /Pernyataan Jawaban Responden

Benar Salah

F % F %

5. Perilaku yang paling beri siko terjadinya penularan Hepatitis B

74 94.9 4 5.1

Berdasarkan hasil uji statistik tersebut, dapat dilihat bahwa pertanyaan nomor 5 yang merupakan pertanyaan me ngenai perilaku yang paling beri siko terjadinya penularan hepatitis B dijawab dengan benar oleh 74 responden (94.9%). Hanya 4 responden yang tidak menjawab pertanyaan dengan benar. Sehingga mayoritas responden menget ahui kelompok-kelompok yang berisiko terinfeksi hepatitis B.

5.1.3.5. Distribusi Frekuensi Penget ahuan Responden tentang Universal Precaution

Distribusi frekuensi pengetahuan responden berdasarkan pengetahuan responden terhadap universal precaution dinilai pada pertanyaan kuesioner nomor 8 dan 9. Distribusi frekuensi pengetahuan responden berdasarkan pengetahuan responden terhadapuniversal precaution dapat dilihat pada tabel 5.7.


(50)

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentangUniversal Precaution

No. Pertanyaan /Pernyataan Jawaban Responden

Benar Salah

F % F %

8. PengertianUniversal Precaution 74 94.9 4 5.1

9. KegiatanUniversal Precaution 70 89.7 8 10.3

Berdasarkan hasil uji statistik tersebut, dapat dilihat bahwa pertanyaan nomor 8 yang merupakan pertanyaan mengenai pengertian universal precaution dijawab dengan benar oleh 74 responden (94.9%). Hal yang sama juga terjadi pada pertanyaan nomor 9 yang merupakan pertanyaan mengenai salah satu kegiatan universal precaution dijawab benar oleh 70 responden (89.7%). Sehingga untuk semua pertanyaan mengenai universal precaution, lebih dari 80% dijawab dengan benar oleh responden.

5.1.3.6. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Vaksinasi Hepatitis B

Distribusi frekuensi pengetahuan responden berdasarkan pengetahuan responden terhadap vaksinasi hepatitis B dinila i pada pertanyaan kuesioner nomor 10, 11, 12, 13, 14, dan 15. Distribusi frekuensi pengetahuan responden berdasarkan pengetahuan responden terhadap vaksinasi hepatiti s B dapat dilihat pada tabel 5.8.


(51)

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Respo nden tentang Vaksinasi Hepatitis B

No. Pertanyaan /Pernyataan Jawaban Responden

Benar Salah

F % F %

10. Jadwal vaksinasi Hepatitis B pada bayi 54 69.2 24 30.8 11. Kontraindikasi vaksin Hepatitis B 65 83.3 13 16.7 12 Produk pencegahan Hepatitis B 67 85.9 11 14.1

13. Vaksinasi Hepatitis B 66 84.6 12 15.4

14. Jadwal vaksinasi Hepatitis B pada pekerja kesehatan

66 84.6 12 15.4

15. Booster vaksinasi Hepatitis B 57 73.1 21 26.9

Berdasarkan hasil uji statistik tersebut, dari penelitian ini diperol eh bahwa mayoritas dari responden menjawab pertanyaan -pertanyaan yang berkaitan dengan vaksinasi hepatitis B dengan benar yang meliputi pertanyaan 10 (jadwal vaksinasi pada bayi) sebanyak 69.2%, pertanyaan 1 1 (kontraindikasi vaksin hepatitis B) sebanyak 83 .3%, pertanyaan 12 (produk pencegahan hepatitis B) sebanyak 85.9%, pertanyaan 13 (vaksinasi hepatitis B) sebanyak 84.6%, pertanyaan 14 (jadwal vaksinasi hepatitis B pada pekerja kesehatan) sebanyak 84.6%, dan pertanyaan 15 (booster vaksinasi hepatitis B) s ebanyak 73.1%. Hanya 2 pertanyaan yang kurang dari 80% dijawab dengan benar yaitu pertanyaan nomor 10 dan nomor 15.

5.2. Pembahasan

Pengetahuan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan tindakan seseorang. Menurut Notoadmodjo (2011), pengetahua n dapat dipengaruhi oleh umur, pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi. Dilihat dari hasil penelitian (Tabel 5.3), maka diperoleh bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 tentang penularan dan pen cegahan hepatitis B sebagian besar tergolong baik, yaitu


(52)

sebesar 65.4% responden. Untuk mahasiswa dengan tingkat pengetahuan kategori sedang diperoleh sebesar 30.8% , sedangkan untuk kategori kurang diperoleh 3.8%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Setiana D tahun 2011 pada 54 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang mengenai pengetahuan, sikap dan praktik mahasiswa kedokteran terhadap pencegahan infeksi menunjukkan sebagian besar mahasiswa memiliki pengetahuan yang cukup terhadap pencegahan infeksi (57,4%). Penelitian lain yang dilakukan oleh Gioula G dkk menunjukkan hanya 46,8% mahasiswa yang mengetahui tentang pencegahan infeksi hepatitis B. Berdasarkan penelitian Novertha (2013) yang telah dilakukan di RS X pada bulan Desember - April 2013 terhadap 80 orang mahasiswa kepaniteraan klinik sebagai responden mengenai tingkat pengetahuan dan praktik tentang pencegahan dan penularan infeksi hepatitis B, menunjukkan tidak ada satupun mahasiswa yang memiliki tingkat pengetahua n yang baik, sebagian besar pengetahuan mahasiswa termasuk dalam kategori cukup (67,5%), dan 32,5% mahasiswa memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori buruk. Perbedaan hasil tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan metode penelitian, kuesioner yang digu nakan dan juga perbedaan sampel yang mengikutsertakan berbagai fakultas. Selain itu, perbedaan sistem perkuliahan di universitas yang berbeda akan mempengaruhi tingkat pengetahuan mahasiswa tentang hepatitis B.

Distribusi frekuensi pengetahuan responden te ntang cara-cara penularan hepatitis B (Tabel 5.4), dari penelitian ini diperoleh bahwa 2 dari 3 pertanyaan mengenai cara-cara penularan hepatitis B lebih dari 80% dijawab responden dengan benar. Sedangkan pertanyaan lainnya kurang dari 80% dijawab responde n dengan benar. Hasil penelitian berkaitan dengan cara penularan infeksi hepatitis B yang dilakukan Gioula G dkk juga menunjukkan hal serupa dengan hasil penelitian ini, dimana 86.2% mahasiswa mengetahui cara penularan infeksi hepatitis B. Penelitian lain yang dilakukan oleh Keseima dkk pada tahun 2011 tentang pengetahuan terhadap hepatitis B pada petugas kesehatan di ruang operasi menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik mengenai faktor risiko terinfeksi hepatitis B. 91,7% perca ya bahwa infeksi virus hepatitis B dapat ditularkan melalui paparan perkutan , kontak antara selaput


(53)

lendir dengan darah, dan kontak kulit yang tidak utuh dengan jaringan yang berpotensi terinfeksi. Pengetahuan mengenai penularan hepatitis B dapat diperoleh melalui sosialisasi dalam perkuliahan. Selain melalui sosialisasi, informasi juga dapat diperoleh melalui poster, buku, dan media informasi lainnya. Kurangnya kesadaran serta minat dalam pencarian informasi mengenai cara pencegahan infeksi hepatitis B ju ga mempengaruhi tingkat pengetahuan mahasiswa.

Distribusi frekuensi pengetahuan responden tent ang kelompok–kelompok yang berisiko terinfeksi hepatitis B (Tabel 5.5), dari penelitian ini diperoleh bahwa mayoritas dari responden menjawab pertanyaan meng enai kelompok-kelompok yang berisiko tinggi dengan benar yaitu 74 orang (94.9%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Noubiap dkk tahun 2012 pada 111 orang mahasiswa kedokteran mengenai tingkat pengetahuan terhadap vaksinasi hepatitis B dan pelaksanaan vaksinasi pada mahasiswa kedokteran di Kamerun menunjukan 78.4% responden mengetahui bahwa mer eka merupakan kelompok yang beri siko tinggi terinfeksi hepatitis B dibandingkan dengan populasi umumnya. Penelitian lain yang dilakukan oleh Robotin dkk pada tahu n 2013 tentang dampak dari program pendidikan kedokteran yang berkelanjutan terhadap pengetahuan hepatitis B pada penyedia perawatan primer di Australia menunjukkan bahwa 60% responden mengetahui kelompok -kelompok yang lebih berisiko terinfeksi hepatitis B yaitu orang dengan keadaan imunitas yang rendah, homoseksual dan pemakai jarum suntik narkoba. Pengetahuan responden ten tang kelompok-kelompok yang berisiko terinfeksi hepatitis B mungkin bisa di dapat dari perkuliahan serta dari beberapa buku -buku yang di baca oleh responden mengenai infeksi. Mahasiswa harus secara aktif membaca buku, atau membaca sumber -sumber informasi yang lainnya karena tidak semua materi dapat disampaikan dalam perkuliahan.

Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang universal precaution (Tabel 5.6), dari penelitian ini diperoleh bahwa semua pertanyaan mengenai universal precaution lebih dari 80% dijawab benar oleh responden. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mohammadi dkk tahun 2010 pada 138 responden


(54)

tentang pengetahuan, praktik dan paparan terhadap infeksi hepatitis B menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab dengan benar pertanyaan mengenai universal precaution meliputi pertanyaan mengenai pemakaian sarung tangan sebelum memeriksa pasien (95.7) serta pemb uangan jarum suntik habis pakai pada te mpatnya (57%). Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain, semakin banyak pengalaman seseorang maka semakin baik pengetahuannya. Pengalaman setiap orang berbeda-beda sehingga tingkat pengetahuan antar individupun berbeda pula. Pengalaman bisa diperoleh pada saat melakukan skill lab ataupun pada kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi di kampus. Baiknya pengetahuan mahasiswa mengenai hal di atas dapat disebabkan kar ena mahasiswa telah mendapatkan materi tersebut saat dibangku perkuliahan dan melalui program skill lab sehingga mahasiswa memiliki informasi dan pengalaman mengenai hal tersebut.

Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang vaksinasi Hepatitis B (Tabel 5.7), dari penelitian ini diperoleh bahwa 4 dari 6 pertanyaan mengenai vaksinasi hepatitis B lebih dari 80% dijawab responden dengan benar, sedangkan 2 pertanyaan lainnya mengenai vaksinasi hepatitis B kurang dari 80% dijawab responden dengan benar. Penelitian yang dilakukan oleh Robotin dkk tentang pada tahun 2013 menunjukkan bahwa 90% responden dapat mengidentifikasikan secara tepat kelompok-kelompok yang memerlukan vaksinasi hepatitis B, tetapi dalam penelitian ini ditemukan lebih dari setengah respo nden juga merekomendasikan kelompok -kelompok yang berisiko rendah untuk mendapatkan vaksinasi hepatitis B. Penelitian lain yang dilakukan oleh Wah dkk tentang kesadaran dan pengetahuan tentang infeksi hepatitis B serta pencegahan dan penggunaan vaksinasi hepatitis B terhadap populasi Cina di Hong Kong menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengetahui hepatitis B dapat dicegah dengan vaksinasi hepatitis B dan bukan dengan diet yang seimbang secara tunggal. Penelitian yang dilakukan oleh Noubiap dkk tenta ng tingkat pengetahuan terhadap vaksinasi hepatitis B dan pelaksanaan vaksinasi pada mahasiswa kedokteran di Kamerun menunjukkan 97.3% responden sadar akan eksistensi dari


(55)

vaksinasi hepatitis B tetapi, pengetahuan mereka mengenai vaksin sangat kurang (jawaban benar sebanyak 44.6%), serta hanya 36.9% responden mengetahui bahwa vaksinasi hepatitis B adalah aman. Mahasiswa kedokteran yang nantinya akan menjadi bagian dari petugas kesehatan seharusnya memiliki pengetahuan yang baik mengenai pencegahan infeksi h epatitis B mengingat sebelumnya telah dibekali ilmu dan pengetahuan selama perkuliahan. Dalam proses perkuliahan mahasiswa dituntut lebih aktif dalam memperoleh informasi karena dosen tidak mengajarkan semua materi, namun pada kenyataannya beberapa mahasis wa memiliki kesadaran yang kurang dalam pencarian informasi lebih lanjut.


(56)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ang katan 2010 tentang penularan dan pencegahan Hepatitis B, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan terbanyak berada dalam kategori baik sebanyak 51 responden (65.4%).

2. Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang cara -cara penularan hepatitis B, dari penelitian ini diperoleh bahwa 2 dari 3 pertanyaan mengenai cara -cara penularan hepatitis B lebih dari 80% dijawab responden dengan benar. Sedangkan pertanyaan lainnya kurang dari 80% dijawab responden dengan benar .

3. Distribusi frekuensi penge tahuan responden tentang kelompok– kelompok yang berisiko terinfeksi hepatitis B, dari penelitian ini diperoleh bahwa mayoritas dari responden menjawab pertanyaan mengenai kelompok-kelompok yang beresiko tinggi dengan benar yaitu 74 orang (94.9%).

4. Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang universal precaution, dari penelitian ini diperoleh bahwa semua pertanyaan mengenai universal precaution lebih dari 80% dijawab benar oleh responden.

5. Distribusi frekuensi pengetahu an responden tentang vaksinasi hepatitis B, dari penelitian ini diperoleh bahwa 4 dari 6 pertanyaan mengenai vaksinasi hepatitis B lebih dari 80% dijawab responden dengan benar, sedangkan 2 pertanyaan lainnya mengenai vaksinasi hepatitis B kurang dari 80% dijawab responden dengan benar.


(57)

6.2. Saran

6.2.1. Bagi Mahasiswa

Bagi mahasiswa khususnya mahasiswa Fakultas Kedokteran diharapkan untuk mencari informasi lebih banyak tentang hepatitis B agar mahasiswa dapat mencegah penularan terhadap dirinya sendiri dan menyebarkan informasi secara luas pada masyarakat sehingga angka kejadian hepatitis B dapat ditekan.

6.2.2. Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara diharapkan untuk memberikan informasi lebih banyak lagi dalam perkuliah an serta menyediakan berbagai sumber informasi bagi mahasiswa agar mahasiswa dapat meningkatkan serta memaksimalkan lebih lagi pengetahuannya tentang hepatitis B.

6.2.3. Bagi Peneliti Lain

Peneliti lain diharapkan untuk melanjutkan penelitian ini dengan meneliti sikap dan tindakan pada mahasiswa khususnya pada mahasiswa Fakultas Kedokteran. Penelitian juga dapat menghubungkan pengaruh dari lingkungan, media massa, orang tua atau sumber informasi lainnya terhadap pengetahuan mahasiswa tentang hepatitis B.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Arief, S., 2012. Hepatitis Virus. In: Juffrie, M., et al., ed. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. 3rded. Jakarta: IDAI, 285-305.

Askarian, M., et al., 2011. Precautions for Health Care Workers to Avoid Hepatitis B and C Virus Infection. International Journal of Occupational and Environmental Medicine ,2 (4): 191-198.

Chan, O.K., Lao, T.T., Suen, S.S.H., & Leung, T.Y., 2012. Deficient Knowledge on Hepatitis B Infection in Pregnant Women and Prevalence of Hepatitis B Surface Antigen Carriage in an Endemic Area: A Review . Hindani Publishing Corporation, Vol.2012: 1-8.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Lembar Fakta Hepatitis. Pusat Komunikasi Publik. Sekretariat Jenderal Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia. Available from :

http://www.depkes.go.id/hepatitis/index.php/component/content/article/34 -press-release/799-lembar-fakta-hepatitis.html [Accessed 12 April 2013]. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Pengendalian Hepatitis Secara

Komprehensif di Indonesia. Pusat Komunikasi Publik. Sekretariat Jenderal Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Available from : http://www.depkes.go.id/index.php/component/content/article/43

- newsslider/2271-pengendalian-hepatitis-secara-komprehensif-di-indonesia.html [Accessed 12 April 2013].

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2012. Saatnya Lawan Hepatitis. Pusat Komunikasi Publik. Sekretariat Jenderal Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia. Available from :

http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press -release/1613-saatnya-lawan-hepatitis.html [Accessed 12 April 2013 ].

Dorland, W.A., 2002.Kamus Kedokteran Dorland.29thed. Jakarta: EGC, 993. Fan, H.L.,et al., 2012. Predictors of the Outcomes of Acute on Chronic Hepatitis

B Liver Failure.World Journal of Gastroenterology, 18 (36): 5078-5083. Franco, E., et al., 2012. Hepatitis B: Epidemiology and Prevention in Developing

Countries.World Journal of Hepatology ,Vol.4: 74-80.

Geeta, M.G., & Riyaz, A., 2013. Prevention of Mother to Child Transmission of Hepatitis B Infection. Indian Pediatrics, Vol.50: 189-192.


(1)

Valid baik 51 65.4 65.4 65.4

sedang 24 30.8 30.8 96.2

kurang 3 3.8 3.8 100.0

Total 78 100.0 100.0

Pertanyaan 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 6 7.7 7.7 7.7

1 72 92.3 92.3 100.0

Total 78 100.0 100.0

Pertanyaan 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 5 6.4 6.4 6.4

1 73 93.6 93.6 100.0


(2)

Valid 0 12 15.4 15.4 15.4

1 66 84.6 84.6 100.0

Total 78 100.0 100.0

Pertanyaan 4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 31 39.7 39.7 39.7

1 47 60.3 60.3 100.0

Total 78 100.0 100.0

Pertanyaan 5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 4 5.1 5.1 5.1

1 74 94.9 94.9 100.0

Total 78 100.0 100.0

Pertanyaan 6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 7 9.0 9.0 9.0

1 71 91.0 91.0 100.0


(3)

Valid 0 7 9.0 9.0 9.0

1 71 91.0 91.0 100.0

Total 78 100.0 100.0

Pertanyaan 8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 4 5.1 5.1 5.1

1 74 94.9 94.9 100.0

Total 78 100.0 100.0

Pertanyaan 9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 8 10.3 10.3 10.3

1 70 89.7 89.7 100.0

Total 78 100.0 100.0

Pertanyaan 10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 24 30.8 30.8 30.8


(4)

Valid 0 13 16.7 16.7 16.7

1 65 83.3 83.3 100.0

Total 78 100.0 100.0

Pertanyaan 12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 11 14.1 14.1 14.1

1 67 85.9 85.9 100.0

Total 78 100.0 100.0

Pertanyaan 13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 12 15.4 15.4 15.4

1 66 84.6 84.6 100.0

Total 78 100.0 100.0

Pertanyaan 14

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 12 15.4 15.4 15.4

1 66 84.6 84.6 100.0


(5)

Valid 0 21 26.9 26.9 26.9

1 57 73.1 73.1 100.0

Total 78 100.0 100.0

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Skor Total Responden 78 4 15 12.73 2.049

tingkat pengetahuan 78 1 3 1.38 .564


(6)