30
2.3.3 Kehidupan Ekonomis dalam Kebudayaan Indonesia
Kehidupan ekonomi antarsuku bangsa di Indonesia memperlihatkan perbedaan yang sangat besar jika dibandingkan dengan sifat kebudayaan yang
bersifat universal. Kebutuhan hidup orang Jawa akan berbeda dengan kebutuhan hidup orang Batak maupun orang Irian. Hal ini dikarenakan cara kerja yang dilakukan
berlainan sehingga hasil yang akan didapatkan pun berbeda. Secara ilmu kebudayaan tidaklah tepat menamakan kebudayaan Indonesia itu
rendah nilai ekonominya, seperti yang biasa dinyatakan oleh bangsa-bangsa Barat. Sebab hal itu berarti memakai ukuran bangsa-bangsa Barat yang memang tingkat
ekonominya lebih maju. Tetapi dapat dipahami bahwa apabila Indonesia ingin terus bertahan dan mengejar ketinggalan dalam bidang ekonomi, maka mulai sekarang
ukuran yang dipakai adalah ukuran bangsa-bangsa Barat Fiescher, 1980:176. Perbedaan yang mencolok antara bangsa-bangsa Timur dan Barat adalah
mengenai keadaan pedesaan yang masih tertutup dari pengaruh luar daerah. Dalam persekutuan-persekutuan daerah yang jarang penduduknya, yang dirasa cukup
berbeda dengan daerah di tempat lain yang sudah lebih modern. Adanya kewajaran yang bersifat religio magis merupakan faktor utama yang menghambat pengaruh luar.
Pertanian, perikanan, pembangunan rumah, dan lain-lain semuanya berlaku seperti yang telah dilakukan oleh nenek moyang.
Dalam lingkungan daerah yang masih berlaku sistem religio magis, maka pelanggaranpenyimpangan terhadap sistem itu tidak dibenarkan, walaupun secara
ekonomis bangsa-bangsa Barat menganggap hal itu wajar-wajar saja. Juga upacara magis dan religius yang selalu diajarkan kepada kita, yang berhubungan dengan
31
kegiatan ekonomi, tidak dapat ditinggalkan dan disangkal, walaupun kita menganggap sebagai hambatan dan beban bagi suatu perkembangan ekonomi yang
sehat. Apabila masyarakat dalam tindakannya yang ekonomis dihalangi oleh tradisi
yang bersifat religio magis, maka tidaklah heran bila masyarakat tersebut akan tertinggal dari daerah yang lain. Sehingga kita harus mulai belajar dari bangsa-bangsa
Barat, bahwa untuk melakukan tindakan dan kegiatan ekonomi, kita harus mempelajari hal-hal yang baru dan bersikap ekonomis. Walupun begitu, tradisi yang
sudah terlanjur melekat tidak kita hilangkan sama sekali.
2.4 Kerangka Teoritik