Tujuan Hipotesa PENDAHULUAN A. Latar Belakang

berkelanjutan akan menyebabkan degradasi tanah yang menyebabkan turunnya produktivitas Mackensen, 2000. Salah satu unsur hara yang dapat hilang ataupun berkurang adalah unsur hara Magnesium Mg. Mg merupakan salah satu unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk berbagai kegiatan metabolisme. Mg merupakan satu-satunya ion logam yang terdapat dalam molekul klorofil dan merupakan inti klorofil. Banyak enzim yang ikut serta dalam metabolisme karbohidrat membutuhkan Mg sebagai aktivator Marschner, 1986. Kekurangan unsur ini akan menyebabkan klorosis pada tanaman dan menghambat reaksi gelap pada proses fotosintesis.

B. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi unsur hara Magnesium Mg dan pada tanah podsolik merah kuning dan pada jaringan tanaman A. mangium pada rotasi kedua terutama pada akar,cabang, batang kayu, kulit dan daun, serta untuk mengetahui kandungan Mg pada biomassa tanaman A. mangium.

C. Hipotesa

• Terjadi penurunan pertumbuhan diameter dan tinggi pada rotasi kedua penanaman A. mangium. • Terjadi penurunan konsentrasi unsur hara magnesium Mg pada jaringan tanaman dan tanah TINJAUAN PUSTAKA A. Acacia mangium Willd A.1. Taksonomi dan Morfologi Acacia mangium Willd termasuk ke dalam jenis pohon berbuah polong- polongan Famili Leguminoceae yang cepat tumbuh. Jenis ini pertama kali ditemukan oleh Rumphius pada tahun 1653 sewaktu mempelajari tumbuh- tumbuhan di kepulauan Maluku tetapi hasilnya baru dipublikasikan pada tahun 1750. Jenis ini mulai dikenal oleh masyarakat luas setelah diperkenalkan pada tahun 1966, dengan memasukkan jenis pohon ini ke Sabah, Malaysia dari habitat alamnya di hutan hujan tropika Queensland, Australia National Academy of Science, 1983. A. mangium memiliki nama lain yaitu Mangium montanum Rump dan Acacia gaucescens, secara umum A. mangium juga dikenal dengan nama brown salwood, black wattle dan hickory wattle Jensen, 1999. Klasifikasi botanis ini secara lengkap adalah sebagai berikut: Sub Kingdom : Embryophita Phylum : Tracheophyta Sub Phylum : Pteropsida Kelas : Angoispermae Sub Kelas : Dicotyledone Sub Famili : Mimosoideae Genus : Acacia Species : Acacia mangium Willd Pada awal perkecambahan, A. mangium mempunyai daun majemuk yang serupa dengan Leucaena dan Albizia sp. Serta jenis lain dari sub famili mimosoideae. Daun majemuk setelah beberapa minggu membentuk daun palsu yang disebut Phyllodia, yang ditandai dengan melebarnya tangkai daun dan sumbu utama daun majemuk menjadi rata. Daun umumnya berbentuk bulat telur sampai ellips, halus atau sedikit bersisik, berwarna hijau tua. Bunga majemuk berbentuk simetris dengan banyak stemen. Petal dan filament berwarna putih sedangkan anther berwarna kuning. Biji yang telah masak berkulit keras, warna hitam dengan panjang 7-8 mm dan lebar 3-5 mm. Pohon A. mangium yang telah dewasa mempunyai bentuk batang lurus, kulit batang tebal, kasar, kayu gubal sempit sempit berwarna terang dan kayu teras berwarna coklat kemerahan Nacional Academy of Science, 1983. Kayu A. mangium berwarna kuning muda kecoklatan dengan sapwood yang sempit dan serat tertutup. A.2. Penyebaran dan Tempat Tumbuh Penyebaran A. mangium secara alami berada di wilayah timur Indonesia yaitu Maluku dan Irian Jaya. Di Maluku, ditemukan di Trangan Ngaiber Pulau Aru, Sula, Taliabu danb Pulau Tege, Kairatu dan Waesalam Pulau Seram dan di Maluku Utara. Di Irian Jaya ditemukan di Manokwari, Sedai, sepanjang Sungai Digul, Fakfak dan Merauke. Sebagai bahan baku industri penanaman A. mangium ditanam di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi Awang dan Taylor, 1993 Menurut Jensen 1999, A. mangium mempunyai tempat tumbuh pada ketinggian antara 300 sampai 700 mdpl, dengan curah hujan tahunan 1000 – 4500 mm per tahun. Menurut Wong dalam Awang dan Taylor 1993, pada dataran rendah dengan tipe iklim yang basah dan panas, dengan suhu bulanan rata-rata minimal 22 C dan maksimal 32 C. Dengan rotasi tanam selama delapan tahun, hasil rata- rata yang diharapkan dari HTI adalah sebesar 200 m 3 ha atau 25 m 3 ha per tahun. Pada rotasi pertama, hasil aktual A. mangium lebih besar daripada yang diharapkan. Sebagai tanaman pionir, A. mangium dapat menunjukkan tingkat pertumbuhan yang tinggi pada rotasi pertama meskipun pada tanah yang miskin unsur hara Mackensen, 2000 A. mangium merupakan jenis tanaman pioner yang tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi. Jenis ini dapat tumbuh pada tanah dengan pH rendah yaitu di bawah 4,2; tanah miskin hara, padang alang-alang, lahan bekas tebangan, tanah-tanah tererosi dan tanah berbatu. A. mangium mampu tumbuh dan beradaptasi dengan baik pada kondisi klimatis yang berbeda dari habitat alaminya, namun keberhasilan dari pertumbuhannya kemungkinan dipengaruhi oleh ketinggian tempat, kelembaban, curah hujan tinggi dan temperatur yang tetap sepanjang tahun. Seperti tanaman pionir lainnya A. mangium dapat tumbuh dengan bagus pada keadaan yang penuh cahaya. Seperti tanaman polong-polongan lainnya A. mangium melakukan simbiosis dengan bakteri tanah dari genus Rhizobium. Bakteri melakukan penetrasi pada permukaan akar muda dalam tanah kemudian akan memperbanyak diri dengan membentuk bintil akar pada permukaan akar. Melalui bintil-bintil akar, bakteri akan menyerap gas nitrogen dari udara pada tanah. A. mangium yang tumbuh dengan normal memiliki bintil akar yang besar sehingga bisa mencegah terjadinya kekurangan nitrogen, karena bakteri Rhizobium mampu menyediakan kebutuhan nitrogen yang cukup. A.3. Kegunaan Penanaman Acacia mangium pada HTI umumnya adalah untuk menghasilkan bahan baku pembuatan pulp dan kertas, selain itu untuk pembuatan furniture dan pembuatan alat-alat rumah tangga serta pembuatan papan partikel unggul. Dengan kepadatan dan nilai kalori sebesar 4.800 sampai 4.900 kkal per kilogram kayu A. mangium sangat bagus digunakan untuk pembuatan papan partikel yang cukup bagus National Academy of Science, 1983. Menurut Jensen 1999, dalam keadaan mendesak daun A. mangium bisa juga digunakan untuk makanan ternak. Menurut Awang dan Taylor 1993 beberapa spesies akasia dari daerah humid atau sub humid digunakan untuk kegiatan reforestasi, dan menghasilkan kayu untuk produksi pulp, kayu gergajian dan bahan bakar. Di daerah beriklim kering beberapa spesies akasia berguna untuk program rehabilitasi dan mempunyai potensi untuk digunakan dalam kegiatan agroforestri. B. Magnesium B.1. Unsur Hara