Lokasi Topografi dan Kelerengan Geologi dan Tanah

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PT Musi Hutan Persada adalah merupakan perusahaan patungan antara BUMNPemerintah 40 dengan perusahaan swasta PT Enim Musi Lestari 60 yang berdiri pada tanggal 27 Maret 1991 bergerak di bidang Hutan Tanaman Industri HTI di daerah Propinsi Sumatera Selatan, dengan luas kawasan sebesar 296.400 ha yang terdiri dari hutan tanaman A. mangium seluas 193.500 ha, hutan produksi yang dikonservasi seluas 86.000 ha dengan sarana dan prasarana pemukiman seluas 16.000 ha. Realisasi luas hutan tanaman industri jenis A. mangium seluas 193.500 ha tersebut ditanam selama 8 tahun, jadi rata-rata ditanam 25.000 hatahun, yang semula adalah lahan kritis dengan vegetasi tanah kosong.

A. Lokasi

Lokasi hutan tanaman industri HTI terbagi kedalam tiga wilayah kerja yaitu Benakat seluas 197.741 ha, Subanjeriji seluas 87.354 ha dan Martapura seluas 10.305 ha. Lokasi penelitian dilakukan di Kelompok Hutan Subanjeriji PT. Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan. Daerah Subenjeriji terdiri empat lokasi yaitu Merbau, Caban, Sodong dan Gemawang. Subanjeriji secara administratif pemerintahan terletak di di Kecamatan Rambangdangku, Kabupaten Muaraenim Propinsi Sumatera Selatan. Menurut pembagian kawasan kehutanan Subanjeriji termasuk Resort Polisi Hutan Subanjeriji, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Muaraenim, Kesatuan Pemangkuan Hutan Lematang Musi Hulu, Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Selatan. Menurut wilayah daerah aliran sungai DAS Subanjeriji masuk DAS Musi, Sub DAS Sungai Lematang. Posisi Geografis dari areal tersebut terletak antara 103 10’ – 104 25’ Bujur Timur dan 3 0’ – 4 28’ Lintang Selatan.

B. Topografi dan Kelerengan

Keadaan topografi dilokasi penelitian umumnya relatif datar hingga bergelombang dengan kemiringan lahan berkisar antara 2-20. Areal HPHTI PT Musi Hutan Persada terletak pada variasi ketinggian 100-250 m dpl.

C. Geologi dan Tanah

Tanah di kelompok hutan Subanjeriji didominasi oleh asosiasi podsolik, asosiasi latosol dan podsolik merah kekuningan, menurut taksonomi tanah masuk order ultisol. Tekstur tanah umumnya berliat berat dengan tingkat kesuburan rendah dan permeabilitas kurang baik, serta kedalaman efektif berkisar antara 60- 90 cm. Tanah ini umumnya berkembang dari bahan induk tua. Di Indonesia banyak ditemukan di daerah dengan bahan induk batuan liat. Menurut taksonomi tanah masuk ke dalam ordo Ultisol secara umum merupakan daerah yang masih tersisa untuk dikembangkan kawasan budidaya. Air daerah ini umumnya cukup tersedia dari curah hujan yang tersedia dari curah hujan yang tinggi, reaksi tanah yang masam, kejenuhan basa rendah, Kadar Al yang tinggi, kadar unsur hara yang rendah merupakan pembatas utama kegiatan budidaya. Untuk penggunaan budidaya yang baik diperlukan pengapuran, pemupukan dan pengelolaan yang tepat Hardjowigeno, 1993.

D. Iklim