KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penggunaan tepung darah dapat ditingkatkan sampai level 12 jika ditambahkan atraktan karena memberikan hasil terbaik terhadap kinerja
pertumbuhan ikan kerapu dan efisiensi pakan sebesar 74.38.
5.2 Saran
Pakan dengan menggunakan tepung darah 12 ditambah atraktan dapat digunakan sebagai pakan pengganti ikan rucah pada budidaya ikan kerapu dan
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh atraktan dengan penggunaan level tepung darah lebih dari 12.
DAFTAR PUSTAKA
Boonyaratpalin, M.1997. Nutrisional Requirements of Marine Food Fish Cultured in South East Asia. Aquaculture 151, 283-313
Bureau, D. P. , A. M. Harris, C. Y. Cho. 1999. Apparent digestibility of rendered animal protein ingredients for rainbow trout Oncorhynchus mykiss.
Aquaculture, 180 : 345-358 Cullison, A.G. 1979. Feeds and Feeding, 2nd Edition. Reston Publishing Co.,
Reston, VA, 595 pp Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. 2001. Pembesaran Kerapu Macan
Epinephelus fuscoguttatus dan Kerapu Tikus Cromileptes altivelis di
Keramba Jaring Apung. Balai Budidaya Laut. Lampung Effendi, M.I. 1978. Dinamika populasi ikan, hal 1-20. Dalam Biologi perikanan,
bagian 2. Faperikan-IPB Furuici, M. 1988. Fish nurition, p. 3-77. In Fish nutrition and mariculture. T.
Watanabe ed. Kanagawa International Fisheries Training Centre. JICA.
Giri, N. A.1998. Aspek nutrisi dalam menunjang pembenihan ikan kerapu. Seminar teknologi perikanan pantai. Hotel Sahid Raya Denpasar, 6-7
Agustus 1998. Loka penelitian perikanan pantai bekerjasama dengan JICA ATA-379.
Halver, J. E. 1989. Fish Nutrision. Second Edition. Academic Press Inc. New York. 789 pp.
Harris, L. E. 1980. Feedstuffs. In: T. V. R. Pillary Editor, Fish Feed Technology. Lectures Presented at The FAOUNDIP Training Course in Fish
Feed Technology , College of Fisheries, University of Washington, Seattle, WA, 9 October-15 December,1978, pp. 111-170
Hertrampf, J.W., dan Pascual, F.P., 2000. Handbook on Ingredients for Aquaculture Feeds. Kluwer Academic Publishers, London, 573 pp.
Houlihan, D., Boujard, T., and Jobling, M. 2002. Food Intake in Fish. University of Tromso. Norway.
Johnson, J. A. and R. C. Summerfelt. 2000. Spray-dried blood cells as a partial replacement in diets for rainbow trout Oncorhynchus mykiss. Journal
of the world aquaculture society, 31 1 : 96-117.
Kompiang, I. P. 1996. Penyiapan Rencana Pengembangan Teknologi Nutrisi. Makalah disampaikan Pada Pelatihan Rekayasa Tenologi Budidaya
Perikanan, 18 Desember sd 16 Januari 1996, di Balai Budidaya Air Payau, Jepara. 11 Hal
Martinez JB, Chatzfotis S, Divanach P and Takeuchi T. 2004. Effect of Dietary Taurine Supplementation on Growth Performance and Feed
Selection of Sea Bass Dicentrarchus labrax Fry Feed Selection With Demand-Feeder. Fish Sci 70:74-79
Michael, BN.1980. The Diet of Prawn. http:www.FAO.orgdorcepfield003AB915EAB915E00.htm
. National Research Council. 1977. Nutrient requirements of Warmwater Fishes.
National Academy of Sci., Washington,D.C.125 p ---------------------------------. 1993. Nutrient requirements of fish. National
Academic Press. Washington D. C. 115 pp. Park GS, Takeuchi T, Yokohama M, Seikai T. 2002. Optimal Dietary Taurine
Level for Growth of Juvenil Japanese Flounder Paralichthys Olivaceaus. Fish Sci 68: 824-829.
Setiawati, M., P. Purnama dan I. Mokoginta. 2008. Penggunaan Tepung Darah Sebagai Substitusi Tepung Ikan Pada Pakan Kerapu Bebek
Cromileptes altivelis . Jurnal Akuakultur belum dipublikasi
--------------------------------------------------------. 2008. Penggunaan Tepung Darah Sebagai Sumber Zat Besi Organik dalam Pakan Kerapu Bebek
Cromileptes altivelis . Makalah Poster. Simposium Bioteknologi
Akuakultur. Bogor 14 Agustus 2008 Suwirya, K., N. A Giri and M. Marzuki. 2004. Effect of Dietary n-3 HUFA on
Growth of Humpback Grouper Cromileptes altivelis and Tiger Grouper Epinephelus fuscoguttatus Juvenils. Advances in Grouper
Aquaculture. ACIAR Moograph. 110.
Takeuchi, T. 1988. Laboratory work chemical evaluation of dietary nutrients, p. 179-225. In Fish nutrition and mariculture. T. Watanabe ed.
Kanagawa International Fisheries Training Centre. JICA.
Watanabe, T., and C. Y. Cho. 1988. Nutritional energetics, p. 72-92. In Fish Nutrition and marine culture. T. Watanabe ed. Kanagawa
International Fisheries Training Centre. JICA. Webster, C. D., and C. Lim. 2002. Introduction to fish nutrition, p. 19-30. In
Nutrient requirements and feeding of finfish for aquaculture. C. D. Webster eds. British Library. London, UK.
Wikipedia. 2006. Taurine Information. http:en.wikipedia.orgwikitaurine
Yufera M, Kolkovski S, Fernandez-Diaz and Pabrowski K. 2002. Free Asam Amino Acid Leaching From Protein-Walled Microencapsulated Diet
For Fish Larvae. Aquaculture 214: 273-287
Lampiran 1. Komposisi proksimat bahan penyusun pakan bobot kering
Berat kering Bahan
Protein Lemak Abu Serat kasar BETN
Tepung Darah
88,48 0,97 3,63 2,89 4,03
Tepung Ikan 68,81
9,72 18,14
1,00 2,34
Tepung Bungkil Kedelai 48,69
2,17 6,76
9,18 33,20
Tepung Terigu 10,82
2,05 0,50
0,49 86,14
Tepung pollard 15,97
6,47 4,49
7,57 65,51
Tepung cumi
57,97 4,33 17,45 0,24 20,02
Tepung rebon
73,71 6,68 6,75 5,22 7,64
Lampiran 2. Prosedur Analisis Proksimat Takeuchi, 1988
A. Kadar Protein
Tahap Oksidasi 1.
Sampel ditimbang sebanyak 0.5 gram dan dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl.
2. Katalis K
2
SO
4
+CuSo
4
.5H
2
O dengan rasio 9:1 ditimbang sebanyak 3 gram dan dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl.
3. 10 ml H
2
SO
4
pekat ditambahkan ke dalam labu Kjeldahl dan kemudian labu tersebut dipanaskan dalam rak oksidasidigestion pada suhu 400
o
C selama 3-4 jam sampai terjadi perubahan warna cairan dalam labu menjadi
hijau bening. 4.
Larutan didinginkan lalu ditambahkan air destilasi 100 ml. Kemudian larutan dimasukkan ke dalam labu takar dan diencerkan dengan akuades
sampai volume larutan mencapai 100 ml. Larutan sampel siap didestilasi.
Tahap Destilasi 1.
Beberapa tetes H
2
SO
4
dimsukkan ke dalam labu, sebelumnya labu diisi setengahnya dengan akuades untuk menghindari kontaminasi oleh
ammonia lingkungan. Kemudian didihkan selama 10 menit. 2.
Erlenmeyer diisi 10 ml H
2
SO
4
0.05 N dan ditambahkan 2 tetes indicator methyl red
diletakkan di bawah pipa pembuangan kondensor dengan cara dimiringkan sehingga ujung pipa tenggelam dalam cairan.
Lanjutan Lampiran 2.
3. 5 ml larutan sampel dimasukkan ke dalam tabung destilasi melalui corong
yang kemudian dibilas dengan akuades dan ditambahkan 10 ml NaOH 30 lalu dimasukkan melalui corong tersebut dan ditutup.
4. Campuran alkaline dalam labu destilasi disuling menjadi uap air selama 10
menit terjadi pengembunan pada kondensor. 5.
Labu erlenmeyer diturunkan hingga ujung pipa kondensor berada di leher labu, diatas permukaan larutan. Kondensor dibilas dengan akuades selama
1-2 menit.
Tahap Titrasi 1.
Larutan hasil destilasi ditritasi dengan larutan NaOH 0.05 N. 2.
Volume hasil titrasi dicatat. 3.
Prosedur yang sama juga dilakukan pada blanko.
Kadar Protein = 0.0007 x Vb – Vs x 6.25 x 20 x 100 S
Keterangan : Vb = Volume hasil titrasi blanko ml Vs = Volume hasil titrasi sampel ml
S = Bobot sampel gram = Setiap ml 0.05 NaOH ekivalen dengan 0.0007 gram Nitrogen
= Faktor
Nitrogen
B. Kadar Lemak
Metode ekstraksi Soxhlet 1.
Labu ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 110
o
dalam waktu 1 jam. Kemudian didiinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang
bobot labu tersebut X
1
2. Sampel ditimbang sebanyak 3-5 gram A, dan dimasukkan ke dalam
selongsong tabung filter dan dimasukkan ke dalam soxhlet dan pemberat diletakkan di atasnya.
3. N-hexan 100-150 ml dimasukkan ke dalam soxhlet sampai selongsong
terendam dan sisa N-hexan dimasukkan ke dalam labu.
Lanjutan Lampiran 2.
4. Labu yang telah dihubungkan dengan soxhlet dipanaskan di atas water
bath sampai cairan yang merendam sampel dalam soxhlet berwarna
bening. 5.
Labu dilepaskan dan tetap dipanaskan hingga N-hexan menguap. 6.
Labu dan lemak yang tersisa dipanakan dalam oven selama 15-60 menit, kemudian didinginkan dalam desikator selama 15-30 menit dan ditimbang
X
2
Metode Folch 1.
Labu silinder dioven terlebih dahulu pada suhu 110
o
C selama 1 jam, didinginkan dalam desikaotr selama 30 menit kemudian ditimbang X
1
. 2.
Sampel ditimbang sebanyak 2-3 gram A dan dimasukkan ke dalam gelas homogenize dan ditambahkan larutan kloroform methanol 20xA ,
sebagian disisakan untuk membilas pada saat penyaringan. 3.
Sampel dihomogenizer selama 5 menit setelah itu disraing dengan vacuum pump.
4. Sampel yang telah disaring tersebut dimasukkan dalamlabu pemisah yang
telah diberi larutan MgCl
2
0.03 N0.2xC, kemudian dikocok dengan kuat minimal selama 1 menit kemudian ditutup dengan aluminium foil dan
didiamkan selama 1 malam. 5.
Lapisan bawa yang terdapat dalam labu pemisah disaring ke dalam labu silinder kemudian dievaporator sampai kering. Sisa kloroform methanol
yang terdpat dalam labu ditiup dengan menggunakan vacuum setelah itu ditimbang X
2
Kadar Lemak = X
2
–X
1
x 100 A
C. Kadar Air
1. Cawan dipanaskan dalam oven pada suhu 100
o
C selama 1 jam dan kemudian dimasukkan dalam dessikator selama 30 menit dan ditimbang
X
1
2. Bahan ditimbang 2-3 gram A
Lanjutan Lampiran 2.
3. Cawan dan bahan dipansakan dalam oven pada suhu 110
o
C selama 4 jam kemudian dimasukkan dalam desikator selam 30 menit dan ditimbang X
2
Kadar Air = X
1
+A-X
2
x 100 A
D. Kadar Abu
1. Cawan dipanaskan dalam oven pada suhu 100
o
C selama 1 jam dan kemudian dimasukkan dalam dessikator selama 30 menit dan ditimbang
X
1
2. Bahan ditimbang 2-3 gram A
3. Cawan dan bahan dipansakan dalam tanur pada suhu 600
o
C sampai mnejadi abu kemudian dimasukkan dalam desikator selam 30 menit dan
ditimbang X
2
Kadar Abu = X
2
–X
1
x 100
E. Kadar Serat Kasar
1. Kertas filter dipanaskan dalam oven selama 1 jam pada suhu 110
o
C setelah itu didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang X
1
2. Sampel ditimbang sebnayak 0.5 gram A dimasukkan kedalam
Erlenmeyer 250 ml 3.
H
2
SO
4
0.3 N sebanyak 50 ml ditambahkan ke dalam Erlenmeyer kemudian dipanaskan di atas pembakar Bunsen selama 30 menit. Setelah
itu NaOH 1.5 N sebanyak 25 ml ditambahkan ke dalam Erlenmeyer dan dipanskan kembali selama 30 menit.
4. Larutan dan bahan yang telah dipanaskan kemudian disraing dalam corong
Buchner dan dihubungkan pada vacuum pump untuk mempercepat filtrasi. 5.
Larutan dan bahan yang ada pada corong Buchner kemudaian dibilas secara berturut-turut dengan 50 ml air panas, 50 ml H
2
SO
4
0.3 N, 50 ml air panas, dan 25 ml acetone.
6. Kertas saring dan isinya dimasukkan dalam cawan porselin, lalu
dipanaskan dalam oven 105-110
o
C selama 1 jam kemudian didinginkan dalam desikator 5-15 menit dan ditimbang X
2
Lanjutan Lampiran 2.
7. Setelah itu dipanaskan dalam tanur 600
o
C hingga berwarna putih atau menjadi abu ± 4 jam. Kemudian dimasukkan dalam oven 105-110
o
C selama 15 menit, didinginkan dalam desikator selama 5-15 menit dan
ditimabang X
3
Kadar Serat Kasar = X
2
– X
1
– X
3
x 100 A
F. Prosedur Determinasi Chromium oxide Furukawa dan Tsukahara, 1966
1. 0.1 – 0.2 gr sampel berisi Cr2O3 kedalam labu Kjehdahl,
2. Ditambahkan 5 ml HNO3 p dan ditempatkan dalam rak digestion dalam
ruang asam, 3.
Pemanasan selama 30 menit, kemudian didinginkan. 4.
Ditambahkan 3 ml perchloric acid 70 pa, 5.
Dipanaskan sampai warna berubah menjadi kuning dan asap putih menguap, tambahkan waktu pemanasan selama ± 10 menit.
6. Setelah 10 menit dinginkan dan encerkan dengan akuades sampai 100 ml,
7. Absorban dibaca dengan menggunakan spektrofotometer.
Lampiran 3. Analisa statistika 1. Konsumsi pakan
Perlakuan Konsumsi pakan gram
Kontrol 115,90 TD 6
110,71 CTD 6 + atraktan
119,01 TD 12
92,99 TD 12 + atraktan
98,56
ANOVA
Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups 1511.655
4 377.914
2.493 .110
Within Groups 1515.987
10 151.599
Total 3027.642
14 Duncan
Subset for alpha = .05 TRIAL
N 1
2 tepung darah 12
3 92,9900
tepung darah 12 + atraktan
3 98,5600
98,5600 tepung darah 6
3 110,7133
110,7133 kontrol
3 115,9000
115,9000 tepung darah 6
+ atraktan 3
119,0133 Sig.
,059 ,087
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
2. Retensi Protein
Perlakuan . Retensi protein
Kontrol 61,88 TD 6
67,26 CTD 6 + atraktan
84,97 TD 12
81,21 TD 12 + atraktan
93,05
ANOVA RP
1980,753 4
495,188 23,097
,000 214,396
10 21,440
2195,149 14
Between Groups Within Groups
Total Sum of
Squares df
Mean Square F
Sig.