D. Kerangka Teori dan Konseptual
1. Kerangka Teori
Kerangka pemikiran merupakan adalah abstraksi hasil pemikiran atau kerangka
acuan atau dasar yang relevan untuk pelaksanaan suatu penelitian ilmiah, khususnya penelitian hukum. Berdasarkan pernyataan di atas maka teori yang
digunakan untuk menjawab permasalahan pertama dalam penelitian ini adalah: a.
Dasar Pertimbangan Hukum Hakim dalam Menjatuhkan Pidana Hakim merupakan pelaksana kekuasaan kehakiman yang mempunyai kewenangan
dalam peraturan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan hal ini dilakukan oleh hakim melalui putusannya. Fungsi hakim adalah memberikan
putusan terhadap perkara yang diajukan, di mana dalam perkara pidana, hal itu tidak terlepas dari sistem pembuktian negatif, yang pada prinsipnya menentukan
bahwa suatu hak atau peristiwa atau kesalahan dianggap telah terbukti, di samping adanya alat-alat bukti menurut undang-undang juga ditentukan keyakinan hakim
yang dilandasi denganintegritas moral yang baik.
5
Kebebasan hakim dalam memeriksa dan mengadili suatu perkara merupakan
mahkota bagi hakim dan harus tetap dikawal dan dihormati oleh semua pihak tanpa kecuali, sehingga tidak ada satu pihak yang dapat menginterpensi hakim
dalam menjalankan tugasnya tertentu. Hakim dalam menjatuhkan putusan harus mempertimbangkan banyak hal, baik itu yang berkaitan dengan perkara yang
sedang diperiksa, tingkat perbuatan dan kesalahan yang dilakukan pelaku, kepentingan pihak korban, keluarganya dan rasa keadilan masyarakat.
5
Ahmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Persfektif Hukum Progresif, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlm.103.
Ketentuan Pasal 7 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 berisi bahwa pada tingkat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan perkara anak di Pengadilan
negeri wajib diupayakan diversi. Pasal 7 Ayat 2 berisi bahwa diversi sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 dilaksanakan dalam hal tindak pidana yang
dilakukan: a diancam dengan pidana penjara di bawah 7 tujuh tahun; dan bukan merupakan pengulangan tindak pidana.
Bentuk-bentuk pidana pokok bagi anak yang melakukan tindak pidana diatur
dalam Pasal 71 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 :
1 Pidana peringatan
2 Pidana dengan syarat, yang terdiri atas: pembinaan di luar lembaga, pelayanan
masyarakat, atau pengawasan 3
Pelatihan kerja 4
Pembinaan dalam lembaga 5
Penjara
Hakim dalam hal menjatuhkan pidana kepada terdakwa sesuai Pasal 183 KUHAP, harus disertai dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, sehingga
hakim memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan terdakwalah yang bersalah melakukannya. Pasal 184 KUHAP menjelaskan bahwa
alat bukti sah yang dimaksud adalah: a Keterangan Saksi; b Keterangan Ahli; c Surat; d. Petunjuk; e Keterangan Terdakwa, atau hal yang secara umum
sudah diketahui sehingga tidak perlu dibuktikan. Menurut Mackenzie, ada beberapa teori atau pendekatan yang dapat dipergunakan
oleh hakim dalam penjatuhan putusan dalam suatu perkara, yaitu sebagai berikut: