C. Visi dan Misi
1. Visi
“Menjadi organisasi yang secara terus menerus mengembangkan diri dan memberikan kemanfaatan kepada anggotanya serta berperan aktif dalam gerakan
koperasi dengan berpegang teguh pada nilai-nilai dan prinsip-prisip koperasi”. 2.
Misi 1.
Mewujudkan SDM anggota yang memahami dan menjalankan fungsi dan perannya sebagai pemilik,pelanggan,dan partisipasi aktif di koperasi.
2. Meringankan beban ekonomi dan meningkatkan daya beli anggota.
3. Menyediakan kebutuhan masyarakat.
4. Menciptakan kondisi aman dan tertib dengan mendukung kinerja organisasi.
5. Mewujudkan hubungan yang harmonis baik internal maupun eksternal
dengan meningkatkan kualitas intensitas informasi tentang koperasi.
D. Prinsip Koperasi
Prinsip koperasi merupakan pedoman dalam menjalankan koperasi tersebut. Adapun prinsip dari KOPPOSINDO yaitu salah satunya bersifat terbuka,
efisiensi ekonomi dari perusahaan koperasi, dan prinsip pembagian SHU agar tercermin dengan azas keadilan, demokrasi, transparansi, dan sesuai dengan
prinsip – prinsip koperasi. Berikut adalah analisis dari pembagian SHU : 1.
SHU anggota adalah jasa dari modal dan transaksi usaha yang dilakukan sendiri
2. Pembagian SHU anggota dilakukan secara transparan.
3. SHU anggota dibayar secara tunai.
Pada koperasi ini laba merupakan salah satunya aspek yang dicari tapi laba bukanlah satu – satunya yang dicari, melainkan juga aspek pelayanan.
E. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan salah satu unsur terpenting dalam suatu organisasi atau perusahaan. Fungsi struktur organisasi diantaranya adalah untuk
pembagian wewenang, menyusun pembagian kerja dan merupakan suatu sistem komunikasi. Dengan demikian kegiatan yang beraneka ragam dalam suatu
perusahaan disusun secara teratur sehingga tujuan usaha yang telah ditetapkan sebelumnya dapat tercapai dengan baik.
Dalam penerapannya struktur organisasi dari suatu perusahaan selalu berbeda – beda antara yang satu dengan yang lainnya. Untuk menetapkan suatu
stuktur organisasi harus dilihat sesuai dengan jenis perusahaan dan lingkup kebutuhan perusahaan yang menggunakannya.
Adapun struktur organisasi yang dipergunakan Koperasi Karyawan PT. Pos Indonesia Pematang Siantar adalah struktur organisasi garis, yang pelimpahan
wewenangnya berlangsung secara vertikal yaitu dari pimpinan tertinggi kepada para bagian atau departemen yang bersangkutan. Dengan adanya struktur
organisasi yang memisahkan fungsi dengan jelas, maka dapat diperoleh keuntungan sebagai berikut :
1. Terciptanya arus komunikasi yang baik dalam perusahaan. 2. Terhindarnya konflik dalam pelaksanaan kegiatan kerja.
3. Mendapatkan ketegasan fungsi dan tanggung jawab dari masing – masing karyawan.
4. Terwujudnya hubungan yang harmonis antar karyawan dalam perusahaan Adapun struktur organisasi Koperasi Karyawan PT. Pos Indonesia
Pematang Siantar adalah sebagai berikut :
GAMBAR 3.1 STRUKTUR ORGANISASI
KOPERASI KARYAWAN PT. POS INDONESIA PERSERO PEMATANG SIANTAR
Sumber : Koperasi Karyawan PT. Pos Indonesia Persero Pematang Siantar
Adapun tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian yang ada dalam struktur organisasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Dewan Penasehat
Kedudukan, tugas dan hak Dewan Penasehat adalah : 1.
Apabila diperlukan, pengurus dapat mengangkat Dewan Penasehat dari pejabat di Kantor Pusat PT.Pos IndonesiaPersero atas persetujuan Rapat
Anggota. 2.
Memberikan saran atau pendapat kepada pengurus untuk kemajuan koperasi, baik diminta maupun tidak diminta tetapitidak mengikat pengurus.
3. Dewan Penasehat dapat menghadiri Rapat Anggota atau Rapat Pengurus dan
mempunyai hak berbicara tetapi tidak mempunyaihak suara. 4.
Dewan Penasehat tidak menerima gaji, akan tetapi dapatdiberikan uang jasa sesuai keputusan Rapat Anggota.
5. Apabila terdapat persoalan – persoalan yang dihadapi koperasi atau
koperasi memerlukan bantuan perusahaan untuk kemajuan usahanya, hal tersebut dapat dikoordinasikan kepada Dewan Penasehat.
2. Pengurus
Tugas dan kewajiban pengurus adalah : 1.
Menyelenggarakan dan mengendalikan usaha koperasi. 2.
Melakukan seluruh perbuatan hukum atas nama koperasi. 3.
Mewakili koperasi di dalam dan di luar pengadilan. 4.
Mengajukan rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi.
5. Menyelenggarakan rapat anggota serta mempertanggung jawabkan
pelaksanaan tugas pengurusannya. 6.
Memutuskan menerima anggota baru, penolakan anggota serta pemberhentian anggota.
7. Membantu pelaksanaan tugas pengawasan dengan memberikanketerangan
dan memperlihatkan bukti – bukti yang diperlukan. 8.
Memberikan penjelasan dan keterangan kepada angota mengenai jalannya organisasi dan usaha koperasi.
9. Memelihara kerukunan diantara anggota dan mencegah segala hal yang
menyebabkan perselisihan. 10.
Menanggung kerugian koperasi sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam anggaran dasar ini.
11. Menyusun ketentuan mengenai tugas, wewenang dantanggung jawab
Anggota Pengurus serta ketentuan mengenai pelayanan terhadap anggota. 12.
Meminta jasa audit kepada Koperasi Jasa Audit atau Akuntan Publik yang biayanya ditanggung oleh koperasi dan biaya audit tersebut dimasukkan
dalam Anggaran Biaya Koperasi. 13.
Pengurus atau salah seorang yang ditunjuknya berdasarkan ketentuan yang berlaku dapat melakukan tindakan hukum yang bersifat pengurusan dan
pemilihan dalam batas – batas tertentu berdasarkan persetujuan tertulis dari keputusan Rapat Pengurus dan Pengawas.
3. Dewan Pengawas
Tugas dan kewajiban Dewan Pengawas adalah : 1.
Pengawas bertugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi setiap 3 bulan sekali dan
sekurang-kurangnya 6 bulan sekali. 2.
Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasan dan disampaikan kepada Pengurus, Anggota dan Pemerintah.
3. Dewan Pengawas dapat meminta bantuan Jasa Audit kepada Akuntan
Publik Koperasi Jasa Audit dengan persetujuan Pengurus. 4.
Biaya Jasa Audit ditanggung oleh Koperasi dan dianggarkan dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi.
5. Dewan Pengawas berkewajiban membantu pengurus dalam meberikan
penjelasan tentang keadaan koperasi di luar maupun di dalam rapat Anggota dan merahasiakan hasil pengawasan pemeriksaannya selain kepada
Pengurus dan Rapat Anggota sertapihak yang berhak melakukan pemeriksaan atas Koperasi.
13
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan
1. Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan merupakan salah satu dari sistem manajemen secara keseluruhan. Manajemen yang baik akan mampu membuat perusahaan
mencapaian tujuan perusahaan atau organisasi, sebaliknya kurang baiknya dalam manajemen keuangan akan mengakibatkan terganggunya operasi perusahaan
secara keseluruhan dan akhirnya akan menghambat pencapaian tujuan perusahaan. Menurut Syahyunan 2013:1 Manajemen keuangan merupakan
keseluruhan aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan usaha untuk mendapatkan dana obtaining of funds yang diperlukan dengan biaya yang
minimal dan syarat-syarat yang paling menguntungkan beserta usaha untuk menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut seefisien mungkin.
Dapat disimipulkan bahwa manajemen keuangan adalah manajemen untuk fungsi-fungsi pembelanjaan. Dalam manajemen terdapat unsur-unsur
perencanaan, pengarahan, dan pengendalian. Berhubungan dengan itu, maka perlu ada perencanaan dan pengendalian yang baik pada dana.
2. Fungsi Manajemen Keuangan
Fungsi manajemen keuangan yaitu memberikan suatu keputusan, utamanya yang memberikan keputusan yaitu manajer keuangan atau direktur. Keputusan
keuangan ini diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari untuk memperoleh laba. Laba yang diperoleh diharapkan mampu meningkatkan nilai perusahaan
yang tercemin pada tingginya kesejahteraan karyawan sampai kemakmuran pada pemegang saham. Ada 3 tiga keputusan dalam manajemen keuangan yaitu:
a Keputusan Investasi investment decision
Keputusan investasi merupakan keputusan terpenting dari keputusan lainnya dalam hubungannya dengan peningkatan nilai perusahaan. Dengan demikian
manajer keuangan dalam menjalankan fungsi penggunaan dana harus selalu mencari alternatif-alternatif investasi untuk kemudian dianalisis, dan dari
hasil analisis itu harus diambil keputusan alternatif investasi mana yang akan dipilih. Dengan kata lain, manajer keuangan harus mengambil keputusan
investasi. b
Keputusan Pendanaan financing decision Keputusan pendanaan sebuah perusahaan adalah keputusan tentang
bagaimana memperoleh dana untuk membiayai investasi. c
Kebijakan Dividen dividen policy Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi
di masa yang akan datang. B.
Laporan Keuangan Perusahaan dan Kinerja Keuangan 1.
Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Menurut Munawir 2010:5, pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari
neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas. Neraca
menunjukkanmenggambarkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Sedangkan perhitungan laporan laba-rugi
memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta beban yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan ekuitas menunjukkan
sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan.
Menurut Harahap 2009:105, laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu
tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah neraca, laporan laba-rugi atau hasil usaha, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas,
laporan posisi keuangan. Menurut Kasmir 2012:7 secara sederhana dikatakan bahwa laporan
keuangan adalah Laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.
Untuk membahas manajemen keuangan, tidak bisa terlepas dari laporan keuangan. Oleh karena itu, diperlukan dengan maksud untuk menyediakan
informasi keuangan suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan di dalam mengambil keputusan dan menilai kinerja
keuangan perusahaan. Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk mengetahui posisi
keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode ditujukan bagi
pengguna laporan keuangan diluar perusahaan untuk menilai dan mengambil keputusan yang bersangkutan dengan perusahaan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan untuk perusahaan terdiri dari laporan-laporan yang melaporkan posisi keuangan
perusahaan pada suatu waktu tertentu, yang dilaporkan dalam neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas,
dimana neraca menunjukkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas perusahaan. Laporan laba-rugi menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode tertentu.
Sedangkan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan.
Penyusunan laporan keuangan disiapkan mulai dari berbagai sumber data, terdiri dari faktur-faktur, bon-bon, nota kredit, salinan faktur penjualan, laporan
bank dan sebagainya. Data yang asli bukan saja digunakan untuk mengisi buku perkiraan, tetapi dapat juga dipakai untuk membuktikan keabsahan transaksi.
Laporan keuangan diharapkan disajikan secara layak, jelas, dan lengkap, yang mengungkapkan kenyataan-kenyataan ekonomi mengenai eksistensi dan
operasi perusahaan tersebut.
2. Jenis Laporan Keuangan
Laporan keuangan perusahaan menurut Standar Akuntansi Keuangan SAK terdiri dari 3 tiga laporan keuangan utama, yaitu:
a. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan berupa asset, kewajiban, dan ekuitas suatu perusahaan pada suatu saat tertentu.
b. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah ringkasan mengenai pendapatan dan beban biaya serta laba atau rugi yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu.
c. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan dana kas dan setara kas dan kebutuhan perusahaan dalam
memanfaatkan dana tersebut, yang diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
3. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia 2009:3, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Sedangkan menurut
Fahmi 2011:28, tujuan utama dari laporan keuangan adalah memberikan informasi keuangan yang mencakup perubahan dari unsur-unsur laporan keuangan
yang ditujukan kepada pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam menilai kinerja keuangan terhadap perusahaan di samping pihak manajemen perusahaan.
Para pemakai laporan akan menggunakannya untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai dampak keuangan yang timbul dari keputusan
ekonomis yang diambilnya. Informasi mengenai dampak keuangan yang timbul tadi sangat berguna bagi pemakai untuk meramalkan, membandingkan dan
menilai keuangan. Seandainya nilai uang tidak stabil, maka hal ini akan dijelaskan
dalam laporan keuangan. Laporan keuangan akan lebih bermanfaat apabila yang dilaporkan tidak saja aspek-aspek kuantitatif, tetapi mencakup penjelasan-
penjelasan lainnya yang dirasakan perlu. Dan informasi ini harus faktual dan dapat diukur secara objektif.
Beberapa tujuan laporan keuangan dari berbagai sumber di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Informasi posisi laporan keuangan yang dihasilkan dari kinerja dan aset
perusahaan sangat dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan, sebagai bahan evaluasi dan perbandingan untuk melihat dampak keuangan
yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya. 2.
Informasi keuangan perusahaan diperlukan juga untuk menilai dan meramalkan apakah perusahaan di masa sekarang dan di masa yang akan
datang sehingga akan menghasilkan keuntungan yang sama atau lebih menguntungkan.
3. Informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk
menilai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi perusahaan selama periode tertentu. Selain untuk menilai kemampuan perusahaan, laporan
keuangan juga bertujuan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi.
4. Penyajian Laporan Keuangan
Laporan keuangan disajikan untuk melihat kondisi keuangan pada setiap periode tertentu.
a. Laporan Neraca Koperasi Karyawan PT.Pos Indonesia Persero Pematang
Siantar per 31 Desember 2013 – 2014. Berikut ini Tabel Laporan Neraca Koperasi Karyawan PT.Pos Indonesia Persero Pematang Siantar per 31
Desember 2013 – 2014
TABEL 2.1 Koperasi Karyawan PT. Pos Indonesia Persero Pematang Siantar
NERACA Per 31 Desember 2013 dan 2014
KETERANGAN TAHUN
2013 2014
AKTIVA Aktiva Lancar
Kas 982.986
7.726.281 Piutang Simpan Pinjam
1.373.020.523 1.383.000.802
Piutang Sembako 25.004.350
26.055.850 Piutang Waserda
19.553.940 21.192.940
Piutang Jasa Simpan Pinjam 91.088.869
108.221.868 Persediaan Sembako
3.071.714 2.079.867
Persediaan Waserda 25.674.835
22.349.908
Total Aktiva Lancar 1.538.397.217
1.570.627.516 PENYERTAAN KE PKP-RI
18.756.372 20.472.372
Aktiva Tetap
Peralatan 940.000
6.040.000 TOTAL AKTIVA
1.558.093.589 1.597.139.888
KEWAJIBAN DAN EKUITAS Kewajiban
lancar
Utang Bunga Simpanan Berjangka 5.140.000
3.991.000 Simpanan Sukarela
245.226.721 281.884.219
Jasa Usaha 39.133.295
53.432.711 Jasa Modal
33.757.362 45.420.880
Simpanan Berjangka 514.000.000
399.100.000 Dana Pengurus
77.740 613.904
Dana Karyawan 3.149.904
4.167.986 Dana Pendidikan
2.141.216 2.659.298
Dana Pembangunan Daerah Kerja 779.368
838.409 Dana Sosial
2.282.774 3.541.815
Total Kewajiban 845.688.380
795.650.222
Ekuitas
Simpanan Pokok 2.931.500
2.911.000 Simpanan Wajib
617.118.401 712.637.149
Cadangan 41.993.665
52.065.994 SHU Tahun Berjalan
50.361.643 33.875.523
Total Ekuitas 712.405.209
801.489.666 TOTAL KEWAJIBAN DAN EKUITAS
1.558.093.589 1.597.139.888
Sumber : Koperasi Karyawan PT. Pos Indonesia Persero Pematang Siantar
b. Laporan Sisa Hasil Usaha Koperasi Karyawan PT.Pos Indonesia Persero
Pematang Siantar per 31 Desember 2013 – 2014.
TABEL 2.2 Koperasi Karyawan PT.Pos Indonesia Persero Pematang Siantar
Laporan Sisa Hasil Usaha Per 31 Desember 2013 dan 2014
KETERANGAN TAHUN
2013 2014
PENDAPATAN
Jasa Simpan Pinjam 246.212.310
250.761.457 Penjualan Waserda
75.684.100 64.947.000
Penjualan Sembako 49.714.000
46.605.000
Total Penjualan 125.398.100
111.552.000 Harga Pokok Penjualan
Persediaan Awal 26.796.408
28.746.549 Pembelian
109.181.940 90.759.200
Tersedia Untuk Dijual 135.978.348
119.505.749 Persediaan Akhir
28.746.549 24.429.775
Harga Pokok Penjualan 107.231.799
95.075.974 Laba Kotor Penjualan
18.166.301 16.476.026
TOTAL PENDAPATAN 264.378.611
267.237.483 BIAYA – BIAYA
Honor Karyawan 13.800.000
18.000.000 Biaya Simpanan Anggota
81.660.968 93.377.960
Biaya Simpanan Berjangka 60.700.000
55.330.000 Biaya ATKFotocopy
800.000 891.000
Biaya Badan Pemeriksa 4.800.000
7.200.000 Biaya Pengurus
10.800.000 14.400.000
Biaya RAT 36.356.000
38.965.000 Biaya Sewa Lahan
1.000.000 1.000.000
Biaya Rapat Pengurus 3.400.000
3.698.000 Biaya HUT Koperasi
700.000 500.000
JUMLAH BIAYA 214.016.968
233.361.960 SHU SEBELUM PAJAK
50.361.643 33.875.523
Pajak Penghasilan 5.036.164
3.387.552 SHU SETELAH PAJAK
45.325.479 30.487.971
Sumber : Koperasi Karyawan PT. Pos Indonesia Persero Pematang Siantar
5. Pengertian Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah gambaran setiap hasil ekonomi yang mampu diraih oleh perusahaan pada periode tertentu melalui aktivitas-aktivitas
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan secara efisien dan efektif, yang dapat diukur perkembangannya dengan mengadakan analisis terhadap data-data
keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan. Kinerja performance merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan pada perusahaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui
perencanaan strategis suatu organisasi. Kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisis dan mengevaluasi
laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan
kinerja di masa depan dan hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai seperti kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh
tempo.
6. Penilaian Kinerja Keuangan
Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan yang ditimbulkan sebagai akibat dari proses pengambilan keputusan
manajemen, merupakan persoalan yang kompleks karena menyangkut efektivitas dan efisiensi dari kegiatan perusahaan.
Jadi dalam menilai kinerja keuangan perusahaan, dapat digunakan suatu ukuran atau tolak ukur tertentu. Biasanya ukuran yang digunakan adalah rasio
atau indeks yang menghubungkan dua data keuangan. Adapun jenis perbandingan dalam analisis rasio keuangan meliputi dua bentuk yaitu membandingkan rasio
masa lalu, saat ini ataupun masa yang akan datang untuk perusahaan yang sama. Dan bentuk yang lain yaitu dengan perbandingan rasio antara satu perusahaan
dengan perusahaan lain yang sejenis.
C. Analisis Laporan Keuangan
1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Analisa laporan keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevalusi posisi keuangan dan hasil operasi
perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja
perusahaan pada masa mendatang. analisa laporan keuangan sebenarnya banyak
sekali menggunakan analisa rasio keuangan karena analisa ini lebih sering
digunakan dan lebih sederhana.
Analisis Laporan Keuangan merupakan penggunaan laporan keuangan untuk menganalisis posisi dan kinerja keuangan perusahaan serta untuk menilai
kinerja keuangan di masa depan.
Analisa Laporan Keuangan terdiri dari dua kata Analisa dan Laporan Keuangan. Untuk menjelaskan pengertian kata ini maka kita dapat
menjelaskannya dari arti masing-masing kata. Kata analisa adalah memecahkan atau menguraikan sesuatu unit menjadi berbagai unit terkecil. Sedangkan laporan
keuangan adalah Neraca, LabaRugi, dan Arus Kas Dana. Kalau dua pengertian ini digabungkan maka analisa laporan keuangan berarti:
Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai
makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data nonkuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam
yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat Sofian Syafri Harahap, 1998:190
2. Tujuan Analisis Keuangan
1. Investasi
Pada Saham Analisis resiko difokuskan pada kemampuan perusahaan melewati masa-masa sulit dan kemudian memproyeksikan kemampuan ini
untuk periode-periode masa yang akan datang.
2. Pemberian Kredit
Menilai kemampuan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman yang diberikan beserta bunga yang berkaitan dengan pinjaman tersebut.
3. Kesehatan Pemasok
Menganalisis profitabilias perusahaan pemasok, kondisi keuangan, kemampuan untuk menghasilkan kas untuk memenuhi operasinya sehari-
harinya, dan kemampuan membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo. 4.
Kesehatan Pelanggan Menilai kemampuan pelanggan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Analisis meliputi Besarnya kredit, jangka waktu kredit, jenis usaha pelanggan, besar kecilnya usaha pelanggan
5. Kesehatan perusahaan ditinjau dari karyawan
Memastikan apakah perusahaan yang akan dimasuki tersebut mempunyai prospek keuangan yang bagus. Faktor yang dianalisis adalah profitabilitas
perusahaan, kondisi keuangan perusahaan, dan kemampuan menghasilkan kas dari perusahaan.
6. Pemerintah
Menentukan besarnya pajak yang harus dibayarkan, menentukan tingkat keuntungan yang wajar bagi suatu industri, dan menganalisis layak
tidaknya perusahaan melakukan go public 7.
Analisis Internal Menentukan sejauh mana perkembangan perusahaan sebagai bahan
evaluasi prestasi manajemen, dan digunakan oleh manajemen sebagai
dasar dalam pengambilan keputusan dan perencanaan serta untuk evaluasi perubahan strategi
8. Analisis Pesaing
Menentukan sejauh mana kekuatan keuangan pesaing yang digunakan untuk penentuan strategi perusahaan misalnya penentuan harga, strategi
merebut pangsa pasar. 9.
Penilaian kerusakan Menentukan besarnya kerusakan yang dialami perusahaan dalam rangka
untuk mengganti kerugian Menurut Kasmir 2011:68, tujuan dari analisis laporan keuangan adalah:
1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode
tertentu, baik aset, kewajiban, ekuitas, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode.
2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi
kekurangan perusahaan. 3.
Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki. 4.
Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.
5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu
penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal. 6.
Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai.
D. Rasio – Rasio Keuangan
1. Pengertian Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan alat yang digunakan untuk menganalisis keuangan perusahaan untuk menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan
perbandingan data keuangan antara suatu pos dengan pos lainnya yang memiliki hubungan yang terdapat pada laporan keuangan suatu perusahaan.
Agar hasil perhitungan rasio dapat digunakan dengan baik, maka perkiraan yang dibandingkan harus memiliki hubungan ekonomis. Untuk menilai kinerja
perusahaan keseluruhan, maka sejumlah ratio harus diukur secara bersamaan. Karena, apabila hanya sebuah ratio keuangan tidak dapat menilai kinerja
perusahaan secara keseluruhan. Namun apabila hanya ingin menilai pada satu aspek saja, maka dengan hanya satu atau lebih dari satu rasio keuangan sudah
dianggap cukup. Apabila ingin melakukan analisis laporan keuangan dengan menggunakan
rasio-rasio keuangan, harus didasarkan pada laporan keuangan yang telah di audit oleh akuntan yang independen. Karena apabila laopran tersebut belum di audit
maka diragukan kebenarannya, sehingga analisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio keuangan tersebut dianggap kurang akurat.
Analisis rasio keuangan merupakan analisis yang paling sering dilakukan untuk menilai kondisi keungan dan kinerja perusahaan dibandingkan dengan alat
analisis keuangan lainnya. Analisis rasio memiliki beberapa keunggulan sebagai alat analisis, yaitu:
a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca
dan ditafsirkan. b.
Rasio merupakan pengganti yang cukup sederhana dari informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang pada dasarnya sangat rinci dan rumit.
c. Rasio sangat bermanfaat dalam pengambilan keputusan.
d. Dengan rasio lebih mudah untuk membandingkan suatu perusahaan terhadap
perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik. e.
Dengan rasio lebih mudah untuk melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.
Sebagai alat analisis keuangan, analisis rasio juga memiliki keterbatasan atau kelemahan. Berikut ini adalah beberapa keterbatasan atau kelemahan dari
analisis rasio keuangan: a.
Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industry dari perusahaan yang dianalisis, khususnya apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa
bidang usaha. b.
Perbedaan dalam metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan rasio yang berbeda pula, misalnya perbedaan dalam metode penyusutan aset tetap
atau penilaian persediaan. c.
Penggunaan tahun iskal yang berbeda juga dapat menghasilkan perbedaan analisis.
d. Kesesuaian antara besarnya hasil analisis rasio keuangan dengan standar
industry tidak menjamin bahwa perusahaan telah menjalankan aktivitasnya secara normal dan baik.
2. Jenis-jenis Laporan Keuangan
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka pendeknya. Rasio
likuiditas menjadi acuan seberapa kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban atau utang yang akan jatuh tempo.
TABEL 2.3 Standar Perhitungan Rasio Likuiditas
Standar Nilai
Kriteria 175 - 200
100 Sangat Baik
150 - 174 75
Baik
125 - 149 50
Cukup Baik
100 - 124 25
Kurang Baik
100
Buruk
Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia a.
Current Ratio Rasio ini menunujukkan sebarapa besar kemampuan aktiva yang dimiliki
perusahaan dapat digunakan jika kewajiban atau utang harus dibayar pada saat jatuh tempo. Semakin besar nilai rasio semakin lancar perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya. ������ ������
��������� ������ × 100
b. Cash Ratio
Rasio ini menunjukkan seberapa besar uang kas atau setara kas seperti rekening giro atau tabungan di bank yang dimiliki perusahaan benar-benar dapat
digunakan untuk memenuhi kewajibannya dalam jangka pendek. Semakin besar nilai rasio kas, maka semakin mudah perusahaan dalam membayar utang-
utanngnya �����ℎ ���
��������� ������ × 100
c. Quick Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aset yang lebih likuid. Semakin
besar nilai rasio cepat, maka semakin cepat perusahaan dapat memenuhi segala kewajibannya.
������ ������ − �����ℎ ���������� ��������� ������
× 100
d. Net Working Capital
Rasio ini digunakan untuk menghitung berapa kelebihan aset lancar di atas utang lancar.
������ ������ − ��������� ������ ����� ������
× 100
2. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aset yang dimilikinya, termasuk untuk
mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang
ada. Rasio ini digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.
TABEL 2.4 Standar Perhitungan Rasio Aktivitas
Standar Nilai
Kriteria ≥3,5 kali
100 Sangat Baik
2,5 kali sd 3,5 kali
75 Baik
1,5 kali sd 2,5 kali
50 Cukup Baik
1 kali sd 1,5 kali 25
Kurang Baik
1 kali Buruk
Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia a.
Total Assets Turnover Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas penggunaan dana yang
tertanam pada seluruh aktiva dalam menghasilkan pendapatan. ����� ���������
����� ������
b. Fixed Assets Turnover
Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada aset tetap dalam menghasilkan pendapatan.
����� ��������� ������ ������
3. Rasio Profitabilitas
Rasio Profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan besarnya laba yang diperoleh sebuah perusahaan dalam periode tertentu. Rasio ini digunakan untuk
menilai seberapa efisien pengelola perusahaan dapat mencari keuntungan atau laba untuk setiap penjualan yang dilakukan.
Rasio ini merupakan ukuran yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melakukan peningkatan penjualan dan menekan biaya-biaya yang terjadi.
Selain itu, rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan seluruh dana yang dimilikinya untuk mendapatkan keuntungan maksimal.
TABEL 2.5 Standar Perhitungan Rasio Profitabilitas
Standar Nilai
Kriteria ≥10
100 Sangat Baik
7 sd 10
75 Baik
3 sd 7 50
Cukup Baik
1 sd 3 25
Kurang Baik
1 Buruk
Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia a.
Return On Assets ROA Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih
yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. ���� �����ℎ
����� ������ × 100
b. Net Profit Margin
Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi Net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan.
���� �����ℎ ����� ���������
× 100
c. Return On Investment ROI
Return on investment adalah merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah
keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan Syamsuddin, 2009:63. Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan.
���� �����ℎ ����� ������
× 100
d. Return On Equity ROE
Return on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan income yang tersedia bagi para pemilik perusahaan baik pemegang saham biasa maupun
pemegang saham preferen atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan Syafri, 2008:305.
���� ����� ℎ ����� �������
x 100
E. Analisis Rasio Keuangan Koperasi Karyawan PT.Pos Indonesia
Persero Pematang Siantar 1.
Rasio Likuiditas
a. Current Ratio
������ ������ ��������� ������
× 100
Tahun 2013 =
1.538.397.217 845 .688 .380
x 100 = 182
Tahun 2014 =
1.570.627.516 795.650.222
x 100 = 197
Current ratio pada tahun 2013 sebesar 182 dan pada tahun 2014 sebesar 197. Setiap Rp 100,- kewajiban lancar dijamin oleh Rp 182,- aktiva lancar pada
tahun 2013 dan Rp 197,- pada tahun 2014. Hal ini berarti current ratio pada tahun 2014 lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2013. Nilai current ratio
dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 15. Hal ini disebabkan jumlah kewajiban lancar dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami
penurunan dan diikutin kenaikan aktiva lancar dari tahun 2013 ke tahun 2014. Dapat simpulkan sesuai dengan Peraturan Kementerian Koperasi dan
UKM Republik Indonesia Tabel 2.3 bahwa current ratio pada tahun 2013 dan 2014 menunjukan posisi yang Sangat Baik. Hal ini terbukti dari current ratio pada
tahun 2013 sebesar 182 tergolong kriteria Sangat Baik. Pada tahun 2014 juga tergolong kriteria Sangat Baik karena mengalami kenaikan menjadi 197.
b. Cash Ratio
�����ℎ ��� ��������� ������
× 100
Tahun 2013 =
982.986 845 .688.380
x 100 = 116
Tahun 2014 =
7.726.281 795.650 .222
x 100 = 97
Cash ratio pada tahun 2013 sebesar 116 dan tahun 2014 sebesar 97. Setiap Rp 100,- kewajiban lancar dijamin oleh Rp 116,- aktiva lancar pada tahun
2013 dan Rp 97,- pada tahun 2014. Hal ini berarti kemampuan perusahaan melunasi kewajiban lancarnya yang akan segera jatuh tempo dengan
menggunakan kas atau setara kas yang tersedia di tahun 2013 lebih baik jika dibandingkan 2014.
Namun jika dilihat dari Peraturan Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia Tabel 2.3, posisi cash ratio pada tahun 2013 sebesar 116
menunjukkan kriteria yang Kurang Baik. Sedangkan pada tahun 2014, cash ratio menurun menjadi 97 dengan kriteria Buruk.
c. Quick Ratio
������ ������ − �����ℎ ���������� ��������� ������
× 100
Tahun 2013 =
1.538.397.217 −28.746.549
845 .688.380
x 100 = 178
Tahun 2014 =
1.570.627.516 −24.429.775
795.650.222
x 100 = 194
Quick ratio pada tahun 2013 sebesar 178 dan tahun 2014 sebesar 194. Setiap Rp 100,- kewajiban lancar dijamin oleh Rp 178,- aktiva lancar pada tahun
2013 dan Rp 194,- pada tahun 2014. Quick ratio pada tahun 2014 lebih baik dibandingkan dengan tahun 2013. Pada tahun 2014 posisi total kewajiban lancar
dapat ditutupi oleh aktiva yang lebih lancar sebesar 194, sedangkan di tahun 2013 kemampuan aktiva lancar hanya mampu memenuhi total kewajiban sebesar
178.
Sesuai dengan Peraturan Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia Tabel 2.3, pada tahun 2013 dan 2014 yaitu sebesar 178 dan 194,
quick ratio pada koperasi menunjukkan kriteria Sangat Baik. d.
Net Working Capital ������ ������ − ��������� ������
����� ������ × 100
Tahun 2013 =
1.538.397.217 −845.688.380
1.558 .093.589
x 100 = 44,5
Tahun 2014 =
1.570.627.516 −795.650.222
1.597.139.888
x 100 =48,5
Net working capital pada tahun 2013 sebesar 44,5 dan 2014 sebesar 48,5. Nilai dari net working capital ini menunjukkan total likuiditas dari total
aktiva. Jika disesuaikan dengan Peraturan Kementerian Koperasi dan UKM
Republik Indonesia Tabel 2.3, maka kondisi net working capital pda koperasi ini menunjukan kriteria yang Buruk yaitu sebesar 44,5 tahun 2013 dan 48,5 pada
tahun 2014.
2. Rasio Aktivitas
a. Total Assets Turnover
����� ��������� ����� ������
Tahun 2013 =
125 .398.100 1.558.093.589
= 0,08 x
Tahun 2014 =
111 .552.000 1.597.139.888
=
0,07 x
Total assets turnover pada tahun 2013 sebesar 0,08 kali, artinya dana yang tertanam dari keseluruhan aset berputar rata-rata 0,08 kali dalam setahun.
Sementara pada tahun 2014 total assets turnover sebesar 0,07 kali, artinya dana yang tertanam dari keseluruhan aset berputar rata-rata 0,07 kali dalam setahun.
Dapat disimpulkan sesuai dengan Peraturan Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia mengenai Standar Perhitungan Rasio Aktivitas Tabel
2.4, total assets turnover menunjukkan posisi yang Buruk karena dana yang tertanam dari keseluruhan aset berputar kurang dari 1 kali setahun, baik pada
tahun 2013 maupun pada tahun 2014. b.
Fixed Assets Turnover ����� ���������
������ ������
Tahun 2013 =
125 .398.100 1.538.397.217
=
0,08 x
Tahun 2014 =
111 .552 .000 1.570.627.516
=
0,07 x
Fixed assets turnover pada tahun 2013 sebesar 0,08 kali, artinya efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada aset lancar dalam menghasilkan
pendapatan sebesar 0,08 kali. Sementara pada tahun 2014 sebesar 0,07 kali, artinya efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada aset lancar dalam
menghasilkan pendapatan sebesar 0,07 kali.
Dapat disimpulkan sesuai dengan Peraturan Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia mengenai Standar Perhitungan Rasio Aktivitas Tabel
2.4, fixed assets turnover menunjukkan posisi yang Buruk karena efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada aset lancar dalam menghasilkan pendapatan
kurang dari 1 kali setahun, baik pada tahun 2013 maupun pada tahun 2014.
3. Rasio Profitabilitas
a. Return On Assets ROA
���� ����� ℎ ����� ������
x 100
Tahun 2013 =
50.361.643 1.558.093.589
x 100
=
3,23
Tahun 2014 =
33.875.523 1.597.139.888
x 100 = 2,12
Return on assets perusahaan pada tahun 2013 sebesar 3,23 dan pada tahun 2014 sebesar 2,12. Artinya, setiap Rp 1,- aktiva mampu menghasilkan
keuntungan sebelum pajak sebesar Rp 3.23,- pada tahun 2013 dan Rp 2.12,- pada tahun 2014.
Menurut Peraturan Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia mengenai Standar Perhitungan Rasio Profitabilitas Tabel 2.5, return on assets
mendapatkan kriteria Cukup Baik pada tahun 2013 yaitu sebesar 3,23, sedangkan pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 2,12 dan tergolong
kriteria Kurang Baik.
b. Net Profit Margin
���� �����ℎ ����� ���������
× 100
Tahun 2013 =
45.325.479 125 .398.100
x 100 = 36,1
Tahun 2014 =
30.487 .971 111 .552.000
x 100 = 27,3
Net profit margin pada tahun 2013 sebesar 36,1 dan pada tahun 2014 sebesar 27,3. Artinya, setiap Rp 1,- aktiva mampu menghasilkan keuntungan
neto sebesar Rp 36.1,- pada tahun 2013 dan Rp 27.3,- pada tahun 2014. Berdasarkan Peraturan Kementerian Koperasi dan UKM Republik
Indonesia, Tabel 2.5 pada tahun 2013 dan 2014 net profit margin menunjukkan posisi yang bagus dan tergolong kriteria Sangat Baik, karena aktiva mampu
menghasilkan keuntungan neto yang besar. c.
Return On Investment ROI ���� �����ℎ
����� ������ × 100
Tahun 2013 =
45.325 .479 1.558.093.589
x 100 = 3
Tahun 2014 =
30.487 .971 1.597.139.888
x 100 = 2
Return on investment pada tahun 2013 sebesar 3 dan 2014 sebesar 2, artinya pada tahun 2013 perusahaan mampu menghasilkan keuntungan dengan
jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan sebesar 3 dan pada tahun 2014 sebesar 2.
Sesuai dengan Peraturan Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia Tabel 2.5, pada tahun 2013 return on investment tergolong kriteria
Cukup Baik, sedangkan pada tahun 2014 tergolong Kurang Baik. d.
Return On Equity ���� �����ℎ
����� ������� × 100
Tahun 2013 =
45.325.479 712 .405.209
x 100 = 6,4
Tahun 2014 =
30.487.971 801 .489.666
x 100 = 3,8
Return on equity pada tahun 2013 sebesar 6,4 dan pada tahun 2014 sebesar 3,8. Artinya, setiap Rp 1,- modal sendiri menghasilkan keuntungan
netto sebesar Rp 6.4,- pada tahun 2013 dan Rp 3.8,- pada tahun 2014. Berdasarkan pada Peraturan Kementerian Koperasi dan UKM Republik
Indonesia Tabel 2.5, posisi return on equity berada pada kriteria Cukup Baik, baik pada tahun 2013 maupun tahun 2014.
40
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah analisis dan pembahasan laporan keuangan pada Koperasi Karyawan PT.Pos Indonesia Persero Pematang Siantar yaitu mengenai sejarah,
struktur organisasi, serta analisis laporan keuangan perusahaan, maka penulis mencoba untuk memberikan kesimpulan dan saran-saran yang didasarkan atas
hasil penelitian terhadap laporan keuangan pada Koperasi Karyawan PT.Pos Indonesia Persero Pematang Siantar.
Diharapkan kesimpulan tersebut dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca dan khususnya bagi pihak Koperasi Karyawan PT.Pos Indonesia
Persero Pematang Siantar dalam menjalankan usahanya yang akan datang.
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil sebagai bahan pertimbangan dan pembahasan bab-bab terdahulu sebagai berikut :
1. Likuiditas perusahaan dalam dua tahun berturut – turut 2013 – 2014
mengalami kenaikan, hal ini dilihat dari : a.
Current ratio perusahaan pada tahun 2013 adalah 182 dan pada tahun 2014 mengalami kenaikan menjadi 197. Hal ini berarti
jaminan aktiva lancar terhadap hutang lancar mengalami kenaikan. Sesuai dengan Peraturan Kementerian Koperasi dan UKM
Republik Indonesia Tabel 2.3 bahwa current ratio pada tahun 2013 dan 2014 menunjukan posisi yang Sangat Baik
b. Quick ratio perusahaan pada tahun 2013 sebesar 178 dan pada
tahun 2014 mengalami kenaikan menjadi 194. Hal ini terjadi karena kondisi hutang lancar yang menurun dari tahun 2013 ke
tahun 2014. Sesuai dengan Peraturan Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia Tabel 2.3, pada tahun 2013 dan 2014
yaitu sebesar 178 dan 194, quick ratio pada koperasi menunjukkan kriteria Sangat Baik
c. Net working capital perusahaan pada tahun 2013 sebesar 44,5
dan pada tahun 2014 mengalami kenaikan menjadi 48,5. Hal ini menunjukan bahwa kondisi likuiditas perusahaan dari keseluruhan
total aktiva dan modal kerja netto berada dalam kondisi yang baik. Namun jika disesuaikan dengan Peraturan Kementerian Koperasi
dan UKM Republik Indonesia Tabel 2.3, maka kondisi net working capital pada koperasi ini menunjukan kriteria yang Buruk
yaitu sebesar 44,5 tahun 2013 dan 48,5 pada tahun 2014. d.
Cash ratio perusahaan menunjukkan penurunan dari tahun 2013 sebesar 116 dan pada tahun 2014 menjadi 97. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan kurang baik dalam membayar hutang lancar dengan kas yang tersedia. Jika dilihat dari Peraturan
Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia Tabel 2.3, posisi cash ratio pada tahun 2013 sebesar 116 menunjukkan
kriteria yang Kurang Baik. Sedangkan pada tahun 2014, cash ratio menurun menjadi 97 dengan kriteria Buruk.
2. Dari segi rasio aktivitas terlihat bahwa kondisi perusahaan selama dua
tahun, dari ahun 2013 sampai dengan 2014 mengalami penurunan, dapat dilihat dari :
a. Total assets turnover perusahaan pada tahun 2013 sebesar 0,08 kali
sedangkan pada tahun 2014 menjadi 0,07 kali. Dari hasil tersebut menunjukkan penurunan total assets turnover. Artinya, efektivitas
penggunaan dana yang tertanam pada seluruh aktiva dalam menghasilkan pendapatan mengalami penurunan atau tidak baik.
Sesuai dengan Peraturan Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia mengenai Standar Perhitungan Rasio Aktivitas
Tabel 2.4, total assets turnover menunjukkan posisi yang Buruk karena dana yang tertanam dari keseluruhan aset berputar kurang
dari 1 kali setahun, baik pada tahun 2013 maupun pada tahun 2014. b.
Fixed assets turnover perusahaan pada tahun 2013 sebesar 0,08 kali sedangkan pada tahun 2014 menjadi 0,07 kali. Dari data
tersebut dapat dilihat terjadi penurunan. Hal ini berarti efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada aset tetap dalam
menghasilkan pendapatan mengalami penurunan atau tidak baik. Sesuai dengan Peraturan Kementerian Koperasi dan UKM
Republik Indonesia mengenai Standar Perhitungan Rasio Aktivitas Tabel 2.4, fixed assets turnover menunjukkan posisi yang Buruk
karena efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada aset lancar
dalam menghasilkan pendapatan kurang dari 1 kali setahun, baik pada tahun 2013 maupun pada tahun 2014.
3. Dari segi rasio profitabilitas :
a. Return on assets perusahaan pada tahun 2013 sebesar 3,23 dan
pada tahun 2014 sebesar 2,12. Artinya, setiap Rp 1,- aktiva mampu menghasilkan keuntungan sebelum pajak sebesar Rp 3.23,-
pada tahun 2013 dan Rp 2.12,- pada tahun 2014. Menurut Peraturan Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia
mengenai Standar Perhitungan Rasio Profitabilitas Tabel 2.5, return on assets mendapatkan kriteria Cukup Baik pada tahun 2013
yaitu sebesar 3,23, sedangkan pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 2,12 dan tergolong kriteria Kurang Baik
b. Net profit margin pada tahun 2013 sebesar 36,1 dan pada tahun
2014 sebesar 27,3. Artinya, setiap Rp 1,- aktiva mampu menghasilkan keuntungan neto sebesar Rp 36.1,- pada tahun 2013
dan Rp 27.3,- pada tahun 2014. Berdasarkan Peraturan Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia Tabel 2.5,
pada tahun 2013 dan 2014 net profit margin menunjukkan posisi yang bagus dan tergolong kriteria Sangat Baik, karena aktiva
mampu menghasilkan keuntungan neto yang besar. c.
Return on investment pada tahun 2013 sebesar 3 dan 2014 sebesar 2, artinya pada tahun 2013 perusahaan mampu
menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang
tersedia didalam perusahaan sebesar 3 dan pada tahun 2014 sebesar 2. Sesuai dengan Peraturan Kementerian Koperasi dan
UKM Republik Indonesia Tabel 2.5, pada tahun 2013 return on investment tergolong kriteria Cukup Baik, sedangkan pada tahun
2014 tergolong Kurang Baik. d.
Return on equity pada tahun 2013 sebesar 6,4 dan pada tahun 2014 sebesar 3,8. Artinya, setiap Rp 1,- modal sendiri
menghasilkan keuntungan netto sebesar Rp 6.4,- pada tahun 2013 dan Rp 3.8,- pada tahun 2014. Berdasarkan pada Peraturan
Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia Tabel 2.5, posisi return on equity berada pada kriteria Cukup Baik, baik pada
tahun 2013 maupun tahun 2014.
B. Saran