Analisis Aspek-aspek Studi Kelayakan

BAB VI. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA

6.1 Analisis Aspek-aspek Studi Kelayakan

Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk menganalisis kelayakan suatu unit bisnis baik yang berbadan hukum maupun tidak. Hasil analisis finansial akan lebih bermanfaat dengan dilengkapi dengan analisis aspek-aspek studi kelayakan yang lain seperti aspek pasar, teknis, manjemen, hukum dan lingkungan.

6.1.1 Analisis Aspek Pasar

Analisis aspek pasar dilakukan untuk mengamati permintaan, penawaran, harga, program pemasaran dan perkiraan penjualan ikan mas dan nila, struktur pasar dan faktor persaingan usaha. Pangsa pasar ikan mas dan nila di Kabupaten Lebak cukup prospektif dengan jumlah penduduk sampai dengan tahun 2006 sebanyak 1.202.909 jiwa. 6.1.1.1 Permintaan Ikan mas dan nila merupakan ikan air tawar yang sudah dikenal oleh masyarakat. Ikan ini banyak diusahakan melalui budidaya ikan di sawah, kolam air tenang, kolam air deras maupun di keramba jaring apung. Tingkat permintaan ikan mas dan nila dapat diketahui dengan cara menganalisis tingkat konsumsi ikan secara keseluruhan. Tabel 9. Konsumsi Ikan Per Kapita dan Jumlah Konsumsi Ikan di Kabupaten Lebak Tahun 2003-2006 Tahun Konsumsi Ikan Per Kapita kg Jumlah Penduduk jiwa Jumlah Konsumsi Ikan kg 2003 13,00 1.122.368 14.590.784,00 2004 13,50 1.125.475 15.193.912,50 2005 14,30 1.176.350 16.821.805,00 2006 16,94 1.202.909 20.377.278,46 Laju tahun 9,41 2,35 11,99 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Lebak, 2007 diolah Berdasarkan data Tabel 9, menunjukkan bahwa jumlah konsumsi ikan di Kabupaten Lebak setiap tahunnya meningkat dengan laju kenaikan sebesar 11,99 persen per tahun seiring dengan meningkatnya jumlah konsumsi ikan per kapita dan jumlah penduduk. Kebutuhan konsumsi ikan bagi masyarakat sebagian dapat dipenuhi melalui peningkatan produksi ikan mas dan nila pada kegiatan usaha budidaya di KJA. 6.1.1.2 Penawaran Jumlah penawaran ikan mas dan nila di Kabupaten Lebak diperoleh berdasarkan data produksi dan jumlah ikan yang masuk dari luar daerah yang mengalami kenaikan setiap tahunnya. Ikan mas dan nila diproduksi dari berbagai kegiatan usaha budidaya seperti budidaya kolam air deras, kolam air tenang, sawah dan jaring apung. Jumlah penawaran ikan mas di Kabupaten Lebak pada tahun 2006 sebesar 3.613,12 ton, dimana sebanyak 2.372,32 ton masih dipenuhi dari luar daerah dan sebanyak 1.240,80 ton diproduksi di dalam daerah. Jumlah penawaran ikan nila pada tahun 2006 sebesar 623,90 ton dapat dipenuhi dari produksi di dalam daerah Tabel 10. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa terdapat peluang usaha bagi peningkatan produksi ikan mas dan nila untuk memenuhi kebutuhan ikan di Kabupaten Lebak. Tabel 10. Produksi dan Jumlah Ikan Mas dan Nila dari Luar Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2006 No Jenis Ikan Produksi ton Jumlah Ikan yang Masuk ke Kabupaten Lebak ton Jumlah ton 1. Mas 1.240,80 2.372,32 3.613,12 2. Nila 623,90 - 632,90 Jumlah 1.864,70 2.372,32 4.246,02 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Lebak, 2007. 6.1.1.3 Harga Harga ikan mas dan nila di tingkat petani cukup beragam per musim tanamnya. Harga rata-rata ikan mas pada musim tanam pertama dijual dengan harga Rp. 9.500kg, musim tanam kedua senilai Rp. 10.000kg, musim tanam ketiga senilai Rp. 10.500kg dan musim tanam keempat senilai Rp.9.500kg. Harga ikan mas tertinggi dicapai pada musim tanam MT kedua dan ketiga sekitar bulan April-Juni dan Juli-September, dimana terjadi kenaikan harga ikan akibat berkurangnya pasokan ikan karena musim kemarau. Harga ikan mas hasil produksi KJA cukup bersaing dengan harga produk yang sama dari luar daerah, dimana harga ikan mas dari luar daerah lebih tinggi dengan selisih antara Rp.500- Rp. 1.000. Harga rata-rata ikan nila pada musim tanam kedua dan keempat masing-masing dijual dengan harga Rp. 7.500 dan Rp. 7.000 per kilogramnya. 6.1.1.4 Strategi Pemasaran Menurut Husnan dan Muhamad 2000, bauran pemasaran marketing mix merupakan salah satu strategi pemasaran yang bertujuan agar produk dapat dipasarkan dan dapat mencapai market share. Komponen-komponen bauran pemasaran lazim disebut dengan 4p yaitu produk product, harga price, saluran distribusi place dan promosi promotion. 1 Produk Produk ikan mas dan nila yang dijual disesuaikan dengan kebutuhan pasar baik dalam ukuran, berkesinambungan, bentuk dan kualitas atau mutu. Ukuran ikan mas yang dijual berkisar antara 125-250 gram per ekor, sedangkan untuk ikan nila sekitar 320-500 gram per ekor. Kesinambungan penjualan ikan mas dan nila perlu ditingkatkan untuk memenuhi permintaaan pasar dengan cara mengatur pola tanam. Bentuk ikan mas dan nila yang dijual berupa ikan hidup atau ikan segar sesuai dengan permintaan pasar, sehingga mutu ikan dapat dipertahankan. 2 Harga Harga produk merupakan salah satu komponen yang perlu diperhatikan dalam pemasaran agar dapat bersaing dengan produk yang sama. Harga ikan mas pada tingkat petani yang berasal dari daerah penelitian dijual lebih rendah dari harga ikan yang berasal dari luar daerah, sehingga memiliki daya saing yang cukup tinggi. 3 Saluran Distribusi Distribusi ikan mas dan nila dilakukan dengan cara transportasi ikan hidup. Ikan yang didistribusikan ke pedagang pengumpul dilengkapi dengan oksigen, bertujuan untuk menjaga mutu produk. Saluran distribusi penjualan ikan mas dan nila di daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar 4. Penjualan ikan mas dan nila ada yang langsung ke konsumen akhir atau melalui pedagang pengumpul dan akhirnya ke konsumen akhir. Saluran yang ke tiga yaitu dari petani ditampung oleh pedagang pengumpul kemudian disalurkan ke pedagang pengecer dan akhirnya ke konsumen akhir. Gambar 4. Saluran Distribusi Penjualan Ikan Mas dan Nila di KJA Waduk Cikoncang. 4 Promosi Pemerintah Daerah telah berupaya membantu promosi produk perikanan dengan tujuan untuk meningkatkan konsumsi ikan masyarakat yaitu melalui program Gerakan Makan Ikan Gemarikan dan pameran pembangunan. Beberapa kegiatan promosi yang dilakukan dengan cara menyebarluaskan poster dan leaflet berisi tentang manfaat ikan dan cara memilih ikan yang aman food safety. 6.1.1.5 Perkiraan Penjualan Perkiraan penjualan ikan mas yang bisa dicapai dari hasil budidaya KJA di daerah penelitian rata-rata sebanyak 13,43 tonmusim tanam dan ikan nila sebanyak 1,7 tonmusim tanam, perkiraan penjualan disesuaikan dengan kemampuan produksi. Produksi ikan mas dan nila baru mampu mengisi penawaran sebesar 1,33 persen dari total keseluruhan penawaran ikan mas dan nila sebesar 4.246,02 ton pada tahun 2006. 6.1.1.6 Struktur Pasar Harga ikan mas dan nila ditentukan oleh skema pasar yaitu permintaan dan penawaran. Terdapat banyak penjual ikan baik dari dalam daerah dan luar daerah. Penawaran ikan mas dan nila dari dalam daerah berasal dari budidaya kolam, sawah dan KJA. Pembeli ikan mas dan nila terdiri dari berbagai kegiatan baik Petani ikan Konsumen akhir Pedagang pengumpul Pedagang pengumpul Pedagang pengecer komersial maupun non komersial seperti rumah makan, pemancingan dan konsumsi rumah tangga. 6.1.1.7 Persaingan Usaha Faktor persaingan yang perlu diperhatikan di daerah penelitian yaitu kegiatan usaha budidaya ikan di kolam dan sawah. Persaingan usaha tersebut tidak ada permasalahan karena pasar mampu menyerap komoditas ikan mas dan nila.

6.1.2 Analisis Aspek Teknis

Analisis aspek teknis membahas tentang lokasi kegiatan usaha, luas produksi, lay out KJA dan pemilihan jenis teknologi dan peralatan serta kegiatan budidaya. Aspek teknis dapat menguji kelayakan usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA secara teknis dan pengoperasiannya. 6.1.2.1 Lokasi Usaha Lokasi kegiatan usaha budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA di daerah penelitian dipilih berdasarkan pada ketersediaan lahan waduk yang memadai, yaitu : 1 Sumber air waduk Cikoncang berasal dari aliran sungai sehingga sirkulasi air dalam kondisi baik. 2 Waduk Cikoncang memiliki kedalaman lebih dari lima meter sesuai dengan persyaratan minimal kedalaman untuk kegiatan budidaya pada KJA. 3 Waduk Cikoncang terletak di dataran rendah sehingga peluang terjadinya up welling umbalan sangat kecil dibanding dengan waduk yang terletak di dataran tinggi. Up welling merupakan gejala alam yang mengakibatkan arus balik dari dasar waduk yang dapat mengapungkan lumpur ke permukaan perairan, biasanya terjadi pada pergantian musim dari musim kemarau ke hujan. 4 Pemanfaatan waduk baru mencapai 0,006 persen 1.280 m 2 masih di bawah batas maksimum yang ditetapkan sebesar 10 persen dari luas total areal waduk seluas 2.252 ha. Penetapan batas maksimum pemanfaatan waduk untuk kegiatan budidaya ikan bertujuan agar ekosistem perairan tetap lestari dalam jangka panjang. 5 Waduk Cikoncang merupakan salah satu perairan umum yang dapat dimanfaatkan oleh setiap orang. 6.1.2.2 Luas Produksi, Produktifitas dan Rencana Produksi Produksi lima unit KJA di daerah penelitian rata-rata menghasilkan ikan mas sebanyak 13,43 tonmusim tanam dan ikan nila sebanyak 1,70 tonmusim tanam. Produksi ikan mas dan nila tertinggi dapat dicapai pada musim tanam ke-4 antara bulan Oktober-Desember yang didukung oleh kualitas dan suplay air yang baik. Jumlah produksi ikan mas dan nila per musim tanam selama umur ekonomis KJA sistem jaring kolor dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Produksi Ikan Mas dan Nila di KJA Waduk Cikoncang per Musim Tanam No. Jenis Ikan Produksi kg Tahun ke-1 Tahun ke-2 Jumlah MT 1 MT2 MT3 MT4 MT 1 MT2 MT3 MT4 1. Mas 13.450 13.420 13.415 13.440 13.455 13.423 13.416 13.442 107.461 2. Nila - 1.740 - 1.750 - 1.741 - 1.753 6.984 Jumlah 13.450 15.160 13.415 15.190 13.455 15.164 13.416 15.195 114.445 Hasil produksi ikan mas dan nila diperoleh pada tiap akhir periode Musim Tanam MT. Musim tanam ikan mas dalam satu tahun terdiri dari empat kali, Periode MT pertama ikan mas antara bulan Januari-Maret, periode MT kedua antara bulan April-Juni, periode MT ketiga antara bulan Juli-September dan periode MT keempat antara bulan Oktober-Desember. Siklus produksi ikan mas di KJA sistem jaring kolor berfluktuasi bergantung pada MT. Akhir periode MT kedua dan ketiga bertepatan dengan musim kemarau dimana kualitas air menjadi menurun. Pengaruh negatif penurunan kualitas air menyebabkan produksi ikan mas rendah. Siklus produksi ikan mas di KJA sistem jaring kolor disajikan pada Gambar 5. Siklus Produksi Ikan Nila Per Musim Tanam Selama 2 Tahun 1.740 1.750 1.741 1.753 1.730 1.735 1.740 1.745 1.750 1.755 MT 1 MT 2 MT 1 MT 2 Tahun ke-1 Tahun ke-2 P rod uk si kg Siklus Produksi Ikan Mas Per Musim Tanam Selama 2 Tahun 13.450 13.420 13.415 13.440 13.455 13.423 13.416 13.442 13.390 13.400 13.410 13.420 13.430 13.440 13.450 13.460 MT 1 MT 2 MT 3 MT 4 MT 1 MT 2 MT 3 MT 4 Tahun ke-1 Tahun ke-2 P roduks i kg Gambar 5. Siklus Produksi Ikan Mas Per Musim Tanam Selama 2 Tahun Musim tanam ikan nila hanya dua kali per tahun, hal ini dikarenakan pemeliharaan ikan nila tidak intensif pakan sehingga diperlukan waktu yang lebih lama untuk pemeliharaannya yaitu enam bulan. Periode MT pertama ikan nila antara bulan Januari-Juni, periode MT kedua antara bulan Juli-Desember. Siklus produksi ikan nila hampir sama dengan ikan mas berfluktuasi bergantung pada MT. Akhir periode MT pertama sebagai waktu panen ikan nila bertepatan dengan musim kemarau dimana kualitas air menjadi menurun. Pengaruh negatif penurunan kualitas air menyebabkan produksi ikan nila rendah. Siklus produksi ikan nila di KJA sistem jaring kolor disajikan pada Gambar 6. Gambar 6. Siklus Produksi Ikan Nila Per Musim Tanam Selama 2 Tahun Produktifitas usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor dapat diketahui dari perbandingan produksi dengan luas lahan usaha. Jumlah produksi rata-rata ikan mas dan nila polikultur sebesar 14.305,63 kgtahun dengan luas usaha 1.280 m 2 . Produktifitas usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor di daerah penelitian sebesar 11,18 kgm 2 , namun dibandingkan dengan produktifitas usaha yang sama di waduk Cirata masih tertinggal jauh. Produktifitas budidaya ikan mas dan nila di waduk Cirata mencapai 32,14 kgm 2 Maulana, 2003. Rencana produksi mengacu pada target maksimum luas usaha yang boleh digarap sebesar 10 persen dari total areal waduk seluas 2.252 ha yaitu 225,2 ha 2.252.000 m 2 . Diperkirakan jumlah produksi ikan mas dengan luasan usaha 2.252.000 m 2 mencapai 94.532.367,09 kgtahun dan ikan nila mencapai 6.144.634,65 kgtahun dengan asumsi produksi rata-rata ikan mas sebesar 53.730,50 kgtahun dan ikan nila sebesar 3.492,50 kgtahun untuk setiap luasan 1.280 m 2 lima unit KJA sistem jaring kolor. Berdasarkan data tersebut serta mengacu pada data produksi ikan mas dan nila yang masuk dari luar daerah, menunjukkan bahwa produksi ikan KJA sistem jaring kolor dapat memenuhi kebutuhan ikan di daerah Kabupaten Lebak bahkan mampu untuk memasok ikan ke luar daerah. Untuk mencapai produksi sesuai dengan rencana diperlukan benih ikan mas sebanyak 7.037.520 kgtahun dan benih ikan nila sebanyak 5.278.140 kgtahun asumsi luasan usaha 1.280 m 2 dibutuhkan benih rata-rata ikan mas sebesar 4.000 kgtahun dan ikan nila sebesar 3.000 kgtahun. Besarnya kebutuhan ikan mas dan nila menjadi peluang besar untuk pengembangan unit- unit usaha pembenihan ikan oleh masyarakat sekitar. Semakin dekatnya sumber- sumber input dapat meningkatkan efisiensi biaya produksi. 6.1.2.3 Lay Out Keramba Jaring Apung Konstruksi keramba jaring apung terdiri dari kerangka jaring, pelampung dan kantong atau jaring pemeliharaan ikan. 1 Kerangka jaring apung menggunakan bambu dan kayu kaso yang memiliki daya tahan selama dua tahun. Kerangka bambu berfungsi untuk menggantungkan kantong jaring dan sebagai tempat pijakan di atas keramba jaring apung. Kerangka kayu digunakan untuk menjepit pelampung agar tidak terlepas. Jumlah bambu yang digunakan sebanyak 600 batang per lima unit KJA dan menggunakan kayu kaso sebanyak 500 batang per lima unit KJA. 2 Pelampung yang digunakan terdiri dari drum plastik. Penggunaan pelampung bertujuan agar kantong jaring dapat terapung dipermukaan air. Drum plastik yang digunakan sebanyak 240 buah. 3 Kantong atau jaring digunakan untuk wadah pemeliharaan ikan. Bahan jaring yang digunakan harus memenuhi syarat kuat dan tahan lama. Bahan jaring yang digunakan biasanya terbuat dari net nylon atau polyethylene. Jaring yang digunakan terdiri dari jaring lapisan atas kolam jaring atas berukuran 7x7x2,5 m dengan lebar mata jaring 1,27 cm dan jaring lapisan bawah kolam jaring bawahjaring kolor berukuran 16x16x3 m dengan lebar mata jaring 3,81 cm. Jaring lapisan atas digunakan untuk pemeliharaan ikan mas dan jaring lapisan bawah digunakan untuk pemeliharaan ikan nila. Setiap unit KJA terdiri dari empat kolam jaring lapisan atas dan satu kolam jaring lapisan bawah. Jumlah KJA yang diusahakan sebanyak lima unit terdiri dari 20 kolam jaring atas 980 m 2 dan lima kolam jaring bawahjaring kolor 1.280 m 2 . 6.1.2.4 Teknologi dan peralatan Kegiatan budidaya ikan mas dan nila di daerah penelitian termasuk dalam kategori budidaya pembesaran ikan. Teknologi pembesaran ikan mas dan nila yang digunakan di area waduk adalah teknologi keramba jaring apung dilengkapi kolam jaring atas dan kolam jaring bawah jaring kolor. Ikan mas dipelihara pada kolam jaring atas dan ikan nila dipelihara pada kolam jaring bawah. Perlengkapan yang dipergunakan untuk menunjang kegiatan usaha budidaya ikan pada KJA yaitu tabung oksigen, plastik bag, serok, ember plastik, baskom plastik dan perahu. 6.1.2.5 Penggunaan Input Input yang digunakan pada kegiatan usaha pembesaran ikan mas dan nila di KJA sistem jaring kolor terdiri dari input tetap dan variabel. Input tetap yang digunakan terdiri dari konstruksi KJA dan perlengkapannya. Jenis input tetap dan variabel dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Jenis Input Tetap dan Variabel yang Digunakan pada Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila di KJA Waduk Cikoncang No. Jenis Input I. Input Tetap : − Bahan jaring − Drum plastik − Bambu − Kayu Kaso − Paku − Tambang − Bandulpemberat − Jangkar − Rumah jaga − Tabung oksigen − Plastik bag − Serok − Ember dan Baskom plastik − Perahu II. Input Variabel : − Benih ikan mas dan nila − Pakan − Tenaga kerja − Obat-obatan − Isi ulang oksigen 6.1.2.6 Kegiatan Budidaya Kegiatan budidaya ikan di daerah penelitian merupakan teknik pembesaran ikan mas dan nila dengan menggunakan teknik KJA jaring kolor. KJA tersebut terdiri dari kolam jaring atas dan kolam jaring bawahjaring kolor. Kegiatan budidaya pembesaran ikan pada KJA jaring kolor di waduk Cikoncang dapat dilihat pada Lampiran 1. Tahapan kegiatan pembesaran ikan yaitu tahap persiapan, penebaran benih, pemberian pakan, pengendalian penyakit, panen dan penanganan paska panen. 1 Persiapan Tahap persiapan pembesaran ikan mas dan nila yaitu pengadaan sarana dan prasarana atau input, penyusunan konstruksi KJA. Penentuan lokasi tempet peletakan KJA dipilih perairan yang memiliki kedalaman lebih dari lima meter dan tidak ditempatkan dekat dengan pintu air. 2 Penebaran Benih Benih ikan mas yang ditebarkan berukuran 5-8 cm atau berumur sekitar 1,5-2 bulan dengan jumlah benih sekitar 50 kgkolam jaring atas atau sekitar 5.000 ekorkolam jaring atas jumlah ikan per kilogram sekitar 100 ekor. Jumlah benih ikan mas dalam lima unit KJA sebanyak 1.000 kg atau sekitar 100.000 ekor. Benih ikan mas dipelihara selama tiga bulan sampai ikan siap dipanen. Benih ikan nila yang ditebar mempunyai ukuran 8-12 cm atau berumur sekitar 2-4 bulan dengan jumlah ikan sekitar 300 kgkolam jaring bawah atau sekitar 15.000 ekorkolam jaring bawah jumlah ikan per kilogram sekitar 50 ekor. Jumlah ikan nila dalam lima unit KJA sebanyak 1.500 kg atau sekitar 75.000 ekor. Lama pemeliharaan benih ikan nila selama enam bulan sampai ikan siap dipanen. Ikan nila yang dipelihara pada kolam jaring bawahkolam jaring kolor tidak diberikan pakan secara langsung, akan tetapi memanfaatkan sisa pakan ikan mas yang dipelihara pada kolam jaring atas. Benih ikan mas diperoleh dari luar daerah dengan kisaran harga pada tingkat petani antara Rp. 22.000 – Rp. 25.000kg, sedangkan benih ikan nila diperoleh dari Balai Benih Ikan dan pembenihan masyarakat sekitar dengan harga pada tingkat petani senilai Rp. 12.500kg. 3 Pemberian Pakan Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam kegiatan budidaya ikan, karena pembesaran ikan pada KJA bergantung pada pemberian pakan tambahan. Pakan yang digunakan berupa pakan buatanpellet memiliki sifat terapung sehingga memudahkan dalam melakukan pengawasan terhadap perkembangan ikan. Pakan yang diberikan memiliki ukuran sekitar 2 mm. Frekuensi pemberian pakan dilakukan sebanyak tiga kali dalam sehari yaitu pada waktu pagi, siang dan sore hari. Pakan diberikan secara langsung pada ikan mas di kolam jaring atas, sedangkan ikan nila hanya menerima sisa-sisa pakan dari ikan mas. Harga pakan ikan pada tingkat petani berkisar Rp. 4.200 – Rp. 4.500kg. 4 Pengendalian Penyakit Serangan penyakit pada ikan di daerah penelitian jarang terjadi, hal ini disebabkan kondisi kualitas air waduk masih cukup baik. Penyakit yang pernah terjadi pada ikan ditandai kulit luka memerah dan sisik pada luka terlepas diakibatkan oleh bakteri Aeromonas hydrophiladan. Pengobatan dapat dilakukan dengan cara penyuntikan dengan Terramycine 25-30 mgkg ikan, diulang tiga hari sekali sebanyak tiga kali ulangan atau dengan cara mencampur pakan dengan Terramycine 50 mgkg ikanhari selama 7-10 hari. 5 Panen dan Penanganan Pasca Panen Panen ikan mas dilakukan sampai usia pemeliharaan selama tiga bulan dan ikan nila selama enam bulan. Panen ikan dilakukan pada pagi hari untuk menjaga kondisi ikan tetap segar. Ikan yang akan dipanen dipuasakan selama satu hari dengan tujuan agar pada saat pendistribusian ikan tidak banyak mengeluarkan kotoran yang dapat menyebabkan racun. Panen ikan dilakukan dengan cara mengangkat jaring sehingga dapat mempermudah penangkapan ikan, kemudian dilakukan penimbangan. Ikan mas didistribusikan dengan cara memasukan ikan kedalam plastik yang diberi air bersih dan oksigen, sedangkan ikan nila memiliki kondisi fisik lebih kuat dimasukan ke dalam drum plastik yang diberi air tanpa oksigen.

6.1.3 Analisis Aspek Manajemen

Aspek manajemen yang dianalisis meliputi struktur organisasi, spesifikasi tenaga kerja, wewenang dan tanggung jawab, kebutuhan upah dan pelaksana kegiatan usaha dan jadwal kegiatan usaha. Struktur organisasi petani pengelola kegiatan usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA hanya terdiri atas ketua dan anggota. Petani pemilik merangkap sebagai ketua, pemilik modal dan pengelola keuangan, sedangkan tenaga kerja yang berjumlah tiga orang sebagai anggota. Ketua memiliki wewenang dan bertanggung jawab atas kelancaran kegiatan budidaya baik secara teknis dan keuangan secara keseluruhan. Tenaga kerja memiliki pengalaman dalam kegiatan budidaya di kolam dan sawah. Tenaga kerja memiliki tanggung jawab terhadap kelancaran kegiatan pembesaran ikan pada KJA secara teknis. Pelaksanaan kegiatan usaha pembesaran ikan mas dilaksanakan selama tiga bulan dan ikan nila selama enam bulan. Jadwal kegiatan usaha pembesaran ikan meliputi jadwal pemberian pakan dan memeriksa persediaan pakan, pengawasan adanya gangguan atau kerusakan pada jaring dengan cara membagi jadwal penjagaan.

6.1.4 Analisis Aspek Hukum

Aspek hukum yang dianalisis terdiri dari bentuk badan usaha dan izin usaha. Bentuk badan usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA di daerah penelitian merupakan badan usaha perorangan. Sesuai dengan Peraturan Daerah Propinsi Banten Nomor 6 Tahun 2004 tentang Izin Usaha Perikanan dinyatakan bahwa setiap usaha perikanan yang berdomisili di Propinsi Banten wajib memiliki izin. Usaha pembudidayaan ikan pada Keramba Jaring Apung yang memiliki lebih dari empat unit diwajibkan memiliki izin dan dikenakan retribusi sebesar Rp. 14.000unittahun, dengan asumsi satu unit = 4x7x7x2,5m3. Usaha KJA yang luasnya 2,5 ha atau lebih, atau jumlahnya 500 unit atau lebih wajib dilengkapi dengan analisis Dampak Lingkungan.

6.1.5 Analisis Aspek Lingkungan

Pemeliharaan ikan mas dan nila pada KJA di waduk memiliki dampak positif dan negatif terhadap lingkungan perairan dan masyarakat sekitar waduk. Dampak positif terhadap masyarakat yaitu dapat terserapnya tenaga kerja baru dan ekonomi masyarakat dapat diberdayakan mulai dari tingkat petani pembenih, pembesaran dan penjual serta pemilik sarana transportasi. Dampak positif terhadap lingkungan yaitu terpeliharanya kelestarian sumber daya ikan di perairan waduk karena kegiatan perikanan tidak bergantung pada penangkapan ikan. Sisa- sisa pakan dari KJA dapat dimanfaatkan sebagai makanan bagi ikan-ikan yang hidup bebas di luar area KJA. Dampak negatif dari adanya kegiatan usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA di waduk masih dalam batas kewajaran. Populasi unit KJA masih sedikit sehingga tidak berpengaruh buruk terhadap kualitas air.

6.1.6 Analisis Aspek FinansialKeuangan

Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantitatif usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor. Analisis finansial dilakukan pada ikan mas sebagai komoditas utama yang dipelihara pada kolam jaring atas dan ikan nila sebagai komoditas tambahan yang dipelihara pada kolam jaring kolorjaring bawah. Untuk menganalisis aspek finansial diperlukan analisis biaya dan manfaat, nilai arus tunai cash flow, kemudian dapat dihitung beberapa kriteria investasi yaitu NPV, IRR dan Net BC. Analisis kriteria investasi sebagai ukuran tentang layak tidaknya kegiatan usaha dilihat dari segi keuangan Ibrahim, 2003. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis finansial usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor, yaitu : 1 Umur ekonomis sekitar dua tahun berdasarkan kegunaan konstruksi KJA secara ekonomis 2 Pola tanam usaha pembesaran ikan mas sebanyak empat kali musim tanam per tahun dan ikan nila sebanyak dua kali musim tanam per tahun. Masa pemeliharaan ikan mas selama tiga bulan dan ikan nila selama enam bulan. 3 Biaya investasi dikeluarkan dalam satu tahun yaitu pada tahun ke nol 4 Tingkat suku bunga ditetapkan sebesar 13 persen sesuai dengan rata-rata tingkat suku bunga kredit yang berlaku saat ini di Bank Umum 5 Modal investasi yang digunakan berasal dari modal pribadi pemilik 6.1.6.1 Analisis Biaya Biaya kegiatan usaha pembesaran ikan mas dan nila meliputi biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel. Biaya investasi yang diperhitungkan dalam arus tunai cash flow terdiri dari : 1 Biaya investasi awal yang dikeluarkan pada tahun ke nol 2 Biaya reinvestasi yang muncul pada saat proyek berjalan. Biaya investasi awal terdiri atas biaya investasi kolam jaring atas dan bawah serta biaya investasi perlengkapan. Perhitungan biaya investasi awal untuk lima unit KJA sistem jaring kolor dapat dilihat pada Tabel 13. Biaya investasi awal terbesar berasal dari biaya pembangunan konstruksi kolam jaring atas senilai Rp. 38.252.500. Total biaya investasi awal untuk lima unit KJA sistem jaring kolor sebesar Rp. 60.437.500. Tabel 13. Perhitungan Biaya Investasi 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor No. Komponen Biaya Satuan Jumlah Unit Harga Satuan Rp. Jumlah Biaya Rp. 1 2 3 4 5 6=4x5 I. Biaya Investasi Kolam Jaring Atas 1 Drum plastic buah 240 13.000 3.120.000 2 Bambu batang 600 3.000 1.800.000 3 Kayu kaso batang 500 3.500 1.750.000 4 Bahan jarring atas kg 500 45.000 22.500.000 5 Paku kg 175 7.500 1.312.500 6 Tambang kg 90 25.000 2.250.000 7 Bandulpemberat buah 80 17.500 1.400.000 8 Jangkar buah 8 65.000 520.000 9 Biaya pengerjaan 5 hari orang 4 30.000 600.000 10 Rumah Jaga unit 1 3.000.000 3.000.000 Jumlah I 38.252.500

II. Biaya Investasi

Kolam Jaring BawahKolor 1 Bahan jarring kolor kg 250 45.000 11.250.000 2 Tambang kg 60 25.000 1.500.000 3 Bandulpemberat buah 40 17.500 700.000 4 Biaya pengerjaan 2 hari orang 4 30.000 240.000 Jumlah II 13.690.000

III. Biaya Investasi

Perlengkapan 1 Tabung oksigen berat kotor 75kg buah 4 950.000 3.800.000 2 Plastik bag kg 5 22.500 112.500 3 Serok buah 5 12.500 62.500 4 Ember plastik buah 2 5.000 10.000 5 Baskom plastik buah 2 5.000 10.000 6 Perahu unit 1 4.500.000 4.500.000 Jumlah III 8.495.000 Jumlah Total 60.437.500 Biaya pengadaan bahan jaring merupakan komponen biaya investasi awal terbesar. Tingginya biaya investasi dikarenakan komponen utama konstruksi KJA seperti bahan jaring dan jangkar berasal dari luar daerah. Tabel 14. Perhitungan Biaya Reinvestasi Perlengkapan No. Komponen Biaya Satuan Jumlah Unit Harga Satuan Rp. Jumlah Biaya Rp. 1 2 3 4 5 6=4x5 1 Plastik bag kg 5 22.500 112.500 2 Serok buah 5 12.500 62.500 3 Ember plastik buah 2 5.000 10.000 4 Baskom plastik buah 2 5.000 10.000 Jumlah 195.000 Total biaya reinvestasi yang diperhitungkan dalam arus tunai pada tahun ke dua sebesar Rp. 195.000. Perhitungan biaya reinvestasi usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor ditampilkan pada Tabel 14. Tabel 15. Perhitungan Biaya Variabel Tahun Ke-1 Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor No. Komponen Biaya Satuan Jumlah Unit Harga Satuan Rp. Jumlah Biaya Rp. 1 2 3 4 5 6=4x5 I. Musim Tanam 1 : 1 Pakan kg 20.000 4.200 84.000.000 2 Benih Ikan Mas kg 1.000 22.000 22.000.000 3 Upah TK orgbulan 3 750.000 6.750.000 4 Benih Ikan Nila kg 1.500 12.300 18.450.000 5 Biaya Angkut Benih kali 1 850.000 850.000 6 Obat-obatan pot 1 55.000 55.000 7 Upah Panen orang 4 35.000 140.000 8 Isi Ulang Oksigen ulangan 9 50.000 450.000 Jumlah I 132.695.000 II. Musim Tanam 2 : 1 Pakan kg 20.000 4.200 84.000.000 2 Benih Ikan Mas kg 1.000 23.000 23.000.000 3 Upah TK orgbulan 3 750.000 6.750.000 4 Benih Ikan Nila - - - - 5 Biaya Angkut Benih kali 1 700.000 700.000 6 Obat-obatan pot 1 55.000 55.000 7 Upah Panen orang 4 35.000 140.000 8 Isi Ulang Oksigen ulangan 10 50.000 500.000 Jumlah II 115.145.000 III. Musim Tanam 3 : 1 Pakan kg 20.000 4.200 84.000.000 2 Benih Ikan Mas kg 1.000 25.000 25.000.000 3 Upah TK orgbulan 3 750.000 6.750.000 4 Benih Ikan Nila kg 1.500 12.500 18.750.000 5 Biaya Angkut Benih kali 1 850.000 850.000 6 Obat-obatan pot 1 55.000 55.000 7 Upah Panen orang 4 35.000 140.000 8 Isi Ulang Oksigen ulangan 9 50.000 450.000 Jumlah 3 135.995.000 IV. Musim Tanam 4 : 1 Pakan kg 20.000 4.200 84.000.000 2 Benih Ikan Mas kg 1.000 24.000 24.000.000 3 Upah TK 3 orang orgbulan 3 750.000 6.750.000 4 Benih Ikan Nila - - - - 5 Biaya Angkut Benih kali 1 700.000 700.000 6 Obat-obatan pot 1 55.000 55.000 7 Upah Panen orang 4 35.000 140.000 8 Isi Ulang Oksigen ulangan 10 50.000 500.000 Jumlah 4 116.145.000 Total Biaya Variabel Tahun ke-1 499.980.000 Komponen biaya yang diperhitungkan dalam biaya reinvestasi merupakan komponen-komponen yang memiliki umur kegunaannya kurang dari dua tahun. Biaya reinvestasi muncul pada awal tahun ke dua yaitu untuk mengganti biaya perlengkapan yang mengalami kerusakan. Komponen biaya variabel terdiri dari biaya pembelian benih ikan mas dan nila, pakan dan upah tenaga kerja, biaya angkut benih, obat-obatan, upah panen dan isi ulang oksigen. Rincian perhitungan biaya variabel tahun pertama usaha pembesaran ikan mas dan nila pada 5 unit KJA Sistem Jaring Kolor disajikan pada Tabel 15. Berdasarkan perhitungan biaya variabel pada tahun pertama menunjukkan bahwa komponen terbesar biaya variabel berasal dari pembelian pakan mencapai Rp. 84.000.000musim tanam. Biaya pakan menyumbang 74,67 persen atau Rp. 336.000.000 terhadap total biaya variabel pada tahun pertama. Besarnya biaya pakan dikarenakan pemeliharaan ikan mas di KJA memerlukan intensifikasi pemberian pakan buatan dan adanya keterbatasan ruang gerak ikan mas untuk mencari makanan tambahan alami. Komponen kedua terbesar biaya variabel yaitu biaya benih ikan mas dan nila mencapai 26,24 persen atau Rp.131.200.000 dari total biaya variabel pada tahun pertama. Berdasarkan Tabel 16 menunjukkan bahwa biaya variabel pada tahun kedua mengalami peningkatan sebesar 4,8 persen atau meningkat menjadi Rp. 523.980.000. Peningkatan biaya variabel tahun kedua dipengaruhi oleh kenaikan harga pakan sebesar 7,14 persen dari Rp. 4.200kg menjadi Rp. 4.500kg. Harga benih ikan mas tertinggi dicapai pada musim tanam ketiga dan keempat karena awal musim tanam sekitar bulan Juli dan Oktober sudah memasuki musim kemarau, dimana pasokan benih berkurang yang menyebabkan harga benih menjadi naik. Kenaikan harga benih ikan mas tertinggi pada MT ketiga yaitu dari harga Rp.23.000kg menjadi Rp. 25.000kg atau mengalami kenaikan sebesar 8,69 persen. Sedangkan benih ikan nila mengalami kenaikan sebesar 1,63 persen dari harga Rp. 12.300kg menjadi Rp. 12.500kg. Tabel 16. Perhitungan Biaya Variabel Tahun ke-2 Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor No. Komponen Biaya Satuan Jumlah Unit Harga Satuan Rp. Jumlah Biaya Rp. 1 2 3 4 5 6=4x5 I. Musim Tanam 1 : 1 Pakan kg 20.000 4.500 90.000.000 2 Benih Ikan Mas kg 1.000 22.000 22.000.000 3 Upah TK orgbulan 3 750.000 6.750.000 4 Benih Ikan Nila kg 1.500 12.300 18.450.000 5 Biaya Angkut Benih kali 1 850.000 850.000 6 Obat-obatan pot 1 55.000 55.000 7 Upah Panen orang 4 35.000 140.000 8 Isi Ulang Oksigen ulangan 9 50.000 450.000 Jumlah I 138.695.000 II. Musim Tanam 2 : 1 Pakan kg 20.000 4.500 90.000.000 2 Benih Ikan Mas kg 1.000 23.000 23.000.000 3 Upah TK orgbulan 3 750.000 6.750.000 4 Biaya Angkut Benih kali 1 700.000 700.000 5 Benih Ikan Nila - - - 6 Obat-obatan pot 1 55.000 55.000 7 Upah Panen orang 4 35.000 140.000 8 Isi Ulang Oksigen ulangan 10 50.000 500.000 Jumlah II 121.145.000 III. Musim Tanam 3 : 1 Pakan kg 20.000 4.500 90.000.000 2 Benih Ikan Mas kg 1.000 25.000 25.000.000 3 Upah TK orgbulan 3 750.000 6.750.000 4 Biaya Angkut Benih kali 1 850.000 850.000 5 Benih Ikan Nila kg 1.500 12.500 18.750.000 6 Obat-obatan pot 1 55.000 55.000 7 Upah Panen orang 4 35.000 140.000 8 Isi Ulang Oksigen ulangan 9 50.000 450.000 Jumlah 3 141.995.000 IV. Musim Tanam 4 : 1 Pakan kg 20.000 4.500 90.000.000 2 Benih Ikan Mas kg 1.000 24.000 24.000.000 3 Upah TK orgbulan 3 750.000 6.750.000 4 Benih Ikan Nila - - - - 5 Biaya Angkut Benih kali 1 700.000 700.000 6 Obat-obatan pot 1 55.000 55.000 7 Upah Panen orang 4 35.000 140.000 8 Isi Ulang Oksigen ulangan 10 50.000 500.000 Jumlah 4 122.145.000 Total Biaya Variabel Tahun ke-2 523.980.000 Menurut Horngren, Harrison, Robinson dan Secokusumo 1996, tujuan utama perhitungan penyusutan adalah untuk memperhitungkan penurunan kegunaan aktiva tetap karena pemakaian dan untuk menentukan jumlah keuntungan yang diperoleh perusahaan. Semua aktiva tetap kecuali tanah hanya akan memberikan manfaat dalam suatu jangka waktu tertentu. Pemakaian aktiva tetap yang terus menerus merupakan elemen yang menyebabkan terjadinya penyusutan. Perhitungan biaya penyusutan menggunakan metode garis lurus yaitu menghitung selisih antara nilai perolehan dengan jumlah perkiraan nilai sisa dibagi umur kegunaanya. Perkiraan biaya penyusutan KJA sistem jaring kolor dan perlengkapannya sebesar Rp. 11.951.250tahun. Nilai sisa yang diharapkan pada akhir masa kegunaan KJA sebesar Rp.10.715.000. Bahan jaring merupakan komponen terbesar penyumbang biaya penyusutan. Perhitungan biaya penyusutan dan perkiraan nilai sisa per tahun dari lima unit KJA sistem jaring kolor ditampilkan pada Tabel 17. Tabel 17. Perhitungan Biaya Penyusutan dan Perkiraan Nilai Sisa per Tahun dari 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor No. Komponen Biaya Penyusutan Umur Kegunaan Tahun Nilai Perolehan Rp. Jumlah Perkiraan Nilai SisaRp. Perkiraan Penyusutan Rp.th 1 2 3 4 5 6=4-53 I. Kolam Jaring Atas 1 Drum plastic 5 3.120.000 960.000 432.000 2 Bambu 2 1.800.000 - 900.000 3 Kayu kaso 2 1.750.000 - 875.000 4 Bahan jarring atas 5 22.500.000 5.000.000 3.500.000 5 Paku 2 1.312.500 - 656.250 6 Tambang 2 2.250.000 450.000 900.000 7 Bandulpemberat 5 1.400.000 400.000 200.000 8 Jangkar 5 520.000 80.000 88.000 9 Rumah Jaga 5 3.000.000 300.000 540.000 Jumlah I 7.190.000 8.091.250 II. Kolam Jaring Bawah 1 Bahan jarring kolor 5 11.250.000 2.500.000 1.750.000 2 Tambang 2 1.500.000 300.000 600.000 3 Bandulpemberat 5 700.000 200.000 100.000 Jumlah II 3.000.000 2.450.000 III. Perlengkapan 1 Tabung oksigen berat kotor 75kg 10 3.800.000 400.000 340.000 2 Plastik bag 1 112.500 - 112.500 3 Serok 1 62.500 - 62.500 4 Ember plastik 1 10.000 - 10.000 5 Baskom plastik 1 10.000 - 10.000 6 Perahu 5 4.500.000 125.000 875.000 Jumlah III 525.000 1.410.000 Jumlah Total 10.715.000 11.951.250 Komponen biaya tetap yang masuk ke dalam perhitungan arus tunai usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor terdiri dari retribusi izin usaha perikanan dan biaya perawatan jaring. Retribusi dibebankan sebesar Rp. 14.000jaringtahun. Biaya perawatan jaring dikeluarkan setiap kali selesai panen ikan yaitu sebayak empat kali per tahunnya. Perawatan jaring dikerjakan oleh tiga orang pekerja selama dua hari yang dibayar berdasarkan upah harian. Besaran biaya perawatan jaring sebanyak empat kali yaitu Rp. 840.000. Total biaya tetap yang diperhitungakan dalam arus tunai sebesar Rp. 910.000tahun. Rincian biaya tetap yang dapat diperhitungkan per tahunnya ditampilkan pada Tabel 18. Tabel 18. Perhitungan Biaya Tetap per Tahun No. Komponen Biaya Jumlah Rp.th 1 Retribusi Izin Usaha Perikanan 5 unit x Rp. 14.000 70.000 2 Biaya Perawatan Jaring 3 org x 2 hr x Rp. 35.000 x 4 MT 840.000 Jumlah Biaya Tetap 910.000 Keterangan : MT = Musim Tanam 6.1.6.2 Analisis Manfaat Analisis finansial usaha lebih menitik beratkan pada financial benefit atau manfaat yang dapat di nilai dengan uang tangible benefit. Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor di peroleh dari penerimaan hasil penjualan ikan mas dan nila dari lima unit KJA. Penerimaan penjualan ikan mas sebanyak dua kali dan penerimaan penjualan ikan nila sebanyak satu kali untuk dua kali musim tanam. Penerimaan hasil usaha penjualan ikan mas sebanyak empat kali per tahun dan ikan nila sebanyak dua kali pertahun. Berdasarkan Tabel 19 menunjukkan bahwa penerimaan total usaha pada tahun pertama sebesar Rp. 555.812.000. Penerimaan usaha terbesar diperolah dari penjualan ikan mas pada musim tanam ketiga yaitu sebesar Rp. 140.857.500 yang dipengaruhi oleh harga jual ikan yang tinggi di tingkat petani mencapai Rp. 10.500kg. Kegiatan panen ikan mas pada musim tanam ketiga sekitar bulan September bertepatan dengan musim kemarau dimana harga ikan menjadi meningkat karena persediaan ikan mas di pasar semakin sedikit. Penerimaan hasil penjualan ikan nila pada musim tanam ikan kedua sekitar bulan Juni cukup tinggi sebesar Rp. 13.050.000, hal ini dipengaruhi oleh harga ikan nila yang cukup tinggi ditingkat petani yaitu Rp. 7.500kg. Tabel 19. Perhitungan Penerimaan Tahun Ke-1 dari 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor No. Komponen Penerimaan Harga Satuan Rp.kg Produksi kg Jumlah Rp. 1 2 3 4 5=3x4 I. Musim Tanam 1 : 1 Ikan Mas 9.500 13.450 127.775.000 2 Ikan Nila - - - Jumlah 1 13.450 127.775.000 II. Musim Tanam 2 : 1 Ikan Mas 10.000 13.420 134.200.000 2 Ikan Nila 7.500 1.740 13.050.000 Jumlah 2 15.160 147.250.000 III. Musim Tanam 3 : 1 Ikan Mas 10.500 13.415 140.857.500 2 Ikan Nila - - - Jumlah 3 13.415 140.857.500 IV. Musim Tanam 4 : 1 Ikan Mas 9.500 13.440 127.680.000 2 Ikan Nila 7.000 1.750 12.250.000 Jumlah 4 15.190 139.930.000 Jumlah Total 57.215 555.812.500 Perhitungan penerimaan usaha pada tahun kedua dari lima unit KJA dapat ditampilkan pada Tabel 20. Berdasarkan perhitungan penerimaan pada tahun kedua menunjukkan bahwa total penerimaan usaha pada tahun kedua sebesar Rp. 557.695.000 atau mengalami peningkatan dibandingkan hasil penerimaan pada tahun pertama sebesar 0,34 persen. Peningkatan hasil penerimaan dipengaruhi oleh meningkatnya hasil produksi ikan mas dan nila pada tahun kedua sebanyak 57.230 kg. Tabel 20. Perhitungan Penerimaan Tahun Ke-2 dari 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor No. Komponen Penerimaan Harga Satuan Rp.kg Produksi kg Jumlah Rp. 1 2 3 4 5=3x4 I. Musim Tanam 1 : 1 Ikan Mas 9.500 13.455 127.822.500 2 Ikan Nila - - - Jumlah 1 13.455 127.822.500 II. Musim Tanam 2 : 1 Ikan Mas 10.000 13.423 134.230.000 2 Ikan Nila 8.000 1.741 13.928.000 Jumlah 2 15.164 148.158.000 III. Musim Tanam 3 : 1 Ikan Mas 10.500 13.416 140.868.000 2 Ikan Nila - - - Jumlah 3 13.416 140.868.000 IV. Musim Tanam 4 : 1 Ikan Mas 9.500 13.442 127.699.000 2 Ikan Nila 7.500 1.753 13.147.500 Jumlah 4 15.195 140.846.500 Jumlah Total 57.230 557.695.000 Harga jual ikan mas mengalami penurunan tertinggi terjadi pada MT keempat yaitu 9,52 persen dari harga awal Rp. 10.500kg menjadi Rp. 9.500kg, sedangkan harga ikan nila mengalami penurunan tertinggi pada tahun pertama sebesar Rp. 500kg atau 7,14 persen. Penurunan produksi ikan mas tertinggi terjadi pada MT kedua tahun pertama sebesar 0,24 persen dari produksi awal sebanyak 13.455 kg menjadi 13.423 kg, sedangkan produksi ikan nila mengalami penurunan produksi mencapai 0,68 persen dari produksi awal 1.753 kg menjadi 1.741 kg. 6.1.6.3 Nilai Arus Tunai Cash Flow Menurut Ibrahim 2003, perkiraan nilai arus penerimaan dan pengeluaran kas perlu dilakukan untuk menghitung suatu kriteria investasi. Nilai arus tunai atau cash flow terdiri dari arus penerimaan kas cash inflow dan arus pengeluaran kas cash aut flow. Perhitungan nilai arus tunai dilakukan terhadap usaha pembesaran ikan mas sebagai komoditas utama dan ikan nila sebagai komoditas tambahan pada KJA sistem jaring kolor. Arus penerimaan kas meliputi nilai produksi total dan nilai sisa, sedangkan arus pengeluaran kas terdiri dari biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel. Nilai produksi ikan mas dan nila diperoleh dari hasil penjualan ikan mas dan nila pada harga tingkat petani. Nilai sisa diperoleh dari nilai kas yang diharapkan dari aktiva tetap konstruksi KJA sistem jaring kolor pada akhir masa kegunaannya. Biaya investasi usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor yaitu biaya pembuatan konstruksi KJA serta biaya pengadaan sarana dan prasarana pendukung. Biaya tetap merupakan biaya retribusi izin usaha perikanan dan biaya perawatan jaring per tahun. Biaya variabel terdiri dari biaya pembelian pakan, benih ikan mas dan nila, upah tenaga kerja, biaya angkut benih, obat-obatan, upah panen dan isi ulang oksigen yang dihitung per musim tanam. Arus penerimaan kas diperoleh dari komponen penjualan hasil produksi ikan mas dan nila serta perkiraan nilai sisa aktiva tetap KJA sistem jaring kolor pada akhir umur ekonomisnya. Biaya-biaya yang dapat diperhitungkan dalam pengeluaran kas teridiri dari biaya investasi dan reinvestasi, biaya tetap dan biaya variabel. Tabel 21. Nilai Arus Tunai Tahun ke 1 Usaha Pembesaran Ikan Mas pada 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor dengan Tingkat Suku Bunga 13 Persen N o Uraian Tahun Nol Rp. Tahun ke 1 Rp. MT 1 MT 2 MT 3 MT 4 1 Arus Penerimaan Kas Cash Inflow a. Nilai Produksi - 127.775.000 147.250.000 140.857.500 139.930.000 b. Nilai Sisa Aktiva Tetap - - - - - Jumlah Cash Inflow - 127.775.000 147.250.000 140.857.500 139.930.000 2 Arus Pengeluaran Kas Cash Outflow a. Biaya Investasi -60.437.500 - - - - b. Biaya Tetap - - - - 910.000 c. Biaya Variabel per Musim Tanam - 132.695.000 115.145.000 135.995.000 116.145.000 Jumlah Cash Outflow - 60.437.500 132.995.000 115.145.000 135.995.000 117.055.000 3 Net Benefit Sebelum Pajak -60.437.500 -4.920.000 32.105.000 4.862.500 22.875.000 4 Pajak 10 - - 2.718.500 486.250 2.287.500 5 Net Benefit Setelah Pajak -60.437.500 -4.920.000 29.386.500 4.376.250 20.587.500 Berdasarkan Tabel 21 mengenai perhitungan arus tunai di tahun pertama, menunjukkan bahwa penerimaan musim tanam pertama dan ketiga diperoleh dari hasil penjualan ikan mas, sedangkan penerimaan pada musim tanam kedua dan keempat diperoleh dari hasil penjualan dua komoditas yaitu ikan mas dan nila sehingga akan menghasilkan penerimaan yang lebih tinggi. Penerimaan pada musim tanam kedua dan keempat masing-masing sebesar Rp. 147.250.000 dan Rp. 139.930.000. Namun penerimaan dari hasil penjualan ikan mas dan nila pada musim tanam keempat lebih rendah dibandingkan penerimaan pada musim tanam ketiga yang mencapai Rp. 140.857.500. Rendahnya penerimaan di musim tanam keempat disebabkan oleh rendahnya harga ikan di pasaran yaitu masing-masing senilai Rp. 9.500kg untuk ikan mas dan Rp. 7.000kg untuk ikan nila. Arus pengeluaran kas terbesar terjadi pada musim tanam kesatu dan ketiga masing- masing sebanyak Rp. 132.995.000 dan Rp. 135.995.000. Hal ini terjadi karena ada tambahan biaya benih ikan nila. Manfaat bersih setelah pajak tahun kesatu musim tanam pertama masih bernilai negatif, kemudian musim tanam kedua sampai dengan musim tanam keempat manfaat bersih atau keuntungan bernilai positif. Perhitungan nilai arus tunai usaha di tahun kedua ditampilkan pada Tabel 22. Tabel 22. Nilai Arus Tunai Tahun ke 2 Usaha Pembesaran Ikan Mas pada 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor dengan Tingkat Suku Bunga 13 Persen No Uraian Tahun ke 2 Rp. MT 1 MT 2 MT 3 MT 4 1 Arus Penerimaan Kas Cash Inflow a. Nilai Produksi 127.822.500 148.158.000 140.868.000 140.846.500 b. Nilai Sisa Aktiva Tetap - - - 10.715.000 Jumlah Cash Inflow 127.822.500 148.158.000 140.868.000 151.561.500 2 Arus Pengeluaran Kas Cash outflow a. Biaya Investasi 195.000 - - - b. Biaya Tetap - - - 910.000 c. Biaya Variabel per Musim Tanam 138.695.000 121.145.000 141.995.000 122.145.000 Jumlah Cash Outflow 139.190.000 121.145.000 141.995.000 123.055.000 3 Net Benefit Sebelum Pajak -11.067.500 27.013.000 -1.127.000 28.506.500 4 Pajak 10 - 1.594.550 - 2.737.950 5 Net Benefit Setelah Pajak -11.067.500 25.418.450 -1.127.000 25.768.550 Berdasarkan Tabel 22 mengenai perhitungan arus tunai di tahun kedua, menunjukkan bahwa penerimaan terbesar dicapai pada musim tanam kedua dan keempat masing-masing sebesar Rp. 148.158.000 dan Rp. 151.561.500. Besarnya penerimaan ini merupakan hasil penjualan ikan mas dan nila serta ada peningkatan produksi ikan. Pengeluaran kas terbanyak terjadi pada musim tanam kesatu sebesar Rp. 139.190.000 dan musim tanam ketiga sebesar Rp. 141.995.000 karena adanya tambahan biaya benih ikan nila. Manfaat bersih pada musim tanam kesatu dan ketiga masih bernilai negatif yang berarti bahwa biaya-biaya yang dikeluarkan untuk usaha pembesaran ikan mas dan nila di KJA masih lebih besar dari penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan ikan. Penerimaan pada musim tanam kedua dan keempat menghasilkan manfaat bersih yang bernilai positif. 6.1.6.4 Proyeksi LabaRugi Menurut Ibrahim 2003, analisis finansial membahas proyeksi labarugi yang bertujuan untuk mengetahui posisi keuangan dari suatu proyek atau usaha yang akan dilaksanakan. Berdasarkan perhitungan proyeksi labarugi pada Tabel 23 menunjukkan bahwa usaha pembesaran ikan di KJA sistem jaring kolor memperoleh laba. Laba terbesar diperoleh pada tahun kesatu sebesar Rp. 39.493.125 setelah dipotong pajak. Rendahnya perolehan laba pada tahun kedua disebabkan oleh adanya peningkatan yang cukup besar terhadap biaya pakan dan benih yang merupakan komponen utama dalam struktur biaya variabel, peningkatan biaya variabel tidak diimbangi dengan penerimaan usaha yang besar. Proyeksi labarugi untuk usaha pembesaran ikan pada KJA sistem jaring kolor dilakukan per tahun selama umur ekonomisnya disajikan pada Tabel 23. Tabel 23. Proyeksi LabaRugi Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada KJA Sistem Jaring Kolor No. Uraian Tahun ke 1 Tahun ke 2 1. Penerimaan Usaha 555.812.500 557.695.000 2. Biaya-biaya : - Biaya Reinvestasi - Biaya Penyusutan per Tahun - Biaya Variabel 11.951.250 499.980.000 195.000 11.951.250 523.980.000 3. LabaRugi Sebelum Pajak 10 43.881.250 21.568.750 4. LabaRugi Setelah Pajak 10 39.493.125 19.411.875 6.1.6.5 Net Profit Margin NPM Berdasarkan laba bersih yang diperoleh usaha KJA sistem jaring kolor ini dapat diketahui Net Profit Margin yaitu rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan yang diperoleh unit usaha dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Semakin tinggi nilai NPM maka semakin tinggi pula profitabilitas suatu usaha Dendawijaya, 2000. Nilai NPM usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor selama dua tahun sebesar 5,3 persen. Kemampuan usaha pembesaran ikan ini dalam menghasilkan laba dari kegiatan usaha pokok sebesar 5,3 persen. 6.1.6.6 Net Present Value NPV Menurut Ibrahim 2003, apabila hasil NPV lebih besar dari nol menunjukkan bahwa suatu usahaproyek feasible layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan kriteria NPV menunjukkan bahwa usaha pembesaran ikan mas dan nila layak untuk dilaksanakan karena mempunyai prospek yang menguntungkan. Tabel 24, menampilkan data mengenai usaha pembesaran ikan mas dan nila yang dipelihara di KJA sistem jaring kolor dengan luas usaha 1.280 m 2 pada tingkat suku bunga discount rate 13 persen yang memberikan manfaat bersih Net Present Value setelah pajak yaitu sebesar Rp. 15.578.956. Tabel 24. Nilai Present Value NPV dan Net BC dengan Tingkat Suku Bunga 13 Persen No Uraian Net Benefit Setelah Pajak Rp. Diskon Faktor 13 PV DF 13 Rp. Net BC 1 Tahun Nol -60.437.500 1 -60.437.500 2 Tahun Ke-1 : MT 1 MT 2 MT 3 MT 4 -4.920.000 29.386.500 4.376.250 20.587.500 0,96990 0,94072 0,91242 0,88496 -4.771.908 27.644.468 3.992.978 18.219.114 3 Tahun Ke-2 : MT 1 MT 2 MT 3 MT 4 -11.067.500 25.418.450 -1.127.000 25.768.550 0,85832 0,83249 0,80744 0,78315 -9.499.457 21.160.605 -909.985 20.180.640 Jumlah NPV = 15.578.956 1,206 Nilai NPV usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor di daerah penelitian masih tergolong kecil dibandingkan dengan usaha pembesaran ikan dengan teknologi yang sama di daerah Kabupaten Cianjur yang mencapai Rp. 193.073.372,67 Maulana, 2003. Rendahnya nilai NPV di daerah penelitian diantaranya disebabkan tingginya biaya pengadaan sarana dan prasarana konstruksi KJA, biaya pakan serta biaya benih ikan mas. 6.1.6.7 Net Benefit Cost Ratio Net BC Menurut Ibrahim 2003, Net Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara manfaat bersih yang telah didiskontokan yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang telah didiskontokan yang bernilai negatif. Berdasarkan Tabel 24 menunjukkan usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor dengan tingkat suku bunga 13 persen adalah sebesar 1,204. Makna angka ini menjelaskan bahwa setiap tambahan pengeluaran satu rupiah dalam biaya produksi variabel akan menghasilkan tambahan keuntungan bersih sebesar Rp. 1,204 yang akan diperoleh setiap musim tanam. Berdasarkan kriteria Net BC, usaha pembesaran ikan mas dan nila layak untuk dilaksanakan pada KJA sistem jaring kolor karena memiliki Nilai Net BC lebih besar dari satu. Penambahan biaya produksi variabel di daerah penelitian hanya memberikan keuntungan bersih yang kecil dibandingkan dengan usaha pembesaran ikan yang sama di Waduk Cirata dengan nilai Net BC sebesar 5,63 Maulana, 2003. 6.1.6.8 Internal Rate of Return IRR Nilai IRR menggambarkan persentase pendapatan rata-rata yang dapat diperoleh dari modal yang diinvestasikan setiap tahun selama umur kegunaan suatu kegiatan usaha Ibrahim, 2003. Perkiraan nilai IRR diperoleh dengan cara mencoba menghitung terhadap nilai suku bunga i terdiskonto untuk mendapatkan nilai NPV yang bernilai positif dan negatif mendekati nol. Nilai IRR usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor berdasarkan eksplorasi data untuk diskon faktor 13, 37 dan 38 persen. NPV bernilai positif terkecil berada pada tingkat diskon faktor 37 persen dan NPV bernilai negatif terkecil berada pada diskon faktor 38 persen. Perhitungan IRR usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor menghasilkan nilai sebesar 37,14 persen. Dengan demikian usaha ini akan memberikan kelebihan pendapatan rata-rata setiap tahun dari modal yang telah ditanamkan sebesar 37,14 persen. Nilai ini lebih besar atau berada jauh di atas suku bunga 13 persen sebagai biaya opportunity of capital. Artinya dengan biaya opportunity of capital sebesar 13 persen, usaha ini masih layak dilaksanakan karena memberikan pendapatan rata-rata sebesar 37 persen per tahun dari modal yang ditanamkan. 6.1.6.9 Payback Period Menurut Ibrahim 2003, analisis payback period perlu ditampilkan dalam studi kelayakan untuk mengetahui berapa lama suatu usaha atau proyek yang baru dikerjakan dapat mengembalikan investasi. Nilai payback period usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor diperoleh dari perbandingan nilai investasi dengan net benefit yang terdiskonto. Semakin cepat pengembalian biaya investasi sebuah proyekusaha, semakin baik proyek tersebut karena semakin lancar perputaran modal Ibrahim, 2003. Jangka waktu yang diperlukan untuk pengembalian biaya investasi usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor selama satu tahun tujuh bulan. Selama umur ekonomisnya dua tahun, usaha pembesaran ikan mas dan nila sudah mampu mengembalikan biaya investasi dari nilai net benefit yang diperoleh. Semakin besar nilai net benefit yang diperoleh semakin singkat waktu pengembalian yang dapat ditentukan.

6.2 Analisis Sensitivitas