yaitu 0,987 gml. Akan tetapi bila dibandingkan dengan densitas MESA pasca aging pada kombinasi perlakuan suhu aging 100 dan 120°C dengan lama aging
30, 45 dan 60 menit, mempunyai kecenderungan terjadinya penurunan nilai densitas.
Gambar 24 Grafik hubungan antara suhu dan lama aging terhadap densitas MESA suhu aging
80°C,
100°C
S
120°C Pada Gambar 24 terlihat bahwa perlakuan suhu aging yang lebih tinggi
dan waktu aging yang lebih lama cenderung menurunkan densitas MESA pasca aging. Kenaikan suhu dan lama aging berpengaruh terhadap gaya kohesi tarik
menarik antar molekul pada cairan dimana dengan meningkatnya suhu dan lama aging akan mengurangi gaya kohesi dan meningkatkan perubahan molekul di
dalamnya termasuk melemahnya ikatan C-S sehingga SO
3
terlepas yang mengakibatkan massa persatuan volume berkurang yang menyebabkan densitas
menurun. Sifat densitas sangat erat kaitannya dengan viskositas yaitu tahanan aliran
fluida yang merupakan gesekan antara molekul-molekul cairan satu dengan yang lainnya. MESA yang mempunyai densitas rendah mempunyai viskositas yang
encer. Suhu tinggi menyebabkan melemahnya ikatan antara molekul atau bahkan degradasi yang mengakibatkan pemutusan ikatan antar molekul pada suatu jenis
cairan. Hal ini menyebabkan kerapatan massa berkurang, hal ini berimplikasi terhadap menurunnya densitas dan viskositas kekentalan.
0.950 0.960
0.970 0.980
0.990 1.000
30 40
50 60
D e
nsi tas MESA
gm l
Lama Aging Menit
4.4.7 Warna MESA
Pengukuran warna MESA dilakukan dengan pembacaan absorbansi pada spektrofotometer. Absorbansi MESA diukur pada panjang gelombang 420 nm.
nilai absorbansi yang tertera dicatat. Warna Klett dihitung dengan mengkalikan nilai absorbansi dengan 1000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna MESA
berkisar antara 556 – 708 Klett. Data warna MESA selengkapnya disajikan pada Lampiran 10a.
Hasil analisis ragam α=0,05 terhadap suhu dan lama aging menunjukkan
bahwa suhu dan lama aging berpengaruh nyata terhadap warna MESA pasca aging sedangkan interaksi antara suhu dan lama aging tidak berpengaruh nyata
terhadap warna MESA pasca aging. Hasil analisis ragam terhadap warna MESA disajikan pada Lampiran 10b.
Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa warna MESA pada perlakuan suhu aging 80°C 600,08 Klett berbeda nyata dengan warna MESA suhu aging
100°C 639,75 Klett dan warna MESA pada suhu aging 120°C 690,5 Klett. Lama aging 30 menit 621,17 Klett, berbeda nyata dengan perlakuan lama aging
45 menit 649,75 Klett dan lama aging 60 menit 659,42 Klett, sedangkan perlakuan lama aging 45 dan 60 menit tidak berbeda nyata. Hasil analisis uji
lanjut Duncan terhadap suhu dan lama aging selengkapnya disajikan pada Lampiran 10c dan 10d.
Warna MESA pasca aging meningkat seiring dengan peningkatan suhu dan lama aging. Grafik pengaruh suhu dan lama aging terhadap warna MESA
pasca aging dapat dilihat pada Gambar 25
Gambar 25 Grafik pengaruh suhu dan lama aging terhadap warna MESA suhu aging
80°C,
100°C
S
120°C
100 200
300 400
500 600
700 800
20 40
60 80
Warna MESA Klett
Lama Aging Menit
Warna MESA pasca aging terendah diperoleh dari kombinasi perlakuan suhu aging 80°C dengan lama aging 30 menit yaitu 566 Klett, sedangkan warna
MESA pasca aging tertinggi diperoleh dari kombinasi perlakuan suhu aging 120°C dengan lama aging 60 menit yaitu 705 klett. Warna MESA pasca aging
pada kombinasi perlakuan suhu aging 80, 100 dan 120°C dengan lama aging 30, 45 60 menit, mempunyai kecenderungan meningkat bila dibandingkan dengan
warna MESA sebelum aging yaitu 517 Klett. Berdasarkan Gambar 25 dapat dilihat bahwa warna MESA mempunyai
kecenderungan untuk meningkat seiring dengan peningkatan suhu dan lama aging. Menurut Robert et al. 2008 proses aging MESA pasca sulfonasi menyebabkan
warna MESA menjadi gelap hitam. Tingginya intensitas warna MESA yang dihasilkan juga dapat dikaitkan dengan nilai bilangan iod bahan baku metil ester
stearin yang digunakan. Pada penelitian ini bilangan iod metil ester stearin sekitar 2,9 cg Ig ME. Tingginya bilangan iod akan menyebabkan intensitas warna MES
menjadi gelap. Chemithon menggunakan 5 bahan baku dalam pembuatan MES yaitu minyak kelapa, stearin sawit, PKO, tallow dan minyak kedelai. Bilangan iod
minyak kelapa, stearin sawit, dan tallow berkisar antara 0,1-0,3 cg Ig ME dan dihasilkan produk dengan warna 30-180 Klett, sedangkan untuk PKO dan minyak
kedelai dengan bilangan iod yang lebih tinggi dari 0,3 cg Ig ME yaitu berkisar antara 1,1 – 1,4 cg Ig ME dihasilkan produk dengan warna lebih gelap yaitu 310-
410 Klett. Warna gelap dikarenakan reaksi gas SO
3
terhadap metil ester stearin sehingga terbentuk senyawa polisulfonat yang memiliki ikatan rangkap
terkonjugasi pada strukturnya Yamada dan Matsutani 1996, Robert et al. 2008. Menurut Yamada dan Matsutani 1996 Ikatan rangkap memberikan peranan
penting pada pembentukan senyawa pembentuk warna gelap, khususnya ikatan rangkap terkonjugasi. Pada pembentukan warna, ikatan rangkap terkonjugasi
berperan sebagai kromofor, yaitu gugus fungsi yang dapat menyerap gelombang elektromagnetik pada senyawa pemberi warna.
Reaksi utama yang terjadi adalah konversi senyawa sulfonat anhidrid menjadi MESA dan SO
3
yang bereaksi dengan ME yang belum terkonversi. Mekanisme reaksi yang terjadi yaitu melalui reaksi bolak-balik pembentukan