Landasan Teori KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

B. Landasan Teori

ƒ Teori Peran Role Dahrendorf dalam Poloma 2007:140 menegaskan bahwa peranan merupakan konsep kunci dalam memahami manusia secara sosiologis. Hal ini karena manusia menduduki posisi sosial dan posisi tersebut harus diperankannya. Peran merupakan kewajiban atau bisa disebut juga status subyektif. Sementara itu menurut Abdul Syani 2002:94, peranan dapat diartikan sebagai suatu perbuatan individu dengan cara tertentu dalam usaha menjalankan hak-dan kewajiban sesuai dengan status. Menurut Levinson dan Abdul Syani 2002 peranan mencakup tiga hal, yaitu: a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat individu dalam masyarakat. b. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan individu dalam masyarakat sebagai organisasi. c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perikelakuan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. Goffman mendefinisikan peran sebagai sesuatu yang dipentaskan atau dipertunjukkan individu ketika menempati kedudukan yang berbeda dalam masyarakat. Di dalam memainkan perannya, individu dapat menyajikan pertunjukkan bagi orang lain dengan penampilan dan karakter yang berbeda dengan aslinya sesuai dengan situasi yang dituntut status sosialnya. Menurut Goffman dua bidang penampilan tersebut dibedakan menjadi panggung depan front region dan panggung belakang back stage. Panggung depan front region adalah ”bagian penampilan individu yang secara teratur berfungsi di dalam mode yang umum dan tetap untuk mendefinisikan situasi bagi mereka yang menyaksikan penampilan itu”. Di samping panggung depan front region, yang merupakan tempat melakukan suatu pertunjukan, terdapat juga daerah belakang layar atau yang disebut dengan panggung belakang back stage. Identitas daerah belakang tergantung pada penonton yang bersangkutan Goffman dalam Poloma, 2007:232-234. Pernyataan yang hampir sama dikemukakan oleh Bidlle dan Thomas, mereka memberi makna kata peran yang merupakan kata dasar dari peranan, yaitu: a. Suatu penjelasan historis menyatakan bahwa ”peran” adalah konsep yang semula dipinjam dari kalangan drama atau teater yang hidup subur pada zaman Yunani atau Romawi. Dalam arti ini, peran menunjuk pada karakteristik yang disandang untuk dibawakan oleh individu selaku aktor dalam sebuah pentas drama. b. Suatu penjelasan merujuk pada konotasi ilmu sosial yang mengartikan peran sebagai suatu fungsi yang dibawa individu ketika menduduki suatu karakteristik tertentu. c. Suatu penjelasan yang bersifat operasional menyatakan bahwa peran individu selaku aktor adalah suatu batasan yang dirancang oleh faktor lain yang kebetulan sama-sama berada dalam suatu penampilan atau unjuk peran role performance. Peran dimaknai sebagai sebuah perangkat tingkah laku yang diharapkan dan dipentaskan oleh individu selaku aktor atau suatu lembaga yang berkedudukan di dalam masyarakat. Oleh karena itu, peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat social position merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat. Sebagai contoh, kepala desa perempuan di Desa Kebumen dan Desa Sukorejo mempunyai peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan yang telah diberikan oleh masyarakat kepadanya. Sebagai seorang individu, ia mempunyai peranan penting bagi masyakarat karena mengatur hubungan-hubungan sosial sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena setiap individu mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Oleh karena itu, status dan peran tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan satu sama lain dan sebaliknya, sehingga tidak ada peranan tanpa status ataupun status tanpa peranan. Menurut teori ini, seseorang yang mempunyai peran tertentu seperti halnya sebagai kepala desa perempuan, diharapkan agar ia berperilaku sesuai dengan peran tersebut. Dengan kata lain, sebagai seorang kepala desa, ia harus bisa mengayomi masyarakat. Jadi, dapat dikatakan bahwa perilaku ditentukan oleh peran sosial. Interaksi sosial kepala desa tersebut harus bisa bermain sesuai dengan norma-norma yang ditetapkan oleh budaya setempat. Harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama yang menuntun kepala desa dan masyarakat untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.

C. Kerangka Berpikir