Deskripsi Umum mengenai Pasar Kliwonan

50 Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa sektor perdagangan menempati urutan ketiga dalam jenis mata pencaharian yang ada di Kabupaten Batang. Seperti kota-kota lain di Jawa Tengah, maka sektor pertanian masih menjadi mata pencaharian umum yang dilakukan oleh masyarakat. Walaupun begitu, sektor perdagangan juga menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang tertarik untuk menjalaninya. Apalagi dengan adanya Tradisi Pasar Kliwonan, setiap bulannya masyarakat yang ingin berjualan di sana semakin banyak. Sehingga ada kebijakan baru yang memperbolehkan masyarakat untuk berjualan di sekitar alun-alun. Hal ini dilakukan agar keinginan masyarakat yang ingin berjualan di Pasar Kliwonan dapat terpenuhi. Banyaknya jumlah mata pencaharian yang dimiliki oleh masyarakat Kabupaten Batang membuktikan bahwa tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya peningkatan kesejahteraan hidup semakin tinggi. Sarana kesehatan merupakan bagian yang sangat penting dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Pada tahun 2003 sarana kesehatan yang ada di Kabupaten Batang adalah Puskesmas 21 buah, Puskesmas Pembantu 44 buah, Balai Pengobatan Umum 9 buah, dan Rumah Sakit Umum 1 buah. Semua sarana kesehatan yang ada terus meningkatkan kinerja dan pelayanan kepada masyarakat sehingga diharapkan tingkat kesehatan masyarakat terus membaik.

4.1.3 Deskripsi Umum mengenai Pasar Kliwonan

Tradisi Pasar Kliwonan di Kabupaten Batang terjadi setiap 35 hari atau “selapan dina” menurut perhitungan Jawa. Bagi masyarakat Batang keberadaan tradisi ini mempunyai makna tersendiri karena erat kaitannya dengan sejarah berdirinya Kota Batang. Tradisi ini mencakup hari Kamis Wage dan malam Jumat 51 Kliwon serta hari Jumat Kliwonnya. Pada masa lalu, malam Jumat Kliwon merupakan waktu pelaksanaan pengobatanpenyembuhan bagi orang-orang yang sakitterkena guna-guna. Tempatnya di depan Masjid Jami’ yaitu di alun-alun yang merupakan pusat kota. Biasanya waktu penyembuhan ditonton oleh banyak orang yang tertarik untuk melihat. Orang yang melakukan penyembuhan biasanya melakukan kauljanji apabila sembuh nanti. Dalam proses penyembuhan orang itu membuang pakaian yang bekas dipakai untuk membuang penyakit yang melekat. Keterangan ini di ungkapkan oleh Bapak Sudarmanto 50 tahun, seorang guru SD dan tokoh masyarakat dalam wawancara tanggal 19 Desember 2004 sebagai berikut: “Dahulu Tradisi Pasar Kliwonan digunakan sebagai waktu yang baik untuk mengobati orang yang sakit, khususnya orang yang terkena guna-guna. Orang yang sakit datang ke alun-alun untuk menyembuhkan diri dengan dibantu oleh seseorang yang mempunyai ilmu tertentu. Orang itu dipercaya dapat menyembuhkan orang yang datang kepadanya. Dalam pelaksanaannya, terjadi percampuran antara tradisiadat istiadat dengan ajaran Islam”. Kemudian orang itu membagikan “jadah pasar” berbagai jenis jajanan tradisional yang biasanya dijual di pasar dan uang logam kepada orang–orang yang menonton agar di kemudian hari ia mendapatkan rejeki. Tahapan selanjutnya adalah acara guling badan di hamparan rumput yang hijau serta terakhir membasuh muka di Masjid Jami’. Seiring dengan berjalannya waktu, peristiwa yang semestinya berjalan dengan sakral telah beralih fungsi menjadi kegiatan yang bersifat menghibur karena sekarang banyak orang yang berjualan di alun-alun. Selain itu, orang yang datang untuk berobat pun semakin jarang dan bahakan mungkin sekarang sudah tidak ada lagi. Sehingga di malam Jumat Kliwon terjadi keramaian yang disebabkan oleh 52 adanya pasar malam yang semestinya menjadi tempat penyembuhanpengobatan bagi orang yang sakit. Dikatakan ada percampuran antara tradisiadat istiadat dengan ajaran agama Islam karena pada waktu itu orang yang bertugas melakukan pengobatan menggunakan semacam upacara ritual dengan memakai sesaji dan doa-doa tertentu. Dalam pelaksanaannya upacara pengobatan itu dilakukan di alun-alun yang terletak persis di depan Masjid Jami Batang. Setelah upacara ritual yang sarat oleh suasana mistik dan magis itu selesai, maka orang yang sakit itu diwajibkan untuk membasuh mukamandi di Masjid Jami. Hal ini dilakukan agar sisa-sisa penyakit yang masih melekat di tubuh dapat hilang sama sekali. Dalam wawancara yang telah dilakukan, Bapak Sudarmanto mengatakan tidak tahu apakah hal ini bertentangan dengan ajaran agama Islam yang merupakan agama mayoritas di Kabupaten Batang. Yang jelas bahwa kegiatan ritual itu sudah sejak dulu dilakukan oleh masyarakat, walaupun sekarang kegiatan itu sudah mengalami pergeseran fungsi yang cukup drastis. Walaupun begitu, pada malam Jumat Kliwon selalu dilakukan 2 peristiwa penting yaitu nyekar dan kegiatan pada malam Jumat Kliwonnya. 1. Nyekar Sebagai layaknya masyarakat Jawa, pada hari Kamis Wage sore banyak orang yang berziarah ke makam anggota keluarga atau leluhurnya, untuk nyekar dan mengirim doa. Secara umum nyekar dapat diartikan sebagai mengunjungi makam keluarga atau leluhur untuk menabur bunga dan mengirim doa. Biasanya mereka pergi ke makam bersama keluarga atau rombongan. Di sana selain mengirim doa juga membersihkan batu nisan milik anggota keluarga yang telah meninggal itu. 53 Sementara malamnya beberapa kalangan terutama para tetua mengadakan acara nyepi, baik dilakukan di rumah kediaman atau tempat-tempat yang dianggap keramat, bertuah, hening, dan mempunyai unsur gaibnya. 2. Malam Jumat Kliwon Setelah sorenya melakukan nyekar ke makam, maka pada malam harinya masyarakat berbondong-bondong pergi ke alun-alun untuk menikmati Pasar Kliwonan yang terjadi setiap 35 hari itu. Di sana banyak pedagang yang berjualan barang-barang, misalnya makanan, minuman, kerajinan, pakaian, dan lain sebagainya yang harganya terjangkau. Dalam pelaksanaannya, suasana mistik masih dapat dijumpai, antara lain adanya sugestikepercayaan bahwa apabila seseorang berjualan di Pasar Kliwonan maka sesudah malam itu dagangannya akan selalu laris terjual. Oleh sebab itu, pedagang yang datang tidak hanya berasal dari dalam kota saja, tetapi banyak juga yang dari luar kota. Selain itu, ada juga anggapan bahwa apabila seseorang belum mendapatkan jodohpasangan, maka dengan pergi ke alun-alun pada malam Jumat Kliwon jodohpasangannya akan dekat. Entah anggapan itu benar atau tidak tetapi banyak orang yang masih mempercayainya. Terlepas dari suasana mistiknya, tradisi Pasar Kliwonan memang mempunyai arti dalam sejarah berdirinya Kota Batang. Bagi masyarakat yang masih percaya dan mematuhi adat memegang teguh adat dalam acara di alun-alun tersebut digunakan untuk ngluwar kaul suatu janji tertentu apabila seseorang terbebas dari marabahayapenyakittercapai cita- citanya. Tradisi ini telah berjalan lama, sama lamanya dengan kehadiran Kabupaten Batang dalam peta nusantara. 54 Selain di alun-alun, tradisi malam Jumat Kliwon juga dapat dilakukan di Sungai Kramat. Sungai Kramat merupakan sungai yang bersejarah di Kabupaten Batang. Bupati Batang ke II Mandurarejo dengan kelihaiannya memberikan semacam sugesti. Dimana peziarah yang mau pergi ke Sungai Kramat dan sekurang-kurangnya membasuh wajah dengan air sungai tersebut, akan didoakan banyak rejeki. Di tempat ini masyarakat dapat mengenang dan menghayati nilai-nilai perjuangan para pendiri Kabupaten Batang, serta mengikuti jejak suri tauladan dari para tokoh panutanpujaan yang telah almarhum, dimana petilasan serta makamnya dipercaya banyak terdapat di kawasan ini. Berkenaan dengan itu, maka peziarah dari waktu ke waktu semakin bertambah, apalagi sekarang ditunjang dengan aneka hiburan, serta sarana dan prasarana yang memadai. Sehingga diharapkan selain melestarikan nilai-nilai perjuangan para leluhur juga dapat menambah pandapatan Pemda Kabupaten Batang serta kesejahteraan masyarakat setempat.

4.1.4 Pelaksanaan Pasar Kliwonan di Kabupaten Batang