sudah terpenuhi dan dapat membantu dalam pelaksanaan program guna mencapai tujuan.
Program kelompok belajar usaha yang di teliti dalam penelitian ini adalah program kelompok belajar usaha yang bergerak pada bidang
pembuatan alat permainan edukatif APE.
2.3. Alat Permainan Edukatif
2.3.1. Pengertian Alat Permainan Edukatif APE
Fauzan 2007:3 ”alat permainan edukatif APE adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan sebagai sarana atau alat permainan yang mengandung nilai pendidikan dan dapat mengembangkan seluruh aspek kemampuan anak,
baik yang berasal dari lingkungan sekitar maupun yang sudah dibuat ”. Artinya,
alat permainan edukatif adalah sarana yang dapat merangsang aktivitas anak untuk mempelajari sesuatu tanpa anak menyadarinya, baik menggunakan
teknologi modern maupun teknologi sederhana bahkan bersifat tradisional. Alat permainan edukatif juga merupakan alat yang dapat meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman anak tentang sesuatu. Alat permainan edukatif sudah dikenal turun-temurun dalam
masyarakat, bahkan kini banyak ditinggalkan orang padahal sejak tahun 1988 pemerintah berupaya menggalakkan APE karena terbukti dapat meningkatkan
kecerdasan dan tumbuh kembang anak secara optimal. Anak disuguhi berbagai bahan mentah dalam permainan yang harus ia upayakan sendiri agar menjadi
sesuatu yang terbentuk misalkan balok bangunan, papan pasak dan sebagainya.
Berbagai jenis yang lain adalah team work yang mengerjakannya secara kelompok sehingga melatih anak untuk bersosialisasi secara langsung
dengan lingkungan, seperti permainan kelereng. Jenis-jenis lain ada yang merangsang anak untuk mengasah otak seperti
catur, halma atau kotak ajaib. Sementara yang lain lagi mengarah pada pembinaan fisik anak seperti permainan sepak bola. Pendeknya, APE memang
dikondisikan sesuai untuk mendidik anak dalam berbagai aspek. Bermain pada anak-anak yang dikutip dalam Ismail 2006:156-157
ditujukan untuk mengembangkan tiga kemampuan pokok, yaitu: a.
Kemampuan Fisik-Motorik Psikomotor Kegiatan bergerak seperti berlari atau melompat seorang anak
akan terlatih motorik kasarnya sehingga memiliki sistem perototan yang terbentuk secara baik dan sehat. Kemampuan motorik halusnya akan
terlatih dengan permainan puzzle, membedakan bentuk benda besar atau kecil, dan sebagainya.
b. Kemampuan Sosial-Emosional Afektif
Anak melakukan aktivitas bermain karena ia merasa senang untuk melakukannya. Pada tahap-tahap awal perkembangannya, orang tua
merupakan kawan utama dalam bermain. Pergeseran akan terjadi seiring dengan bertambahnya umur anak, terutama setelah memasuki usia sekolah.
Di sekolah, anak akan mengalami proses sosialisasi, bergaul dengan kawan sebaya dan dengan gurunya.
c. Kemampuan Kecerdasan Kognisi
Proses bermain anak juga bisa diperkenalkan dengan
perbendaharaan huruf, angka, kata, bahasa, komunikasi timbal-balik, maupun mengenal objek-objek tertentu, misalnya bentuk besar atau kecil
dan rasa manis, asin, pahit, atau asam. Menurut Mayke S. Tedjasaputra yang dikutip dalam Andang
Ismail,2006:157-158, alat permainan selain dapat dibeli dari toko-toko mainan, juga dapat digali dan dikumpulkan dari sekeliling kita.
Begitu banyak orang yang memahami karena tidak pernah mengetahui caranya dan membutuhkan daya kreativitas untuk
menggunakan benda-benda yang ada di sekeliling kita dengan seefisien mungkin.
2.3.2 Fungsi dan Tujuan Alat Permainan Edukatif APE