Analisis Penyelesaian Perselisihan Kontrak Akibat Keterlambatan Pembayaran (Studi Terhadap Perjanjian Kerjasama Jual Beli Tandan Buah Segar Antara PKS Kwala Sawit PTPN II Dengan Rekanan/Pemasok)

(1)

DENGAN REKANAN/PEMASOK)

TESIS

Oleh

YUDHISTIRA CRIESA ZEFANI TARIGAN

117011133/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

DENGAN REKANAN/PEMASOK)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

YUDHISTIRA CRIESA ZEFANI TARIGAN

117011133/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

KWALA SAWIT PTPN II DENGAN REKANAN/PEMASOK)

Nama Mahasiswa : YUDHISTIRA CRIESA ZEFANI TARIGAN

Nomor Pokok : 117011133

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum)

Pembimbing Pembimbing

(Dr. Mahmul Siregar, SH, MHum) (Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)


(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum Anggota : 1. Dr. Mahmul Siregar, SH, MHum

2. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN 3. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum 4. Dr. Syahril Sofyan, SH, MKn


(5)

Nama : YUDHISTIRA CRIESA ZEFANI TARIGAN

Nim : 117011133

Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU

Judul Tesis : ANALISIS YURIDIS PENYELESAIAN PERSELISIHAN

KONTRAK AKIBAT KETERLAMBATAN

PEMBAYARAN (STUDI TERHADAP PERJANJIAN

KERJASAMA JUAL BELI TANDAN BUAH SEGAR

ANTARA PKS KWALA SAWIT PTPN II DENGAN

REKANAN/PEMASOK)

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan,

Yang membuat Pernyataan

Nama :YUDHISTIRA CRIESA ZEFANI TARIGAN


(6)

menghindari timbulnya masalah pada saat pelaksanaan dari perjanjian tersebut. Sehingga pembuatan suatu perjanjian itu dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum dan kejelasan hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak. Dalam penelitian ini akan dibahas perihal penyelesaian perselisihan kontrak akibat keterlambatan pembayaran dalam perjanjian antara PT. Perkebunan Nusantara II Dengan CV. Bina Mandiri tentang Jual Beli Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit di PKS Kwala Sawit PTPN II (Persero).

Permasalahan yang diajukan dalam penelitian tesis ini adalah bagaimanakah hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar kelapa sawit di PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa, Bagaimana perlindungan terhadap rekanan pemasok TBS dalam hal PTPN II terlambat melakukan pembayaran karena alasan ketiadaan uang kas dan bagaimana penyelesaian keterlambatan pembayaran oleh PTPN II terhadap rekanan yang mengalami kerugian akibat keterlambatan pembayaran tersebut?

Hasil penelitian dan pembahasan menjelaskan hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar kelapa sawit di PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa adalah kewajiban PTPN II Tanjung Morawa PKS Kwala Sawit adalah melakukan pembayaran atas jumlah tertentu TBS kelapa sawit yang diserahkan oleh CV Bina Mandiri, sedangkan haknya adalah menerima penguasaan atas sejumlah TBS kelapa sawit. Bagi pihak CV. Bina Mandiri kewajibannya adalah menyerahkan sejumlah TBS kelapa sawit kepada PTPN II Tanjung Morawa PKS Kwala Sawit dan haknya menerima pembayaran atas kewajibannya tersebut. Perlindungan terhadap rekanan pemasok TBS dalam hal PTPN II terlambat melakukan pembayaran karena alasan ketiadaan uang kas adalah pihak PTPN II Tanjung Morawa PKS Kwala Sawit dapat dikatakan telah melakukan ingar janji (wanprestasi) dan oleh sebab itu pihak CV. Bina Mandiri dapat melakukan gugatan hukum kepada PTPN II Tanjung Morawa PKS Kwala Sawit dengan dasar wanprestasi. Penyelesaian keterlambatan pembayaran oleh PTPN II terhadap rekanan yang mengalami kerugian akibat keterlambatan pembayaran tersebut dilakukan berdasarkan kesepakatan para pihak yaitu dengan cara diselesaikan melalui jalan musyawarah. Apabila jalan musyawarah tidak dapat menyelesaikan keterlambatan pembayaran oleh PTPN II Tanjung Morawa PKS Kwala Sawit, maka diselesaikan melalui jalur ligitasi pada pengadilan negeri domisili perjanjian dibuat yaitu di Pengadilan Negeri Stabat.


(7)

done in order to avoid any problems which arise at the time the agreement is being implemented. Therefore, the writing of a contract is intended to provide legal certainty and the clarity of the right and obligation of both parties. In this research, the researcher would analyze the settlement of dispute in a contract because of the overdue payment in a contract between PT Perkebunan Nusantara II and CV Bina Mandiri on the Trade of TBS (fresh oil palm hands) at PKS Kwala Sawit, PTPN II (Persero).

The problems in the research were as follows: how about the right and obligation of the parties in the mutual agreement on the trade of oil palm fresh hands at PKS Kwala Sawit PTPN II, Tanjung Mirawa, how about the protection on TBS supplier when PTPN II did overdue payment because they did not have cash, and how about the settlement of overdue payment by PTPN II to their partner who sustained loss because of the overdue payment.

The result of the research and the analysis showed that the right and obligation in the mutual agreement in the trade of oil palm fresh hands at the PKS Kwala Sawit PTPN II, Tanjung Morawa was the responsibility of PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa to pay for a number of oil palm TBS delivered by CV Bina Mandiri, while they had the right to receive a number of oil palm TBS. The obligation of CV Bina Mandiri was to deliver a number of oil palm TBS to PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa, while their rights was to receive the payment from PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa. The protection for the supplier of TBS when PTPN II did overdue payment because they did not have cash was that PTPN II was considered as breaching the contract (default); therefore, CV Bina Mandiri could file a complaint for PKS Kwala Sawit PTPN II, Tanjung Morawa because the latter was default. The settlement of the overdue payment by PTPN II to the supplier who sustained loss, based on their mutual agreement, could be done by reconciliation. When reconciliation could not settle the dispute, it was settled by litigation before the District Court at Stabat, where the contract was made.


(8)

berkah dan rahmat hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini

dengan judul “ANALISIS PENYELESAIAN PERSELISIHAN KONTRAK

AKIBAT KETERLAMBATAN PEMBAYARAN (Studi Terhadap Perjanjian Kerjasama Jual Beli Tandan Buah Segar Antara PKS Kwala Sawit PTPN II Dengan Rekanan/Pemasok)”, yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Pada penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan moril berupa bimbingan dan arahan sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terimaksih kepada komisi pembimbing, yang terhormat Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum, Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum dan Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN.

Selanjutnya Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(9)

Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Para pegawai/karyawan pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Rekan-rekan mahasiswa pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara angkatan 2011.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Teristimewa dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada yang tercinta kedua orangtua Penulis, istri dan adik yang telah memberikan doa, perhatian dan kasih sayang serta dukungannya kepada Penulis. Penulis berharap semoga perhatian dan bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan yang sebaik-baiknya dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini jauh dari sempurna, walaupun demikian Penulis mengharapkan semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2014 Penulis


(10)

Nama : Yudhistira Criesa Zefani Tarigan Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 10 Mei 1986

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Menikah

Pekerjaan : Wiraswasta

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Kristen

Alamat Rumah : Jln. Flamboyan Raya No.100 Perumahan Debang Taman Sari, Blok New Krisan No. 35 Medan Anak ke : 1 (pertama) dari 2 (dua) bersaudara

II. DATA ORANG TUA

Nama Ayah : Albert M. Tarigan, SE

Nama Ibu : Antaria B.C.H Meliala, SH

III. PENDIDIKAN FORMAL

SD Negeri 060884 Medan Lulus tahun 1997

SLTP Negeri 2 Binjai Lulus tahun 2000

SMU METHODIST Binjai Lulus tahun 2003

S-1 Fakultas Hukum Universitas Darma Agung Lulus tahun 2008 S-2 Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Lulus tahun 2014 Universitas Sumatera Utara


(11)

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR ISTILAH ASING... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Keaslian Penelitian ... 8

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 10

G. Metode Penelitian ... 23

BAB II HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN KERJASAMA JUAL BELI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT DI PKS KWALA SAWIT PTPN II TANJUNG MORAWA ... 29

A. Pengertian Perjanjian Jual Beli Menurut KUH Perdata ... 29

B. Bentuk Perjanjian Jual Beli Tandan Buah Segar Antara PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa Dengan Rekanan ... 42

C. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Jual Beli Tandan Buah Segar Antara PKS Kuala Sawit PTPN II Tanjung Morawa Dengan Rekanan ... 65


(12)

SEGAR ... 69

A. Pemasok Tandan Buah Segar Kelapa Sawit ... 69

B. Alasan-Alasan Keterlambatan Pembayaran Dalam Perjanjian Jual Beli Tandan Buah Segar ... 73

C. Perlindungan Terhadap Rekanan Pemasok TBS Akibat Keterlambatan Pembayaran Oleh PTPN II... 78

BAB IV PENYELESAIAN KETERLAMBATAN PEMBAYARAN OLEH PTPN II TERHADAP REKANAN YANG MENGALAMI KERUGIAN AKIBAT KETERLAMBATAN PEMBAYARAN TERSEBUT... 98

A. Sistem Pembayaran Dalam Perjanjian Jual Beli Tandan Buah Segar... 98

B. Kerugian Yang Dialami Oleh Pemasok Tandan Buah Segar ... 104

C. Penyelesaian Keterlambatan Pembayaran Oleh PTPN II ... 109

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 122

A. Kesimpulan ... 122

B. Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 125 LAMPIRAN


(13)

Consensualism : Asas Konsensualisme Freedom Of Contract : Asas Kebebasan Berkontrak Force Majeure : Keadaan Memaksa

Generally Unresponsive : Secara Umum Tidak Tanggap Good Faith : Asas Itikad Baik

Pacta Sunt Servanda : Asas Kepastian Hukum Personality : Asas Kepribadian PKS : Pabrik Kelapa Sawit Rech Gewichtigheid : Mewujudkan Keadilan Rechzkherheid : Kepastian Hukum Rechstaat : Negara Hukum Supplier : Pemasok

SPB : Surat Pengantar Buah TBS : Tandan Buah Segar Very Expensive : Biaya Tinggi

Vetrouwen : Menimbulkan Kepercayaan Wanprestasi : Ingkar Janji


(14)

menghindari timbulnya masalah pada saat pelaksanaan dari perjanjian tersebut. Sehingga pembuatan suatu perjanjian itu dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum dan kejelasan hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak. Dalam penelitian ini akan dibahas perihal penyelesaian perselisihan kontrak akibat keterlambatan pembayaran dalam perjanjian antara PT. Perkebunan Nusantara II Dengan CV. Bina Mandiri tentang Jual Beli Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit di PKS Kwala Sawit PTPN II (Persero).

Permasalahan yang diajukan dalam penelitian tesis ini adalah bagaimanakah hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar kelapa sawit di PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa, Bagaimana perlindungan terhadap rekanan pemasok TBS dalam hal PTPN II terlambat melakukan pembayaran karena alasan ketiadaan uang kas dan bagaimana penyelesaian keterlambatan pembayaran oleh PTPN II terhadap rekanan yang mengalami kerugian akibat keterlambatan pembayaran tersebut?

Hasil penelitian dan pembahasan menjelaskan hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar kelapa sawit di PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa adalah kewajiban PTPN II Tanjung Morawa PKS Kwala Sawit adalah melakukan pembayaran atas jumlah tertentu TBS kelapa sawit yang diserahkan oleh CV Bina Mandiri, sedangkan haknya adalah menerima penguasaan atas sejumlah TBS kelapa sawit. Bagi pihak CV. Bina Mandiri kewajibannya adalah menyerahkan sejumlah TBS kelapa sawit kepada PTPN II Tanjung Morawa PKS Kwala Sawit dan haknya menerima pembayaran atas kewajibannya tersebut. Perlindungan terhadap rekanan pemasok TBS dalam hal PTPN II terlambat melakukan pembayaran karena alasan ketiadaan uang kas adalah pihak PTPN II Tanjung Morawa PKS Kwala Sawit dapat dikatakan telah melakukan ingar janji (wanprestasi) dan oleh sebab itu pihak CV. Bina Mandiri dapat melakukan gugatan hukum kepada PTPN II Tanjung Morawa PKS Kwala Sawit dengan dasar wanprestasi. Penyelesaian keterlambatan pembayaran oleh PTPN II terhadap rekanan yang mengalami kerugian akibat keterlambatan pembayaran tersebut dilakukan berdasarkan kesepakatan para pihak yaitu dengan cara diselesaikan melalui jalan musyawarah. Apabila jalan musyawarah tidak dapat menyelesaikan keterlambatan pembayaran oleh PTPN II Tanjung Morawa PKS Kwala Sawit, maka diselesaikan melalui jalur ligitasi pada pengadilan negeri domisili perjanjian dibuat yaitu di Pengadilan Negeri Stabat.


(15)

done in order to avoid any problems which arise at the time the agreement is being implemented. Therefore, the writing of a contract is intended to provide legal certainty and the clarity of the right and obligation of both parties. In this research, the researcher would analyze the settlement of dispute in a contract because of the overdue payment in a contract between PT Perkebunan Nusantara II and CV Bina Mandiri on the Trade of TBS (fresh oil palm hands) at PKS Kwala Sawit, PTPN II (Persero).

The problems in the research were as follows: how about the right and obligation of the parties in the mutual agreement on the trade of oil palm fresh hands at PKS Kwala Sawit PTPN II, Tanjung Mirawa, how about the protection on TBS supplier when PTPN II did overdue payment because they did not have cash, and how about the settlement of overdue payment by PTPN II to their partner who sustained loss because of the overdue payment.

The result of the research and the analysis showed that the right and obligation in the mutual agreement in the trade of oil palm fresh hands at the PKS Kwala Sawit PTPN II, Tanjung Morawa was the responsibility of PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa to pay for a number of oil palm TBS delivered by CV Bina Mandiri, while they had the right to receive a number of oil palm TBS. The obligation of CV Bina Mandiri was to deliver a number of oil palm TBS to PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa, while their rights was to receive the payment from PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa. The protection for the supplier of TBS when PTPN II did overdue payment because they did not have cash was that PTPN II was considered as breaching the contract (default); therefore, CV Bina Mandiri could file a complaint for PKS Kwala Sawit PTPN II, Tanjung Morawa because the latter was default. The settlement of the overdue payment by PTPN II to the supplier who sustained loss, based on their mutual agreement, could be done by reconciliation. When reconciliation could not settle the dispute, it was settled by litigation before the District Court at Stabat, where the contract was made.


(16)

A. Latar Belakang

Pada zaman modern ini, perkembangan arus globalisasi dunia dan kerjasama di segala bidang berkembang sangat pesat. Dampak yang dirasakan akibat dari perkembangan tersebut salah satunya adalah di sektor ekonomi. Arah kebijakan bidang ekonomi adalah mempercepat pemulihan ekonomi dan mewujudkan landasan yang lebih kukuh bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan yang diprioritaskan berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan, dilakukan antara lain melalui pembangunan dibidang ekonomi.1

Dengan perkembangan yang sangat pesat di sektor ekonomi maka berdampak pada berkembang pesatnya hukum perjanjian dimana masyarakat semakin banyak yang mengikatkan dirinya dalam suatu perjanjian dengan masyarakat lainnya, yang kemudian menimbulkan berbagai macam perjanjian, diantaranya adalah perjanjian jual beli, perjanjian sewa menyewa dan sebagainya.

Penyebab tumbuh dan berkembangnya hukum perjanjian adalah karena pesatnya kegiatan bisnis yang dilakukan dalam masyarakat modern dan pesatnya transaksi yang dilakukan oleh masyarakat, pengusaha, dan pemerintah. Pada dasarnya suatu perjanjian berawal dari suatu perbedaan atau ketidaksamaan kepentingan

1Propenas 2000-2004, UU No. 25 tahun 2000

Tentang Program Pembangunan Nasional Tahun 2000-2004, (Jakarta : Sinar Grafika, 2001), hal 21.


(17)

diantara para pihak. Perumusan hubungan perjanjian tersebut pada umumnya senantiasa diawali dengan proses negosiasi di antara para pihak. Melalui negosiasi para pihak berupaya menciptakan bentuk-bentuk kesepakatan untuk saling mempertemukan sesuatu yang diinginkan (kepentingan) melalui proses tawar menawar.2

Pada umumnya perjanjian berawal dari perbedaan kepentingan yang dicoba dipertemukan melalui kesepakatan. Melalui perjanjian perbedaan tersebut diakomodir dan selanjutnya dibingkai dengan perangkat hukum sehingga mengikat para pihak. Dalam perjanjian, pertanyaan mengenai sisi kepastian dan keadilan justru akan tercapai apabila perbedaan yang ada di antara para pihak terakomodir melalui mekanisme hubungan perikatan yang bekerja secara seimbang.3

Suatu kontrak atau perjanjian harus memenuhi syarat sahnya perjanjian, yaitu kata sepakat, kecakapan, hal tertentu dan suatu sebab yang halal, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Dengan dipenuhinya empat syarat sahnya perjanjian tersebut, maka suatu perjanjian menjadi sah dan mengikat secara hukum bagi para pihak yang membuatnya.4 Melalui perjanjian maka terciptalah suatu hubungan hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban pada masing-masing pihak yang membuat perjanjian.

2Agus Yudha Hernoko,

Hukum Perjanjian Azas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, (Yogyakarta: Laksbang Mediatama, 2008), hal. 1

3Ibid

.

4 Suharnoko,Hukum Perjanjian (Teori Analisa dan Kasus),(Jakarta: Prenada Media, 2004),


(18)

Dalam dunia bisnis sangat penting mewujudkan kesepakatan mengenai suatu transaksi dengan menuangkannya kedalam suatu penjanjian. Banyak manfaat yang bisa didapatkan dari menuangkan isi kesepakatan ke dalam perjanjian. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari timbulnya masalah pada saat pelaksanaan dari perjanjian tersebut. Sehingga pembuatan suatu perjanjian itu dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum dan kejelasan hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak.

Pada penelitian tesis ini analisis yang akan dilakukan adalah analisis yuridis penyelesaian perselisihan kontrak akibat keterlambatan pembayaran (studi terhadap perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar antara PKS Kwala Sawit PTPN II dengan rekanan).

PTPN II merupakan konsolidasi BUMN Perkebunan berdasarkan Akte pendirian Nomor 35, tanggal 11 maret 1996 oleh Notaris Harun Kamil, SH dan telah disyahkan oleh Menteri Kehakiman RI dengan Surat Keputusan No. C2.8330.HT.01.01.TH.96, yang kemudian telah dilakukan perubahan anggaran dasar PTPN II oleh Notaris Sri Rahayu H. Prastyo, SH tanggal 8 oktober 2002.5

PTPN II memiliki perjanjian kerjasama dalam jual beli TBS (Tandan Buah Segar) kelapa sawit dengan beberapa pemasok yang terdaftar sebagai rekanan pemasok TBS kelapa sawit ke pabrik kelapa sawit kwala sawit yaitu CV. Bina

5PTPN II,“ProfilPerusahaan”,http://ptpn2.com/main/index.php/tentangkami/profilperusahaan.


(19)

Mandiri, CV. Marikena, dan CV. Kencana Perkasa, yang dimana salah satu dalam penelitian ini adalah CV. Bina Mandiri sebagai sumber data dalam penelitian ini.

Kerjasama antara PTPN II dengan CV. Bina Mandiri adalah mengenai jual beli Tandan Buah Segar (TBS) yang dimana CV. Bina Mandiri menjadi pemasok TBS yang bertugas untuk mensuplai / memasok 25.000 Kg per hari. Dalam memasok TBS ke PTPN II Pabrik Kwala Sawit, pemasok harus memenuhi standarisasi dari kriteria yang diminta atas TBS yang dipasok, kemudian TBS kelapa sawit akan dimasukkan ke pabrik dengan membawa Surat Pengantar Buah (SPB) yang telah ditanda tangani oleh pihak pemasok dengan membubuhkan identitas badan hukum atau berupa stempel agar dapat diterima dipabrik untuk dapat ditimbang setelah proses penyortiran dilalui. Setelah proses penyortiran dan penimbangan itu selesai maka pihak PTPN II dalam hal ini Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kwala Sawit akan memberikan rekapan jumlah timbangan kepada pemasok sebagai bukti hasil dari jumlah timbangan. Harga pembelian TBS yang dipasok pihak rekanan ditetapkan oleh Manager Kebun Kwala Sawit PTPN II.dengan dasar ketentuan memenuhi persyaratan matang panen.

Pembayaran yang dilakukan pihak PTPN II kepada pihak rekanan / pemasok dilakukan sekali seminggu, dan TBS yang dibayar adalah TBS yang tertera pada Surat Pengantar Buah (SPB) pada hari tanggal SPB.

Proses atau tahapan tersebut merupakan suatu bagian dari isi perjanjian kerjasama tentang jual beli tandan buah segar kelapa sawit di PKS Kwala Sawit PTPN II dengan rekanan (CV. Bina Mandiri). Namun dalam praktek jual beli TBS kerap terjadi keterlambatan pembayaran atas pembelian TBS oleh pihak PTPN II, yang


(20)

dapat mencapai waktu empat (4) minggu bahkan mencapai dua belas (12) minggu. Mengenai hal tersebut menimbulkan kerugian bagi pihak rekanan / pemasok karena dana dalam mengumpulkan TBS kelapa sawit hasil panen dari masyarakat menjadi sangat terbatas.

Dalam pelaksanaan suatu perjanjian kadang terjadi permasalahan dimana salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya sesuai dengan yang disepakati dalam suatu perjanjian atau disebut juga sebagai wanprestasi. Pihak yang merasa dirugikan dapat meminta ganti rugi sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1243 KUHPerdata yaitu:

"Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan, apabila si berutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya."

Mengenai keterlambatan ini sudah dilakukan musyawarah / negosiasi antara pihak PTPN II yaitu Manager Kebun/ Distrik Rayon Utara dan manager PKS Kwala Sawit sebagai perwakilan Direksi dengan CV. Bina mandiri yaitu direktur, namun pada kenyataannya hanya dapat menunggu dikarenakan proses pembayaran bukan dilakukan oleh manager pabrik yang menjadi pihak pertama dalam penandatanganan surat perjanjian antara PTPN II dengan CV. Bina Mandiri sebagai pemasok (suplier) tapi pembayaran dilakukan oleh DIREKSI melalui transfer Bank, dalam hal ini isi dari surat perjanjian dapat diambil kesimpulan bahwa manager pabrik sebagai pihak I hanya sebagai perpanjangan tangan dan tidak mempunyai kuasa apapun dalam hal pembayaran, kemudian pihak PTPN II tidak menuntut kewajiban kepada para pemasok untuk memenuhi isi kontrak dalam hal kewajiban jumlah pemasok setiap


(21)

harinya.

Dari kesimpulan ini perjanjian kerjasama antara PTPN II dengan para pemasok dalam hal ini CV. Bina Mandiri tidak cukup dapat melindungi bagi para pemasok (suplier), keadaan ini tentunya tidak mencerminkan kerjasama yang baik.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian dalam bentuk Tesis dengan judul "analisis yuridis penyelesaian perselisihan kontrak akibat keterlambatan pembayaran (studi terhadap perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar antara PKS Kwala Sawit PTPN II dengan rekanan)".

B. Perumusan Masalah

Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tesis ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama jual beli

tandan buah segar kelapa sawit di PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa? 2. Bagaimana perlindungan terhadap rekanan pemasok TBS dalam hal PTPN II tidak

melakukan kewajibannya perihal ketepatan waktu bayar (terjadi keterlambatan pembayaran) atas pembelian tandan buah segar?

3. Bagaimana penyelesaian keterlambatan pembayaran oleh PTPN II terhadap rekanan yang mengalami kerugian akibat keterlambatan pembayaran tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian merupakan bagian pokok ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk lebih mendalami segala aspek kehidupan, disamping itu juga merupakan sarana untuk


(22)

mengembangkan ilmu pengetahuan, baik dari segi teoritis maupun praktis.6 Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar kelapa sawit di PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa.

2. Untuk mengetahui perlindungan terhadap rekanan pemasok TBS dalam hal PTPN II terlambat melakukan pembayaran karena alasan ketiadaan uang kas.

3. Untuk mengetahui penyelesaian keterlambatan pembayaran oleh PTPN II terhadap rekanan yang mengalami kerugian akibat keterlambatan pembayaran tersebut.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, sebagai berikut:

1. Secara teoritis.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui dan juga mengembangkan Ilmu Hukum Kenotariatan pada umumnya, khususnya hukum perjanjian, serta menambah pengetahuan dan wawasan juga sebagai referensi tambahan pada program studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara Medan, khususnya dalam hal klausula mengenai wanprestasi dalam suatu perjanjian.


(23)

2. Secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan bagi PTPN II Tanjung Morawa, rekanan dan masyarakat secara umum berkenaan dengan perjanjian jual beli tandan buah segar kelapa sawit, khususnya tentang perlindungan terhadap rekanan pemasok TBS dan penyelesaian keterlambatan pembayaran oleh PTPN II yang menimbulkan kerugian bagi pemasok TBS .

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang pernah dilakukan sehubungan dengan objek pembahasan sudah pernah dilakukan oleh Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Sumatera Utara:

1. Muhammad Fahroji “Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerjasama Jual Beli Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit Antara PTPN I dan PT. Bangun Sempurna Lestari.

Permasalahan yang diajukan dalam tesis ini adalah:

a. Bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar (TBS) kelapa sawit antara pihak PTPN I selaku penjual dan pihak PT. Bangun Sempurna Lestari selaku pembeli ?

b. Faktor-faktor apa saja yang dapat menimbulkan perselisihan dalam praktek pelaksanaan perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar (TBS) kelapa sawit antara pihak PTPN I selaku penjual dan pihak PT.Bangun Sempurna Lestari selaku pembeli ?


(24)

c. Bagaimana penyelesaian hukum yang ditempuh oleh para pihak apabila terjadi perselisihan dalam praktak pelaksanaan perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar (TBS) kelapa sawit tersebut ?

2. Muhammad Milsa “ Tinjauan yuridis perjanjian pola kemitraan perkebunan inti-plasma antara PT. DMA dengan masyarakat (suatu penelitian di kabupaten aceh jaya)

Permasalahan yang diajukan adalah:

a. Bagaimanakah pengaturan pola kemitraan usaha perkebunan antara perusahaan perkebunan dengan masyarakat ?

b. Bagaimanakah implementasi keputusan Menteri Pertanian Nomor

940/KPTS/oT.210/10/97 dan Peraturan Menteri Pertanian No

26/Permentan/OT.140/2/2007 dalam perjanjian pola kemitraan antara PT. Boswa Megalopolis dengan masyarakat dikabupaten aceh jaya ?

c. Bagaimanakah bentuk perlindungan hukum terhadap masyarakat dalam perjanjian pola kemitraan perkebunan kelapa sawit inti-plasma antara PT.Boswa Megapolis dengan masyarakat dikabupaten aceh jaya ?

Berdasarkan penelusuran kepustakaan Pasca Sarjana Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dan Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, penelitian yang dilakukan peneliti lebih memfokuskan pada analisis hukum penyelesaian perselisihan kontrak akibat keterlambatan pembayaran (studi terhadap perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar antara PKS kwala sawit PTPN II dengan rekanan, sehingga penelitian yang dilakukan, baik dari segi judul, permasalahan serta


(25)

metode penelitian belum pernah dilakukan oleh peneliti lain, maka berdasarkan hal tersebut, penelitian ini adalah asli dan dapat dipertanggung jawabkan.

Penulis bertanggung jawab sepenuhnya apabila ternyata dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa penelitian ini merupakan plagiat atau duplikasi dari penelitian yang sudah ada sebelumnya.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atas butir-butir pendapat teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi dasar perbandingan, pegangan teoritis.7 Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan pedoman/ petunjuk dan meramalakan serta menjelaskan gejala yang diamati. Menurut teori konvensional, tujuan hukum adalah mewujudkan keadilan (rech gewichtigheid), kemanfaatan dan kepastian hukum (rechtzkherheid).8

Hukum perjanjian sendiri tercantum dalam Buku III KUH Perdata yang terdiri dari 18 Bab dan 631 Pasal, dimulai dari pasal 1233 sampai dengan 1864 KUH Perdata. Adapun syarat mengenai sahnya suatu perjanjian diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu:

a. Adanya kata sepakat

b. Kecakapan untuk membuat perjanjian

7M. Soly Lubis,Filsafat Ilmu dan Penilitian,(Bandung: Mandar Maju, 1994), hal. 80

8 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (suatu kajian filosofi dan sosiologi). (Jakarta: Sinar


(26)

c. Adanya suatu hal tertentu d. Adanya sebab yang halal

Dalam perjanjian juga dilandasi oleh beberapa asas, yaitu:9 1. Asas Kebebasan Berkontrak (freedom of contract)

Asas ini terdapat dalam Pasal 1338 KUH Perdata yang berbunyi : “ Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.” Asas ini merupakan suatu asas yang memberikan berkontrak kepada para pihak untuk :

a. Membuat atau tidak membuat perjanjian b. Mengadakan perjanjian dengan siapapun

c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan dan persyaratannya, serta d. Menentukan bentuk perjanjiannya, baik lisan maupun tertulis. 2. Asas Konsensualisme (consensualism)

Asas ini dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat 1 KUH Perdata, yang mana menentukan bahwa salah satu syarat sahnya suatu perjanjian adalah dengan adanya kesepakatan antara kedua belah pihak yang berjanji untuk mengikatkan diri. Asas ini menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal, melainkan cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak saja.

3. Asas Kepastian Hukum (Pacta Sunt Servanda)

Asas ini merupakan asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas

9Stanley Lesaman, “Hukum Indonesia”, http: //hukum Indonesia laylay.blogspot.com/2012/02/asas-asas-perjanjian.html, Diakses tanggal 31 Oktober 2013.


(27)

pacta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati subtansi kontrak yang telah dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Maka dari pada itu tidak diperbolehkan adanya suatu intervensi terhadap suatu subtansi kontrak yang dibuat oleh para pihak yang terkait didalamnya.

4. Asas Itikad Baik(good faith)

Asas ini tercantum dalam pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata, yang berbunyi : “ Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas ini menjelaskan bahwa para pihak yaitu pihak kreditur dan debitur diwajibkan untuk melaksanakan subtansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun kemauan baik dari para pihak.

5. Asas Kepribadian(personality)

Merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan dan atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUH Perdata.

Dalam membuat suatu perjanjian, selain harus terpenuhinya syarat-syarat sebagaimana tercantum dalam Pasal 1320 KUH Perdata seperti tersebut diatas, di perlukan pula asas–asas yang melandasinya, maka dalam hal ini dipergunakan asas kebebasan berkontrak yang dapat dikaitkan dalam penilitian ini. Asas kebebasan berkontrak ini sendiri memberikan kesempatan bagi para pihak untuk sebebas-bebasnya menimbang dan mencantumkan hasil buah fikiran atau pendapat atau


(28)

keinginan para pihak, yang kemudian dituangkan dalam suatu perjanjian dengan tetap mengindahkan undang–undang yang berlaku.

Kebebasan berkontrak memiliki kaitan dengan penyelesaian perselisihan yang timbul dari kontrak/perjanjian. Artinya para pihak bebas memilih / menentukan cara mereka menyelesaikan sengketa tersebut.

Dalam asas kebebasan berkontrak sendiri ada mencakup beberapa teori, pertama Teori Utilitis (Ultilitarianisme) oleh Jeremy Bentham yang berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-mata apa yang berfaidah bagi orang, kepastian melalui hukum bagi perseorangan merupakan tujuan utama dari pada hukum.10 Peraturan yang timbul dari norma hukum (kaedah hukum) dibuat oleh penguasa Negara, isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaanya dapat dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat-alat Negara. Keistimewaan dari norma hukum justru terletak dalam sifatnya yang memaksa, dengan sanksinya berupa ancaman hukum. Bahwa undang-undang adalah keputusan kehendak dari satu pihak ; perjanjian, keputusan dari kedua pihak ; dengan kata lain, bahwa orang terikat pada perjanjian berdasar atas kehendaknya sendiri, pada undang-undang terlepas dari kehendaknya.11

Kedua, dikenal Teori Kedaulatan Hukum oleh Krabbe yang mengatakan: “aldus moet ook van recht de heerscappij gezocht worden in de reactie van het rechtsgevoel, en ligt dus het gezag niet buiten maar in den mens”, kurang lebih

10 L.J.van Apeldoorn,Pengantar Ilmu Hukum,Pradnya Paramita, Jakarta 1981 Hal. 168 11


(29)

artinya, demikian halnya dengan kekuasan hukum yang harus kami cari dari dalam reaksi perasaan hukum; jadi, kekuasaan hukum itu tidak terletak diluar manusia tetapi didalam manusia. Hukum berdaulat yaitu diatas segala sesuatu, termasuk Negara. Oleh karena itu menurut Krabbe; Negara yang baik adalah Negara hukum(rechtstaat), tiap tindakan Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada hukum.12

Selain itu di kenal pula teori 3P, yang mana teori ini didasarkan kepada pemilikiran Scoott J. Burham yang mendasarkan dalam penyusunan suatu kontrak haruslah dimulai mendasari dengan pemikiran-pemikiran sebagai berikut:13

1. Predictable

Dalam perancangan dan analisa kontrak seorang darfter harus dapat

meramalkan atau melakukan prediksi mengenai kemungkinan-kemngkinan apa yang akan terjadi yang ada kaitannya dengan kontrak yang disusun.

2. Provider

Yaitu Siap-siap terhadap kemungkinan yang akan terjadi. 3. Protect of Law,

Perlindungan hukum terhadap kontrak yang telah dirancang dan dianalisa sehingga dapat melindungi klien atau pelaku bisinis dari kemungkinan kemungkin terburuk dalam menjalankan bisnis.

12 Ibid. 13


(30)

Menurut Munir Fuady teori dalam berkontrak dapat dilihat dari prestasi kedua belah pihak, sehingga terbagi atas :14

1. Teori Hasrat(Will Theory)

Teori hasrat ini menekankan kepada pentingnya “hasrat” (will atau intend) dari pihak yang memberikan janji. Ukuran dari eksistensi, kekuatan berlaku dan substansi dari suatu kontrak diukur dari hasrat tersebut. Menurut teori ini yang terpenting dalam suatu kontrak bukan apa yang dilakukan oleh para pihak dalam kontrak tersebut, akan tetapi apa yang mereka inginkan.

2. Teori Tawar Menawar(Bargaining Theory).

Teori ini merupakan perkembangan dari teori “sama nilai” (equivalent theory) dan sangat mendapat tempat dalam Negara-negara yang menganut system Common Law. Teori sama nilai ini mengajarkan bahwa suatu kontrak hanya mengikat sejauh apa yang dineosiasikan (tawar menawar) dan kemudian disetujui oleh para pihak.

3. Teory sama nilai(Equivalent Theory).

Teori ini mengajarkan bahwa suatu kontrak baru mengikat jika para pihak dalam kontrak tersebut memberikan prestasinya yang seimbang atau sama nilai(equivalent).

14 Munir Fuady,Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Citra Aditya Bakti,


(31)

4. Teori kepercayaan merugi(Injurious Reliance Theory).

Teori ini mengajarkan bahwa kontrak sudah dianggap ada jika dengan kontrak yang bersangkutan sudah menimbulkan kepercayaan bagi pihak terhadap siapa janji itu diberikan sehingga pihak yang menerima janji tersebut karena kepercayaannya itu akan menimbulkan kerugian jika janji itu tidak terlaksana.

Dan didalam ilmu hukum ada empat teori berdasar pada teori formasi kontrak, yaitu:

1. Teori kontrakdefacto

Kontrak de facto (implied in-fact) adalah kontrak yang tidak pernah disebutkan dengan tegas tetapi ada dalam kenyataan, pada prinsipnya dapat diterima sebagai kontrak yang sempurna.

2. Teori kontrakekpresif

Bahwa setiap kontrak yang dinyatakan dengan tegas (ekpresif) oleh para pihak baik dengan tertulis ataupun secara lisan, sejauh memenuhi syarat-syarat syahnya kontrak, dianggap sebagai ikatan yang sempurna bagi para pihak.

3. Teoripromissory estoppel.

Teori ini disebut juga dengan detrimental reliance, dengan adanya persesuaian kehendak diantara pihak jika pihak lawan telah melakukan sesuatu sebagai akibat dari tindakan-tindakan pihak lainnya yang dianggap merupakan tawaran untuk suatu ikatan kontrak.


(32)

4. Teori kontrakquasi (pura-pura)

Disebut juga quasi contract atau implied in law, dalam hal tertentu apabila dipenuhi syarat-syarat tertentu, maka hukum dapat dianggap adanya kontrak diantara para pihak dengan berbagai konsekwensinya, sungguhpun dalam kenyataannya kontrak tersebut tidak pernah ada.

Menurut W. Friedman, suatu undang-undang harus memberikan keadaan yang sama kepada semua pihak, walaupun terdapat perbedaan-perbedaan diantara pribadi-pribadi tersebut.15 Pembahasan tentang hubungan perjanjian para pihak pada hakekatnya tidak dapat dilepaskan dalam hubungannya dalam masalah keadilan. Perjanjian sebagai wadah yang mempertemukan kepentingan satu dan lain pihak menuntut bentuk pertukaran kepentingan yang adil.

Menurut Munir Fuady, Asas kebebasan berkontrak memberikan kebebasan kepada para pihak untuk membuat atau tidak membuat kontrak, demikian juga kebebasan untuk mengatur sendiri isi kontrak tersebut.16

Menurut Subekti dalam Bukunya Hukum Perjanjian, Asas Kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang menyatakan bahwa setiap orang pada dasarnya boleh membuat kontrak (perjanjian) yang berisi dan macam apapun asal tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan keteriban umum.17

15 W. Friedman,Teori Dan Filsafat Hukum Dalam Buku Telaah Kasus Atas Teori-Teori Hukum, Diterjemahkan Dari Buku Aslinya Legal Theory, Terjemahan Muhammad.(Bandung: Mandar Maju, 1997), hal. 21.

16 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,2002),hal 12. 17 R. Subekti,Hukum Perjanjian, (Jakarta: Pembimbing Masa, 1980), hal.5


(33)

Asas kebebasan berkontrak meliputi ruang sebagai berikut : 1. Bebas untuk membuat atau tidak membuat perjanjian

2. Kebebasan untuk memilih pihak dengan siapa ia ingin membuat perjanjian 3. Kebebasan untuk menentukan / memilih causa dari perjanjian yang dibuatnya 4. Kebebasan untuk menentukan objek perjanjian

5. Kebebasan untuk menentukan bentuk suatu perjanjian

6. Kebebasan untuk menerima / menyimpangi ketentuan Undang undang yang bersifat aanvullend.18

Menurut Munir Fuady, asas kebebasan berkontrak memberikan kebebasan kepada para pihak untuk membuat atau tidak membuat kontrak, demikian juga kebebasan untuk mengatur sendiri isi kontrak tersebut.19

Menurut Felix. O. Soebagjo, dalam penerapan asas kebebasan berkontrak, bukan berarti dapat dilakukan bebas sebebasnya, akan tetapi juga ada pembatasan yang diterapkan oleh pembuat peraturan perundang-undangan, yaitu tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kepatutan dan kesusilaan. Dengan demikian kita melihat bahwa asas kebebasan berkontrak ini tidak hanya milik KUHPerdata, akan tetapi bersifat universal.20

18Kompasiana.com, “Asas Kebebasan Berkontrak dalam Hukum Perjanjian di Indonesia”,

http://m.kompasiana.com/post/read/238895/3/asas-kebebasan-berkontrak-dalam-hukum-perjanjian-di-indonesia

19Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,2002) hal 12 20Felix O. Soebagjo,

Perkebangan Asas-Asas Hukum Kontrak Dalam Praktek Bisnis selama 25 Tahun Terakhir, Disampaikan dalam pertemuan ilmiah “Perkembangan Hukum Kontrak dalam

PraktekBisnis di Indonesia”, diseleggarakan oleh Badan Pengkajian Hukum Nasional, Jakarta 18 dan 19 Pebruari 1993.


(34)

Dari pendapat-pendapat di atas, maka pada dasarnya perjanjian adalah proses interaksi atau hubungan hukum dari dua perbuatan hukum yaitu penawaran oleh pihak yang satu dan penerimaan oleh pihak yang lainnya sehingga tercapai kesepakatan untuk menentukan isi perjanjian yang akan mengikat kedua belah pihak.

Dalam berkontrak terdapat pembatasan yang mana diatur oleh pasal – pasal KUHPerdata itu sendiri, yaitu pasal 1320 dan pasal 1338 ayat 3,yaitu mengenai asas itikad baik.21

Dalam The principles of European Contract Law penggunaan kebebasan berkontrak dibatasi, yaitu :22

a. Good faith(itikad baik)

b. Fair dealing(transaksi yang adil)

c. The mandatory rues estabilished by these Principles (peraturan yang memaksa yang diterapkan oleh prinsip ini).

d. Exclusion of the principles is permitted, except as otherwise provides by these Principles (pengecualian dari prinsip – prinsip tersebut diijinkan, kecuali ditentukan sebaliknya oleh prinsip – prinsip ini).

Pembatasan kebebasan berkontrak didasarkan pada beberapa alasan, yaitu :23 a. Tumbuh dan meluasnya penggunaan kontrak standart. Pembatasan oleh pihak

yang kuat atau pihak yang membuat kontrak.

21Opcit 22Opcit 23Ibid


(35)

b. Menurunnya peranan dari pilihan bebas, tumbuhnya upaya perlindungan terhadap konsumen.

Ketika terjadinya suatu kontrak, maka para pihak harus memahami syarat-syarat perjanjian berdasarkan pasal 1320 hukum perdata, yaitu adanya kesepakatan, kecakapan para pihak dalam bertindak hukum, adaanya suatu hal tertentu, dan adanya sebab yang halal, dalam pengertian bahwasanya hal yang diperjanjikan tersebut tidak bertentangan dengan undang-undang yang berlaku, sehingga dalam berkontrak itu sendiri dapat mencerminkan adanya suatu kedaulatan hukum yang dimiliki oleh setiap individu dalam suatu perbuatan hukum, yang mana hal yang disepakati akan mengikat para pihak dalam kontrak tersebut untuk kemudian dapat memberikan prestasi yang seimbang atau sama nilainya dan apa yang disepakati bersama menjadi undang-undang bagi kedua belah pihak yang berjanji, sehingga menjadi kepastian hukum.

Dalam perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar antara Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kwala Sawit PTPN II dengan CV Bina Mandiri terdapat suatu penyimpangan dari isi kesepakatan yang tertuang dalam kontrak kerjasama jual beli tandan buah segar (TBS), sehingga menimbulkan adanya ketidakseimbangan prestasi yang diterima oleh salah satu pihak atau disebut juga wanprestasi. Yaitu terjadinya pelanggaran pada pasal 5 ayat (2) Surat Perjanjian Kerjasama Jual Beli Tandan Buah Segar, yaitu mengenai keterlambatan pembayaran, yang mana pembayaran oleh PTPN II lewat dari pada jangka waktu yang telah di tentukan yaitu setiap satu minggu setelah proses pembelian tandan buah segar dari pihak pemasok selesai dilakukan. Adanya pelanggaran ini menimbulkan suatu sengketa/ perselisihan berupa keberatan dari pihak


(36)

rekanan/pemasok karena adanya kerugian yang diterima, maka diperlukan suatu pranata hukum untuk dapat menyelesaikan perselisihan tersebut. Pola penyelesaian sengketa/perselisihan dalam bidang perjanjian dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu :

1. Melalui jalur musyawarah mufakat yang dilaksanakan oleh kedua belah pihak 2. Melalui jalur mediasi dengan menggunakan mediator atau melalui jaliur

alternatif penyelesaian sengketa 3. Melalui jalur litigasi (pengadilan)

2. Kerangka Konsepsi

Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi dan relitas.24

Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstrak yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus, yang disebut dengan defenisi operasional.25 Oleh karena itu, kerangka konsepsi pada hakekatnya merupakan suatu pengarah atau pedoman yang lebih kongkrit dari kerangka teoritis yang seringkali bersifat abstrak, sehingga diperlukan defenisi-defenisi operasional yang menjadi pegangan kongkrit dalam proses penelitian. Jadi jika teori berhadapan dengan sesuatu hasil kerja yang telah selesai, maka konsepsi masih merupakan permulaan dari sesuatu

24Masri Singarimbun dkk,Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1989), hal.34. 25


(37)

karya yang setelah diadakan pengolahan akan dapat menjadikan suatu teori.26

Agar terdapat persamaan persepsi dalam membaca dan memahami penulisan dalam penelitian ini, maka dipandang perlu untuk menguraikan beberapa konsepsi dan pengertian dari istilah yang digunakan sebagaimana yang terdapat di bawah ini:

a. Perjanjian jual beli adalah suatu perjanjian bertimbal balik dalam mana pihak yang satu (si penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedang pihak yang lainnya (si pembeli) berjanji untuk membayar harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut.27

b. Tandan Buah Segar (TBS) adalah suatu istilah yang digunakan dalam penyebutan buah kelapa sawit yang telah dipanen dengan kualitas buah kelapa sawit yang masih segar/ baik.

c. Perselisihan adalah suatu keadaan hukum dimana terjadi perbedaan pendapat antara pihak yang terlibat dalam perjanjian kerjasama jual beli kelapa sawit yang membutuhkan suatu penyelesaian secara hukum pula.

d. Ganti Rugi adalah penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perjanjian, barulah mulai diwajibkan apabila debitur setelah dinyatakan lalai memenuhi perjanjiannya tetap melalaikannya, atau sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya (Pasal 1243 KUH Perdata). Dengan demikian pada

26Hilman Hadikusuma,Hukum Waris Adat, (Bandung:Citra Aditya Bakti, 2003), hal.5. 27R. Subekti,Hukum Perjanjian, (Jakarta: Pembimbing Masa, 1980), hal.1.


(38)

dasarnya, ganti-kerugian itu adalah ganti-kerugian yang timbul karena debitur melakukan wanprestasi.

e. Wanprestasi adalah suatu keadaan hukum dimana salah satu pihak ingkar janji/cidera janji sehingga menimbulkan akibat hukum suatu kerugian kepada pihak lain yang terlibat didalam perjanjian kerjasama jual beli kelapa swait tersebut.

f. Pembayaran adalah menerima sejumlah uang dari hasil penjualan TBS ke PTPN II berdasarkan jumlah TBS yang diterima pihak PTPN II dikali harga per Kg dalam satu periode (sekali seminggu).

g. Keterlambatan Pembayaran adalah bahwa pihak pembeli terlambat melakukan pembayaran barang yang telah diterimanya sebagaimana waktu yang telah ditentukan atau tertera dalam surat perjanjian yang disepakati kedua belah pihak ataupun pihak penjual dan pembeli.

G. Metode Penelitian

Dalam setiap penelitian pada hakekatnya, mempunyai metode penelitian masing-masing dan metode penelitian tersebut ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.28 Kata metode berasal dari yunani “Methods” yang berarti cara atau jalan sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk

28 Jujun S.Suria Sumantri, Filsafat Hukum Suatu Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002), Hal. 328.


(39)

dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.29

1. Sifat Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah, bersifat deskriptif analitis dengan menggunakan pendekatan juridis normatif yang mengacu pada ketentuan-ketentuan hukum positif.

Juridis yang dimaksud pada penelitian ini adalah, berusaha melakukan pendekatan terhadap dasar hukum dan menganalisa permasalahan yang ada. Menganalisa hukum baik yang tertulis, maupun yang di putuskan oleh hakim melalui proses pengadilan. Sedangkan sifat deskriptif analitis dalam penelitian ini deskiptif bertujuan untuk, mendeskripsikan secara sistimatis, faktual dan akurat perihal perselisihan kontrak dalam perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar kelapa sawit di PKS Kwala Sawit PTPN II, maksudnya bahwa penelitian ini menelaah dan menjelaskan serta menganalisa peraturan perundang-undangan yang berlaku berkenaan dengan penyelesaian perselisihan kontrak akibat keterlambatan pembayaran studi terhadap perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar kelapa sawit di PKS Kwala Sawit PTPN II dengan rekanan dan analitis di artikan sebagai kegiatan menganalisa data secara komferenshif tentang penyelesaian perselisihan dalam perjanjian kerjasama jual beli tandan buah segar kelapa sawit di PKS Kwala Sawit PTPN II dengan rekanan, dan ditujukan untuk membatasi kerangka studi pada suatu

29 Koenjtraranigrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia Pustaka


(40)

pemberian, suatu analisis, atau suatu klasifikasi tanpa secara langsung bertujuan untuk membangun atau menguji hipotesa-hipotesa atau teori-teori.

2. Data

Data penelitian ini meliputi:

1) Bahan hukum primer, yaitu bahan pustaka yang berisikan pengetahuan ilmiah yang baru maupun pengertian baru mengenai studi gagasan dalam bentuk peraturan perundang-undangan seperti KUH Perdata, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan, Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.dan Perjanjian kerjasama jual beli TBS antara PTPN II dengan rekanan di PKS Kwala Sawit. 2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan pelajaran mengenai

bahan hukum primer, seperti hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya, bahkan dokumen pribadi atau pendapat dari kalangan pakar hukum sepanjang relevan dengan objek telaah penelitian.

3) Bahan hukum tersier, yaitu bahwa hukum penunjang yang memberi penunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus, majalah maupun internet.

4) Didukung oleh data primer yang diperoleh dari hasil wawancara.

3. Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judul ini yaitu Analisis yuridis penyelesaian perselisihan kontrak akibat keterlambatan pembayaran (studi terhadap perjanjian kerjasama jual


(41)

beli tandan buah segar antara PKS Kwala Sawit PTPN II dengan rekanan, maka penelitian ini dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) kebun Kwala Sawit PTPN II dengan luas kebun ± 11.000 Ha terdiri dari 12 afdeling didesa Kwala Musam Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data, yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penelitian kepustakaan (Library Research) dan penelitian lapangan (Field Research).

a. Penelitian kepustakaan

Untuk mengumpulkan data sekunder maka teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, meneliti, mengidentifikasi, dan menganalisa data primer, sekunder maupun tertier yang berkaitan dengan penelitian ini.

b. Penelitian lapangan

Sebagai data penunjang dalam penelitian ini juga didukung penelitian lapangan (field research) untuk mendapatkan data primer guna akurasi terhadap hasil yang dipaparkan, yang dapat berupa pendapat informan, laporan-laporan perusahaan dan lain-lain yang relevan dengan objek yang diteliti.

5. Metode Pengumpulan Data

Adapun alat yang digunakan untuk pengumpulan data dalam peneltian ini adalah, dengan menggunakan studi dokumen dan wawancara.


(42)

berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. b. Wawancara, kegiatan wawancara dilakukan terhadap pihak PTPN II Kebun

Kwala Sawit yaitu Manager Distrik Rayon Utara PKS Kwala Sawit yaitu Alfi Syahrin, Manager Pabrik Kebun Kwala sawit yaitu Rusdi Yunus Harahap, Kepala Dinas Tata Usaha (KDTU) PKS Kwala Sawit yaitu Imam Subekti, SE, CV. Bina Mandiri yaitu Albert Tarigan (Direktur), dan CV. Marikena yaitu Fery Sitepu (Direktur). Sehingga dengan adanya wawancara, diharapkan dapat memperoleh data yang lebih luas dan akurat tentang masalah yang diteliti. Data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan selanjutnya di pilih guna memperoleh pasal-pasal, teori-teori yang berisi tentang uraian-uraian permasalahan dalam tesis ini, sehingga klasifikasi yang selaras dengan permasalahan yang di teliti dalam tesis ini.

6. Analisa Data

Analisis data merupakan suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan suatu hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.30

Setelah diperoleh data sekunder yakni berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, maka dilakukan inventarisir dan penyusunan secara sistematik, kemudian diolah dianalisa dengan menggunakan metode kualitatif yaitu penelitian

30 Lexy J. Moleong,Metode Penelitian Kualitatif, cetakan keempat belas, (Bandung: PT


(43)

tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan pemaparan, sehingga dapat ditarik kesimpulan dengan menggunakan logika berpikir deduktif atau penalaran. Kegiatan analisis dimulai dengan dilakukan pemeriksaan terhadap data yang terkumpul baik melalui wawancara yang dilakukan, inventarisasi karya ilmiah, peraturan perundang-undangan, yang berkaitan dengan judul penelitian baik media cetak dan laporan-laporan hasil penelitian lainnya untuk mendukung studi kepustakaan.


(44)

BAB II

HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN KERJASAMA JUAL BELI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT DI PKS KWALA

SAWIT PTPN II TANJUNG MORAWA

A. Pengertian Perjanjian Jual Beli Menurut KUH Perdata

Jual beli termasuk dalam kelompok perjanjian bernama, artinya undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan pengaturan secara khusus terhadap perjanjian ini. Pengaturan perjanjian bernama dapat diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata maupun Kitab Undang-undang Hukum Dagang.

Perjanjian jual beli diatur dalam Pasal 1457-1540 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Menurut Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, jual beli adalah suatu persetujuan yang mengikat pihak penjual berjanji menyerahkan sesuatu barang/benda, dan pihak lain yang bertindak sebagai pembeli mengikat diri berjanji untuk membayar harga.

Dari pengertian yang diberikan Pasal 1457 KUH Perdata di atas, persetujuan jual beli sekaligus membebankan dua kewajiban yaitu:

1. Kewajiban pihak penjual menyerahkan barang yang dijual kepada pembeli. 2. Kewajiban pihak pembeli membayar harga barang yang dibeli kepada penjual.31

31


(45)

Menurut Salim H.S, perjanjian jual beli adalah Suatu Perjanjian yang dibuat antara pihak penjual dan pihak pembeli.32 Di dalam perjanjian itu pihak penjual berkewajiban untuk menyerahkan objek jual beli kepada pembeli dan berhak menerima harga dan pembeli berkewajiban untuk membayar harga dan berhak menerima objek tersebut.33 Unsur yang terkandung dalam defenisi tersebut adalah : a. Adanya subjek hukum, yaitu penjual dan pembeli

b. Adanya kesepakatan antara penjual dan pembeli tentang barang dan harga c. Adanya hak dan kewajiban yang timbul antara pihak penjual dan pembeli

Unsur pokok dalam perjanjian jual beli adalah barang dan harga, dimana antara penjual dan pembeli harus ada kata sepakat tentang harga dan benda yang menjadi objek jual beli. Suatu perjanjian jual beli yang sah lahir apabila kedua belah pihak telah setuju tentang harga dan barang. Sifat konsensual dari perjanjian jual beli tersebut ditegaskan dalam pasal 1458 yang berbunyi “ jual beli dianggap sudah terjadi antara kedua belah pihak seketika setelah mereka mencapai kata sepakat tentang barang dan harga, meskipun barang ini belum diserahkan maupun harganya belum dibayar ”.34

Apabila terjadi kesepakatan mengenai harga dan barang namun ada hal lain yang tidak disepakati yang terkait dengan perjanjian jual beli tersebut, jual beli tetap tidak terjadi karena tidak terjadi kesepakatan. Akan tetapi, jika para pihak telah

32

Salim H.S, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta : Sinar Grafika, 2003), hal. 49.

33Ibid. 34


(46)

menyepakati unsur esensial dari perjanjian jual beli tersebut, dan para pihak tidak mempersoalkan hal lainnya, klausul-klausul yang dianggap berlaku dalam perjanjian tersebut merupakan ketentuan-ketentuan tentang jual beli yang ada dalam perundang-undangan (BW) atau biasa disebut unsur naturalia.35

Kewajiban menyerahkan hak milik meliputi segala perbuatan yang menurut hukum diperlukan untuk mengalihkan hak milik atas barang yang diperjual belikan itu dari sipenjual kepada sipembeli. KUH perdata BW mengenal tiga macam barang yaitu barang bergerak, barang tetap, dan barang tak bertubuh (piutang, penagihan, atau claim), maka menurut KUH Perdata BW juga ada tiga macam penyerahan hak milik yang masing-masing berlaku untuk masing-masing jenis barang tersebut yaitu:

1. Untuk barang bergerak cukup dengan penyerahan kekuasaan atas barang itu. Hal ini sesuai dengan Pasal 612 KUH Perdata yang berbunyi:

“Penyerahan kebendaan bergerak, terkecuali yang tak bertubuh dilakukan dengan penyerahan yang nyata akan kebendaan itu oleh atau atas nama pemilik, atau dengan penyerahan kunci-kunci dari bangunan dalam mana kebendaan itu berada. Penyerahan tak perlu dilakukan apabila kebendaan yang harus diserahkan, dengan alas an hak lain, telah dikuasai oleh orang yang hendak menerimanya”.

Dari ketentuan di atas dapat dilihat adanya kemungkinan menyerahkan kunci saja kalau yang dijual adalah barang-barang yang berada dalam suatu gudang, hal mana suatu penyerahan kekuasaan secara simbolis, sedangkan apabila barangnya sudah berada didalam kekuasaan pembeli, penyerahan cukup dilakukan dengan suatu pernyataan saja. Cara yang terakhir ini terkenal dengan nama traditio “brevi

35 Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, (Jakarta: PT Raja Grafindo


(47)

manu”yang berarti penyerahan dengan tangan pendek.

2. Untuk barang tetap (tidak bergerak) penyerahan dilakukan dengan perbuatan balik nama (overschrijving) di muka pegawai kadaster yang juga dinamakan pegawai balik nama atau pegawai penyimpan hipotik, yaitu menurut pasal 616 dihubungkan dengan pasal 620 KUH Perdata. Pasal 616 menyatakan bahwa: “Penyerahan atau penunjukkan akan kebendaan tak bergerak dilakukan dengan pengumuman akan akta yang bersangkutan dengan cara seperti ditentukan dalam pasal 620”.

Pasal 620: “Dengan mengindahkan ketentuan-ketentuan termuat dalam tiga pasal yang lalu, pengumuman termaksud diatas dilakukan dengan memindahkan sebuah salinan otentik yang lengkap dari akta otentik atau keputusan yang bersangkutan ke kantor penyimpa hipotik, yang mana dalam lingkungannya barang-barang tak bergerak yang harus diserahkan barada dan dengan membukukannya dalam register.”

Bersama-sama dengan pemindahan tersebut, pihak yang berkepentingan harus menyampaikan juga kepada penyimpan hipotik sebuah salinan otentik yang kedua atau sebuah petikan dari akta atau keputusan itu, agar penyimpan mencatat didalamnya hari pemindahan beserta bagian dan nomor dari register yang bersangkutan.

3. Penyerahan barang tak bertubuh dengan perbuatan yang dinamakan “cessie” sebagaimana diatur dalam Pasal 613 KUH Perdata BW yang berbunyi: “Penyerahan akan piutang-piutang atas nama dan kebendaan tak bertubuh lainnya


(48)

dilakukan dengan membuat sebuah akta otentik atau dibawah tangan, dengan mana hak-hak atas kebendaan itu dilimpahkan kepada orang lain.

Penyerahan yang demikian bagi si berutang tiada akibatnya melainkan setelah penyerahan itu diberitahukan kepadanya secara tertulis, disetujui dan diakuinya. Penyerahan tiap-tiap piutang karena surat bawa dilakukan dengan menyerahkan surat itu; penyerahan tiap-tiap piutang karena surat tunjuk dilakukan dengan penyerahan surat disertai dengan endosemen”.

Dalam perjanjian jual beli, para pihak sepakat untuk melakukan jual-beli, namun para pihak yang berjanji dikatakan telah mengikatkan diri apabila mereka telah melakukan apa yang diwajibkan kepadanya, dan ketika ada salah satu pihak yang tidak melakukan kewajibannya, maka akan menimbulkan wanprestasi yang berakibat kerugian bagi pihak yang lainnya. Ketika suatu barang yang diperjualbelikan belum diserahkan atau belum berada dibawah penguasaan pembeli, harus dilihat terlebih dahulu apa yang menjadi penyebabnya, apakah masih dalam proses pengiriman, apakah ada hal-hal forje majeure yang mendasarinya ataukah ada unsur penipuan / penggelapan yang berujung pada pidana. Selain itu, para pihak yang berjanji dapat dikatakan tidak mengikatkan diri ketika pada akhirnya mereka tidak dapat melakukan apa yang telah diperjanjikan itu sehingga berakibat pada batalnya perjanjian tersebut. Ketentuan pasal 1458 KUH Perdata ini menetapkan bahwa kesepakatan antara pihak penjual dan pihak pembeli dalam hal benda yang akan diperjual belikan dan juga harganya merupakan suatu pertanda yang sah secara hukum bahwa perjanjian jual beli tersebut dipandang telah terjadi, meskipun benda yang diperjual belikan belum


(49)

diserahkan pihak penjual kepada pihak pembeli dan harga benda tersebut belum di bayar pihak pembeli kepada pihak penjual. Kesepakatan yang dimaksud disini adalah suatu kesepakatan yang dinyatakan oleh pihak penjual dan pihak pembeli yang ditentukan baik secara lisan maupun secara tulisan.36

Pernyataan sepakat yang diberikan oleh para pihak secara lisan dalam suatu perjanjian jual beli tentunya harus didukung oleh alat bukti yang sah yakni saksi minimal 2 (dua) orang agar pemberian pernyataan kata sepakat tersebut dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila pemberian pernyataan kata sepakat tersebut tidak didukung oleh saksi-saksi maka kedudukan hukum pernyataan sepakat yang diberikan secara lisan itu dipandang lemah apabila terjadi perselisihan dikemudian hari. Didalam pasal 1320 KUHPerdata syarat sahnya suatu perjanjian adanya kata sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, kecakapan untuk membuat suatu perjanjian, suatu hal tertentu, dan suatu sebab yang halal. Keempat syarat tersebut tidaklah menyinggung tentang adanya saksi, Pasal 1338 KUHPerdata berbunyi semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Oleh karena itu perjanjian jual beli sebaiknya dilakukan dalam suatu perjanjian tertulis berupa akta yang didalamnya memuat kesepakatan dalam pelaksanaan jual beli suatu benda dan memuat segala hak dan kewajiban baik penjual maupun pembeli.

Istilah akta merupakan terjemahan dari bahasa Belanda, yaitu acta, dalam

36Herlien Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, (Bandung:


(50)

bahasa Prancis disebut dengan acte,sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan istilahdeed. Akta adalah surat atau tulisan yang berupa suatu dokumen formal.37

Menurut Abdullah Hasan akta adalah suatu pernyataan tertulis yang merupakan kehendak para pihak yang dibuat oleh seseorang atau oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan maksud untuk dipergunakan sebagai alat bukti dalam pasal hukum.38

Menurut pasal 1866 KUHPerdata alat – alat bukti terdiri atas, bukti tulisan, bukti dengan saksi, persangkaan, pengakuan,sumpah. Menurut pasal 1867 KUHPerdata, pembuktian dengan tulisan dilakukan dengan tulisan otentik maupun dengan tulisan dibawah tangan.

Dari defenisi yang disebutkan di atas dapat dikatakan bahwa akta merupakan suatu surat/tulisan yang berisi pernyataan kehendak dari para pihak/orang yang berkepentingan dalam pembenaran tulisan/surat tersebut, pernyataan kehendak yang dibuat secara tertulis tersebut memuat klausul-klausul yang diberikan dengan perbuatan hukum dari orang/para pihak yang membuatnya. Dari segi jenisnya akta dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu: Akta dibawah tangan dan Akta otentik.

Perbedaan akta otentik dan akta dibawah tangan adalah sebagai berikut: 1. Akta otentik (Pasal 1868 BW)

Akta otentik dibuat dalam bentuk sesuai dengan yang ditentukan oleh undang –

37Hadiyan Rusli,

Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law, (Jakarta: Sinar Harapan, 1998), hal 15.


(51)

undang, harus dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang, mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna (mempunyai kekuatan pembuktian formil mengenai waktu,tanggal pembuatan, penandatanganan, tempat pembuatan, identitas yang hadir dan mempunyai kekuatan pembuktian materiil, kalau kebenarannya dibantah, sipenyangkal harus membutikan ketidakbenarannya.

2. Akta dibawah tangan

Tidak terikat bentuk formal, melainkan bebas, dapat dibuat bebas oleh setiap subjek hukum yang berkepentingan, apabila diakui oleh penandatangan tidak disangkal baru mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna, sama halnya dengan akta otentik, tetapi bila kebenarannya disangkal, pihak yang mengajukan sebagai bukti yang harus membuktikan kebenrannya (melalui bukti saksi – saksi).

Perjanjian jual beli dapat dilakukan dalam bentuk akta di bawah tangan dan dapat pula di buat dalam bentuk akta otentik. Pembuatan akta otentik perjanjian jual beli di buat oleh pejabat publik/umum dalam hal ini adalah seorang Notaris.39 Akta autentik yang dibuat oleh notaris merupakan suatu alat bukti yang paling sempurna apabila terjadi perselisihan (perkara) di depan pengadilan.

Di dalam suatu perjanjian jual beli secara umum dikenal istilah resiko. Resiko adalah kewajiban memikul kerugian yang disebabkan oleh suatu kejadian (peristiwa)


(52)

diluar kesalahan salah satu pihak. Peristiwa musnahnya barang yang diperjual belikan di perjalanan karena alat pengangkut barang tersebut mengalami kecelakaan (karam) di tengah laut. Mengenai resiko dalam jual beli di dalam KUH Perdata (BW) diatur dalam Pasal 1460, 1461 dan Pasal 1462 KUH Perdata (BW).

Pasal 1460 KUH Perdata menyebutkan “jika kebendaan yang dijual itu berupa suatu barang yang sudah ditentukan, maka barang ini sejak saat pembelian adalah tanggungan si pembeli , meskipun penyerahannya belum dilakukan, dan si penjual berhak menuntut harganya”. Pasal 1461 dan 1462 KUH Perdata menyatakan bahwa resiko barang-barang yang diperjual belikan menuntut berat, jumlah atau ukuran diletakkan pada pundak si penjual hingga barang-barang itu telah ditimbang, dihitung atau diukur, sedangkan resiko atas barang-barang yang dijual menurut tumpukkan diletakkan kepada pundak pembeli. Barang-barang harus ditimbang, dihitung atau diukur terlebih dahulu sebelum diserahkan kepada si pembeli baru dipisahkan dari barang-barang untuk di jual lainnya setelah dilakukan penimbangan, penghitungan dan pengukuran. Setelah dilakukan penimbangan, penghitungan dan pengukuran tersebut, barang-barang tersebut dinyatakan dipisahkan dari barang-barang penjual lainnya dan dinyatakan disediakan untuk diserahkan kepada pembeli atau untuk diambil oleh pembeli.40

Barang yang diperjual belikan menurut tumpukkan dapat dikatakan sudah dari semula disendirikan (dipisahkan) dari barang-barang milik penjual lainnya, sehingga

39Erman Rajagukguk,Kontrak Dagang Internasional Dalam Praktak di Indonesia, (Jakarta:


(53)

sudah dari semula dalam keadaan siap untuk diserahkan kepada pembeli (in a deliverable state).Mengenai barang-barang yang masih harus ditimbang, dihitung atau diukur terlebih dahulu, sebelum dilakukan penimbangan, pengukuran atau penghitungan, resikonya diletakkan dipundak penjual, namun apabila setelah dilakukan penimbangan, penghitungan atau pengukuran resiko tersebut otomatis dipindahkan kepada pembeli. Karena dipandang tidak memberi keadilan kepada pembeli dalam suatu peristiwa jual beli, maka oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia (MARI) dikeluarkanlah Surat Edaran No. 3 Tahun 1963 yang menyatakan Pasal 1460 KUH Perdata tersebut tidak berlaku lagi.

Suatu perjanjian dapat terlaksana dengan baik apabila para pihak telah memenuhi prestasinya masing-masing seperti yang telah diperjanjikan tanpa ada pihak yang dirugikan. Tetapi adakalanya perjanjian tersebut tidak terlaksana dengan baik karena adanya wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak atau debitur.

Wanprestasi dapat diartikan sebagai tidak terlaksananya prestasi karena kesalahan oleh salah satu pihak baik karena kesengajaan atau kelalaian. Pengertian prestasi (performance)dalam hukum kontrak dimaksudkan sebagai suatu pelaksanaan hal-hal yang tertulis dalam suatu kontrak oleh pihak yang telah mengikatkan diri untuk itu, pelaksanaan mana sesuai dengan“term”dan“condition”sebagaimana disebutkan dalam kontrak yang bersangkutan.

Menurut J Satrio, wanprestasi adalah suatu keadaan di mana salah satu pihak


(54)

tidak memenuhi janjinya atau tidak memenuhi sebagaimana mestinya dan kesemuanya itu dapat dipersalahkan kepadanya. Sedangkan M. Yahya Harahap mendefinisikan wanprestasi sebagai pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya. Sehingga menimbulkan keharusan bagi salah satu pihak untuk memberikan atau membayar ganti rugi (schadevergoeding), atau dengan adanya wanprestasi oleh salah satu pihak, pihak yang lainnya dapat menuntut pembatalan perjanjian.41

Wanprestasi atau ingkar janji berhubungan erat dengan adanya perikatan atau perjanjian antara para pihak. Baik perikatan itu didasarkan atas perjanjian maupun perikatan atau perjanjian yang bersumber pada undang – undang, seperti diatur dalam Pasal 1352 sampai dengan Pasal 1380 KUHPerdata, sehingga para pihak tidak melaksanakan perjanjian yang telah disepakati berarti ia telah melakukan wanprestasi, yang pada akhirnya menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak.

Wanprestasi merupakan suatu prestasi yang buruk, yaitu para pihak tidak melaksanakan kewajibannya sesuai isi perjanjian. Wanpestasi dapat terjadi baik karena kelalaian maupun kesengajaan. Menurut Surbekti, bentuk wanprestasi dapat berupa :42

a) Tidak melaksanakan apa yang disanggupi akan dilakukannya.

b) Melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sesuasi dengan janjinya.

c) Melaksanakan apa yang dijanjikannya tapi terlambat.

41

Wanprestasi“,http://shareshareilmu.wordpress.com/2012/02/05/wanprestasi-dalamperjanjian, diakses tanggal 23 Januari 2013.

42


(55)

d) Melakukan suatu perbuatan yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.

Pihak yang lalai dikatakan melakukan wanprestasi karena pada saat membuat surat perjanjian telah ditentukan suatu waktu tertentu sebagai tanggal pelaksanaan hak dan kewajiban (tanggal penyerahan barang dan tanggal pembayaran), namun pada waktu yang telah ditentukan belum terjadi pelaksanaan hak dan kewajiban yang telah disepakati sebelumnnya.

Menurut Pasal 1234 KUHPerdata, bentuk daripada prestasi itu sendiri dapat berupa memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu. Waktu terjadinya wanprestasi sulit ditentukan ketika di dalam perjanjian tidak disebutkan kapan suatu hak dan kewajiban harus sudah dilaksanakan. Bentuk prestasi yang berupa “tidak berbuat sesuatu” mudah sekali ditentukan waktu terjadinya wanprestasi, yaitu pada saat pihak yang telah ditentukan melaksanakan suatu perbuatan yang tidak diperbolehkan itu.

Jika dalam perjanjian tidak disebutkan kapan suatu hak dan kewajiban harus dilaksanakan, maka kesulitan menentukan waktu terjadinya wanprestasi akan ditemukan dalam bentuk prestasi “menyerahkan barang” atau “melaksanan suatu perbuatan”. Di sini tidak jelas kapan suatu perbuatan itu harus dilakasanakan, atau suatu barang itu harus diserahkan.

Bagaimanapun tindakan wanprestasi dapat menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak yang telah melaksanakan kewajibannya namun tidak atau belum bisa merasakan hak atau manfaat dari hal yang sudah di laksanakannya. Dalam putusan


(56)

Mahkamah Agung tangal 21 Mei 1973 No. 70HK/Sip/1972 ; apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi karena tidak melaksanakan pembayaran barang yang dibeli, pihak yang dirugikan dapat menuntut pembatalan jual-beli.

Dengan adanya suatu wanprestasi maka akan menimbulkan suatu sanksi bagi pihak yang lalai. Ada empat macam sanksi atau akibat – akibat hukum bagi salah satu pihak yang wanprestasi, yaitu :43

1. Membayar ganti kerugian

2. Pembatalan perjanjian disertai dengan pembayaran ganti kerugian 3. Peralihan resiko sejak saat terjadinya wanprestasi

4. Pembayaran biaya perkara apabila diperkirakan dimuka hakim

Disamping harus menanggung hal tesebut diatas, maka yang dapat dilakukan lima kemungkinan menurut Pasal 1276 KUHPerdata yaitu sebagai berikut:

1. Memenuhi/melaksanakan perjanjian;

2. Memenuhi perjanjian disertai keharusan membayar ganti rugi; 3. Membayar ganti rugi;

4. Membatalkan perjanjian; dan

5. Membatalkan perjanjian disertai dengan ganti rugi.

Pihak yang merasa dirugikan dapat meminta ganti rugi sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1243 KUHPerdata yaitu: “Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu


(57)

yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya.” Menurut Pasal 1243 KUHPerdata pengertian ganti rugi perdata lebih menitikberatkan pada ganti kerugian karena tidak terpenuhinya suatu perikatan.

B. Bentuk Perjanjian Jual Beli Tandan Buah Segar Antara PKS Kwala Sawit PTPN II Tanjung Morawa Dengan Rekanan

Bentuk perjanjian jual beli tandan buah segar antara PKS Kwala Sawit PTPN I Tanjung Morawa dengan rekanan yang pada penelitian tesis ini dibatasi pada CV. Bina Mandiri dibuat dalam bentuk tertulis dengan judul “Surat Perjanjian Antara Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perkebunan Nusantara II Dengan CV. Bina Mandiri tentang Jual Beli Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit di PKS Kwala Sawit PTPN II (Persero)”. Perjanjian tersebut memiliki Nomor: II KWS/SPJB/07/I/2013 tanggal 02 Januari 2013.

Perjanjian tersebut dibuka dengan identitas para pihak dan dibuat berdasarkan SI Direksi II.O/SI/12/III/2010 dan surat permohonan rekanan dari pihak ke II No. 16/CV.BM/XII/2012:

1. Ir. Rusdi Yunus Harahap : Jabatan Manager Kebun Kwala Sawit PTPN II (Persero) yang berkedudukan di Kebun Kwala Sawit, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama perusahaan, selanjutnya dalam perjanjian ini disebut sebagai pihak pertama.


(58)

Dalam hal ini mengenai perjanjian tentang jual beli TBS Manager bertindak mewakili perusahaan yang berdasarkan SI Direksi PTPN II NO II.O/SI/12/III/2010 untuk membuat perjanjian dan berlaku selama tiga bulan.

2. Albert M. Tarigan, SE : Jabatan Direktur CV. Bina Mandiri yang berkedudukan di Jalan Jamin Ginting Lk. IX No. 21 Medan dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama perusahaan selanjutnya dalam perjanjian ini disebut Pihak Kedua.

Berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang PT (Perseroan Terbatas) dalam Pasal 1 ayat 5, Pasal 92 ayat 1 dan ayat 6 dan Pasal 98 ayat 1 jelas dikatakan bahwa direksilah organ perseroan yang berwenang dan bertanggungjawab mewakili perseroan untuk kepentingan perseroan baik didalam maupun diluar pengadilan, baik secara sendiri-sendiri ataupun bersama-sama, yang mana tugas-tugas dari direksi tersebut dapat ditentukan RUPS, namun jika tidak ditentukan oleh RUPS maka dibuatkan keputusan direksi. Dan dalam menjalankan tugas-tugasnya menurut Pasal 103 UUPT, direksi mempunyai hak khusus untuk memberikan kuasanya baik kepada orang diluar perseroan ataupun karyawan dari perseroan tersebut baik satu ataupun lebih yang dianggapnya mampu untuk mewakilinya dalam melakukan perbuatan-perbuatan hukum tertentu yang sudah ditentukan dalam surat kuasanya tersebut untuk kepentingan perseroan, maka dalam hal ini Manager Pabrik PKS Kwala Sawit adalah sah mewakili perseroan dalam melakukan perbuatan hukum perjanjian jual beli TBS kelapa sawit berdasarkan Surat Direksi PTPN II No II.O/SI/12/III/2012.


(59)

Pengertian CV dijelaskan dalam Pasal 19 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD). Dalam Pasal itu disebutkan bahwa CV adalah perseroan yang terbentuk dengan cara meminjamkan uang, yang didirikan oleh seseorang atau beberapa orang persero yang bertanggung jawab secara tanggung renteng dan satu orang persero atau lebih yang bertindak sebagai pemberi pinjaman uang. Pada beberapa referensi lain, pemberian pinjaman modal atau biasa disebut inbreng, dapat berbentuk selain uang, misalnya benda atau yang lainnya.

Dari ketentuan Pasal itu terlihat bahwa di dalam CV terdapat dua alat kelengkapan, yaitu persero yang bertanggung jawab secara tanggung renteng (persero aktif, persero komplementer) dan persero yang memberikan pinjaman uang (persero pasif, persero komanditer). Persero Aktif ; adalah orang yang mempunyai tanggung jawab penuh untuk mengelola perusahaan dengan jabatan sebagai Direktur. Sedangkan Persero Pasif ; adalah orang yang mempunyai tanggung jawab sebatas modal yang ditempatkan dalam perusahaan, yaitu sebagai Persero Komanditer. Sekutu komplementer berhak bertindak untuk dan atas nama bersama semua sekutu serta bertanggung jawab terhadap pihak ketiga secara tanggung renteng. Namun sekutu ini bertanggung jawab sampai harta kekayaan pribadi. Maka dalam hal ini, Albert M. Tarigan, bertindak sebagai persero aktif, yaitu sebagai Direktur CV Bina Mandiri, yang bertanggungjawab dalam menjalankan perusahaan.

Pihak penjual dan pihak pembeli telah sepakat mengadakan perjanjian jual beli TBS kelapa sawit. Perjanjian jual beli TBS kelapa sawit tersebut diatas dilakukan


(60)

dalam suatu perjanjian tertulis di bawah tangan/akta di bawah tangan dalam 12 (dua belas) pasal. Sehingga sesuai ketentuan Pasal 1320 mengenai sahnya suatu perjanjian yaitu adanya kata sepakat, yang mana dalam hal ini para pihak diwakili oleh pihak – pihak yang dianggap cakap hukumnya dalam menjalinkan suatu kerjasama jual beli TBSs dengan mencantumkannya dalam surat perjanjian yang ditandatangani oleh kedua belah pihak serta dibubuhi materai yang cukup, sehingga dapat memiliki kekuatan hukum.

Surat perjanjian jual beli TBS Kelapa sawit tersebut dibuat berdasarkan Surat Direksi PTPN II No. II.0/SI/22010 tanggal 24 Maret 2010 dan Surat Permohonan rekanan Pihak II No. 16/CV.BM/XII/2012, tanggal 27 Desember 2012. Surat permohonan dari pihak penjual TBS (rekanan) kepada pihak pembeli (PTPN II) ternyata telah disepakati oleh kedua belah pihak sehingga mengakibatkan terjadinya perjanjian jual beli TBS kelapa sawit tersebut.

Keadaan ini dimuat dalam Pasal 1 Surat Perjanjian antara PT. PTPN II (Persero) Kebun Kwala Sawit dan CV. Bina Mandiri, yang berbunyi:

1. Pihak kedua dengan ini bermaksud untuk menjual tandan buah segar (TBS) kepada pihak pertama, dan pihak pertama setuju untuk membeli tandan buah segar (TBS) milik pihak kedua. Jumlah tandan buah segar (TBS) yang dibeli oleh pihak pertama dari pihak kedua sekitar: 25.000 Kg per hari yang berasal dari kebun milik pihak kedua dan atau pembelian TBS dari masyarakat dan penerimaan TBS dilakukan setiap hari kerja yang ditentukan oleh pihak pertama di PKS Kebun


(1)

B. Saran

1. Melihat perjajnjian kerjasama jual beli TBS kelapa sawit antara PKS Kwala Sawit PTPN-II dengan rekanan Pemasok TBS, telah berkekuatan hukum, untuk itu hendaknya masing-masing pihak dapat memenuhi hak dan kewajibannya, terutama dalam hal Pembayaran yang begitu sangat penting pagi pemasok hendaknya pihak PTPN-II dapat memenuhi kewajibannya untuk merealisasikan pembayaran tepat waktu.

2. Untuk meningkatkan perlindungan hukum bagi pemasok TBS kelapa sawit hendaknya pihak kedua ( pemasok ) memahami dulu isi surat perjanjian yang ditandatanganinya dan bila ada keraguan ataupun kurang dimengerti dapat meminta bantuan kepada yang lebih mengerti tentang hal tersebut, dan bilamana diperlukan dapat meminta bantuan Notaris ataupu sekaligus mengusulkan kepada pihak pertama agar perjanjian tersebut dibuat oleh Notaris.

3. Keterlambatan pembayaran merupakan kerugian bagi pihak kedua akan tetapi meningkatkan masalah keterlambatan menjadi perselisihan yang berujung pada gugatan hukum ke Pengadilan bukan jalan yang terbaik tetapi justru dengan menjaga hubungan baik sebagai rekanan jauh lebih efektif. Untuk itu pihak kedua (pemasok) agar lebih berkomunikasi dengan pihak pertama khususnya yang menyangkut keuangan sehingga dapat menyesuaikan segala sesuatunya yang berhubungan dan terkait sebagai rekanan pemasok TBS di PKS PTPN-II Kwala Sawit.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku:

Ali, Achmad, Menguak Tabir Hukum (suatu kajian filosofi dan sosiologi). Jakarta: Sinar Grafika, 2002.

Anwar, Muhammad, Musyawarah Sebagai Solusi Pemecahan Masalah dalam Perselisihan Bisnis, Jakarta: Kencana, 2007.

Arto, Mukti,Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

Atmosoedirjo, Prajudi, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1987.

Badrulzaman, Mariam Darus et,al, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001.

Budiono, Herlien, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007.

Friedman, W. Teori Dan Filsafat Hukum Dalam Buku Telaah Kasus Atas Teori-Teori Hukum, Diterjemahkan Dari Buku Aslinya Legal Theory, Terjemahan Muhammad.Bandung: Mandar Maju, 1997.

H.S, Salim, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta : Sinar Grafika, 2003.

Hadikusuma, Hilman,Hukum Waris Adat, Bandung:Citra Aditya Bakti, 2003. Harahap, M. Yahya,Hukum Acara Perdata, Jakarta: Sinar Grafika, 2006.


(3)

_____________, Perlawanan Terhadap Eksekusi Grose Akta Serta Putusan Pengadilan Dan Arbitrase Dan Standar Hukum Eksekusi, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993.

_____________,Segi-Segi Hukum Perjanjian, Bandung: Alumni,1986.

Harahap, Zahirin, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001.

Hasan, Abdullah,Perancangan Kontrak,Jakarta: Sinar Grafika, 2007.

Hernoko, Agus Yudha, Hukum Perjanjian Azas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, Yogyakarta: Laksbang Mediatama, 2008.

Koenjtraranigrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997.

Lubis, M. Soly,Filsafat Ilmu dan Penilitian,Bandung: Mandar Maju, 1994.

Marzuki, Peter Mahmud,Batas-Batas Kebebasan Berkontrak, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007.

Mertokusumo, Sudikno,Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta: Liberty, 1993. _____________,Mengenal Hukum, Suatu Pengantar, Yogyakarta: Liberty 2003. Miru, Ahmadi,Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2007.

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, cetakan keempatbelas, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001.

Muhammad, Abdulkadir, Hukum Acara Perdata Indonesia. Bandung: Alumni, Bandung, 1978.

Muljadi Kartini, dan Gunawan Widjaja. Seri Hukum Perikatan: Perikatan Pada Umumnya.Jakarta: Raja Grafindo, 2003.

Mustama, Rommy E, Win-Win Solution Dalam Penyelesaian Permasalahan Bisnis, Yogyakarta: Pelita Ilmu, 2006.

Propenas 2000-2004, UU No. 25 tahun 2000 Tentang Program Pembangunan Nasional Tahun 2000-2004, Jakarta : Sinar Grafika, 2001.


(4)

Rajagukguk, Erman, Kontrak Dagang Internasional Dalam Praktak di Indonesia, Jakarta: UI Press, 1994.

Royen, Uti Ilmu, Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja/ Buruh Outsourcing (Studi Kasus Di Kabupaten Ketapang), Tesis, rogram Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang, 2009.

Rusli, Hadijan, Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law, Jakarta: Sinar Harapan, 1998.

Satrio, J.Hukum Perikatan (Perikatan Pada Umumnya), Bandung: Citra Aditya Bakti, Bandung. 1993.

Shippney. Karla C, Menyusun Kontrak Bisnis Internasional , Ahli Bahasa Hesti Widyanungnum, Jakarta: PPM, 2001.

Singarimbun, Masri dkk,Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, 1989. Soekanto, Soerjono,Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 2008. Soeroso, R.Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta : Sinar Grafika, 2006.

Sogar, Simamora, Y. Prinsip Hukum Kontrak Dalam Pengadaan Barang dan Jasa oleh Pemerintah (Disertasi), Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga, Surabaya, 2005.

Subekti, R.Aneka Perjanjian, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995. ___________,Hukum Perjanjian, Jakarta: Pembimbing Masa, 1980.

Suharnoko, Hukum Kontrak Dalam Perspektif Komparatif, Denpasar: Pustaka Larasan, 2012.

__________, Hukum Perjanjian (Teori Analisa dan Kasus), Jakarta: Prenada Media, 2004.

Sumantri, Jujun S.Suria, Filsafat Hukum Suatu Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002.

Suryabrata, Sumadi,Metodologi Penelitian, Jakarta:Raja Grafindo, 1998.


(5)

Wibowo, Basuki Rekso, Penyelesaian Sengketa Bisnis di Luar Pengadilan, Jakarta: Dian Citra, 2007.

Zainuddin, Muhammad, Alternatif Penyelesaian Sengketa, Bandung: Mitra Pengetahuan, 2009.

B. Perundang-Undangan: KUH Perdata

Putusan Mahkamah Agung No. 413 K/Pdt/2012

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan

UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

C. Internet:

Answers. Yahoo, “Apakah Pengertian Supplier”, http://id.answers.yahoo.com/ question/index?qid=20090521204513AAtMJCO

Brumer, Ari, “Force Majeure–A Trap to Avoid in a Data Center Contract”, http://datacentermarketplace.com/portals/11/documents/force_majeure_article .pdf.

Hukumonline.com,“wanprestasidanakibathukumnya”

http://www.hukumonline.com/wanprestasi,diakses tanggal 23 januari 2014 Kesimpulan.Com, “Alternatif Penyelesaian Sengketa melalui Jalur Non Ligitasi”,

http://www.kesimpulan.com/2009/04/alternatif-penyelesaian-sengketa.html. Lesaman, Stanley, “Hukum Indonesia”, http: //hukum Indonesia

laylay.blogspot.com/2012/02/asas-asas-perjanjian.html.

Marulloh, “Penyelesaian Sengketa Perusahaan Secara Litigasi”, http://marullohtek


(6)

Online.com, Hukum, “Aturan Pengenaan Bunga Kepada Debitur yang Lalai”, http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt505747d665ed5/aturan-pengena an-bunga-kepada-debitur-yang-lalai-.

PTPN II.com, Profil Perusahaan”,

http://ptpn2.com/main/index.php/tentangkami/profilperusahaan.

Shvoong.com. “Pengertian Criteria Supplier-Selection”. http://id.shvoong.com/

writing-and-speaking/presenting/2131795-pengertian-criteria-supplier-selection/.

Wordpress.Com, “Hukum Perikatan”, http://wonkdermayu.wordpress.com/kuliah-hukum/aneka-perjanjian/.